Anda di halaman 1dari 2

Seringkali generasi dijadikan seorotan dalam maju atau mundurnya suatu bangsa.

Bagaimana
maju atau mundurnya suatu bangsa maka hal ini dapat dilihat dari kualitas generasi muda.
Terbukti sejak sekarang dan masa yang akan datang, sesuai fitrahnya generasi muda
merupakan tulang punggung suatu negara, penerus estafet perjuangan terhadap bangsanya.
Pantas bila generasi muda merupakan salah satu penentu maju atau mundurnya suatu negara.
Tetapi era ini adalah masa yang diisi oleh genrasi milenial, sangat jauh perbedaannya dari
pada generasi muda era kemerdekaan. Lantas apakah generasi sekarang mampu menjadi
tonggak kokohnya bangsa dan agama? Oleh sebab itu “keadaan generasi milenial zaman
sekarang” adalah judul syarahan qur’an pada kesempatan kali ini.
Sebagai landasan QS.An-Nisa ayat 9
Allah menyampaikan kepada orang-orang mukmin jangan sampai mereka meninggalkan
keturunan yang lemah, Generasi-generasi yang lemah. Namun kenyataan nya saat ini,
keadaan generasi muda sangatlah lemah. Sebagaimana yang kita ketahui, bahwasannya
zaman ini adalah masanya generasi milenial. Generasi milenial adalah generasi yang mahir
dalam teknologi dan berfikiran maju. Dengan kemampuannya di dunia teknologi dan sarana
yang ada, generasi ini memiliki banyak peluang untuk bisa berada jauh di depan
dibandingkan dengan generasi sebelumnya.
Namun sayangnya, dari beberapa statistik yang ada, dikatakan bahwa generasi milenial
cenderung lebih tidak peduli terhadap keadaan sosial. Mereka cenderung lebih fokus kepada
pola hidup kebebasan dan hedonisme. Mereka menginginkan hal yang instan dan tidak
menghargi proses. Di era ini segala sesuatu bergerak dengan cepat, dunia menjadi tanpa
batas, informasi dapat diperoleh dimana saja dan dari siapa saja. Generasi masa kini harus
berusaha dan mampu menjadi bijak. Saat ini kondisi generasi milenial menjadi topik
perbincangan. Bagaimana tidak, perkembangan teknologi membuat pola pikir dan tingkah
laku para generasi muda menjadi terpengaruh. Timbul banyak pernyataan tentang bagaimana
generasi milenial sekarang ini.
Generasi milenial “gila gadget dan media sosial”, hal ini sudah tidak asing lagi kita dengar.
Jika dihadapkan pada sebuah pilihan, mayoritas kaum muda milenial akan lebih memilih
gadget dibandingkan TV. Satu yang perlu dipertimbangkan, fungsi dari gadget ini bisa
mencakup semuanya. Saat teknologi masih belum se-maju saat ini, orang-orang harus
membawa kamera, buku catatan, alat komunikasi, dan berbagai dokumen lainnya secara
terpisah. Di era dimana semua itu bisa digabungkan ke dalam satu alat, sepertinya tidak
terlalu mengherankan jika kita melihat seseorang terpaku pada satu alat dalam melakukan
semua pekerjaan. Tetapi, dalam penggunaan gadget ini, generasi milenial masih belum bisa
mengaturnya. Bahkan anehnya, meraka lah yang diatur oleh gadget ini. Seringkali kaum
muda sekarang lebih menyibukkan diri dengan alat ini. Gadget dapat mengubah generasi
milenial secara cepat. Mereka menjadi lebih individualisme, padahal seharusnya kita lenoih
banyak menghabiskan waktu untuk berinteraksi. Bahkan ketika adzan berkumandang, meraka
masih asik dengan gadget masing-masing. Ketika tiba waktu makan, mereka tetap asik
memegang gadget, sibuk dengan dunia sendiri. Jika seruan dari Allah saja tidak mereka
dengarkan, bagaimana hal lain bisa mereka dengarkan? Na’uzubillah, semua itu adalah
pengaruh dari gadget ini.
Generasi milenial terkenal dengan sebutan “narsis”. Mementingkan diri sendiri, serakah,
mau menang sendiri, dan ingin diperhatikan, itulah anggapan mengenai generasi milenial
yang dirangkum dalam satu defenisi yaitu “narsis”. Media sosial berkontribusi pada
kenarsisan anak milenial. Memang tidak sepenuhnya buruk, tetapi melalui media seperti
instagram, generasi milenial memiliki kesempatan menjadi pusat perhatian, baik dari
pencapaian, penampilan ataupun sensasi. Hal ini lah yang menjadi penyebab menurunnya
nilai moral generasi milenial. Mereka dengan tidak malunya meng-upload foto tanpa
menutup aurat. Bayangkan berapa banyak orang diluar sana yang melihat hal itu, maka dapat
menjadi dosa jariyah bagi yang melakukannya. Bahkan media sosial dijadikan tempat
mencurahkan segala kisah hidupnya.
Hadirin wal hadirat rahimakumullah
Generasi muda suatu umat menjadi tolak ukur terhadap nasib dan masa depan umat tersebut.
Jika kita ingin melihat kekuatan dan ketahanan suatu umat, maka lihatlah dari generasi muda
yang mereka miliki. Jika generasi muda meraka baik, maka pastilah kekuatan mereka juga
baik dan sukit dipengaruhi oleh ideologi lainnya. Namn sebaliknya, jika generasi muda suatu
umat buruk, maka dapat dipastikan merka sangat rentan dengan kehancuran dan mudah
terpengaruh ideologi lainnya. Jika dilihat pada negara kita, kondisi generasi milenial
sangatlah buruk. Data BNN mengungkapkan bahwa sejak awal 2019 hingga pertengahan
tahun ini 2,3 pelajar telah mengonsusmsi narkoba. Tahun 2014, 68% pelajar indonesia telah
terjurumus pergaukan bebas dan sejak tahun 2014 kasus ini terus meningkat, maka
bayangkanlah hadirin betapa maraknya kasus ini di Indonesia. Selain itu, generasi sekarang
lebih marak pada hal penipuan. Menggunakan sarana-sarana elektronik, seperti membobol
bank, judi online, prostitusi online, kabar hoax, pencitraan dan lain sebagainya. Na’uzubillahi
min zalik, betapa parahnya kondisi generasi milenial sekarang ini. Semua ini tentunya sudah
melenceng dari nilai-nilai agama islam.
Wahai generasi-generasi harapan bangsa dan agama, marilah kita mulai berintropeksi diri,
renungkanlah kembali apa yang sudah kita lakukan sampai sat ini? Generasi milenial pada
era ini, hendaknya selalu mengamalkan ajaran-ajaran islam dalam setiap praktik
kehidupannya. Generasi milenial hendaknya memiliki semangat jihad. Jihad dalam
menegakkan keadila dan mencegah kedazliman, tentunya dengan cara yang cerdas dan
bijaksana.
Dari syarahan yang kami sampaikan tadi, dapat diambil kesimpulan. Bahwasannya kondisi
generasi milenial sekarang ini sangat memprihatinkan. Sadarilah bahwa kita saat ini sedang
dijajah, bukan negara kita, tapi pemikiran kita sebagai generasi muda lah yang sedang dijajah
oleh canggihnya teknologi. Namun bukan berarti kita sebagai generasi milenial tetap pada
posisi ini, marilah kita bangkit, lawan semua perilaku buruk tersebut dengan kegiatan-
kegiatan yang lebih positif, kegitan yang lebih inovatif dan kratif sehingga kita dapat
menciptakan kehidupan bangsa dan agama yang sejahtera.

Anda mungkin juga menyukai