Anda di halaman 1dari 16

LIFE STORY TIGA REMAJA PEREMPUAN PENGGUNA NARKOBA:

ANALISIS STUDI KASUS POLA PERILAKU

RANCANGAN DESAIN PENELITIAN

RIZQY HAMDIKA PRASTYA


223232020

INSTITUT SENI BUDAYA INDONESIA BANDUNG


FAKULTAS BUDAYA DAN MEDIA
PROGRAM STUDI ANTROPOLOGI BUDAYA
BANDUNG

2023
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis panjatkan
atas kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya penyusunan
Rancangan Desain Penelitian yang berjudul “Life Story Tiga Remaja Perempuan
Pengguna Narkoba: Studi Kasus Pola Perilaku” ini dapat diselesaikan guna
memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan mata kuliah Metode
Penelitian kualitatif.
Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih atas
petunjuk, nasihat, serta bimbingan kepada Dr. Imam Setyobudi, S.Sos., M.Hum.,
dan Khoirun Nisa Aulia Sukmani, S.Ant., M.Si., selaku Dosen Mata Kuliah
Metode Penelitian Kualitatif yang telah membimbing penulis selama melakukan
penyusunan Rancangan Desain Penelitian ini. Mengucapkan rasa terimakasih
kepada narasumber RV, WF, AT atas .pengalaman dan antusiasme yang
diceritakannya. Penulis mengharapkan adanya saran dan kritik yang membangun
demi perbaikan dalam penelitian ini. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi
pembaca pada umumnya.

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................
BAB I.........................................................................................................................................
PENDAHULUAN.....................................................................................................................
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................
1.3 Tujuan Penelitian.......................................................................................................
1.4 Manfaat Penelitian....................................................................................................
BAB II.......................................................................................................................................
TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................................................
2.1.1 Faktor Kenakalan Remaja......................................................................................
2.1.2 Dampak Kenakalan Remaja...................................................................................
2.2.1 Undang-undang yang Melarang Penggunaan Narkoba.......................................
2.2.2 Program Pemerintah dalam Pelarangan Narkoba...............................................
2.2.3 Dampak Narkoba.....................................................................................................
BAB III......................................................................................................................................
METODOLOGI PENELITIAN.............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................

ii
BAB I

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Masa remaja adalah periode peralihan dari masa kanak-kanak menuju
dewasa awal, yang sering disebut sebagai periode transisi. Periode ini sering
dianggap sebagai masa krisis karena jiwa remaja sedang mengalami
perkembangan emosi dan perasaan (Rumini dalam Dewi, 2017: 189).
(Sugiyanto dalam Darmawan, 2016: 44) adolesensi atau masa remaja adalah
fase perkembangan individu yang berkisar antara usia 10 hingga 18 tahun
bagi perempuan atau usia 12 hingga 20 tahun bagi laki-laki. Masa adolesensi
ini ditandai sebagai periode transisi atau peralihan dari masa kanak-kanak
menuju kedewasaan. Dengan demikian masa remaja dipenuhi oleh tantangan
dalam proses pengakuan identitas diri, salah satu faktor yang menghambatnya
adalah kenakalan remaja.
Masalah kenakalan remaja merujuk kepada tindakan-tindakan yang
melanggar norma, peraturan, atau hukum masyarakat yang dilakukan oleh
individu pada usia remaja. Selain itu, kenakalan remaja juga dapat
diidentifikasi sebagai perilaku penyimpangan, yang mencakup keterlibatan
seorang remaja dalam tindakan ilegal (Siegel & Welsh dalam Dewi, 2017:
189-190). Terdapat dua faktor remaja menyalahgunakan narkoba. Pertama,
faktor internal yang melibatkan isu-isu emosional seperti depresi dan
kecemasan, yang dapat mendorong remaja untuk menggunakan narkoba
sebagai cara untuk mengatasi masalah emosional tersebut. Selain itu,
kurangnya perhatian dan tekanan dari orang tua.
RV, WF dan AT merupakan anak remaja yang ketergantungan terhadap
obat-obatan terlarang, berusia 15-17 tahun. Ketiganya merupakan teman
sebaya yang berasal dari daerah yang sama. Mereka bertiga menyebutkan
alasan bahwa mereka menggunakan narkoba karena diajak temannya dan
ditawari obat terlarang tersebut, akibatnya mereka menjadi kecanduan.
Dampak dari mereka kecanduan yaitu kehilangan fokus, sakit kepala, sakau,
emosi tidak stabil. Di kalangan remaja, menunjukkan adanya peningkatan
yang signifikan dalam kasus penyalahgunaan narkotika. Kenaikan ini
disebabkan oleh fakta bahwa remaja cenderung sangat rentan terhadap
pengaruh lingkungan sekitarnya (Siregar, 2020).
Penelitian relevan yang membahas tentang ini yaitu penelitian dari
(Tambunan dkk., 2008) yang menghasilkan bahwa remaja yang terjerumus

1
narkoba biasanya karena hubungan antara faktor individu: keingintahuan,
keinginan diterima kelompok, mengikuti kecenderungan, mencari kenikmatan
serta faktor lingkungan: keluarga tidak harmonis dan kontrol sosial terhadap
perilaku penggunaan NAPZA. Di sisi lain, penelitian (Siregar, 2008)
penelitian tersebut menghasilkan faktor-faktor penyalahgunaan narkotika oleh
remaja berasal dari dua faktor yaitu faktor individu dan faktor lingkungan. Hal
ini disebabkan pada masa transisi yang labil ini remaja selalu ingin mencoba
sesuatu walaupun mereka belum mengetahui manfaat dan akibat yang
ditimbulkannya. Dengan demikian kedua penelitian tersebut berkorelasi
dengan penelitian ini.
Penulis bertujuan untuk menganalisis pola perilaku kenakalan remaja
dalam penggunaan narkoba, yang berencana menghasilkan sebuah
pembahasan tentang pengalaman dan perilaku remaja dalam penggunaan
narkoba. Pola perilaku mengacu pada kecenderungan atau kebiasaan perilaku
yang muncul secara berulang pada seseorang atau dalam sebuah kelompok.
Yang menggambarkan seberapa berpengaruhnya faktor internal dan eksternal
dalam penggunaan narkotika di kalangan remaja, dengan harapan penelitian
ini mampu membuat pembaca lebih terbuka dan memahami tentang remaja
yang menggunakan narkoba.
Rumusan Masalah
Dari beberapa uraian yang penulis paparkan pada bagian latar belakang,
penulis ingin mengkaji lebih dalam tentang pola perilaku ketiga remaja
tersebut sehingga menyebabkan terjerumus dalam penggunaan narkoba,
penulis dapat mengidentifikasikan sebagai berikut:
1. Bagaimana pola perilaku ketiga remaja tersebut dalam penggunaan
narkoba.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka dapat diketahui tujuan
penelitian adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pola perilaku ketiga remaja tersebut dalam penggunaan
narkoba.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah dan mengembangkan
wawasan, informasi, pemikiran, dan ilmu pengetahuan kepada pihak lain yang
berkepentingan; Menjadi acuan literasi bagi penelitian yang selanjutnya
khususnya yang berkaitan dengan kajian kenakalan remaja dalam penggunaan

2
narkoba; Serta sebagai sumber informasi sehingga dapat menambah wawasan
tentang kenakalan remaja terhadap penyalahgunaan narkoba.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kenakalan Remaja
Kenakalan remaja merujuk pada perilaku destruktif yang seringkali
melanggar aturan sosial dan hukum, yang dilakukan oleh individu remaja.
Jenis perilaku tersebut meliputi merokok, mengonsumsi alkohol atau narkoba
ilegal, terlibat dalam kekerasan, vandalisme, mencuri, atau perilaku seksual
yang tidak pantas. Beberapa faktor yang mempengaruhi timbulnya kenakalan
remaja termasuk tekanan dari teman sebaya, kurangnya pengawasan orangtua,
atau masalah psikologis. Penelitian yang dilakukan oleh (Nur dan Ekasari
dalam Darmawati, 2018: 53) pada masa remaja sering kali diwarnai dengan
ketidakstabilan emosi. Tidak sedikit remaja mengalami depresi yang
ditunjukan dengan tindakan kenakalan remaja. Untuk menghadapinya mereka
menutupinya dengan cara maladjusment seperti agresif seperti, berkelahi dan
senang mengganggu, melawan, keras kepala, melarikan diri dari kenyataan,
dan tawuran (Yusuf dalam Darmawati, 2018: 53). Kenakalan remaja dari sisi
ketidakstabilan emosi dapat didefinisikan sebagai perilaku negatif yang timbul
akibat gangguan emosional atau ketidakstabilan emosi pada individu remaja.
Hal ini seringkali melibatkan tindakan impulsif, perasaan marah yang sulit
dikendalikan, kecemasan, atau depresi yang dapat memengaruhi pengambilan
keputusan dan hubungan sosial remaja. Kenakalan remaja (juvenile
delinquency) mengacu pada rentang yang luas, mulai dari tingkah laku yang
tidak dapat diterima secara sosial hingga tindak kriminal (Santrock dalam
Fitriani dan Hastuti, 2016). Kenakalan remaja yang berakar dari
ketidakstabilan emosi sering kali melibatkan upaya untuk meredakan atau
mengatasi rasa sakit atau kebingungan emosional melalui perilaku-perilaku
destruktif seperti penggunaan zat berbahaya, self-harming, atau pergaulan
dengan teman sebaya yang memiliki perilaku serupa.
Pola perilaku kenakalan remaja melibatkan sejumlah tindakan dan
kebiasaan yang sering kali melanggar norma sosial dan hukum. Ini mencakup
perilaku seperti penggunaan zat berbahaya seperti merokok, mengonsumsi
alkohol, atau memakai obat-obatan terlarang, dan terlibat dalam tindakan
kekerasan fisik, vandalisme, serta pencurian. Perilaku seksual yang tidak
pantas juga dapat menjadi bagian dari pola perilaku tersebut. Terkadang,
remaja juga mungkin terlibat dalam perilaku yang merugikan diri sendiri,
seperti percobaan bunuh diri. Pola perilaku ini sering disertai oleh masalah
dalam hubungan sosial, seperti konflik interpersonal atau isolasi sosial. Selain

4
itu, penggunaan teknologi yang tidak sehat, seperti menghabiskan waktu
berlebihan di media sosial atau bermain game online, juga dapat menjadi ciri
khas pola perilaku kenakalan remaja
2.1.1 Faktor Kenakalan Remaja.
Kenakalan remaja merupakan fenomena yang kompleks dengan
sejumlah faktor yang secara khusus memengaruhi perilaku negatif ini.
Pertama, peran keluarga sangat signifikan dalam mendorong atau
menghambat kenakalan remaja. Ketidakstabilan dalam lingkungan
keluarga, seperti perceraian orangtua, konflik rumah tangga, atau
kekurangan pengawasan orangtua, seringkali terkait dengan kenakalan
remaja. Perilaku anak sangat dipengaruhi keadaan orang tua (Siregar,
2008). Anak-anak yang dibesarkan dalam keluarga yang tidak
mendukung atau sehat cenderung lebih rentan terhadap perilaku negatif
karena mereka mungkin mencari pelarian dari konflik atau
ketidakstabilan keluarga
Faktor kedua adalah pengaruh teman sebaya, di mana remaja
sering kali dipengaruhi oleh perilaku teman sebaya mereka. Jika teman-
teman sebaya terlibat dalam perilaku negatif, seperti penggunaan zat
berbahaya atau tindakan kekerasan, remaja lebih cenderung meniru atau
ikut serta dalam tindakan serupa. Menurut (Mota & Matos dalam Fitriani
dan Hastuti, 2016), kualitas hubungan dengan figur teman berkontribusi
dalam perkembangan dasar aman remaja, terutama bagi remaja tanpa
dukungan keluarga. Ini adalah contoh konkret dari bagaimana pengaruh
sosial dari teman sebaya dapat memengaruhi perilaku remaja.
Selain itu, faktor ketiga yang patut diperhatikan adalah masalah
kesejahteraan mental. Masalah kesejahteraan mental, seperti depresi,
kecemasan, atau gangguan perilaku, dapat menciptakan ketidakstabilan
emosi yang memengaruhi perilaku kenakalan remaja. Beberapa remaja
mungkin mencari pelarian dari rasa sakit emosional dengan melibatkan
diri dalam tindakan merugikan diri sendiri atau perilaku negatif lainnya.
Oleh karena itu, mendeteksi dan mengatasi masalah kesejahteraan mental
pada remaja penting untuk mengurangi kenakalan remaja. Kesadaran,
pendidikan, dan dukungan yang tepat dari keluarga dan profesional
kesehatan mental juga memiliki peran besar dalam mengatasi faktor-
faktor ini yang memengaruhi kenakalan remaja.
2.1.2 Dampak Kenakalan Remaja
Kenakalan remaja seringkali berdampak signifikan pada masa
remaja dan masa dewasa individu. Pertama, dalam konteks kenakalan

5
remaja, terdapat dampak sosial dan psikologis yang mencolok. Perilaku
kenakalan remaja seperti penggunaan zat berbahaya, perilaku seksual
berisiko, atau tindakan kekerasan dapat menyebabkan trauma dan
masalah kesehatan mental yang serius. Menurut (Adam dalam
Minggawati., dkk, 2023) yang menyebutkan bahwa dampak psikologi
pada pengguna napza yaitu sering merasakan perasaan tidak tenang,
tegang, dan masalah mental lainnya. Hal ini dapat mengganggu
perkembangan emosional dan hubungan sosial mereka, memengaruhi
interaksi dengan teman sebaya dan anggota keluarga, dan berkontribusi
pada siklus kenakalan yang berlanjut di masa dewasa.
Dampak kedua adalah dalam hal pendidikan. Kenakalan remaja
seringkali terkait dengan masalah di sekolah, seperti tingginya tingkat
absensi, perilaku mengganggu di kelas, dan penurunan prestasi
akademik. Ini dapat menghambat peluang mereka untuk menerima
pendidikan yang baik dan mengakibatkan kesulitan dalam mengakses
peluang pekerjaan yang lebih baik di masa depan. Secara logis
seseorang yang mempunyai tingkat pendidikan tinggi akan mampu
berpikir teoritis, membedakan yang menguntungkan dan yang dapat
merugikan serta lebih mampu berpikir jauh ke depan (Siregar, 2008).
Kenakalan remaja juga bisa memaksa mereka untuk meninggalkan
sekolah lebih awal atau terlibat dalam pelanggaran peraturan sekolah.
Dampak ketiga yang signifikan adalah self-harm, yang juga
dikenal sebagai perilaku melukai diri sendiri, adalah tindakan yang
merusak tubuh dengan tujuan untuk melepaskan emosi yang intens,
mengatasi rasa sakit psikologis, atau merasa sedikit lega untuk
sementara waktu. Dalam situasi kenakalan remaja yang melibatkan
penggunaan narkoba, self-harm seringkali muncul sebagai reaksi
terhadap tekanan yang berasal dari ketergantungan narkoba, masalah
kesehatan mental, dan perasaan terisolasi. Dampaknya bisa sangat
serius, berpotensi mengancam nyawa, dan menciptakan siklus yang
sulit untuk dihentikan. Penting untuk mengenali gejala self-harm dan
mencari bantuan dari profesional dengan segera, serta memberikan
dukungan emosional dan kesehatan mental yang diperlukan kepada
remaja yang terlibat dalam perilaku ini..
2.2 Narkoba
Narkoba, merupakan singkatan dari "narkotika" dan "obat-obatan
berbahaya," menimbulkan ancaman serius terhadap kesejahteraan individu
dan masyarakat secara umum. Salah satu karakteristik utama narkoba adalah
potensi ketergantungan, baik secara fisik maupun psikologis. Narkoba dapat

6
menimbulkan ketergantungan (adiksi) fisik dan psikologis (Amanda, 2017).
Ketergantungan ini muncul karena narkoba memiliki kemampuan mengubah
fungsi sistem saraf dan otak, menciptakan kebutuhan yang berkelanjutan
terhadap zat tersebut untuk merasa baik atau menghindari gejala penarikan.
Sebagai akibatnya, penggunaan narkoba yang berlebihan dapat
menghancurkan kehidupan individu, mengganggu relasi sosial, dan bahkan
membahayakan kesehatan fisik dan mental.
Di samping dampak kesehatan, penggunaan narkoba sering kali
melanggar hukum. Di banyak negara, termasuk Indonesia, hukum melarang
penggunaan, peredaran, dan produksi narkoba. Sanksi hukum untuk
pelanggaran narkoba dapat mencakup pidana penjara dan denda yang serius.
Narkoba juga sering terkait dengan kejahatan seperti perdagangan narkoba,
yang menghasilkan profit signifikan bagi pengedar narkoba dan kelompok
kejahatan lainnya, mengancam keamanan masyarakat, dan menciptakan
lingkungan yang tidak aman.
Penting untuk dipahami bahwa masalah narkoba bukan hanya
menyangkut individu, tetapi juga merupakan permasalahan sosial yang
memerlukan keterlibatan aktif masyarakat. Edukasi tentang risiko narkoba
dan upaya pencegahan, termasuk rehabilitasi bagi individu yang terperangkap
dalam penyalahgunaan narkoba, sangat penting (Siregar, 2008). Kesadaran
tentang bahaya narkoba dapat membantu mencegah keterlibatan anak muda
dalam penggunaan narkoba dan mengurangi dampak negatif narkoba di
masyarakat. Dukungan sosial dan akses ke layanan rehabilitasi adalah faktor
penting dalam membantu individu melepaskan diri dari perangkap
penyalahgunaan narkoba.
2.2.1 Undang-undang yang Melarang Penggunaan Narkoba
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika
adalah peraturan hukum yang menjadi pijakan penting dalam
penanganan masalah narkotika di Indonesia. Undang-undang ini
memiliki tujuan utama untuk mengontrol dan membatasi peredaran,
penggunaan, serta penyalahgunaan zat narkotika. Dokumen ini
menyediakan kerangka hukum yang komprehensif dengan menentukan
berbagai jenis narkotika dan mengatur ketentuan terkait pengadaan,
distribusi, serta pemakaian medis narkotika tersebut.
Selain itu, Undang-Undang tersebut juga menegaskan sanksi
hukum yang tegas bagi pelanggar hukum yang terkait dengan narkotika,
termasuk hukuman penjara dan denda yang signifikan. Tujuan dari
hukuman ini adalah untuk memberikan efek jera dan mencegah

7
peredaran serta penyalahgunaan narkotika. Namun, Undang-Undang ini
juga mengakui pentingnya pendekatan pencegahan dan rehabilitasi
dalam menangani masalah narkotika. Undang-Undang Nomor 35 Tahun
2009 tentang Narkotika menciptakan dasar hukum yang kuat untuk
upaya pencegahan, rehabilitasi, dan perlindungan kesehatan masyarakat
sehubungan dengan narkotika, dan menjadi instrumen penting dalam
menangani permasalahan narkotika di Indonesia. (DPR RI).
2.2.2 Program Pemerintah dalam Pelarangan Narkoba
Pemerintah biasanya meluncurkan sejumlah program untuk
menghentikan dan mengendalikan penggunaan narkoba di negara
mereka. Program-program ini mencakup berbagai aspek, antara lain:
1. Pendidikan dan Kesadaran
Pemerintah sering mengadakan kampanye pendidikan dan
kesadaran dengan tujuan memberikan pemahaman kepada
masyarakat tentang bahaya narkoba. Kampanye ini mencakup
pengembangan materi edukasi, pelaksanaan seminar, dan program
penyuluhan di sekolah, fasilitas kesehatan, serta melalui media
massa.
2. Penegakan Hukum
Pemerintah bekerja sama dengan aparat penegak hukum untuk
memerangi peredaran narkoba. Langkah-langkah ini mencakup
operasi penangkapan, penyitaan narkoba, dan penuntutan terhadap
pelaku kejahatan narkoba, dengan penerapan hukuman sesuai
undang-undang yang berlaku.
3. Rehabilitasi
Program rehabilitasi disediakan oleh pemerintah untuk
membantu individu yang telah terjerumus dalam penyalahgunaan
narkoba. Tujuan dari program ini adalah membantu mereka
melepaskan diri dari ketergantungan narkoba dan memulihkan
kehidupan mereka.
4. Pencegahan
Upaya pencegahan sering diarahkan terutama kepada
kelompok yang berisiko tinggi, seperti remaja, untuk mencegah
mereka terlibat dalam penggunaan narkoba. Program ini mungkin
mencakup kegiatan olahraga, acara sosial, serta memberikan
bimbingan untuk memberikan alternatif positif kepada mereka.
5. Kolaborasi Internasional
Pemerintah sering berkolaborasi dengan organisasi
internasional dan negara-negara lain untuk mengatasi masalah

8
narkoba. Ini termasuk pertukaran informasi, dukungan teknis, dan
kerja sama lintas batas dalam upaya untuk memberantas
perdagangan narkoba.
Program-program ini bertujuan untuk menciptakan masyarakat
yang lebih sehat dan aman dengan mengurangi penggunaan dan
peredaran narkoba, sekaligus memberikan bantuan kepada individu
yang terpengaruh oleh masalah narkoba. (Kemenko PMK, 2020).
2.2.3 Dampak Narkoba
Penggunaan narkoba memiliki dampak serius terhadap individu
dan lingkungan sekitarnya. Pada tingkat individu, narkoba bisa
mengakibatkan kerusakan signifikan pada kesehatan fisik dan mental,
menciptakan ketergantungan yang sulit untuk diatasi, dan mengganggu
produktivitas di tempat kerja. Selain itu, individu yang terlibat dalam
penyalahgunaan narkoba sering kali terlibat dalam aktivitas kriminal
untuk memenuhi kebutuhan narkotika mereka, yang berpotensi
membahayakan diri mereka sendiri dan masyarakat secara keseluruhan.
Di lingkungan sekitar, penggunaan narkoba juga dapat
mengganggu ketertiban sosial, merusak hubungan dalam keluarga dan
masyarakat, serta meningkatkan tingkat kejahatan yang terkait dengan
narkoba. Dampak ekonomi juga signifikan, dengan biaya medis dan
pengobatan yang tinggi, serta biaya hukum yang timbul akibat
pelanggaran narkoba. Penggunaan narkoba juga dapat merusak struktur
keluarga dan meningkatkan ketegangan dalam hubungan rumah tangga,
dengan dampak negatif yang terutama dirasakan oleh anak-anak yang
tumbuh dalam lingkungan yang terpengaruh oleh narkoba. Oleh karena
itu, langkah-langkah pencegahan, rehabilitasi, dan penegakan hukum
yang efektif sangat penting untuk mengatasi dampak narkoba pada
individu dan lingkungan. (BNN Provinsi Banten, 2023).

9
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Studi Kasus Terhadap Tiga Orang Remaja Perempuan Yang


Terjerumus ke dalam Narkoba

Metode Faktor Internal Keluarga


Pola Perilaku
Penelitian
Faktor Eksternal Pergaulan

Latar Belakang Pengguna Narkoba


Teknik Wawancara
Pengump Pola Perilaku Pengguna Narkoba
ulan Data
Faktor Penyebab Penggunaan Narkoba

Dampak dan Akibat Penggunaan Narkoba

Pergaulan yang Terlalu Bebas Koneksi Kepada Para Pengguna Narkoba


Analisis
Pola Emosi Tidak Stabil Self-harm, Kenakalan di Sekolah
Perilaku
Tekanan dari Keluarga Kurang Perhatian, Merasa
Tidak Dihargai,
Kehilangan

3.1 Metode Penelitian


Penulis menganalisis penelitian ini menggunakan teori pola perilaku
deskriptif kualitatif. Menurut (Sugiyono dalam Siregar dan Djuwita,
2020:1900) berpendapat bahwa metode penelitian kualitatif adalah
pendekatan penelitian yang digunakan untuk menginvestigasi situasi alamiah
dari objek penelitian, berlawanan dengan eksperimen. Penelitian deskriptif
kualitatif (QD) umumnya dipakai dalam fenomenologi sosial (Yuliani, 2018).
Pola perilaku adalah serangkaian tindakan atau kebiasaan yang konsisten
dalam perilaku individu atau kelompok, mencerminkan cara mereka
berinteraksi dengan lingkungan dan merespons situasi tertentu. Pola perilaku
dapat mencakup aspek-aspek seperti pola makan, tidur, interaksi sosial, dan
respon emosional. Ini bervariasi antar individu dan dapat berubah seiring
waktu. Analisis pola perilaku digunakan untuk memahami perilaku manusia,
mengidentifikasi tren, dan mengembangkan strategi perubahan perilaku

10
(Wibowo, 2004). Dalam metode ini, peneliti berperan sebagai instrumen
utama, pengumpulan data dilakukan melalui berbagai teknik triangulasi,
analisis data bersifat deduktif, dan fokus penelitian kualitatif lebih ditekankan
pada pemahaman makna daripada pembuatan generalisasi. Penelitian ini
merujuk pada pola perilaku tiga anak remaja dari segi internal dan eksternal.
3.2 Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data menggunakan teknik wawancara. (Stewart dan Cash
dalam Fadhallah, 2021) wawancara adalah proses komunikasi interaksional
antara dua pihak, paling tidak salah satu pihak mempunyai satu tujuan
antisipasi dan serius serta biasanya termasuk tanya jawab Penulis berinteraksi
secara langsung dengan narasumber yang berjumlah tiga orang, dan
menanyakan beberapa pertanyaan terkait kisah yang dialami oleh para
narasumber. Dari pertanyaan tersebut, penulis mendapatkan hasil yaitu, latar
belakang pengguna narkoba, pola perilaku pengguna narkoba, faktor
penyebab penggunaan narkoba, dampak dan akibat penggunaan narkoba.
3.3 Teknik Pengolahan Data
Setelah mengumpulkan data, peneliti mengolah data menggunakan
dengan cara membandingkan hasil wawancara tersebut dengan penelitian-
penelitian terdahulu yaitu penelitian dari (Tambunan dkk., 2008). kemudian,
peneliti akan mendeskripsikan secara keseluruhan pola perilaku ketiga remaja
Perempuan tersebut dari factor penyebab mereka kecanduan narkoba hingga
dampak dan akibat kecanduan narkoba. Setelah itu peneliti akan mengaitkan
dengan pasal undang-undang dampak penggunaan narkoba.

11
DAFTAR PUSTAKA
Jasmisari, M., & Herdiansah, A. G. (2022). Kenakalan Remaja Di Kalangan Siswa
Sekolah Menengah Atas Di Bandung: Studi Pendahuluan. Nomor eISSN:
2829-1794, Special Edition, September 2022, Hal: 137-145.
Dewi, Y. T., Wibawa, B., & GUTAMA, A. S. (2017). Faktor Penyebab
Tergabungnya Remaja Kota Bandung Dalam Komunitas Kenakalan Remeja.
Prosiding Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, 4(2).
Gultom, P., Pawitan, G., Indraswari, I., Prasetyo, P. S., & Pratikto, R. (2023).
Analisis Strategi Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba di Kota Bandung
dengan Pendekatan Pentahelix Kolaborasi. Jurnal Pendidikan dan Konseling
(JPDK), 5(1), 475-482.
Aryani, W. N. (2016). KENAKALAN REMAJA GENG MOTOR SCOOTERIST
DI KOTA BANDUNG (Doctoral dissertation, Universitas Gadjah Mada).
Raharjo, S. T., Humaedi, S., & Taftazani, B. M. (2012). Faktor keluarga dalam
kenakalan remaja: Studi deskriptif mengenai geng motor di kota Bandung.
Sosiohumaniora, 14(3), 212.
Fatimah, S. (2017). Hubungan Antara Konformitas Terhadap Teman Sebaya
Dengan Kenakalan Remaja Pada Siswa Usia 13-15 Tahun Di SMP Negeri 1
Ciwidey Bandung. QUANTA, 1(1), 27-42.
Mintawati, H., & Budiman, D. (2021). Bahaya Narkoba dan Strategi
Penanggulangannya. Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Abdi Putra,
1(2), 62-68.
Tambunan, R., Sahar, J., & Hastono, S. P. (2008). Beberapa faktor yang
berhubungan dengan perilaku penggunaan NAPZA pada remaja di Balai
Pemulihan Sosial Bandung. Jurnal Keperawatan Indonesia, 12(2), 63-69.
Darmawan, T., Nurwati, N., & Gutama, A. S. (2016). Pengaruh interaksi teman
sebaya terhadap kenakalan remaja di sman 1 cicalengka, kecamatan
cicalengka, kabupaten bandung. Prosiding Penelitian dan Pengabdian
kepada Masyarakat, 3(1).
Amanda, M. P., Humaedi, S., & Santoso, M. B. (2017). Penyalahgunaan narkoba
di kalangan remaja (Adolescent Substance Abuse). Prosiding Penelitian Dan
Pengabdian Kepada Masyarakat, 4(2).
Siregar, M. (2004). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyalahgunaan Narkotik
pada Remaja. Jurnal Pemberdayaan Komunitas, 3(2), 100-105.
Darmawati, I., & Yuniar, D. (2018). Emotional Quotient Remaja Kota Bandung.
Karlina Siregar, Y., & Djuwita, A. (2020). Strategi Komunikasi Bnn (Badan
Narkotika Nasional) Jawa Barat Dalam Pencegahan Penyalahgunaan
Narkotika Dikalangan Mahasiswa Kota Bandung. Proceeding of
Managment, 7(1), 1895-1902
Agustin, Z., Herawati, T., & Azizan, A. A. (2023). Kualitas Tidur Pada Pengguna
Narkotika Psikotropika Dan Zat Adiktif (NAPZA) Yang Sedang
Direhabilitasi Di Yayasan Grapiks Kecamatan Cileunyi Kabupaten
Bandung. Jurnal Ilmiah JKA (Jurnal Kesehatan Aeromedika), 9(1), 100-108.
Fitriani, W., & Hastuti, D. (2016). Pengaruh kelekatan remaja dengan ibu, ayah,
dan teman sebaya terhadap kenakalan remaja di Lembaga Pembinaan
Khusus Anak (LPKA) Kelas II Bandung. Jurnal ilmu keluarga & konsumen,
9(3), 206-217

Anda mungkin juga menyukai