Anda di halaman 1dari 189

CONTINUITY OF CARE

PADA NY. N DI PUSKESMAS PACET


KABUPATEN BANDUNG
PERIODE 20 FEBRUARI-28 April 2023

LAPORAN TUGAS AKHIR

OLEH:
Maya Fitri Rahayu
2250351039

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
CIMAHI
2023
CONTINUITY OF CARE
PADA NY. N DI PUSKESMAS PACET
KABUPATEN BANDUNG
PERIODE 20 FEBRUARI-28 April 2023

LAPORAN TUGAS AKHIR

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat


Menyelesaikan Laporan Stase COC

OLEH:
Maya Fitri Rahayu
2250351039

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
CIMAHI
2023
ii
iii
iv
v
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN
FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI
2023
MAYA FITRI RAHAYU
CONTINUITY OF CARE PADA NY. N DI PUSKESMAS PACET
KABUPATEN BANDUNG PERIODE 20 FEBRUARI-28 APRIL 2023
xv + 189 hal + 15 tabel + 2 gambar + 8 lampiran

ABSTRAK

Angka Kematian Ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) merupakan
salah satu indikator keberhasilan layanan kesehatan di suatu Negara. Oleh sebab
itu diperlukan peningkatkan pelayanan kesehatan untuk mencegah maupun
mengatasi penyebab kematian ibu dan bayi, salah satunya adalah dengan cara
asuhan berkelanjutan (Continuity of Care) dengan pendekatan personalize care,
holistic care, partnership care, collaborative care, dan evidencebased care yang
sesuai dengan standar pelayanan mulai dari kehamilan, persalinan, nifas, bayi
baru lahir dan keluarga berencana.

Tujuan laporan ini adalah untuk memberikan asuhan berkelanjutan dari


masa kehamilan trimester III, peralinan, nifas, bayi baru lahir dan KB yang
dilaksanakan mulai 20 Februari-28 April 2023. Penulisan laoran ini dalam bentuk
studi kasus yang menggunakan pendekatan manajemen kebidanan 7 langkah
varney dan didokumentasikan dalam bentuk SOAP. Sampel yang digunakan
sebanyak 1 sampel yaitu Ny. N di Puskesmas Pacet Kabupaten Bandung.

Hasil asuhan ini diperoleh diagnosis Ny. N usia 24 tahun G₂P₁A₀ usia
kehamilan 36 minggu fisiologis tidak terdapat masalah, asuhan yang diberikan
yaitu pemeriksaan 10 T, senam hamil untuk mengurangi nyeri punggung dan
latihan fisik untuk persiapan persalinan dan pada saat persalinan tidak ditemukan
penyulit, asuhan yang diberikan yaitu teknik relaksasi pernafasan dan pijat
endorphin untuk mnegurangi nyeri persalinan. pada masa nifas tidak ditemukan
masalah, asuhan yang diberikan yaitu pijat oksitosin untuk membantu involusi
uterus dan merangsang pengeluaran ASI serta senam nifas untuk membantu
pemulihan fisik. Pada bayi baru lahir tidak ditemukan penyulit dan pada periode
keluarga berencana dilakukan pemasangan KB Implant dan tidak ditemukan
penyulit.

Kata Kunci : Asuhan Kebidanan Berkelanjutan, Kehamilan, Persalinan,


Nifas, Bayi Baru Lahir, Keluarga Berencana
Pustaka : 73 (2010-2022)

vi
MIDWIVE PROFESIONAL EDUCATION STUDY
PROGRAM FACULTY OF SCIENCE AND HEALTH
TECHNOLOGY JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI
UNIVERSITY 2023
MAYA FITRI RAHAYU
CONTINUITY OF CARE IN MRS. N AT PACET PUBLIC HELATH CENTER,
BANDUNG REGION PERIOD 20 FEBRUARY-28 APRIL 2023
xiv + 189 pages + 15 tables + 2 pictures + 8 attachments

ABSTRACT

Maternal Mortality Rate (MMR) and Infant Mortality Rate (IMR) are
indicators of the success of health services in a country. therefore it is necessary
to improve health services to prevent or overcome the causes of maternal and
infant mortality, one of which is by means of continuous care (Continuity of Care)
with personalized care approaches, holistic care, partnership care, collaborative
care, and evidence-based care in accordance with standards services ranging
from pregnancy, childbirth, postpartum, newborn and family planning.
The purpose of this report is to provide the basic needs of the third trimester
of pregnancy, delivery, postpartum, newborn and family planning which will be
carried out from 20 February to 28 April 2023. The writing of this report is in the
form of a case study using the 7-step varney midwifery management approach and
loading in the form of SOAP. The sample used is 1 sample, namely Mrs. N at the
Pacet Health Center, Bandung Regency.
The results of this treatment require a diagnosis of Mrs. N aged 24 years
G₂P₁A₀ gestational age 36 weeks physiologically there were no problems, the care
provided was 10 T examination, pregnancy exercise to reduce back pain and
physical exercise to prepare for labor and at the time of delivery no complications
were found, the care provided was breathing relaxation techniques and Endorphin
massage to reduce labor pain. during the postpartum period there were no
problems, the care given was oxytocin massage to help uterine involution and
stimulate milk ejection and postpartum exercise to help physical recovery. In
newborns there were no complications and during the family planning period a KB
Implant was performed and no complications were found.

Keywords : Continuing Midwifery Care, Pregnancy, Labor, Postpartum,


Newborn, Family Planning
Literature : 73 (2010-2022)

vii
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. atas rahmat dan
karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan studi Kasus
Contuinity Of Crae (COC) ini tepat pada waktunya. Shalawat serta salam penulis
panjatkan kepada junjunan Nabi Muhammad SAW, keluarganya, para
sahabatnya, dan mudah-mudahan sampai kepada kita selaku umatnya.

Laporan Studi Kasus COC ini berjudul “Contuinity Of Care Pada Ny.N Di
Puskesmas Pacet Periode 20 Februari-28 April 2023” yang diajukan untuk
memenuhi syarat menyelesaikan stase COC di Program Studi Profesi Bidan
Fakultas Ilmu Teknologi dan Kesehatan Universitas Jenderal Achmad Yani
Cimahi.

Laporan Studi Kasus COC ini dapat terselesaikan atas bantuan dan
dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Hikmahanto Juwana, SH., LL.M., Ph.D selaku Rektor Universitas


Jenderal Achma Yani Cimah.
2. Gunawan Irianto. Dr.M.Kes selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Jenderal Achmad Yani Cimahi.
3. Fitri Nurhayati, M.Keb selaku Ketua Program Studi Pendidikan Profesi Bidan
Universitas Jenderal Achmad Yani Cimahi.
4. Bdn. Tri Setiowati, SST., SKM., M.Kes selaku Pembimbing I yang telah
banyak memberikan bimbingan, masukan dan kritikan yang sangat
bermanfaat bagi penulis dalam penyusunan COC.
5. Bdn. Ati Nurwita SST., M.Keb., Bdn selaku Pembimbing II yang telah banyak
memberikan bimbingan, masuka dan kritikan yang sangat bermanfaat bagi
penulis dalam penyusunan COC.
6. Dr. Noviyanti, M.Keb selaku Penguji yang telah memberikan masukan dan
kritik yang sangat bermanfaat bagi penulis dalam penyusunan COC.
7. Dr. Rika Nurhasanah, S.Keb., M.Keb selaku dosen Penguji II yang juga telah
banyak memberikan bimbingan, masuka dan kritikan yang sangat bermanfaat
bagi penulis dalam penyusunan COC.

viii
8. Nanik Cahyati, SST., M.Keb selaku Koordinator Continuiy Of Care yang telah
memberikan banyak arahan serta dukungan dalam penyelesaian laporan ini.
9. Kepada seluruh disen dan staf Pendidikan Profesi Bidan Fakultas Ilmu dan
Teknologi Universitas Jenderal Achmad Yani Cimahi yang telah membantu
menyeselaikan segala urusan Akademik.
10. Kepada seluruh staf Puskesmas Pacet Kabupaten Bandung yang telah
membantu menyelesaikan segala urusan pada saat di lapangan.
11. Kepada Ny. N dan keluarga yang telah bersedia berpartisipasi menjadi
responden dalam studi kasus ini.
12. Kepada keluargaku tercinta terima kasih atas do’a, dukungan, kasih sayang
dan nasihatnya yang tidak akan pernah saya lupakan.

Dalam hal ini penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam


penyusunan Laporan Studi Kasus COC ini. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi perbaikan
kedepannya. Atas bantuan dari seluruh pihak saya ucapkan terima kasih.

Cimahi, Agustus 2023

Penulis

ix
DAFTAR ISI

ABSTRAK .............................................................................................................. vi
ABSTRACT........................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... viii
DAFTAR ISI ............................................................................................................ x
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xiii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xiv
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................... 5
1.3 Tujuan ....................................................................................................... 5
1.4 Manfaat ..................................................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Teori Continuity of Care ................................................... 7
2.1.1 Definisi ............................................................................................... 7
2.1.2 Tujuan................................................................................................ 7
2.1.3 Manfaat ............................................................................................. 8
2.1.4 Pendekatan Asuhan .......................................................................... 8
2.2 Asuhan Kebidanan ................................................................................... 9
2.3 Konsep Dasar Teori Kehamilan ............................................................. 12
2.3.1 Definisi ............................................................................................. 12
2.3.2 Perubahan Fisiologis Kehamilan Trimester III ................................ 12
2.3.3 Perubahan Psikologis Kehamilan Trimester III .............................. 17
2.3.4 Kebutuhan Dasar Kehamilan Trimester III ..................................... 18
2.3.5 Ketidaknyamanan Kehamilan Trimester III .................................... 22
2.3.6 Tanda Bahaya Kehamilan Trimester III .......................................... 25
2.3.7 Asuhan Standar Minimal Kehamilan .............................................. 28
2.4 Konsep Dasar Teori Persalinan ............................................................. 35
2.4.1 Definis Persalinan ........................................................................... 35
2.4.2 Tujuan Persalinan Normal .............................................................. 35
2.4.2 Lima Benang Merah dalam Asuhan Persalinan ............................. 36
2.4.3 Sebab-Sebab Terjadinya Persalinan .............................................. 36

x
2.4.4 Tanda-tanda Persalinan.................................................................. 38
2.4.5 Tahapan persalinan ........................................................................ 40
2.4.6 Asuhan Persalinan Normal ............................................................. 43
2.4.7 Faktor yang mempengaruhi persalinan .......................................... 45
2.4.8 Mekanisme Persalinan .................................................................... 51
2.4.9 Asuhan Kala I-Kala IV ..................................................................... 53
2.5 Konsep Dasar Teori Nifas ...................................................................... 54
2.5.1 Definisi ............................................................................................. 54
2.5.2 Tahapan Masa Nifas ....................................................................... 54
2.5.3 Perubahan Fisiologis Masa Nifas ................................................... 55
2.5.4 Perubahan Psikologis Masa Nifas .................................................. 56
2.5.5 Tanda Bahaya Masa Nifas.............................................................. 58
2.5.6 Kunjungan Masa Nifas .................................................................... 58
2.6 Konsep Dasar Teori Bayi Baru Lahir ..................................................... 59
2.6.1 Definisi ............................................................................................. 59
2.6.2 Fase Peralihan Bayi Baru Lahir ...................................................... 60
2.6.3 Adaptasi Fisiologis Bayi Baru Lahir ................................................ 61
2.6.4 Mekanisme Kehilangan Panas pada BBL ...................................... 62
2.6.5 Kunjungan Neonatal........................................................................ 63
2.6.6 Asuhan Bayi Baru Lahir .................................................................. 64
2.6.7 Imunisasi ......................................................................................... 65
2.7 Konsep Dasar Teori Keluarga Berencana ............................................. 67
2.7.1 Definisi ............................................................................................. 67
2.7.2 Tujuan.............................................................................................. 68
2.7.3 Metode Kontrasepsi Pasca Persalinan........................................... 68
2.8 Standar Asuhan Kebidanan dan Kewenangan Bidan ........................... 73
1. Standar Pelayanan Kebidanan .............................................................. 73
2. Kewenangan Bidan ................................................................................ 75
2.9 Resppectfull Midwifery Care (RMC)....................................................... 77
2.10 Women Centered Care .......................................................................... 79
2.11 Kerangka Konsep Teori.......................................................................... 81
BAB III METODE STUDI KASUS
3.1 Kerangka Asuhan ................................................................................... 82
3.2 Pendekatan Design Studi Kasus (Case Study) ..................................... 83

xi
3.3 Tempat dan Waktu Studi Kasus............................................................. 83
3.4 Objek/Partisipan ..................................................................................... 83
3.5 Metode Pengumpulan Data (SOAP) ...................................................... 83
3.6 Etika Studi Kasus/Informed Consent ..................................................... 83
3.7 Asuhan Kebidanan ................................................................................. 85
3.8 Periode Persalinan ................................................................................. 96
3.9 Periode Nifas ........................................................................................ 107
3.10 Periode Bayi Baru Lahir ....................................................................... 118
3.11 Periode Keluarga Berencana ............................................................... 128
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Identifikasi masalah .............................................................................. 131
4.2 Pembahasan ........................................................................................ 133
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan ............................................................................................... 156
5.2 Saran .................................................................................................... 157
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1Kebutuhan Nutrisi Perhari Ibu Hamil ..................................................... 19


Tabel 2.3 Kunjungan Pemeriksaan Antenatal ...................................................... 28
Tabel 2.4 Klasifikasi IMT Nasional........................................................................ 29
Tabel 2 5 Nilai Ambang Batas LILA ...................................................................... 30
Tabel 2 6 Tinggi Fundus Menurut Leopold ........................................................... 31
Tabel 2 7 Waktu Pemberian Tetanus Toksoid ..................................................... 33
Tabel 2.8 Derajat laserasi Perineum .................................................................... 43
Tabel 2.9 Penurunan Bagian Terendah Janin...................................................... 45
Tabel 2.10 Perubahan Fisiologis Masa Nifas ....................................................... 55
Tabel 2.11 Tanda Bahaya Masa Nifas ................................................................. 58
Tabel 2 12 Kunjungan Masa Nifas ....................................................................... 58
Tabel 2.13 Adaptasi Fisiologis Bayi Baru Lahir .................................................... 61
Tabel 2.14 Imunisasi Dasar .................................................................................. 65
Tabel 2.15 Metode Kontrasepsi ............................................................................ 68
Tabel 2.16 Kriteria Kelayakan Medis .................................................................... 69

xiii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2 1 Kerangka Konsep Teori .................................................................... 81

Gambar 3.1 Kerangka Asuhan ............................................................................. 82

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Informed Consent ........................................................................... 165


Lampiran 2 Lembar Bimbingan.......................................................................... 166
Lampiran 3 Buku KIA dan Kartu KB .................................................................. 167
Lampiran 4 Dokumentasi ................................................................................... 169
Lampiran 5 Penapisan Ibu Bersalin ................................................................... 170
Lampiran 6 Partograf ......................................................................................... 171
Lampiran 7 Leaflet ............................................................................................. 172
Lampiran 8 Daftar Riwayat Hidup ...................................................................... 173

xv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya yang

dilaksanakan oleh semua komponen Bangsa Indonesia yang bertujuan untuk

meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap

orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

Salah satu indikator derajat kesehatan masyarakat adalah Angka Kematian

Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). Semakin tinggi angka kematian

ibu dan bayi di suatu negara maka dapat dipastikan bahwa derajat kesehatan

negara tersebut buruk (BTKLPP, 2019).

Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator

keberhasilan layanan kesehatan di suatu Negara. Tingginya AKI termasuk

tantangan paling berat untuk mencapai Sustainable Development Goals

(SDGs) tahun 2030. Agenda pembangunan berkelanjutan yaitu Sustainable

Development Goals (SDGs) yang telah disahkan pada September 2015 berisi

17 tujuan dan 169 target. Tujuan ketiga SDGs adalah menjamin kehidupan

yang sehat dan mendorong kesejahteraan bagi semua orang di segala usia

dengan salah satu target mengurangi AKI secara global sebanyak 70 per

100.000 Kelahiran Hidup dan AKB sebanyak 29 per 1000 kelahiran hidup

pada tahun 2030 (WHO, 2017).

Angka kematian ibu di Indonesia pada tahun 2017 menurut Survei

Demografi dan Kesehatan Indonesia yaitu sebesar 177 per 100.000 KH

(SDKI, 2017). Angka kematian ibu di Jawa Barat tahun 2021 sebanyak 1.206

atau 147,43 per KH. Mengalami peningkatan sebanyak 461 kasus

1
2

dibandingkan tahun 2020 yaitu 746 kasus (Dinkes Jabar, 2021). Kabupaten

Bandung menduduki peringkat ke 6 sebagai penyumbang angka kematian ibu

di Jawa Barat tahun 2021 sebanyak 61 kasus dengan 62.940 KH. Angka ini

mengalami kenaikan dibandingkan tahun 2020 yaitu sebanyak 39 kasus

dengan 66.902 KH (Dinkes Kab. Bandung, 2022).

Menurut data SDKI, (2017) angka kematian bayi di Indonesia yaitu 24

per 1000 kelahiran hidup. Sedangkan kasus kematian bayi di Jawa Barat

mengalami peningkatan yang cukup tinggi pada tahun 2021 yaitu sebesar

2.903 kasus atau 3,56 per 1000 KH dibandingkan tahun 2020 sebesar 2.760

kasus atau 3.18 per 1000 KH. Kabupaten Bandung menduduki peringkat ke

tiga penyumbang angka kematian bayi tahun 2021 sebanyak 207, mengalami

kenaikan sebanyak 61 kasus dibandingkan 2020 yaitu sebesar 146 kasus.

Penyebab kematian neonatal masih didominasi oleh 38,08% BBLR, 30,68%

Asifikasia, 0,09% Tetanus Neonatorum, 4,46% Sepsis, 13,54% kelainan

bawaan, dan 13,15% penyebab lainnya (Dinkes Jabar, 2021).

Kematian ibu dalam indikator ini didefinisikan sebagai semua kematian

selama periode kehamilan, persalinan, dan nifas yang disebabkan oleh

pengelolaannya tetapi bukan karena sebab lain seperti kecelakaan atau

insidental. AKI adalah semua kematian dalam ruang lingkup tersebut di setiap

100.000 KH (Kemenkes RI, 2022). Banyak faktor yang berkaitan dengan

penyebab kematian ibu yang dikelompokkan menjadi penyebab langsung dan

tidak langsung. Penyebab langsung angka kematian ibu tertinggi yaitu

perdarahan sebanyak 36,07%, diikuti hipertensi dalam kehamilan sebesar

16,39%, decompensation cordis sebesar 4,92%, infeksi sebanyak 1,64% dan

sebab lain sebesar 40,98%. Sedangkan penyebab tidak langsung meliputi 4


3

terlalu yaitu terlalu muda, terlalu tua, terlalu dekat, terlalu banyak anak (Dinkes

Jabar, 2021).

Upaya pemerintah dalam percepatan penurunan AKI dilakukan

dengan menjamin agar setiap ibu mampu mengakses pelayanan kesehatan

yang berkualitas, seperti pelayanan kesehatan ibu hamil, pertolongan

persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih di fasilitas pelayanan kesehatan,

perawatan pasca persalinan bagi ibu dan bayi, perawatan khusus dan rujukan

jika terjadi komplikasi, dan pelayanan keluarga berencana (KB) termasuk KB

pasca persalinan. Salah satu program pemerintah yang dilaksanakan yaitu

kelas ibu hamil dan program perencanaan persalinan dan pencegahan

komplikasi (P4K). Kementerian kesehatan menetapkan indicator presentase

puskesmas melaksanakan kelas ibu hamil dan presentase puskesmas

melaksanakan orientasi P4K sebagai upaya menurunkan AKI dan AKB.

(Kemenkes RI, 2022).

Keberhasilan program pemerintah terkait program tersebut tentunya

berkaitan dengan sumber daya khususnya sumber daya kesehatan salah

satunya adalah bidan. Bidan merupakan tenaga kesehatan pelaksana yang

harus memiliki kualifikasi yang dipahami oleh filosofi asuhan kebidanan yang

menekankan asuhannya terhadap perempuan (women centered care).

Salah satu upaya untuk meningkatkan kualifikasi bidan tersebut

dengan menerapkan model asuhan kebidanan yang berkelanjutan (continuity

of care) dalam praktik klinik. Asuhan kebidanan ini berfokus pada aspek

pencegahan melalui pendidikan kesehatan dan konseling, promosi

kesehatan, pertolongan persalinan normal dengan berlandaskan kemitraan


4

dan pemberdayaan perempuan serta melakukan deteksi dini pada kasus-

kasus rujukan (Dinkes Jabar, 2021).

Continuity Of Care merupakan hal yang mendasar dalam model praktik

kebidanan untuk memberikan asuhan yang holistik, membangun kemitraan

yang berkelanjutan untuk memberikan dukungan, dan membina hubungan

saling percaya antara bidan dengan klien. Continuity Of Care meliputii

pelayanan kehamilan, persalinan, nifas, BBL, serta pelayanan keluarga

berencana yang menghubungkan kebutuhan kesehatan perempuan dengan

melakukan deteksi lebih dini melalui berbagai metode yang berdampak pada

penekanan AKI dan AKB. (Brier , 2020).

Puskesmas Pacet merupakan salah satu Pusat Kesehatan

Masayarakat di Kabupaten Bandung yang beralamat di Jl. Cagak RT 03 RW

03 Desa Maruyung Kec. Pacet. Wilayah kerja Puskesmas Pacet terdiri dari 7

desa dengan jumlah total penduduk sebanyak 71.704 jiwa. Puskesmas Pacet

telah memberikan pelayanan mulai dari remaja dan prakonsepsi, kehamilan,

persalinan, nifas, bayi baru lahir, hingga pelayanan keluarga berencana. Total

cakupan kunjungan pemeriksaan ibu hamil K1 dan K4 tahun 2021 sebanyak

3.099 kunjungan dan 2.579 kunjungan pada tahun 2022. Sedangkan untuk

cakupan ibu bersalin di poned puskesmas pacet tahun 2021 sebanyak 1.410

Ibu bersalin dan 1.151 ibu bersalin pada tahun 2022. Angka kematian ibu di

Puskesmas Pacet sejak tahun 2015-2021 berjumlah 2 kasus yaitu pada tahun

2016 dan 2017. Angka kematian bayi di Puskesmas Pacet tahun 2021

sebanyak 0 kasus, angka ini mengalami penurunan di bandingkan tahun 2017

yaitu sebanyak 1 kasus dan 2019 sebanyak 4 kasus. Penyabab AKB di


5

Puskesmas Pacet sendiri yaitu premature, IUFD, BBLR, asfiksia, dan

sungsang (Puskesmas Pacet, 2022).

Dalam rangka pelaksanaan asuhan kebidanan secara berkelanjutan

(Continuity Of Care) mulai dari masa kehamilan, masa persalinan, BBL, masa

nifas, keluarga berencana, serta melakukan pendokumentasian kebidana

yang telah dilakukan pada Ny.N G2P1A0 di Puskesmas Pacet Kabupaten

Bandung Periode Februari 2023.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam studi kasus ini adalah “Bagaimana Continuity of

Care Pada Ny. N di Puskesmas Pacet Kabupaten Bandung Periode Februari

2023?”.

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Memberikan asuhan kebidanan secara berkesinambungan

kepada Ny. N mulai dari masa kehamilan, persalinan, bayi baru lahir,

nifas, dan keluarga berencana.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Untuk melakukan asuhan kebidanan pada masa kehamilan

trimester III pada Ny.N Di Puskesmas Pacet Kabupaten Bandung

b. Untuk melakukan asuhan kebidanan pada masa persalinan pada

Ny.N Di Puskesmas Pacet Kabupaten Bandung

c. Untuk melakukan asuhan kebidanan pada masa nifas pada Ny.N

Di Puskesmas Pacet Kabupaten Bandung

d. Untuk melakukan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir Ny.N Di

Puskesmas Pacet Kabupaten Bandung


6

e. Untuk melakukan asuhan kebidanan pada masa antara (KB) pada

Ny.N Di Puskesmas Pacet Kabupaten Bandung.

1.4 Manfaat

1. Manfaat Teoritis

Untuk mengembangkan ilmu kebidanan berdasarkan evidence

based menurut kemajuan ilmu serta praktik dalam melaksanakan asuhan

kebidanan terutama mengenai asuhan kebidanan pada masa kehamilan,

persalinan, nifas, bayi baru lahir dan keluarga berencana.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Penulis

Menerapkan ilmu dan keterampilan praktik dalam melakukan

asuhan kebidanan terutama mengenai asuhan kebidanan pada

kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir dan pelayanan keluarga

berencana.

b. Bagi Institusi

Sebagai bahan evaluasi hasil pembelajaran yang selama ini

diberikan pada saat perkuliahan serta memberikan pendidikan,

pengalaman dan kesempatan bagi mahasiswanya dalam melakukan

asuhan kebidanan secara berkesinambungan.

c. Bagi Lahan Praktik (Puskesmas)

Sebagai bahan masukan terutama bagi bidan dalam

melaksananakan praktik pelayanan kebidanan pada kehamilan,

persalinan, nifas, bayi baru lahir dan keluarga berencana dengan

pendokumentasian ke dalam SOAP.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Teori Continuity of Care

2.1.1 Definisi

Continuity of care (COC) adalah suatu proses di mana pasien

dan tenaga kesehatan yang kooperatif terlibat dalam manajemen

pelayanan kesehatan secara terus menerus menuju pelayanan yang

berkualitas tinggi. COC dapat membantu bidan (tenaga kesehatan),

keluarga mendapatkan kepercayaan dan memungkinkan untuk

menjadi advokasi pasien. Continuity of Care meliputi pelayanan

terpadu bagi ibu dan anak dari prakehamilan hingga persalinan,

periode postnatal dan bayi. Asuhan disediakan oleh keluarga dan

masyarakat melalui layanan rawat jalan, klinik, dan fasilitas kesehatan

lainnya (Astuti, 2017).

2.1.2 Tujuan

1. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu

dan tumbuh kembang bayi.

2. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, dan

sosial ibu dan bayi

3. Mengenal secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi

yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit

secara umum, kebidanan, dan pembedahan.

4. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan

selamat ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin.

7
8

5. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan

pemberian ASI eksklusif.

6. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran

bayi agar dapat tumbuh kembang secara optimal.

7. Menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan perinatal.

2.1.3 Manfaat

Asuhan Continuity of Care (COC) memiliki manfaat diantaranya

dapat mendapatkan pengalaman yang terbaik, mengurangi morbiditas

maternal, mengurangi penggunaan intervensi pada saat persalinan

termasuk operasi caesar, meningkatkan jumlah persalinan normal

dibandingkan dengan perempuan yang merencanakan persalinan 10

dengan tindakan. Continuity of care dapat diberikan melalui tim bidan

yang berbagi beban kasus, yang bertujuan untuk memastikan bahwa

ibu menerima semua asuhannya dari satu bidan atau tim praktiknya.

Bidan dapat bekerjasama secara multidisiplin dalam melakukan

konsultasi dan rujukan dengan tenaga kesehatan lainnya.

2.1.4 Pendekatan Asuhan

1. Personalize Care: Mengidentifikasi kekhususan kebutuhan

masing-masing klien, memberikan asuhan sesuai kebutuhan klien

serta menghargai hak klien untuk menentukan pilihan dalam

asuhan yang dibutuhkan.

2. Holistic Care: Memperhatikan kebutuhan fisik, psikologis, sosial,

spiritual serta kultural klien.

3. Partnership Care: Melibatkan klien dan keluarganya daam

mengidentifikasi kebutuhan pada masing-masing fase (hamil,


9

bersalin, nifas), bekerjasama dalam memberi asuhan kepada

perempuan selama hamil, bersalin dan nifas, serta dalam

pengambilan keputusan atas asuhan yang dibutuhkan pada saat

hamil, bersalin dan nifas.

4. Collaborative Care: Mengidentifikasi faktor risiko pada klien dan

mendiskusikan dengan pembimbing, membuat rencana

konsultasi/kolaborasi dan rujukan terkait komplikasi pada klien,

mendampingi klien saat rujukan serta mengikuti perkembangan

kesehatan klien pada saat rujukan.

5. Evidence Base Care: Menggunakan dasar literatur terkini dalam

merencanakan dan memberikan asuhan kebidanan bag klien dan

menunjukkan rasionalisasi dari seluruh asuhan kebidanan

berdasarkan bukti terkini keefektifan asuhan.

2.2 Asuhan Kebidanan

1. Senam Hamil

Senam hamil adalah suatu bentuk latihan guna memperkuat dan

mempertahankan elastisitas otot-otot dinding perut, ligament-ligamen,

serta otot dasar panggul yang berhubungan dengan proses persalinan.

Senam adalah olah raga yang dapat mengurangi nyeri punggung selama

hamil. Latihan ini berfungsi untuk memperkuat stabilitas inti tubuh yang

akan membantu memelihara kesehatan tulang belakang. Senam hamil

dapat mengurangi nyeri punggung bawah karena dalam melakukan

senam hamil otot-otot dinding abdomen, ligamen, otot dasar panggul dan

punggung bawah dapat terlatih semakin elastis dan tidak mengalami kaku

pada otot serta memberikan efek relaksasi bagi ibu, dengan dilakukan
10

secara teratur dan sesuai SOP sehingga dapat mengurangi rasa nyeri

pada punggung ibu. Beberapa gerakan yang dapat membantu mencegah

atau menangani nyeri punggung:

a. Pelvic Tiltinng

Tujuan dari gerakan ini adalah untuk menguatkan otot gluteus

maksimus dan mencegah hiperlordosis lumbal. Tekniknya dapat

dilakukan dengan menekankan punggung pada alas sambil

menegangkan otot perut dan kedua otot gluteus maksimus dan

dipertahankan selama 5-10 hitungan.

b. Lutut ke Dada

Tujuan dari gerakan ini adalah untuk meregangkan otot punggung

yang tegang dan spasme. Tekniknya dapat dilakukan dengan menarik

lutut ke dada bergantian semaksimal mungkin tanpa menimbulkan

rasa sakit dan dipertahankan selama 5-10 detik. Dapat juga dilakukan

dengan kedua lutut secara bersamaan.

c. Curl Up

Tujuan dari gerakan ini adalah untuk menguatkan otot perut dan

punggung bawah. Tekniknya dapat dilakukan dengan perlahan-lahan

menaikkan kepala dan leher sehingga dagu menyentuh dada,

diteruskan dengan mengangkat punggung bagian ataas sampai

kedua tangan mencapai lutut (tangan diluruskan), sedangkan

punggung bagian tengah dan bawah tetap menempel pada dasar

(Gultom, 2019).

Menurut penelitian (Amin & Novita, 2022) menyatakan bahwa

senam hamil dapat mengurangi nyeri punggung bawah karena dalam


11

melakukan senam hamil otot-otot dinding abdomen, ligamen, otot dasar

panggul dan punggung bawah dapat terlatih semakin elastis dan tidak

mengalami kaku pada otot serta memberikan efek relaksasi bagi ibu.

2. Pijat Oksitosin

Pijat oksitosin adalah suatu tindakan pemijatan tulang belakang

mulai dari nervus ke 5-6 sampai scapula yang akan mempercepat kerja

saraf parasimpatis untuk menyampaikan perintah ke otak bagian

belakang sehingga oksitosin keluar. Pijat oksitosin ini dilakukan untuk

merangsang refleks oksitosin Atau let down reflex. Melalui pemijatan

pada tulang belakang, neurotransmitter akan merangsang medulla

oblongata langsung mengirim pesan ke hipotalamus untuk mengeluarkan

oksitosin. Dengan pijat oksitosin ini juga akan merileksasi ketegangan

dan menghilangkan stress serta meningkatkan rasa nyaman.

Hormon oksitosin diproduksi oleh kelenjar hipofisi posterior. Setelah

diproduksi oksitosin akan memasuki darah kemudian merangsang sel-sel

meopitel yang mengelilingi alveolus mammae dan duktus laktiferus.

Kontraksi sel-sel meopitel mendorong ASI keluar dari alveolus mammae

melalui duktus laktiferus menuju ke sinus laktiferus dan disana ASI akan

disimpan. Selain itu oksitosin juga merangsang kontraksi uterus dan

mempercepat involusi uterus serta mengurangi perdarahan postpartum.

Pijat oksitosin dilakukan dua kali sehari, setiap pagi dan sore. Pijat

ini dilakukan selama 15 sampai 20 menit. Pijat ini tidak harus selalu

dilakukan oleh petugas kesehatan. Pijat oksitosin dapat dilakukan oleh

suami atau keluarga yang sudah dilatih (Wahyuningtyas, 2020).


12

3. Senam Nifas

Salah satu upaya untuk mengembalikan keadaan normal dan

meningkatkan kekuatan otot perut adalah dengan senam nifas. Senam

nifas merupakan suatu latihan yang dapat dilakukan 24 jam setelah

melahirkan dengan gerakan yang telah disesuaikan dengan kondisi ibu

setelah melahirkan dengan frekuensi 1 kali sehari selama 6 minggu.

Senam nifas bermanfaat untuk mempercepat penyembuhan, mencegah

timbulnya komplikasi, memulihkan dan menguatkan otot-otot punggung,

otot dasar panggul dan otot perut (Anwar, 2021).

2.3 Konsep Dasar Teori Kehamilan

2.3.1 Definisi

Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari

spermatozoa dan ovum dilamjutkan dengan nidasi atau implementasi.

Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga bayi lahir, kehamilan normal

akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan atau 9 bulan

menurut kalender internasional. Kehamilan dibagi menjadi 3 trimester

yaitu trimester I berlangsung 12 minggu (minggu 1-12), trimester II

berlangsung 15 minggu (minggu 13-27), trimester III berlangsung 13

minggu (minggu 28-40)Kehamilan yaitu pertumbuhan dan

perkembangan dari intrauterin mulai sejak konsepsi sampai permulaan

persalinan. (Sri Wulan, 2020).

2.3.2 Perubahan Fisiologis Kehamilan Trimester III

1. Sistem reproduksi

a. Uterus

Rahim atau uterus yang semla besarnya sejempol atau


13

beratnya 30 gr akan mengalami hipertrofi da hyperplasia

sehingga menjadi seberat 1000 gr saat akhir kehamilan. Otot

rahim mengalami hyperplasia dan hipertrofi menjadi lebih

besar, lunak dan dapat mengikuti pembesaran rahim karena

pertumbuhan janin.

Uterus mulai menekan kearah tulang belakang,

menekan vena kava dan aorta sehingga aliran darah

tertekan. Pada akhirkehamilan sering terjadi kontraksi uterus

yang disebut his palsu(braxton hicks). Itshmus uteri menjadi

bagian korpus danberkembang menjadi segmen bawah rahim

yang lebih lebardan tipis, servik menjadi lunak sekali dan lebih

mudah dimasuki dengan satu jari pada akhir kehamilan (Sri

Wulan, 2020).

2. Payudara

Payudara mengalami pertumbuhan dan perkmbangan

sebagai persiapan memberikan ASI pada saat laktasi.

Perkembangan payudara tidak dapat dilepaskan dari pengaruh

hormon saat kehamilan, yaitu estrogen, progesteron dan

somatotropin. Pembentukan lobules dan alveoli memproduksi dan

mensekresi cairan yang kental kekuningan yang disebut kolostrum.

Pada trimester 3 aliran darah di dalamnya lambat dan payudara

menjadi semakin besar (Sri Wulan, 2020).

3. Sistem Hematologi

Massa sel darah merah (total volume sel darah merah

dalam peredaran darah) meningkat selama kehamilan sekitar 18%


14

sebagai respons terhadap peningkatan kadar eritropoietin yang

distimulasi oleh hormon ibu (prolaktin, progesteron, Human

Placental Lactogen (HPL) dan estrogen) dan kebutuhan oksigen

jaringan ibu dan plasenta. Seiring dengan peningkatan volume

darah ibu sebesar 30- 45%, volume plasma meningkat sebesar

50% (1250-1600 ml) selama kehamilan, diikuti dengan

peningkatan volume sel darah merah yang relatif lebih kecil.

Mekanisme homeostatis ini berbeda dengan mekanisme yang

mengontrol keseimbangan cairan dan peningkatan volume

plasma. Oleh karena itu, volume plasma meningkat dan ekspansi

ini melebihi peningkatan massa sel darah merah, yang

menghasilkan hemodilusi fisiologis, sehingga darah menjadi

kurang kental.

Akibatnya jumlah sel darah merah, hematokrit dan

konsentrasi hemoglobin semuanya menurun, mengakibatkan

anemia. Penurunan hemoglobin terjadi karena penyerapan zat

besi oleh janin biasanya lebih banyak daripada yang dapat

digantikan oleh penyerapan zat besi oleh ibu (Sri Wulan, 2020).

4. Sistem pernafasan

Laju pernapasan pada dasarnya tidak berubah, tetapi

terdapat perubahan volume tidal dan ventilasi menit istirahat

meningkat secara signifikan seiring dengan bertambahnya usia

kehamilan. Perubahan tersebut diawali oleh progesteron dan

relaksin yang meningkatkan elastisitas tulang rusuk dengan

merelaksasi ligamen. Progesteron juga meningkatkan kepekaan


15

terhadap karbon dioksida sehingga menyebabkan hiperventilasi.

Selain itu rahim yang membesar hingga menekan diafragma

menyebabkan sesak nafas. Sebagai kompensasi terjadinya

desakan rahim dan kebutuhan oksigen yang meningkat, ibu hamil

akan bernafas lebihdalam sekitar 20% sampai 25% dari biasanya

(Sri Wulan, 2020).

5. Sistem perkemihan

Pada akhir kehamilan, muncul keluhan sering berkemih

karena kepala janin turun ke pintu atas panggul, desakan ini

menyebabkan kandung kemih terus terasa penuh. Akibat

terjadinya hemodiaksi menyebabkan metabolisme air makin lancar

sehingga pembentukan urine pun bertambah.

Dilatasi ureter dengan peristaltik yang berkurang dan

obstruksi mekanis oleh rahim yang membesar semuanya

berkontribusi terhadap stasis urin yang mengarah pada

peningkatan risiko infeksi saluran kemih pada kehamilan. Wanita

hamil mengakumulasi cairan (air dan natrium) pada siang hari

dalam bentuk edema dependen dari tekanan rahim pada pembuluh

darah panggul dan vena kava inferior yang kemudian

mengeluarkannya sebagai urin encer pada malam hari. nocturia)

melalui ginjal saat wanita berbaring, terutama pada posisi

berbaring miring ke kiri (Sri Wulan, 2020).

6. System pencernaan

Sfingter esofagus bagian bawah menurun karena pengaruh

progesteron sehingga menyebabkan relaksasi otot polos.


16

Pergeseran diafragma dan tekanan dari rahim yang membesar

ditambah dengan hilangnya tonus sfingter menyebabkan refluks

dan heartburn. Aksi progesteron pada otot polos juga

menyebabkan hipotonisitas lambung dengan penurunan motilitas

dan waktu pengosongan yang lama. Perubahan yang sama akibat

progesteron ini berlaku untuk seluruh saluran usus (Sri Wulan,

2020).

7. Sistem Muskuloskeletal

Perubahan tubuh secara bertahap dan peningkatan berat

wanita hamil menyebabkan postur dan cara berjalan berubah.

Peningkatan distensi abdomen membuat panggul miring ke depan,

penurunan tonus otot perut dan peningkatan beban berat badan

pada akhir kehamilan membutuhkan penyesuaian ulang

(realignment) kurvatura spinalis. Berat uterus dan isinya

menyebabkan perubahan titik pusat gravitasi dan garis bentuk

tubuh. Lengkung tulang belakang berubah bentuk mengimbangi

pembesaran abdomen. Sikap tubuh lordosis merupakan keadaan

yang khas karena kompensasi posisi uterus yang membesar dan

menggeser berat ke belakang lebih tampak pada masa trimester III

yang menyebabkan rasa sakit bagian tubuh belakang karena

meningkatnya beban.

Pada wanita hamil yang telentang, uterus jatuh ke belakang

dan bersandar pada kolumna vertebralis serta pembuluh-

pembuluh darah besar didekatnya, khususnya vena kava inferior

dan aorta. Sedangkan pada saat wanita hamil berdiri, sumbu


17

longitudinal uterus sejajar dengan perpanjangan sumbu pintu atas

panggul dinding abdomen menyokong uterus dan

mempertahankan hubungan antara sumbu panjang uterus dengan

sumbu pintu atas panggul, kecuali bila dinding tersebut cukup

kendor. Dengan begitu, pusat gravitasi wanita bergeser ke depan.

Kurva lumbosakrum normal harus semakin melengkung

dan di daerah servikodorsal harus terbentuk kurvatura (fleksi

anterior kepala berlebihan) untuk mempertahankan

keseimbangan. Payudara yang besar dan posisi bahu yang

bungkuk saat berdiri akan semakin membuat kurva pungung dan

lumbal menonjol. Pergerakan menjadi lebih sulit. Struktur

Ligamentum dan otot tulang belakang bagian tengah dan bawah

mendapat tekanan berat. Perubahan ini sering menimbulkan rasa

tidak nyaman pada muskuloskeletal (Sri Wulan, 2020).

2.3.3 Perubahan Psikologis Kehamilan Trimester III

Pada fase trimester ketiga perubahan-perubahan psikologis

pada ibu hamil semakin kompleks dan meningkat dari trimester

sebelumnya. Hal ini dikarenakan kondisi kehamilan yang semakin

membesar. Beberapa kondisi psikologis yang terjadi pada trimester

ketiga, antara lain:

1. Rasa tidak nyaman

Rasa tidak nyaman akibat kehamilan timbul kembali pada

trimester ketiga dan pada kebanyakan ibu merasa bentuk

tubuhnya semakin jelek. Selain itu, perasan tidak nyaman juga

berkaitan dengan adanya perasaan sedih karena dia akan


18

berpisah dari bayinya dan kehilangan perhatian khusus yang

diterima selama hamil sehingga ibu membutuhkan dukungan dari

suami, keluarga, dan tenaga kesehatan.

2. Perubahan emsosional

Pada bulan-bulan terakhir menjelang persalinan perubahan

emosi ibu semakin berubah-ubah dan terkadang menjadi tidak

terkontrol. Perubahan emosi ini bermuara dari adanya perasan

khawatir, rasa takut, bimbang dan ragu dengan kondisi

kehamilannya saat ini lebih buruk lagi saat menjelang persalinan

atau kekhawatiran akibat ketidakmampuannya dalam menjalankan

tugas-tugas sebagai ibu pasca kelahiran bayinya (sri Wulan, 2020).

2.3.4 Kebutuhan Dasar Kehamilan Trimester III

1. Nutrisi

a. Kalori

Ibu hamil membutuhkan tambahan energi/kalori untuk

tumbuh kembang janin, plasenta, jaringan payudara, cadangan

lemak, serta untuk perubahan metabolisme yang terjadi.

Karbohidrat merupakan sumber utama untuk tambahan kalori

yang dibutuhkan selama kehamilan. Selama kehamilan, ibu

membutuhkan tambahan 500 Kkal sehari.

b. Protein

Kebutuhan protein bagi wanita hamil sekitar 60 gram

per hari. Artinya, wanita hamil butuh protein 10-15 gr lebih

tinggi dari kebutuhan wanita tidak hamil. Protein tersebut

dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan dan diferensiasi


19

sel membentuk jaringan baru, maupun plasenta dan janin.

Protein yang di anjurkan untuk dikonsumsi 3 porsi protein

setiap hari.

c. Lemak

Lemak merupakan sumber tenaga yang vital dan

untuk pertumbuhan jaringan plasenta. Pada kehamilan normal,

kadar lemak dalam aliran darah akan meningkat pada akhir

trimester III. Tubuh wanita yang sedang hamil juga menyimpan

lemak yg akan mendukung persiapannya untuk menyusui

setelah bayi lahir. Sumber makanan dari lemak yaitu minyak,

margarin, daging, susu, telur, lemak mentega dan lain-lainnya.

Kebutuhan minyak dalam pedoman gizi seimbang dinyatakan

dalam 4 porsi, di mana satu porsi minyak adalah 5 gram.

d. Vitamin dan Mineral

Vitamin dan mineral sangat diperlukan dalam

mempertahankan sistem kekebalan tubuh yang optimal,

sayuran dan buah-buahan merupakan sumber vitamin, mineral

dan serat. Vitamin dan mineral yang terkandung dalam sayuran

dan buah-buahan berperan sebagi anti oksidan dan membantu

meningkatkan imunitas tubuh (Wicaksana, 2021).

Tabel 2.1Kebutuhan Nutrisi Perhari Ibu Hamil

Kebutuhan Zat Gizi Tidak Hamil Hamil


Kalori 2000 kkal 2500 kkal
Protein 55 g 60 g
Kalsium 0,5 g 1g
Zat besi 12 g 17 g
Vitamin A 5000 IU 6000 IU
Vitamin D 400 IU 600 IU
Vitamin C 60 mg 90 mg
Sumber: (Wicaksana, 2021)
20

2. Seksual

Hubungan seksual pada trimester 3 tidak berbahaya kecuali

ada beberapa riwayat berikut yaitu:

a. Pernah mengalami arbotus sebelumnya

b. Riwayat perdarahan pervaginam sebelumnya

c. Terdapat tanda infeksi dengan adanya pengeluaran cairan

disertai rasa nyeri dan panas pada jalan lahir

Walaupun ada beberapa indikasi tentang bahaya jika

melakukan hubungan seksual pada trimester III bagi ibu hamil,

namun faktor lain yang lebih dominan yaitu turunnya rangsangan

libido pada trimester ini yang membuat kebanyakan ibu hamil tidak

tertarik untuk berhubungan intim dengan pasanganya, rasa

nyaman yang sudah jauh berkurang disertai ketidaknyamanan

seperti pegal/ nyeri di daerah punggung bahkan terkadang ada

yang merasakan adanya kembali rasa mual seperti sebelumnya,

hal inilah yang mempengaruhi psikologis ibu di trimester III.

3. Istirahat Cukup

Istirahat dan tidur yang teratur dapat meningkatkan

kesehatan jasmani, rohani, untuk kepentingan kesehatan ibu

sendiri dan tumbuh kembang janinya di dalam kandungan.

Kebutuhan tidur yang efektif yaitu 8 jam/ hari.

4. Perawatan Payudara

Perawatan payudara baik dilakukan pada ibu hamil trimester III

selain untuk menjaga kebersihan daerah payudara juga sebagai


21

upaya untuk mempersiapkan proses laktasi pada saat setelah

melahirkan.

5. Kebersihan Diri (Personal Hygiene)

Penting bagi ibu menjaga kebersihan dirinya selama hamil,

hal ini dapat mempengaruhi fisik dan psikologis ibu. kebersihan lain

yang juga penting di jaga yaitu persiapan laktsi, serta penggunaan

bra yang longgar dan menyangga membantu memberikan

kenyamanan dan keamanan bagi ibu (Sri Wulan, 2020).

6. Perencanaan Persalinan dan Pengobatan Komplikasi (P4K)

Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan

Komplikasi (P4K), merupakan suatu kegiatan yang difasilitasi oleh

bidan di desa dalam rangka peningkatan peran aktif suami,

keluarga dan masyarakat dalam merencanakan persalinan yang

aman dan persiapan menghadapi komplikasi bagi ibu hamil;

termasuk perencanaan penggunaan KB pasca persalinan dengan

menggunakan stiker sebagai media notifikasi sasaran dalam

rangka meningkatkan cakupan dan mutu pelayanan kesehatan

bagi ibu dan bayi baru lahir (Sudartini, 2020).

Perencanaan Persalinan dan Persiapan Komplikasi P4K

meliputi:

a. Tempat persalinan, yaitu tempat yang dipilih oleh ibu hamil dan

keluarga untuk membantu proses persalinan, seperti di rumah,

di klinik bersalin, praktik mandiri bidan, ataupun rumah sakit.


22

b. Pendamping, yaitu orang yang dipercayai dan yang diinginkan

oleh ibu hamil untuk mendampinginya saat proses persalinan

nanti, baik suami, keluarga maupun kerabat dekat ibu

c. Tabungan Ibu Bersalin (Tabulin), yaitu barang dan atau barang

yang disimpan oleh keluarga atau pengelola tabulin secara

bertahap sesuai dengan kemampuannya.

d. Persalinan oleh tenaga kesehatan, yaitu persalinan nanti akan

ditolong oleh tenaga kesehatan terampil sesuai standar seperti

dokter spesialis kadungan atau bidan yang sudah memilki surat

ijin praktik.

e. Transportasi, yaitu kendaraan yang dapat digunakan untuk

mengantar calon ibu bersalin ke tempat persalinan termasuk

saat rujukan dan siap setiap saat agar tidak terjadi

keterlambatan mencapai tempat bersalin ibu.

f. Calon pendonor darah, yaitu orang-orang yang disiapkan oleh

ibu hamil yang sama golongan darahnya baik suami, keluarga

dan masyarakat yang bersedia menyumbangkan darahnya jika

sewaktu-waktu dibutuhkan jika ada komplikasi saat persalinan

(Kementrian Kesehatan RI, 2012).

2.3.5 Ketidaknyamanan Kehamilan Trimester III

1. Sering berkemih

Peningkatan frekuensi berkemih disebabkan oleh tekanan

uterus karena turunnya bagian bawah janin sehingga kandung

kemih tertekan, dan mengurangi ruang untuk distensi kandung

kemih sebelum wanita merasa perlu buang air kecil. Untuk


23

mengatasi kondisi sering berkemih ibu dapat memperbanyak

minum pada siang hari dan membatasi minum pada 2 jam sebelum

tidur agar tidak mengganggu istirahat tidur ibu. Menjelaskan

mengenai sebab terjadinya hal tersebut (Irianti, 2015).

2. Haemoroid

Wasir sering didahului oleh sembelit. Progesteron juga

menyebabkan relaksasi dinding vena dan usus besar. Selain itu,

rahim yang membesar menyebabkan peningkatan tekanan-

khususnya pada pembuluh darah hemoroid. Untuk mengatasi

haemoroid Hindari konstipasi, makan makanan yang berserat dan

banyak minum, lakukan latihan mengencangkan perineum (kegel)

(Irianti, 2015).

3. Sesak nafas

Rahim membesar hingga menekan diafragma. Selain itu,

diafragma terangkat sekitar 4 cm selama kehamilan. Meskipun ada

beberapa pelebaran diameter transversal thoraic cage, hal itu tidak

cukup untuk mengkompensasi elevasi diafragma, dan terjadi

penurunan kapasitas residual fungsional dan volume residual

udara. Untuk mengatasi sesak nafas bisa dengan mengurangi

aktivitas berat dan berlebihan, perhatikan posisi duduk dan

berbaring jika perlu disanggah dengan bantal pada bagian

punggung, menghindari posisi terlentang karena dapat

mengakibatkan terjadinya ketidakseimbangan ventilasi pervusi

akibat tertekannya vena (suppin hipotention sindrom) (Irianti,

2015).
24

4. Sembelit

Penyebab konstipasi pada ibu hamil TM III adanya

peningkatan hormon progesterone yang mempengaruhi relaksasi

otot, sehingga menyebabkan Gerakan peristaltic pada usu

melambat menjadi kurang efisien. Selain hormon akibat dari

tekanan Rahim yang membesar di sekitar perut. Untuk

menghindari sembelit bisa dilakukan senam hamil, istirahat cukup,

BAB segera setelah ada dorongan, istirahat cukup, tingkatkan diet

asupan cairan (Irianti, 2015).

5. Nyeri punggung

Nyeri punggung saat hamil terjadi pada daerah lumbosacral,

karena akan bertambah intensitas nyeri seiring bertambahnya usia

kehamilan yang disebabkan adanya pergeseran pusat gravitasi

wanita dan postur tubuhnya. Sakit punggung juga bisa terjadi

akibat membungkuk berlebihan, berjalan tanpa waktu istirahat, dan

mengangkat beban.

Pergantian pada sistem muskuloskeletal dirasakan saat

trimester III karena berkurangnya otot abdomen yang semakin

bertambahnya ukuran rahim, maka pusat gravitasi tubuh akan

bertambah maju kedepan maka akan ada rasa ketidakseimbangan

otot diarea panggul dan punggung bagian bawah.

Nyeri punggung bisa dihindari dan diatasi dengan menghindari

aktivitas berat, memperbaiki postur dan posisi tubuh, dan

melakukan latihan-latihan ringan seperti senam hamil dan yoga

(Irianti, 2015).
25

2.3.6 Tanda Bahaya Kehamilan Trimester III

Deteksi dini gejala dan tanda bahaya selama kehamilan

merupakan upaya terbaik untuk mencegah terjadinya gangguan yang

serius terhadap kehamilan ataupun keselamatan ibu hamil. Faktor

predisposisi dan adanya penyakit penyerta sebaiknya juga dikenali

sejak awal sehingga dapat dilakukan berbagai upaya maksimal untuk

mencegah gangguan yang berat baik terhadap kehamilan dan

keselamatan ibu maupun bayi yang dikandungnya.

1. Perdarahan Pervaginam

Perdarahan pada masa kehamilan lanjut setelah 22 minggu

sampai sebelum persalinan. Perdarahan pervaginaan dikatakan

tidak normal bila ada tanda- tanda seperti keluarnya darah merah

segar atau kehitaman dengan bekuan, perdarahan kadang banyak

kadang tidak terus menerus, perdarahan disertai rasa nyeri.

Perdarahan semacam ini bisa berarti plasenta previa, solusio

plasenta, ruptur uteri, atau dicurigai adanya gangguan pembekuan

darah (Sulistyawati, 2010).

2. Sakit kepala

Sakit kepala yang menunjukan masalah serius adalah sakit

kepala hebat yang menetap dan tidak hilang setelah beristirahat.

Nyeri kepala hebat pada masa kehamilan dapat menjadi tanda

gejala preeklamsi, dan jika tidak diatasi dapat mnyebabkan

komplikasi kejang maternal, stroke, koagulapati hingga kematian.

Sehingga perlu dilakukan pemeriksaan lengkap baik oedem pada


26

tangan/ kaki, tekanan darah, dan protein urin ibu sejak dini

(Sulistyawati, 2010).

3. Penglihatan kabur

Akibat pengaruh hormonal, ketajaman penglihatan dapat

berubah selama masa kehamilan. Perubahan ringan (minor)

adalah perubahan yang normal. Jika masalah visual yang

mengindikasikan perubahan mendadak, misalnya pandangan

menjadi kabur dan berbayang disertai rasa sakit kepala yang

hebat, ini sudah menandakan gejala preeklamsi. Penglihatan

kabur dikarenakan sakit kepala hebat, sehingga terjadi oedem

pada otak dan meningkatkan resistensi otak yang mempengaruhi

sistem saraf pusat yang dapat menimbulkan kelainan selebral, dan

gangguan penglihatan (Sulistyawati, 2010).

4. Bengkak pada wajah dan ekstremitas

Hampir separuh dari ibu-ibu hamil akan mengalami bengkak

yang normal pada kaki yang biasanya muncul pada sore hari dan

biasanya hilang setelah beristirahat atau dengan meninggikan kaki

lebih tinggi daripada kepala. Bengkak yang menjadi masalah

serius yaitu ditandai dengan muncul pembengkakan pada muka,

tangan dan ekstremitas lainya, bengkak tidak hilang setelah

beristirahat, bengkak disertai dengan keluhan fisik lainnya

(Sulistyawati, 2010).

5. Gerakan janin tidak dirasakan

Ibu hamil mlai dapat merasakan gerakan bayinya pada usia

kehamilan 16-18 minggu (multigravida, sudah pernah hamil dan


27

melahirkan sebelumnya) dan 18-20 minggu (primigravida, baru

pertama kali hamil). Jika janin tidur, gerakannya akan melemah.

janin harus bergerak paling sedikit 3 kali dalam periode 3 jam (10

gerakan dalam 12 jam). Gerakan janin akan lebih mudah terasa

jika ibu berbaring/beristirahat, makan dan minum. Jika ibu tidak

merasakan gerakan janin sesudah usia 22 minggu/ memasuki

persalinan, maka perlu diwaspadai terjadinya gawat janin atau

kematian janin dalam uterus (Sulistyawati, 2010).

6. Nyeri hebat pada abdomen

Nyeri pada daerah abdomen yang tidak berhubungan

dengan persalinan normal adalah suatu kelainan. Nyeri abdomen

yang mengindikasikan mengancam jiwa adalah nyeri perut yang

hebat, menetap dan tidak hilang setelah beristirahat, terkadang

dapat disertai dengan perdarahan lewat jalan lahir. Hal ini bisa

berarti appendicitis (radang usus buntu), kehamilan ektopik

(kehamilan di luar kandungan), aborstus (keguguran), penyakit

radang panggul, persalinan preterm, gastritis (maag), solutio

placenta, penyakit menular seksual, infeksi saluran kemih atau

infeksi lain (Sulistyawati, 2010).

7. Ketuban pecah sebelum waktunya

Dinamakan ketuban pecah sebelum waktunya apabila

terjadi sebelum persalinan yang disebabkan karena berkurangnya

kekuatan membran/ peningkatan tekanan uteri yang juga dapat

disebabkan adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina dan

serviks yang dapat dinilai dari cairan ketuban di vagina. Pecahnya


28

selaput ketuban dapat terjadi pada kehamilan 37 minggu preterm

maupun kehamilan aterm (Sulistyawati, 2010).

2.3.7 Asuhan Standar Minimal Kehamilan

Menurut buku KIA hasil revisi tahun 2020 standar minimal

pelayanan kesehatan ibu hamil yaitu minimal 6 kali selama kehamilan

dan minimal 2 kali pemeriksaan oleh dokter pada trimester 1 dan 3.

Standar waktu pelayanan tersebut dianjurkan untuk menjamin

perlindungan terhadap ibu hamil dan janin berupa deteksi dini faktor

risiko, pencegahan, dan penanganan dini komplikasi kehamilan

(Kementrian Kesehatan RI, 2020).

Tabel 2.2 Kunjungan Pemeriksaan Antenatal

Trimester Jumlah Kunjungan Waktu Kunjungan yang Dianjurkan


Minimal
I 2x Hingga usia kehamilan 12 minggu
II 1x Diatas usia kehamilan 12 minggu
sampai 24 minggu
III 3x Diatas usia kehamilan 24 minggu
sampai 40 mingg
(Kementerian Kesehatan RI, 2020)

Standar Pelayanan Antenatal

1. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan

Penimbangan berat badan ibu hamil setiap kali kunjungan

ditujukan guna mendeteksi adanya gangguan pertumbuhan janin

dalam kandungan. Berat badan ibu hamil yang naik, tetapi tidak

lebih dari 9 kg sampai akhir kehamilan atau kurag dari 1 kg

perbulan diduga mengalami gangguan pertambahan pertumbuhan

janin. Pengukuran tinggi badan ibu hamil pada kunjungan pertama

bertujuan untuk menepis adanya faktor risiko terjadinya

cephalopelvic disproportion (CPD) karena indikator kemungkinan


29

resiko ini adalah tinggi badan kurang dari 145 cm. (Susiloningtyas,

2012).

Perhitungan IMT (Indeks Masa Tubuh) / BMI (Body Mass Index)

𝐁𝐞𝐫𝐚𝐭 𝐁𝐚𝐝𝐚𝐧 (𝐊𝐠)


IMT=
𝐓𝐢𝐧𝐠𝐠𝐢 𝐁𝐚𝐝𝐚𝐧 (𝐦)𝐱 𝐓𝐢𝐧𝐠𝐠𝐢 𝐁𝐚𝐝𝐚𝐧 (𝐦)

Sumber : (Siti, 2016)

Tabel 2.3 Klasifikasi IMT Nasional

Klasifikasi IMT Nasional

Kurus Berat <17,0


Ringan 17,0-18,4
Normal 18,5-25,0
Gemuk Ringan 25,1-27,0
Berat >27,0
Sumber: (Kementerian Kesehatan RI, 2018)

2. Tekanan darah

Pengukuran tekanan darah dilakukan setiap kali kunjungan

antenatal. Hal ini dilakukan untuk mendeteksi adanya hipertensi

pada kehamilan dan preeklampsia. Hipertensi adalah tekanan

darah sekurang-kurangnya 140 mmHg sistolik atau 90 mmHg

diastolik pada 2x pemeriksaan berjarak 4-6 jam pada wanita yang

sebelumnya normotensi. (Susiloningtyas, 2012).

Supine adalah istilah medis untuk berbaring telentang.

Hipotensi adalah tekanan darah rendah. Supine hypotensi terjadi

pada trimester kedua dan trimester ketiga yaitu penurunan tekanan

darah sistol >30 mmHg sampai 80 mmHg pada posisi supine.

Pasien hamil dalam posisi telentang memiliki kompresi vena cava

inferior dan aorta oleh uterus gravid, yang menyebabkan


30

penurunan aliran balik vena dan dengan demikian hipoperfusi.

Gejalanya meliputi takikardia, diaforesis, mual, muntah, pucat,

lemah, pusing, dan pusing. Wanita bisa kehilangan kesadaran dan

bahkan kematian ibu dan / atau janin bisa terjadi. Gejala biasanya

terjadi dalam 3-10 menit setelah berbaring. (Ratnasari & Karina,

2019)

3. Ukur Lingkar Lengan Atas (LILA).

Pada ibu hamil pengukuran LILA merupakan satu cara

untuk mendeteksi dini adanya Kurang Energi Kronis (KEK) atau

kekurangan gizi. Malnutrisi pada ibu hamil mengakibatkan transfer

nutrient ke janin berkurang, sehingga pertumbuhan janin

terhambat dan berpotensi melahirkan bayi dengan Berat Badan

Lahir Rendah (BBLR). Kurang Energi Kronis (KEK) (ukuran LILA

<23,5 cm), yang menggambarkan kekurangan pangan dalam

jangka Panjang baik dalam jumlah maupun kualitasnya.

(Susiloningtyas, 2012).

Tabel 2 4 Nilai Ambang Batas LILA

Nilai Ambang Batas LILA (cm) KEK


<23,5 Risiko KEK
>23,5 Tidak risiko KEK
Sumber: (Ningrum, 2020)

Ibu yang menderita KEK sebelum hamil biasanya berada

pada status gizi yang kurang, sehingga pertambahan berat badan

selama hamil harus lebih besar. Makin rendah IMT pra hamil maka

makin rendah berat lahir bayi yang dikandung dan makin tinggi

risiko BBLR. (Ningrum, 2020)


31

4. Ukur Tinggi Fundus Uteri

Pemeiksaan TFU dilakukan setiap kali kunjungan antenatal.

Bertujuan untuk mendeteksi adanya gangguan pertumbuhan janin

atau intra-uterine growth retardation (IUGR). Pengukuran TFU

dapat dilakukan dengan pemeriksaan Leopold setelah

usiakehamilan 12 minggu. (Susiloningtyas, 2012).

Tabel 2 5 Tinggi Fundus Menurut Leopold

No Usia TFU berdasarkan perabaan TFU berdasarkan cm


kehamilan
1 12 minggu 1-2 jari diatas simfisis
2 16 minggu Pertengahan pusat dan
simfisis
3 20 minggu 3 jari di bawah pusat
4 22 minggu 24-25 cm di atas simfisis
5 24 minggu Sejajar [usat
6 28 minggu 3 jari di atas pusat 26,7 cm di atas simfisis
7 30 minggu 29,5-30 cm di atas simfisis
8 32 minggu Pertengahan pusat dan px 29,5-30 cm di atas simfisis
9 34 minggu 31 cm di atas simfisis
10 36 minggu 3 jari di bawah px 32 cm di atas simfisis
11 38 minggu 33 cm di atas simfisis
12 40 minggu Pertengahan pusat dan px 37,7 di atas simfisis
(Poltekes Surakarta, 2014)

5. Penentuan Presentasi Janin dan Denyut Jantung Janin (DJJ).

Menentukan presentasi janin dilakukan pada akhir trimester

II dan selanjutnya setiap kali kunjungan antenatal. Pemeriksaan ini

bertujuan untuk mengetahui letak janin. Kelainan letak, panggul

sempit atau masalah lain ditentukan apabila bagian terendah janin

bukan kepala atau kepala janin belum masuk pintu atas panggul
32

pada trimester III. Menentukan presentasi janin dilakukan dengan

melakukan pemeriksaan leopold I-IV.

1) Leopold I: untuk menentukan tinggi fundus uteri, bagian janin

dalam fundus, dan konsistensi fundus.

2) Leopold II: Menentukan batas samping rahim kanan/kiri dan

menentukan letak punggung

3) Leopold III: Menentukan bagian terbawah janin di atas simfisis

ibu dan bagian terbawah janin sudah masuk pintu atas

panggul (PAP) atau masih bisa digoyangkan

4) Leopold IV: Menentukan bagian terbawah janin dan seberapa

jauh janin sudah masuk (pintu atas panggul) PAP

1) Konvergen: bagian terbawah janin belum masuk ke PAP.

2) Sejajar: bagian terbawah janin sebagian telah masuk ke

PAP.

3) Divergen: sebagian besar bagian terbawah janin telah

masuk ke PAP

Penilaian DJJ dilakukan pada akhir trimester 1 dan

selanjutnya setiap kali kunjungan antenatal. DJJ lambat kurag

dari 120x/menit atau DJJ cepat lebih dari 160x/menit

menunjukan adanya gawat janin. (Susiloningtyas, 2012).

6. Penentuan Status Imunisasi TT

Infeksi tetanus merupakan salah satu penyebab kematian

ibu dan kematian bayi. Kematian karena infeksi tetanus ini

merupakan akibat dari proses persalinan yang tidak aman/steril

atau berasal dari luka yang diperoleh ibu hamil sebelum


33

melahirkan. Sebagai upaya mengendalikan infeksi tetanus yang

merupakan salah satu faktor risiko kematian ibu dan kematian bayi,

maka dilaksanakan program imunisasi Tetanus Toksoid Difteri (Td)

bagi Wanita Usia Subur (WUS) dan ibu hamil.(Kemenkes RI,

2019b).

Pemberian dapat dimulai sebelum dan atau saat hamil yang

berguna bagi kekebalan seumur hidup. Table Interval pemberian

imunisasi Td dan lama masa perlindungan yang diberikan.

Tabel 2 6 Waktu Pemberian Tetanus Toksoid

Waktu Pemberian Lama Masa Perlindungn

Td1 sebelum atau saan hamil Langkah awal pembentukan


kekebalan tubuh terhadap
penyakit tetanus.
Td2 4 minggu setelah Td1 3 tahun
Td3 6 bulan setelah Td2 5 tahun
Td4 1 tahun setelah Td 3 10 tahun
Td5 1 tahun setelah Td 4 25 tahun
Sumber: (profil kesehatan indonesia, 2018)

7. Pemberian Tablet Tambah (Fe)

Anemia pada ibu hamil dapat meningkatkan risiko kelahiran

prematur, kematian ibu dan anak, serta penyakit infeksi. Anemia

defisiensi besi pada ibu dapat mempengaruhi pertumbuhan dan

perkembangan janin/bayi saat kehamilan maupun setelahnya.

Untuk mencegah anemia setiap ibu hamil diharapkan

mendapatkan tablet tambah darah (TTD) minimal 90 tablet selama

kehamilan. Pemberian preparat Fe 60 mg per hari dapat

menaikkan kadar Hb sebanyak 1 g% per bulan. Tablet besi


34

sebaiknya tidak diminum Bersama air the dan kopi karena akan

mengganggu penyerapan zat besi tersebut. (Kemenkes RI, 2019b)

8. Pelayanan tes laboratorium

Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan pada ibu hamil

adalah pemeriksaan laboratorium rutin dan khusus. pemeriksaan

laboratorium adalah pemeriksaan yang harus dilakukan pada

setiap ibu hamil yaitu golongan darah, haemoglobin, dan

pemeriksaan spesifikdaerah edemis/epidermi (malaria, HIV, dll).

Sementara pemeriksaan laboratorium khusus adalah pemeriksaan

laboratorium lain yang akan digunakan atas indikasi pada ibu hamil

yang melakukan kunjungan antenatal. (Susiloningtyas, 2012).

9. Tatalaksana/Penanganan Kasus

Penetapan diagnose dilakukan setelah pengkajian maupun

pemeriksaan secara lengkap. Setiap kelainan yang ditemukan dari

hasil pemeriksaan harus di tatalaksana sesuai dengan standar dan

kewenangan bidan. Apabila terdapat kasus kegawatdaruratan atau

kasus patologis harus dilakukan rujukan ke fasilitas yang lebih

lengkap sesuai alur rujukan.

10. Temu Wicara

Tenaga kesehatan memberi penjelasan mengenai

perawatan kehamilan, pencegahan kelainan bawaan, persalinan

dan inisaiasi menyusu dini (IMD), nifas, perawatan bayi baru lahir,

ASI ekslusif, Keluarga Berencana dan imunisasi pada bayi.

Penjelasan ini diberikan secara bertahap pada kunjungan saat

hamil.
35

2.4 Konsep Dasar Teori Persalinan

2.4.1 Definis Persalinan

Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks

dan janin turun ke dalam jalan lahir. Kelahiran adalah proses dimana

janin dan ketuban didorong keluar melalui jalan lahir. Persalinan dan

kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada

kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan

presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam tanpa

komplikasi baik pada ibu maupun janin.

Persalinan normal adalah proses pengeluaran hasil konsepsi

(janin dan uri) yang telah cukup bulan dan dapat hidup di luar uterus

melalui vagina secara spontan. Pada akhir kehamilan, uterus secara

progresif lebih peka sampai akhirnya timbul kontraksi kuat secara

ritmis sehingga bayi dilahirkan (Manuaba dalam Yulizawati et al, 2019).

2.4.2 Tujuan Persalinan Normal

Tujuan utama dari asuhan persalinan ini adalah mengupayakan

kelangsungan hidup serta mencapai derajat kesehatan yang tinggi bagi

ibu dan bayinya melalui berbagai upaya yang terintegrasi dan lengkap

serta intervensi minimal sehingga prinsip keamanan dan kualitas

pelayanan dapat terjaga secara optimal. Tujuan lain dari asuhan

persalinan adalah: (Indrayani, 2016)

a. Untuk memastikan bahwa proses persalinan berjalan normal atau

alamiah dengan intervensi minimal sehingga ibu dan bayi selamat

dan sehat.
36

b. Memelihara, mempertahankan dan meningkatkan kesehatan fisik,

mental, sosial, dan spiritual ibu.

c. Memastikan tidak ada penyulit/komplikasi dalam persalinan.

d. Memfasilitasi ibu agar mendapatkan pengalaman melahirkan yang

menyenangkan sehingga dapat memberikan dampak positif terhadap

kelancaran masa nifasnya.

e. Memfasilitasi jalinan kasih saying antara ibu, bayi dan keluarga.

Mempersiapkan ibu dan keluarga dalam menghadapi perubahan

peran terhadap kelahiran bayinya.

2.4.2 Lima Benang Merah dalam Asuhan Persalinan

Lima Aspek dasar atau disebut limabenang merah dalam asuhan

perslinan dirasa sangat penting dalam memberikan asuhan persalinan

dan kelahiran bayi yang bersih dan aman. Berbagai aspek tersebut

melekat dalam setiap perlsainan baik normal maupun patologis.

Kelima aspek ini selalu berlaku dalam penatalakasanaan persalinan.

Lima benang merah asuhan persalinan yaitu, membuat keputusan

klinik, asuhan sayang ibu dan sayang bayi, pencegahan infeksi,

pencatatan (rekam medik) dan rujukan. Lima benang merah ini akan

selalu berlaku dalam penatalaksanaan persalinan, mulai dari kala satu

hingga kala empat termasuk penatalaksanaan bayi baru lahir

(Indrayani, 2016).

2.4.3 Sebab-Sebab Terjadinya Persalinan

Ada beberapa teori yang menjelaskan tentang sebab terjadinya

persalinan:

1. Teori penurunan progesterone


37

Villi koriales mengalami perubahan-perubahan, sehingga kadar

progesterone menurun. Menurunnya kadar hormon ini terjadi kira-

kira 1-2 minggu sebelum partus dimulai. Selanjutnya otot rahim

menjadi sensitif terhadap oksitosin. Penurunan kadar progesteron

pada tingkat tertentu menyebabkan otot rahim mulai kontraksi

(Indrayani, 2016).

2. Teori oksitosin

Oksitosi dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis posterior. Perubahan

keseimbangan estrogen dan progesterone mengubah sensitivitas

otot uterus, sehingga sering terjadinya kontraksi Braxton hicks.

Dengan semakin tuanya kehamilan kadar progesterone menurun

dan terjadi peningkatan reseptor oksitosin dalam otot rahim,

prostaglandin memengaruhi persalinan dengan cara melunakkan

serviks dan menstimulasi kontraksi uterus. Diduga bahwa

oksitosin dapat meningkatkan pembentukan prostaglandin dan

persalinan dapat berlangsung terus (Indrayani, 2016).

3. Teori keregangan otot rahim

Keadaan uterus yang terus membesar dan menjadi tegang

mengakibatkan iskemia otot-otot uterus. Hal ini merupakan faktor

yang dapat mengganggu sirkulasi uteroplasenter sehingga

plasenta mengalami degenerasi. Otot rahim mempunyai

kemampuan meregang sampai batas tertentu. Apabila batas

tersebut sudah terlewati, maka akan terjadi kontraksi sehingga

persalinan dapat dimulai (Indrayani, 2016).


38

4. Teori prostaglandin

Peningkatan kadar prostaglanding sejak usia kehamilan 15

minggu yang dikeluarkan oleh desidua. Apabila terjadi

peningkatan berlebihan dari prostaglandin saat hamil dapat

menyebabkan kontraksi uterus sehingga menyebabkan hasil

konsepsi dikeluarkan, karena prostaglandin dianggap dapat

merupakan pemicu terjadinya persalinan (Indrayani, 2016).

5. Teori janin

Terdapat hubungan hipofisis dan kelenjar suprarenal yang

menghasilkan sinyal kemudian diarahkan kepada maternal

sebagai tanda bahwa janin telah siap lahir. Namun mekanisme ini

belum diketahui secara pasti (Manuaba dalam Yulizawati et al,

2019).

6. Teori berkurangnya nutrisi

Teori berkurangnya nutrisi pada janin diungkapkan oleh

Hippocrates untuk pertama kalinya. Hasil konsepsi akan segera

dikeluarkan bila nutrisi telah berkurang (Indrayani, 2016).

7. Teori plasenta menjadi tua

Plasenta yang semakin tua seiring dengan bertambahnya usia

kehamilan akan menyebabkan turunnya kadar estrogen dan

progesteron sehingga timbul kontraksi rahim (Indrayani, 2016).

2.4.4 Tanda-tanda Persalinan

1. His

Ada 2 macam kontraksi yang pertama kontraksi palsu

(Braxton hicks) dan kontraksi yang sebenarnya. Pada kontraksi


39

palsu berlangsung sebentar, tidak terlalu sering dan tidak teratur,

semakin lama tidak ada peningkatan kekuatan kontraksi.

Sedangkan kontraksi yang sebenarnya bila ibu hamil merasakan

kenceng-kenceng makin sering, waktunya semakin lama, dan

makin kuat terasa, diserta mulas atau nyeri seperti kram perut.

Perut bumil juga terasa kencang. Kontraksi bersifat fundal

recumbent/nyeri yang dirasakan terjadi pada bagian atas atau

bagian tengah perut atas atau puncak kehamilan (fundus),

pinggang dan panggul serta perut bagian bawah. Tidak semua ibu

hamil mengalami kontraksi (His) palsu. Kontraksi ini merupakan

hal normal untuk mempersiapkan rahim untuk bersiap mengadapi

persalinan.

2. Pembukaan Serviks

Biasanya pada bumil dengan kehamilan pertama, terjadinya

pembukaan ini disertai nyeri perut. Sedangkan pada kehamilan

anak kedua dan selanjutnya, pembukaan biasanya tanpa diiringi

nyeri. Rasa nyeri terjadi karena adanya tekanan panggul saat

kepala janin turun ke area tulang panggul sebagai akibat

melunaknya rahim. Untuk memastikan telah terjadi pembukaan,

tenaga medis biasanya akan melakukan pemeriksaan dalam

(vaginal toucher).

3. Pecahnya ketuban dan bloody show

Dalam bahasa medis disebut bloody show karena lendir ini

bercampur darah. Itu terjadi karena pada saat menjelang

persalinan terjadi pelunakan, pelebaran, dan penipisan mulut


40

rahim. Bloody show seperti lendir yang kental dan bercampur

darah. Menjelang persalinan terlihat lendir bercampur darah yang

ada di leher rahim tsb akan keluar sebagai akibat terpisahnya

membran selaput yang menegelilingi janin dan cairan ketuban

mulai memisah dari dinding rahim.

Tanda selanjutnya pecahnya ketuban, di dalam selaput

ketuban (korioamnion) yang membungkus janin, terdapat cairan

ketuban sebagai bantalan bagi janin agar terlindungi, bisa

bergerak bebas dan terhindar dari trauma luar. Terkadang ibu

tidak sadar saat sudah mengeluarkan cairan ketuban dan

terkadang menganggap bahwa yang keluar adalah air pipisnya.

Cairan ketuban umumnya berwarna bening, tidak berbau, dan

akan terus keluar sampai ibu akan melahirkan. Keluarnya cairan

ketuban dari jalan lahir ini bisa terjadi secara normal namun bias

juga karena ibu hamil mengalami trauma, infeksi, atau bagian

ketuban yang tipis (locus minoris) berlubang dan pecah. Setelah

ketuban pecah ibu akan mengalami kontraksi atau nyeri yang lebih

intensif.

2.4.5 Tahapan persalinan

1. Kala I (pembukaan jalan lahir)

Kala I persalinan dimulai dengan kontraksi uterus yang teratur dan

diakhiri dengan dilatasi serviks lengkap. Dilatasi lengkap dapat

berlangsung kurang dari satu jam pada sebagian kehamilan

multipara. Pada kehamilan pertama, dilatasi serviks jarang terjadi

dalam waktu 12 jam sedangkan pada multigravida ialah 8 jam.


41

a. Fase laten: berlangsung selama 8 jam. Pembukaan terjadi

sangat lambat sampai mencapai ukuran diameter 3 cm. Fase

laten diawali dengan mulai timbulnya kontraksi uterus yang

teratur yang menghasilkan perubahan serviks.

b. Fase aktif: dibagi dalam 3 fase lagi yakni:

1) Fase akselerasi. Dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm tadi

menjadi 4 cm.

2) Fase dilatasi maksimal. Dalam waktu 2 jam pembukaan

berlangsung sangat cepat, dari 4 cm menjadi 9 cm.

3) Fase deselerasi. Pembukaan menjadi lambat kembali.

Dalam waktu 2 jam, pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap

2. Kala II (Pengeluaran)

Kala II persalinan adalah tahap di mana janin dilahirkan. Pada kala

II, his menjadi lebih kuat dan lebih cepat, kira-kira 2 sampai 3 menit

sekali. Saat kepala janin sudah masuk di ruang panggul, maka

pada his dirasakan tekanan pada otot-otot dasar panggul, yang

secara reflektoris menimbulkan rasa mengedan. Wanita

merasakan tekanan pada rektum dan hendak buang air besar.

Kemudian perineum mulai menonjol dan menjadi lebar dengan

anus membuka. Labia mulai membuka dan tidak lama kemudian

kepala janin tampak dalam vulva pada waktu his. Dengan his dan

kekuatan mengedan maksimal, kepala janin dilahirkan dengan

presentasi suboksiput di bawah simfisis, dahi, muka dan dagu.

Lama kala II pada primigravida 2 jam sedangkan pada multigravida

1 jam (Indrayani & E.U.Djami, 2016).


42

3. Kala III (Pengeluaran Uri)

Kala III persalinan berlangsung sejak janin lahir sampai plasenta

lahir. Setelah bayi lahir, uterus teraba keras dengan fundus uteri

agak di atas pusat. Beberapa menit kemudian, uterus berkontraksi

lagi untuk melepaskan plasenta dari dindingnya. Biasanya

plasenta lepas dalam 6 sampai 15 menit setelah bayi lahir dan

keluar spontan atau dengan tekanan pada fundus uteri. Pemisahan

plasenta ditimbulkan dari kontraksi dan retraksi miometrium

sehingga mempertebal dinding uterus dan mengurangi ukuran

area plasenta. Area plasenta menjadi lebih kecil sehingga plasenta

mulai memisahkan diri dari dinding uterus karena plasenta tidak

elastis seperti uterus dan tidak dapat berkontraksi atau beretraksi

(Indrayani & E.U.Djami, 2016).

4. Kala IV (2 jam setelah melahirkan)

Kala IV persalinan ditetapkan berlangsung kira-kira dua jam

setelah plasenta lahir. Periode ini merupakan masa pemulihan

yang terjadi segera jika homeostasis berlangsung dengan baik.

Pada tahap ini, kontraksi otot rahim meningkat sehingga pembuluh

darah terjepit untuk menghentikan perdarahan. Pada kala ini

dilakukan observasi terhadap tekanan darah, pernapasan, nadi,

kontraksi otot rahim dan perdarahan selama 2 jam pertama. Selain

itu juga dilakukan penjahitan luka laserasi atau episiotomi.


43

Tabel 2.7 Derajat laserasi Perineum

Derajat 1 Derajat 2 Derajat 3 Derajat 4

Mukosa Vagina, Mukosa Mukosa Vagina, Mukosa Vagina,


fourchette posterior, Vagina, fourchette fourchette posterior,
kulit perineum fourchette posterior, kulit kulit perineum, otot-
posterior, kulit perineum, otot- otot perineum, otot
perineum, otot otot perineum, sfingter ani eksternal,
perineum otot sfingter ani dinding rectum
eksternal anterior

Penatalaksanaan

Tidak perlu di jahit Lakukan Penolong APN tidak dibekali keterampilan


jika tidak ada penjahitan untuk reparasi laserasi perineum derajat 3
perdarahan dan atau 4. Segera rujuk ke fasilitas rujukan.
aposisi luka baik
Sumber: (Indrayani & E.U.Djami, 2016)

2.4.6 Asuhan Persalinan Normal

Fokus asuhan persalinan normal adalah persalinan bersih dan

aman serta mencegah terjadinya komplikasi. Tujuan asuhan

persalinan normal adalah menjaga kelangsungan hidup dan

memberikan derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya

melalui upaya yang terintegrasi dan lengkap tetapi dengan intervensi

yang seminimal mungkin agar prinsip keamanan dan kualitas

pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang diinginkan (optimal).

Praktik-praktik pencegahan yang dilakukan dalam asuhan persalinan

normal:

1. Secara konsisten dan sistematis menggunakan praktik

pencegahan infeksi seperti mencuci tangan, penggunaan sarung

tangan, menjaga sanitasi lingkungan yang sesuai bagi proses

persalinan, kebutuhan bayi dan proses ulang peralatan bekas

pakai.
44

2. Memberikan asuhan yang diperlukan, memantau kemajuan dan

menolong proses persalinan serta kelahiran bayi. Menggunakan

partograph untuk membuat keputusan klinik, sebagai upaya

pengenalan adanya gangguan proses persalinan atau komplikasi

dini agar dapar memberikan tindakan yang paling tepat dan

memadai.

3. Memberikan asuhan sayang ibu di setiap tahapan persalinan,

kelahiran dan masa nifas, termasuk memberikan penjelasan bagi

ibu dan keluarganya tentang proses persalinan serta

menganjurkan suami atau keluarga untuk berpartisipasi dalam

proses persalinan.

4. Melaksanakan MAK III untuk mencegah perdarahan

pascapersalinan

5. Membangun naluri alamiah bayi baru lahir untuk melaksanakan

IMD dan efek protektif lainnya (termoregulasi) melalui kontak kulit-

ke kulit ibu-bayi.

6. Melaksanakan pemantauan kondisi kondisi optimal dan antisipasi

komplikasi bagi ibu dan bayi termasuk pemeriksaan fisik esensial

keduanya.

7. Mengajarkan pada ibu dan keluarga untuk mengenali gejala dan

tanda bahaya pada masa nifas pada ibu dan bayi baru lahir.

8. Mendokumentasikan semua asuhan yang diberikan (JNPK-KR,

2014).
45

2.4.7 Faktor yang mempengaruhi persalinan

1. Passanger

Malpresentasi atau malformasi janin dapat mempengaruhi

persalinan normal. Pada faktor passenger, terdapat beberapa

faktor yang mempengaruhi yakni ukuran kepala janin, presentasi,

letak, sikap dan posisi janin. Karena plasenta juga harus melalui

jalan lahir, maka ia dianggap sebagai penumpang yang menyertai

janin.

2. Passage way

Jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yakni bagian tulang yang

padat, dasar panggul, vagina, dan introitus (lubang luar vagina).

Meskipun jaringan lunak khususnya lapisan-lapisan otot dasar

panggul ikut menunjang keluarnya bayi, tetapi panggul ibu jauh

lebih berperan dalam proses persalinan. Janin harus berhasil

menyesuaikan dirinya terhadap jalan lahir yang relatif kaku.

Tabel 2.8 Penurunan Bagian Terendah Janin

Station Hodge Perlimaan

-3: kepala janin belum 5/5: kepala diatas PAP,


masuk PAP atau masih mudah digerakkan.
mengambang

-2: bagian terendah HI: bidang datar yang 4/5: bagian terbesar
janin mulai mengarah melalui bagian atas simfisis kepala belum masuk
dan turun ke PAP dan promontorium. Bidang panggul, sulit digerakkan
ini dibentuk pada lingkaran
pintu atas panggul HI-HII

-1: sebagian kecil HII: bidang yang sejajar 3/5: bagian terbesar
bagian terendah janin dengan bidang Hodge I kepala belum masuk
sudah masuk PAP terletak setinggi bagian panggul
bawah simfisis HII-HIII
46

0: sebagian besar 2/5: bagian terbesar


kepala sudah masuk kepala sudah masuk
panggul sejajar spina panggul
ischiadika HIII
HIII: bidang yang sejajar
dengan bidang Hodge I dan
+1: bagian terendah II, terletak setinggi spina 1/5: kepala di dasar
janin melewati spina ischiadica kanan dan kiri panggul
ischiadika, masuk ke HIII-HIV
bidang tengah/ terluas
panggul
+2: bagian terendah
janin masuk bidang
sempit panggul menuju
vulva
+3: bagian terendah HIV bidang yang sejajar 0/5: kepala di perineum.
janin melewati panggul dengan Hodge I, II, III,
dan tampak di vulva terletak setinggi os HIV
coccygis.

Sumber: (Indrayani, 2016)

3. Power

His adalah salah satu kekuatan pada ibu yang

menyebabkan serviks membuka dan mendorong janin ke bawah.

Pada presentasi kepala, bila his sudah cukup kuat, kepala akan

turun dan mulai masuk ke dalam rongga panggul. Ibu melakukan

kontraksi involunter dan volunteer secara bersamaan

4. Position

Posisi ibu mempengaruhi adaptasi anatomi dan fisiologi

persalinan. Mengubah posisi membuat rasa letih hilang, memberi

rasa nyaman, dan memperbaki sirkulasi.

5. Psychologic

Dalam persalinan terdapat kebutuhan emosional jika

kebutuhan tidak terpenuhi paling tidak sama seperti kebutuhan

jasmaninya. Rasa takut, tegang dan cemas mungkin

mengakibatkan proses kelahiran berlangsung lambat seperti


47

pengalaman melahirkan sebelumnya, kebiasaan adat, emosi dan

persiapan intelektual, serta dukungan dari orang terdekat ibu.

a. Peran orang terdekat

Kehadiran seorang pendamping pada saat persalian dapat

menimbulkan efek positif terhadap persalinan dalam artian

menurunkan morbiditas, mengurangi rasa sakit, serta

persalinan yang lebih singkat. Selain itu kehadiran pendamping

persalinan dapat memberikan rasa nyaman, aman, semangat,

dukungan emosional.

b. Pengurangan rasa nyeri

Nyeri adalah suatu keadaan yang tidak menyenangkan

dan kompleks yang merupakan fenomena yang sangat

individual dengan komponen sensorik dan emosional. Nyeri

bersifat sbyektif, sehingga hanya orang yang merasakannya

yang paling akurat dalam mendefinisikan nyeri. Rasa nyeri ini

dapat dipengaruhi oleh kelelahan, kecemasan dan rasa takut

yang dapat meningkatkan rasa nyeri. Adapun hormone yang

terlibat dalam persalinan yang berhubungan dengan nyeri:

1) Kortisol: kortisol disekresi oleh adrenal, kadar kortisol akan

meningkat dalam keadaan stress fisik atau emosi. Kadar

kortisol dan ketokolamin meningkat saat persalinan dan

berkorelasi positif dengan kecemasan serta nyeri

persalinan, sehingga kortisol dapat menjadi tanda

tingginya kecemasan.
48

2) Endorphin: endorphin merupakan peptide opoid, termasuk

penghilang rasa nyeri alami. Kemungkinan endorphin

merupakan neurotransmitter atau neuromodulator yang

menghambat transmisi pesan nyeri. Usia kehamilan 36

minggu kadar endorphin dalam darah meningkat, adanya

endorphin pada sel saraf dapat menurunkan sensasi rasa

nyeri.

3) Katekolamin: katekolamin disekresi ketika ibu hamil

merasa cemas dan takut, menghambat kontraksi uterus

dan aliran darah ke plasenta. Selama persalinan

katekolamin meningkat sebagai respons peningkatan tres,

nyeri dan komplikasi intrapartum.

Nyeri tidak dapat diukur secara obyektif, namun tipe nyeri

yang muncul dapat diramalkan berdasarkan tanda dan

gejalanya atau berpatokan pada ucapan dan perilaku ibu. Ibu

kadang diminta untuk menggambarkan nyeri yang dialaminya

sebagai verbal yaitu nyeri ringan, sedang atau berat. Terdapat

beberapa cara untuk mengukur nyeri seperti visual analogue

scale (VAS) dimana skala ini dapat diketahui dengan kata-kata

kunci pada keadaan yang ekstrim yaitu tidak nyeri dan nyeri

senyeri-nyerinya. Numerical rating scale (NRS), skala ini

memiliki nilai numeris dan hubungan antara berbagai tingkat

nyeri. Skala nyeri ini terdiri dari garis 0-10 cm yang telah

ditentukan terlebih dahulu berdasarkan daerah yang paing

nyeri kemudian diberi skalanya.


49

Rasa nyeri yang dihubungkan dengan persalinan dapat

digambarkan sebagai salah satu nyeri yang paling intensif

yang pernah dialami ibu. Nyeri persalinan tidak perlu

dihilangkan secara total, tetapi sangat penting untuk

mengelola dengan baik secara individual. Adapun beberapa

cara untuk mengurangi nyeri persalinan adalah:

1) Teknik pernafasan

Teknik pernafasan perlu diajarkan pada kelas

persiapan persalinan untuk mempersiapkan ibu agar dapat

menghadapai stress saat melahirkan. Teknik ini diharapkan

dapat membuat ibu lebih rileks sehingga mengurangi

persepsi nyeri dan membantu ibu mempertahankan control

dirinya terhadap nyeri selama persalinan. teknik

pernafasan ini dapat membantu mengurangi

ketidaknyamanan yang dihasilkan oleh gesekan antara

uterus dan rongga perut selama kontraksi larena otot-otot

daerah genital juga menjadi lebih rileks, sehingga tidak

mengganggu penurunan janin.

Semua pola pernafasan dimulai dengan bernafas

dalam, relaksasi, nafas pembersihan untuk menyambut

kontraksi dan diakhiri dengan nafas dalam-dalam

dihembuskan dengan lembut untuk mengusir kontraksi

(Indrayani, 2016).
50

2) Pijat endorphin

Hormon endorfin adalah senyawa kimia yang

membuat seseorang merasa senang. Endorfin diproduksi

oleh kelenjar pituitary yang terletak di bagian bawah otak.

Hormon ini bertindak seperti morphine, bahkan 200 kali

lebih besar dari morphine.

Endorphine massage merupakan sebuah terapi

sentuhan atau pijatan ringan yang merangsang tubuh

melepaskan senyawa endorphine. Endorphine massage ini

sangat bermanfaat karena dapat memberikan

kenyamanan, rasa rileks dan juga ketenangan sehingga

nyeri dapat berkurang. Teori sentuhan ringan adalah

mengenai otot polos yang berada tepat di bawah

permukaan kulit atau biasa disebut pilus erector yang

bereaksi lewat kontraksi ketika dirangsang. Pijat ini

dilakukan dengan pijatan pada leher sampai punggung

bawah dengan membentuk V terbalik dan dilakukan kurang

lebih 30 menit atau sampai ibu dapat merasakan

kenyamanan dan dapat dilakukan berulang (Shofista,

2022).

6. Penolong

Peran dari penolong persalinan dalam hal ini bidan dalah

mengantisipasi dan menangani komplikasi yang mungkin terjadi

pada ibu dan janin. Prosesnya tergantung dari kemampuan skill

dan kesiapan penolong dalam menghadapi proses persalinan.


51

2.4.8 Mekanisme Persalinan

1. Engagement

Engagement pada primigravida terjadi pada bulan terakhir

kehamilan sedangkan pada multigravida dapat terjadi pada awal

persalinan. engagement adalah peristiwa ketika diameter biparetal

(Jarak antara dua paretal) melewati pintu atas panggul dengan

sutura sagitalis melintang atau oblik di dalam jalan lahir dan sedikit

fleksi. Masuknya kepala akan mengalami ksulitan bila saat masuk

ke dalam panggu dengan sutura sgaitalis dalam antero posterior.

Jika kepala masuk kedalam pintu atas panggul dengan sutura

sagitalis melintang di jalan lahir, tulang parietal kanan dan kiri sama

tinggi, maka keadaan ini disebut sinklitismus. Kepala pada saat

melewati pintu atas panggul dapat juga dalam keadaan dimana

sutura sgaitalis lebih dekat ke promontorium atau ke simfisis maka

hal ini disebut asinklitismus.

2. Penurunan kepala

Dengan fleksi kepala janin memasuki ruang panggul dengan

ukuran yang paling kecil, yakni dengan diameter

suboksipitobregmatikus (9,5 cm) dan dengan sirkumferensia

suboksipitobregmatikus (32 cm) sampai di dasar panggul kepala

janin berada di dalam keadaan fleksi maksimal.

3. Decents

Pada primipara engangement terjadi sebelum inpartu dan berlanjut

sampai awal kala II sedangkan pada multipara decent dan

engagement berlangsung bersamaan dengan dilatasi serviks.


52

Kepala yang sedang turun menemui diafragma pelvis yang

berjalan dari belakang atas ke bawah depan.

4. Putaran paksi dalam

Akibat kombinasi elastisitas diafragma pelvis dan tekanan

intrauterin disebabkan oleh his yang berulang-ulang, kepala

mengadakan rotasi, disebut pula putaran paksi dalam. Di dalam hal

mengadakan rotasi ubun-ubun kecil akan berputar ke arah depan,

sehingga di dasar panggul ubun-ubun kecil di bawah simfisis, dan

dengan suboksiput sebagai hipomoklion.

5. Ekstensi

Kepala mengadakan gerakan defleksi untuk dapat dilahirkan. Pada

tiap his, vulva lebih membuka dan kepala janin makin tampak.

Perineum menjadi makin lebar dan tipis, anus membuka dinding

rektum. Akibat proses desensus lebih lanjut, terjadi regangan

perineum dan diikuti dengan “crowning”. Dengan kekuatan his

bersama dengan kekuatan mengejan, berturut-turut tam- pak

bregma, dahi, muka, dan akhirnya dagu.

6. Putaran paksi luar

Sesudah kepala lahir, kepala segera mengadakan rotasi, yang

disebut putaran paksi luar. Putaran paksi luar ini ialah gerakan

kembali ke posisi sebelum putaran paksi dalam terjadi, untuk

menyesuaikan kedudukan kepala dengan punggung anak.

7. Ekspulsi

Bahu melintasi pintu atas panggul dalam keadaan miring. Di dalam

rongga panggul bahu akan menyesuaikan diri dengan bentuk


53

panggul yang dilaluinya, sehingga di dasar panggul, apabila kepala

telah dilahirkan, bahu akan berada dalam posisi depan belakang.

Selanjutnya dilahirkan bahu depan terlebih dahulu, baru kemudian

bahu belakang. Demikian pula dilahirkan trokanter depan terlebih

dahulu, baru kemudian trokanter belakang. Kemudian, bayi lahir

seluruhnya.

2.4.9 Asuhan Kala I-Kala IV

1. Kala I

a. Identifikasi Masalah

1) Mengkaji riwayat Kesehatan

a) Pengkajian fisik maternal

b) Pengkajian fisik janin

2) Penentuan diagnosis

3) Penilaian kemajuan persalinan

4) Pemantauan kesejahteraan ibu dan janin melalui

partograph

5) Dukungan emosional dari tenaga kesehatan, maupun

keluarga

6) Pengendalian nyeri.

2. Kala II

a. Memantau kesejahteraan ibu dan janin

b. Melakukan pertolongan persalinan

3. Kala III

a. Melakukan penyuntikan oksitosin

b. Melakukan penegangan tali pusat terkendali (PTT)


54

4. Kala IV

a. Mengajarkan cara masase fundus uteri

b. Mengevaluasi IMD

c. Membersihkan ibu dan dari paparan kotoran

2.5 Konsep Dasar Teori Nifas

2.5.1 Definisi

Masa nifas atau puerperium berasal dari bahasa latin yaitu dari

kata “puer” yang artinya bayi dan “parous” yang berarti melahirkan.

Definisi masa nifas adalah masa dimana tubuh ibu melakukan adaptasi

pascapersalinan, meliputi perubahan kondisi tubuh ibu hamil kembali

ke kondisi sebelum hamil. Masa ini dimulai setelah plasenta lahir, dan

sebagai penanda berakhirnya masa nifas adalah ketika alat-alat

kandungan sudah kembali seperti keadaan sebelum hamil. Sebagai

acuan, rentang masa nifas berdasarkan penanda tersebut adalah 6

minggu atau 42 hari (Astuti, 2015).

2.5.2 Tahapan Masa Nifas

1. Periode Immediate Postpartum

Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam. Pada

masa ini merupakan fase kritis, sering terjadi insiden perdarahan

postpartum karena atonia uteri. Oleh karena itu, bidan perlu

melakukan pemantauan secara kontinu, yang meliputi; kontraksi

uterus, pengeluaran lokia, kandung kemih, tekanan darah dan

suhu.

2. Periode early Postpartum (>24 jam-1 minggu)


55

Pada fase ini bidan memastikan involusi uteri dalam keadaan

normal, tidak ada perdarahan, lokia tidak berbau busuk, tidak

demam, ibu cukup mendapatkan makanan dan cairan, serta ibu

dapat menyusui dengan baik.

3. Periode Late Postpartum (>1 minggu-6 minggu)

Pada periode ini dilakukan asuhan dan pemeriksaan sehari-hari

serta konseling perencanaan KB.

4. Remote puerperium

Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat terutama bila selama

hamil atau bersalin memiliki penyulit atau komplikasi

(Wahyuningsih, 2018).

2.5.3 Perubahan Fisiologis Masa Nifas

Tabel 2.9 Perubahan Fisiologis Masa Nifas

No Organ Karakteristik

1 System Involusi Bayi lahir: setinggi pusat (±1000 gr)


reproduksi uterus Akhir kala III: 2 jari dibawah pusat (±750 gr)
1 minggu nifas: Pertengahan pusat simpisis.
(±500 gr)
2 minggu nifas: Tidak teraba (±300 gr)
6 minggu nifas: Normal (±100 gr)

Lochea Rubra: warna mrah (hari ke 1-3 pp)


Sanguinolenta: warna merah kecoklatan (hari
ke 4-7 pp)
Serosa: warna kuning kecoklatan (hari ke 8-14)
Alba: warna putih (2 minggu-6 minggu)

Perineum, Vulva dan vagina mengalami peregangan


Vulva dan selama proses melahirkan sehingga menjadi
Vagina kendur. Perubahan pada perineum juga dapat
terjadi terlebih jika mengalami robekan. Setelah 3
minggu organ ini akan kembali seperti keadaan
sebelum melahirkan dan rugae dalam vagina
berangsur-angsur akan kembali sementara labia
menjadi lebih menonjol.
56

2 System Perubahan volume darah bergantung pada


Kardiovas beberapa faktor, misalnya kehilangan darah
kular selama melahirkan dan mobilisasi, serta
pengeluaran cairan ekstravaskular (edema
fisiologis). Pada minggu ke-3 dan ke-4 setelah
bayi lahir, volume darah biasanya menurun
sampai mencapai volume darah sebelum hamil.
Pada persalinan pervaginam, ibu kehilangan
darah sekitar 300-400 cc.

3 Payudara Pada saat kehamilan sudah terjadi pembesaran


payudara karena pengaruh peningkatan hormon
estrogen, untuk mempersiapkan produksi ASI
dan laktasi serta IMD. Proses IMD ini dapat
mencegah perdarahan dan merangsang
produksi ASI.

4 System Konstipasi yang dialami ibu nifas disebabkan


pencerna tonus oto menurun selama peroses melahirkan
an dan awal masa nifas. Sistem pencernaan pada
masa nifas membutuhkan waktu beberapa hari
untuk kembali normal. Beberapa cara agar ibu
dapat buang air besar kembali teratur, antara lain
pengaturan diit yang mengandung serat buah
dan sayur, cairan yang cukup, serta pemberian
informasi tentang perubahan eliminasi dan
penatalaksanaanya pada ibu.

5 System Oksitosin berperan dalam kontraksi uterus


endokrin mencegah pendarahan, membantu uterus
kembali normal
Prolaktin berperan dalam pembesaran payudara
untuk merangsang produksi ASI.
Estrogen dan progresteron memengaruhi saluran
kemih, ginjal, usus, dinding vena, dasar panggul,
perineum, vulva serta vagina
Sumber: (Wahyuningsih, 2018), (Astuti, 2015)

2.5.4 Perubahan Psikologis Masa Nifas

Perubahan emosi dan adaptasi psikologis ibu pada masa nifas

terjadi karena perubahan peran, tugas, dan tanggung jawab menjadi

orang tua. Suami istri mengalami perubahan peran menjadi orangtua

sejak masa kehamilan. Dalam periode masa nifas, muncul tugas orang

tua dan tanggung jawab baru yang di sertai dengan perubahan-

perubahan perilaku. Banyak perubahan psikologis terjadi pada ibu


57

selama waktu hamil seperti keluarga memulai peran baru, pada

beberapa ibu dapat menyebabkan gangguan psikologis, seperti

postpartum blues dan bila tidak di tangani dapat berlanjut menjadi

depresi postpartum. 3 tahapan rubin dalam adaptasi psikologis ibu

nifas:

1. Fase taking in (fase ketergantungan)

Lamanya 3 hari pertama setelah melahirkan. Fokus pada diri ibu

sendiri, tidak pada bayi, ibu membutuhkan waktu untuk tidur dan

istirahat. Pasif, ibu mempunyai ketergantungan dan tidak bisa

membuat keputusan. Ibu memerlukan bimbingan dalam merawat

bayi dan mempunyai perasaan takjub ketika melihat bayinya yang

baru lahir.

2. Fase taking hold (fase independent)

Akhir hari ke-3 sampai hari ke-10. Aktif, mandiri, dan bisa membuat

keputusan. Memulai aktivitas perawatan diri, fokus pada perut, dan

kandung kemih. Fokus pada bayi dan menyusui. Merespon intruksi

tentang perawatan bayi dan perawatan diri, dapat mengungkapkan

kurangnya kepercayaan diri dalam merawat bayi.

3. Fase letting go (fase interdependen)

Terakhir hari ke-10 sampai 6 minggu postpartum. Ibu sudah

mengubah peran barunya. Menyadari bayi merupakan bagian dari

dirinya. Ibu sudah dapat menjalankan perannya (Astuti, 2015).


58

2.5.5 Tanda Bahaya Masa Nifas

Tabel 2.10 Tanda Bahaya Masa Nifas

No Tanda bahaya Keterangan

1 Infeksi masa Keadaan yang mencakup semua peradangan alat-alat


nifas genitalia dalam masa nifas
2 Perdarahan Perdarahan postpartum dibagi 2 yaitu: Perdarahan
postpartum postpartum primer (Early Postpartum Hemorrhage) adalah
perdarahan lebih dari 500-600 ml dalam masa 24 jam
setelah anak lahir, sedangkan Perdarahan postpartum
sekunder (Late Postpartum Hemorrhage) adalah
perdarahan yang terjadi setelah 24 jam postpartum hingga
masa nifas selesai.
3 Sub involusi Pada keadaan sub involusi, pemeriksaan bimanual di
uteri temukan uterus lebih besar dan lebih lembek dari
seharusnya, fundus masih tinggi, lochea banyak dan
berbau, dan tidak jarang terdapat pula perdarahan.
4 Mastitis Mastitis adalah suatu peradangan payudara disebabkan
oleh kuman, terutama staphylococcus aureus melalui luka
pada putting susu, atau melalui peredaran darah.
5 Tromboplebitis Selama masa nifas dapat terbentuk thrombus sementara
pelvica dan pada vena-vena di pelvis maupun tungkai yang
femoralis mengalami dilatasi. Keadaan ini secara klinis dapat
menyebabkan peradangan pada vena-vena pelvis
maupun tungkai yang disebut tromboplebitis pelvica (pada
panggul) dan tromboplebitis femoralis (pada tungkai).
Sumber: (Astuti, 2015)

2.5.6 Kunjungan Masa Nifas

Tabel 2 11 Kunjungan Masa Nifas

Kunjungan Waktu Asuhan

KF I 6-48 a. Mencegah terjadinya perdarahan pada masa nifas.


jam b. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan dan
memberi rujukan bila perdarahan berlanjut.
c. Memberikan konseling kepada ibu atau salah satu
anggota keluarga mengenai bagaimana mencegah
perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
d. Pemberian ASI pada masa awal menjadi ibu.
e. Mengajarkan cara mempererat hubungan antara ibu dan
bayi baru lahir.
f. Menjaga agar bayi tetap sehat dengan cara mencegah
hipotermia.
g. Jika bidan menolong persalinan, maka bidan harus
menjaga ibu dan bayi untuk 2 jam pertama setelah
kelahiran atau sampai keadaan ibu dan bayi dalam
keadaan stabil.
59

KF II 3-7 hari a. Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus


berkontraksi, fundus dibawah umbilicus, tidak ada
perdarahan abnormal, dan tidak ada bau.
b. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, atau
kelahiran pasca melahirkan.
c. Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan, dan
istirahat.
d. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak ada
tanda-tanda penyulit.
e. Memberikankonseling kepada ibu mengenai asuhan
pada bayi, cara merawat tali pusat, dan bagaimana
menjaga bayi agar tetap hangat.
III 8-28 Sama seperti diatas (enam hari setelah persalinan)
hari
IV 29-42 a. Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang
hari dialami atau bayinya.
b. Memberikan konseling untuk KB secara dini.
Sumber: (Wahyuningsih, 2018)

2.6 Konsep Dasar Teori Bayi Baru Lahir

2.6.1 Definisi

Bayi baru lahir adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan 37

minggu sampai 42 minggu dan berat lahir 2.500 gr sampai 4.000 gr.

Neonates adalah bayi yang baru mengalami proses kelahiran dan

harus menyesuaikan diri dari kehidupan intrauterine ke kehidupan

ekstra uterin. Ciri ciri bayi baru lahir normal adalah memiliki berat

badan 2500-400 gr, Panjang badan 48-52 cm, lingkar kepala 33-35

cm, lingkar dada 30-38 cm, FJ 120-160x/mnt, frekuensi nafas 40-

60x/mnt, genital pada perempuan labia mayora menutupi labia minora

dan pada laki-laki testis sudah turun serta skrotum sudah ada.

(Nuraisyah, dkk 2017).

Menurut Permenkes RI no. 53 tahun 2014 pelayanan neonatal

esensial 0 (nol) sampai 6 (enam) jam meliputi : Menjaga Bayi tetap

hangat, inisiasi menyusu dini, pemotongan dan perawatan tali pusat,

emberian suntikan vitamin K1, pemberian salep mata antibiotic,


60

pemberian imunisasi hepatitis B0, pemeriksaan fisik Bayi Baru Lahir,

pemantauan tanda bahaya, penanganan asfiksia Bayi Baru Lahir,

pemberian tanda identitas diri dan merujuk kasus yang tidak dapat

ditangani dalam kondisi stabil, tepat waktu ke fasilitas pelayanan

kesehatan yang lebih mampu.

Sedangkan pelayanan neonatal esensial yang dilakukan setelah lahir

6 (enam) jam sampai 28 (dua puluh delapan) hari meliputi : menjaga

Bayi tetap hangat, perawatan tali pusat, pemeriksaan Bayi Baru Lahir,

perawatan dengan metode kanguru pada Bayi berat lahir rendah,

pemeriksaan status vitamin K1 profilaksis dan imunisasi, penanganan

Bayi Baru Lahir sakit dan kelainan bawaan, dan merujuk kasus yang

tidak dapat ditangani dalam kondisi stabil, tepat waktu ke fasilitas

pelayanan kesehatan yang lebih mampu.

2.6.2 Fase Peralihan Bayi Baru Lahir

Masa transisi adalah adalah waktu ketika bayi menjadi stabil dan

menyesuaikan diri dengan kemandirian ektrauteri. Aktivitas periode

transisi ini mencerminkan kombinasi respon simpatik terhadap stres

kelahiran (takipnea, takikardi) dan respon parasimpatis (yang ditandai

dengan adanya mukus, muntah dan peristaltik). Periode transisi dibagi

menjadi tiga tahap, meliput:

1. Periode reaktivitas pertama

Dimulai pada saat bayi lahir dan berlangsung selama 30 menit.

pada saat tersebut jantung bayi baru lahir berdenyut cepat dan

denyut tali pusat terlihat. Warna bayi baru lahir memperlihatkan

sianosis sementara atau akrosianosis. Bayi menunjukkan


61

peningkatan tonus otot dengan ekstremitas atas fleksi dan

ekstremitas bawah ekstensi.

2. Periode tidur

Tahap kedua transisi berlangsung dari sekitar 30 menit setelah

kelahiran bayi sampai 2 jam. Frekuensi jantung bayi baru lahir

menurun selama periode ini hingga kurang dari 140 kali/menit.

Frekuensi pernapasan bayi menjadi lebih lambat dan tenang. Bayi

berada dalam tahap tidur nyenyak.

3. Periode reaktivitas kedua

Selama periode reativitas kedua (tahap ketiga transisi), dari usia

sekitar 2 jam sampai 6 jam, frekuensi jantung bayi labil yang

dikaitkan dengan stimulus lingkungan, frekuensi pernafasan

berfariasi dan bergantung aktivitas, frekuensi nafas harus tetap

dibawah 60 kali/menit. Pemberian makanan segera sangat penting

untuk mencegah hipoglikemia dan dengan menstimulasi

pengeluaran fases, pencegahan icterus.

2.6.3 Adaptasi Fisiologis Bayi Baru Lahir

Tabel 2.12 Adaptasi Fisiologis Bayi Baru Lahir

No Adaptasi Fisiologis Keterangan

1 System BBL belum dapat mengatur suhu tubuhnya,sehingga


Termoregulasi akan mengalami stress dengan adanya perubahan
lingkungan dri rahim ke lingkungan luar yang suhunya
lebih tinggi, suhu dingin ini menyebabkan air ketuban
menguap lewat kulit. Proses kehilangan panas tubuh bayi
dapat terjadi dengan beberapa cara yaitu konduksi,
konveksi, radiasi, dan evaporasi.

2 System pernafasan Selama di dalam rahim mendapat O2 dari pertukaran gas


melalui plasenta, sedangkan setelah lahir bayi
melakukan pertukaran gas mlalui paru-paru.

3 Metabolisme Untuk memfungsikan otak diperlukan glukosa. Setelah


penjepitan tali pusat dg klem pada saat lahir setiap bayi
62

harus dapat mempertahankan kadar glukosa darahnya


sendiri

4 Gastrointestinal Kemampuan bayi cukup bulan untuk menelan dan


mencerna masih terbatas. Kapasitas lambung terbatas
kurang dari 30cc. Pengaturan makanan bagi bayi penting
untuk diperhatikan, contohnya: memberi ASI on demand.

5 System kekebalan Sistem imun belum matang, sehingga menyebabkan


tubuh neonatus rentan terhadap alergi dan infeksi sehingga
dibutuhkan kekebalan alami untuk memperthankan tubuh
Sumber: (Murdiana, 2017)

2.6.4 Mekanisme Kehilangan Panas pada BBL

1. Konduksi

Konduksi adalah kehilangan panas dari permukaan tubuh kepada

permukaan yang lebih dingin dengan konta langsung. Meja dan

timbangan yang digunakan untuk menimbang bayi baru lahir harus

dilapisi kain pelindung untuk meminimalkan kehilangan panad

secara konduksi.

2. Radiasi

Kehilangan panas yang terjadi karena bayi ditempatkan di dekta

benda-benda yang mempunyai suhu lebih rendah dari suhu tubuh

bayi. Bayi dapat kehilangan panas karena benda-benda tersebut

menyerap radiasi panas tubuh bayi walaupun tidak bersentuhan

langsung seperti bayi dibiarkan telanjang, bayi ditidurkan di dekat

tembok, dan dibiarkan di ruangan AC tanpa diberikan penghangat.

3. Konveksi

Hilangnya panas tubuh bayi ke udara sekitarnya yang sedang

bergerak. Bayi yang dilahirkan atau ditempatkan di dalam ruangan

yang dingin akan cepat mengalami kehilangan panas. Kehilangan


63

panas terjadi jika aliran udara dari kipas angin, hembusan udara

dingin melalui ventilasi atau pendingin ruangan.

4. Evaporasi

Evaporasi adalah kehilangan panas yang terjadi ketika cairan

dikonversi menjadi uap. Pada bayi baru lahir, kehilangan panas

oleh evaporasi terjadi sebagai akibat dari penguapan kelembapan

kulit. Jika saat lahir tubuh bayi tidak segera dikeringkan, dapat

terjadi kehilangan panas akibat penguapan cairan ketuban pada

permukaan tubuh oleh panas tubuh bayi sendiri. kehilangan panas

juga terjadi pada bayi yang terlalu cepat dimandikan dan tubuh

tidak segera dikeringkan (Indrayani & E.U.Djami, 2016).

2.6.5 Kunjungan Neonatal

Table 2.11 Jadwal Pelaksanaan Kunjungan Neonatus

Kunjungan Penatalaksanaan

KN 1 6-48 jam 1. Mempertahankan suhu tubuh bayi


2. Hindari memandikan bayi hingga sedikitnya enam
jam dan hanya setelah itu jika tidak terjadi masalah
medis dan jika suhunya 36.5 Bungkus bayi dengan
kain yang kering dan hangat, kepala bayi harus
tertutup.
3. Pemeriksaan fisik bayi
4. Konseling: Jaga kehangatan, Pemberian ASI,
Perawatan tali pusat, Agar ibu mengawasi tanda-
tanda bahaya
5. Lakukan perawatan tali pusat
6. Memberikan Imunisasi Vit K dan HB0
KN 2 3-7 hari 1. Menjaga tali pusat dalam keadaaan bersih dan kering
2. Menjaga kebersihan bayi
3. Pemeriksaan tanda bahaya seperti kemungkinan
infeksi bakteri, ikterus, diare, berat badan rendah
4. Menjaga keamanan bayi
5. Menjaga suhu tubuh bayi
6. Konseling terhadap ibu dan keluarga untuk
memberikan ASI ekslutif pencegahan hipotermi dan
melaksanakan perawatan bayi baru lahir dirumah
dengan menggunakan Buku KIA
7. Penanganan dan rujukan kasus bila diperlukan
KN 3 8-28 hari 1. Pemeriksaan fisik
64

2. Menjaga kebersihan bayi


3. Memberitahu ibu tentang tanda-tanda bahaya Bayi
baru lahir
4. Memberikan ASI
5. Menjaga keamanan bayi
6. Menjaga suhu tubuh bayi
7. Konseling terhadap ibu dan keluarga untuk
memberikan ASI ekslutif pencegahan hipotermi dan
melaksanakan perawatan bayi baru lahir dirumah
dengan menggunakan Buku KIA
8. Memberitahu ibu tentang Imunisasi BCG
9. Penanganan dan rujukan kasus bila diperlukan
Sumber: (Kemenkes RI, 2019b)

2.6.6 Asuhan Bayi Baru Lahir

1. Penilaian awal BBL, periksa kesehatan bayi (pernafasan, denyut

jantung, tonus otot, refleks, warna.

2. Perlindungan termal (termogulasi), pertahankan bayi dalam

keadan hangat dan kering

3. Pemotongan tali pusat dan perawatan tali pusat, setelah dipotong

lalu tali pusat dijepit dengan umbilical kord dan dibungkus dengan

kassa steril bila basah langsung diganti dengan yang kering.

4. IMD (Inisasi Menyusu Dini), bayi diletakkan tengkurap di dada ibu

kulit bayi bersentuhan langsung dengan kulit ibu selama minimal 1

jam walaupun proses menyusu telah terjadi. IMD mempunyai

keuntungan untuk bayi yaitu menstabilkan pernapasan dan detak

jantung, mengendalikan temperatur tubuh bayi, memperbaiki atau

membuat pola tidur bayi lebih baik, mendorong keterampilan bayi

untuk menyusu lebih efektif, meningkatkan hubungan psikologis

antara ibu dan bayi. Keuntungan untuk ibu yaitu merangsang

produksi oksitosin dan prolaktin pada ibu.

5. Pemberian Vitamin K, semua bayi baru lahir harus diberikan

vitamin K1 injeksi 1 mg IM di paha kiri segera mungkin untuk


65

mencegah perdarahan bayi baru lahir akibat defesiensi vitamin K

yang dapat dialami oleh sebagaian bayi baru lahir. ½ jam setelah

lahir di injeksi vitamin K. 1 jam setelah lahir dan pemberian Vit K

injeksi hepatitis B IM dipaha kanan untuk mencegah penyakit hati.

6. Pemberian Salep Mata, untuk pencegahan infeksi mata dapat

diberikan setelah ibu dan keluarga memomong dan diberi ASI.

Pencegahan infeksi tersebut menggunakan salep mata tetrasiklin

1 %, diberikan dalam waktu satu jam setelah kelahiran.

7. Pemeriksaan Fisik Bayi, dilakukan oleh bidan yang bertujuan untuk

memastikan normalitas dan mendeteksi adaya penyimpangan dari

normal (Murdiana, 2017).

2.6.7 Imunisasi

Imunisasi adalah upaya dan usaha untuk membangun kekebalan

tubuh seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit. Sehingga, jika

suatu saat di masa depan seseorang terpapar suatu penyakit akan

mengalami tanda-tanda gejala ringan (Arif, 2022).

Tabel 2.13 Imunisasi Dasar

No Jenis imunisasi Keterangan

1 BCG Merupakan vaksin yang mengandung Mycrobacterium


bovis hidup yang dilemahkan (Bacillus Calmette Guerin),
strain paris. Dosis pemberian: 0,05 ml, sebanyak 1 kali.
Diberikan pada bayi umur <2 bulan sampai usia 12 bulan.

2 DPT-HB-HIB Merupakan kombinasi dari 3 jenis vaksin, yaitu DPT, HB,


dan Hib. Vaksin pentabio adalah kombinasi dari lima
vaksin dalam satu: difteri, tetanus, batuk rejan, hepatitis B
dan Haemophilus influenza tipe b/Hib (bakteri yang
menyebabkan meningitis, pneumonia dan otitis).

3 Hepatitis B Bagian dari virus hepatitis B yang dinamakan HBsAg yang


dapat menimbulkan kekebalan tapi tidak menimbulkan
penyakit HbsAg, dengan dosis 0,5 ml secara IM.
66

4 Polio Memberikan kekebalan terhadap penyakit poliomyelitis.


Diberikan secara oral dengan dosis 1 (dua tetes)
sebanyak 4 kali (dosis) pemberian, dengan interval setiap
dosis minimal 4 minggu.

5 IPV Untuk memberikan kekebalan terhadap penyakit


poliomyelitis. Diberikan secara intramuskuler atau
subkutan dalam, dengan dosis pemberian 0,5 ml

6 Campak Mengandung 2 vaksin yaitu vaksin campak atau Measles


Rubella dan rubella ada pula vaksin MMR yang terkandung 3
kombinasi vaksin yaitu Mumps atau gondongan, Measles
atau Campak, dan Rubella.

7 PCV Imunisasi PCV adalah imunisasi yang diberikan untuk


mencegah penyakit pneumonia yang disebabkan oleh
bakteri Pneumokokus. Diberikan pada usia 2 bulan, 3
bulan dan 12 bulan.

8 Rotavirus (RV) vaksin untuk mencegah infeksi rotavirus yang bisa


menyebabkan diare, muntaber serta gastroenteritis.
Diberikan pada usia 2 bulan, 3 bulan dan 4 bulan.

Sumber: (Sriatmi et al., 2018), (Arif, 2022)

2.7.8 Tanda Bahaya Bayi Baru Lahir

1) Pernafasan (lebih dari 60x/ mnt atau kurang dari 40x/mnt).

2) Suhu tubuh (>37,50C atau <36,50C).

3) Kulit bayi kering (terutama 24 jam pertama), biru, pucat, dan

memar.

4) Pemberian makan (isapan saat menyusu, lemah, rewel, sering

muntah, dan mengantuk berlebihan).

5) Tali pusat merah, bengkak, keluar cairan, berbau busuk, dan

berdarah.

6) Terdapat tanda-tanda infeksi (suhu meningkat, merah,

bengkak, keluar cairan/nanah, bau busuk dan pernafasan sulit).

7) Tidak BAB dalam 3 hari, tidak BAK dalam 24 jam, feses lembek

atau cair, sering berwarna hijau tua, dan terdapat lendir atau

darah.
67

8) Aktifitas (menggigil, tangisan tidak biasa, lemas, terlalu

mengantuk, lunglai, kejang halus, tidak bisa tenang dan

menangis terus menerus) (Nuraisyah,dkk 2017).

2.7 Konsep Dasar Teori Keluarga Berencana

2.7.1 Definisi

Keluarga berencana adalah suatu upaya yang mengatur

banyaknya jumlah kelahiran sedemikian rupa sehingga bagi ibu

maupun bayinya dan bagi ayah serta keluarganya atau masyarakat

yang bersangkutan tidak akan menimbulkan kerugian sebagai akibat

dari kelahiran tersebut (Rahayu Sri, 2016).

KB Pasca Persalinan (KBPP) adalah penggunaan metode

kontrasepsi pada masa nifas, yaitu hingga 42 hari setelah melahirkan.

KBPP diutamakan untuk diberikan langsung setelah ibu melahirkan

atau sebelum ibu pulang dari fasilitas pelayanan kesehatan. Secara

umum, hampir semua metode kontrasepsi dapat digunakan sebagai

metode KB Pasca Persalinan. Agar lebih efektif dan efisien serta

menghindari kehilangan kesempatan (missed opportunity), untuk

memastikan jarak kehamilan yang sehat dan aman (minimal 2 tahun),

meningkatkan kesehatan ibu, anak dan keluarga serta menurunkan

salah satu komponen empat terlalu maka pasien perlu diberikan

informasi dan motivasi untuk menggunakan Metode Kontrasepsi

Jangka Panjang (MKJP) sejak sebelum ibu melahirkan.

Konseling merupakan aspek yang sangat penting dalam

pelayanan KB dan kesehatan reproduksi. Konseling yang baik dapat

membuat klien merasa puas, membantu klien dalam menggunakan


68

kontrasepsinya lebih lama dan meningkatkan keberhasilan KB. Salah

satu media konseling yang dapat digunakan adalah kartu konseling

bimbingan KBPP yang sudah menyesuaikan dengan kriteria kelayakan

medis kontrasepsi (KLOP) dan menggunakan algoritma strategi

konseling berimbang KBPP. Proses konseling KB Pascapersalinan

perlu dilanjutkan dengan penapisan kelayakan medis dalam

penggunaan kontrasepsi pascapersalinan. Oleh karena itu petugas

kesehatan perlu mengetahui kondisi medis dan karakteristik khusus

sebelum klien menggunakan kontrasepsi, termasuk kontrasepsi

pascapersalinan.

2.7.2 Tujuan

Meningkatkan kesejahteraan ibu, anak dalam rangka mewujudkan

Normal Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS) yang menjadi

dasar terwujudnya masyarakat yang sejahtera dengan mengendalikan

kelahiran sekaligus menjamin terkendalinya pertumbuhan penduduk

(Matahari et al., 2018).

2.7.3 Metode Kontrasepsi Pasca Persalinan

Tabel 2.14 Metode Kontrasepsi

Metode ASI eksklusif atau hamper ASI parsial atau tidak


kontrasepsi Eksklusif menyusui

MAL Segera Tidak dapat diterapkan

Vasektomi Segera atau selama istri hamil Segera atau selama istri hamil

Kondom Segera Segera

Spermisida Segera Segera

AKDR T Cu Dalam 48 jam setelah bersalin, Dalam 48 jam setelah bersalin,


bila tidak tunggu 4 minggu bila tidak tunggu 4 minggu

Tubektomi Dalam 7 hari setelah bersalin, Dalam 7 hari setelah bersalin,


bila tidak tunggu 6 minggu bila tidak tunggu 6 minggu
69

AKDR LNG 4 minggu setelah bersalin 4 minggu setelah bersalin

Diafragma 6 minggu setelah bersalin 6 minggu setelah bersalin

Metode Dimulai bila lendir serviks telah Dimulai bila lendir serviks telah
kontrasepsi kembali normal (untuk metode kembali normal (untuk metode
alamiah lendir serviks) atau pasien telah lendir serviks) atau pasien telah
3 siklus normal (untuk metode 3 siklus normal (untuk metode
kalender). Kedua keadaan kalender). Kedua keadaan
tersebut muncul lebih lambat tersebut muncul lebih lambat
pada wanita yang menyusui pada wanita yang menyusui
daripada yang menyusui. daripada yang menyusui.

Pil Progestin 6 minggu setelah bersalin Segera bila tidak menyusui


Suntik 6 minggu setelah bersalin bila
Progestin menyusui parsial
Implant
Pil 6 bulan setelah bersalin 21 hari setelah bersalin bila
Kombinasi tidak menyusui
Suntik 6 minggu setelah bersalin bila
Kombinasi menyusui parsial
Koyo
Kombinasi
Ring Vagina
Sumber: (Matahari et al., 2018)

Tabel 2.15 Kriteria Kelayakan Medis

Kategori Deskripsi Fasilitas Klinik Fasilitis Klinik


Lengkap (RS) Terbatas (PKM)

1 Kondisi tidak ada Metode boleh digunakan Metode boleh


pembatasan apapun dalam pada situasi apapun digunakan
penggunaan metode
kontrasepsi

2 Kondisi dimana Metode boleh digunakan


penggunaan kontrasepsi tetapi memerlukan
lebih besar manfaatnya tindak lanjut yang
dibandingkan dengan risiko seksama
secara teori dan risiko
yang telah terbukti terjad

3 Kondisi dimana risiko Metode yang tidak Metode tidak


secara teori dan risiko direkomendasikan untuk boleh digunakan
yang telah terbukti lebih digunakan kecuali tidak
besar dibandingkan ada metode lain yang
manfaat penggunaan tersedia atau diterima
metode kontrasepsi

4 Kondisi dengan risiko Metode tidak boleh


kesehatan yang tidak digunakan
dapat diterima pada suatu
70

penggunaan metode
kontraseps
Sumber: (BKKBN, 2021b)

1. Implant

Implan adalah batang plastik berukuran kecil yang lentur,

seukuran batang korek api, yang melepaskan hormon progestin

yang menyerupai hormon progesterone alami di tubuh

perempuan. Implan dipasang di bawah kulit lengan kiri sebelah

atas bagian dalam. Implant dibagi 2 yaitu:

a. Implan 2 batang: terdiri dari 2 batang implan mengandung

hormon levonorgestrel 75 mg/batang. Efektif hingga 4 tahun

penggunaan (studi terkini menunjukkan bahwa jenis ini

memiliki efektivitas tinggi hingga 5 tahun)

b. Implan 1 batang: terdiri dari 1 batang implan mengandung

hormon etonogestrel 68 mg, efektif hingga 3 tahun

penggunaan (studi terkini menunjukkan bahwa jenis ini

memiliki efektivitas tinggi hingga 5 tahun).

Cara kerjanya yaitu dengan mencegah pelepasan telur dari

ovarium (menekan ovulasi) dan mengentalkan lendir serviks

(menghambat bertemunya sperma dan telur). Efektivitasnya yaitu

kurang dari 1 kehamilan per 100 perempuan yang menggunakan

implan pada tahun pertama (1 per 1.000 perempuan). Risiko Kecil

kehamilan masih berlanjut setelah tahun pertama pemakaian.

a. Keuntungan

1) Mencegah kehamilan dengan sangat efektif

2) Metode kontrasepsi jangka Panjang


71

3) Tidak mengganggu hubungan seksual

4) Tidak mempengaruhi kualitas dan produksi ASI

5) Kesuburan dapat kembali dengan segera setelah

implan dilepas

6) Mengurangi nyeri haid

7) Mengurangi jumlah darah haid sehingga dapat

mencegah anemia defisiensi besi

b. Keterbatasan

1) Tidak ada perlindungan terhadap Infeksi Menular

Seksual (IMS)

2) Membutuhkan tenaga kesehatan terlatih secara khusus

untuk memasang dan melepas.

3) Klien tidak dapat memulai maupun melepas implan

secara mandiri

c. Yang boleh menggunakan

1) Telah atau belum memiliki anak

2) Perempuan usia reproduksi, termasuk perempuan yang

berusia lebih dari 40 tahun

3) Baru saja mengalami keguguran atau kehamilan

ektopik

4) Merokok, tanpa bergantung pada usia perempuan

maupun jumlah rokok yang dihisap

5) Sedang menyusui

6) Menderita anemia atau riwayat anemia

7) Menderita varises vena


72

8) Terkena HIV, sedang atau tidak dalam terapi

antiretroviral

d. Yang tidak boleh menggunakan

1) Penggumpalan darah akut pada vena dalam di kaki atau

paru

2) Perdarahan vaginal yang tidak dapat dijelaskan

sebelum evaluasi terhadap kemungkinan kondisi serius

yang mendasari

3) Menderita kanker payudara lebih dari 5 tahun yang lalu

dan tidak sembuh

4) Sirosis hati atau tumor hati berat

5) Systemic lupus erythematosus dengan antibodi

antifosfolipid positif (atau tidak diketahui), dan tidak

dalam terapi imunosupresif

e. Waktu pemasangan

1) Jika belum menstruasi, implan dapat dipasang pada

klien kapan saja di antara waktu melahirkan sampai

dengan 6 bulan. Tidak perlu metode kontrasepsi

tambahan.

2) Jika telah menstruasi, implan dapat dipasang seperti

yang dianjurkan pada perempuan yang memiliki siklus

menstruasi

f. efek samping

1) menstruasi tidak teratur bahkan tidak mendapat

menstruasi
73

2) nyeri perut

3) jerawat

4) Perubahan berat badan

5) Perubahan mood dan Hasrat seksual

6) Nyeri setelah pemasangan atau pencabutan (BKKBN,

2021a)

2.8 Standar Asuhan Kebidanan dan Kewenangan Bidan

1. Standar Pelayanan Kebidanan

Standar 1 Persiapan Untuk Kehidupan Keluarga Sehat

Peryataan Standar: Bidan memberikan penyuluhan danmasehat

penyuluhan kepada perorangan keluarga dan masyarakat terhadap

segala hal yang berkaitan dengan kehamilan, termasuk penyuluhan

kesehatan umum, gizi, keluarga berencana, kesiapandalam menghadapi

kehamilan dan menjadi calon orang tua, menghindari kebiasaan yang

tidak baik dan mendukung kebiasaan baik.

Standar 2 Catatan Dan Pelaporan

Pernyataan Standar: Bidan melakukan pencatatan semua kegiatan

yang dilakukannya yaitu registrasi semua ibu hamil di wilayahkerja, rincian

pelayanan yang diberikan kepada setiap ibu hamil/bersalin/nifas dan

bayi baru lahir. Semua kunjungan rumah dan penyuluhan kepada

masyarakat. Bidan meninjau secara teratur catatan tersebut untuk menilai

kinerja dan penyusunan rencana kegiatan untuk meningkatkan

pelayanannya.

Standar 3 Identifikasi Ibu Hamil


74

Peryataan Standar: Bidan melakukan kunjungan rumah dan berinteraksi

dengan masyarakat secara berkala untuk memberikan penyuluhan dan

memotivasi ibu, suami dan anggota keluarganya agar mendorong ibu

untuk memeriksakan kehamilannya sejak dini dan secara teratur.

Standar 4 Pemeriksaan Dan Pemantauan Antenatal

Pernyataan Standar: Bidan memberikan sedikitnya 4x pelayanan

antenatal pemeriksaan meliputi anamnesis dan pemantauan ibu dan janin

dengan seksama untuk menilai apakah perkembangan berlangsung

dengan normal. Bidan juga harus mengenali kehamilan risti/kelainan,

khususnya anemia, kurang gizi hipertensi, PMS/infeksi HIV, memberikan

pelayanan imunisasi, nesehat dan penyuluhan kesehatan serta tugas

terkait lainnya yang diberikan oleh puskesmas.Mereka harus mencatat

data yang tepat mampu mengambil tindakan yang diperlukan dan

merujuknya untuk tindakan selanjutnya.

Standar 5 Palpasi Abdominal

Pernyataan Standar: Bidan melakukan pemeriksaan abdominal secara

seksama dan melakukan palpasi untuk memperkirakan usia kehamilan,

serta bila umur kehamilan bertambah memeriksa posisi, bagian

terendah janjin dan masuknya kepala janin kedalam rongga panggul,

untuk mencari kelainan serta melakukan rujukan tepat waktu.

Standar 6 Pengelolaan Anemia Pada Kehamilan

Pernyataan standar: bidan melakukan tindakan pencegahan, penemuan,

penanganan dan/atau rujukan semua kasus anemia pada kehamilan

sesuai ketentuan yang berlaku.

Standar 7 Pengelolaan Dini Hipertensi Pada Kehamilan


75

Pernyataan Standar : Bidan menemukan secara dini setiap kenaikan

tekanan darah pada kahamilan dan menganal tanda da geljala

preeklamsia lainnya, serta mengambil tindakan yang tepat dan

merujuknya

Standar 8 Persiapan Persalinan

Penyataan Standar: Bidan memberikan saran yang tepat kepada ibu

hamil, suami serta keluarga pada trimester ketiga untuk memastikan

bahwa persiapan persalinan yang bersih dan aman serta suasana yang

menyenangkan akan direncanakan dengan baik, di samping persiapan

transportasi dan biaya untuk merujuk, bila tiba-tiba terjadi keadaan gawat

darurat.

2. Kewenangan Bidan

Kewenangan bidan berdasarkan Undang-undang No.4 tahun 2019

tentang Kebidanan pada BAB VI Praktik Kebidanan Pasal 46 Pelayanan

Kesehatan Ibu ayat (1), dan Pasal 47 Pelayanan Kesehatan Reproduksi

Perempuan dan Keluarga Berencana ayat (1)

Pasal 46 ayat (1)

(1) Dalam penyelenggaraan Praktik Kebidanan, Bidan memiliki bertugas

memberikan pelayanan yang meliputi:

a. Pelayanan kesehatan ibu;

b. Pelayanan kesehatan anak;

c. Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga

berencana

d. Pelaksanaan berdasarkan pelimpahan wewenang; dan/atau

e. pelaksanaan tugas dalam keadaan keterbatasan tertentu


76

Pasal 47 ayat (1)

(1) dalam menyelenggarakan praktik kebidanan, Bidan dapat berperan

sebagai:

a. Pemberian pelayanan kebidanan;

b. Pengelola pelayanan kebidanan;

c. penyuluh dan konselor;

d. Pendidik, pembimbing, dan fasilitator klinik

e. Penggerak peran serta masyarakat dan pemberdayaan

perempuan; dan/atau

f. Peneliti

Pasal 49

Dalam menjalankan tugas memberikan pelayanan kesehatan ibu

sebagaimana dimaksud dalam pasal 46 ayat (1) huruf a, Bidan

berwenang:

a. memberikan Asuhan Kebidanan pada masa sebelum hamil;

b. memberikan Asuhan Kebidanan pada masa kehamilan normal;

c. memberikan Asuhan Kebidanan pada masa persalinan dan

menolong persalinan normal;

d. memberikan Asuhan Kebidanan pada masa nifas;

e. melakukan pertolongan pertama kegawatdaruratan ibu hamil,

bersalin, nifas, dan rujukan; dan

f. melakukan deteksi dini kasus risiko dan komplikasi pada masa

kehamilan, masa persalinan, pascapersalinan, masa nifas, serta

asuhan pascakeguguran dan dilanjutkan dengan rujukan.


77

Pasal 50

Dalam menjalankan tugas memberikan pelayanan kesehatan anak

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 ayat (1) huruf b, Bidan

berwenang:

a. memberikan Asuhan Kebidanan pada bayi baru lahir, bayi, balita, dan

anak prasekolah;

b. memberikan imunisasi sesuai program Pemerintah Pusat;

c. melakukan pemantauan tumbuh kembang pada bayi, balita, dan

anak prasekolah serta deteksi dini kasus penyulit, gangguan tumbuh

kembang, dan rujukan; dan

d. memberikan pertolongan pertama kegawatdaruratan pada bayi baru

lahir dilanjutkan dengan rujukan.

Pasal 51

Dalam menjalankan tugas memberikan pelayanan kesehatan reproduksi

perempuan dan keluarga berencana sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 46 ayat (1) huruf c, Bidan berwenang melakukan komunikasi,

informasi, edukasi, konseling, dan memberikan pelayanan kontrasepsi

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (BPKP, 2019)

2.9 Resppectfull Midwifery Care (RMC)

Respectful Midwifery Care (RMC) didefinisikan sebagai pendekatan

pelayanan kebidanan yang berpihak pada perempuan, adalah suatu filosofi

dasar dan pendekatan praktis yang secara sadar dipilih dalam pemberian

layanan pada perempuan yang dibangun melalui interaksi yang baik dan

saling terbuka untuk menciptakan hubungan yang kolaboratif antara

perempuan dan Bidan. Filosofi ini mengakui dan saling menghormati keahlian,
78

kekuatan, dan kelebihan perempuan maupun Bidan, dan memiliki fokus yang

seimbang antara pengalaman perempuan dan juga kesehatan/ kesejahteraan

dari ibu dan bayinya.

Prinsip-prinsip RMC yakni:

1. Bersifat emansipatoris

2. Memberdayakan perempuan

3. Kemitraan perempuan - Bidan

4. Layanan holistik untuk perempuan

5. Hubungan kolaboratif perempuan – Bidan - profesi kesehatan

RMC bukan hanya komponen penting dari kualitas asuhan, melainkan

hak asasi manusia. Pada tahun 2014, WHO merilis pernyataan yang

menyerukan pencegahan dan penghapusan Discrimination and Abuse (D&A)

selama persalinan, yang menyatakan bahwa “setiap perempuan memiliki hak

untuk mencapai standar kesehatan tertinggi yang dapat dicapai, termasuk hak

atas asuhan yang bermartabat dan terhormat selama kehamilan dan

persalinan.” WHO juga menyerukan mobilisasi pemerintah, penentu

kebijakan, peneliti, advokat, dan komunitas untuk mendukung RMC. Pada

tahun 2016, WHO menerbitkan pedoman baru untuk meningkatkan kualitas

asuhan ibu dan bayi baru lahir di fasilitas kesehatan, yang mencakup

peningkatan fokus pada penjaminan penghormatan dan martabat perempuan

hamil dan melahirkan. Penelitian di berbagai negara menunjukkan bahwa

persepsi dan pengalaman perempuan terhadap sikap dari penyedia layanan

kebidanan menentukan akses perempuan ke layanan tersebut. Bahkan

persepsi ini jauh lebih kuat daripada pertimbangan jarak, biaya, sarana dan

fasilitas yang tersedia.


79

Karakteristik Pelayanan Kebidanan Yang Menerapkan RMC

1. Perempuan terlindung dari cedera fisik atau perlakuan buruk

2. Perempuan mendapatkan haknya atas informasi, Informed Consent, dan

pilihan

3. Kerahasiaan dan privasi terlindungi

4. Perempuan diperlakukan dengan martabat dan rasa hormat

5. Perempuan diperlakukan secara adil dan tanpa disrkiminasi

6. Perempuan diberikan asuhan yang terbaik sesuai kebutuhan

7. Perempuan tidak pernah diabaikan atau ditahan (IBI, 2020)

2.10 Women Centered Care

Dalam pendekatan RMC juga harus memenuhi prinsip layanan yang

berpusat pada perempuan (women centered care) yang mengedepankan hak

perempuan dengan 3 prinsip penting, yaitu:

1. Ketersediaan berbagai macam pilihan untuk perempuan

b. Informasi lengkap

Perempuan harus mendapatkan informasi lengkap dan akuran tentang

pilihan terhadap obat-obatan atau tindakan medis untuk dirinya.

c. Metode yang aman

Perempuan harus diberikan pilihan berbagai jenis prosedur atau

tindakan medis sesuai kebutuhannya dan menggunakan teknologi

tepat guna, serta aman.

d. Pilihan

Perempuan berhak diberikan beberapa pilihan terkait obat-obatan,

tindakan medis yang aman, dan memilih tenaga kesehatan yang akan

menanganinya. Selain itu, perempuan juga berhak untuk


80

mendapatkan kesempatan untuk berdiskusi dengan tenaga

kesehatan, pasangan, atau keluarga.

2. Akses layanan yang mudah dijangkau Keterjangkauan bagi semua

perempuan

a. Akses layanan harus mudah dijangkau oleh perempuan yang

memerlukan layanan

b. Obat-obatan harus tersedia dengan lengkap

c. Menawarkan banyak layanan yang menguntungkan

d. Memungut biaya yang terjangkau

e. Memberikan layanan yang tepat waktu

3. Layanan yang berkualitas

a. Memberikan pelayanan yang menghargai perempuan, tidak

menstigma, tidak mendiskriminasi, serta menjaga kerahasiaan.

b. Seluruh perempuan berhak mendapatkan layanan kesehatan tanpa

membedakan status ekonomi atau status perkawinannya, usia, latar

belakang pendidikan dan sosial, pandangan agama atau politik, ras

atau kelompok etnis atau preferensi seksual.

c. Selain itu, layanan yang berkualitas mampu memberikan layanan

dengan teknologi tepat guna dan aman untuk perempuan (IBI, 2020).
2.11 Kerangka Konsep Teori

Continuity of Care

Kemitraan perempuan-bidan

Persalinan Nifas

Kehamilan
Ibu BBL Pengkajian
Data Subyektif Asuhan KF I (6-48 jam) Asuhan KF 2 (3-7 hari)
1. Identifikasi masalah 1. KU dan TTV 1. KU dan TTV
Pengkajian 2. Mencegah perdarahan 2. Laktasi
Data Subyektif Pengkajian Pengkajian Data Objektif 3. Pemberian ASI 3. Involusi uterus
1. Identifikasi Data Subyektif: Data Subyektif 1. Pemeriksaan fisik 4. Pemberian Vit A 4. Lochea
ketidaknyamanan dan 1. Tanda-tanda persalinan 1. Penilaian bayi baru lahir head to toe 5. Pemberian TTD 5. Luka jalan lahir
masalah 2. Deteksi dini tanda 2. Deteksi dini ttanda 6. Deteksi dini komplikasi 6. Kebutuhan ibu nifas
2. Deteksi dini komplikasi bahaya persalinan bahaya bayi baru lahir 7. Rencana metode 7. Deteksi dini komplikasi
Data Objektif Data Objektif Data Objektif kontrasepsi
1. Pemeriksaan fisik head 1. Pemeriksaan fisik 1. Pemeriksaan fisik head
to toe Diagnosa Asuhan KF 4 (29-42 hari)
terfokus to toe Asuhan KF 3 (8-28 hari)
2. Pemeriksaan penunjang 1. KU dan TTV
1. KU dan TTV 2. Laktasi
(Laboratorium 2. Laktasi
Diagnosa 3. Involusi uterus
Diagnosa 3. Involusi uterus 4. Lochea
4. Lochea 5. Luka jalan lahir
Diagnosa 5. Luka jalan lahir
Asuhan KN 1 (6-48 jam) 6. Kebutuhan ibu nifas
1. Menjaga kehangatan bayi 6. Kebutuhan ibu nifas 7. Deteksi dini komplikasi
Asuhan kala I Asuhan
2. Pemberian ASI 7. Deteksi dini komplikasi
1. Pemantauan kemajuan 1. Menjaga
persalinan dengan partograph kehangatan bayi 3. Bounding attachment
Interkolaborasi
2. Asuhan sayang ibu 2. IMD 4. Deteksi dini tanda bahaya
3. Dukungan keluarga 3. Pemberian salep Asuhan KN 2 (3-7 hari) KB
1. Pemberian ASI Pijat oksitosin
4. Deteksi dini komplikasi kala I mata dan Vit K
Asuhan kala II 4. Pemberian HB0 2. Perawatan tali pusat Senam nifas
Asuhan
1. Asuhan persalinan sesuai APN 3. Perawatan bayi
1. Kebutuhan sesuai
Asuhan kala III 4. Deteksi dini tanda bahaya Pengkajian
masalah
1. Deteksi dini komplikasi kala III Asuhan KN 3 (8-28 hari) Data Subyektif: paritas,
2. Kebutuhan dasar ibu Pemberdayaan
2. Manajemen aktif kala III 1. Pemberian ASI Konseling tujuan ber KB
hamil
Asuhan kala IV perempuan 2. Perawatan bayi Data Objektif
3. Persiapan komplikasi jenis KB
1. Observasi kala IV 3. Deteksi dini tanda bahaya 1. Pemeriksaan fisik
persalinan
terfokus
4. Konsumsi tablet Fe
5. Kunjungan ulang
Pijat Endorphin Partnership Implant
care
Senam hamil
Gambar 2 1 Kerangka Konsep Teori
Sumber: (Kementerian Kesehatan RI, 2020), (JNPK-KR, 2014), (Kemenkes RI, 2019a) (Affandi, 2016)

81
BAB III

METODE STUDI KASUS

3.1 Kerangka Asuhan Continuity of Care

Informed Consent
Adanya tanda-tanda Nifas
Persalinan

Kehamilan
G2P1A0 Parturien Aterm kala 1 Fase Asuhan holistic. Pijat
Partnership oksitosin dan senam nifas
laten janin tunggal hidup intrauterine care
presentasi kepala
ANC 1 G2P1A0 usia ANC 2 G2P1A0 usia
kehamilan 36 minggu kehamilan 37 minggu Kunjungan nifas
KF 1: 6-48 jam
Pemantauan kemajuan KF 2: 3-7 hari
persalinan dengan partograph KF 3: 2 minggu
Nyeri punggung
KF 4: 6 minggu

Asuhan holistic (pijat endorphin


1. Memberitahu hasil pemeriksaan 1. Memberitahu hasil dengan bantuan suami dan keluarga) Partnership care:
2. Menjelaskan tentang keluhan sakit pemeriksaan melibatkan suami dan Keluarga Berencana
pinggang yang dirasakannya. 2. Memberitahu ibu tentang keluarga dalam mengambil
3. Menganjurkan untuk memperbaiki tanda-tanda persainan keputusan dan menjalani
asuhan persalinan
postur tubuh pada saat 3. Mengingatkan ibu untuk setiap fase
beraktivitas. rutin mengonsumsi normal
Konseling jenis
4. Mengingatkan untuk rutin vitamin dan Fe yang kontrasepsi sesuai
mengonsumsi vitamin dan Fe yang telah diberikan. kebutuhan
telah diberikan 4. Memberitahu ibu untuk BBL
5. Konseling SKBPP dan melibatkan kunjungan ulang pada
suami dalam pengambilan tanggal 07-03-2023 Pemberian salep
Pemberian Vit K 0,5 mg Pemberian
keputusan berKB mata tetrasiklin 1%
6. Interkolaborasi dengan dokter IMD kontrasemsepsi implant
umum
7. Kunjungan ulang pada tanggal 27- Kunjungan BBL:
Senam hamil untuk Pemberian HB0
02-2023 membantu mengurangi KN 1: 6-48 jam
sakit pinggang dan melatih KN 2: 3-7 hari
Gambar 3.1Kerangka Asuhan KN 3: 8-28 hari
otot panggul dan melatih
pernafasan.

82
3.2 Pendekatan Design Studi Kasus (Case Study)

Pada kasus Ny. N penulis melakukan asuhan berkelanjutan yang

diawali dengan melalui pendekatan dan melakukan kunjungan antenatal

sebanyak 2 kali, pada saat pengkajian Ny. N merupakan ibu hamil dengan

kehamilan fisiologis, dimana hal ini penulis memberikan asuhan berkelanjutan

selama masa kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir, dan masa antara

(KB).

3.3 Tempat dan Waktu Studi Kasus

Studi kasus ini dilaksanakan di Puskesmas Pacet yang beralamat di

Jl. Cagak RT 03 RW 03 Desa Maruyung Kec. Pacet Periode 20 Februari s.d

28 April 2023.

3.4 Objek/Partisipan

Objek dalam studi kasus ini adalah Ny. N umur 24 tahun G2P1A0 usia

kehamilan 36 minggu sampai dengan masa nifas 6 minggu dan menggunakan

kontrasepsi.

3.5 Metode Pengumpulan Data (SOAP)

Metode yang digunakan dalam asuhan berkelanjutan pada Ny. N

adalah manajemen varney yakni dengan melakukan anamnesa, observasi

serta studi dokumentasi.

3.6 Etika Studi Kasus/Informed Consent

1. Persetujuan (Informed Consent)

Lembar persetujuan menjadi subyek penelitian (Informed Consent) yang

diberikan sebelum penelitian agar responden mengetahui maksud dan

tujuan penelitian. Ny. N bersedia menjadi subyek asuhan maka

83
84

dipersilahkan menandatangani Informed Consent yang telah diberikan

oleh penulis.

2. Tanpa nama (Anonimity)

Menjaga kerahasiaan identitas responden, penulis tidak mencantumkan

nama responden pada lembar pengumpulan data dan cukup dengan

memberikan kode atau inisial nama depan yaitu Ny. N.

3. Kerahasiaan (Confidential)

Pada penelitian ini, penulis menjamin seluruh kerahasiaan data dan

perijinan hasil penelitian baik informasi maupun masalah lainnya.

4. Penolakan (Right to Self Determination)

Subjek penelitian mempunyai hak untuk memutuskan bersedia atau

menolak.

5. Jaminan (Right to full disclosure)

Hak untuk mendapatkan jaminan dari perlakuan yang diberikan, penulis

memberikan penjelasan tujuan dan manfaat penelitian yang dilakukan.

6. Manfaat (Benefit)

Mengusahakan manfaat sebesar-besarnya dan memperkecil kerugian

atau risiko bagi subjek.


85

3.7 Asuhan Kebidanan

1. Periode Kehamilan

ASUHAN KEBIDANAN KEHAMILAN PADA NY. N G2P1A0 DI

PUSKESMAS PACET KABUPATEN BANDUNG PERIODE FEBRUARI

2023

Nama Pengkaji : Maya Fitri Rahayu

Tanggal Pengkajian : 20 Februari 2023

Waktu Pengkajian : 10.30 WIB

Tempat : Puskesmas Pacet

I. DATA SUBYEKTIF

A. Identitas/Biodata

Nama Ny. N Nama Tn. A

Umur 24 tahun Umur 28 tahun

Suku Sunda Suku Sunda

Agama Islam Agama Islam

Pendidikan SMP Pendidikan SD

Pekerjaan IRT Pekerjaan Penjahit

Alamat Kp. Cikatul RT 02 RW 07 Desa Maruyung Pacet

No. Telepon 083893144xxx

B. Status Kesehatan

1. Alasan kunjungan ini : Kunjungan pemeriksaan rutin

2. Keluhan : Ibu mengatakan ada nyeri pada punggung

terutama sejak 2 minggu terakhir namun tidak mengganggu

aktivitas ibu sehari-hari.

3. Riwayat Menstruasi

a. Siklus : 28 hari
86

b. Banyaknya : 2-3x ganti pembalut pada hari pertama

dan kedua

c. Dismenorrhoe : kadang-kadang

d. Terartur/tidak : Teratur

e. Lamanya : 6-7 hari

f. Keputihan : ada menjelang menstruasi

4. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas Lalu

Temp Jenis Penol Penyulit Anak


No Tahun at Persalin an UK ong Persalin an Nifas
Persalinan JK BB U

1 2016 Rumah Spontan Aterm Paraji Tidak Normal P 3200 7 th


ada gr

5. Riwayat Kehamilan Ini

a. HPHT : 10-06-2022

b. Kehamilan yang ke :2

c. Taksiran Persalinan : 17-03-2023

d. Usia kehamilan : 36 minggu

e. Pergerakan anak pertama kali: ibu mengatakan mulai

merasakan gerakan janin pada usia kehamilan 4-5 bulan

f. Pergerakan anak dalam 24 jam terakhir: 10-20 kali pergerakkan

aktif

g. Keluhan yang dirasakan:

Ibu mengatakan tidak pernah mengalami keluhan seperti rasa

lelah, mual dan muntah yang lama, nyeri perut, panas dan

menggigil, sakit kepala berat/ terus-menerus, penglihatan

kabur, rasa nyeri atau panas waktu BAK, rasa gatal pada vulva

vagina dan sekitarnya, nyeri kemerahan, tegang pada tungkai,


87

dan oedem.

6. Pola sehari – hari

No Pola sehari-hari Sebelum hamil Setelah hamil


1. Pola Nutrisi
a. Makan 1-2x /hari 3x/hari
Jenis makanan Nasi, sayur, lauk pauk Nasi, sayur, lauk pauk
Pantangan Tidak ada Tidak ada
b. Minum 6-7 gelas /hari ±10 gelas /hari,
Jenis minum Air putih Air putih, minum susu ibu
hamil pada usia kehamilan
4-6bulan
2. Pola Eliminasi
a. BAK
FrekuensiWarna 4-5/hari 6-8x/hari
b. BAB Jernih, kekuningan Jernih, kekuningan
Frekuensi
KonsistensiWarna 1x/har 1x/hari
Lunak Lunak
Kuning feses Kuning kehitaman
3. Pola Istirahat dan Tidur
Siang Kadang-kadang Kadang-kadang ±1 jam
Malam ± 8 jam 6-7 jam, terkadang bangun di
malam hari
4. Personal HygieneMandi
Gosok Gigi 1x/hari 1x/hari
Keramas 2x/hari 2x/hari
Perawatan Payudara 2-3x/minggu 2-3x/minggu
Tidak pernah Dibersihkan saat mandi dengan
Perawatan Vulva sabun
Setelah BAB, BAK, Setelah BAB, BAK, mandi
mandi
5. Pola Aktivitas Ibu melakukan Ibu melakukan pekerjaan
pekerjaan rumah sehari- rumah sehari-hari sendiri
hari sendiri
6. Pola Seksual Tidak ada masalah Tidak ada masalah

7. Status Imunisasi :TT1 tanggal 16-12-2022

TT2 tanggal 17-01-2023

8. Kontrasepsi yang pernah digunakan: Ibu pernah menggunakan KB

pil, suntik 3 bulan. Ibu belum merencanakan KB setelah

melahirkan.

9. Ibu tidak memiliki riwayat penyakit sistemik seperti jantung, ginjal,

asma/TBC, hepatitis, DM, hipertensi, epilepsi, dll.


88

10. Ibu tidak memiliki riwayat penyakit keluarga seperti jantung,

hipertensi, dan DM.

11. Riwayat Sosial

a. Ibu mengatakan ini perkawinan pertama bagi ibu dan suami

b. Kehamilan ini direncanakan dan diterima

c. Ibu merasa senang dan bahagia atas kehamilan ini

d. Ibu menikah diumur 16 tahun dengan suami umur 20 tahun

lamanya: 8 tahun, Anak: 1 orang

12. Pengetahuan

a. Pengetahuan tentang tanda bahaya kehamilan: Ibu

mengatakan belum mengetahui secara jelas mengenai tanda

bahaya kehamilan trimester III.

b. Persiapan perlengkapan persalinan: ibu sudah mempersiapkan

perlengkapan persalinan untuk ibu dan bayinya. Ibu mempunyai

BPJS.

c. Persiapan komplikasi persalinan: ibu mengatakan belum

menyiapkan persiapan komplikasi persalinan.

d. Pengetahuan tentang perawatan payudara: Ibu hanya

mengetahui perawatan payudara dilakukan setiap mandi

memakai sabun

II. DATA OBYEKTIF

A. Pemeriksaan fisik

1. Keadaan Umum : Baik

a. Kesadaran : Compos mentis


89

b. Tanda- tanda vital : TD : 116/79 mmHg N: 84x/m

R: 20x/m S: 36,6ºC

c. Tinggi badan : 142 cm

d. Berat badan : 60 kg BB sebelum Hamil: 46 kg

e. Kenaikan selama hamil : 14 kg

f. IMT : BB/(TB)2 = 46/(1,42) 2 = 22,8 (berat badan ideal)

2. Kepala

a. Rambut : Hitam dan bersih

b. Muka : Tidak ada oedema

c. Mata : Konjungtiva: tidak pucat Sklera : tidak icterus

d. Telinga : Simetris, tidak ada pengeluaran

e. Hidung : Tidak ada pengeluaran, tidak ada PCH

f. Mulut & Gigi : Bibir tidak kering, warna bibir dan mukosa

mulut tidak pucat. Tidak ada karies gigi

3. Leher

a. Jugularis Vena Pressure (JVP) : Tidak ada penkngkatan

b. Kelenjar getah bening : Tidak ada pembengkakan

c. Kelenjar tiroid : Tidak ada pembesaran

4. Dada dan Payudara

a. Dada

Jantung : Irama jantung regular

Paru–paru : Tidak ada retraksi dada,

bunyi paru vesikuler

b. Payudara

Bentuk : Simetris
90

Keadaan : Sedikit kotor

Puting susu : Menonjol pada kedua payudara

Pengeluaran : Tidak ada

Rasa nyeri : Tidak ada

Benjolan : Tidak ada

5. Pemeriksaan Kebidanan

a. Abdomen

1) Inspeksi : Striae: tidak ada

Bekas luka : Tidak ada

2) Palpasi

TFU : 31 cm

Leopold I : Fundus berada di 3 jari di bawah prosesus

xipoid (px), teraba bulat, lunak, dan tidak

melenting (bokong)

Leopold II : Teraba bagian keras memanjang di sebelah

kiri perut ibu. Teraba bagian-bagian kecil, di

sebelah kanan perut ibu.

Leopold III : Teraba keras, melenting, bagian terendah

janin belum masuk PAP

Taksiran Berat Badan Janin: (31-13)x155 = 2.790 gr

3) Auskultasi

Punctum Maksimum : 3 jari di bawah pusat

Tempat : sebelah kiri perut ibu

Denyut Jantung Janin : 152 x/menit (regular)

6. Punggung dan Pinggang


91

Posisi tulang belakang : Normal

Pinggang nyeri : ya

7. Ekstremitas Atas dan Bawah

a. Atas

Keadaa : Bersih, kuku tidak pucat

LILA : 25 cm

b. Bawah

Oedema : Tidak ada

Varises : Tidak ada

Reflek patella : +/+

B. Pemeriksana Penunjang

1) Golongan Darah : O resus (+) (Tanggal: 16-12-2022)

2) HIV : Non Reaktif (Tanggal: 16-12-2022)

3) HBSAg : Negatif (Tanggal: 16-12-2022)


4) Sifilis : Negatif (Tanggal 16-12-2022)
5) HB 11,3 gr% (tanggal 20-02-2023)
III. ANALISA

1. Diagnosa : G2P1A0 usia kehamilan 36 minggu janin tunggal

hidup intrauterin presentasi kepala

2. Masalah:

a. Nyeri punggung sejak 2 minggu terakhir

IV. PENATALAKSANAAN

Pukul: 10.45 WIB

1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan yang telah dilakukan bahwa ibu

dan janin dalam keadaan baik serta memberitahu ibu usia


92

kehamilannya sekarang yaitu 36 minggu. Ibu mengerti dan merasa

senang.

2. Memberitahu ibu tentang sakit punggung yang dirasakan merupakan

salah satu ketidaknyamanan pada kehamilan trimester III dimana

rahim semakin membesar dan perubahan postur tubuh sehingga titik

gravitasi berubah atau body mekanik yang kurang baik. ibu mengerti

3. Memberitahu kepada ibu tentang tanda bahaya kehamilan trimester

3 seperti perdarahan yang keluar dari jalan lahir, bengkak pada muka

tangan dan kaki, sakit kepala yang hebat, penglihatan kabur, nyeri

perut yang hebat, dan merasakan gerakan janin berkurang/tidak

bergerak. Serta menganjurkan ibu untuk segera datang ke petugas

kesehatan atau pelayanan kesehatan terdekat jika mengalami salah

satu tanda diatas. Ibu mengerti

4. Memberitahu dan menjelaskan kepada ibu tentang persiapan

komplikasi atau P4K sebagai persiapan apabila terjadi

kegawatdaruratan baik sebelum persalinan atau setelah persalinan.

Ibu mengerti

5. Memberitahu dan mengajarkan kepada ibu tentang senam hamil

pada trimester III untuk membantu mengurangi nyeri pinggang,

melatih otot panggul dan melatih pernafasan untuk persiapan

persalinan. ibu mengerti dan akan mempraktikannya di rumah

6. Memberitahu ibu tentang perawatan payudara yang baik dengan

dibersihkan menggunakan VCO agar kotoran mudah dibersihkan dan

membantu merangsang produksi ASI dan mempersiapkan proses

menyusui. Ibu mengerti dan akan mencoba melakukannya di rumah.


93

7. Memberitahu ibu untuk tetap rutin mengonsumsi vitamin dan tablet

tambah darah yang telah diberikan 1x sehari (fe 60 mg dan asam

folat 0,40 mg). Ibu mengerti dan akan rutin mengonsumsinya

8. Melakukan konseling SKBPP kepada ibu. Ibu belum memutuskan

rencana KB yang akan digunakan. Menganjurkan ibu untuk

mendiskusikan rencana KB yang akan digunakan setelah melahirkan

dengan suami. Ibu mengerti

9. Memberitahukan kepada ibu untuk melakukan kunjungan ulang

seminggu kemudian atau pada tanggal 27 Februari 2023, serta

menganjurkan kepada ibu untuk segera datang apabila ada keluhan.

Ibu mengerti dan bersedia melakukannya.


94

ASUHAN KEBIDANAN KEHAMILAN PADA NY. N DI PUSKESMAS PACET

KABUPATEN BANDUNG

(KUNJUNGAN ULANG)

Waktu Hasil pengkajian


Pengkajian

Tanggal 27 S: Ibu mengatakan saat ini tidak ada keluhan, sakit pinggang
Februari 2023 ibu saat ini sudah dapat diatasi, ibu dapat melakukan
perawatan payudara, ibu melakukan senam hamil 2 kali di
Pukul 09.00
rumah, ibu berencana akan menggunakan kontrasepsi suntik
WIB
3 bulan, belum ada tanda- tanda persalinan, ibu sudah
mempersiapkan perlengkapan persalinan dan persiapan
komplikasi, gerakan janin dirasakan ibu aktif.

O:
1. Keadaan umum: Baik
Kesadaran: Compos mentis
TTV: TD.124/76 mmHg, N. 80 x/menit, R. 20 x/menit, S.
36,6℃
BB: 61 kg
2. Kepala: Muka tidak ada oedem, mata konjungtiva merah
muda, sklera putih, bibir tidak pucat, gigi tidak ada caries.

3. Dada: payudara bersih, tidak ada pembengkakan, simetris,


tidak ada nyeri, belum ada pengeluaran ASI

4. Abdomen: TFU 32 cm

Leopold I fundus teraba 3 jari di bawah px, teraba bulat


lunak tidak melenting,

Leopold II teraba keras memanjang di sebelah kiri perut


ibu (punggung) dan teraba bagian kecil di bagian perut
kanan perut ibu (ekstermitas),

L eopold III teraba bulat keras melenting (kepala) bagian


terendah janin belum masuk PAP,

Perlimaan 1/5, TBBJ: (32-13) x 155= 2.945 gr,


DJJ:148x/menit (reguler).

5. Punggung dan pinggang: posisi tulang belakang normal

6. Ekstermitas: ekstremitas bawah tidak ada oedema dan


varises, tidak ada nyeri.
95

A: G2PA0 usia kehamilan 37 minggu janin tunggal hidup


intrauterine presentasi kepala

Pukul 09.15 P:
WIB
1. Memberitahu ibu berdasarkan hasil pemeriksaan yang
dilakukan kondisi ibu dan janinnya saat ini baik. Ibu
mengerti dan senang mendengar bahwa kondisi ibu
dan janin baik.
2. Mengingatkan ibu tentang tanda bahaya kehamilan
trimester III. Ibu masih mengingatnya.
3. Memberitahu ibu tentang tanda-tanda persalinan yaitu
kontraksi atau mules yang teratur, pengeluaran lendir
bercampur darah, keluar air ketuban. Ibu sudah
mengetahui
4. Mengingatkan kembali kepada ibu untuk tetap
melakukan senam hamil di rumah. Ibu mengerti dan
akan melakukannya
5. Mengingatkan kembali ibu untuk selalu rutin
mengonsumsi tablet tambah darah (fe 60 mg dan asam
folat 0,40 mg). Ibu mengerti
6. Menganjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang
pada tanggal 07 Maret 2023 atau jika ibu ada keluhan,
ibu langsung datang tanpa harus menunggu jadwal
kontrol. Ibu mengerti dan bersedia kembali.
96

3.8 Periode Persalinan

ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN PADA NY. N DI PUSKESMAS PACET

KABUPATEN BANDUNG

Tanggal Pengkajian : 16 Maret 2023

Waktu Pengkajian : 19.30 WIB

Nama Pengkaji : Maya Fitri Rahayu

I. DATA SUBYEKTIF

A. Status kesehatan

1. Datang pada tanggal: 16 Maret 2023 Pukul: 19.30 WIB

2. Alasan kunjungan ini: ibu mengeluh mules sejak pukul 18.00 WIB

dan kelur lendir bercampur darah, ibu mengatakan belum ada

pengeluaran air-air, ibu mengatakan gerakan janin masih

dirasakan aktif

3. Pola sehari-hari

Nutrisi: makan terakhir pukul 17.00 WIB dengan porsi sedang,

minum terakhir sebelum ke poned 1 gelas air putih dan air teh.

Eliminasi: BAK terakhir sekitar pukul 19.00 WIB dengan warna

kuning jernih. BAB terakhir pukul 07.00 WIB dengan warna

kuning kehitaman.

II. DATA OBYEKTIF

A. Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan umum: Baik

a. Kesadaran: Compos Mentis

b. TTV: TD: 124/78 mmHg, N: 82x/mnt, R: 21/mnt, S: 36,6ºC

2. Kepala
97

a. Muka: Tidak ada oedema

b. Mata: Konjungtiva: Merah muda, Skera: Putih

3. Dada dan payudara

a. Dada

1) Paru: bunyi paru vasikuker

2) Jantung: Irama jantung regular

b. Payudara

1) Bentuk : Simetris

2) Putting susu : Menonjol pada kedua payudara

3) Pengeluaran : sudah ada kolostrum

4) Rasa nyeri : Tidak ada

5) Benjolan striae : Tidak ada

6) Keadaan : Bersih

4. Pemeriksaan kebidanan

Abdomen

a. Inspeksi : terdapat striae, tidak ada bekas luka.

b. Palpasi

TFU :31 cm

Leopold I: bagian fundus teraba 3 jari dibawah px, Teraba

bulat, lunak, tidak melenting di bagian fundus (bokong)

Leopold II: teraba bagian keras, memanjang di bagian kiri

perut ibu (puki), teraba bagian-bagian kecil di bagian kanan

perut ibu (ekstremitas).

Leopold III: Teraba bulat, keras, melenting tidak dapat

digoyangkan
98

Leopold IV: Divergent (bagian terbesar janin sudah masuk

ke rongga panggul)

Perlimaan: 3/5

Taksiran berat badan janin (TBBJ): (31-11) x155= 3.100 gr

HIS: 2x10’35’’

c. Auskultasi

Frekuensi: 138x/menitt teratur

Tempat: sebelah kiri perut ibu

PM: 3 jari dibawah pusat

5. Ekstremitas

Oedema : Tidak ada

Varices : Tidak ada

Reflek patella : positif pada kedua kaki

6. Genitalia

a. Vulva/vagina

Oedema : Tidak ada

Keadaan : Tidak ada kelainan

Pengeluaran pervaginam: Lendir bercampur darah

b. Kelenjar bartholini

Pembengkakan : Tidak ada

Rasa nyeri : Tidak ada

c. Perineum

Terdapat luka parut

d. Pemeriksaan dalam pukul 19.35 WIB atas indikasi mules

yang teratur (tanda-tanda persalinan)


99

Vulva vagina : Tidak ada kelainan

Porsio : Tebal, lunak

Pembukaan : 3 cm

Ketuban : Positif

Presentasi : Kepala

Molase : tidak ada

Posisi : UUK kiri depan

Penurunan : HII, station -1

Bagian menumbung: Tidak ada

7. Anus

Haemorrhoid : Tidak ada

III. ANALISA

1. Diagnosa : G2P1A0 inpartu 39 minggu kala 1 fase laten janin

tunggal hidup intrauterine presentasi kepala

2. Masalah:

a. Belum mengetahui teknik relaksasi

IV. PENATALAKSANAAN

Pukul : 19.45 WIB

1. Memberitahukan kepada ibu hasil pemeriksaan bahwa secara

keseluruhan ibu dan janin dalam keadaan baik dan rasa mules yang

dirasakan ibu merupakan tanda tanda persalinan dan merupakan hal

yang normal dialami oleh ibu bersalin, setelah dilakukan pemeriksaan

dalam pembukaan serviks ibu sudah memasuki pembukaan 3 cm

dan ketubannya masih utuh. Ibu mengerti dengan apa yang

disampaikan dan sudah mengetahui hasil pemeriksaan.


100

2. Menganjurkan suami atau salah satu keluarga ibu untuk menemani

dan memberi dukungan kepada ibu agar ibu tetap tenang

menghadapi proses persalinan. suami dan keluarga mengerti dan

memberi dukungan kepada ibu

3. Menganjurkan ibu untuk miring kiri atau berjalan jalan jika ibu masih

kuat untuk mempercepat penurunan kepala. Ibu mengerti

4. Menganjurkan ibu untuk tetap memenuhi kebutuhan nutrisi dengan

makan dan minum saat his mereda agar ibu mempunyai tenaga

untuk mengedan pada saat proses persalinan. ibu melakukan

anjuran

5. Mengajarkan ibu Teknik relaksasi dengan mengatur nafas pada saat

ada kontraksi dan mengajarkan juga teknik pijat endorphin untuk

membantu relaksasi serta mengajarkan kepada suami. Ibu dan

suami mengerti dan bisa mempraktikannya.

6. Mengingatkan ibu untuk tidak menahan buang air kecil agar tidak

menghambat penurunan kepala janin. Ibu mengerti

7. Mempersiapkan peralatan dan perlengkapan ibu dan bayi. Persiapan

telah selesai

8. Melakukan pemantauan kemajuan persalinan dengan menggunakan

partograp. Pemantauan DJJ, His, Nadi setiap 30 menit sekali,

pemantauan suhu dan tekanan darah setiap 4 jam sekali.


101

Lembar Monitoring/Observasi

Jam DJJ HIS TTV Genitalia

20.00 WIB 142x/mnt 2x10’30’’ N: 82x/mnt

20.30 WIB 145x/mnt 2x10’30’’ N: 81x/mnt

21.00 WIB 148x/mnt 3x10’30’’ N: 84x/mnt

21.30 WIB 144x/mnt 3x10’30’’ N: 80x/mnt

22.00 WIB 147x/mnt 3x10’30’’ N: 82x/mnt

22.30 WIB 144x/mnt 3x10’35’’ N: 82x/mnt

23.00 WIB 147x/mnt 4x10’35’’ N: 80x/mnt

23.30 WIB 148x/mnt 4x10’40’’ TD: 126/82 Ibu mengeluh mules semakin bertambah
N: 82x/mnt PD: v/v t.a.k, portio tipis lunak, pembukaan
7 cm, ketuban utuh, presentasi kepala,
tidak ada molase, posisi UUK kiri depan,
penurunan station +1, tidak ada bagian
yang menumbung

00.00 WIB 144x/mnt 4x10’40” N: 84x/mnt

00.30 WIB 153x/mnt 4x10’45” N: 87x/mnt

01.00 WIB 147x/mnt 4x10’45” N: 86x/mnt

01.30 WIB 152x/mnt 5x10’50” N: 86x/mnt Ibu mengeluh mules semakin kuat dan
sering serta ada dorongan ingin mengedan
PD: v/v t.a.k, portio tidak teraba,
pembukaan lengkap, ketuban pecah
spontan pukul 01.25 WIB, presentasi
kepala, tidak ada molase, posisi UUK kiri
depan, penurunan station +2, tidak ada
bagian yang menumbung
102

ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN PADA NY. N KALA 1 FASE AKTIF

Tanggal/Jam Catatan Bidan

16 Maret 2023 SUBYEKTIF


Pukul: 23.30 Ibu mengeluh mules yang dirasakan semakin kuat dan sering
WIB
OBYEKTIF
1. Keadaan umum: baik
Kesadaran: compos mentis
TD: 126/82 mmHg, N: 82x/mnt
R: 21x/mnt, S: 36,6 ºC
2. Abdomen
DJJ: 148x/mnt
HIS: 4x10’40’’
3. Genitalia
v/v: t.a.k,
PD: portio tipis lunak, pembukaan 7 cm, ketuban belum pecah,
presentasi kepala, tidak ada molase, posisi UUK kiri depan,
penurunan station +1, tidak ada bagian yang menumbung.

ANALISA
Diagnosa: G2P1A0 inpartu 39 minggu kala 1 fase aktif janin
tunggal hidup intrauterine presentasi kepala

PENATALAKSANAAN
Pukul: 23.45 WIB
1. Memberitahu ibu dan keluarga hasil pemeriksaan, ibu sudah
memasuki fase aktif persalinan dan pembukaan sekarang 7 cm.
Ibu mengerti
2. Memberi tahu ibu untuk tidak mengedan sebelum pembukaan
lengkap dan dipimpin mengedan oleh bidan. Ibu mengerti dan
berusaha melakukan teknik relaksasi
3. Memberitahu ibu dan keluarga untuk tetap melakukan teknik
relaksasi baik itu pernapasan maupun dengan bantuan
keluarga melalui pijat endorphin. Setelah dilakukan pijatan
kurang lebih 30 menit ibu terlihat lebih tenang dapat
mengendalikan rasa sakitnya
4. Memberitahu keluarga untuk tetap menemani dan
mendampingi ibu dalam proses persalinannya. Keluarga
mengerti
5. Memberitahhu ibu untuk tetap memenuhi kebutuhan nutrisi di
sela sela kontraksi. Ibu lebih sering minum dari pada makan
6. Melanjutkan pemantauan kemajuan persalinan dengan
partograph.
103

ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN KALA II

Tanggal/Jam Catatan Bidan

17 Maret 2023 SUBYEKTIF


Pukul: 01.30 Ibu mengeluh mules yang dirasakan semakin kuat dan sering
WIB serta ada dorongan ingin mengedan.

OBYEKTIF
4. Keadaan umum: baik
Kesadaran: compos mentis
TD: 120/80 mmHg, N: 86x/mnt
R: 21x/mnt, S: 36,6 ºC
5. Abdomen
DJJ: 152x/mnt
HIS: 5x10’50’’
6. Genitalia
Perineum menonjol, vulva membuka, terdapat tekanan pada
anus dan pengeluaran lendir bercampur darah.
7. Pemeriksaan Dalam
V/V: tidak ada kelainan, portio tidak teraba, pembukaan
lengkap, ketuban pecah spontan, presentasi kepala, tidak ada
molase, posisi UUK depan, penurunan Hodge IV, station +3,
tidak ada bagian yang menumbung

ANALISA
Diagnosa: G2P1A0 inpartu 39 minggu Kala II janin tunggal hidup
intrautein presentasi kepala

PENATALAKSANAAN
Pukul: 01.35 WIB
1. Memberitahu ibu dan keluarga hasil pemeriksaan. Ibu mengerti
2. Memeriksa kelengkapan alat dan obat, kain untuk
mengeringkan bayi serta menggunakan APD lengkap. Alat
sudah lengkap dan APD sudah digunakan
3. Memberitahu ibu untuk memilih posisi yang nyaman dan aman
untuk posisi melahirkan. Ibu memilih posisi litotomi
4. Meminta suami atau salah satu keluarga untuk tetap menemani
dan mendukung ibu selama proses persalinan. ibu ditemani
oleh suaminya.
5. Observasi DJJ: 148x/menit teratur, kemajuan persalinan:
tampak kepala bayi diameter 5-6 cm di depan vulva.
6. Setelah kepala bayi terlihat 5-6 cm di depan vulva ibu dipimpin
untuk meneran.
104

7. Melakukan pertolongan persainan sesuai APN. Pukul 01.43


WIB bayi lahir spontan langusng menangis, warna kulit
kemerahan, Gerakan aktif, JK: laki-laki.
8. Mengeringkan tubuh bayi kecuali telapak tangan bayi dan
mengganti kain dengan kain baru yang bersih dan kering. Bayi
telah selesai dikeringkan
9. Cek bayi kedua dengan melakukan palpasi abdomen.

ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN KALA III

Tanggal/Jam Catatan Bidan

17 Maret 2023 SUBYEKTIF


Pukul: 01.44 Ibu terlihat senang atas kelahiran bayinya, ibu mengatakan masih
WIB merasa mules

OBYEKTIF
1. Keadaan umum Baik
Kesadaran: Compos mentis
TD: 123/78 mmHg, N: 84x/mnt, R: 20x/mnt, S: 36,5ºC
2. Pemeriksaan abdomen
Tidak teraba janin kedua
TFU sepusat, kontraksi uterus keras, kandung kemih tidak
penuh
3. Genitalia
Terdapat tali pusat di depan vulva

ANALISA
Diagnosa: P2A0 kala III

PENATALAKSANAAN
Pukul: 01.44 WIB
1. Memberitahukan ibu bahwa ibu akan di suntik oksitosin di
bagian paha luar. Ibu bersedia
2. Pukul 01.44 WIB menyuntikkan oksitosin 10 IU secara IM
di 1/3 paha atas di otot gluteus maksimus
3. Menjepit tali pusat 3 cm dari umbilicus dan 2 cm dari klem
pertama lalu potong tali pusat. Tali pusat telah di potong
dan diikat dengan umbilical klem.
4. Memfasilitasi IMD dan menjaga kehangatan bayi. IMD
dilakukan 1 jam
5. Melakukan PTT saat ada kontraksi dan obervasi pelepasan
plasenta.
105

Kontraksi uterus keras dan terlihat tanda pelepasan


plasenta: uterus membundar, tali pusat tampak memanjang
di depan vulva, dan terdapat semburan darah.
6. Plasenta lahir spontan pukul 01.55 WIB
7. Melakukan masase uterus selama 15 detik dan uterus
teraba keras.
8. Memeriksa kelengkapan plasenta menggunakan kassa.
Plasenta lahir lengkap. Berat ±500 gram, Panjang tali pusat
±50 cm, tidak ditemukan kelainan.

ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN KALA IV

Tanggal/Jam Catatan Bidan

17 Maret 2023 SUBYEKTIF


Pukul: 01.55 Ibu senang lega dan senang
WIB
OBYEKTIF
1. Keadaan umum: baik
Kesadaran: Compos Mentis
TD: 118/70 mmHg, N: 80x/mnt, R: 20x/mnt, S: 36,5 ºC
2. Pemeriksaan Abdomen
kontraksi uterus keras, TFU 2 jari dibawah pusat, kandung
kemih tidak penuh.
3. Genitalia:
Perineum: terdapat robekan derajat 1 (mukosa vagina, kulit
perinieum) perdarahan tidak aktif, Terdapat perdarahan ±150
ml.

ANALISA
Diagnosa: P2A0 kala IV dengan laserasi perineum derajat 1

PENATALAKSANAAN
Pukul: 08.15 WIB
1. Memberitahu hasil pemeriksaan bahwa secara keseluruhan
ibu dalam keadaan baik, terdapat laserasi namun tidak akan
dilakukan penjahitan. Ibu mengerti dan merasa senang
2. Mengajarkan ibu masase uterus selama 15 detik
3. Membersihkan ibu dari paparan kotoran dan cairan serta
mengganti pakaian ibu. Ibu sudah dibersihkan dan sudah
mengganti pakainnya
4. Membersikan tempat persalinan dan alat-alat dengan prinsip
pencegahan infeksi, direndam di air klorin
106

5. Setelah dilakukan IMD bayi di ambil dari dada ibu dan


diberikan salep mata tetrasiklin 0,1%, Vitamin K1 0,5 ml
secara IM di paha kiri antero lateral, dan setelah 1 jam
diberikan Vitamin K1 diberikan imunisasi pertama yaitu Hb0
secara IM di paha kanan antero lateral.
6. Menganjurkan ibu untuk melakukan mobilisasi dini seperti
miring ke kiri atau ke kanan agar tidak terjadi tromboflebitis
yang disebabkan oleh aliran darah yang tidak lancar. Ibu
mengerti.
7. Memberitahu ibu untuk menjaga keberishan daerah genitalia
dengan cara membasuh setiap selesai buang air dan
dikeringkan dengan tisu serta mengganti pembalut 4 jam
sekali atau jika sudah terasa penuh sebelum 4 jam segera
ganti. Ibu mengerti dan akan melakukannya
8. Memberikan ibu terapi amoxycilin 500 mg 3x1, paracetamol
500 mg 3x1, Fe 60 mg 1x1 dan Vit A 200.000 IU 1x1.
9. Melakukan observasi kala IV selama 2 jam pasca melahirkan.

LEMBAR MONITORING/OBSERVASI KALA IV

Jam Waktu TD Nadi Suhu TFU Kontraksi Kandung Perdarahan


ke Uterus Kemih
1 02.10 118/70 82 36,5ºC 2 jari dibawah Keras Tidak ±30 cc
pusat penuh
02.25 120/72 82 2 jari dibawah Keras Tidak ±20 cc
pusat penuh
02.40 118/70 80 2 jadi dibawah Keras Tidak ±20 cc
pusat penuh
02.55 117/70 81 2 jari dibawah Keras Tidak ±15 cc
pusat penuh
2 03.25 110/76 83 36,5ºC 2 jari dibawah Keras Tidak ±10 cc
pusat penuh
03.55 120/78 80 2 jari dibawah Keras Tidak ±10 cc
pusat penuh
107

3.9 Periode Nifas

ASUHAN KEBIDANAN NIFAS 6 JAM PADA NY. N DI PUSKESMAS PACET

KABUPATEN BANDUNG

Tanggal : 17 Maret 2023

Jam : 08.30 WIB

Tempat : Puskesmas Pacet

I. DATA SUBYEKTIF

1. Keluhan-keluhan: Ibu mengatakan masih merasa ngilu pada bagian

vagina

2. Riwayat persalinan sekarang

a. Ibu

1) Selama masa kehamilan ibu dan janin tidak ada masalah,

ibu hamil tergolong kehamilan fisiologis, ibu bersalin di

Puskesmas dan ditolong oleh bidan.

2) Jenis persalinan spontan tanggal 17 Maret 2023 Pukul 01.43

WIB. Terdapat laserasi derajat 1 tidak dijahit karena

perdarahan tidak aktif. Perdarahan ±150 cc.

b. Bayi

1) Bayi lahir spontan tanggal 17 Maret 2023 Pukul 01.43 WIB

2) BB: 3.100 gram, PB: 49 cm

3) Jenis kelamin: Laki-laki

4) Cacat bawaan: Tidak ada

5) Anus: ada dan sudah BAB

3. Riwayat pola sehari-hari


108

a. Ibu makan 1 kali dalam postpartum 6 jam, porsi sedang dengan

nasi dan ayam.

b. Ibu minum 2 botol air mineral dan 1 gelas teh manis dalam

postpartum 6 jam.

c. Ibu sudah BAK 1 kali setelah melahirkan, warna kuning jernih.

d. Ibu belum BAB selama postpartum 6 jam.

e. Pola istirahat: ibu sudah tidur sekitar 1 jam selama postpartum

6 jam.

f. Pola aktivitas: ibu melakukan mobilisasi dini seperti tidur miring

kiri dan miring kanan, duduk, berjalan ke kamar mandi dengan

bantuan suami.

g. Pola menyusui: ibu sudah bisa menyusui bayinya dan sudah

ada pengeluaran berupa kolostrum.

h. Ibu mengonsumsi obat-obatan dari bidan yaitu antibiotik, anti

nyeri, vitamin A, dan tablet tambah darah. Ibu tidak

mengonsumsi obat-obatan dari luar. Ibu sudah mengonsumsi

obat obatan dari bidan sesuai anjuran.

4. Data sosial

a. Ibu tidak mengetahui tanda bahaya postpartum

II. DATA OBYEKTIF

A. Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan umum: Baik

Kesadaran : Compos Mentis

TTV: 110/70 mmHg, N: 80x/menit, R: 20x/menit, S: 36,5ºC

2. Kepala
109

a. Muka: tidak ada oedema

b. Mata: konjungtiva: merah muda, Sklera: putih

3. Dada dan Payudara

a. Dada

Paru: Bunyi vasikuler

Jantung: Bunyi regular

b. Payudara

Bentuk: Simetris

Pengeluaran : Ada berupa kolostrum

Rasa nyeri: tidak ada

Benjolan: tidak ada

Keadaan: bersih

4. Abdomen

TFU: 2 jari dibawah pusat

Kontraksi uterus: keras

Kandung kemih: kosong

5. Ekstremitas atas dan bawah

Kemerahan : Tidak ada

Hommansign : negatif pada kedua kaki

6. Genitalia

Vulva/vagina : tidak ada kelainan

Oedema : tidak ada

Pengeluaran : lochea rubra, jumlah ±30 cc,

konsistensi encer dan tidak berbau busuk


110

Perineum : terdapat luka perineum derajat 1 dan perdarahan

tidak aktif

III. ANALISA

1. Diagnosa: P2A0 postpartum 6 jam

2. Masalah: tidak ada

IV. PENATALAKSANAAN

Pukul: 08.40 WIB

1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa secara keseluruhan ibu

dalam keadaan baik. Ibu mengerti

2. Memberitahu ibu tanda-tanda bahaya postpartum seperti demam,

penglihatan kabur, perdarahan yang banyak dan berbau, nyeri

abdomen, payudara bengkak dan sangat sakit disentuh, sembelit,

merasa sendiri, tiidak ada yang memperhatikan, apabila salah satu

dari tanda tersebut dirasakan oleh ibu segera datang ke fasilitas

kesehatan terdekat. Ibu mengerti

3. Memberitahu keluarga untuk selalu memberi dukungan dalam proses

penyembuhan ibu, proses perawatan bayi dan semua hal yang

menyangkut ibu agar ibu tetap merasa nyaman pada periode nifas ini.

Keluarga mengerti dan akan berusaha selalu mendukung

4. Memberitahu cara vulva hygiene dan perawatan luka perineum yang

benar yaitu sebelum menyentuh area kewanitaan ibu harus mencuci

tangan dengan sabun dan air mengalir terlebih dahulu, lalu bersihkan

daerah kewanitaan dengan air dingin biasa dan bisa menggunakan

sabun agar bersih, cebok dari arah depan ke belakang, lalu keringkan

menggunakan tissue jangan sampai lembap, ganti pembalut sesering


111

mungkin 4 jam sekali jangan menunggu pembalut penuh serta cuci

tangan kembali setelahnya. Ibu mengerti dan akan melakukannya.

5. Memberitahu dan mengajarkan ibu Teknik menyusui yang benar yang

didahului dengan melakukan pijat oksitosin yang berfungsi untuk

merangsang pengeluaran ASI dan juga untuk merangsang kontraksi

uetrus. Lalu mengajarkan ibu teknik menyusui yang benar. Ibu

mengerti dan dapat mempraktikannya.

6. Memberikan konseling kepada ibu tentang pemberian ASI Eksklusif

sampai bayi usia 6 bulan. Ibu mengerti.

7. Memberitahu ibu untuk istirahat yang cukup dan menganjurkan ibu

untuk makan makanan bergizi seimbang untuk memperbanyak

produksi ASI, terutama makanan yang tinggri protein untuk membantu

penyembuhan luka perineum ibu. Ibu mengerti.

8. Memberikan konseling kepada ibu cara perawatan bayi dan cara

perawatan tali pusat. Ibu mengerti.

9. Mengajarkan ibu tentang latihan-latihan fisik dasar yang dapat

membantu proses pemulihan organ reproduksi seperti senam nifas

sesuai dengan tahapannya. Ibu bisa mulai melakukan latihan pada 24

jam pertama setelah melahirkan mulai dari gerakan sedehana pada

tahap pertama. Ibu mengerti dan bisa mengikuti gerakan yang

diajarkan

10. Menjadwalkan kunjungan ulang (kunjungan rumah) setelah 6 hari yaitu

pada tanggal 23 Maret 2023 atau jika ibu mengalami keluhan segera

datang ke fasilitas kesehatan. Ibu mengerti dan bersedia melakukan

kunjungan ulang sesuai jadwal.


112

ASUHAN KEBIDANAN NIFAS 6 HARI PADA NY. N

KUNJUNGAN RUMAH

TANGGAL/JAM CATATAN BIDAN

23 Maret 2023 SUBJEKTIF

Pukul: 15.00 1. Keluhan: ibu mengatakan sedikit lelah karena kurang tidur
WIB dan masih beradaptasi setelah mempunyai bayi. Ibu
sudah mengetahui tanda bahaya masa nifas dan bisa
merawat bayinya.
2. Pola sehari-hari
a. Pola nutrisi
Makan: 3-4 kali sehari porsi sedang dengan lauk
pauk.
Minum: ±7-8 gelas sehari, air putih dan sesekali air
teh
b. Riwayat eliminasi
BAK: 4-5 kali sehari
BAB: 1 kali sehari
3. Data sosial
Ibu sudah mengetahui dan memahami tanda bahaya pada
masa nifas, Teknik menyusui yang benar, cara perawatan
luka perineum dan vulva hygiene, dan pemberian ASI
eksklusif.

OBJEKTIF

1. Keadaan umum: Baik


Kesadaran: Compos Mentis
TTV: TD: 110/80 mmHg, N: 82x/menit, R: 20x/menit, S:
36,6 º
2. Kepala
Mata: konjungtiva merah muda, sklera putih
Mulut: bibir tidak pucat
3. Payudara
Payudara bersih, pengeluaran ASI banyak, tidak ada rasa
nyeri dan tidak ada benjolan.
4. Pemeriksaan Abdomen
TFU/involusi: pertengahan pusat dan sympisis
Kontraksi uterus: keras
Massa: tidak ada
Kandung kemih: tidak penuh
5. Genitalia
Hematoma: tidak ada
113

Pengeluaran: Lochea sanguinolenta, jumlah ±5 cc, tidak


berbau.
Luka perineum: sudah sedikit kering
6. Ekstremitas
tidak ada kemerahan dan homman sign negative pada
kedua kaki.
Data Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium kadar HB: 11,6 gr/dl

ANALISA
1. Diagnosa: P2A0 postpartum 6 hari
2. Masalah: ibu merasa lelah karena kurang tidur merawat
bayinya

PENATALAKSANAAN
Pukul: 15.10 WIB
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa secara
keseluruhan ibu dalam keadaan baik. Ibu mengerti dan
merasa senang
2. Memberikan konseling kepada ibu tentang asupan nutrisi
dan juga pola istirahat yang baik agar ibu tidak kelelahan
saat menjaga bayinya. Agar ibu tidak merasa Lelah karena
kurang tidur maka ibu harus menyesuaikan pola
istirahatnya yaitu pada saat bayi tidur usahakan ibu juga
beristirahat dan bekerja sama atau meminta bantuan
kepada suami atau keluarga untuk membantu merawat
bayinya. Ibu mengerti
3. Mengingatkan ibu untuk melakukan latihan senam nifas
untuk mempercepat pemulihan fisik ibu. Ibu mengerti dan
bersedia melakukannya.
4. Memberikan konseling kepada ibu tentang cara perawatan
bayi, dan cara menjaga bayi agar tetap hangat. Ibu
mengerti
5. Menganjurkan ibu untuk kunjungan ulang jika ibu
mengalami keluhan dan menjadwalkan kunjungan rumah
pada 1 minggu yang akan datang yaitu pada tanggal 30
Maret 2023 atau jika ibu mengalami keluhan sebelum
jadwal kunjungan segera datang ke fasilitas kesehatan. Ibu
mengerti dan akan segera ke fasilitas kesehatan jika
mengalami keluhan.
114

ASUHAN KEBIDANAN NIFAS 2 MINGGU PADA NY. N

KUNJUNGAN RUMAH

TANGGAL/JAM CATATAN BIDAN

30 Maret 2023 SUBYEKTIF


Ibu mengatakan kondisinya saat ini sudah membaik, ibu
14.30 WIB
mengatakan sudah bisa merawata bayinya dan sudah bisa
menyesuaikan pola istirahatnya.
Status kesehatan
1. Ibu BAK 4-5x/hari, warna kuning jernih
2. Ibu BAB 1x/hari, tidak ada masalah, konsistensi lunak
3. Ibu tidur siang ±2 jam, malam ±6 jam
4. Ibu mandi 1x/hari, gosok gigi 2x/hari, keramas 2-
3x/minggu.
5. Ibu melakukan pekerjaan rumah ringan dan di bantu oleh
suami.
Asupan nutrisi ibu
1. Makan: 3-4 kali/hari
Jenis makan: nasi, sayur, tahu, daging
Tidak ada makanan pantangan
2. Minum: 7-8 gelas/hari
Jenis minum: air mineral
Proses menyusui
Ibu mengatakan menyusui bayinya ± setiap 2 jam dan
membangunkan bayinya untuk menyusu setiap 2 jam.
Bayi menyusu kuat.

OBYEKTIF
1. KU: Baik
Kesadaran: Compos mentis
TTV: TD: 110/70 mmHg, N: 81x/menit
R: 20x/menit, S: 36,6 ºC
2. Kepala
Mata: konjungtiva merah muda, Skelra Putih
Mulut: bibir tidak pucat
3. Payudara
Bersih, pengeluaran ASI banyak, tidak ada rasa nyeri,
tidak ada benjolan.
4. Pemeriksaan Abdomen
TFU/involusi: sudah tidak teraba
Massa: tidak ada
Kandung kemih: tidak penuh
5. Genitalia
115

Haematoma: tidak ada


Pengeluaran: lochea alba, konsistensi sedikit encer
seperti lendir, tidak ada tanda infeksi
Perineum: luka sudah kering, tidak ada tanda infeksi.
6. Ekstremitas
Tidak ada kemerahan dan homman sign negative pada
kedua kaki.

ANALISA
1. Diagnosa: P2A0 Postpartum 2 minggu
2. Masalah: tidak ada

PENATALAKSANAAN
Pukul: 14.40 WIB
1. Memberitahukan kepada ibu hasil pemeriksaan yang
didapat bahwa secara keseluruhan ibu dalam keadaan
baik. Ibu mengerti dan merasa senang karena keadaan
sudah membaik.
2. Memberikan KIE tentang penggunaan alat kontrasepsi,
manfaat dan efek sampingnya. Ibu mengerti
3. Memotivasi ibu untuk memberikan ASI eksklusif sampai
usia 6 bulan dan memotivasi untuk selalu merawat bayinya.
Ibu mengerti
4. Memberitahukan ibu akan dilakukan kembali pemeriksaan
pada 6 minggu setelah persalinan atau segera ke fasilitas
kesehatan jika mengalami keluhan. Ibu bersedia
melakukan kunjungan ulang.
116

ASUHAN KEBIDANAN NIFAS 6 MINGGU PADA NY. N


DI PUSKESMAS PACET KABUPATEN BANDUNG
TANGGAL/JAM CATATAN BIDAN

28 April 2023 SUBYEKTIF


1. Ibu mengatakan kondisinya sudah baik dan tidak ada
Pukul: 08.30
keluhan yang dirasakan.
WIB
2. Ibu mengatakan senang dan sudah terbiasa merawata
bayinya.
3. Ibu mengatakan bahwa perdarahannya sudah tidak ada.
4. Ibu berencana akan menggunakan KB implan

OBYEKTIF
Pemeriksaan Fisik
1. KU: Baik
Kesadaran: Compos mentis
TTV: TD: 120/70 mmHg, N: 80x/m, R: 20x/m, S: 36,5ºC
BB: 59 kg
2. Kepala
Muka: tidak ada oedema
Mata: konjungtiva: Merah muda, Sklera: Putih
Mulut: bersih, bibir tidak pucat
3. Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada
pembengkakan kelenjar getah bening.
4. Dada dan Payudara
a. Dada
Jantung: bunyi regular
Paru-paru: bunyi vasikuler
b. Payudara: bersih, putting susu menonjol, tidak ada
benjolan dan rasa nyeri, ada pengeluaran ASI
5. Pemeriksaan abdomen
TFU/involusi: sudah tidak teraba
Massa: tidak ada
Kandung kemih: tidak penuh
6. Genitalia
Edema: tidak ada
Pengeluaran: sudah tidak ada pengeluaran lochea
Perineum: luka perineum sudah sembuh, tidak ada tanda
infeksi.
7. Anus
Tidak ada haemorroid
8. Ekstremitas
Atas: bersih, tidak ada edema
117

Bawah: bersih, tidak ada edema, tidak ada varices, tidak


ada rasa nyeri dan kemerahan pada betis, reflek patella
positif pada kedua kaki.

ANALISA
Diagnosa: P2A0 Postpartum 6 minggu
Masalah: tidak ada

PENATALAKSANAAN
Pukul: 08.40 WIB
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa secara
keseluruhan ibu dalam keadaan baik. Ibu mengerti
2. Memastikan kepada ibu bahwa selama masa nifas ibu tidak
ada penyulit yang dialami oleh ibu maupun bayinya. Ibu
mengatakan tidak ada penyulit yang dialaminya.
3. Menanyakan kembali tentang alat kontrasepsi yang akan
digunakan ibu. Ibu berencana menggunakan alat
kontrasepsi implant.
4. Menganjurkan ibu untuk kunjungan ulang apabila ibu
mengalami keluhan.
118

3.10 Periode Bayi Baru Lahir

ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR PADA BY NY. N DI PUSKESMAS

PACET KABUPATEN BANDUNG

Tanggal :17 Maret 2023

Waktu : 08.45 WIB

I. DATA SUBYEKTIF

A. Identitas/ Biodata

Nama bayi : bayi Ny.N

Umur bayi : 6 jam

Jenis kelamin : Laki-laki

Hari/tgl/jam lahir: Jumat, 17 Maret 2023/ Pukul 01.43 WIB

Panjang badan: 49 cm

Berat badan: 3.100 gram

B. Status kesehatan

1. Tanggal pengkajian: 17 Maret 2023 Pukul: 08.45 WIB

2. Riwayat neonatal : Bayi lahir dalam keadaan normal tidak ada

kalianan. Bayi sudah diberikan salep mata tetrasiklin 0,1%,

vitamin K 0,5 ml secara IM di paha kiri antero lateral, dan

vaksin HB0 secara IM di paha kanan antero lateral.

II. DATA OBYEKTIF

A. Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan umum : Baik, menangis kuat

TTV : R: 54x/menit S: 36,7ºC

2. Kepala
119

a. Ubun-ubun : datar, tidak ada cekungan dan tidak ada

pembengkakan

b. Sutura/molase : tidak ada

c. Caput succedaneum/ Chepal haematom: tidak ada

d. Ukuran lingkar kepala: 33 cm

3. Mata

Tanda-tanda infeksi/Perdarahan pada kornea: Tidak ada

Bentuk : Simetris

Konjungtiva : Merah muda

Sklera : Putih

Reflex pupil : Positif

Reflek labirin/mengedip : Positif

Reflek Glabela : Positif

4. Telinga

Bentuk : Simetris

Jarak antara kantus mata: sejajar kiri dan kanan

5. Hidung

Bentuk : Simetris, normal

Keadaan : Bersih

Pengeluaran secret : Tidak ada

Pernapasan cuping hidung : Tidak ada

6. Mulut

Bibir dan langit-langit : Normal, bibir tidak pucat dan tidak ada

kelainan, tidak ada labioschizes,

palatoschizes dan labiopalatoschizes.


120

Reflex rooting : Positif

Reflex sucking : Positif (terlihat bayi dapat menyusu)

Reflex swallowing : Positif (terlihat bayi dapat menyusu)

7. Leher

Pembengkakan dan benjolan : Tidak ada

Reflex tonic neck : Belum ada

8. Dada

Bentuk : Simetris sejajar kanan dan kiri

Putting susu : sudah terbentuk

Frekuensi nafas : 54x/menit, teratur, bunyi nafas vesikuer

Frekuensi jantung: 138x/menit teratur, bunyi jantung regular

Retraksi dinding dada: Tidak ada

Lingkar dada : 32 cm

9. Bahu, lengan dan jari

Gerakan : Aktif

Jumlah jari : lengkap 5/5 pada tangan kiri dan kanan

Reflex grasping : Positif pada tangan kiri dan kanan

10. System saraf

Reflex moro : Positif

11. Abdomen

Bentuk : simetris

Benjolan sekitar pusat saat menangis: Tidak ada

Perdarahan tali pusat: Tidak ada

Tanda-tanda infeksi: Tidak ada

12. Genitalia
121

Keadaan : Bersih

Terdapat dua testis pada skrotum

Letak meatus urinarius berada di sentral

Bayi sudah BAK 1 jam setelah lahir

Bayi sudah BAB 3 jam setelah lahir

13. Panggul

Pergerakan panggul dan kekuatan otot : Normal

14. Tungkai dan kaki

Bentuk : Simetris

Pergerakan : Aktif

Jumlah jari : lengkap 5/5 pada kaki kanan dan kiri

Garis pada telapak kaki: terlihat jelas

Reflex Babinski: Positif

Reflex tonik labirin: Positif

Reflex plantar : Positif

15. Punggung dan anus

Punggung : Normal

Anus : Berlubang

16. Kulit

Verniks : Ada pada lipatan paha dan ketiak

Lanugo : Ada di lengan, bahu, dan wajah

Tanda lahir : Tidak ada

Warna kulit : kemerahan


122

III. ANALISA

1. Diagnosa: Neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan usia 6

jam

2. Masalah: Tidak ada

IV. PENATALAKSANAAN

Pukul : 09.00 WIB

1. Memberitahukan hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga bahwa

kondisi bayi dalam keadaan baik, bayi sudah diberikan salep

mata, vit K pada usia 1 jam, dan sudah diberikan HB0 pada usia

2 jam. Ibu mengetahui dan mengerti.

2. Memberitahu ibu agar tetap menjaga kehangatan bayinya, ibu

bisa melakukan metode kanguru untuk menjaga kehangatan bayi

juga meningkatkan bounding antara ibu dan bayi, metode ini bisa

dilakukan oleh suami atau keluarga lainnya. Ibu mengerti dan

sudah melihat cara melakukan metode kanguru.

3. Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya sesering mungkin

minimal 2 jam sekali. Ibu mengerti dan akan melakukan anjuran

4. Memberikan KIE kepada ibu tentang cara perawatan tali pusat

yaitu dibersihkan dengan air dan sabun lalu dikeringkan, sering

mengganti kasa setiap hari atau jika terkena kotoran segera di

ganti agar tali pusat tetap kering dan bersih, serta tidak dianjurkan

untuk mebubuhkan obat apapun pada tali pusat. Ibu mengerti

5. Memberitahu kepada ibu tentang tanda-tanda bahaya pada bayi

baru lahir yaitu seperti tidak mau menyusu, kejang, pergerakan

kurang aktif, nafas cepat (>60x/menit), nafas lambat (<40x/menit).


123

Tarikan dinding dada ke dalam yang kuat, merintih, demam (suhu

aksila >37,5ºC), teraba dingin (suhu aksila <36,5 ºC), keluar cairan

nanah dari mata, area pusar kemerahan meluas hingga dinding

perut, diare dan tampak kuning pada telapak kaki dan tangan, dan

menganjurkan ibu untuk segera ke fasilitas kesehatan bila ada

tanda-tanda yang muncul pada bayi. Ibu mengerti

6. Memberitahu ibu untuu selalu menjemur bayi pada pagi hari di

bawah jam 10.00 WIB, bayi di jemur tidak menggunakan pakaian

hanya menggunakan popok dan penutup mata selama 15-30

menit. Ibu mengerti dan akan melakukannya

7. Menjadwalkan kunjungan ulang 6 hari kemudian yaitu pada

tanggal 23 Maret 2023 dan memberitahu ibu segera datang ke

fasilitas kesehatan jika ada keluhan terhadap bayinya. Ibu

mengerti
124

ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR PADA BY.NY. N

KUNJUNGAN RUMAH

TANGGAL CATATAN BIDAN

23 Maret 2023 SUBYEKTIF


1. Ibu mengatakan bahwa tali pusat bayi sudah puput pada hari
15.20 WIB
ke 5
2. Ibu mengatakan bayi sudah bisa menyusu dengan baik dan
ASI yang keluar sudah banyak.
3. Riwayat eliminasi
a. Ibu mengatakan bayi BAK ±10x/hari
b. Ibu mengatakan bayi BAB 4-5x/hari dengan warna
kecoklatan dan kental.
4. Data sosial
a. Pengetahuan tentang imunisasi: ibu mengatakan sudah
mengetahui tentang imunisasi dasar yang wajib
diberikan pada bayinya dan sudah melihat pada buku
KIA.
b. Pengetahuan tentang tanda bahya pada bayi baru lahir:
ibu mengatakan sudah mengetahui tanda bahaya pada
bayi baru lahir.
c. Pengetahuan tentang perawatan bayi sehari hari: ibu
mengatakan sudah menegtahui tentang perawatan bayi
sehari-hari.

OBYEKTIF
1. Keadaan umum: Baik
2. Berat badan: 3.000 gram
3. Panjang badan: 49 cm
4. Bunyi jantung: 130x/menit teratur
5. Respirasi: 52x/menit
6. Suhu: 36,6ºC
7. Mata
Tidak ada tanda-tanda infeksi pada mata, tidak ada
perdarahan pada mata.
8. Tali pusat sudah puput pada hari ke 5 dan tidak ada tanda
infeksi.
9. Warna kulit kemerahan
10. Gerakan aktif
11. Tangisan kuat
12. Eliminasi: BAB 4-5x/hari, BAK ±10x/hari.
125

ANALISA
1. Diagnosa: Neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan
usia 6 hari
2. Masalah: tidak ada masalah

PENATALAKSANAAN
Pukul: 15.30 WIB
1. Memberitahu ibu mengenai hasil pemeriksaan bahwa bayi
dalam keadaan baik. Bayi mengalami penurunan BB 100
gram namun masih dalam batas normal. Ibu mengetahui hasil
pemeriksaan
2. Mengingatkan kembali ibu untuk selalu menjaga kehangatan
bayinya dan menganjurkan ibu untuk menjemur bayinya
selama ±15 menit di pagi hari dibawah jam 09.00 WIB dengan
melepas semua pakaian bayi kecuali popok dan menutup
mata bayi. Ibu mengatakan selalu menjemur bayinya di pagi
hari
3. Memberitahu dan memberikan dukungan kepada ibu untuk
memberikan ASI minimal setiap 2 jam dan dukungan ASI
eksklusif sampai usia 6 bulan. Ibu mengerti
4. Mengingatkan kembali ibu tentang tanda bahaya pada bayi
seperti sesak, merintih, tidak mau menyusu, bayi rewel,
demam, pergerakan kurang aktif, kejang, kulit berwarna
kuning, perdarahan pada pusar. Ibu harus segera datang ke
fasilitas kesehatan jika muncul salah satu tanda bahaya
tersebut. Ibu mengerti.
5. Memberitahu ibu jadwal kunjungan ulang pada tanggal 18
Maret 2023 untuk jadwal pemberian imunisasi BCG dan polio
1 atau bila dirasa ada keluhan segera datang ke puskesmas.
Ibu mengerti
126

ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR PADA BY.NY. N DI PUSKESMAS

PACET KABUPATEN BANDUNG

TANGGAL CATATAN BIDAN


18 April 2023 SUBBYEKTIF
1. Ibu mengatakan bayinya dapat menyusu dengan baik, banyak
09.45 WIB dan sering serta bayinya dapat tertidur dengan lelap.
2. Riwayat eliminasi
a. Ibu mengatakan bahwa bayinya BAK ±10x/hari
b. Ibu mengatakan bahwa bayinya BAB ±4-5x/hari
OBYEKTIF
1. Keadaan umum: Baik
2. Warna kulit: Kemerahan
3. Tangisan: Kuat
4. Berat badan: 3.800 gram
5. Panjang badan: 52 cm
6. LK/LD: 34 cm/33 cm
7. Suhu: 36,8ºC
8. Respirasi: 48x/menit
9. Frekuensi jantung: 126x/menit / regular
10. Genitalia: keadaan bersih
ANALISA
1. Diagnosa: Neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan usia
4 minggu
2. Masalah: tidak ada masalah
PENATALAKSANAAN
Pukul: 10.00 WIB
1. Memberitahukan ibu hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa
secara keseluruhan bayinya dalam keadaan baik. Ibu mengerti
2. Memberitahu kepada ibu bahwa bayi akan diberikan imunisasi
BCG dan polio 1. Ibu mengerti
3. Memberitahu dan menjelaskan prosedur tindakan kepada ibu
bahwa bayi akan diberikan imunisasi BCG dan polio 1 serta
meminta persetujuan ibu untuk dilakukan tindakan. Ibu
mengerti dan menyetujui untuk diberikan imunisasi pada
bayinya.
4. Melakukan penyuntikan BCG 0,05 ml secara intracutan (di
bawah kulit) dan memberikan polio 1 secara oral. Sudah
dilakukan
5. Memberitahu ibu bahwa penyuntikan imunisasi ini tidak
menimbulkan efek samping demam namun akan muncul
benjolan pada bekas suntikan dan memberitahu ibu untuk tidak
panik karena merupakan hal yang normal. Ibu mnegerti
127

6. Menganjurkan kepada ibu untuk selalu mengikuti kegiatan


posyandu setiap bulan untuk memantau tumbuh kembang
bayinya. Ibu mengerti
7. Mengingatkan kembali ibu untuk tetap memberikan ASI
eksklusif dan selalu menyusui bayinya minimal setiap 2 jam. Ibu
mengerti
8. Mengingatkan kembali kepada ibu tentang tanda-tanda bahaya
bayi baru lahir dan menganjurkan kepada ibu untuk segera ke
fasilitas kesehatan jika terdapat tanda bahaya tersebut. Ibu
mengerti
9. Memberitahu ibu jadwal imunisasi berikutnya untuk pemberian
imunisasi DPT-HB-HIB dan polio 2 atau jika ada keluhan ibu
harus segera memeriksakan bayinya. Ibu mengerti dan
bersedia melakukan kunjungan ulang.
128

3.11 Periode Keluarga Berencana

ASUHAN KEBIDANAN KELUARGA BERENCANA PADA NY. N P2A0

DI PUSKESMAS PACET KABUPATEN BANDUNG

Tanggal : 28 April 2023

Waktu Pengkajian : 08.30 WIB

I. DATA SUBYEKTIF

1. Alasan kunjungan ini

Ibu ingin menggunakan KB implant dan telah sepakat dengan sumi.

Ibu masih menyusui ASI eksklusif, tujuan ibu menggunakan KB

untuk menjarangkan kehamilan.

2. Keluhan-Keluhan

Ibu tidak merasakan Lelah, mual muntah yang lama, nyeri perut

terus menerus, penglihatan kabur, rasa mnyeri/panas waktu BAK,

rasa gatal pada vulva vagina dan sekitarnya, pengeluaran cairan

pervaginam, nyeri, kemerahan, tegang pada tungkai, edema,

anemia, infeksi system genital, PMS atau infeksi panggul, kanker

serviks, dan perdarahan saat berhubungan.

II. DATA OBYEKTIF

A. Pemeriksaan fisik

1. Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Compos mentis

TTV : TD: 126/76 mmHg, N: 80x/m, R: 20x/m, S: 36,5ºC

BB: 59 kg

2. Kepala

Mata : Sklera putih Konjungtiva merah muda


129

Mulut: bibir tidak pucat

3. Dada dan Payudara

Dada

Paru-paru : bunyi paru vasikuler

Jantung : bunyi jantung regular

Payudara

Pengeluaran: ASI

Rasa nyeri dan benjolan : Tidak ada

4. Abdomen

Hepar : tidak ada pembesaran

Massa : Tidak ada

Rasa nyeri : tidak ada

Kandung kemih: Tidak penuh

III. ANALISA

1. Diagnosa: P2A0 akseptor KB implant

2. Masalah: Tidak ada masalah

IV. PENATALAKSANAAN

Pukul: 08.45 WIB

1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa secara keseluruhan ibu

dalam keadaan baik. Ibu mengerti

2. Menanyakan dan meyakinkan kembali tentang alat kontrasepsi yang

akan ibu gunakan. Ibu yakin memilih KB implant

3. Melakukan kriteria kelayakan medis (KLOP KB). Ibu dapat

menggunakan KB implant.
130

4. Mengingatkan kembali ibu tentang efek samping KB implant seperti

gangguan haid, peningkatan berat badan. Ibu mengerti

5. Melakukan persiapan diri, alat, pasien, dan lingkungan. Sudah

dilakukan

6. Membuat pola pemasangan implant pada lengan atas dengan

mengukur 8 cm dari fossa antecubiti. Sudah dilakukan

7. Menyuntikkan anastesi dengan posisi 15 derajat secara IC pada

daerah pemasangan. Sudah dilakukan

8. Membuat insisi ±2 mm dengan bisturi. Sudah dilakukan

9. Memasukkan trocar dengan posisi 45 derajat pada awal penusukan

di luka insisi sesuai pola. Sudah dilakukan

10. Melakukan perabaaan kapsul yang telah terpasang untuk

memastikan kapsul berhasil terpasang. Sudah dilakukan

11. Menekkan tempat insisi dan membalut luka dengan kassa. Sudah

dilakukan

12. Memberitahu ibu untuk menjaga daerak luka agar tetap kering dan

berish selama 2 hari untuk mencegah terjadinya infeksi.

13. Mencatat di kartu KB dan memberitahu ibu jadwal kunjungan ulang 1

minggu kemudian yaitu pada tanggal 5 Mei 2023 atau jika ada

keluhan segera datang ke fasilitas kesehatan. Ibu mengerti dan

bersedia melakukan kunjungan ulang KB sesuai jadwal


BAB IV

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil identifikasi dari studi kasus yang telah dilakukan kepada

Ny. N sejak masa kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir dan Keluarga

berencana tidak ditemukan komplikasi. Namun dalam asuhan kebidanan

berkelanjutan ini penerapan asuhannya belum optimal, penulis hanya berfokus

terhadap keluhan dan asuhan sesuai kebutuhan klien saat itu saja sehingga tidak

memperhatikan kebutuhan di periode selanjutnya seperti pemberian asuhan teknik

relaksasi untuk mengelola rasa nyeri persalinan dimana seharusnya asuhan

tersebut dilakukan pada saat kehamilan trimester III sebagai salah satu persiapan

persalinan.

4.1 Identifikasi masalah

1. Periode Kehamilan

Selama penulis melakukan asuhan kebidanan pada Ny. N yang dimulai

pada tanggal 20 Februari 2023 yaitu pemeriksaan kehamilan trimester III

dengan usia kehamilan 36 minggu dapat diidentifikasi masalah sebagai

berikut:

a. ANC ke 1

Identifiksi masalah:

1) Sakit punggung dirasakan namun tidak mengganggu pola aktivitas

2) Pemeriksaan USG hanya dilakukan sekali pada saat trimester 3

3) Tidak mengetahui tentang persiapan komplikasi persalinan

4) Tidak mengetahui cara perawatan payudara yang benar

b. ANC ke 2: tidak ada masalah

131
132

2. Periode Persalinan

Ny. N G2P1A0, inpartu 39 minggu kala 1 fase laten janin tunggal hidup

intrauterine presentasi kepala

a. Kala I: Tidak mengetahui teknik relaksasi

b. Kala II: tidak ada masalah

c. Kala III: tidak ada masalah

d. Kala IV: tidak ada masalah

3. Periode Nifas

Asuhan masa nifas dimulai pada tanggal 17 Maret 2023-28 April 2023

dengan 4 kali kunjungan yaitu pada 6 jam nifas, 6 hari nifas, 2 minggu

nifas, dan 6 minggu nifas.

a. KF1: tidak ada masalah

b. KF 2: Kelelahan karena kurang istirahat

c. KF 3: tidak ada masalah

d. KF 4: tidak ada masalah

4. Periode Bayi Baru Lahir

Kunjungan bayi baru lahir dimulai pada tanggal 17 februari 2023,

kunjungan bayi baru lahir sesuai standar dilakukan minimal 3 kali yaitu

pada 6-48 jam, 3-7 hari, dan 8-28 hari.

a. KN 1: tidak ada masalah

b. KN 2: penurunan berat badan bayi

c. KN 3: tidak ada masalah


133

5. Periode Keluarga Berencana

Periode Keluarga berencana dilakukan pada tanggal 28 April 2023, dan

tidak ditemukan masalah pada saat pemasangan alat kontrasepsi pada

Ny. N.

4.2 Pembahasan

1. Periode kehamilan

Selama kehamilan Ny. N sudah melakukan pemeriksaan kehamilan

sebanyak 8 kali yaitu 2 kali pada trimester I, 2 kali pada trimester II, dan 4

kali pada trimester III serta 2 kali melakukan kolaborasi dengan dokter

umum yang bertugas di puskesmas Pacet pada trimester 2 dan 3.

Kolaborasi dengan dokter disini merupakan salah satu pendekatan COC

yang termasuk pada collaborative care dimana melakukan identifikasi dini

faktor risiko pada klien dengan tenaga kesehatan yang lain. Ny. N hanya

melakukan pemeriksaan USG oleh dokter pada trimester 3 saja dimana

hal ini tidak sesuai dengan rekomendasi kementerian kesehatan. Menurut

(Kementrian Kesehatan RI, 2020) kunjungan minimal 6 kali yaitu pada

trimester pertama minimal 2 kali, Pada trimester kedua minimal 1 kali,

Pada trimester ketiga minimal 3 kali serta melakukan kolaborasi dengan

dokter minimal 2 kali yaitu 1 kali pada trimester 1 (<12 minggu) dan 1 kali

pada trimester III (32-36 minggu). Pemeriksaan yang diberikan mencakup

pelayanan dengan standar 10 T yaitu, timbang berat badan dan tinggi

badan untuk menentukan status gizi ibu sebelum hamil, mengukur tekanan

darah untuk mendeteksi terjadinya PEB yang salah satu tandanya yaitu

dengan kenaikan tekanan darah, menilai risiko KEK (LILA) ibu tidak KEK,

mengukur TFU dimana TFU ibu sesuai dengan usia kehamilan,


134

menentukan presentasi janin dan denyut jantung janin dari hasil

pemeriksaan dalam batas normal dan presentasi janin kepala, pemberian

tablet Fe untuk mencegah terjadinya anemia dan hasil pemeriksaan HB

pada kunjungan pertama 11,3 gr%, dari hasil wawancara ibu selalu

mengonsumsi tablet Fe yang diberikan, skrining imunisasi TD dimana ibu

baru menyelesaikan imunisasi TD yang ke 2 pada tanggal 17-01-2023,

pemeriksaan lab seperti tripel eliminasi, HB, dan urin dimana pemeriksaan

ini dilakukan oleh tenaga laboratorium medis dan termasuk ke dalam

pendekatan COC yaitu collaborative care, tatalaksana kasus sesuai

temuan kasus, dan temu wicara. Pada saat temu wicara selain

memberitahu hasil pemeriksaan dan konseling sesuai kebutuhan perlu

diberikan asuhan untuk menghadapi proses persiapan persalinan seperti

teknik relaksasi. Teknik relaksasi merupakan suatu tindakan yang dapat

mengurangi rasa nyeri saat munculnya kontraksi persalinan. Pentingnya

pemberian teknik relaksasi pada masa kehamilan adalah untuk

mempersiapkan proses persalinan dimana teknik relaksasi dapat

mempengaruhi prikologis ibu seperti dapat mencegah stress dan cemas

dalam menghadapi proses persalinan. klien yang diajarkan teknik

relaksasi tentunya lebih siap dalam mengahadapi persalinan karena dapat

dapat mengendalikan rasa nyeri yang dialaminya.

Keterbatasan dalam asuhan kehamilan ini adalah penulis tidak

memberikan asuhan mengenai teknik relaksasi dikarenakan penulis

terfokus pada pemberian asuhan sesuai kebutuhan dan keluhan klien,

sehingga tidak menerapkan salah satu pendekatan asuhan continuity of

care yaitu holistic care. Maka dari itu penulis harus lebih optimal dalam
135

asuhan persalinan agar klien dapat menerapkan teknik relaksasi dan

dapat mengelola rasa sakitnya.

a. Sakit pinggang dirasakan namun tidak mengganggu pola aktivitas

Pada kunjungan pertama didapatkan Ny. N mengalami keluhan

sakit pinggang beberapa minggu terakhir namun tidak mengganggu

pola aktivitasnya. Asuhan yang diberikan yaitu menyarankan ibu untuk

memperbaiki body mekaniknya, postur tubuh pada saat melakukan

aktivitas seperti mengganjal pinggang dengan bantal pada saat duduk,

jongkok pada saat mengambil barang dari bawah, dan posisi saat tidur

dan bangun serta mengajarkan senam hamil.

Seiring bertambahnya usia kehamilan dan perkembangan janin

maka uterus semakin membesar, pembesaran ini akan menyebabkan

otot-otot, ligament dan punggung meregang sehingga beban tulang

punggung kearah depan akan bertambah dan menyebabkan lordosis

fisiologis. Adaptasi muskuloskeletal yang mencakup peningkatan berat

badan, bergesernya pusat berat tubuh akibat pembesaran rahim,

relaksasi dan mobilitas. Semakin besar kemungkinan instabilitas sendi

sakroiliaka dan peningkatan lordosis lumbal, yang menyebabkan rasa

sakit (Purnamasari, 2019).

Nyeri punggung bisa dihindari dan diatasi dengan menghindari

aktivitas berat, memperbaiki postur dan posisi tubuh, dan melakukan

latihan-latihan ringan seperti senam hamil dan yoga (Irianti, 2015)

Menuru penelitian (Wirda & Ernawati, 2020) menyatakan

bahwa senam hamil berpengaruh terhadap nyeri pinggang dan dapat

menambah elastisitas otot dan ligament serta dapat melatih


136

pernafasan ibu hamil. Penulis melakukan asuhan kepada ibu tentang

senam hamil dan menyarankan untuk dilakukan di rumah, dalam hal

ini tidak ada kesenjangan antara teori dan praktik.

b. Pemeriksaan USG hanya dilakukan pada trimester III

Salah satu fasilitas penunjang krining untuk mendukung upaya

pelayanan kesehatan ibu hamil adalah ultrasonografi yang sering

dikenal sebagau USG. Sesuai dengan buku KIA revisi 2020 bahwa

pemeriksaan USG dilakukan 2x selama kehamilan yaitu 1x pada

trimester I dan 1 kali pada trimester III, sedangkan pada kasus Ny. N

hanya melakukan USG 1x pada trimester III.

USG adalah suatu teknologi yang dapat menggambarkan

dalam tubuh seseorang sehinga jika ada komplikasi yang teridentifikasi

dapat segera dilakukan penanganan. USG pada trimester I dilakukan

untuk memastikan tidak terjadinya kehamilan yang abnormal seperti

kehamilan diluar rahim, molahidatidosa, dan abortus komplit maupun

inkomplit. Sedangkan pemeriksaan USG trimester III dilakukan untuk

menilai kesejahteraan janin seperti menilai anatomi janin, kecukupan

air ketuban, detak jantung janin, posisi janin, dan plasenta.

Menurut hasil penelitian Safitri et al., (2019) diperoleh hasil

bahwa ada hubungan antara frekuensi USG terhadap metode

persalinan dikarenakan frekuensi USG selama hamil dapat

mempengaruhi persalinan yang akan dilakukan, dengan hasil USG

yang ada seseorang dan juga tenaga kesehatan mampu memberikan

anjuran persalinan apa yang tepat bagi para responden, ketika hasil

USG semua nya baik maka seseorang itu dapat bersalin secra normal.
137

Penelitian lain oleh Suryaningsih et al., (2022) menyatakan bahwa

terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dengan frekuensi

pemeriksaan USG, semakin banyak ibu hamil dengan pengetahuan

yang rendah maka semankin banyak ibu hamil yang tidak

memanfaatkan fasilitas penunjang USG.

c. Tidak mengetahui tentang persiapan komplikasi persalinan

P4K merupakan suatu program ketika terjadi komplikasi atau

kegawatdaruratan. Pada kunjungan ini, Ny. N datang untuk kunjungan

yang ke-7 dan belum mengetahui mengenai P4K. Hal ini tidak sesuai

antara teori dan praktik dimana seharusnya P4K dipersiapkan sejak

usia kehamilan muda karena komplikasi tidak hanya terjadi pada

trimester III namun pada awal kehamilan juga tetap memiliki risiko.

Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi

(P4K), merupakan suatu kegiatan yang difasilitasi oleh bidan di desa

dalam rangka peningkatan peran aktif suami, keluarga dan masyarakat

dalam merencanakan persalinan yang aman dan persiapan

menghadapi komplikasi bagi ibu hamil; termasuk perencanaan

penggunaan KB pasca persalinan dengan menggunakan stiker

sebagai media notifikasi sasaran dalam rangka meningkatkan cakupan

dan mutu pelayanan kesehatan bagi ibu dan bayi baru lahir (Sudartini,

2020).

Menurut Muh. Said Mukharrim, (2021) ibu hamil perlu

mempersiapkan P4K untuk merencanakan persalinan yang aman dan

persiapan komplikasi dan tanda bahaya kebidanan sehingga dapat

melahirkan bayi yang sehat. Hal ini sejalan dengan penelitian


138

(Himalaya & Maryani, 2020) menyatakan bahwa terdapat hubungan

antara pelaksanaan P4K dengan kesiapan ibu hamil dalam

mengahadapi persalinan, kesimpulan dari penelitian tersebut yaitu

P4K untuk merencanakan kehamilan yang aman sampai proses

persalinan dan nifas merupakan salah satu faktor yang mampu

mengoptimalkan upaya penurunan kejadian komplikasi dan kematian

ibu dan bayi. Penelitian lain oleh Kade Santhi Wia et al., (2022)

menyatakan bahwa merencanakan tempat persalinan yang sesuai

dengan keinginan dan kemampuan pasutri perlu dilakukan sedini

mungkin sehingga dapat diketahui sebelumnya informasi mengenai

biaya, fasilitas yang tersedia, dan penolong persalinan.

Asuhan yang diberikan penulis memberikan konseling

perencanaan persalinan (bersalin oleh nakes, pendamping saat

persalinan dan penanggung jawab, menyiapkan transportasi,

menyiapkan biaya dan menyiapkan donor darah) hal ini sesuai dengan

teori (Kementrian Kesehatan RI, 2012). Sehingga dalam hal ini tidak

ada kesenjangan antara teori dan praktik.

d. Tidak mengetahui cara perawatan payudara yang benar

Pada kunjungan ini, ibu mengatakan melakukan perawatan

payudara hanya pada saat mandi dan menggunakan sabun. Asuhan

yang diberikan yaitu mengajarkan ibu tentang perawatan payudara

yang benar dengan menggunakan VCO agar kotoran mudah terangkat

dan VCO dapat membantu merangsang produksi ASI.

Perawatan payudara merupakan suatu tindakan untuk

merawat payudara baik pada masa kehamilan, maupun setelah


139

persalinan untuk persiapan IMD dan meningkatkan pengeluaran ASI.

Menurut (Devriany et al., 2022) Perawatan payudara dilakukan dengan

menggunakan VCO untuk mengangkat kotoran dan bakteri yang

kemungkinan menyumbat saluran ASI serta VCO terbukti dapat

membantu produksi ASI dengan kekayaan komponen asam lemak

dalam VCO membuatnya mampu menjadi bahan dasar untuk produksi

asam lemak yang mirip dengan ASI. Penulis melakukan asuhan

dengan memberikan konseling dan memberitahu ibu tentang

perawatan payudara yang benar dengan menggunakan VCO

sehingga dalam hal ini tidak ada kesenjangan antara teori dan praktik.

e. Senam Hamil

Senam hamil adalah suatu bentuk latihan guna memperkuat dan

mempertahankan elastisitas otot-otot dinding perut, ligament-ligamen,

serta otot dasar panggul yang berhubungan dengan proses persalinan.

pada kunjungan ini penulis mengajarkan Ny. N untuk melakukan

beberapa Gerakan senam hamil yang salah satu manfaatnya untuk

mempersiapkan proses persalinan dan latihan ini dapat mengurangi

keluhan nyeri pungggung.

Menurut penelitian Eniyah et al., (2019) Wanita hamil yang

melakukan senam hamil akan mengalami persalinan lebih awal

dibandingkan wanita hamil yang tidak melakukan senam hamil karena

senam hamil yang dilakukan merupakan salah satu bentuk olahraga

guna membantu wanita hamil memperoleh power yang baik sehingga

memperlancar proses persalinannya. Penelitian lain oleh (Amin &

Novita, 2022) menyatakan senam hamil dapat mengurangi nyeri


140

punggung bawah karena dalam melakukan senam hamil otot-otot

dinding abdomen, ligamen, otot dasar panggul dan punggung bawah

dapat terlatih semakin elastis dan tidak mengalami kaku pada otot

serta memberikan efek relaksasi bagi ibu.

Penulis memberikan asuhan dengan mengajarkan beberapa

Gerakan senam hamil yang dapat membantu melatih otot-otot serta

ligament dasar panggul sesuai dengan teori (Gultom, 2019).

2. Periode Persalinan

Pada periode persalinan yang dimulai pada tanggal 16 Maret 2023

sampai dengan 17 Maret 2023 sejak kala I fase laten maupun fase aktif

hingga kala IV tidak ditemukan komplikasi. Ibu mengeluh mules sejak

pukul 18.00 WIB disertai dengan pengeluaran lender bercampur darah

namun belum ada pengeluaran air ketuban. Setelah dilakukan

pemeriksaan terfokus dengan hasil TTV dalam batas normal, pemeriksaan

abdomen tidak ada kelainan dan hasil pemeriksaan dalam didaptakan

vulva/vagina tidak ada kelainan, portio tebal lunak, pembukaan 3 cm,

ketuban belum pecah dan presentasi kepala.

a. Kala I

Kala I pada Ny. N terjadi pada tanggal 16 Maret 2023, ibu datang

pada pukul 19.30 WIB dengan hasil pemeriksaan ibu pembukaan 3

cm, pada pukul 23.30 WIB dilakukan pemeriksaan ulang dengan hasil

pembukaan 7 cm, pecah ketuban spontan pada pukul 01.25 WIB dan

dilakukan pemeriksaan dengan hasil pembukaan lengkap pada pukul

01.30 WIB. Menurut Yulizawati et al, (2019) lama waktu kala I pada

multi gravida adalah sekitar 8 jam dimana pembukaan pada


141

multigravida dapat diperkirakan 2 cm per jam. Keadaan tersebut

merupakan hal yang fisiologis sebagai tanda-tanda kemajuan

persalinan. Menurut Indrayani & E.U.Djami, (2016) tanda-tanda

persalinan adalah timbulnya kontraksi, terjadinya penipisan dan

pembukaan serviks, pengeluaran cairan ketuban atau lendir disertai

darah dari jalan lahir.

Asuhan yang diberikan pada Ny. N adalah dengan memantau

kemajuan persalinan menggunakan partograf, memantau keadaan ibu

dan janin, memberikan asuhan sayang ibu seperti mengajarkan ibu

teknik relaksasi, menganjurkan ibu untuk makan dan minum,

menganjurkan ibu untuk jalan-jalan disekitar tempat persalinan, dan

memberitahu keluarga untuk selalu menemani dan mendukung ibu

selama proses persalinan. Asuhan sayang ibu disini merupakan

asuhan yang dapat berpengaruh terhadap fisik, psikologis dan juga

social klien. Dengan menganjurkan ibu untuk makan dan minum,

berjalan jalan merupakan hal yang dapat mempengaruhi fisik ibu dan

mengajarkan teknik relaksasi juga selain kebutuhan fisik juga dapat

mempengaruhi psikologis klien. Klien yang diberikan teknik relaksasi

tentunya akan lebih merasa nyaman dan rileks, klien lebih mampu

mengendalikan rasa sakitnya serta merasa aman karena teknik

relaksasi ini dilakukan dengan bantuan suami dan keluarga klien yang

merupakan orang terdekatnya. Asuhan-asuhan tersebut termasuk ke

dalam pendekatan COC yaitu holistic care dan partnership care

dimana dalam melakukan asuhan tidak hanya kebutuhan fisik namun


142

psikologis dan social klien juga diperhatikan dengan melibatkan

keluarga klien juga.

1) Teknik relaksasi

Teknik relaksasi merupakan suatu tindakan yang dapat

mengurangi rasa nyeri saat munculnya kontraksi persalinan.

asuhan yang diberikan yaitu dengan mengajarkan ibu teknik

relaksasi dengan mengatur nafas yaitu Tarik nafas melalui hidung

dan dikeluarkan melalui mulut, teknik ini dilakukan pada saat

muncul kontraksi. Penulis juga menerapkan salah satu prinsip COC

yaitu Partnership care dengan mengajarkan kepada keluarga klien

untuk membantu melakukan teknik relaksasi dengan pijat

endorphin untuk membantu merangsang system saraf pusat

memproduksi hormone endorphin.

Nyeri persalinan merupakan proses fisiologi yang terjadi

dimana dinding otot rahim secara alami berkontraksi untuk

membuka serviks sehingga kepala bayi terdorong ke arah panggul.

Nyeri persalinan merupakan suatu gabungan dari komponen

objektif yang merupakan aspek sensorik nyeri dan komponen

subjektif yang merupakan komponen emosional dan psikologis.

Nyeri persalinan muncul karena adanya kontraksi otot rahin,

regangan otot dasar panggul, episiotomy dan kondisi psikologis.

Dalam persalinan, nyeri yang timbul menyebabkan stress, dan rasa

khawatir berlebihan sehingga respirasi dan nadi pun akan

meningkat sehingga mengganggu pasokan kebutuhan janin dari

plasenta (Silah Naution et al., 2021).


143

Relaksasi pernafasan merupakan salah satu keterampilan

yang paling bermanfaat untuk mengatasi rasa nyeri persalinan

secara nonfarmakologis. Teknik ini dilakukan dengan cara menarik

nafas dalam pada saat ada kontraksi dengan menggunakan

pernafasan dada melalui hidung yang akan mengalirkan oksigen ke

darah, kemudian dialirkan keseluruh tubuh sehingga dapat

mengeluarkan hormone endorphin yang merupakan penghilang

rasa sakit yang alami didalam tubuh (Wijayanti, 2020). Menurut

hasil penelitian (Widianto, 2021) menyatakan bahwa teknik

relaksasi nafas dalam efektif dalam menurunkan intensitas nyeri

pada ibu bersalin kala 1. Penurunan oleh teknik relaksasi ini

menyebabkan terjadinya penurunan kadar hormon kortisol dan

adrenalin dalam tubuh yang mempengaruhi tingkat stress

seseorang sehingga dapat meningkatkan konsentrasi dan

membuat klien lebih nyaman. Hal ini sejalan dengan penelitian

Septiani, (2021) yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang

signifikan pada rasa nyeri sebelum dan sesudah diberikan teknik

relaksasi napas dalam, dikarenakan manfaat dari teknik relaksasi

napas dalam dapat memberikan rasa nyaman pada ibu.

Pijat endorphin merupakan sebuah terapi sentuhan atau pijatan

ringan yang diberikan pada wanita hamil menjelang persalinan. pijat

endorphin ini diaplikasikan ke kulit untuk relaksasi dan pengurangan

rasa nyei, oleh karena itu pijat endorphin dapat dilakukan pada ibu

bersalin melalui sentuhan pendamping persalinan sehingga

menimbulkan perasaan tenangdan rileks (Silah Naution et al.,


144

2021). Hasil penelitian Tambunan & Aprilianti, (2021) menyaakan

bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada nyeri persalinan

kala I tanpa pijat endorphin dengan pijat endorphin. Pijat endorphin

dapat meningkatkan relaksasi yang dapat memicu perasaan

nyaman melalui permukaan kulit sehingga dapat mengurangi rasa

nyeri pada persalinan kala I. Penelitian lain oleh Firdaus, (2020)

menyatakan bahwa ada perbedaan skala nyeri persalinan sebelum

dan sesudah diberikan pijat endorphin pada ibu bersalin.

b. Kala II

Kala II pada Ny. N berlangsung selama 13 menit. Menurut

Indrayani & E.U.Djami, (2016) lama kala II pada mulstigravida

berlangusng selama 30 menit sampai dengan 1 jam. Oleh karena itu

terdapat kesenjangan antara teori dan kasus. Menurut penelitian

Fatriyani Ishmah, (2020) lama persalinan kala II pada primigravida dan

multigravida yang melahirkan di Puskesmas Bambanglipuro, pada

primigravida rata-rata lama persalinan kala II 21,8 menit (0,35 jam),

sedangkan pada multigravida rata-rata lama persalinan kala II 11

menit (0,1 jam). Hal ini kemungkinan karena terdapat hal-hal yang

mempengaruhi ibu mengenai kesiapan ibu dalam menghadapi

persalinan, seperti latihan relaksasi, cara mengejan yang benar, posisi

persalinan, dukungan dari suami dan keluarga yang dapat memotivasi

ibu hingga ibu merasa percaya diri dan melancarkan proses

persalinan.

Asuhan yang diberikan pada kala II, yaitu asuhan sayang

ibu,mengenali tanda kala II persalinan, menyiapkan dan mengecek


145

kelengkapan alat persalinan, memastikan pembukaan lengkap serta

keadaan ibu dan bayi normal, serta melakukan pertolongan persalinan

sesuai dengan standar APN 60 langkah. Hal ini sesuai dengan teori

(JNPK-KR, 2014)

c. Kala III

Kala III pada Ny. N berlangsung 11 menit. Hal ini sesuai dengan

teori Indrayani & E.U.Djami, (2016) yang menyatakan bahwa biasanya

plasenta lepas dalam 6 sampai 15 menit setelah bayi lahir dan keluar

spontan atau dengan tekanan pada fundus uteri.

Asuhan yang dilakukan adalah melakukan menyuntikkan

oksitosin,melakukan PTT pada saat ada kontraksi dan melihat tanda

pelepasan plasenta. Plasenta lahir pukul 01.55 WIB dan melakukan

masase fundus uteri selama 15 detik.

d. Kala IV

Kala IV merupakan kala pemantauan yang dimulai sejak

plasenta lahir dan berakhir 2 jam setelah persalinan. observasi

dilakukan setiap 15 menit pada jam pertama dan 30 menit pada jam

ke 2. Pemeriksaan yang dilakukan adalah tekanan darah, nadi,

kontraksi uterus, tinggi fundus uteri, kandung kemih, perdarahan dan

suhu setiap 1 jam. Berdasarkan observasi kala IV perdarahan yang

dialami masih dalam batas normal atau tidak melebihi 500 ml,

kontraksi uterus keras dan TTV ibu dalam batas normal.

Pada kala IV ditemukan laserasi derajat 1 yaitu pada mukosa

vaginna, dan kulit perineum. Pada kasus Ny. N ini laserasi tidak

dilakukan penjahitan karena tidak terdapat perdarahan aktif. Sesuai


146

dengan teori Indrayani & E.U.Djami, (2016) yang menyatakan laserasi

perineum derajat 1 tidak perlu dilakukan penjahitan jika tidak ada

perdarahan dan aposisi luka baik.

Pemberian terapi obat Vit A 200.000 IU sebanyak 2 kapsul untuk

meningkatkan konsentrasi vitamin A dalam ASI sesuai teori Kemenkes

RI, (2020) salah satu pelayanan kesehatan ibu nifas adalah pemberian

kapsul Vit A 200.000 IU 1x1, tablet tambah darah 60 mg 1x1 untuk

mencegah atau menanggulangi anemia pada ibu nifas. Menurut

Rahayu, (2020) Salah satu upaya yang dilakukan untuk menurunkan

angka kematian ibu (AKI) adalah dengan meningkatkan kesehatan ibu

yang salah satunya dengan konsumsi tablet besi sampai masa nifas.

Pemberian antibiotic 500 mg 3x1 dan parasetamol 500 mg 3x1 yang

bertujuan untuk mencegah terjadinya infeksi dari luka perineum dan

paracetamol sebagai anti nyeri. Di puskesmas Pacet pemberian obat

ini diberikan pada setiap ibu nifas.

3. Periode Nifas

Pada masa nifas yang dimulai pada tanggal 17 Maret 2023-28 April

2023 Ny. N melakukan kunjungan ulang sebanyak 4 kali yaitu pada 6 jam

nifas, 6 hari nifas, 2 minggu nifas dan 6 minggu nifas. Selama dilakukan

asuhan masa nifas Ny. N tidak mengalami komplikasi yang

membahayakannya.

a. Kunjungan nifas 6 jam

Pada 6 jam masa nifas didapatkan hasil pemeriksaan ibu

merasa masih mules, TTV dalam batas normal, TFU 2 jari dibawah

pusat, kontraksi uterus keras, kandung kemih tidak penuh,


147

pengeluaran vagina lochea rubra. Mules yang dirasakn ibu merupakan

keadaan yang fisiologis karena otot rahim berkontraksi untuk kembali

seperti sebelum hamil sesuai dengan teori Puji Wahyuningsih, (2018)

involusi uterus adalah kembalinya uterus pada ukuran dan kondisi

yang normal setelah kelahiran bayi.

Asuhan yang diberikan kepada Ny. N yaitu pencegahan

terjadinya perdarahan dengan melakukan masase uterus, pemenuhan

nutrisi dan miksi, pola menyusui yang tentunya dapat membantu

terhadap involusi uterus.

2) Pengetahuan tanda bahaya nifas

Tanda bahaya masa nifas merupakan suatu tanda yang

abnormal yang mengindikasikan adanya bahaya/komplikasi yang

dapat terjadi selama masa nifas, apabila tidak dilaporkan atau

tidak terdeteksi bisa menyebabkan kematian ibu. Penulis

memberikan konseling kepada Ny. N tentang tanda-tanda bahaya

pada masa nifas seperti perdarahan pervaginam >500 cc, demam

tinggi, payudara sakit atau kemerahan, pengeluaran cairan vagina

yang berbau busuk, bengkak dan kemerahan pada tungkai, ibu

merasa sangat sedih atau tidak mampu merawat bayinya. Jika

salah satu tanda tersebut dialami ibu harus segara datang ke

petugas kesehatan.

Menurut penelitian Antari, (2018) Pengetahuan tanda

bahaya masa nifas berpengaruh terhadap keteraturan kunjungan

masa nifas. Jika seseorang yang belum pernah merasakan tanda

bahaya bagi dirinya maka ibu nifas berasumsi tidak perlu


148

melakukan kunjungan ulang, terbentuknya perilaku tersebut dapat

dipengaruhi oleh tingkap pengetahuan, sikap, keyakinan, dan atau

keterjangkauan fasilitas serta dorongan dari tenaga kesehatan

dan keluarga. Penelitian lain oleh Elis et al., (2019) menyatakan

bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan ibu dengan

terjadiya tanda bahaya masa nifas. Dengan adanya pengetahuan

ibu tentang tanda-tanda bahaya masa nifas dapat mencegah dan

mengurangi terjadi komplikasi pada masa nifas sehingga dapat

mengurangi angka kematian ibu pada masa nifas.

2) Pijat oksitosin

Pada asuhan Ny. N penulis mengajarkan kepada suami dan

keluarga klien tentang cara melakukan pijat oksitosin yang dapat

membantu merangsang pengeluaran ASI dan juga membantu

involusi uterus. Oksitosin adalah suatu hormon yang dalam

kondisi normal diproduksi oleh kelenjar hipofisis posterior, yang

dapat merangsang kontraksi uterus. Selain itu dalam

mensekresikan ASI dibutuhkan adanya rangsangan hormone

oksitosin untuk menghasilkan kontraksi myoepithel agar terjadi

reflex prolactin, produksi ASI dipengaruhi oleh adanya hormone

prolactin yang membuat ASI tersedia bagi bayi.

Menurut penelitian (Aisyah et al., 2018) menyatakan bahwa

ada pengaruh pijat oksitosin dengan proses involusi uterus pada

ibu postpartum. Pijat oksitosin dapat merangsang hormon

oksitosin yang menimbulkan kontraksi uterus sehingga mencegah

terjadinya perdarahan dan involusi uterus dapat berjalan dengan


149

baik. Adapun penelitian Tompunuh, (2019) yang menyatakna

bahwa terdapat pengaruh pijat oksitosin terhadap pengeluaran Air

Susu Ibu pada ibu Postpartum. Perlakuan yang diberikan kepada

para ibu nifas, pijat oksitosin ini membuat para ibu lebih rileks dan

nyaman.

3) Senam nifas

Penulis melakukan asuhan kepada Ny. N tentang senam

nifas untuk membantu pemulihan fisik setelah melahirkan. Latihan

ini dapat dimulai 24 jam setelah melahirkan secara bertahap.

Senam Nifas merupakan kegiatan gerakan tubuh di lakukan

sesegera mungkin setelah melahirkan untuk memungkinkan otot

kembali ke keadaan normal selama kehamilan dan persalinan.

Menurut pnelitian Mindarsih, (2020) menyatakan senam

nifas berpengaruh signifikan dalam proses pemulihan fisik ibu

postpartum, dimana ibu yang melakukan senam nifas maka

kemungkinan proses pemulihan diri pasca persalinan berjalan

dengan baik.

b. Kunjungan nifas 6 hari

Pada kunjungan nifas 6 hari ibu merasa sedikit kelelahan

karena sering terbangun di malam hari untuk menyusui bayinya, hasil

pemeriksaan TTV dalam batas normal, payudara tidak ada kelainan

dan pengeluaran ASI banyak, TFU pertengahan pusat dan simpisis,

pengeluaran darah masi ada tidak berbau busuk, loche sanguinolenta

hal ini sesuai dengan teori (Puji Wahyuningsih, 2018).

1) Kelelahan karena kurang istirahat


150

Ny. N mengalami kelelahan karena sering terbangun di malam

hari untuk menyusui bayinya. Penulis memberikan konseling tentang

pola istirahat dimana ibu harus istirahat tidur minimal 8 jam untuk tetap

menajag kesehatannya. Ibu bisa bergantian meminta bantuan suami

atau keluarga lain untuk mengurus bayinya dan ibu bisa istirahat pada

saat bayi tertidur sehingga kebutuhan istirahat ibu tetap terpenuhi.

Dalam hal ini diperlukan kerja sama antara klien dan keluarga agar

kondisi ibu dan bayi selalu terjaga dimana bayi tetap mendapat

pengasuhan yang baik dan ibu dapat mecukupi kebutuhan

istirahatnya. Hal ini sesuai dengan salah satu pendekatan COC yaitu

partnership care dimana melibatkan klien dan keluarga dalam

mengidentifikasi kebutuhan klien pada setiap fase.

Hasil penelitian Sulistyaningsih, (2019) menunjukkan adanya

hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan tingkat

depresi pada ibu postpartum. Kelelahan yang dialami oleh ibu

postpartum mulai dari mengalami rasa sakit setelah melahirkan,

mengurus bayi dan menyusui menyebabkan adanya keterbatasan

pada ibu. Dalam kondisi ini sangat penting peran dari keluarga untuk

memberikan berbagai dukungan yang dapat diterapkan seperti

mengganti popok bayi, menyendawakan bayi, menggendong,

menenangkan bayi saat menangis, memberi pujian pada ibu saat

menyusui bayinya sehingga dapat membuat ibu mendapat istirahat

yang cukup dan merasa tenang


151

c. Kunjungan nifas 2 minggu

Pada kunjungan nifas 2 minggu Ny. N tidak ada keluhan, ibu

sudah mulai terbiasa dengan perannya dan sudah terbiasa mengurus

bayinya. Hasil pemeriksaan TTV dalam batas normal, payudara tidak

ada kelainan dan pengeluaran ASI banyak, TFU sudah tidak teraba,

pengeluaran lochea serosa berwarna kuning kecoklatan, hal ini sesuai

dengan teori (Puji Wahyuningsih, 2018).

Asuhan yang diberikan kepada Ny. N yaitu memastikan

kebutuhan nutrisi dan istirahat terpenuhi, pola menyusui berjalan

dengan baik, memastikan tidak adanya penyulit yang dialami oleh ibu

dan perawatan bayi sehari hari, hal ini sesuai dengan teori Puji

Wahyuningsih, (2018) dimana asuhan 2 minggu postpartum sama

dengan asuhan 6 hari postpartum yaitu memastikan involusi berjalan

normal, menilai adanya tanda bahaya, memastikan kecukupan nutrisi,

dan memastikan proses menyusui.

d. Kunjungan nifas 6 minggu

Kunjungan nifas 6 minggu ibu tidak ada keluhan, TFU sudah tidak

teraba, pengeluaran lochea alba. Asuhan yang diberikan yaitu

memastikan kepada ibu tentang penyulit yang dialami oeh ibu maupun

bayinya dan memberikan konseling KB sesuai dengan teori Puji

Wahyuningsih, (2018). Pemberian konseling KB sudah diberikan juga

pada saat kehamilan trimester III dengan metode SKBPP.

4. Periode Bayi Baru Lahir

Kunjungan neonates dimulai pada tanggal 17 Maret 2023, kunjungan

dilakukan sebanyak 3x yaitu pada 6-48 jam, 3-7 hari, dan 8-28 hari. Sesuai
152

dengan Kemenkes RI, (2019b) pelayanan kunjungan neonatal minimal

dilaksanakan 3x yaitu pada 6-48 jam, 3-7 hari, dan 8-28 hari. Bayi Ny. N

sudah dilakukan IMD segera setah lahir yang bertujuan untuk

menstabilkan suhu tubuh, meningkatkan bounding antara ibu dan bayi,

dan pemenuhan nutrisi bayi. Pemberian ASI sedini mungkin dan sesering

mungkin sangat berpengaruh terhadap tumbuh kembang bayi, dapat

mecegah terjadinya infeksi, mencegah perdarahan pada ibu, sebagai alat

kontrasepsi alami, sesuai dengan teori Murdiana, (2017) IMD dapat

menstabilkan suhu tubuh bayi, pernapasan dan detak jantung, menyusu

lebih efektif, mendorong keterampilan bayi untuk menyusu, dan

meningkatkan bounding antara ibu dan bayi.

a. Kunjungan 6 jam

Hasil pemeriksaan bayi Ny.N didapatkan bahwa TTV dalam

batas normal, BB 3100 gr, PB 49 cm, warna kulit kemerahan, gerakan

aktif, tidak ada catat bawaan,

Pada kunjungan pertama usia 6 jam adalah dengan melakukan

pencegahan kehilangan panas, pemberian salep mata tetrasiklin 1%

untuk mencegah infeksi pada mata bayi, pemberian Vit K 0,5 mg untuk

mencegah perdarahan pada organ tubuh bayi. Pemberian imunisasi

HB0 0,5 ml untuk mencegah penyakit hepatitis B, konseling tanda

bahaya bayi baru lahir, cara perawatan tali pusat, dan pemberian ASI.

Hal ini sesuai dengan teori Murdiana, (2017).

b. Kunjungan 6 hari

Pada kunjungan 6 hari didapatkan hasil pemeriksaan BB 3000

gr PB 49 cm, warna kulit kemerahan tali pusat sudah lepas pada hari
153

ke 5, tidak ada tanda infeksi. Asuhan yang diberikan pada bayi Ny. N

yaitu memeriksa keadaan tali pusat, memastikan tidak terjadi tanda

bahaya, konseling pemberian ASI eksklusif, menjaga kehangatan bayi,

sesuai dengan teori (Kemenkes RI, 2019b) bahwa pada KN 2 asuhan

yang diberikan yaitu memastikan tali pusat dalam keadaan bersih,

pemeriksaan tanda bahaya, menjaga keamanan dan kehangantan

bayi, konseling pemberian ASI, dan rujukan sesuai kasus.

Hasil pemeriksaan berat badan bayi didapatkan penurunan

sebanyak 100 gr. Hal ini termasuk fisiologis karena peningkatan

ekstraseluler pada neonates menyebabkan diuresis garam dan air.

Pengeluaran cairan ekstraseluler yang berlebihan mengakibatkan

penurunan berat badan fisiologis pada minggu pertama kehidupan.

Penurunan berat badan dianggap fisiologis jika tidak lebih dari 10%

dan diimbangi dengan asupan nutrisi yang adekuat (Rahadina, 2019).

Menurut Mauliza et al., (2021) penurunan berat badan pada neonatus

minggu pertama kehidupan berhubungan dengan frekuensi output

cairan (miksi). Penurunan berat badan neonatus pada umumnya

terjadi sekitar 5-10% akibat penyesuaian diri dengan dunia luar.

c. Kunjungan 4 minggu

Pada kunjungan 4 minggu hasil pemeriksaan secara

keseluruhan bayi dalam keadaan baik,berat badan sudah naik menjadi

3.800 gr tidak ada tanda bahaya. Bayi akan diberikan imunisasi BCG

(0,05 ml) dan Polio 1 (2 tetes) untuk melindungi dari penyakit TBC dan

polio. Asuhan yang diberikan yaitu memberitahu tentang efek samping

yang akan timbul setelah penyuntikan dan cara perawatan pada bekas
154

penyuntikan, menjadwalkan imunisasi selanjutnya, dan menganjurkan

ibu untuk rutin ke posyandu untuk memantau pertumbuhan dan

perkembangan bayinya.

Menurut (Sriatmi et al., 2018) pemberian imunisasi BCG dan Polio oral

diberikan secara bersamaam pada saat bayi usia 1 bulan-<1 tahun

untuk melindungi dari penyakit TBC dan Polio.

5. Periode Masa Antara

Konseling mengenai pelayanan KB dilakukan sejak kehamilan

trimester III sesuai dengan program terbaru SKBPP. Ny. N tidak

menggunakan KB pasca persalinan namun pemahaman mengenai KB

bertambah sehingga Ny. S mampu menentukan pilihan KB yang tepat.

Menurut kriteria kelayakan medis ibu dapat menggunakan KB hormonal

maupun non hormonal. Agar tidak menghambat produksi ASI apabila

memilih kontrasepsi hormonal maka yang mengandung hormone

progestin.

Pada tanggal 28 April 2023 berbarengan dengan kunjungan nifas 6

minggu Ny. N telah berdiskusi dengan suami terkait rencana penggunaan

alat kontrasepsi. Dalam pengambilan keputusan penggunaan kontrasepsi

klien ini merupakan hasil dari pendekatan COC yaitu partnership care

dimana melibatkan keluarga klien dalam mengidentifikasi setiap

kebutuhan pada setiap fase. Ny. N berencana menggunakan kontrasepsi

jangka panjang yaitu implant dengan tujuan untuk mengatur jarak

kelahiran karena masih dalam masa usia subur yaitu 20-35 tahun. Menurut

kriteria kelayakan medis penggunaan KB implant pada Ny. N berada di


155

kategori 1 yaitu kondisi tidak ada batasan penggunaan metode

kontrasepsi (BKKBN, 2021b).

Keluarga berencana adalah suatu upaya yang mengatur

banyaknya jumlah kelahiran sedemikian rupa Periode masa antara Ny. N

adalah untuk menjarangkan kehamilan. Ibu dan suami sudah mengetahui

manfaat, efek samping, jangka panjang dan tidak mempengaruhi produksi

ASI. Hal ini sesuai dengan teori (Widiawati, 2016) bahwa KB implan ini

tidak menganggu proses laktasi sehingga bisa digunakan pada wanita

pascasalin. Meskipun progestin bisa melewati air susu, namun tidak

berpengaruh pada pertumbuhan bayi. Efek samping yang mungkin terjadi

adalah amenorea.

Penulis telah melakukan asuhan sesuai kebutuhan yang didasari

dengan asuhan berbasis bukti dimana penulis mencantumkan beberapa

penelitian yang sesuai dengan asuhan yang penulis berikan. Hal ini sesuai

dengan prinsip COC yaitu memberikan asuhan sesuia kebutuhan klien

(personalize care) dan berbasis bukti (evidence based).


BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Setelah penulis melakukan asuhan kebidanan pada Ny. N yang dimulai

sejak periode antenatal, intranatal, postnatal, neonatal dan masa antara di

Puskesmas Pacet Kabupaten Bandung setiap asuhan telah dilakukan dan

berjalan dengan baik, sehingga penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai

berikut:

1. Kehamilan

Pada periode kehamilan Ny. N telah dilakukan asuhan sesuai

standar dan kebutuhannya, masalah yang timbul dapat teratasi dan tidak

menimbulkan komplikasi. Pada suhan kehamilan ini penulis menerapkan

prinsip COC dan RMC yaitu melakukan asuhan dengan kemitraan antar

perempuan-bidan, pelayanna holistic, kolaboratif, partnership,

personalize, pemberdayaan perempuan dan evidence based.

2. Persalinan

Asuhan kebidanan persalinan pada Ny. N berjalan dengan lancar

baik pada kala I, kala II, kala II maupun kala IV tidak ditemukan

komplikasi. Pada asuhan persalinan penulis melakukan asuhan holistic,

partnership dan personalize care sesuai dengan pendekatan asuhan

COC.

3. Nifas

Asuhan postpartum pada Ny. N diberikan sesuai standar dan

kebutuhan serta dengan pendekatan COC yaitu holistic care, partnership,

personalize care, dan pemberdayaan perempuan, asuhan diberikan

156
157

sebanyak 4x yaitu pada 6 jam nifas, 6 hari nifas, 2 minggu nifas, dan 6

minggu nifas.

4. Bayi baru lahir

Asuhan bayi baru lahir pada bayi Ny. N telah dilakukan sesuai

standar dan tidak ditemukan masalah. Asuhan diberikan sebanyak 3 kali

yaitu pada usia 6 jam, usia 6 hari, dan usia 2 minggu serta telah diberikan

imunisasi BCG dan Polio 1.

5. Keluarga Berencana (KB)

Asuhan keluarga berencana pada Ny. N telah dilakukan sejak

kehamilan trimester III dimana pengetahuan dan wawasan ibu sudah

bertambah. Ny. N menggunakan alat kontrasepsi jangka Panjang berupa

implant, hal ini sesuia dengan tujuan ibu ber KB dan sesuai dengan

kriteria kelayakan medis.

5.2 Saran

1. Bagi Penulis

Diharapkan dapat lebih meningkatkan kemampuan dalam

melakukan asuhan berkelanjutan agar dapat melayani klien sesuai

dengan standar dan kebutuhan klien serta meningkatkan cara

berkomunikasi yang baik dengan klien maupun keluarga agar asuhan

dapat terlaksana dengan baik.

2. Bagi Institusi

Diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi hasil pembelajaran pada

saat perkuliahan serta memberikan pembelajaran, pengalaman dan

kesempatan bagi mahasiswanya dalam melakukan asuhan kebidanan

berkelanjutan.
158

3. Bagi Lahan Praktik

a. Dapat meningkatkan pelayanan dan melakukan deteksi dini terhadap

tanda bahaya yang mungkin terjadi pada masa kehamilan,

persalinan, masa nifas, bayi baru lahir, dan keluarga berencana

b. Diharapkan dapat memberikan asuhan berkelanjutan kepada semua

pasien berdasarkan evidence based dan lebih meningkatkan

perkembangan ilmu kesehatan yang terbaru. Selalu menjaga

komunikasi dan sikap terhadap pasien maupun keluarganya.

c. Meningkatkan akses rujukan ke pelayanan kesehatan sesuai dengan

faktor risikonya
DAFTAR PUSTAKA

Aisyah, V. S., Sastri, I. G. A. M. W., & Aziza, N. (2018). Pengaruh Pijat Oksitosin
terhadap Involusi Uterus pada Ibu Postpartum. Jurnal Ilmiah Keperawatan
Sai Betik, 13(2), 168. https://doi.org/10.26630/jkep.v13i2.925
Amin, M., & Novita, N. (2022). Senam Hamil Untuk Mengurangi Nyeri Punggung
Bawah Ibu Trimester III. JKM : Jurnal Keperawatan Merdeka, 2(1), 66–72.
https://doi.org/10.36086/jkm.v2i1.1283
Antari, K. R. M. (2018). Hubungan Pengetahuan Tentang Tanda Bahaya Masa
Nifas Terhadap Keteraturan Kunjungan Ulang Masa Nifas di Bidan Praktik
Mandiri Wilayah Puskesmas Kubutambahan 1.
ANWAR, M. F. (2021). Senam nifas dalam menurunkan nyeri involusi uteri pada
ibu post partum. 4(1), 1–23. http://repositori.uin-alauddin.ac.id/id/eprint/19532
Arif, M. T. (2022). Lindungi Diri Dengan Imunisasi.
Astuti, S. (2015). Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Jakarta : Penerbit
Erlangga.
BKKBN. (2021a). Pedoman Pelayanan Kontrasepsi dan Keluarga Berencana.
Paper Knowledge . Toward a Media History of Documents, 3(April), 49–58.
BKKBN. (2021b). Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Barat | Profil Keluarga Jawa
Barat 2021 i.
BPKP. (2019). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2019 Tentang
Kebidanan. 126(1), 1–7.
Brier, J., & lia dwi jayanti. (2020). Sinopsis Contonuity Of Care. 21(1), 1–9.
http://journal.um-surabaya.ac.id/index.php/JKM/article/view/2203
BTKLPP. (2019). Rencana Aksi Kegiatan Balai Teknik Kesehatan Lingkungan Dan
Pengendalian Penyakit (Btklpp) Kelas. Journal of Chemical Information and
Modeling, 53(9), 1689–1699.
Devriany, A., Kardinasari, E., & Kesehatan Kemenkes Pangkalpinang, P. (2022).
Efektivitas Pemberian Ekstrak Minyak Kelapa Hijau (Cocos nucifera) dengan
Cara Oral dan Pemijatan terhadap Produksi ASI Ibu Postpartum di Kota
Pangkalpinang The Efficacy of Virgin Green Coconut Oil for Oral and
Massage for Breastmilk Production in Post-Pa. 6(1), 15–20.
https://doi.org/10.20473/amnt.v6i2.2022.15-20
Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung. (2022). Profil Kesehatan Kabupaten
Bandung 2021. Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung.
Dinkes Jabar, 2021. (2021). Profil Kesehatan Jawa Barat. Suparyanto Dan Rosad
(2015, 5(3), 248–253.
Elis, A., Maryam, A., Sakona, Y., & Kasmawati. (2019). Analisis Hubungan
Pengetahuan Ibu Nifas dengan Tanda-Tanda Bahaya Masa Nifas di Rumah
Sakit Umum Daerah Labuang Baji Makkasar. Junal Ilmiah Media Bidan, 4(2),
67–71.

159
160

Eniyah, N., Machmudah, & Pawestri. (2019). Senam Hamil Mempercepat Proses
Persalinan Kala II. Jurnal Keperawatan Maternitas, 2(1), 44–50.
Fatriyani Ishmah, D. (2020). Perbedaan Lama Persalinan Pada Primigravida Dan
Multigravida. Jurnal Ilmu …, 6, 82–90.
http://jurnalilmukebidanan.akbiduk.ac.id/index.php/jik/article/view/125%0Ahtt
ps://jurnalilmukebidanan.akbiduk.ac.id/index.php/jik/article/download/125/11
5
Firdaus, N. (2020). Pengaruh Pemberian Endorphine Massage terhadap Skala
Nyeri Ibu Bersalin. 1–5.
Gultom, S. (2019). Senam Hamil auntuk Mengurangi Nyeri Punggung Selama
Hamil. Universitas Negeri Medan, 6(2005), 79–88.
Himalaya, D., & Maryani, D. (2020). Penerapan Program Perencanaan Persalinan
Dan Pencegahan Komplikasi (P4K). Journal Of Midwifery, 8(1), 1–10.
https://doi.org/10.37676/jm.v8i1.1027
IBI, P. (2020). Respectful Midwifery Care ( RMC ) bagi Praktik Mandiri Bidan. 1–
118.
Ii, B. A. B. (2017). A. Konsep dasar continuity of care. 2014.
Indrayani, & E.U.Djami, M. (2016). Asuhan Persalinan dan Bayi Baru Lahir.
Jakarta : TRANS INFO MEDIA.
Irianti, D. (2015). Asuhan Kehamilan Berbasis Bukti. Jakarta : Sagung Seto.
JNPK-KR. (2014). Asuhan Persalinan Normal (Asuhan Esensial bagi Ibu Bersalin
dan Bayi Baru Lahir serta Penatalaksanaan Komplikasi Segera Pasca
Persalinan dan Nifas). Jakarta : Yayaysan Bina Pustaka Prawirohardjo.
Kade Santhi Wia, D., Armini, N. W., & Sri Erawati, N. L. P. (2022). Gambaran
Persiapan Persalinan dalam Upaya Penerapan Program Perencanaan
Persalinan Dan Pencegahan Komplikasi di Masa Pandemi Covid-19. Jurnal
Ilmiah Kebidanan (The Journal Of Midwifery), 10(1), 47–59.
https://doi.org/10.33992/jik.v10i1.1827
Kemenkes RI. (2019a). Panduan Pelayanan Pasca Persalinan bagi Ibu dan Bayi
Baru Lahir. http://kesga.kemkes.go.id/images/pedoman/Buku Panduan
Pelayanan Pasca Persalinan bagi Ibu dan Bayi Baru Lahir-Combination.pdf
Kemenkes RI. (2019b). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2019. In Kementrian
Kesehatan Repoblik Indonesia (Vol. 42, Issue 4).
Kemenkes RI. (2022). Profil Kesehatan Indonesia 2021. In
Pusdatin.Kemenkes.Go.Id.
Kementerian Kesehatan RI. (2018). FactSheet Obesitas Kit Informasi Obesitas. In
Jurnal Kesehatan (pp. 1–8).
Kementerian Kesehatan RI. (2020). BUKU KIA REVISI 2020 LENGKAP.pdf. In
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (p. 53).
Kementrian Kesehatan RI. (2012). Pedoman Program Perencanaan Persalinan
161

dan Pencegahan Komplikasi (P4K) dengan Stiker. 1 of 50.


Kementrian Kesehatan RI. (2020). Buku Kia Revisi 2020 Lengkap (p. 16).
Matahari, R., Utami, F. P., & Sugiharti, S. (2018). Buku Ajar Keluarga Berencana
Dan Kontrasepsi. Pustaka Ilmu, 1, viii+104 halaman.
http://eprints.uad.ac.id/24374/1/buku ajar Keluarga Berencana dan
Kontrasepsi.pdf
Mauliza, M., Zara, N., & Putri, N. A. (2021). Perbedaan Frekuensi Miksi, Defekasi,
Dan Minum Dengan Penurunan Berat Badan Neonatus Di Wilayah Kerja
Puskesmas Banda Sakti. AVERROUS: Jurnal Kedokteran Dan Kesehatan
Malikussaleh, 7(1), 64. https://doi.org/10.29103/averrous.v7i1.3576
Mindarsih, T., & Pattypeilohy, A. (2020). PENGARUH SENAM NIFAS PADA IBU
POSTPARTUM TERHADAP INVOLUSI UTERUS DI WILAYAH KERJA The
Influence of Postpartum Exercise on Postpartum Woman to. Jurnal
Kesehatan Madani Medika, 11(02), 235–246.
http://jurnalmadanimedika.ac.id/index.php/JMM/article/view/129/87
Muh. Said Mukharrim, & Urwatil Wusqa Abidin. (2021). P4K Sebagai Program
Penanggulangan Angka Kematian Ibu. Jurnal Ilmiah Manusia Dan
Kesehatan, 4(3), 433–444. https://doi.org/10.31850/makes.v4i3.1159
Murdiana, E. (2017). Manajemen Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir Pada Bayi
Ny. S Dengan Hipotermia. Karya Tulis Ilmiah, 1–111. http://repositori.uin-
alauddin.ac.id/7709/1/EKA MURDIANA.pdf
Ningrum, G. S. (2020). Karakteristik Ibu Hamil dengan Kekurangan Energi Kronis
(KEK) di Wilayah Kerja Puskesmas Wonosari II Tahun 2020. Repository
Poltekkes Kemenkes Yogyakarta. http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/4132/
Nuraisyah Jamil siti, D. (2017). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Neonatus,
Bayi, Balita dan Anak Pra Sekolah. Fakultas Kedokteran dan Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Jakarta.
Poltekes Surakarta. (2014). Buku Askeb Kehamilan. 6–44.
Prof. Dr. dr. Biran Affandi, S. (2016). buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi
(3rd ed.). PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo: Jakarta.
profil kesehatan indonesia. (2018). Profil Kesehatan Indonesia 2018 (Vol. 1227,
Issue July). https://doi.org/10.1002/qj
Puji Wahyuningsih, H. (2018). Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Kementrian
Kesehanatn Republik Indonesia.
Purnamasari, K. D. (2019). Nyeri Punggung Bawah Pada Ibu Hamil Trimester II
Dan III. 1, 9–15.
Puskesmas Pacet. (2022). PROFIL PUSKESMAS PACET 2022 GABUNGAN.
Rahadina, S. (2019). Perubahan Berat Badan Bayi. 6–20.
Rahayu, S. (2020). Pengaruh PemberianTablet Besi Pada Ibu Nifas Terhadap
Anemia Post Partum Di Wilayah Puskesmas Pegandon. Jurnal Ilmiah
162

Kesehatan, 13(1), 21–29. https://doi.org/10.48144/jiks.v13i1.222


Rahayu Sri, P. I. (2016). Praktikum Kesehatan Reproduksi dan Keluarga
Berencana. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Ratnasari, F., & Karina, R. (2019). Terhadap Kejadian Supine Hypotension pada
Ibu Hamil Trimester III Hemodinamik pada ibu hamil di pengaruhi oleh posisi
terlentang , posisi terlentang menyebabkan uterus ibu hamil menekan vena
cava inferior ini menyebabkan sindrom hipotensi atau sindrom kom. 8(1).
https://doi.org/10.37048/kesehatan.v8i1.149
Safitri, O., Utari, N., & Muli, evanya yola. (2019). Hubungan Tingkat Frekuensi Ibu
USG Terhadap Keputusan Teknik Persalinan. Wellness and Healthy
Magazine, 1(2), 187–192.
https://wellness.journalpress.id/wellness/article/view/v1i218wh
SDKI. (2017). Survei Demografi dan kesehatan. Kesehatan Reproduksi Remaja,
125–127.
Septiani. (2021). Pengaruh Teknik Relaksasi Napas Dalam Terhadap Penurunan
Nyeri Persalinan Kala I Fase Aktif di PMB Desita, S.SIT Desa Pulo Ara
Kecamatan Kota Juang Kabupaten Bireuen. Journal of Healthcare
Technology and Medicine, 7(2), 975–984.
Shofista, Y. (2022). Asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan endorphin
massage untuk menurunkan intensitas nyeri kala i fase aktif.
Silah Naution, N. H., Destariyani, E., & Yunita Baska, D. (2021). Pengaruh Pijat
Endorphin Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Persalinan: Literature
Review. Jurnal Besurek JIDAN, 1(1), 24–35.
https://doi.org/10.33088/jbj.v1i1.119
Siti, T. (2016). Asuhan Kebidanan Kehamilan.
sri Wulan, D. (2020). Modul Teori asuhan Kehamilan. Paper Knowledge . Toward
a Media History of Documents, 12–26.
Sriatmi, A., Martini, Patriajati, S., Dewanti, N. A. Y., Budiyanti, R. T., & Nandini, N.
(2018). Buku Saku: Mengenal Imunisasi Rutin Lengkap. In Fkm-Undip Press.
Sudartini, S. (2020). Program Perencanaan Persalinan Dan Pencegahan
Komplikasi ( P4K ) P4K. 4–5.
Sulistyaningsih, D. (2019). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat
Depresi Postpartum Di Rsud I.a Moeis Samarinda. Carbohydrate Polymers,
6(1), 5–10.
Sulistyawati. (2010). Asuhan Kebidanan Kehamilan, Persalinan, Bbl, Dan Nifas.
Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.
https://jurnal.stikes-aisyiyah-palembang.ac.id/index.php/Kep/article/view/374
Suryaningsih, N. F., Nirwana, B. S., Wigati, P. W., & Saidah, H. (2022).
PEMERIKSAAN KEHAMILAN DENGAN PERILAKU PEMANFAATAN
ULTRASONOGRAFI RELATIONSHIP LEVEL OF PREGNANT WOMEN ’ S
KNOWLEDGE ABOUT ULTRASONOGRAPHY IN PREGNANCY
EXAMINATION WITH BEHAVIOR OF USING ULTRASONOGRAPHY
163

Program Studi Kebidanan , Fakultas Ilmu Kesehatan , U. Jurnal Mahasiswa


Kesehatan, 4(1), 1–10.
Susiloningtyas, I. (2012). Pemberian Zat Besi (Fe) dalam Kehamilan Oleh : Is
Susiloningtyas. Majalah Ilmiah Sultan Agung, 50, 128.
Tambunan, & Aprilianti. (2021). Efektifitas Kombinasi Pijat Endorphin Dan Aroma
Terapi Rose Terhadap Pengurangan Nyeri Pada Persalinan Kala I Di
Puskesmas Pahandut Kota Palangka Raya Model Kontrol Manajemen
Laktasi Di Upt Puskesmas Pahandut Kota Palangkaraya Effectiveness Of The
Combina. Jurnal Surya Media, 6(2), 4–7.
http://journal.umpalangkaraya.ac.id/index.php/jsm
Tompunuh, Magdalena Martha, & Sujawaty, S. (2019). Pengaruh Pijat Oksitosin
terhadap Produksi ASI pada Ibu Postpartum di Ruang Nifas Rumah Sakit
Umum Daerah Prof Aloei Saboe Kota Gorontalo. Sains, Seminar Nasional
Penelitian, Lembaga Pengabdian, D A N Uit, Masyarakat, Imd.
Wahyuningtyas, dian 2020. (2020). Buku saku : Pijat Oksitosin Dengan Murottal
Al-Qur’an Untuk Meningkatkan Produksi ASI Pada Ibu Nifas. ii–43.
WHO. (2017). THE GLOBAL HEALTH OBSERVATORY.
https://www.who.int/data/gho/data/themes/world-health-statistics
Wicaksana, A. (2021). Makalah Bab 2. Https://Medium.Com/, 2019, 0–3.
https://medium.com/@arifwicaksanaa/pengertian-use-case-a7e576e1b6bf
Widianto, A. (2021). Efektivitas Teknik Relaksasi Nafas Dalam (Deep Breathing
Relax) Pada Ibu Bersalin Kala I. Angewandte Chemie International Edition,
6(11), 951–952., 4(2), 2013–2015.
Widiawati, S. (2016). Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter dan Bidan di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan. Kontrasepsi, 29. http://eprints.ums.ac.id
Wijayanti, R. (2020). Massage Terhadap Intensitas Nyeri Kala I Di Puskesmas
Kecamatan Tanah Abang Periode November 2019 – Januari 2020 Oleh :
Fariya Azzuri Rahman Program Studi D Iii Kebidanan (Issue November
2019).
Wirda, & Ernawati. (2020). Efektifitas Senam Hamil Pada Ibu Hamil Trimester III
Terhadap Penurunan Nyeri Punggung Di Desa Pa’Rapunganta Kecamatan
Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar. Journal of Islamic Nursing, 5(1),
68–74.
Yulizawati et al. (2019). Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Persalinan.
Indomedika Pustaka, 186.
LAMPIRAN

164
165

Lampiran 1 Informed Consent


166

Lampiran 2 Lembar Bimbingan


167

Lampiran 3 Buku KIA dan Kartu KB


168
169

Lampiran 4 Dokumentasi
170

Lampiran 5 Penapisan Ibu Bersalin


NO PENYULIT YA TIDAK

1 Riwayat seksio sesarea terdahulu √

2 Perdarahan pervaginam √

3 Persalinan kurang bulan (usia kehamilan <37 minggu) √

4 Ketuban pecah dengan meconium kental √

5 Ketuban pecah lama (>24 jam) √

6 Ketuban pecah pada persalinan kurang bulan (usia √


kehamilan <37 minggu)

7 Anemia berat √

8 Ikterus √

9 Tanda/gejala infeksi √

10 Pre eklamsia/hipertensi dalam kehamilan √

11 Tinggi fundus 40 cm atau lebih √

12 Gawat janin √

13 Primipara dalam fase aktif persalinan dengan palpasi √


kepala janin masih 5/5

14 Presentasi bukan belakang kepala √

15 Presentasi majemuk √

16 Kehamilan gemelli √

17 Tali pusat menumbung √

18 syok √
171

Lampiran 6 Partograf
172

Lampiran 7 Leaflet
173

Lampiran 8 Daftar Riwayat Hidup

RIWAYAT HIDUP

Nama : Maya Fitri rahayu

Tempat/Tanggal Lahir : Cianjur, 24 Mei 1999

Agama : Islam

Kewarganegaraan : Indonesia

Alamat : Kp. Batuireng Rt. 25 Rw. 07 Desa Puncakbaru


Kecamatan Ciadaun Kabupaten Cianjur

No. HP : 082315908518

Email : mayafitrir24@gmail.com

Pendidikan

1. SDN Batuireng : Tahun 2006-2012


2. SMPN 1 Ciwidey : Tahun 2012-2015
3. SMAN 1 Ciwidey : Tahun 2015-2018
4. Perguruan Tinggi
a. DIII Kebidanan Universitas Jenderal Achmad Yani Cimahi : Tahun 2018-
2021
b. S1 Kebidanan Universitas Jenderal Achmad Yani CImahi : Tahun 2021-
2022
c. Pendidikan Profesi Bidan Universitas Jenderal Achmad Yani CImahi :
Tahun 2022-2023

Anda mungkin juga menyukai