Anda di halaman 1dari 5

PSIKOLOGI KEPRIBADIAN

Dosen Pengampu:
Faradillah Firdaus, S. Psi., M. A.
Tri Sulastri, S. Psi., M. Sc

Zahra Shahifah Safar


220701501091
Kelas M

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2023
DEFENSE MECHANISM FREUD

Defense mechanism merupakan bentuk pertahanan diri yang dimiliki oleh setiap
individu. Sebagian individu menahan perasaan tertekan, kecemasan, stress, ataupun konflik
dengan melakukan defense mechanism atau mekanisme pertahanan diri, baik yang dilakukan
secara sadar ataupun tidak. Sigmund Freud menggunakan istilah defense mechanism untuk
menunjukkan proses tidak sadar yang melindungi seseorang dari kecemasan melalui
pemutarbalikkan kenyataan. Artinya defense mechanism diri ini merupakan bentuk penipuan
diri. Ada berbagai macam defense mechanism yang dilakukan individu menurut freud, yaitu,

1. Repression
Dalam defense mechanism salah satu mekanismenya yaitu Repression. Repression ini
merupakan menahan suatu dorongan yang dihasilkan id saat ego merasa terancam,
kemudian dorongan tersebut secara tidak sadar masuk ke alam bawah sadar individu,
sehingga individu tidak dapat mengolahnya secara sadar. Sederhananya, saat seseorang
mengalami kejadian yang tidak menyenangkan, alam bawah sadarnya akan berusaha
melupakan hal itu. Contohnya adalah saat seseorang melihat teman dekatnya kecelakaan,
lalu ia seakan lupa dengan kejadian kecelakaan itu.

2. Regression
Regression adalah salah satu mekanisme pertahanan diri individu ketika dalam sebuah
keadaan si individu mundur secara mental ke tahap perkembangan selanjutnya. Hal ini
terjadi karena seseorang tidak sanggup atau mengalami kesulitan untuk maju ke tahap
perkembangan selanjutnya dan kurang matang dalam beradaptasi. Contohnya: Jika
seorang kakek-kakek menunjukkan kegenitanya pada seorang wanita, artinya kakek itu
kembali pada masa phallic

3. Projection
Projection ini merupakan usaha yang dilakuka individu untuk menyalahkan orang lain
atas kegagalannya atau keinginannya yang tidak sesuai. Contohnya jika seseorang
diberikan nilai yag rendah oleh dosen, ia mengatakan bahwa dosennya lah yang tidak bisa
mengajar dengan baik

4. Rationalization
Upaya individu untuk membuat perilakunya masuk akal dengan memberikan alasan yang
dapat diterima di lingkungan. Contohnya saat seorang mahasiswa terlambat mengikuti
kelas, ia akan bilang kalau jalanan lagi macet, padahal dirinya sebenarnya yang tidak bisa
mengatur waktu dengan baik

5. Displacement
Luapan emosi negatif dari seseorang dilampiaskan pada objek atau orang lain. Contohnya
ketika seorang mahasiswa dimarahi oleh dosen saat di kampus karena usahanya gagal
memenuhi target, maka ia pulang dengan membawa perasaan kecewa tersebut, yang
membuat saat menyetir kendaraan ia jadi ugal-ugalan dan saat sampai di rumah ia jadi
bertindak kasar, seperti membanting pintu atau membentak keluarga.
6. Sublimation
Sublimasi adalah saat individu melepaskan emosi negatifnya dengan hal-hal yang positif.
Contohnya saat seseorang sedang depresi, ia meluapkan perasaan ingin bunuh dirinya
dengan menggambarkan suatu hal yang memiliki makna depresi

7. Denial
Ketika seorang individu melakukan penyangkalan. Ia tahu bahwa apa yang ia lakukan itu
salah, namun dia menggunakan berbagai alasan agar hal tersebut bisa diterima.
Contohnya: ketika seorang individu sadar bahwa merokok itu tidak baik, namun ia tetap
merokok dan mengatakan bahwa dia merokok hanya saat stress saja

8. Introyeksi
Introyeksi merupakan salah satu defense mechanism ketika seseorang mengambil
perilaku, sifat, atau perkataan orang lain untuk ditanamkan pada diri sendiri. Contohnya:
saat seseorang kalah dalam pertandingan, dan lawannya mengatakan bahwa ia tidak
berbakat dalam hal ini. Maka seorang yang kalah tersebut tidak akan lagi melakukan hal
itu karena merasa tidak berbakat.

9. Reaction Formation
Mekanisme ini mencegah keinginan yang berbahaya, dan mengekspresikannya dengan
cara melakukan sikap yang berlawanan dari keinginannya. Contohnya jika individu iri
dengan salah satu temannya yang sukses, ia akan memperlihatkan sikap yang sebaliknya,
yaitu sangat memuja temannya.

HOW DREAM WORKS?

Menurut Freud terjadinya mimpi melalui 4 tahap proses, yaitu


1. Condesation
Tahap ini adalah bagian dari proses mengolah pikiran-pikiran laten dari mimpi untuk
mendapatkan kandungan manifes dari mimpi (arti mimpi itu sendiri). Menurut freud,
mimpi yang kita ingat justru dapat diceritakan kembali dengan kata-kata yang relatif
sedikit. Sebaliknya, interpretasi dari manifest mimpi yang menembus tahap laten,
mungkin akan memproduksi sebanyak 12 kali jumlah informasi.
Maka bisa saja kita simpulkan bahwa cara kerja condensation hanya sekali, yaitu saat
proses mengedit mimpi, di mana hanya ada beberapa elemen terpilih dari alam bawah
sadar yang kemudian representasikan mimpi di manifest konten.
Condesation bukanlah tahap yang simple, ini merupakan teknik creative compression.
Setiap segmen dari manifest konten merupakan titik sentral yang berjumlah besar dari
gagasan laten yang bertemu.

2. Displacement
Displacement adalah sebuah teknik sensor pikiran yang bekerja untuk menggantikan
mimpi laten di alam kesadaran dengan ide yang lebih jauh, atau untuk mencapai
pergeseran dari ingatan mimpi yang menekan pada ide-ide penting dan meggantikan
yang tidak penting.
Saat condensation bertaggungjawab untuk mengompresi pikiran-pikiran laten
kedalam bentuk singkatan dari manifest konten, displacement justru
bertanggungjawab untuk “memilih” dari bentuk elemen yang merupakan manifest
mimpi yang dibangun

3. Visual representation
Gagasan-gagasan abstrak, keinginan, dan dorongan yang membentuk pikiran-pikiran
laten dari mimpi dengan sendrinya tidak berwarna dan fana. Dalam ruang lingkup
mimpi, pikiran-pikiran abstrak ini harusnya dikonversi ke dalam gambar visual yang
konkret dengan sejenis gambaran dengan kualitas primitive yang mudah
memanipulasi condensation dan displacement.
Hasil dari pikiran-pikiran abstrak ke dalam tipe gambar visual yang mengikuti jalur
konversi labe simbol merepresentasikan gagasan ke dalam fisik dan tindakan konkrit.
Contohnya, gagasan abstrak dari “kepemilikan” bisa dikorversi ke dalam gambar
sebuah tindakan yang konkret seperti “duduk di atas objek”. Anak-anak sering
melakukan strategi ini untuk melindungi barang berharganya dengan cara
menggenggam barangnya itu.

4. Secondary revision
Seluruh mekanisme dari cara kerja mimpi sejauh ini membahas kesamaan tujuan yaitu
untuk memenuhi sensor mimpi. Mimpi dapat bekerja dengan condense, displace, dan
representasi dari gambar visual untuk membentuk pikiran-pikiran laten dari mimpi
dalam usahanya menyamarkan mimpi. Dengan demikian, mekanisme dari mimpi ini
sering memproduksi mimpi yang absurd dan sulit dipahami. Saat individu mencoba
mengingat dan mencoba memasuk akalkan mimpinya, bagaimanapun caranya, selalu
saja terlihat kurang masuk akal.
Pikiran prasadar berusaha untuk membuat mimpi menjadi bisa dimengerti, seluruh
alur, yang berhubungan dan tampaknya tidak masuk akal pada saat mimpi laten.
Dengan begitu, pikiran prasadar pada dasarnya membuat mimpi menjadi pusat untuk
di interpretasikan sebelum individu bangun. Apa pun interpretasinya, elemen dari
mimpi akan disesuaikan dengan garis besarnya sampai seluruh elemen yang
berserakan menjadi teratur dan masuk akal.
Referensi

Sollod, R. N., & Monte, C. F. (2008). Beneath the mask: An introduction to theories


of personality. John Wiley & Sons.

Anda mungkin juga menyukai