Sebagai makhluk social yang tak luput dari perhatian masyaraka. setiap hari Anda
selalu bergaul, berhubungan, dan berkomunikasi dengan orang lain yang ada disekitar Anda.
Dalam makalah ini membahas tentang fenomena Cyberbullying dikalangan remaja yang
ditinjau dari sikap dalam kebiasaan social disertai dengan beberapa contoh kasus
Cyberbullying yang pernah dialami oleh penulis.
Di zaman yang serba tak luput dari teknologi terdapat berbagai keuntungan serta
kerugian. Dimana informasi dan komunikasi dapat diakses dengan mudah namun juga
membawa dampak buruk seperti
adanya perilaku bullying di dunia maya.
Akhirnya, penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang membantu
selesainya makalah Cyberbullying di Kalangan remaja untuk
memenuhi persyaratan ujian akhir dalam mata pelajaran sejarah. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi semua orang terutama para remaja.
.
Kampung rimbo, Februari 2019
Penulis
(Maya Zulasmi)
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………..........................................1
DAFTAR ISI……………………………………….........................................2
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang…………............................................................................3
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................3
1.3 Tujuan.........................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Perbedaan Bullying dan Cyberbullying......................................................4
2.2 Bentuk dan Metode Tindakan Cyberbullying.............................................5
2.3 Perbedaan Fenomena Cyberbullying di Negara Barat dan Indonesia.........5
2.4 Penyebab Cyberbullying Menyerang Remaja............................................6
2.5 Dampak Cyberbullying...............................................................................8
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan…………………………………… ........................................13
3.2 Saran………………………………………….......................................... 13
DAFTAR PUSTAKA…………………………….......................................... 14
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui apa itu cyberbuyying serta pengaruhnya terhadapi remaja indonesia
maupun dunia, dalam berbagai media.
\
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Perbedaan Bullying dan Cyberbullying
Bullying di antara remaja umumnya didefinisikan sebagai perbuatan yang disengaja,
mengulangi tindakan menyakitkan, kata-kata atau perilaku lainnya, seperti ejekan,
mengancam dan/atau menghindari, dilakukan oleh satu atau lebih individu terhadap yang
lain. Bullying dapat dilakukan secara fisik, psikologis, sosial, ataupun verbal dengan
kekuatan masing-masing pihak tidak sesuai dan hanya menguntungkan atau membawa
kepuasan salah satu pihak saja. ada dua tipe bullying :
1. fisik bullying meliputi ; meninju, Fenomena Cyberbullying di Kalangan Remaja
berupa menusuk, mencekik, menarik rambut, memukul, menggigit, menendang dan
menampar.
2. Verbal bullying meliputi ; ejekan, menggoda dan gosip. Emosional bullying meliputi ;
menolak, meneror, mempermalukan, memeras, memanipulasi persahabatan, dan
mengisolasi (dikucilkan).
3. Perlaku non-verbal langsung (melihat dengan sinis, menjulurkan lidah, menampilkan
ekspresi muka yang merendahkan, mengejek, atau mengancam, biasanya disertai oleh
bullying fisik atau verbal).
4. Perilaku non verbal tidak langsung (mendiamkan seseorang, memanipulasi
persahabatan sehingga menjadi retak, sengaja mengucilkan atau mengabaikan,
mengirimkan surat kaleng).
5. Pelecehan seksual (kadang dikategorikan perilaku agresi fisik atau verbal).
Hal-hal tersebut dapat dilakukan secara individu maupun kelompok dan biasanya para
pelaku memanfaatkan keuntungan dari orang lain yang dianggap lemah. Jadi, tindakan-
tindakan Bullying tentu dapat merugikan korban, dan umumnya berupa mengejek nama,
mengganggu atau mengucilkan korban.
Cyberbullying adalah tindakan intimidasi yang dilakukan anak maupun remaja di dunia
maya terutama di media social. Bentuk cyberbullying dapat berupa ejekan, hinaan, caciaan,
ataupun hacking. Fenomena cyberbullying ini sebenarnya sama saja dengan bullying pada
umumnya yang menyerang psikis dan fisik seseorang yang di bully, yang membedakan
adalah tempatnya. Cyberbullying dilakukan pada dunia maya melalui perantara media
elektronik sedangkan bullying dilakukan di dunia nyata dan tanpa perantara namun langsung
dan berhadapan dengan korban.
4
Cyber bullying yang berkepanjangan bisa mematikan rasa percaya diri, membuat menjadi
murung, khawatir, selalu merasa bersalah atau gagal karena tidak mampu mengatasi sendiri
gangguan yang menimpanya. Bahkan ada pula korban cyber bullying yang berpikir untuk
mengakhiri hidupnya karena tak tahan lagi diganggu. Remaja korban cyber bullying akan
mengalami stress yang bisa memicunya melakukan tindakan-tindakan rawan masalah seperti
mencontek, membolos, lari dari rumah, dan bahkan minum minuman keras atau
menggunakan narkoba.
remaja pelaku cyber bullying biasanya memilih untuk menganggu temannya yang
dianggap lebih lemah, tak suka melawan dan tak bisa membela diri. Pelakunya sendiri
biasanya adalah anak-anak yang ingin berkuasa atau senang mendominasi. Anak-anak ini
biasanya merasa lebih hebat, berstatus sosial lebih tinggi dan lebih populer di kalangan
teman-teman sebayanya. Sedangkan korbannya biasanya anak-anak atau remaja yang sering
diejek dan dipermalukan karena penampilan mereka, warna kulit, keluarga mereka, atau cara
mereka bertingkah laku di sekolah. Namun bisa juga si korban cyber bullying justru adalah
anak yang populer, pintar, dan menonjol di sekolah sehingga membuat iri teman sebayanya
yang menjadi pelaku.
5
Cyberbullying di Kalangan Remaja seperti adanya rasa jera pada pelaku. Sehingga perilaku
cyberbullying ini akan terus berlangsung dan semakin meningkat dalam berbagai kasus.
Jadi cyberbullying ini sudah banyak terjadi di Indonesia namun para korban
cyberbullying lebih memilih untuk tidak menceritakannya kepada orang tua, orang terdekat
(sahabat/saudara) maupun pihak yang berwajib sehingga para orang tua tidak pernah
mengetahui anak-anaknya menjadi korban bullying di dunia maya. Sehingga cyberbullying
tidak diketahui oleh orang awam yang tidak tahu atau tidak paham mengenai dunia maya
kecuali pihak-pihak tertentu yang paham akan dunia maya menyebabkan tidak adanya
perhatian khusus terhadap kasus cyberbullying di Indonesia.
2.4 Penyebab Cyberbullying Menyerang Remaja
Cyberbullying ini mayoritas menyerang pada kalangan remaja sebab intensitas para
remaja menggunakan internet dan media social tergolong tinggi. Hal ini merupakan hal yang
wajar sebab di era modernisasi dan globalisasi ini sangat memungkinkan untuk mengakses
internet dan social media untuk memenuhi berbagai kebutuhan, terutama pada siswa yang
kini lebih mudah dalam mengakses berbagai situs pengetahuan untuk menambah wawasan
dan media social yang memudahkan para remaja untuk berkomunikasi. Disisi lain kemajuan
teknologi ini membawa dampak yang buruk pula seperti para siswa menjadi malas belajar,
para remaja yang sibuk menunjukkan popularitas di media social.
Cyberbullying terjadi karena adanya suatu kebiasaan (habitus) dan lingkungan.
Kebiasaan para remaja yang kecanduan internet dan media social untuk memenuhi berbagai
kebutuhannya dalam kehidupan sehari-hari. Kebiasaan yang buruk dapat membentuk perilaku
yang buruk pula, kebiasaan setiap individu dapat diperoleh melalui jalan yang berbeda-beda
seperti melalui pengalaman dan pembentukkan kebiasaan dari lamanya kehidupan social pada
posisi tertentu. Misalnya anak yang mempunyai sifat genetic pemarah dan egois karena
merupakan anak tunggal yang didalam dikehidupan sosialnya ia lebih sering eksis di dunia
maya daripada di dunia nyata maka akan suka mengungkapkan kemarahan dan emosinya
secara tidak langsung atau melalui perantara seperti halnya kasus bullying maka anak tersebut
akan cenderung langsung menghina dan mencaci maki korban di dunia maya daripada harus
berhadapan langsung pada korban. Kebiasaan ini terjadi karena adanya kebiasaan pada pola
kehidupan sosialnya.
Lingkungan adalah tempat berinteraksi antara individu dengan individu, individu
dengan kelompok, maupun kelompok dengan kelompok dalam menjalin kebersamaan. Faktor
lingkungan ini juga menjadi penyebab timbulnya cyberbullying sebab dalam lingkungan akan
membentuk suatu karakter yang dibangun dengan suatu kebiasaan. Lingkungan kini bukan
6
sekedar menjadi tempat berinteraksi tetapi juga dijadikan sebagai ajang kompetisi dimana
anggota kelompok yang satu dengan yang lainnya berlomba-lomba membuat berbagai akun
social media untuk menunjukkan eksistensinya sebagai remaja yang actual dan tidak
ketinggalan zaman.
Lingkungan juga dipengaruhi oleh kehidupan social, jika di lingkungan korban
cenderung bersifat agresif maka jika ia mendapat perlakuan intimidasi maka ia akan berontak
dan berusaha untuk tetap menjaga harga dirinya namun jika di lingkungannya korban
mempunyai sifat yang simple dan tidak terlalu memikirkan suatu masalah maka ia akan
mendapatkan perlakuan intimidasi secara terus menerus dan lebih intens maka para pelaku
akan bebas mengeksplore, memfitnah dan mencari-cari kesalahan korban namun korban akan
memilih diam dan tidak memberontak.
Dari bebagai kasus cyberbullying, saya juga sempat pernah merasakan menjadi
korban pada saat saya duduk dikelas 2 Sekolah Menengah Atas. Saya menjadi korban
cyberbullying karena adanya kesalahpahaman antara saya dan teman saya yang selalu
berfikiran negative terhadap saya. Waktu itu saya pernah dituduh telah menyakiti hati teman
saya padahal saya tidak mempunyai niat untuk melakukan hal tersebut sehingga teman yang
merasa tersakiti oleh saya bercerita kepada teman-teman sekelas saya tanpa sepengatahuan
saya bahwa saya adalah orang yang tidak bisa menjaga perasaan seseorang. Kemudian teman
sekelas saya bersama-sama menghujat saya, memfitnah saya, menyindir saya secara tidak
langsung di social media. Awalnya saya tidak mengetahui cyberbullying yang dilakukan
terhadap saya, mungkin mereka mempunyai niat agar saya bisa berubah atau ada pihak lain
yang memang membenci saya jadi semua yang saya lakukan selalu salah dimatanya sehingga
ia mengajak teman-teman saya untuk ikut bersama menghujat saya di social media. Karena
saya merupakan tipe orang yang tidak bisa ambil diam sebab saya merasa tidak bersalah dan
bukan maksud saya menyakiti hati teman saya sehingga saya meminta maaf kepada mereka
semua yang membully saya baik di social media atau secara langsung mengingat kita semua
adalah teman sekelas, saya berusaha mencoba menjelaskan kepada mereka dengan baik-baik
bahwa bukan maksud saya untuk menyakiti hati namun saya berusaha untuk memberi solusi
atas permasalahan yang sedang dialami teman saya yang sakit hati karena saya ingin teman
saya dalam hal pelajaran tidak mencontek melulu agar dia mempunyai motivasi untuk belajar
namun teman saya tersebut mengartikan lain.
Namun disisi lain saya juga pernah menjadi pihak yang melakukan cyberbullying
karena tuntutan konformitas, dimana saya tidak terlibat langsung terhadap suatu
permasalahan namun saya dituntut untuk melakukan hal sama yang dilakukan oleh sahabat
7
saya (kelompok). Masih berlangsung hingga saat ini saya dan sahabat saya selalu
mengomentari atau menghina postingan foto di akun social media sahabat saya yang lain
seperti sahabat saya yang memang mempunyai fisik gendut ataupun berkulit hitam legam
maupun sahabat saya yang lamban dalam berfikir namun semua itu masih dalam konteks
yang wajar atau hanya sekedar bercanda tapi sahabat saya yang menjadi korban bullying saya
dengan beberapa sahabat saya yang lain, dia selalu marah dan meminta kita untuk tidak
mengulanginya lagi namun lagi-lagi hal itu malah dijadikan bahan tertawaan dengan
beberapa sahabat saya yang lainnya.
2.5 Dampak Cyberbullying
Tidak ada orang yang mengalami cyber bullying akan lolos tanpa mengalami bekas –
bekas bullying tersebut pada dirinya, baik secara emosional maupun secara psikologis, entah
itu merupakan dampak yang besar ataupun kecil. Berikut ini ada beberapa dampak cyber
bullying yang bisa terjadi:
1. Dipermalukan
Tujuan para pembully memang untuk membuat korbannya jatuh secara mental demi
kesenangan diri mereka sendiri. Korban bullying akan merasa dipermalukan dalam waktu
yang lama, bahkan mungkin seumur hidup, karena di dunia cyber semua materi yang
dimasukkan dan berkaitan dengan bullying tersebut akan selalu ada dan mengusik sang
korban. Untuk medekati korban bullying. Cobalah dengan berbagai trik psikologis, dan
mengetahui berbagai tahap perkembangan.
8
memandang negatif dirinya sendiri. Merasa diri tidak berharga dan tidak pantas ditolong, dan
berbagai pandangan serta perasaan negatif lainnya.
4. Paranoid
Cemas dan selalu merasa tidak aman adalah dampak lain dari cyber bullying. Para
pelaku bully dapat kapan saja memasuki ruang pribadi korbannya melalui akses dari telepon
genggam ataupun internet yang ada di komputer, sehingga korban bullying tidak pernah
merasa benar benar dapt beristirahat dari teror tersebut. Paranoid merupakan salah satu dari
macam – macam gangguan jiwa yang bisa terjadi pada manusia.
5. Menjadi Pelakunya
Seorang korban bisa saja menjadi pelaku untuk mempertahankan diri ataupun hanya
sekedar meniru. Ia pasti tahu apa yang dapat dijadikan sasaran oleh para pelaku cyber
bullying dan beralih meniru para pelakunya. Bisa saja dengan alasan agar dirinya dianggap
kuat dan terhindar dari penindasan lebih lanjut, ataupun kehilangan nilai – nilai moralnya
sendiri.
6. Gangguan Kesehatan
Kondisi fisik pun bisa juga terpengaruh oleh stres yang dirasakan akibat menjadi
korban bullying. Penyakit – penyakit seperti gangguan jantung, tekanan darah tinggi atau
gangguan pencernaan bisa diderita oleh para korban bullying. Bisa juga efeknya berupa
ketahanan tubuh yang menurun sehingga mudah terkena penyakit flu, sakit kepala, dan lain
sebagainya. Hal ini akan terjadi jika korban bullying tidak mencari cara menghilangkan
beban pikiran dengan tepat.
Hilangnya minat dan konsentrasi terhadap pelajaran sekolah juga dapat menjadi salah
satu dampak dari cyber bullying. Hal itu disebabkan karena sang korban terlalu fokus kepada
bagaimana cara untuk mengakhiri rundungan yang ditujukan kepadanya, ataupun juga telah
lelah dan kehilangan semangat untuk menjalani aktivitasnya sehari – hari.
9
Sebagai bentuk pelampiasan akan bullying dan kekerasan sosial yang dialaminya,
seseorang korban cyber bullying bisa jadi justru akan menjadi pelaku dari tindakan kriminal.
Contohnya terlibat dalam perkelahian, kecanduan obat terlarang, menjadi seorang peminum,
aksi vandalisme, dan banyak lagi.
9. Menjadi Agresif
Salah satu dampak lainnya adalah perubahan karakter. Lingkungan yang dipenuhi
oleh orang – orang yang bertemperamen agresif secara tidak langsung akan turut memberi
pengaruh ke alam bawah sadar seseorang hingga ia juga menjadi orang yang agresif
perilakunya. Semua itu bisa terjadi sebagai hasil dari mekanisme pertahanan diri dan usaha
membela diri sendiri.
Para korban bullying seringkali sulit untuk merasa aman dan percaya diri lagi, karena
telah begitu seringnya karakter pribadi mereka dijatuhkan oleh para pembully. Bisa saja
mereka akan menjadi rapuh secara mental dan mudah terguncang ketika mengalami masalah
baru, serta tidak dapat menghadapinya dengan baik.
Karena pembullyan berlangsung di dunia maya, maka rasanya akan lebih memalukan
bagi para korbannya. Sebab semua hal yang berkaitan dengan cyber bullying akan tersebar
dengan mudah di internet. Pesan pesan jahat, gambar, teks serta semua yang berhubungan
bisa dilihat dan dibagikan oleh banyak orang dalam waktu yang lama, bahkan mungkin
selamanya.
Para korban cyberbullying sering diserang melalui titik mereka yang paling lemah.
Hasilnya, mereka akan mulai meragukan nilai dirinya sendiri. Misalnya, jika seorang anak
perempuan disebut gendut, lalu ia melakukan diet ketat yang pada akhirnya merusak sistem
tubuhnya sendiri. Tak jarang mereka ingin menjadi pribadi yang berbeda untuk menghindari
kelanjutan bullying tersebut.
10
13. Bertemperamen tinggi
Terkadang para korban juga akan merasa marah mengenai apa yang terjadi pada
mereka. Hasilnya, mereka bisa merencanakan balas dendam yang justru berbahaya, karena
membuat mereka tetap terjebak di dalam siklus korban dan pembully. Walaupun sangat sulit,
memaafkan para pembully selalu lebih baik daripada membalas dendam.
15.Merasa terisolasi
16. Gelisah
Korban bullying seringkali akan mudah terjerumus kepada kegelisahan akut, dan juga
berbagai kondisi yang berhubungan dengan gangguan psikologis lainnya. Sebab utamanya
adalah berkurangnya keyakinan diri dan harga diri yang dimiliki, sebagai hasil dari cyber
bullying yang terus menerus dan mengikis perasaan positif terhadap diri sendiri dan
lingkungan. Untuk itu harus dilakukan cara mengatasi anxiety disorder dengan tepat.
Gangguan tidur atau insomnia adalah efek yang umum terjadi jika seseorang sedang
merasakan stres berkepanjangan. Selain mempengaruhi pola makan, stres yang dirasakan
11
juga dapat mempengaruhi pola tidur dari korban bullying. Contohnya, menjadi sulit tidur,
terlalu banyak tidur dan tidak melakukan kegiatan lain, atau mengalami mimpi buruk.
Cyber bullying meningkatkan resiko bunuh diri. Anak – anak yang disiksa terus
menerus oleh teman sebaya melalui pesan teks, pesan instan, media sosial dan lainnya
seringkali akan mulai merasa putus asa. Bisa saja mulai berkembang pemikiran bahwa satu –
satunya jalan untuk melepaskan diri adalah dengan bunuh diri.
Banyak orang tua yang membebaskan penggunaan gadget dan internet kepada anak dengan
alasan kemajuan zaman. Memberikan gadget juga sebagai cara mudah untuk menenangkan
anak agar orang tua dapat mempunyai waktu untuk diri sendiri. Namun banyak dari mereka
yang tidak menyadari bahaya dibaliknya, dan lupa untuk memberi pengawasan yang layak
saat anak menggunakan gadget.
12
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Cyberbullying adalah tindakan intimidasi yang dilakukan anak maupun remaja di
dunia maya terutama di media social. Bentuk cyberbullying dapat berupa ejekan, hinaan,
caciaan, ataupun hacking.
Cyberbullying dapat menyerang remaja karena pada umumnya remaja sangat aktif di
dunia maya untuk menunjukkan eksistensi dirinya. Cyberbullying dapat terjadi melalui
proses kebiasaan dan lingkungan. Dimana kebiasaan yang buruk terjadi berulang-ulang dan
factor lingkungan yang mendukung berkembangnya sikap buruk tersebut. Sehingga jika suatu
sikap buruk itu telah semakin berkembang pada diri seseorang akan membuat seseorang itu
berperilaku egois dan selalu mempunyai prasangka negative pada objek yang dilihat dan
tidak disukainya.
3.2 SARAN
Solusi pencegahan cyberbullying dikalangan remaja dapat dimulai oleh
memaksimalkan peran orang tua dan guru untuk mengontrol setiap kegiatan para remaja
khususnya dalam hal kehidupan sosialnya di dunia maya.
Sikap terhadap mitra social lebih akan dijiwai apabila seseorang sedang mengalami
permasalahan yang kritis seperti tindakan Cyberbullying yang mengancam kepercayaan diri
dan keyakinan seseorang, kondisi yang memungkinkan untuk meningkatkan ikatan afektif
dekat dengan orang lain. Dalam hal ini, ikatan afektif antara seseorang dengan orang
terdekatnya (missal: orang tua, guru, sahabat, kekasih) dapat membawa pengaruh secara
positif.
Di zaman teknologi ini, upaya pencegahan bukan lagi menjadi cara pengendalian
yang efektif. Kita harus menganalisa suatu fenomena bullying dari berbagai perspektif yang
sesuai dengan berbagai kondisi dan situasi, jika dilihat dari sisi pelaku yang menjadikan
cyberbullying menjadi suatu kebiasaan buruk seharusnya mulai diarahkan pada kebiasaan
yang lebih mengarah ke hal-hal yang postif dan lebih baik. misal jika seseorang sudah
terbiasa melakukan cyberbullying kita harus mengarahkan suatu kebiasaan tersebut menjadi
suatu kebiasaan yang mempunyai manfaat seperti bullying yang sifatnya membangun orang
lain. Disini saya lebih menekankan untuk si pelaku cyberbullying agar berusaha untuk
membully seseorang secara positif sehingga tidak akan timbul kerugian yang berarti dari
perilaku cyberbullying antara pelaku dan korban
13
DAFTAR PUSTAKA
Maya, N. (2015). Fenomena cyberbullying di kalangan pelajar. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik, 4(3).
Zuhra, U., & Sari, K. (2017). Hubungan Kontrol Sosial Sekolah dengan Perilaku
Cyberbullying pada Siswa-siswi Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) di Kota
Banda Aceh. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial & Ilmu Politik, 2(2),
1057-1088.
14