Anda di halaman 1dari 17

URGENSI PENDIDIKAN PARENTING SEBAGAI

SOLUSI PENCEGAHAN KENAKALAN REMAJA DI


ERA GLOBALISASI

Disusun untuk memenuhi Ujian Akhir Semester MKU Bahasa Indonesia


Dosen Pengampu: Ibu Ruruh Sarasati, M.Pd

Disusun Oleh:

Nama : Karimah Izatu Nisa


NIM :19808144030
Kelas : Manajemen E 2019

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2019/2020
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ................................................................... i


KATA PENGANTAR .................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................. iii

BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 2

C. Tujuan ................................................................................................. 2

D. Manfaat ............................................................................................... 2

BAB 2 PEMBAHASAN
A. Pengertian Remaja ............................................................................. 4

B. Pengertian Kenakalan Remaja .......................................................... 5

C. Faktor Penyebab Kenakalan Remaja ............................................... 5

D. Cara Mencegah Kenakalan Remaja ................................................. 8

BAB 3 PENUTUP
A. Kesimpulan ...................................................................................... 10

B. Saran ................................................................................................ 10

DAFTAR PUSTAKA ................................................................... 12

iii
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulilah saya panjatkan kepada Allah SWT, karena dengan


rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “URGENSI PENDIDIKAN PARENTING SEBAGAI SOLUSI
PENCEGAHAN KENAKALAN REMAJA DI ERA GLOBALISASI”. Makalah
ini disusun guna memenuhi Ujian Akhir Semester MKU Bahasa Indonesia
Kenakalan Remaja menjadi satu tema yang diangkat oleh penulis lantaran
kedekatan kasus ini dengan kehidupan bermasyarakat. Penulis dalam makalah ini
hendak mengupas fakta penyebab maraknya kenakalan remaja mulai dari faktor
dari dalam (internal) maupun dari luar (eksternal). Selanjutnya, penulis menyadari
bahwa terselesaikannya makalah ini tidak terlepas dari bantuan semua pihak. Oleh
sebab itu, penulis ingin mengucapkan banyak terimakasih yang mendalam kepada:
1. Ibu Ruruh Sarasati, M.Pd, selaku Dosen Pengampu MKU Bahasa Indonesia
yang selalu sabar memberikan bimbingan dan ilmu selama masa studi
2. Ibu Yustina, selaku Guru Bahasa Indonesia di SMAN 1 Surakarta yang telah
memberikan bekal dalam penulisan artikel Bahasa Indonesia
3. Kedua Orang tua (Abi dan Ummi) yang selalu setia tak pernah berhenti
menyemangati dan mendoakan
4. Teman-teman seperjuangan Program Sarjana, Fakultas Ekonomi Universitas
Negeri Yogyakarta angkatan 2019 yang selalu memberikan keceriaan dan
memberikan warna-warni di masa studi
5. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu
penulis sangat terbuka menerima kritik dan saran yang membangun guna
menyempurnakan makalah ini di masa mendatang. Semoga makalah ini dapat
memberikan kebermanfaatan bagi sesama.
Yogyakarta, Desember 2019

ii Penulis
ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Memasuki era globalisasi, penyebaran informasi serta akses telekomunikasi


berjalan semakin cepat dan mudah. Sebagai resiko, masuknya globalisasi ini
pasti membawa dampak baik itu positif maupun negatif. Globalisasi tidak
hanya menyapa kalangan terentu saja melainkan meluas ke semua kalangan
baik pada anak-anak, remaja, hingga orang tua.

Salah satu hasil dari kecanggihan ilmu pengetahuan dan teknologi buatan
manusia adalah Internet. Internet memiliki banyak fitur yang bisa diakses oleh
siapa saja. Seorang anak bisa mengakses permainan, media sosial, video, dan
sebagainya hanya dengan mengetik keyword atau kata kuncinya pada internet.
Penggunaan internet dalam skala besar dapat menimbulkan anak tidak
terkontrol. Anak menjadi leluasa membuka apapun yang ia suka. Tidak
menutup kemungkinan anak akan membuka situs-situs negatif yang berbahaya
bagi masa depannya.

Akhir-akhir ini banyak dijumpai berita di media cetak dan elektronik yang
memberitakan tentang penyalahgunaan internet. Beberapa berita yang paling
hangat adalah kasus seorang remaja laki-laki yang membawa kabur seorang
remaja perempuan yang baru dikenalnya lewat situs jejaring sosial facebook.
Setelah ditelusuri, tenyata remaja tersebut menggunakan jejaring sosial
facebook sebagai ajang prostitusi di kalangan remaja. Keadaan ini sungguh
sangat ironis mengingat tujuan utama situs jejaring sosial adalah untuk
memperluas hubungan sosial.

Banyaknya kasus kenakalan remaja akibat penyalahgunaan internet sudah


sepatutnya menjadi perhatian orang tua. Remaja dinilai belum stabil dalam hal
memilah dan memilih informasi yang masuk dari internet. Disinilah peran

1
orang tua sangat kuat untuk membekali remaja menyongsong era globalisasi.
Sesibuk apapun orang tua, mereka tetap harus menyempatkan waktu dengan
anaknya. Orang tua diharapkan mampu memberikan pendidikan nilai dan
norma yang baik pada anak guna menghindarkan anak dari kasus kenakalan
remaja. Hal inilah yang melatarbelakangi kami sebagai penulis untuk
memberikan sebuah gagasan mengenai “URGENSI PENDIDIKAN
PARENTING SEBAGAI SOLUSI PENCEGAHAN KENAKALAN
REMAJA DI ERA GLOBALISASI”

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu kenakalan remaja?
2. Apa faktor yang menyebabkan kenakalan remaja?
3. Bagaimana cara mencegah perilaku kenakalan remaja?

C. Tujuan
1. Dapat mengetahui fenomena yang marak terjadi di masyarakat
2. Mengetahui faktor penyebab munculnya permasalahan sosial kenakalan
remaja
3. Mengetahui cara menanggulangi terjadinya perilaku kenakalan remaja

D. Manfaat
1. Bagi Penulis
Makalah ini diharapkan dapat memperluas wawasan dan sekaligus
memperoleh pengetahuan empirik mengenai pentingnya parenting dalam
kaitannya mencegah kenakalan remaja.
2. Bagi Masyarakat
Makalah ini diharapkan dapat dijadikan rujukan masyarakat untuk
meminimalisasir terjadinya kenakalan remaja.
3. Bagi Orang Tua

2
Makalah ini dapat memberikan pengetauan bagi orang tua mengenai
pentingnya menjaga hubungan baik dengan anak dan bagaimana cara
mengendalikan anak dengan internetnya.
4. Bagi Guru
Makalah ini dapat digunakan oleh guru sebagai acuan dalam
pembelajaran yang berkaitan dengan konseling

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Remaja

Remaja diartikan sebagai masa peralihan dari anak-anak menuju


dewasa. Disebut sebagai masa peralihan karena pada masa ini remaja masih
belum stabil dalam hal emosi dan pengambilan keputusan. Remaja
cenderung mengalami fluktuatif, terkadang memiliki semangat yang
membara dan suatu saat akan menjadi storm and stress atau kalang kabut,
mudah goyah dan terombang-ambing. Itu sebabnya masa remaja sering
dikatakan sebagai tahap pencarian jati diri (Oktaviani dan Lukmawati,
2018:53)
Dalam ilmu perkembangan anak, remaja biasanya dicirikan dengan
masa pubertas, yakni keluarnya tanda-tanda baik primer maupun sekunder
pada anak laki-laki dan perempuan yang sudah menginjak usia belasan
tahun. Hurlock (1990) membagi usia masa remaja kedalam dua masa, yakni
masa remaja awal dengan usia 11-17 dan remaja akhir dengan usia 17-20.
Individu dinilai sudah hampir matang dan mendekati kedewasaan pada saat
menginjak masa remaja akhir.
Masa remaja merupkan masa yang tepat untuk mengembangkan
bakat dan potensi diri. Remaja yang mengasah keterampilannya sedari awal
akan menjadi remaja yang kreatif dan dinamis, dengan kata lain remaja akan
tumbuh menjadi manusia yang baik bila sedari awal diarahkan dengan baik.
(Hurlock & Elizabeth, 1980). Transisi dari masa remaja akan selalu
memunculkan permasalahan ketegangan sebagai bentuk developmental
changes Masa remaja berpengaruh besar terhadap tumbuh kembang
selanjutnya. Apabia terdapat hambatan dalam tumbuh kembangnya, remaja
akan lebih rentan mengalami perilaku menyimpang (Ekowarni,1993:24)

4
B. Pengertian Kenakalan Remaja

Kenakalan remaja dikenal sebagai perilaku menyimpang yang


dilakukan oleh remaja dengan melakukan tindakan yang melanggar norma
dan hukum. Kenakalan remaja tidak hanya merugikan diri sendiri tetapi juga
orang-orang disekitarnya. Menurut Sumiati (2009) kenakalan remaja
merupakan tindakan diluar batas toleransi antar orang didalam tatanan
masyarakat. Perbuatan ini tidak terpuji karena melanggar hak asasi dan
melanggar hukum yang telah disepakati bersama.
Kenakalan remaja menjadi satu fenomena yang dekat dengan kita,
bagaimana tidak, hampir setiap hari berita ini selalu diangkat dan menghiasi
layar kaca. Sampai akhir tahun 2019, tercatat banyak kasus kenakalan
remaja dengan porsi terbesar terdapat pada kekerasan seksual terhadap
wanita. Survei yang dilakukan oleh Komnas Perempuan dalam
https://www.cnnindonesia.com mencatat bahwa angka kekerasan seksual
terhadap perempuan naik dari yang awalnya 4.475 kasus di tahun 2014
menjadi 6.499 kasus di tahun 2015. Jumlah ini terus meningkat seiring
berjalannya waktu.

C. Faktor Penyebab Kenakalan Remaja

Setiap anak akan mudah terjerumus dalam kenakalan remaja apabila tidak
memiliki bekal yang cukup mengenai mana yang benar dan yang salah.
Kenakalan remaja dapat timbul dari banyak faktor. Dadan, Sahadi, dan
Meilanny (2017) mengelompokkan faktor penyebab kenakalan remaja
kedalam 2 bagian yaitu:
1. Faktor dari dalam (Internal)
a. Krisis Identitas
Secara biologis dan sosiologis, proses pergantian dari fase anak-
anak menuju remaja yang begitu cepat mampu menimbulkan 2
gejolak. Gejolak pertama adalah bagaimana remaja menekuni
kehidupanya secara konsisten melalui berbagai aturan dan

5
kewajiban yang harus ia lakukan. Gejolak kedua adalah bagaimana
remaja mencapai identitas sesuai perannya. Kenakalan remaja
timbul akibat remaja gagal melewati fase gejolak yang kedua
b. Kontrol Diri yang Lemah
Remaja yang tidak mampu memilah dan memilih mana yang benar
dan yang salah akan mudah terjerumus pada perilaku kenakalan
remaja. Selain itu, remaja yang mengerti antara yang boleh dan tidak
boleh dilakukan tetapi tidak melaksanakan apa yang menjadi
pengetahuannya tersebut juga akan sangat mudah melakukan
tindakan penyimpangan yang berujuang pada kenakalan remaja

2. Faktor dari luar (External)


a. Kurang Perhatian dan Kasih Sayang Orang Tua
Keluarga berperan dalam penyampaian fungsi kasih sayang
(afeksi), pembelajaran (edukasi) dan perlindungan (proteksi). Jika
fungsi-fungsi ini tak tersalurkan pada anak, maka tak menutup
kemungkinanan terjadi kegagalan sosialisasi (sosialisasi tidak
sempurna). Layaknya hubungan kausalitas, kegagalan sosialisasi
mampu menumbuhkan musibah moralitas dalam sendi-sendi
kehidupan. Berdasarkan hasil survey yang dilakukan oleh Uut
Triwiyarto (2015) terhadap kasus kenakalan remaja, beliau
mendapati kesimpulan bahwa kebayakan para pelaku dari
penyimpangan ini merupakan anak yang kurang mendapat perhatian
orang tua.
Realitanya, banyak orang tua yang sibuk bekerja seharian
hanya untuk mengejar karier pribadi atau mengumpulkan harta
sebanyak-banyaknya tanpa memperhatikan kebutuhan emosional
anak. Orientasi bisnis yang membabi buta mengakibatkan orang tua
tidak memperhatikan perkembangan anak remajanya. Tidak jarang
ditemui orang tua yang menitipkan anaknya pada asisten rumah

6
tangga hingga berakibat pada lebih dekatnya anak dengan asisten
rumah tangga ketimbang dengan kedua orang tuanya sendiri.
Keharmonisan rumah tangga juga mempengaruhi tumbuh
kembang anak. Remaja yang tumbuh dari keluarga yang broken
home akan sangat mudah terjerumus dalam kelompok-kelompok
menyimpang. Fenomena ini sungguh disayangkan. Peran keluarga
hanya sebagai terminal atau tempat pemberhentian sementara.
Tidak ada kehangatan komunikasi, kesempatan untuk bercanda
tawa, atau saling bertukar pikiran. Keadaan ini memicu remaja
mencari perhatian dari lingkungan luar yang mau menerimanya.
Jika lingkungan baru yang mau menerimanya adalah lingkungan
yang baik maka ia akan menjadi baik tetapi sebaliknya, jika remaja
tertarik dengan lingkungan yang menyimpang maka tidak menutup
kemungkinan ia akan meniru kebiasaan kelompok yang ia lihat.
b. Minimnya Pengetahuan Agama
Remaja harus tumbuh dengan dibekali ilmu agama yang
matang. Pengetahuan agama membantu remaja dalam membedakan
yang mana perintah dan yang mana larangan Tuhan. Rasa takut
terhadap Tuhan hanya akan muncul bila remaja memahami dan
mengamalkan ilmu agama. Rasa takut kepada Tuhan akan mampu
mengendalikan dan menjaga perilaku remaja dari perbuatan yang
tercela.
Remaja yang tumbuh tanpa bekal pengetahuan agama akan
seenaknya berbuat sesuai keinginannya. Remaja tanpa pengetahuan
agama cenderung menggunakan kemudahan teknologi informasi di
era globalisasi sebagai sarana untuk berbuat kejahatan. Menjalani
masa remaja tanpa ditopang ilmu agama akan membuat arah dan
tujuan kehidupan menjadi tidak teratur, padahal masa remaja
merupakan awal dari masa depan selanjutnya. Jika masa remajanya
tidak terarah, maka jati diri dan identitasnya di masa mendatang

7
akan berantakan. Remaja akan menjadi orang dewasa yang tidak
tahu aturan dan norma.
c. Pengaruh dari Lingkungan Sekitar
Pengetahuan dalam memilih lingkungan yang baik harus menjadi
bekal remaja sebelum terjun langsung kedalam dunia interaksi
sosial. Remaja harus dapat memilah dan memilih lingkungan
pertemanan. Memilih teman bukan berarti tidak mau berbaur, tetapi
seorang remaja harus selektif antara mana teman yang mampu
mendukung ke arah yang baik dan mana teman yang
menjerumuskan kepada hal-hal negatif. Kenakalan remaja sering
disebabkan oleh anak yang terpengaruh dan terhasut oleh temannya
yang mengajak kepada keburukan.

D. Cara Mencegah Kenakalan Remaja

Kenakalan remaja dapat dicegah dengan memperbaiki kondisi tempat


remaja tersebut tumbuh. Kenakalan remaja dapat diminimalisir apabila
setiap komponen masyarakat secara serius menyadari pentingnya
mengarahkan dan membimbing remaja, mengingat remaja merupakan aset
masa depan bangsa Dibutuhkan lingkungan yang positif dalam upaya
membentuk pribadi yang baik bagi remaja. Hal-hal yang harus diperhatikan
dalam rangka menumbuhkan lingkungan yang positif antaralain:
1. Menjalankan Parenting di dalam Keluarga
Keluarga dijelaskan oleh Peter L. berger dan Luckman (1967)
sebagai agen sosialisasi utama (primer). Penggolongan ini bukanlah
tanpa alasan. Mereka berpendapat demikian karena menilai
keluarga sebagai wadah utama anak untuk mengenali dirinya dan
orang-orang disekitarnya. Kunci terpenting dalam membina
keluarga yang kondusif adalah dengan komunikasi. Orang tua harus
bisa menjaga komunikasi yang baik dengan anak. Memiliki anak
berarti mengemban amanah untuk mendidiknya. Baik orang tua

8
yang sibuk maupun yang longgar, semua memiliki kewajiban yang
sama dalam hal meluangkan waktu bersama anak. Orang tua
sebagai madrasah pertama anak bertugas dalam mentransfer kasih
sayang dan budi pekerti yang baik (akhlaqul karimah) kepada anak.
Orang tua sebagai role model harus bisa memberikan tauladan yang
baik bagi anak. Anak akan mudah untuk diarahkan dan dibimbing
apabila orang tua dekat dengan anak. Untuk itu, orang tua perlu
memahami kondisi emosional dan perkembangan anak.
2. Memberikan Kurikulum Keagamaan di dalam Institusi
Sebuah institusi pendidikan hendaknya menerapkan kurikulum
keagamaan yang wajib diikuti seluruh peserta didik. Pengetahuan
keagamaan harus disampaikan kepada peserta didik dalam rangka
membekali mereka tentang bagaimana beradab yang baik Selain itu,
pengetahuan keagamaan juga merupakan alat pengendalian perilaku
seseorang. Pengetahuan keagamaan menjadi modal guru dan tenaga
pendidik dalam menyampaikan nila-nilai moral kepada peserta
didik agar mereka bertumbuh sesuai dengan hak dan kewajibannya.
3. Mengadakan Bimbingan Konseling di sebuah Institusi
Pengertian Bimbingan Konseling dijelaskan dalam
https://itjen.kemendikbud.go.id sebagai proses membantu yang
dilakukan oleh ahli (konselor) kepada individu yang bermasalah
(konseli) guna memecahkan masalah yang dialami individu tersebut
dalam rangka mencapai kesejahteraan. Institusi dinilai perlu
memiliki unit Bimbingan Konseling dikarenakan urgensi
Bimbingan Konseling sebagai sarana membantu siswa
memecahkan masalah dan menemukan solusi dari setiap
permasalahannya. Bimbingan Konseling diharap mampu
mengarahkan remaja pada tindakan-tindakan tepat dan menguatkan
mentar remaja agar sadar menghindari perilaku menyimpang

9
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Masa remaja merupakan fase peralihan dari anak-anak menuju


dewasa. Masa remaja berkisar antara umur 11-20 tahun. Masa Remaja
sering dikatakan sebagai masa pencarian jati diri dikarenakan pada masa ini
emosi dan semangat remaja masih belum stabil. Ketidak stabilan inilah yang
perlu dikendalikan agar mengarah pada hal-hal positif.
Pihak yang berperan besar dalam mengarahkan dan membimbing
anak adalah orang tua. Orang tua memiliki peran dalam penyampaian kasih
sayang dan nilai moral kepada anak. Namun, kebanyakan orang tua saat ini
terlalu sibuk dengan pekerjaannya dan tidak terlalu memberikan perhatian
pada tumbuh kembang anak. Kesibukan orang tua mengakibatkan anak
merasa kurang diperhatikan.
Anak yang kurang mendapat perhatian orang tua cenderung akan
mencari lingkungan luar yang mau menerimanya. Ketidakmampuan anak
dalam memilah dan memilih lingkungan menyebabkan anak terjerumus
dalam lingkungan yang buruk. Anak yang sudah masuk dalam circle yang
buruk cenderung mudah tertular dan ikut menjadi bagian dari mereka. Anak
yang salah memilih pergaulan sangat rentan mengalami tindakan
menyimpang yang berujung pada kenakalan remaja

B. SARAN

1. Sebaiknya orang tua tidak hanya memenuhi kebutuhan fisik anak saja
tetapi juga kebutuhan batiniahnya
2. Sebaiknya keluarga menerapkan parenting dalam kehidupan sehari-hari
guna menyampaikan nilai dan norma kepada anak

10
3. Sebaiknya guru tidak hanya mengajarkan sisi akademis saja tetapi juga
menanamkan pendidikan karakter pada peserta didik
4. Sebaiknya unit Bimbingan Konselor lebih peka dan aktif dalam
menyebarkan (sosialisasi) pengetahuan seputar mental dan tumbuh
kembang remaja
5. Diharapkan pimpinan masyarakat mendirikan organisasi-organisasi
sosial yang dapat diikuti remaja guna membentuk remaja menjadi
pribadi yang tanggap lingkungan
6. Sebaiknya remaja lebih memperdalam ilmu agama dan banyak
mengikuti kegiatan-kegiatan positif agar terhindar dari komunitas yang
menyimpang

11
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2018. Menguak Data Jumlah Kekerasan Perempuan Tahun ke Tahun.


www.cnnindonesia.com diakses pada 8 November 2019

Berger, Peter L. and Thomas P. Luckman. 1967. The Social Construction of Reality.
Great Britain: Penguin Books

Dadan Sumara, Sahadi humaedi, dan Meilanny. B.S. 2017. Kenakalan Remaja dan
Penanganannya. Jurnal Penelitian & PPM. Vol 4, No. 2 Juli 2017: 347-349

Ekowarni,Endang. (1993). Kenakalan Remaja: Suatu Tinjauan Psikologi


Perkembangan. Buletin Psikologi No. 2, 1993:24- 27

Hurlock, E.B. (1990). Developmental Psychology: A lifespan Approach.


(terjemahan oleh Istiwidayanti). Jakarta: Erlangga Gunarsa

Hurlock, & Elizabeth, B. (1980). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan


Sepanjang Rentang Kehidupan (Edisi Kelima). Jakarta: Erlangga.

Oktaviani Desy, Lukmawati. 2018. Keharmonisan Keluarga dan Kenakalan Remaja


pada Siswa Kelas 9 MTS Negeri 2 Palembang. Jurnal Psikologi Islami Vol.
4 No. 1 Juni 2018: 53Sumiati, D. (2009). Kesehatan Jiwa Remaja dan
Konseling. Jakarta: Trans Indo Media.

Sumiati, D. (2009). Kesehatan Jiwa Remaja dan Konseling. Jakarta: Trans Indo
Media.

Taufik Miskudin. 2019. Apa itu Bimbingan Konseling.


https://itjen.kemendikbud.go.id diakses pada 27 Desember 2019

Triwiyarto, Uut. 2015. Studi Kasus tentang Penyebab Kenakalan Remaja. Ilmu
Pendidikan. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta.

12

Anda mungkin juga menyukai