Disusun Oleh:
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 2
C. Tujuan ................................................................................................. 2
D. Manfaat ............................................................................................... 2
BAB 2 PEMBAHASAN
A. Pengertian Remaja ............................................................................. 4
BAB 3 PENUTUP
A. Kesimpulan ...................................................................................... 10
B. Saran ................................................................................................ 10
iii
KATA PENGANTAR
ii Penulis
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu hasil dari kecanggihan ilmu pengetahuan dan teknologi buatan
manusia adalah Internet. Internet memiliki banyak fitur yang bisa diakses oleh
siapa saja. Seorang anak bisa mengakses permainan, media sosial, video, dan
sebagainya hanya dengan mengetik keyword atau kata kuncinya pada internet.
Penggunaan internet dalam skala besar dapat menimbulkan anak tidak
terkontrol. Anak menjadi leluasa membuka apapun yang ia suka. Tidak
menutup kemungkinan anak akan membuka situs-situs negatif yang berbahaya
bagi masa depannya.
Akhir-akhir ini banyak dijumpai berita di media cetak dan elektronik yang
memberitakan tentang penyalahgunaan internet. Beberapa berita yang paling
hangat adalah kasus seorang remaja laki-laki yang membawa kabur seorang
remaja perempuan yang baru dikenalnya lewat situs jejaring sosial facebook.
Setelah ditelusuri, tenyata remaja tersebut menggunakan jejaring sosial
facebook sebagai ajang prostitusi di kalangan remaja. Keadaan ini sungguh
sangat ironis mengingat tujuan utama situs jejaring sosial adalah untuk
memperluas hubungan sosial.
1
orang tua sangat kuat untuk membekali remaja menyongsong era globalisasi.
Sesibuk apapun orang tua, mereka tetap harus menyempatkan waktu dengan
anaknya. Orang tua diharapkan mampu memberikan pendidikan nilai dan
norma yang baik pada anak guna menghindarkan anak dari kasus kenakalan
remaja. Hal inilah yang melatarbelakangi kami sebagai penulis untuk
memberikan sebuah gagasan mengenai “URGENSI PENDIDIKAN
PARENTING SEBAGAI SOLUSI PENCEGAHAN KENAKALAN
REMAJA DI ERA GLOBALISASI”
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu kenakalan remaja?
2. Apa faktor yang menyebabkan kenakalan remaja?
3. Bagaimana cara mencegah perilaku kenakalan remaja?
C. Tujuan
1. Dapat mengetahui fenomena yang marak terjadi di masyarakat
2. Mengetahui faktor penyebab munculnya permasalahan sosial kenakalan
remaja
3. Mengetahui cara menanggulangi terjadinya perilaku kenakalan remaja
D. Manfaat
1. Bagi Penulis
Makalah ini diharapkan dapat memperluas wawasan dan sekaligus
memperoleh pengetahuan empirik mengenai pentingnya parenting dalam
kaitannya mencegah kenakalan remaja.
2. Bagi Masyarakat
Makalah ini diharapkan dapat dijadikan rujukan masyarakat untuk
meminimalisasir terjadinya kenakalan remaja.
3. Bagi Orang Tua
2
Makalah ini dapat memberikan pengetauan bagi orang tua mengenai
pentingnya menjaga hubungan baik dengan anak dan bagaimana cara
mengendalikan anak dengan internetnya.
4. Bagi Guru
Makalah ini dapat digunakan oleh guru sebagai acuan dalam
pembelajaran yang berkaitan dengan konseling
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Remaja
4
B. Pengertian Kenakalan Remaja
Setiap anak akan mudah terjerumus dalam kenakalan remaja apabila tidak
memiliki bekal yang cukup mengenai mana yang benar dan yang salah.
Kenakalan remaja dapat timbul dari banyak faktor. Dadan, Sahadi, dan
Meilanny (2017) mengelompokkan faktor penyebab kenakalan remaja
kedalam 2 bagian yaitu:
1. Faktor dari dalam (Internal)
a. Krisis Identitas
Secara biologis dan sosiologis, proses pergantian dari fase anak-
anak menuju remaja yang begitu cepat mampu menimbulkan 2
gejolak. Gejolak pertama adalah bagaimana remaja menekuni
kehidupanya secara konsisten melalui berbagai aturan dan
5
kewajiban yang harus ia lakukan. Gejolak kedua adalah bagaimana
remaja mencapai identitas sesuai perannya. Kenakalan remaja
timbul akibat remaja gagal melewati fase gejolak yang kedua
b. Kontrol Diri yang Lemah
Remaja yang tidak mampu memilah dan memilih mana yang benar
dan yang salah akan mudah terjerumus pada perilaku kenakalan
remaja. Selain itu, remaja yang mengerti antara yang boleh dan tidak
boleh dilakukan tetapi tidak melaksanakan apa yang menjadi
pengetahuannya tersebut juga akan sangat mudah melakukan
tindakan penyimpangan yang berujuang pada kenakalan remaja
6
tangga hingga berakibat pada lebih dekatnya anak dengan asisten
rumah tangga ketimbang dengan kedua orang tuanya sendiri.
Keharmonisan rumah tangga juga mempengaruhi tumbuh
kembang anak. Remaja yang tumbuh dari keluarga yang broken
home akan sangat mudah terjerumus dalam kelompok-kelompok
menyimpang. Fenomena ini sungguh disayangkan. Peran keluarga
hanya sebagai terminal atau tempat pemberhentian sementara.
Tidak ada kehangatan komunikasi, kesempatan untuk bercanda
tawa, atau saling bertukar pikiran. Keadaan ini memicu remaja
mencari perhatian dari lingkungan luar yang mau menerimanya.
Jika lingkungan baru yang mau menerimanya adalah lingkungan
yang baik maka ia akan menjadi baik tetapi sebaliknya, jika remaja
tertarik dengan lingkungan yang menyimpang maka tidak menutup
kemungkinan ia akan meniru kebiasaan kelompok yang ia lihat.
b. Minimnya Pengetahuan Agama
Remaja harus tumbuh dengan dibekali ilmu agama yang
matang. Pengetahuan agama membantu remaja dalam membedakan
yang mana perintah dan yang mana larangan Tuhan. Rasa takut
terhadap Tuhan hanya akan muncul bila remaja memahami dan
mengamalkan ilmu agama. Rasa takut kepada Tuhan akan mampu
mengendalikan dan menjaga perilaku remaja dari perbuatan yang
tercela.
Remaja yang tumbuh tanpa bekal pengetahuan agama akan
seenaknya berbuat sesuai keinginannya. Remaja tanpa pengetahuan
agama cenderung menggunakan kemudahan teknologi informasi di
era globalisasi sebagai sarana untuk berbuat kejahatan. Menjalani
masa remaja tanpa ditopang ilmu agama akan membuat arah dan
tujuan kehidupan menjadi tidak teratur, padahal masa remaja
merupakan awal dari masa depan selanjutnya. Jika masa remajanya
tidak terarah, maka jati diri dan identitasnya di masa mendatang
7
akan berantakan. Remaja akan menjadi orang dewasa yang tidak
tahu aturan dan norma.
c. Pengaruh dari Lingkungan Sekitar
Pengetahuan dalam memilih lingkungan yang baik harus menjadi
bekal remaja sebelum terjun langsung kedalam dunia interaksi
sosial. Remaja harus dapat memilah dan memilih lingkungan
pertemanan. Memilih teman bukan berarti tidak mau berbaur, tetapi
seorang remaja harus selektif antara mana teman yang mampu
mendukung ke arah yang baik dan mana teman yang
menjerumuskan kepada hal-hal negatif. Kenakalan remaja sering
disebabkan oleh anak yang terpengaruh dan terhasut oleh temannya
yang mengajak kepada keburukan.
8
yang sibuk maupun yang longgar, semua memiliki kewajiban yang
sama dalam hal meluangkan waktu bersama anak. Orang tua
sebagai madrasah pertama anak bertugas dalam mentransfer kasih
sayang dan budi pekerti yang baik (akhlaqul karimah) kepada anak.
Orang tua sebagai role model harus bisa memberikan tauladan yang
baik bagi anak. Anak akan mudah untuk diarahkan dan dibimbing
apabila orang tua dekat dengan anak. Untuk itu, orang tua perlu
memahami kondisi emosional dan perkembangan anak.
2. Memberikan Kurikulum Keagamaan di dalam Institusi
Sebuah institusi pendidikan hendaknya menerapkan kurikulum
keagamaan yang wajib diikuti seluruh peserta didik. Pengetahuan
keagamaan harus disampaikan kepada peserta didik dalam rangka
membekali mereka tentang bagaimana beradab yang baik Selain itu,
pengetahuan keagamaan juga merupakan alat pengendalian perilaku
seseorang. Pengetahuan keagamaan menjadi modal guru dan tenaga
pendidik dalam menyampaikan nila-nilai moral kepada peserta
didik agar mereka bertumbuh sesuai dengan hak dan kewajibannya.
3. Mengadakan Bimbingan Konseling di sebuah Institusi
Pengertian Bimbingan Konseling dijelaskan dalam
https://itjen.kemendikbud.go.id sebagai proses membantu yang
dilakukan oleh ahli (konselor) kepada individu yang bermasalah
(konseli) guna memecahkan masalah yang dialami individu tersebut
dalam rangka mencapai kesejahteraan. Institusi dinilai perlu
memiliki unit Bimbingan Konseling dikarenakan urgensi
Bimbingan Konseling sebagai sarana membantu siswa
memecahkan masalah dan menemukan solusi dari setiap
permasalahannya. Bimbingan Konseling diharap mampu
mengarahkan remaja pada tindakan-tindakan tepat dan menguatkan
mentar remaja agar sadar menghindari perilaku menyimpang
9
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
1. Sebaiknya orang tua tidak hanya memenuhi kebutuhan fisik anak saja
tetapi juga kebutuhan batiniahnya
2. Sebaiknya keluarga menerapkan parenting dalam kehidupan sehari-hari
guna menyampaikan nilai dan norma kepada anak
10
3. Sebaiknya guru tidak hanya mengajarkan sisi akademis saja tetapi juga
menanamkan pendidikan karakter pada peserta didik
4. Sebaiknya unit Bimbingan Konselor lebih peka dan aktif dalam
menyebarkan (sosialisasi) pengetahuan seputar mental dan tumbuh
kembang remaja
5. Diharapkan pimpinan masyarakat mendirikan organisasi-organisasi
sosial yang dapat diikuti remaja guna membentuk remaja menjadi
pribadi yang tanggap lingkungan
6. Sebaiknya remaja lebih memperdalam ilmu agama dan banyak
mengikuti kegiatan-kegiatan positif agar terhindar dari komunitas yang
menyimpang
11
DAFTAR PUSTAKA
Berger, Peter L. and Thomas P. Luckman. 1967. The Social Construction of Reality.
Great Britain: Penguin Books
Dadan Sumara, Sahadi humaedi, dan Meilanny. B.S. 2017. Kenakalan Remaja dan
Penanganannya. Jurnal Penelitian & PPM. Vol 4, No. 2 Juli 2017: 347-349
Sumiati, D. (2009). Kesehatan Jiwa Remaja dan Konseling. Jakarta: Trans Indo
Media.
Triwiyarto, Uut. 2015. Studi Kasus tentang Penyebab Kenakalan Remaja. Ilmu
Pendidikan. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta.
12