0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
20 tayangan6 halaman
Dokumen tersebut membahas tentang pengaruh globalisasi terhadap perkembangan kuliner di Indonesia sebagai pendukung industri pariwisata berbasis kearifan lokal. Globalisasi memicu terjadinya percampuran budaya di berbagai belahan dunia, termasuk penyebaran kuliner antar negara. Kuliner merupakan bagian dari budaya suatu masyarakat yang dapat menarik minat wisatawan mancanegara untuk mengunjungi suatu daerah di Indonesia.
Dokumen tersebut membahas tentang pengaruh globalisasi terhadap perkembangan kuliner di Indonesia sebagai pendukung industri pariwisata berbasis kearifan lokal. Globalisasi memicu terjadinya percampuran budaya di berbagai belahan dunia, termasuk penyebaran kuliner antar negara. Kuliner merupakan bagian dari budaya suatu masyarakat yang dapat menarik minat wisatawan mancanegara untuk mengunjungi suatu daerah di Indonesia.
Dokumen tersebut membahas tentang pengaruh globalisasi terhadap perkembangan kuliner di Indonesia sebagai pendukung industri pariwisata berbasis kearifan lokal. Globalisasi memicu terjadinya percampuran budaya di berbagai belahan dunia, termasuk penyebaran kuliner antar negara. Kuliner merupakan bagian dari budaya suatu masyarakat yang dapat menarik minat wisatawan mancanegara untuk mengunjungi suatu daerah di Indonesia.
Globalisasi yang dianggap sebagai penggerak, komunikator dan pengendali ideologi kapitalis di seluruh dunia yang akan menciptakan budaya global yang populer, modis dan kontemporer yang sering ditiru para konsumen. Budaya global ini juga menetapkan budaya dan cara hidup yang harus diikuti, sehingga mewujudkan imperialisme budaya semacam ini, Secara bertahap merusak nilai budaya lokal. Dengan dilihat dengan kasat mata, bahwa aturan barat terjadi dalam setiap hal dengan cara yang jauh lebih kuat dibandingkan sebelumnya dan dalam hal ini, media sangat membantu masuknya perubahan. Budaya sangat erat kaitannya dengan globalisasi, cepat atau lambat globalisasi telah menghilangkan batas-batas sistem komunikasi dari satu daerah ke daerah lain. Hilangnya pembatasan tersebut karena adanya pertukaran informasi antar masyarakat di berbagai daerah, negara terlebih benua mendapatkan informasi dengan cepat melalui media massa contohnya, internet, majalah dan televisi. Budaya nasional suatu negara dengan cepat menjadi budaya global dan industri yang dapat mempengaruhi budaya nasional negara lain. Saat ini, perkembangan maupun promosi industri pariwisata negara semakin gencarnya dan meningkat tajam di tingkat lokal maupun secara nasional untuk mendukung rencana pembangunan nasional. Perekonomian Indonesia kemungkinan besar akan bergeser ke industri jasa nantinya, seperti industri kreatif dan pariwisata. Sejak revolusi industri, pariwisata diharapkan menjadi industri global, Hal ini berdampak pada peningkatan pendapatan yang cukup besar dan menunjang berbagai kemudahan di berbagai belahan dunia dapat dengan mudah diakses. Indonesia tentu memiliki kekayaan alam dan budaya yang luar biasa yang patut diapresiasi dan dikunjungi oleh dunia internasional. Semakin hari semakin banyak pula objek wisata di Indonesia yang telah menjadi tempat wisata di dalam dan luar negeri terlebih kuliner yang ditawarkan dari setiap daerah destinasi wisata yang menjadi daya tarik. Dalam masyarakat terdapat interaksi budaya yang berbeda, Penyebaran budaya tidak terlepas dari keberadaan kekuasaan. Bentuk kekuatan yang paling dasar pada dasarnya adalah pembentukan pemikiran manusia. Dengan pengaruhnya terhadap pemikiran manusia maka akan menentukan cara berperilaku manusia. Tomlinson percaya bahwa budaya pada dasarnya adalah komponen globalisasi. Dalam hal ini budaya diartikan sebagai konstruksi sosial, digambarkan sebagai representasi dari kehidupan pribadi dan kolektif, pengalaman hidup dan lingkungan. Hubungan budaya dan globalisasi merupakan hasil interkoneksi globalisasi, bagaimana kita bisa mengglobalisasikan perilaku budaya lokal. Hal tersebut sejalan dengan pandangan yang disampaikan oleh Anthony Gidden (2011) gaya hidup masyarakat yang semakin mengglobal, semakin kuat pula ketergantungan mereka pada nilai-nilai yang lebih dalam seperti budaya, seni, agama, adat istiadat dan sebagainya. Begitu pula dari perspektif lokal, Saat dunia menjadi lebih homogen, maka kita akan semakin menghargai tradisi dari dalam. Tanpa disadari, nilai strategis budaya lokal telah memacu potensi daerah untuk mengembangkan pariwisata di Indonesia, termasuk di bidang kuliner. Tetapi kita juga harus melindungi kekayaan alam dan budaya, termasuk makanan tradisional yang kita miliki, dan harus dilindungi dan perlu dijaga untuk menarik destinasi wisata domestik dan mancanegara. Penyebaran budaya terjadi lewat komunikasi antar budaya yang semakin luas membuat budaya- budaya tertentu kemudian teruniversalkan bahkan diterapkan dalam aspek kehidupan seperti dalam politik dan hukum. Manusia pada masa kini tiada mungkin menghindar dari pengaruh globalisasi yang menimbulkan kekuatan yang sangat signifikan dalam menciptakan dan mengembangkan identitas budaya. Permasalahan dalam paper ini apa dan bagaimana pengaruh kuliner sebagai pendukung industri pariwisata berbasis kearifan lokal, dan mengapa komunikasi global dapat menjadi agen perubahan kuliner sebagai pendukung industri pariwisata. Adapun tujuan penulisan paper ini agar dapat lebih memahami kuliner sebagai pendukung industri pariwisata yang terus menerus mengalami proses perubahan dan akan memengaruhi kualitas hidup manusia dalam globalisasi.
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pemahaman Tentang Kuliner
Kuliner merupakan elemen budaya dari suatu bangsa yang sangat mudah dikenali sebagai identitas suatu masyarakat. Kuliner merupakan salah satu unsur dari budaya dan menunjukkan adanya hubungan sosial. Apa yang kita makan, dengan siapa kita makan, dan bagaimana penyajian makanan menunjukkan peranan yang penting dalam memaknai relasi sosial. Makanan selain merupakan kebutuhan biologis agar manusia dapat bertahan hidup, juga merupakan kebutuhan sosial dan budaya manusia dalam komunitas atau masyarakat. Pilihan makanan untuk asupan makanan dibentuk oleh faktor-faktor sosial dan budaya yang memberi makna simbolis pada makanan. Faktor-faktor budaya merupakan bagian dari pengalaman manusia yang selalu berkembang dan berubah. Dalam hubungan ini, kuliner dapat dimaknai sebagai sumber kekuasaan dalam heterogenitas hubungan lintas budaya. Hasil silang budaya terjadi dalam ‘dialog’ antar kuliner dari bangsa-bangsa yang saling bertemu. Agen dari ‘dialog’ yang dominan adalah media komunikasi yang saat ini makin terbuka dan merasuk dalam kehidupan manusia di seluruh pelosok dunia. Melalui komunikasi global, kuliner berkembang dengan membentuk banyak pilihan dengan memperluas inovasi gastronomi, memadukan multietnis makanan. 2.2 Industri pariwisata Pengertian Industri Pariwisata menurut Undang-undang Pariwisata Nomer 10 tahun 2009, adalah organisasi usaha pariwisata yang saling terkait dalam rangka menghasikan barang atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dalam penyelenggaraan wisata. Definisi lain tentang Industri Pariwisata adalah merupakan kumpulan berbagai macam bidang usaha yang secara bersama-sama menghasilkan produk-produk maupun jasa atau pelayanan yang nantinya baik langsung maupun tidak langsung akan dibutuhkan oleh wisatawan. Sedangkan industri pariwisata yang berbasis kearifan lokal adalah bidang usaha yang secara bersama-sama menghasilkan produk maupun jasa pelayanan yang dibutuhkan oleh wisatawan yang menjadikan unsur budaya dan kearifan lokal sebagai daya tarik wisata termasuk kulinernya. Tujuan industri pariwisata yang pertama adalah Meningkatkan ekonomi masyarakat sekitar lokasi wisata dan secara makro akan meningkatkan dan menumbuhkan perekonomian nasional. Kedua, mendorong tumbuhnya investasi dibidang industry pariwisata antara lain pembangunan lokasi / daerah wisata, pembangunan hotel, pengadaan transportasi, pembangunan infra struktur berupa jalan, fasilitas umum, rumah makan, kedai, lapak dan sebagainya. 2.3 Kuliner sebagai pendukung industri pariwisata dalam globalisasi Setiap bangsa memiliki budaya kuliner yang berbeda yang merupakan karakter nasional yang kuat dan keragaman wujudnya. Perbedaan dalam budaya kuliner juga memunculkan adanya komunikasi lintas budaya. Sebagai contoh dalam memahami perbedaan kuliner China dan kuliner Eropa menghasilkan konotasi budaya yang menelisik warisan budaya dan memancarkan perubahan budaya secara complementary and compatible. Pemikiran postmodern memengaruhi perkembangan kuliner dalam globalisasi. Dalam karya Jean François Lyotard “The Postmodern Condition,” terdapat penegasan bahwa pengetahuan dan kebenaran tidak pasti dan bisa diubah. Hal ini nyata nampak terjadinya pengaruh pada perubahan kuliner secara global, terutama dengan dipicu perkembangan teknologi informasi. Budaya postmodern merasuk yang mempertanyakan dunia, mempertimbangkan kebenaran dan realitas yang relatif dan tidak tetap, serta menolak adanya pembatasan. Keterkaitan antara budaya dan globalisasi, diperjelas dalam pemikiran Douglass Kellner dalam “Globalization and the Postmodern Turn” dengan ulasan bahwa dalam globalisasi terjadi pengikisan budaya dan tradisi lokal melalui budaya global. Selanjutnya Kellner menyatakan bahwa selain pengembangan ekonomi pasar global baru dan sistem pergeseran negara-bangsa, kebangkitan budaya global. Globalisasi melibatkan penyebaran teknologi baru yang memiliki dampak luar biasa pada ekonomi, pemerintahan, masyarakat, budaya, dan kehidupan sehari-hari. Kuliner dalam globalisasi mudah ditelusuri dari kolonialisme pada masa lalu, karena secara historis banyak makanan dan praktek makan telah dipertukarkan dalam pemerintahan kolonial (Kellner, 2004: 23-24). Makanan merupakan ranah budaya dalam kehidupan sehari-hari yang telah sangat dipengaruhi oleh globalisasi. Makanan menghubungkan manusia, dan mungkin semua makhluk hidup, oleh kebutuhan umum untuk itu semua. Dengan penyebaran dan pertukaran makanan, masing-masing pihak dan budaya diletakkan dalam kontak dengan yang lain, dan saling memengaruhi. 2.4 Kuliner Sebagai Pendukung Industri Pariwisata Berbasis Kearifan Lokal Industri wisata di Indonesia masih terlihat kental budaya dan kearifan lokal yang dilestarikan oleh masyarakat setempat, jika kita cermati dari jasa layanan makanan dan minuman yang pada umumnya menyuguhkan hidangan khas daerah setempat, seperti lontong sate, pecel, soto, rujak cingur, tahu kupat, bakso, nasi rawon, dan kuliner khas daerah lainnya. Jika kita cermati nilai-nilai lokal mampu menginspirasi tumbuhnya kearifan lokal untuk mengembangkan potensi lokalitas dalam pengembangan pariwisata. Ide tersebut dikembangkan berdasarkan asumsi bahwa pembangunan daya tarik wisata didasarkan pada pembangunan masyarakat dan budaya setempat. Dalam masalah kuliner juga terlihat budaya masyarakat setempat masih kental. Makanan yang dijajakan tidak terlepas dari makanan yang ada di daerah masing-masing meskipun sudah terlihat adanya inovasi dan cita rasa serta penyajiannya yang kekinian atau modern sehingga menarik selera wisatawan. Myra (2003) mengatakan bahwa dalam mengembangkan seni kuliner harus tetap diusahakan untuk mempertahankan keaslian dan keunikan yang dipunyai dari masing- masing daerah, baik dari cara memasak, cara menghidangkan maupun perangkat sajinya. Kuliner Indonesia pun tidak luput dari pengaruh komunikasi lintas budaya tersebut. Kuliner Indonesia memiliki spektrum yang sangat luas, dengan bentangan kepulauan Nusantara dan memiliki lokasi strategis untuk terwujudnya dialog antar bangsa, dan yang terpenting memiliki kekayaan hayati yang dapat ditrasformasikan menjadi bahan makanan. Kuliner Indonesia perlahan mulai mendunia karena memiliki Cita rasa yang beragam dan unik. Penyajian secara tradisional dengan menggunakan daun pisang, janur (daun kelapa yang masih kucup), dan daun pandan menarik perhatian banyak kalangan dari mancanegara. Dampak dari adanya kekuasaan di balik komunikasi, memacu perubahan dalam kuliner Indonesia. Misalnya, gado-gado diberi penambahan sayuran seperti romaine lettuce dan daun basil agar lebih wangi dan bergaya Barat. Hidangan tradisional Indonesia disajikan dalam sederet hidangan yang dikenal sebagai rijstafel. Hal ini merupakan ‘fusion’, sehingga makanan tradisional Indonesia akan semakin kaya variasi, dan mengarah pada modernisasi. Kuliner di Indonesia mulai bergeser mengikuti perkembangan budaya dalam globalisasi.
BAB III PENUTUP
3.1 Evaluasi dan kesimpulan
Perkembangan dunia wisata saat ini membuka peluang bagi berkembangnya industry pariwisata bidang kuliner di daerah destinasi wisata, baik skala kecil, menengah maupun skala besar (internasional). Termasuk pada konstruksi sosial terhadap kuliner Indonesia sebagai pendukung industri wisata. Hal ini semakin jelas percepatan prosesnya dengan adanya keterbukaan media massa yang dipacu kemajuan teknologi informasi, dan adanya unsur kekuasaan di dalamnya dan dengan adanya industri pariwisata yang berbasis pada kearifan lokal dapat Meningkatkan ekonomi masyarakat disekitarnya, pendapatan nasional meningkat, Berkembangnya industri makanan jajanan sebagai buah tangan para wisatawan yang bisa mengangkat citra pariwisata di Indonesia dan terkhususnya dapat melestarikan budaya Indonesia dari zaman ke zaman.
DAFTAR PUSTAKA
Anita Trisiana, D. A. K. E. W. & (2019) ‘Pentingnya Komunikasi Sosial Budaya Di Era
Globalisasi Dalam Perspektif Nilai Pancasila’, Jurnal Global Citizen : Jurnal Ilmiah Kajian Pendidikan Kewarganegaraan, 6(2). doi: 10.33061/glcz.v6i2.2551. Ardian, H. Y. (2017) ‘Komunikasi Dalam Perspektif Imperialisme Kebudayaan’, Perspektif Komunikasi UMJ, 1(1), p. 5. Myra. P. Gunawan. 2003. Seni Kuliner dan Perangkat Saji Makanan Khas Nusantara. Deputi Bidang Pengembangan Produk dan Usaha Pariwisata Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Rumyeni (2012) ‘GLOBALISASI DAN PERIKLANAN: PENAMPILAN BUDAYA ASING DALAM IKLAN INDONESIA’, 1(2004), pp. 36–42. Shindy, M. (2017) ‘KOMUNIKASI ORGANISASI SEKOLAH Studi Kasus : UPT SMP 20 Mei Kota Depok’, desain, 5, pp. 28–25.