Anda di halaman 1dari 76

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Asuhan kebidanan merupakan bagian integral dari
pelayanan kesehatan dalam upaya meningkatkan
kesehatan melalui upaya promotive, preventif, kuratif dan
rehabilitatif. Bidan sebagai pemberi asuhan memiliki
asuhan yang fokus pada preventif dan promotive sesuai
dengan filosofi kebidanan. Filosofi kebidanan
mempercayai bahwa kehamilan, persalinan, nifas, bayi
dan neonatus merupakan kondisi fisiologi yang terjadi
pada siklus kehidupan reproduksi, sehingga asuhan yang
diberikan fokus kepada kenormalan selama fase
tersebut.
Dalam menjamin berlangsungnya proses fisiologis,
maka bidan harus mengkondisikan perempuan dapat
menjalani proses tersebut dalam keadaan normal,
dengan memberikan asuhan kebidanan sesuai standar
dalam memenuhi kebutuhan perempuan serta
mempertimbangkan pengaruh sosial budaya, psikologis,
emosional, spiritual serta hubungan interpersonal dan
mengutamakan keamanan ibu, janin, dan penolong serta
kebutuhan klien melalui model asuhan kebidanan dengan
pendekatan Continuity of Care (Kemenkes RI, 2016).
Continuity of Care merupakan hal yang mendasar
dalam model praktik kebidanan untuk memberikan
asuhan yang holistik, membangun kemitraan yang
berkelanjutan untuk memberikan dukungan, dan
membina hubungan saling percaya antara bidan dengan
klien. Asuhan Contunuity of Care (COC) merupakan
upaya bidan dalam memberikan asuhan yang
berkesinambungan melalui pemantauan kondisi ibu dan
bayi sehingga mencegah terjadi komplikasi. Pemantauan
yang dilakukan secara intensif sangatlah diperlukan untuk

1
2

mendeteksi secara dini komplikasi dalam kehamilan,


persalinan, dan nifas sehingga tidak terjadi penyulit dan
komplikasi. Menurut Reproductive, Maternal, Newborn,
And Child Health (RMNCH), Continuity of Care meliputi
pelayanan terpadu bagi ibu dan anak dari prakehamilan
hingga persalinan, periode postnatal dan masa kanak-
kanak. Asuhan Continuity of Care harus dilakukan pada
setiap ibu hamil dengan berdasarkan evidence based dan
dilakukan secara holistik dengan memperhatikan aspek
bio-psiko-sosial dan kultur.
Hasil penelitian Cummins, dkk (2015)
mengungkapkan bahwa asuhan yang tepat dilakukan
oleh bidan adalah dengan partnership atau equility
perempuan yang menerima pelayanan merasa dianggap
sebagai “teman”. Sehingga ada kepuasan tersendiri bagi
perempuan serta berkontribusi terhadap keberlanjutan
kelangsungan pelayanan kebidanan dan bermanfaat
untuk perempuan dan bayi baru lahir. Hal ini sesuai
dengan model asuhan yang diterapkan oleh International
Confederation of Midwives (ICM) dimana asuhan ini
difokuskan pada peran bidan sebagai kunci kesehatan
profesional dalam upaya dunia menciptakan keamanan
kehamilan dan persalinan di dunia. Selain itu juga untuk
meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan perempuan
dan ibu dimanapun mereka tinggal (Varney, 2007).
Diharapkan dengan pendekatan COC ini, asuhan
yang diberikan mampu memberikan kepuasan dan
menjamin keamanan kepada ibu dan bayi. Dan
selanjutnya diharapkan mampu menurunkan angka
kesakitan dan angka kematian ibu dan bayi.
Permasalahan yang terjadi pada ibu dan bayi
adalah tingginya AKI dan AKB. Angka Kematian Ibu (AKI)
di Indonesia masih tinggi dilihat dari data Survei
Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2017 AKI
di Indonesia sebesar 305/100.000 KH. Demikian juga
3

dengan Jawa Barat AKI pada tahun 2022 sebanyak 745


kasus atau 85,77/100.000 KH, meningkat 61 kasus
dibandingkan tahun 2021 yaitu 684 kasus. Kabupaten
Bandung Barat merupakan salah satu Kabupaten yang
berada di Jawa Barat yang menduduki peringkat ke-7
tertinggi penyumbang AKI se-Jawa Barat yaitu sebanyak
47 kasus (Dinkes Jawa Barat, 2022).
Penyebab kematian ibu sangat komplek karna
berkaitan satu sama lain. Secara umum penyebab AKI
disebabkan oleh penyebab langsung dan penyebab tidak
langsung. Penyebab langsung AKI diantaranya
perdarahan (30%), hipertensi (25%), dan sisanya
penyakit infeksi serta penyebab lainnya. Sedangkan
penyebab tidak langsung diantaranya disebabkan karena
4T (terlalu muda, terlalu tua, terlalu sering dan terlalu
banyak) serta 3T (terlambat mendeteksi, terlambat
mendiagnosa dan terlambat mendapatkan pertolongan).
Penyebab kematian bayi paling banyak disebabkan
karena kondisi berat badan lahir rendah (BBLR) (30%),
asfiksia (25%), penyebab lain-lain (27,67%), kelainan
kongenital (10,22%), dan sepsis (7,11%) (Dinkes KBB,
2021).
Klinik Alfaiz Subang adalah salah satu tempat
pelayanan kesehatan yang beralamat di jln. Raya
Subang, Kampung Dukuh Rt 11 Rw 05, Desa Sadawarna,
Kecamatan Cibogo, Kabupaten Subang. Klinik Alfaiz
Subang telah memberikan pelayanan mulai dari
perawatan umum seperi berobat jalan, dan pelayanan
kebidanan yang mencakup pelayanan pada remaja, pra
konsepsi, kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir,
sampai dengan pelayanan keluarga berencana.
Dari uraian diatas saya selaku penulis sangat
tertarik untuk melakukan Asuhan Kebidanan Continuity of
Care di Klinik Alfaiz dimulai dari kehamilan, persalinan,
neonatus, nifas dan keluarga berencana (KB) pada Ny. S
4

G1P0A0 usia 22 tahun di Klinik Alfaiz subang Periode


Maret 2024
1.2 Perumusan Masalah
Perumusan masalah dalam laporan ini adalah
“Bagaimana Continuity of Care pada Ny. S di Klinik
Alfaiz Subang Periode Maret 2024?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melakukan Continuity of
Care sesuai dengan manajemen kebidanan varney
yang dilakukan pada Ny.S selama masa
kehamilan, persalinan, nifas, BBL, dan KB di Klinik
Alfaiz Subang.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Untuk memberikan asuhan kebidanan
berkelanjutan masa kehamilan pada Ny. S di
Klinik Alfaiz Subang.
b. Untuk memberikan asuhan kebidanan
berkelanjutan masa persalinan pada Ny. S di
Klinik Alfaiz Subang.
c. Untuk memberikan asuhan kebidanan
berkelanjutan masa nifas pada Ny. S di Klinik
Alfaiz Subang.
d. Untuk memberikan asuhan kebidanan
berkelanjutan pada bayi baru lahir pada Ny. S
di Klinik Alfaiz Subang.
e. Untuk memberikan asuhan kebidanan
berkelanjutan pada masa antara (KB) pada
Ny. S di Klinik Alfaiz Subang.
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat Praktis
Asuhan kebidanan secara
berkesinambungan dapat memberikan/
mengimplementasikan asuhan
berkesinambungan dalam upaya
memberikan pelayanan kebidanan sesuai
5

dengan standar dengan pendekatan holistic care.


1.4.2 Manfaat Teoritis
a. Bagi Penulis
Dapat meningkatkan pengetahuan,
pemahaman dan kemampuan dalam
mengaplikasikan asuhan kebidanan
berkesinambungan pada kehamilan, persalinan,
nifas, bayi baru lahir dan keluarga berencana.
Dapat menerapkan ilmu yang telah diperoleh
selama menempuh pendidikan profesi bidan ke
dalam kasus yang ada di Lahan Praktik dan
menumbuhkan sikap profesional juga tanggung
jawab.
b. Bagi Institusi
Sebagai tambahan referensi dalam
meningkatkan pengetahuan mahasiswa dan
sebagai evaluasi pembelajaran mahasiswa
mengenai Asuhan Kebidanan
Berkesinambungan.
c. Bagi Lahan
Sebagai bahan masukan untuk
meningkatkan pelayanan kebidanan secara
berkesinambungan dan komplementer pada
kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir dan
KB.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Teori Continuity of Care


2.1.1 Definisi
Continuity of care (COC) adalah suatu proses di
mana pasien dan tenaga kesehatan yang kooperatif
terlibat dalam manajemen pelayanan kesehatan
secara terus menerus menuju pelayanan yang
berkualitas tinggi. COC dapat membantu bidan
(tenaga kesehatan), keluarga mendapatkan
kepercayaan dan memungkinkan untuk menjadi
advokasi pasien. Continuity of Care meliputi pelayanan
terpadu bagi ibu dan anak dari prakehamilan hingga
persalinan, periode postnatal dan bayi. Asuhan
disediakan oleh keluarga dan masyarakat melalui
layanan rawat jalan, klinik, dan fasilitas kesehatan
lainnya (Astuti, 2017).
2.1.2 Tujuan
1. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan
kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi.
2. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan
fisik, mental, dan sosial ibu dan bayi
3. Mengenal secara dini adanya ketidaknormalan
atau komplikasiyang mungkin terjadi selama hamil,
termasuk riwayat penyakit secara umum,
kebidanan, dan pembedahan.
4. Mempersiapkan persalinan cukup bulan,
melahirkan dengan selamat ibu maupun bayinya
dengan trauma seminimal mungkin.
5. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan
normal dan pemberian ASI eksklusif.
6. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam
menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh

6
7

kembang secara optimal.


7. Menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan
perinatal.
2.1.3 Manfaat
Asuhan Continuity of Care (COC) memiliki
manfaat diantaranya dapat mendapatkan pengalaman
yang terbaik, mengurangi morbiditas maternal,
mengurangi penggunaan intervensi pada saat
persalinan termasuk operasi caesar, meningkatkan
jumlah persalinan normal dibandingkan dengan
perempuan yang merencanakan persalinan 10
dengan tindakan. Continuity of care dapat diberikan
melalui tim bidan yang berbagi beban kasus, yang
bertujuan untuk memastikan bahwa ibu menerima
semua asuhannya dari satu bidan atau tim praktiknya.
Bidan dapat bekerjasama secara multidisiplin dalam
melakukan konsultasi dan rujukan dengan tenaga
kesehatan lainnya.
2.1.4 Pendekatan Asuhan
1. Personalize Care: Mengidentifikasi kekhususan
kebutuhan masing-masing klien, memberikan
asuhan sesuai kebutuhan klien serta menghargai
hak klien untuk menentukan pilihan dalam asuhan
yang dibutuhkan.
2. Holistic Care: Memperhatikan kebutuhan fisik,
psikologis, sosial, spiritual serta kultural klien.
3. Partnership Care: Melibatkan klien dan
keluarganya daam mengidentifikasi kebutuhan
pada masing-masing fase (hamil, bersalin, nifas),
bekerjasama dalam memberi asuhan kepada
perempuan selama hamil, bersalin dan nifas,
serta dalam pengambilan keputusan atas asuhan
yang dibutuhkan pada saat hamil, bersalin dan
nifas.
4. Collaborative Care: Mengidentifikasi faktor risiko
8

pada klien dan mendiskusikan dengan


pembimbing, membuat rencana
konsultasi/kolaborasi dan rujukan terkait
komplikasi pada klien, mendampingi klien saat
rujukan serta mengikuti perkembangan
kesehatan klien pada saat rujukan.
5. Evidence Base Care: Menggunakan dasar
literatur terkini dalam merencanakan dan
memberikan asuhan kebidanan bag klien dan
menunjukkan rasionalisasi dari seluruh asuhan
kebidanan berdasarkan bukti terkini keefektifan
asuhan.
2.2 Asuhan Kebidanan
1. Senam Hamil
Senam hamil adalah suatu bentuk latihan guna
memperkuat dan mempertahankan elastisitas otot-
otot dinding perut, ligament-ligamen, serta otot dasar
panggul yang berhubungan dengan proses
persalinan. Senam adalah olah raga yang dapat
mengurangi nyeri punggung selama hamil. Latihan ini
berfungsi untuk memperkuat stabilitas inti tubuh yang
akan membantu memelihara kesehatan tulang
belakang. Senam hamil dapat mengurangi nyeri
punggung bawah karena dalam melakukan senam
hamil otot-otot dinding abdomen, ligamen, otot dasar
panggul dan punggung bawah dapat terlatih semakin
elastis dan tidak mengalami kaku pada otot serta
memberikan efek relaksasi bagi ibu, dengan
dilakukan secara teratur dan sesuai SOP sehingga
dapat mengurangi rasa nyeri pada punggung ibu.
Beberapa gerakan yang dapat membantu mencegah
atau menangani nyeri punggung:
a. Pelvic Tiltinng
Tujuan dari gerakan ini adalah untuk
menguatkan otot gluteus maksimus dan
9

mencegah hiperlordosis lumbal. Tekniknya dapat


dilakukan dengan menekankan punggung pada
alas sambil menegangkan otot perut dan kedua
otot gluteus maksimus dan dipertahankan selama
5-10 hitungan.
b. Lutut ke Dada
Tujuan dari gerakan ini adalah untuk
meregangkan otot punggung yang tegang dan
spasme. Tekniknya dapat dilakukan dengan
menarik lutut ke dada bergantian semaksimal
mungkin tanpa menimbulkan rasa sakit dan
dipertahankan selama 5-10 detik. Dapat juga
dilakukan dengan kedua lutut secara bersamaan.
c. Curl Up
Tujuan dari gerakan ini adalah untuk
menguatkan otot perut dan punggung bawah.
Tekniknya dapat dilakukan dengan perlahan-lahan
menaikkan kepala dan leher sehingga dagu
menyentuh dada, diteruskan dengan mengangkat
punggung bagian ataas sampai kedua tangan
mencapai lutut (tangan diluruskan), sedangkan
punggung bagian tengah dan bawah tetap
menempel pada dasar (Gultom, 2019).
Menurut penelitian (Amin & Novita, 2022)
menyatakan bahwa senam hamil dapat
mengurangi nyeri punggung bawah karena
dalam melakukan senam hamil otot-otot dinding
abdomen, ligamen, otot dasar panggul dan
punggung bawah dapat terlatih semakin elastis
dan tidak mengalami kaku pada otot serta
memberikan efek relaksasi bagi ibu.
2. Pijat Oksitosin
Pijat oksitosin adalah suatu tindakan pemijatan
tulang belakang mulai dari nervus ke 5-6 sampai
scapula yang akan mempercepat kerja saraf
parasimpatis untuk menyampaikan perintah ke otak
10

bagian belakang sehingga oksitosin keluar. Pijat


oksitosin ini dilakukan untuk merangsang refleks
oksitosin Atau let down reflex. Melalui pemijatan pada
tulang belakang, neurotransmitter akan merangsang
medulla oblongata langsung mengirim pesan ke
hipotalamus untuk mengeluarkan oksitosin. Dengan
pijat oksitosin ini juga akan merileksasi ketegangan
dan menghilangkan stress serta meningkatkan rasa
nyaman.
Hormon oksitosin diproduksi oleh kelenjar
hipofisi posterior. Setelah diproduksi oksitosin akan
memasuki darah kemudian merangsang sel-sel
meopitel yang mengelilingi alveolus mammae dan
duktus laktiferus. Kontraksi sel-sel meopitel
mendorong ASI keluar dari alveolus mammae melalui
duktus laktiferus menuju ke sinus laktiferus dan
disana ASI akan disimpan. Selain itu oksitosin juga
merangsang kontraksi uterus dan mempercepat
involusi uterus serta mengurangi perdarahan
postpartum.
Pijat oksitosin dilakukan dua kali sehari, setiap
pagi dan sore. Pijat ini dilakukan selama 15 sampai 20
menit. Pijat ini tidak harus selalu dilakukan oleh
petugas kesehatan. Pijat oksitosin dapat dilakukan
oleh suami atau keluarga yang sudah dilatih
(Wahyuningtyas, 2020).
3. Senam Nifas
Salah satu upaya untuk mengembalikan
keadaan normal dan meningkatkan kekuatan otot perut
adalah dengan senam nifas. Senam nifas merupakan
suatu latihan yang dapat dilakukan 24 jam setelah
melahirkan dengan gerakan yang telah disesuaikan
dengan kondisi ibu setelah melahirkan dengan
frekuensi 1 kali sehari selama 6 minggu. Senam nifas
bermanfaat untuk mempercepat penyembuhan,
11

mencegah timbulnya komplikasi, memulihkan dan


menguatkan otot-otot punggung, otot dasar panggul
dan otot perut (Anwar, 2021).
2.3 Konsep Dasar Teori Kehamilan
2.3.1 Definisi
Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau
penyatuan dari spermatozoa dan ovum dilamjutkan
dengan nidasi atau implementasi. Bila dihitung dari
saat fertilisasi hingga bayi lahir, kehamilan normal
akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10
bulan atau 9 bulan menurut kalender internasional.
Kehamilan dibagi menjadi 3 trimester yaitu trimester I
berlangsung 12 minggu (minggu 1-12), trimester II
berlangsung 15 minggu (minggu 13-27), trimester III
berlangsung 13 minggu (minggu 28-40)Kehamilan
yaitu pertumbuhan dan perkembangan dari intrauterin
mulai sejak konsepsi sampai permulaanpersalinan. (Sri
Wulan, 2020).
2.3.2 Perubahan Fisiologis Kehamilan Trimester III
1. Sistem reproduksi
a. Uterus
Rahim atau uterus yang semla
besarnya sejempol atau beratnya 30 gr akan
mengalami hipertrofi da hyperplasia sehingga
menjadi seberat 1000 gr saat akhir kehamilan.
Otot rahim mengalami hyperplasia dan
hipertrofi menjadi lebih besar, lunak dan dapat
mengikuti pembesaran rahim karena
pertumbuhan janin.
Uterus mulai menekan kearah tulang
belakang, menekan vena kava dan aorta
sehingga aliran darah tertekan. Pada
akhirkehamilan sering terjadi kontraksi uterus
yang disebut his palsu(braxton hicks). Itshmus
uteri menjadi bagian korpus danberkembang
12

menjadi segmen bawah rahim yang lebih


lebardan tipis, servik menjadi lunak sekali dan
lebih mudah dimasukidengan satu jari pada
akhir kehamilan (Sri Wulan, 2020).
2. Payudara
Payudara mengalami pertumbuhan dan
perkmbangan sebagai persiapan memberikan
ASI pada saat laktasi. Perkembangan payudara
tidak dapat dilepaskan dari pengaruh hormon
saat kehamilan, yaitu estrogen, progesteron dan
somatotropin. Pembentukan lobules dan alveoli
memproduksi danmensekresi cairan yang kental
kekuningan yang disebut kolostrum. Pada
trimester 3 aliran darah di dalamnya lambat dan
payudara menjadi semakin besar (Sri Wulan,
2020).
3. Sistem Hematologi
Massa sel darah merah (total volume sel
darah merah dalam peredaran darah) meningkat
selama kehamilan sekitar 18% sebagai respons
terhadap peningkatan kadar eritropoietin yang
distimulasi oleh hormon ibu (prolaktin,
progesteron, Human Placental Lactogen (HPL)
dan estrogen) dan kebutuhan oksigen jaringan
ibu dan plasenta. Seiring dengan peningkatan
volume darah ibu sebesar 30- 45%, volume
plasma meningkat sebesar 50% (1250-1600 ml)
selama kehamilan, diikuti dengan peningkatan
volume sel darah merah yang relatif lebih kecil.
Mekanisme homeostatis ini berbeda dengan
mekanisme yang mengontrol keseimbangan
cairan dan peningkatan volume plasma. Oleh
karena itu, volume plasma meningkat dan
ekspansi ini melebihi peningkatan massa sel
darah merah, yang menghasilkan hemodilusi
13

fisiologis, sehingga darah menjadi kurang


kental.
Akibatnya jumlah sel darah merah,
hematokrit dan konsentrasi hemoglobin
semuanya menurun, mengakibatkan anemia.
Penurunan hemoglobin terjadi karena
penyerapan zat besi oleh janin biasanya lebih
banyak daripada yang dapat digantikan oleh
penyerapan zat besi oleh ibu (Sri Wulan, 2020).
4. Sistem pernafasan
Laju pernapasan pada dasarnya tidak
berubah, tetapi terdapat perubahan volume tidal
dan ventilasi menit istirahat meningkat secara
signifikan seiring dengan bertambahnya usia
kehamilan. Perubahan tersebut diawali oleh
progesteron dan relaksin yang meningkatkan
elastisitas tulang rusuk dengan merelaksasi
ligamen. Progesteron juga meningkatkan
kepekaan terhadap karbon dioksida sehingga
menyebabkan hiperventilasi. Selain itu rahim
yang membesar hingga menekan diafragma
menyebabkan sesak nafas. Sebagai
kompensasi terjadinya desakan rahim dan
kebutuhan oksigen yang meningkat, ibu hamil
akan bernafas lebihdalam sekitar 20% sampai
25% dari biasanya (Sri Wulan, 2020).
5. Sistem perkemihan
Pada akhir kehamilan, muncul keluhan
sering berkemih karena kepala janin turun ke
pintu atas panggul, desakan ini menyebabkan
kandung kemih terus terasa penuh. Akibat
terjadinya hemodiaksi menyebabkan
metabolisme air makin lancar sehingga
pembentukan urine pun bertambah.
Dilatasi ureter dengan peristaltik yang
14

berkurang dan obstruksi mekanis oleh rahim


yang membesar semuanya berkontribusi
terhadap stasis urin yang mengarah pada
peningkatan risiko infeksi saluran kemih pada
kehamilan. Wanita hamil mengakumulasi cairan
(air dan natrium) pada siang hari dalam bentuk
edema dependen dari tekanan rahim pada
pembuluh darah panggul dan vena kava inferior
yang kemudian mengeluarkannya sebagai urin
encer pada malam hari. nocturia) melalui ginjal
saat wanita berbaring, terutama pada posisi
berbaring miring ke kiri (Sri Wulan, 2020).
6. Sistem pencernaan
Sfingter esofagus bagian bawah menurun
karena pengaruh progesteron sehingga
menyebabkan relaksasi otot polos Pergeseran
diafragma dan tekanan dari rahim yang
membesar ditambah dengan hilangnya tonus
sfingter menyebabkan refluks dan heartburn.
Aksi progesteron pada otot polos juga
menyebabkan hipotonisitas lambung dengan
penurunan motilitas dan waktu pengosongan
yang lama. Perubahan yang sama akibat
progesteron ini berlaku untuk seluruh saluran
usus (Sri Wulan, 2020).
7. Sistem Muskuloskeletal
Perubahan tubuh secara bertahap dan
peningkatan berat wanita hamil menyebabkan
postur dan cara berjalan berubah. Peningkatan
distensi abdomen membuat panggul miring ke
depan, penurunan tonus otot perut dan
peningkatan beban berat badan pada akhir
kehamilan membutuhkan penyesuaian ulang
(realignment) kurvatura spinalis. Berat uterus
dan isinya menyebabkan perubahan titik pusat
15

gravitasi dan garis bentuk tubuh. Lengkung


tulang belakang berubah bentuk mengimbangi
pembesaran abdomen. Sikap tubuh lordosis
merupakan keadaan yang khas karena
kompensasi posisi uterus yang membesar dan
menggeser berat ke belakang lebih tampak pada
masa trimester III yang menyebabkan rasa sakit
bagian tubuh belakang karena meningkatnya
beban.
Pada wanita hamil yang telentang, uterus
jatuh ke belakang dan bersandar pada kolumna
vertebralis serta pembuluh- pembuluh darah
besar didekatnya, khususnya vena kava inferior
dan aorta. Sedangkan pada saat wanita hamil
berdiri, sumbu longitudinal uterus sejajar
dengan perpanjangan sumbu pintu atas panggul
dinding abdomen menyokong uterus dan
mempertahankan hubungan antara sumbu
panjang uterus dengan sumbu pintu atas
panggul, kecuali bila dinding tersebut cukup
kendor. Dengan begitu, pusat gravitasi wanita
bergeser ke depan.
Kurva lumbosakrum normal harus
semakin melengkung dan di daerah
servikodorsal harus terbentuk kurvatura (fleksi
anterior kepala berlebihan) untuk
mempertahankan keseimbangan. Payudara
yang besar dan posisi bahu yang bungkuk saat
berdiri akan semakin membuat kurva pungung
dan lumbal menonjol. Pergerakan menjadi lebih
sulit. Struktur Ligamentum dan otot tulang
belakang bagian tengah dan bawah mendapat
tekanan berat. Perubahan ini sering
menimbulkan rasa tidak nyaman pada
muskuloskeletal (Sri Wulan, 2020).
16

2.3.3 Perubahan Psikologis Kehamilan Trimester III


Pada fase trimester ketiga perubahan-
perubahan psikologis pada ibu hamil semakin
kompleks dan meningkat dari trimester
sebelumnya. Hal ini dikarenakan kondisi kehamilan
yang semakin membesar. Beberapa kondisi
psikologis yang terjadi pada trimester ketiga,
antara lain:
1. Rasa tidak nyaman
Rasa tidak nyaman akibat kehamilan
timbul kembali pada trimester ketiga dan pada
kebanyakan ibu merasa bentuk tubuhnya
semakin jelek. Selain itu, perasan tidak
nyaman juga berkaitan dengan adanya
perasaan sedih karena dia akan berpisah dari
bayinya dan kehilangan perhatian khusus yang
diterima selama hamil sehingga ibu
membutuhkan dukungan dari suami, keluarga,
dan tenaga kesehatan.
2. Perubahan emsosional
Pada bulan-bulan terakhir menjelang
persalinan perubahan emosi ibu semakin
berubah-ubah dan terkadang menjadi tidak
terkontrol. Perubahan emosi ini bermuara dari
adanya perasan khawatir, rasa takut, bimbang
dan ragu dengan kondisi kehamilannya saat ini
lebih buruk lagi saat menjelang persalinan atau
kekhawatiran akibat ketidakmampuannya
dalam menjalankan tugas-tugas sebagai ibu
pasca kelahiran bayinya (sri Wulan, 2020).
2.3.4 Kebutuhan Dasar Kehamilan Trimester III
1. Nutrisi
a. Kalori
Ibu hamil membutuhkan tambahan
energi/kalori untuk tumbuh kembang janin,
17

plasenta, jaringan payudara, cadangan


lemak, serta untuk perubahan metabolisme
yang terjadi. Karbohidrat merupakan
sumber utama untuk tambahan kalori yang
dibutuhkan selama kehamilan. Selama
kehamilan, ibu membutuhkan tambahan
500 Kkal sehari.
b. Protein
Kebutuhan protein bagi wanita hamil
sekitar 60 gram per hari. Artinya, wanita
hamil butuh protein 10-15 gr lebih tinggi dari
kebutuhan wanita tidak hamil. Protein
tersebut dibutuhkan untuk mendukung
pertumbuhan dan diferensiasi sel
membentuk jaringan baru, maupun
plasenta dan janin. Protein yang di anjurkan
untuk dikonsumsi 3 porsi protein setiap hari.
c. Lemak
Lemak merupakan sumber
tenaga yang vital dan untuk
pertumbuhan jaringan plasenta. Pada
kehamilan normal, kadar lemak dalam
aliran darah akan meningkat pada akhir
trimester III. Tubuh wanita yang sedang
hamil juga menyimpan lemak yg akan
mendukung persiapannya untuk
menyusui setelah bayi lahir. Sumber
makanan dari lemak yaitu minyak,
margarin, daging, susu, telur, lemak
mentega dan lain-lainnya. Kebutuhan
minyak dalam pedoman gizi seimbang
dinyatakan dalam 4 porsi, di mana satu
porsi minyak adalah 5 gram.
d. Vitamin dan Mineral
Vitamin dan mineral sangat
18

diperlukan dalam mempertahankan


sistem kekebalan tubuh yang optimal,
sayuran dan buah-buahan merupakan
sumber vitamin, mineral dan serat.
Vitamin dan mineral yang terkandung
dalam sayuran dan buah-buahan
berperan sebagi anti oksidan dan
membantu meningkatkan imunitas tubuh
(Wicaksana, 2021).
Tabel 2.1Kebutuhan Nutrisi Perhari Ibu Hamil
Kebutuhan Zat Gizi Tidak Hamil Hamil
Kalori 2000 kkal 2500 kkal
Protein 55 g 60 g
Kalsium 0,5 g 1g
Zat besi 12 g 17 g
Vitamin A 5000 IU 6000 IU
Vitamin D 400 IU 600 IU
Vitamin C 60 mg 90 mg
Sumber: (Wicaksana, 2021)
2. Seksual
Hubungan seksual pada trimester 3
tidak berbahaya kecuali ada beberapa
riwayat berikut yaitu:
a. Pernah mengalami arbotus sebelumnya
b. Riwayat perdarahan pervaginam
sebelumnya
c. Terdapat tanda infeksi dengan adanya
pengeluaran cairan disertai rasa nyeri
dan panas pada jalan lahir

Walaupun ada beberapa indikasi


tentang bahaya jika melakukan hubungan
seksual pada trimester III bagi ibu hamil,
namun faktor lain yang lebih dominan yaitu
turunnya rangsangan libido pada trimester
ini yang membuat kebanyakan ibu hamil
tidak tertarik untuk berhubungan intim
19

dengan pasanganya, rasa nyaman yang


sudah jauh berkurang disertai
ketidaknyamanan seperti pegal/ nyeri di
daerah punggung bahkan terkadang ada
yang merasakan adanya kembali rasa mual
seperti sebelumnya, hal inilah yang
mempengaruhi psikologis ibu di trimester III.
3. Istirahat Cukup
Istirahat dan tidur yang teratur dapat
meningkatkan kesehatan jasmani, rohani,
untuk kepentingan kesehatan ibu sendiri
dan tumbuh kembang janinya di dalam
kandungan. Kebutuhan tidur yang efektif
yaitu 8 jam/ hari.
4. Perawatan Payudara
Perawatan payudara baik dilakukan pada
ibu hamil trimester III selain untuk menjaga
kebersihan daerah payudara juga sebagai
upaya untuk mempersiapkan proses laktasi
pada saat setelah melahirkan.
5. Kebersihan Diri (Personal Hygiene)
Penting bagi ibu menjaga kebersihan
dirinya selama hamil, hal ini dapat
mempengaruhi fisik dan psikologis ibu.
kebersihan lain yang juga penting di jaga
yaitu persiapan laktsi, serta penggunaan bra
yang longgar dan menyangga membantu
memberikan kenyamanan dan keamanan
bagi ibu (Sri Wulan, 2020).
6. Perencanaan Persalinan dan Pengobatan
Komplikasi (P4K) Program Perencanaan
Persalinan dan Pencegahan
Komplikasi (P4K), merupakan suatu
kegiatan yang difasilitasi oleh bidan di desa
dalam rangka peningkatan peran aktif
20

suami, keluarga dan masyarakat dalam


merencanakan persalinan yang aman dan
persiapan menghadapi komplikasi bagi ibu
hamil; termasuk perencanaan penggunaan
KB pasca persalinan dengan menggunakan
stiker sebagai media notifikasi sasaran
dalam rangka meningkatkan cakupan dan
mutu pelayanan kesehatan bagi ibu dan
bayi baru lahir (Sudartini, 2020).
Perencanaan Persalinan dan
Persiapan Komplikasi P4K meliputi:
a. Tempat persalinan, yaitu tempat yang
dipilih oleh ibu hamil dan keluarga untuk
membantu proses persalinan, seperti di
rumah, di klinik bersalin, praktik mandiri
bidan, ataupun rumah sakit.
b. Pendamping, yaitu orang yang
dipercayai dan yang diinginkan oleh ibu
hamil untuk mendampinginya saat
proses persalinan nanti, baik suami,
keluarga maupun kerabat dekat ibu
c. Tabungan Ibu Bersalin (Tabulin), yaitu
barang dan atau barang yang disimpan
oleh keluarga atau pengelola tabulin
secara bertahap sesuai dengan
kemampuannya.
d. Persalinan oleh tenaga kesehatan, yaitu
persalinan nanti akan ditolong oleh
tenaga kesehatan terampil sesuai
standar sepertidokter spesialis kadungan
atau bidan yang sudah memilki surat ijin
praktik.
e. Transportasi, yaitu kendaraan yang
dapat digunakan untuk mengantar calon
ibu bersalin ke tempat persalinan
21

termasuk saat rujukan dan siap setiap


saat agar tidak terjadi keterlambatan
mencapai tempat bersalin ibu.
f. Calon pendonor darah, yaitu orang-
orang yang disiapkan oleh ibu hamil yang
sama golongan darahnya baik suami,
keluarga dan masyarakat yang bersedia
menyumbangkan darahnya jika sewaktu-
waktu dibutuhkan jika ada komplikasi
saat persalinan (Kementrian Kesehatan
RI, 2012).
2.3.5 Ketidaknyamanan Kehamilan Trimester III
1. Sering berkemih
Peningkatan frekuensi berkemih
disebabkan oleh tekanan uterus karena
turunnya bagian bawah janin sehingga
kandung kemih tertekan, dan mengurangi
ruang untuk distensi kandung kemih sebelum
wanita merasa perlu buang air kecil. Untuk
mengatasi kondisi sering berkemih ibu dapat
memperbanyak minum pada siang hari dan
membatasi minum pada 2 jam sebelum tidur
agar tidak mengganggu istirahat tidur ibu.
Menjelaskan mengenai sebabterjadinya hal
tersebut (Irianti, 2015).
2. Haemoroid
Wasir sering didahului oleh sembelit.
Progesteron juga menyebabkan relaksasi
dinding vena dan usus besar. Selain itu, rahim
yang membesar menyebabkan peningkatan
tekanan- khususnya pada pembuluh darah
hemoroid. Untuk mengatasi haemoroid Hindari
konstipasi, makan makanan yang berserat dan
banyak minum, lakukan latihan
mengencangkan perineum (kegel) (Irianti,
22

2015).
3. Sesak nafas
Rahim membesar hingga menekan
diafragma. Selain itu, diafragma terangkat
sekitar 4 cm selama kehamilan. Meskipun ada
beberapa pelebaran diameter transversal
thoraic cage, hal itu tidak cukup untuk
mengkompensasi elevasi diafragma, dan
terjadi penurunan kapasitas residual fungsional
dan volume residual udara. Untuk mengatasi
sesak nafas bisa dengan mengurangi aktivitas
berat dan berlebihan, perhatikan posisi duduk
dan berbaring jika perlu disanggah dengan
bantal pada bagian punggung, menghindari
posisi terlentang karena dapat mengakibatkan
terjadinya ketidakseimbangan ventilasi pervusi
akibat tertekannya vena (suppin hipotention
sindrom) (Irianti, 2015)
4. Sembelit
Penyebab konstipasi pada ibu hamil TM
III adanya peningkatan hormon progesterone
yang mempengaruhi relaksasi otot, sehingga
menyebabkan Gerakan peristaltic pada usu
melambat menjadi kurang efisien. Selain
hormon akibat dari tekanan Rahim yang
membesar di sekitar perut. Untuk menghindari
sembelit bisa dilakukan senam hamil, istirahat
cukup, BAB segera setelah ada dorongan,
istirahat cukup, tingkatkan diet asupan cairan
(Irianti, 2015).
5. Nyeri punggung
Nyeri punggung saat hamil terjadi pada
daerah lumbosacral, karena akan bertambah
intensitas nyeri seiring bertambahnya usia
kehamilan yang disebabkan adanya
23

pergeseran pusat gravitasi wanita dan postur


tubuhnya. Sakit punggung juga bisa terjadi
akibat membungkuk berlebihan, berjalan tanpa
waktu istirahat, dan mengangkat beban.
Pergantian pada sistem
muskuloskeletal dirasakan saat trimester III
karena berkurangnya otot abdomen yang
semakin bertambahnya ukuran rahim, maka
pusat gravitasi tubuh akan bertambah maju
kedepan maka akan ada rasa
ketidakseimbangan otot diarea panggul dan
punggung bagian bawah.
Nyeri punggung bisa dihindari dan
diatasi dengan menghindari aktivitas berat,
memperbaiki postur dan posisi tubuh, dan
melakukan latihan-latihan ringan seperti
senam hamil dan yoga (Irianti, 2015).
2.3.6 Tanda Bahaya Kehamilan Trimester III
Deteksi dini gejala dan tanda bahaya
selama kehamilan merupakan upaya terbaik untuk
mencegah terjadinya gangguan yang serius
terhadap kehamilan ataupun keselamatan ibu
hamil. Faktor predisposisi dan adanya penyakit
penyerta sebaiknya juga dikenali sejak awal
sehingga dapat dilakukan berbagai upaya
maksimal untuk mencegah gangguan yang berat
baik terhadap kehamilan dan keselamatan ibu
maupun bayi yang dikandungnya.
1. Perdarahan Pervaginam
Perdarahan pada masa kehamilan lanjut
setelah 22 minggu sampai sebelum persalinan.
Perdarahan pervaginaan dikatakan tidak
normal bila ada tanda- tanda seperti keluarnya
darah merah segar atau kehitaman dengan
bekuan, perdarahan kadang banyak kadang
24

tidak terus menerus, perdarahan disertai rasa


nyeri. Perdarahan semacam ini bisa berarti
plasenta previa, solusio plasenta, ruptur uteri,
atau dicurigai adanya gangguan pembekuan
darah (Sulistyawati, 2010).
2. Sakit kepala
Sakit kepala yang menunjukan masalah
serius adalah sakit kepala hebat yang menetap
dan tidak hilang setelah beristirahat. Nyeri
kepala hebat pada masa kehamilan dapat
menjadi tanda gejala preeklamsi, dan jika tidak
diatasi dapat mnyebabkan komplikasi kejang
maternal, stroke, koagulapati hingga kematian.
Sehingga perlu dilakukan pemeriksaan
lengkap baik oedem pada tangan/ kaki,
tekanan darah, dan protein urin ibu sejak dini
(Sulistyawati, 2010).
3. Penglihatan kabur
Akibat pengaruh hormonal, ketajaman
penglihatan dapat berubah selama masa
kehamilan. Perubahan ringan (minor) adalah
perubahan yang normal. Jika masalah visual
yang mengindikasikan perubahan mendadak,
misalnya pandangan menjadi kabur dan
berbayang disertai rasa sakit kepala yang
hebat, ini sudah menandakan gejala
preeklamsi. Penglihatan kabur dikarenakan
sakit kepala hebat, sehingga terjadi oedem
pada otak dan meningkatkan resistensi otak
yang mempengaruhi sistem saraf pusat yang
dapat menimbulkan kelainan selebral, dan
gangguan penglihatan (Sulistyawati, 2010).
4. Bengkak pada wajah dan ekstremitas
Hampir separuh dari ibu-ibu hamil akan
mengalami bengkak yang normal pada kaki
25

yang biasanya muncul pada sore hari dan


biasanya hilang setelah beristirahat atau
dengan meninggikan kaki lebih tinggi daripada
kepala. Bengkak yang menjadi masalah serius
yaitu ditandai dengan muncul pembengkakan
pada muka, tangan dan ekstremitas lainya,
bengkak tidak hilang setelah beristirahat,
bengkak disertai dengan keluhan fisik lainnya
(Sulistyawati, 2010).
5. Gerakan janin tidak dirasakan
Ibu hamil mlai dapat merasakan gerakan
bayinya pada usia kehamilan 16-18 minggu
(multigravida, sudah pernah hamil dan
melahirkan sebelumnya) dan 18-20 minggu
(primigravida, baru pertama kali hamil). Jika
janin tidur, gerakannya akan melemah. janin
harus bergerak paling sedikit 3 kali dalam
periode 3 jam (10 gerakan dalam 12 jam).
Gerakan janin akan lebih mudah terasa jika ibu
berbaring/beristirahat, makan dan minum. Jika
ibu tidak merasakan gerakan janin sesudah
usia 22 minggu/ memasuki persalinan, maka
perlu diwaspadai terjadinya gawat janin atau
kematian janin dalam uterus (Sulistyawati,
2010).
6. Nyeri hebat pada abdomen
Nyeri pada daerah abdomen yang tidak
berhubungan dengan persalinan normal
adalah suatu kelainan. Nyeri abdomen yang
mengindikasikan mengancam jiwa adalah
nyeri perut yang hebat, menetap dan tidak
hilang setelah beristirahat, terkadang dapat
disertai dengan perdarahan lewat jalan lahir.
Hal ini bisa berarti appendicitis (radang usus
buntu), kehamilan ektopik (kehamilan di luar
26

kandungan), aborstus (keguguran), penyakit


radang panggul, persalinan preterm, gastritis
(maag), solutio placenta, penyakit menular
seksual, infeksi saluran kemih atau infeksi lain
(Sulistyawati, 2010).
7. Ketuban pecah sebelum waktunya
Dinamakan ketuban pecah sebelum
waktunya apabila terjadi sebelum persalinan
yang disebabkan karena berkurangnya
kekuatan membran/ peningkatan tekanan uteri
yang juga dapat disebabkan adanya infeksi
yang dapat berasal dari vagina dan serviks
yang dapat dinilai dari cairan ketuban di vagina.
Pecahnya selaput ketuban dapat terjadi pada
kehamilan 37 minggu preterm maupun
kehamilan aterm (Sulistyawati, 2010).
2.3.7 Asuhan Standar Minimal Kehamilan
Menurut buku KIA hasil revisi tahun 2020
standar minimal pelayanan kesehatan ibu hamil
yaitu minimal 6 kali selama kehamilan dan minimal
2 kali pemeriksaan oleh dokter pada trimester 1
dan 3. Standar waktu pelayanan tersebut
dianjurkan untuk menjamin perlindungan terhadap
ibu hamil dan janin berupa deteksi dini faktor risiko,
pencegahan, dan penanganan dini komplikasi
kehamilan (Kementrian Kesehatan RI, 2020).
Tabel 2.2 Kunjungan
Pemeriksaan Antenatal

Trimester Jumlah Kunjungan Waktu Kunjungan yang Dianjurkan


Minimal
I 2x Hingga usia kehamilan 12 minggu
II 1x Diatas usia kehamilan 12 minggu
sampai 24 minggu
III 3x Diatas usia kehamilan 24 minggu
sampai 40 mingg
(Kementerian Kesehatan RI, 2020)
27

Standar Pelayanan Antenatal


1. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan
Penimbangan berat badan ibu hamil
setiap kali kunjungan ditujukan guna mendeteksi
adanya gangguan pertumbuhan janin dalam
kandungan. Berat badan ibu hamil yang naik,
tetapi tidak lebih dari 9 kg sampai akhir
kehamilan atau kurag dari 1 kg perbulan diduga
mengalami gangguan pertambahan
pertumbuhan janin. Pengukuran tinggi badan ibu
hamil pada kunjungan pertama bertujuan untuk
menepis adanya faktor risiko terjadinya
cephalopelvic disproportion (CPD) karena
indikator kemungkinan resiko ini adalah tinggi
badan kurang dari 145 cm. (Susiloningtyas,
2012).
Perhitungan IMT (Indeks Masa Tubuh) / BMI (Body
Mass Index)

( )
= IMT
( ) ( )
Sumber : (Siti, 2016)

Tabel 2.3 Klasifikasi IMT Nasional

Klasifikasi IMT Nasional

Kurus Berat <17,0


Ringan 17,0-18,4
Normal 18,5-25,0
Gemuk Ringan 25,1-27,0
Berat >27,0
Sumber: (Kementerian Kesehatan RI, 2018)

2. Tekanan darah
Pengukuran tekanan darah dilakukan setiap
28

kali kunjungan antenatal. Hal ini dilakukan untuk


mendeteksi adanya hipertensi pada kehamilan dan
preeklampsia. Hipertensi adalah tekanan darah
sekurang-kurangnya 140 mmHg sistolik atau 90
mmHg diastolik pada 2x pemeriksaan berjarak 4-6
jam pada wanita yang sebelumnya normotensi.
(Susiloningtyas, 2012).
Supine adalah istilah medis untuk berbaring
telentang. Hipotensi adalah tekanan darah rendah.
Supine hypotensi terjadi pada trimester kedua dan
trimester ketiga yaitu penurunan tekanan darah
sistol >30 mmHg sampai 80 mmHg pada posisi
supine. Pasien hamil dalam posisi telentang
memiliki kompresi vena cava inferior dan aorta
oleh uterus gravid, yang menyebabkan penurunan
aliran balik vena dan dengan demikian hipoperfusi.
Gejalanya meliputi takikardia, diaforesis, mual,
muntah, pucat, lemah, pusing, dan pusing. Wanita
bisa kehilangan kesadaran dan bahkan kematian
ibu dan / atau janin bisa terjadi. Gejala biasanya
terjadi dalam 3-10 menit setelah berbaring.
(Ratnasari & Karina, 2019)
3. Ukur Lingkar Lengan Atas (LILA).
Pada ibu hamil pengukuran LILA
merupakan satu carauntuk mendeteksi dini adanya
Kurang Energi Kronis (KEK) atau kekurangan gizi.
Malnutrisi pada ibu hamil mengakibatkan transfer
nutrient ke janin berkurang, sehingga pertumbuhan
janin terhambat dan berpotensi melahirkan bayi
dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR).
Kurang Energi Kronis (KEK) (ukuran LILA <23,5
cm), yang menggambarkan kekurangan pangan
dalam jangka Panjang baik dalam jumlah maupun
kualitasnya. (Susiloningtyas, 2012).
29

Tabel 2 4 Nilai Ambang Batas LILA

Nilai Ambang Batas LILA (cm) KEK

<23,5 Risiko KEK


>23,5 Tidak risiko KEK
Sumber: (Ningrum, 2020)

Ibu yang menderita KEK sebelum hamil


biasanya berada pada status gizi yang kurang,
sehingga pertambahan berat badan selama hamil
harus lebih besar. Makin rendah IMT pra hamil
makamakin rendah berat lahir bayi yang dikandung
dan makin tinggi risiko BBLR. (Ningrum, 2020)
4. Ukur Tinggi Fundus Uteri
Pemeiksaan TFU dilakukan setiap kali
kunjungan antenatal. Bertujuan untuk mendeteksi
adanya gangguan pertumbuhan janin atau intra-
uterine growth retardation (IUGR). Pengukuran
TFUdapat dilakukan dengan pemeriksaan Leopold
setelah usiakehamilan 12 minggu.
(Susiloningtyas, 2012).
Tabel 2 5 Tinggi Fundus Menurut Leopold
No Usia TFU berdasarkan perabaan TFU berdasarkan cm
kehamilan
1 12 minggu 1-2 jari diatas simfisis
2 16 minggu Pertengahan pusat dan
simfisis
3 20 minggu 3 jari di bawah pusat
4 22 minggu 24-25 cm di atas simfisis
5 24 minggu Sejajar [usat
6 28 minggu 3 jari di atas pusat 26,7 cm di atas simfisis
7 30 minggu 29,5-30 cm di atas simfisis
8 32 minggu Pertengahan pusat dan px 29,5-30 cm di atas simfisis
9 34 minggu 31 cm di atas simfisis
30

10 36 minggu 3 jari di bawah px 32 cm di atas simfisis


11 38 minggu 33 cm di atas simfisis
12 40 minggu Pertengahan pusat dan px 37,7 di atas simfisis
(Poltekes Surakarta, 2014)

5. Penentuan Presentasi Janin dan Denyut


Jantung Janin (DJJ).
Menentukan presentasi janin dilakukan
pada akhir trimester II dan selanjutnya setiap kali
kunjungan antenatal. Pemeriksaan ini bertujuan
untuk mengetahui letak janin. Kelainan letak,
panggul sempit atau masalah lain ditentukan
apabila bagian terendah janin bukan kepala atau
kepala janin belum masuk pintu atas panggul
pada trimester III. Menentukan presentasi janin
dilakukan dengan melakukan pemeriksaan leopold
I-IV.
1) Leopold I: untuk menentukan tinggi fundus
uteri, bagian janin dalam fundus, dan
konsistensi fundus.
2) Leopold II: Menentukan batas samping rahim
kanan/kiri dan menentukan letak punggung
3) Leopold III: Menentukan bagian terbawah janin
di atas simfisis ibu dan bagian terbawah janin
sudah masuk pintu atas panggul (PAP) atau
masih bisa digoyangkan
4) Leopold IV: Menentukan bagian terbawah janin
dan seberapa jauh janin sudah masuk (pintu
atas panggul) PAP
1) Konvergen: bagian terbawah janin belum
masuk ke PAP.
2) Sejajar: bagian terbawah janin sebagian
telah masuk ke PAP.
3) Divergen: sebagian besar bagian terbawah
31

janin telah masuk ke PAP

Penilaian DJJ dilakukan pada akhir


trimester 1 dan selanjutnya setiap kali
kunjungan antenatal. DJJ lambat kurag dari
120x/menit atau DJJ cepat lebih dari
160x/menit menunjukan adanya gawat janin.
(Susiloningtyas, 2012).
6. Penentuan Status Imunisasi TT
Infeksi tetanus merupakan salah satu
penyebab kematian ibu dan kematian bayi.
Kematian karena infeksi tetanus ini merupakan
akibat dari proses persalinan yang tidak
aman/steril atau berasal dari luka yang
diperoleh ibu hamil sebelum melahirkan.
Sebagai upaya mengendalikan infeksi tetanus
yang merupakan salah satu faktor risiko kematian
ibu dan kematian bayi, maka dilaksanakan
program imunisasi Tetanus Toksoid Difteri (Td)
bagi Wanita Usia Subur (WUS) dan ibu
hamil.(Kemenkes RI,2019b).
Pemberian dapat dimulai sebelum dan
atau saat hamil yang berguna bagi kekebalan
seumur hidup. Table Interval pemberian
imunisasi Td dan lama masa perlindungan yang
diberikan.
Tabel 2 6 Waktu Pemberian Tetanus Toksoid
Waktu Pemberian Lama Masa Perlindungn

Td1 sebelum atau saan hamil Langkah awal pembentukan


kekebalan tubuh terhadap
penyakit tetanus.
Td2 4 minggu setelah Td1 3 tahun
Td3 6 bulan setelah Td2 5 tahun
Td4 1 tahun setelah Td 3 10 tahun
32

Td5 1 tahun setelah Td 4 25 tahun


Sumber: (profil kesehatan indonesia, 2018)

7. Pemberian Tablet Tambah (Fe)


Anemia pada ibu hamil dapat
meningkatkan risiko kelahiran prematur,
kematian ibu dan anak, serta penyakit infeksi.
Anemia defisiensi besi pada ibu dapat
mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan janin/bayi saat kehamilan
maupun setelahnya. Untuk mencegah anemia
setiap ibu hamil diharapkan mendapatkan
tablet tambah darah (TTD) minimal 90 tablet
selama kehamilan. Pemberian preparat Fe 60
mg per hari dapat menaikkan kadar Hb
sebanyak 1 g% per bulan. Tablet besi
sebaiknya tidak diminum Bersama air the dan
kopi karena akan mengganggu penyerapan zat
besi tersebut. (Kemenkes RI, 2019b)
8. Pelayanan tes laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang
dilakukan pada ibu hamil adalah pemeriksaan
laboratorium rutin dan khusus. pemeriksaan
laboratorium adalah pemeriksaan yang harus
dilakukan pada setiap ibu hamil yaitu golongan
darah, haemoglobin, dan pemeriksaan
spesifikdaerah edemis/epidermi (malaria, HIV,
dll). Sementara pemeriksaan laboratorium
khusus adalah pemeriksaan laboratorium lain
yang akan digunakan atas indikasi pada ibu
hamil yang melakukan kunjungan antenatal.
(Susiloningtyas, 2012).
9. Tatalaksana/Penanganan Kasus
Penetapan diagnose dilakukan setelah
pengkajian maupun pemeriksaan secara
33

lengkap. Setiap kelainan yang ditemukan dari


hasil pemeriksaan harus di tatalaksana sesuai
dengan standar dan kewenangan bidan. Apabila
terdapat kasus kegawatdaruratan atau kasus
patologis harus dilakukan rujukan ke fasilitas
yang lebih lengkap sesuai alur rujukan.
10. Temu Wicara
Tenaga kesehatan memberi penjelasan
mengenai perawatan kehamilan, pencegahan
kelainan bawaan, persalinan dan inisaiasi
menyusu dini (IMD), nifas, perawatan bayi baru
lahir, ASI ekslusif, Keluarga Berencana dan
imunisasi pada bayi. Penjelasan ini diberikan
secara bertahap pada kunjungan saat hamil.
2.4 Konsep Dasar Teori Persalinan
2.4.1 Definis Persalinan
Persalinan adalah proses membuka dan
menipisnya serviks dan janin turun ke dalam jalan
lahir. Kelahiran adalah proses dimana janin dan
ketuban didorong keluar melalui jalan lahir.
Persalinan dan kelahiran normal adalah proses
pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan
cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan
presentasi belakang kepala yang berlangsung
dalam 18 jam tanpa komplikasi baik pada ibu
maupun janin.
Persalinan normal adalah proses
pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang
telah cukup bulan dan dapat hidup di luar uterus
melalui vagina secara spontan. Pada akhir
kehamilan, uterus secara progresif lebih peka
sampai akhirnya timbul kontraksi kuat secara ritmis
sehingga bayi dilahirkan (Manuaba dalam
Yulizawati et al, 2019).
34

2.4.2 Tujuan Persalinan Normal


Tujuan utama dari asuhan persalinan ini
adalah mengupayakan kelangsungan hidup serta
mencapai derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu
dan bayinya melalui berbagai upaya yang
terintegrasi dan lengkap serta intervensi minimal
sehingga prinsip keamanan dan kualitas pelayanan
dapat terjaga secara optimal. Tujuan lain dari
asuhan persalinan adalah: (Indrayani, 2016)
a. Untuk memastikan bahwa proses persalinan
berjalan normal atau alamiah dengan
intervensi minimal sehingga ibu dan bayi
selamat dan sehat.
b.Memelihara, mempertahankan dan
meningkatkan kesehatan fisik, mental, sosial,
dan spiritual ibu.
c. Memastikan tidak ada penyulit/komplikasi
dalam persalinan.
d. Memfasilitasi ibu agar mendapatkan
pengalaman melahirkan yang menyenangkan
sehingga dapat memberikan dampak positif
terhadap kelancaran masa nifasnya.
e. Memfasilitasi jalinan kasih saying antara ibu,
bayi dan keluarga.
Mempersiapkan ibu dan keluarga dalam
menghadapi perubahan peran terhadap
kelahiran bayinya.
2.4.2 Lima Benang Merah dalam Asuhan
Persalinan
Lima Aspek dasar atau disebut limabenang
merah dalam asuhan perslinan dirasa sangat
penting dalam memberikan asuhan persalinandan
kelahiran bayi yang bersih dan aman. Berbagai
aspek tersebut melekat dalam setiap perlsainan
35

baik normal maupun patologis. Kelima aspek ini


selalu berlaku dalam penatalakasanaan
persalinan. Lima benang merah asuhan
persalinan yaitu, membuat keputusan klinik,
asuhan sayang ibu dan sayang bayi, pencegahan
infeksi, pencatatan (rekam medik) dan rujukan.
Lima benang merah ini akan selalu berlaku dalam
penatalaksanaan persalinan, mulai dari kala satu
hingga kala empat termasuk penatalaksanaan
bayi baru lahir (Indrayani, 2016).
2.4.3 Sebab-Sebab Terjadinya Persalinan
Ada beberapa teori yang menjelaskan
tentang sebab terjadinya persalinan:
1. Teori penurunan progesterone
Villi koriales mengalami perubahan-
perubahan, sehingga kadar progesterone
menurun. Menurunnya kadar hormon ini terjadi
kira- kira 1-2 minggu sebelum partus dimulai.
Selanjutnya otot rahim menjadi sensitif
terhadap oksitosin. Penurunan kadar
progesteron pada tingkat tertentu
menyebabkan otot rahim mulai kontraksi
(Indrayani, 2016).
2. Teori oksitosin
Oksitosi dikeluarkan oleh kelenjar
hipofisis posterior. Perubahan keseimbangan
estrogen dan progesterone mengubah
sensitivitas otot uterus, sehingga sering
terjadinya kontraksi Braxton hicks. Dengan
semakin tuanya kehamilan kadar progesterone
menurun dan terjadi peningkatan reseptor
oksitosin dalam otot rahim, prostaglandin
memengaruhi persalinan dengan cara
melunakkanserviks dan menstimulasi kontraksi
uterus. Diduga bahwa oksitosin dapat
36

meningkatkan pembentukan prostaglandin dan


persalinan dapat berlangsung terus (Indrayani,
2016).
3. Teori keregangan otot rahim
Keadaan uterus yang terus membesar
dan menjadi tegang mengakibatkan iskemia
otot-otot uterus. Hal ini merupakan faktor yang
dapat mengganggu sirkulasi uteroplasenter
sehingga plasenta mengalami degenerasi. Otot
rahim mempunyai kemampuan meregang
sampai batas tertentu. Apabila batas tersebut
sudah terlewati, maka akan terjadi kontraksi
sehingga persalinan dapat dimulai (Indrayani,
2016).
4. Teori prostaglandin
Peningkatan kadar prostaglanding sejak
usia kehamilan 15 minggu yang dikeluarkan
oleh desidua. Apabila terjadi peningkatan
berlebihan dari prostaglandin saat hamil dapat
menyebabkan kontraksi uterus sehingga
menyebabkan hasil konsepsi dikeluarkan,
karena prostaglandin dianggap dapat
merupakan pemicu terjadinya persalinan
(Indrayani, 2016).
5. Teori janin
Terdapat hubungan hipofisis dan
kelenjar suprarenal yang menghasilkan sinyal
kemudian diarahkan kepada maternal sebagai
tanda bahwa janin telah siap lahir. Namun
mekanisme ini belum diketahui secara pasti
(Manuaba dalam Yulizawati et al, 2019).
6. Teori berkurangnya nutrisi
Teori berkurangnya nutrisi pada janin
diungkapkan oleh Hippocrates untuk pertama
kalinya. Hasil konsepsi akan segera
37

dikeluarkan bila nutrisi telah berkurang


(Indrayani, 2016).
7. Teori plasenta menjadi tua
Plasenta yang semakin tua seiring
dengan bertambahnya usia kehamilan akan
menyebabkan turunnya kadar estrogen dan
progesteron sehingga timbul kontraksi rahim
(Indrayani, 2016).
2.4.4 Tanda-tanda Persalinan
1. His
Ada 2 macam kontraksi yang pertama
kontraksi palsu (Braxton hicks) dan kontraksi
yang sebenarnya. Pada kontraks palsu
berlangsung sebentar, tidak terlalu sering dan
tidak teratur, semakin lama tidak ada
peningkatan kekuatan kontraksi. Sedangkan
kontraksi yang sebenarnya bila ibu hamil
merasakan kenceng-kenceng makin sering,
waktunya semakin lama, dan makin kuat
terasa, diserta mulas atau nyeri seperti kram
perut. Perut bumil juga terasa kencang.
Kontraksi bersifat fundal recumbent/nyeri yang
dirasakan terjadi pada bagian atas atau bagian
tengah perut atas atau puncak kehamilan
(fundus), pinggang dan panggul serta perut
bagian bawah. Tidak semua ibu hamil
mengalami kontraksi (His) palsu. Kontraksi ini
merupakan hal normal untuk mempersiapkan
rahim untuk bersiap mengadapipersalinan.
2. Pembukaan Serviks
Biasanya pada bumil dengan kehamilan
pertama, terjadinyapembukaan ini disertai nyeri
perut. Sedangkan pada kehamilan anak kedua
dan selanjutnya, pembukaan biasanya tanpa
diiringi nyeri. Rasa nyeri terjadi karena adanya
38

tekanan panggul saat kepala janin turun ke


area tulang panggul sebagai akibat
melunaknya rahim. Untuk memastikan telah
terjadi pembukaan, tenaga medis biasanya
akan melakukan pemeriksaan dalam (vaginal
toucher).
3. Pecahnya ketuban dan bloody show
Dalam bahasa medis disebut bloody
show karena lendir ini bercampur darah. Itu
terjadi karena pada saat menjelang persalinan
terjadi pelunakan, pelebaran, dan penipisan
mulut rahim. Bloody show seperti lendir yang
kental dan bercampur darah. Menjelang
persalinan terlihat lendir bercampur darah yang
ada di leher rahim tsb akan keluar sebagai
akibat terpisahnya membran selaput yang
menegelilingi janin dan cairan ketuban mulai
memisah dari dinding rahim.
Tanda selanjutnya pecahnya ketuban,
di dalam selaput ketuban (korioamnion) yang
membungkus janin, terdapat cairan ketuban
sebagai bantalan bagi janin agar terlindungi,
bisa bergerak bebas dan terhindar dari trauma
luar. Terkadang ibu tidak sadar saat sudah
mengeluarkan cairan ketuban dan terkadang
menganggap bahwa yang keluar adalah air
pipisnya. Cairan ketuban umumnya berwarna
bening, tidak berbau, dan akan terus keluar
sampai ibu akan melahirkan. Keluarnya cairan
ketuban dari jalan lahir ini bisa terjadi secara
normal namun bias juga karena ibu hamil
mengalami trauma, infeksi, atau bagian
ketuban yang tipis (locus minoris) berlubang
dan pecah. Setelah ketuban pecah ibu akan
mengalami kontraksi atau nyeri yang lebih
39

intensif.
2.4.5 Tahapan persalinan
1. Kala I (pembukaan jalan lahir)
Kala I persalinan dimulai dengan
kontraksi uterus yang teratur dan diakhiri
dengan dilatasi serviks lengkap. Dilatasi
lengkap dapat berlangsung kurang dari satu
jam pada sebagian kehamilan multipara. Pada
kehamilan pertama, dilatasi serviks jarang
terjadi dalam waktu 12 jam sedangkan pada
multigravida ialah 8 jam.
a. Fase laten: berlangsung selama 8 jam.
Pembukaan terjadi sangat lambat sampai
mencapai ukuran diameter 3 cm. Fase
laten diawali dengan mulai timbulnya
kontraksi uterus yang teratur yang
menghasilkan perubahan serviks.
b. Fase aktif: dibagi dalam 3 fase lagi yakni:
1) Fase akselerasi. Dalam waktu 2 jam
pembukaan 3 cm tadimenjadi 4 cm.
2) Fase dilatasi maksimal. Dalam waktu
2 jam pembukaan berlangsung sangat
cepat, dari 4 cm menjadi 9 cm.
3) Fase deselerasi. Pembukaan
menjadi lambat kembali.
Dalam waktu 2 jam, pembukaan dari 9
cm menjadi lengkap
2. Kala II (Pengeluaran)
Kala II persalinan adalah tahap di mana
janin dilahirkan. Pada kala II, his menjadi lebih
kuat dan lebih cepat, kira-kira 2 sampai 3 menit
sekali. Saat kepala janin sudah masuk di ruang
panggul, maka pada his dirasakan tekanan
pada otot-otot dasar panggul, yang secara
40

reflektoris menimbulkan rasa mengedan.


Wanita merasakan tekanan pada rektum dan
hendak buang air besar. Kemudian perineum
mulai menonjol dan menjadi lebar dengan anus
membuka. Labia mulai membuka dan tidak
lama kemudian kepala janin tampak dalam
vulva pada waktu his. Dengan his dan
kekuatan mengedan maksimal, kepala janin
dilahirkan dengan presentasi suboksiput di
bawah simfisis, dahi, muka dan dagu. Lama
kala II pada primigravida 2 jam sedangkan pada
multigravida 1 jam (Indrayani & E.U.Djami,
2016).
3. Kala III (Pengeluaran Uri)
Kala III persalinan berlangsung sejak
janin lahir sampai plasenta lahir. Setelah bayi
lahir, uterus teraba keras dengan fundus uteri
agak di atas pusat. Beberapa menit kemudian,
uterus berkontraksi lagi untuk melepaskan
plasenta dari dindingnya. Biasanya plasenta
lepas dalam 6 sampai 15 menit setelah bayi
lahir dan keluar spontan atau dengan tekanan
pada fundus uteri. Pemisahan plasenta
ditimbulkan dari kontraksi dan retraksi
miometrium sehingga mempertebal dinding
uterus dan mengurangi ukuran area plasenta.
Area plasenta menjadi lebih kecil sehingga
plasenta mulai memisahkan diri dari dinding
uterus karena plasenta tidak elastis seperti
uterus dan tidak dapat berkontraksi atau
beretraksi (Indrayani & E.U.Djami, 2016).
4. Kala IV (2 jam setelah melahirkan)
Kala IV persalinan ditetapkan
berlangsung kira-kira dua jam setelah plasenta
lahir. Periode ini merupakan masa pemulihan
41

yang terjadi segera jika homeostasis


berlangsung dengan baik. Pada tahap ini,
kontraksi otot rahim meningkat sehingga
pembuluh darah terjepit untuk menghentikan
perdarahan. Pada kala ini dilakukan observasi
terhadap tekanan darah, pernapasan, nadi,
kontraksi otot rahim dan perdarahan selama 2
jam pertama. Selain itu juga dilakukan
penjahitan luka laserasi atau episiotomi.
Tabel 2.7 Derajat laserasi Perineum

Derajat 1 Derajat 2 Derajat 3 Derajat 4

Mukosa Vagina, Mukosa Mukosa Vagina, Mukosa Vagina,


fourchette posterior, Vagina, fourchette fourchette posterior,
kulit perineum fourchette posterior, kulit kulit perineum, otot-
posterior, kulit perineum, otot- otot perineum, otot
perineum, otot otot perineum, sfingter ani eksternal,
perineum otot sfingter ani dinding rectum
eksternal anterior

Penatalaksanaan

Tidak perlu di jahit Lakukan Penolong APN tidak dibekali keterampilan


jika tidak ada penjahitan untuk reparasi laserasi perineum derajat 3
perdarahan dan atau 4. Segera rujuk ke fasilitas rujukan.
aposisi luka baik

Sumber: (Indrayani & E.U.Djami, 2016)

2.4.6 Asuhan Persalinan Normal


Fokus asuhan persalinan normal adalah
persalinan bersih dan aman serta mencegah
terjadinya komplikasi. Tujuan asuhan persalinan
normal adalah menjaga kelangsungan hidup dan
memberikan derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu
dan bayinya melalui upaya yang terintegrasi dan
lengkap tetapi dengan intervensi yang seminimal
mungkin agar prinsip keamanan dan kualitas
pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang
diinginkan (optimal). Praktik-praktik pencegahan
42

yang dilakukan dalam asuhan persalinan normal:


1. Secara konsisten dan sistematis
menggunakan praktik pencegahan infeksi
seperti mencuci tangan, penggunaan sarung
tangan, menjaga sanitasi lingkungan yang
sesuai bagi proses persalinan, kebutuhan bayi
dan proses ulang peralatan bekas pakai.
2. Memberikan asuhan yang diperlukan,
memantau kemajuan dan menolong proses
persalinan serta kelahiran bayi. Menggunakan
partograph untuk membuat keputusan klinik,
sebagai upaya pengenalan adanya gangguan
proses persalinan atau komplikasi dini agar
dapar memberikan tindakan yang paling tepat
dan memadai.
3. Memberikan asuhan sayang ibu di setiap
tahapan persalinan, kelahiran dan masa nifas,
termasuk memberikan penjelasan bagiibu dan
keluarganya tentang proses persalinan serta
menganjurkan suami atau keluarga untuk
berpartisipasi dalam proses persalinan.
4. Melaksanakan MAK III untuk mencegah
perdarahan pascapersalinan
5. Membangun naluri alamiah bayi baru lahir
untuk melaksanakan IMD dan efek protektif
lainnya (termoregulasi) melalui kontak kulit- ke
kulit ibu-bayi.
6. Melaksanakan pemantauan kondisi kondisi
optimal dan antisipasi komplikasi bagi ibu dan
bayi termasuk pemeriksaan fisik esensial
keduanya.
7. Mengajarkan pada ibu dan keluarga untuk
mengenali gejala dan tanda bahaya pada masa
nifas pada ibu dan bayi baru lahir.
8. Mendokumentasikan semua asuhan yang
43

diberikan (JNPK-KR, 2014


2.4.7 Faktor yang mempengaruhi persalinan
1. Passanger
Malpresentasi atau malformasi janin
dapat mempengaruhi persalinan normal. Pada
faktor passenger, terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi yakni ukuran kepala janin,
presentasi, letak, sikap dan posisi janin. Karena
plasenta juga harus melalui jalan lahir, maka ia
dianggap sebagai penumpang yang menyertai
janin.
2. Passage way
Jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yakni
bagian tulang yang padat, dasar panggul,
vagina, dan introitus (lubang luar vagina).
Meskipun jaringan lunak khususnya lapisan-
lapisan otot dasar panggul ikut menunjang
keluarnya bayi, tetapi panggul ibu jauh lebih
berperan dalam proses persalinan. Janin harus
berhasil menyesuaikan dirinya terhadap jalan
lahir yang relatif kaku.
Tabel 2.8 Penurunan Bagian Terendah Janin
Station Hodge Perlimaan

-3: kepala janin belum 5/5: kepala diatas PAP,


masuk PAP atau masih mudah digerakkan.
mengambang

-2: bagian terendah HI: bidang datar yang 4/5: bagian terbesar
janin mulai mengarah melalui bagian atas simfisis kepala belum masuk
dan turun ke PAP dan promontorium. Bidang panggul, sulit digerakkan
ini dibentuk pada lingkaran
pintu atas panggul HI-HII
44

-1: sebagian kecil HII: bidang yang sejajar 3/5: bagian terbesar
bagian terendah janin dengan bidang Hodge I kepala belum masuk
sudah masuk PAP terletak setinggi bagian panggul
bawah simfisis HII-HIII

0: sebagian besar 2/5: bagian terbesar


kepala sudah masuk kepala sudah masuk
panggul sejajar spina panggul
ischiadika HIII
HIII: bidang yang sejajar
dengan bidang Hodge I dan
+1: bagian terendah II, terletak setinggi spina 1/5: kepala di dasar
janin melewati spina ischiadica kanan dan kiri panggul
ischiadika, masuk ke HIII-HIV
bidang tengah/ terluas
panggul
+2: bagian terendah
janin masuk bidang
sempit panggul menuju
vulva
+3: bagian terendah HIV bidang yang sejajar 0/5: kepala di perineum.
janin melewati panggul dengan Hodge I, II, III,
dan tampak di vulva terletak setinggi oscoccygis. HIV

Sumber: (Indrayani, 2016)

3. Power
His adalah salah satu kekuatan pada ibu
yang menyebabkan serviks membuka dan
mendorong janin ke bawah. Pada presentasi
kepala, bila his sudah cukup kuat, kepala akan
turun dan mulai masuk ke dalam rongga
panggul. Ibu melakukan kontraksi involunter dan
volunteer secara bersamaan
4. Position
Posisi ibu mempengaruhi adaptasi
anatomi dan fisiologi persalinan. Mengubah
posisi membuat rasa letih hilang, memberi rasa
nyaman, dan memperbaki sirkulasi.
5. Psychologic
45

Dalam persalinan terdapat kebutuhan


emosional jika kebutuhan tidak terpenuhi paling
tidak sama seperti kebutuhan jasmaninya. Rasa
takut, tegang dan cemas mungkin
mengakibatkan proses kelahiran berlangsung
lambat sepert pengalaman melahirkan
sebelumnya, kebiasaan adat, emosi dan
persiapan intelektual, serta dukungan dari orang
terdekat ibu.
a. Peran orang terdekat
Kehadiran seorang pendamping pada
saat persalian dapat menimbulkan efek
positif terhadap persalinan dalam artian
menurunkan morbiditas, mengurangi rasa
sakit, serta persalinan yang lebih singkat.
Selain itu kehadiran pendamping persalinan
dapat memberikan rasa nyaman, aman,
semangat, dukungan emosional.
b. Pengurangan rasa nyeri
Nyeri adalah suatu keadaan yang
tidak menyenangkan dan kompleks yang
merupakan fenomena yang sangat
individual dengan komponen sensorik dan
emosional. Nyeri bersifat sbyektif, sehingga
hanya orang yang merasakannya yang
paling akurat dalam mendefinisikan nyeri.
Rasa nyeri ini dapat dipengaruhi oleh
kelelahan, kecemasan dan rasa takut yang
dapat meningkatkan rasa nyeri. Adapun
hormone yang terlibat dalam persalinan
yang berhubungan dengan nyeri:
1) Kortisol: kortisol disekresi oleh adrenal,
kadar kortisol akan meningkat dalam
keadaan stress fisik atau emosi. Kadar
kortisol dan ketokolamin meningkat saat
46

persalinan dan berkorelasi positif


dengan kecemasan serta nyeri
persalinan, sehingga kortisol dapat
menjadi tanda tingginya kecemasan.
2) Endorphin: endorphin merupakan
peptide opoid, termasuk penghilang rasa
nyeri alami. Kemungkinan endorphin
merupakan neurotransmitter atau
neuromodulator yang menghambat
transmisi pesan nyeri. Usia kehamilan
36 minggu kadar endorphin dalam darah
meningkat, adanya endorphin pada sel
saraf dapat menurunkan sensasi rasa
nyeri.
3) Katekolamin: katekolamin disekresi
ketika ibu hamil merasa cemas dan
takut, menghambat kontraksi uterus dan
aliran darah ke plasenta. Selama
persalinan katekolamin meningkat
sebagai respons peningkatan tres, nyeri
dan komplikasi intrapartum.
Nyeri tidak dapat diukur secara
obyektif, namun tipe nyeri yang muncul
dapat diramalkan berdasarkan tanda
dan gejalanya atau berpatokan pada
ucapan dan perilaku ibu. Ibu kadang
diminta untuk menggambarkan nyeri
yang dialaminya sebagai verbal yaitu
nyeri ringan, sedang atau berat.
Terdapatbeberapa cara untuk mengukur
nyeri seperti visual analogue scale
(VAS) dimana skala ini dapat diketahui
dengan kata-kata kunci pada keadaan
yang ekstrim yaitu tidak nyeri dan nyeri
senyeri-nyerinya. Numerical rating scale
47

(NRS), skala ini memiliki nilai numeris


dan hubungan antara berbagai tingkat
nyeri. Skala nyeri ini terdiri dari garis 0-
10 cm yang telah ditentukan terlebih
dahulu berdasarkan daerah yang paing
nyeri kemudian diberi skalanya
Rasa nyeri yang dihubungkan
dengan persalinan dapat digambarkan
sebagai salah satu nyeri yang paling
intensif yang pernah dialami ibu. Nyeri
persalinan tidak perludihilangkan secara
total, tetapi sangat penting untuk
mengelola dengan baik secara
individual. Adapun beberapa cara untuk
mengurangi nyeri persalinan adalah:
1) Teknik pernafasan
Teknik pernafasan perlu
diajarkan pada kelas persiapan
persalinan untuk mempersiapkan ibu
agar dapat menghadapai stress saat
melahirkan. Teknik ini diharapkan
dapat membuat ibu lebih rileks
sehingga mengurangi persepsi nyeri
dan membantu ibu mempertahankan
control dirinya terhadap nyeri selama
persalinan. teknik pernafasan ini
dapat membantu mengurangi
ketidaknyamanan yang dihasilkan
oleh gesekan antara uterus dan
rongga perut selama kontraksi larena
otot-otot daerah genital juga menjadi
lebih rileks, sehingga tidak
mengganggu penurunan janin.
Semua pola pernafasan
dimulai dengan bernafas dalam,
48

relaksasi, nafas pembersihan untuk


menyambut kontraksi dan diakhiri
dengan nafas dalam-dalam
dihembuskan dengan lembut untuk
mengusir kontraksi (Indrayani, 2016).
2) Pijat endorphin
Hormon endorfin adalah
senyawa kimia yang membuat
seseorang merasa senang. Endorfin
diproduksi oleh kelenjar pituitary yang
terletak di bagian bawah otak.
Hormon ini bertindak seperti
morphine, bahkan 200 kali lebih
besar dari morphine.
Endorphine massage
merupakan sebuah terapi sentuhan
atau pijatan ringan yang merangsang
tubuh melepaskan senyawa
endorphine. Endorphine massage ini
sangat bermanfaat karena dapat
memberikan kenyamanan, rasa rileks
dan juga ketenangan sehingga nyeri
dapat berkurang. Teori sentuhan
ringan adalah mengenai otot polos
yang berada tepat di bawah
permukaan kulit atau biasa disebut
pilus erector yang bereaksi lewat
kontraksi ketika dirangsang. Pijat ini
dilakukan dengan pijatan pada leher
sampai punggung bawah dengan
membentuk V terbalik dan dilakukan
kurang lebih 30 menit atau sampai ibu
dapat merasakan kenyamanan dan
dapat dilakukan berulang (Shofista,
2022).
49

6. Penolong
Peran dari penolong persalinan dalam
hal ini bidan dalah mengantisipasi dan
menangani komplikasi yang mungkin terjadi
pada ibu dan janin.
2.4.8 Mekanisme Persalinan
1. Engagement
Engagement pada primigravida terjadi pada
bulan terakhir kehamilan sedangkan pada
multigravida dapat terjadi pada awal persalinan.
engagement adalah peristiwa ketika diameter
biparetal (Jarak antara dua paretal) melewati
pintu atas panggul dengan sutura sagitalis
melintang atau oblik di dalam jalan lahir dan
sedikit fleksi. Masuknya kepala akan mengalami
ksulitan bila saat masuk ke dalam panggu
dengan sutura sgaitalis dalam antero posterior.
Jika kepala masuk kedalam pintu atas panggul
dengan sutura sagitalis melintang di jalan lahir,
tulang parietal kanan dan kiri sama tinggi, maka
keadaan ini disebut sinklitismus. Kepala pada
saat melewati pintu atas panggul dapat juga
dalam keadaan dimana sutura sgaitalis lebih
dekat ke promontorium atau ke simfisis makahal
ini disebut asinklitismus.
2. Penurunan kepala
Dengan fleksi kepala janin memasuki ruang
panggul dengan ukuran yang paling kecil, yakni
dengan diameter suboksipitobregmatikus (9,5
cm) dan dengan sirkumferensia
suboksipitobregmatikus (32 cm) sampai di dasar
panggul kepala janin berada di dalam keadaan
fleksi maksimal.
3. Decents
Pada primipara engangement terjadi sebelum
50

inpartu dan berlanjut sampai awal kala II


sedangkan pada multipara decent dan
engagement berlangsung bersamaan dengan
dilatasi serviks. Kepala yang sedang turun
menemui diafragma pelvis yang berjalan dari
belakang atas ke bawah depan.
4. Putaran paksi dalam
Akibat kombinasi elastisitas diafragma pelvis
dan tekanan intrauterin disebabkan oleh his
yang berulang-ulang, kepala mengadakan
rotasi, disebut pula putaran paksi dalam. Di
dalam hal mengadakan rotasi ubun-ubun kecil
akan berputar ke arah depan, sehingga di dasar
panggul ubun-ubun kecil di bawah simfisis, dan
dengan suboksiput sebagai hipomoklion.
5. Ekstensi
Kepala mengadakan gerakan defleksi untuk
dapat dilahirkan. Pada tiap his, vulva lebih
membuka dan kepala janin makin tampak.
Perineum menjadi makin lebar dan tipis, anus
membuka dinding rektum. Akibat proses
desensus lebih lanjut, terjadi regangan perineum
dan diikuti dengan “crowning”. Dengan kekuatan
his bersama dengan kekuatan mengejan,
berturut-turut tam- pak bregma, dahi, muka, dan
akhirnya dagu.
6. Putaran paksi luar
Sesudah kepala lahir, kepala segera
mengadakan rotasi, yang disebut putaran paksi
luar. Putaran paksi luar ini ialah gerakan kembali
ke posisi sebelum putaran paksi dalam terjadi,
untuk menyesuaikan kedudukan kepala dengan
punggung anak.
7. Ekspulsi
Bahu melintasi pintu atas panggul dalam
51

keadaan miring. Di dalam rongga panggul bahu


akan menyesuaikan diri dengan bentuk panggul
yang dilaluinya, sehingga di dasar panggul,
apabila kepala telah dilahirkan, bahu akan
berada dalam posisi depan belakang.
Selanjutnya dilahirkan bahu depan terlebih
dahulu, baru kemudian bahu belakang. Demikian
pula dilahirkan trokanter depan terlebih dahulu,
baru kemudian trokanter belakang. Kemudian,
bayi lahir seluruhnya.
2.4.9 Asuhan Kala I-Kala IV
1. Kala I
a. Identifikasi Masalah
1) Mengkaji riwayat Kesehatan
a) Pengkajian fisik maternal
b) Pengkajian fisik janin
2) Penentuan diagnosis
3) Penilaian kemajuan persalinan
4) Pemantauan kesejahteraan ibu dan
janin melalui partograph
5) Dukungan emosional dari tenaga
kesehatan, maupun keluarga
6) Pengendalian nyeri.
2. Kala II
a. Memantau kesejahteraan ibu dan janin
b. Melakukan pertolongan persalinan
3. Kala III
a. Melakukan penyuntikan oksitosin
b. Melakukan penegangan tali pusat
terkendali (PTT)
4. Kala IV
a. Mengajarkan cara masase fundus uteri
b. Mengevaluasi IMD
c. Membersihkan ibu dan dari paparan
kotoran
BAB III
METODE STUDI KASUS

3.1 Pendekatan Design Studi Kasus (Case Study)


Pada kasus Ny. S penulis melakukan asuhan
berkelanjutan yang diawali dengan melalui pendekatan
dan melakukan kunjungan antenatal sebanyak 2 kali,
pada saat pengkajian Ny. S merupakan ibu hamil dengan
kehamilan fisiologis, dimana hal ini penulis memberikan
asuhan berkelanjutan selama masa kehamilan,
persalinan, nifas, bayi baru lahir, dan masa antara (KB).
3.2 Tempat dan Waktu Studi Kasus
Studi kasus ini dilaksanakan di Klinik Alfaiz yang
beralamat di Kampung Dukuh Subang Periode Maret
2024.
3.3 Objek/Partisipan
Objek dalam studi kasus ini adalah Ny. S umur 22
tahun G1P0A0 usia kehamilan 37 minggu sampai dengan
masa nifas 6 minggu dan menggunakan kontrasepsi.
3.4 Metode Pengumpulan Data (SOAP)
Metode yang digunakan dalam asuhan
berkelanjutan pada Ny. S adalah manajemen varney
yakni dengan melakukan anamnesa, observasi serta studi
dokumentasi.
3.5 Etika Studi Kasus/Informed Consent
1. Persetujuan (Informed Consent)
Lembar persetujuan menjadi subyek penelitian
(Informed Consent) yang diberikan sebelum
penelitian agar responden mengetahui maksud dan
tujuan penelitian. Ny. S bersedia menjadi subyek
asuhan maka dipersilahkan menandatangani
Informed Consent yang telah diberikan oleh penulis.
2. Tanpa nama (Anonimity)
Menjaga kerahasiaan identitas responden.

52
53

pengumpulan data dan cukup dengan memberikan


kode atau inisial nama depan yaitu Ny. S.
3. Kerahasiaan (Confidential)
Pada penelitian ini, penulis menjamin seluruh
kerahasiaan data dan perijinan hasil penelitian baik
informasi maupun masalah lainnya.
4. Penolakan (Right to Self Determination)
Subjek penelitian mempunyai hak untuk memutuskan
bersedia atau menolak.
5. Jaminan (Right to full disclosure)
Hak untuk mendapatkan jaminan dari perlakuan yang
diberikan, penulis memberikan penjelasan tujuan dan
manfaat penelitian yang dilakukan.
6. Manfaat (Benefit)
Mengusahakan manfaat sebesar-besarnya dan
memperkecil kerugianatau risiko bagi subjek.
54

3.6 Asuhan Kebidanan

1. Periode Kehamilan
ASUHAN KEBIDANAN KEHAMILAN
PADA NY. S G1P0A0 DI KLINIK ALFAIZ
KABUPATEN SUBANG PERIODE MARET 2023
Nama Pengkaji : Silvia Hardiyanti
Tanggal Pengkajian : 01 Maret 2024
Waktu Pengkajian : 10.30 WIB
Tempat : Klinik Alfaiz
I. DATA SUBYEKTIF
A. Identitas/Biodata
Nama Ny. S Nama Tn. A

Umur 22 tahun Umur 25 tahun

Suku Sunda Suku Sunda

Agama Islam Agama Islam

Pendidikan SMK Pendidikan SMK

Pekerjaan IRT Pekerjaan Wiraswata

Alamat Kp. Dukuh Rt 11 Rw 05 Kab Subang

No. Telepon 0838931288xx

B. Status Kesehatan
1. Alasan kunjungan ini : Kunjungan pemeriksaan
rutin
2. Keluhan : Ibu mengatakan ada nyeri pada
punggung terutama sejak 1 minggu terakhir namun
tidak mengganggu aktivitas ibu sehari-hari.
3. Riwayat Menstruasi
a. Siklus : 28 hari
55

b. Banyaknya : 2-3x ganti


pembalut pada hari pertama dan kedua
c. Dismenorrhoe : kadang-kadang
d. Terartur/tidak : Teratur
e. Lamanya : 6-7 hari
f. Keputihan : ada menjelang
menstruasi
4. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas Lalu :
Kehamilan pertama
5. Riwayat Kehamilan Ini
a. HPHT : 15 / 06 / 2023

b. Kehamilan yang ke :1
c. Taksiran Persalinan : 22 / 03 / 2023
d. Usia kehamilan : 37 minggu
e. Pergerakan anak pertama kali : ibu
mengatakan mulai merasakan gerakan janin
pada usia kehamilan 4-5 bulan
f. Pergerakan anak dalam 24 jam terakhir: 10-20
kali pergerakkan aktif
g. Keluhan yang dirasakan:
Ibu mengatakan tidak pernah mengalami
keluhan seperti rasa lelah, mual dan muntah
yang lama, nyeri perut, panas dan menggigil,
sakit kepala berat/ terus-menerus, penglihatan
kabur, rasa nyeri atau panas waktu BAK, rasa
gatal pada vulva vagina dan sekitarnya, nyeri
kemerahan, tegang pada tungkai, dan oedem.
56

6. Pola sehari – hari

No Pola sehari-hari Sebelum hamil Setelah hamil


1. Pola Nutrisi
a. Makan 1-2x /hari 3x/hari
Jenis makanan Nasi, sayur, lauk pauk Nasi, sayur, lauk pauk
Pantangan Tidak ada Tidak ada
b. Minum 6-7 gelas /hari ±10 gelas /hari,
Jenis minum Air putih Air putih, minum susu ibu
hamil pada usia kehamilan
4-6bulan
2. Pola Eliminasi
a. BAK
FrekuensiWarna 4-5/hari 6-8x/hari
b. BAB Jernih, kekuningan Jernih, kekuningan
Frekuensi
KonsistensiWarna 1x/har 1x/hari
Lunak Lunak
Kuning feses Kuning kehitaman
3. Pola Istirahat dan Tidur
Siang Kadang-kadang Kadang-kadang ±1 jam
Malam ± 8 jam 6-7 jam, terkadang bangun di
malam hari
4. Personal HygieneMandi
Gosok Gigi 1x/hari 1x/hari
Keramas 2x/hari 2x/hari
Perawatan Payudara 2-3x/minggu 2-3x/minggu
Tidak pernah Dibersihkan saat mandi dengan
Perawatan Vulva sabun
Setelah BAB, BAK, Setelah BAB, BAK, mandi
mandi
5. Pola Aktivitas Ibu melakukan Ibu melakukan pekerjaan
pekerjaan rumah sehari- rumah sehari-hari sendiri
hari sendiri
6. Pola Seksual Tidak ada masalah Tidak ada masalah

7. Status Imunisasi :TT1 tanggal 16-12-2024


TT2 tanggal 17-01-2024
8. Kontrasepsi yang pernah digunakan: Ibu belum
pernah menggunakan KB. Ibu belum
merencanakan KB setelah melahirkan.
9. Ibu tidak memiliki riwayat penyakit sistemik seperti
jantung, ginjal, asma/TBC, hepatitis, DM,
hipertensi, epilepsi, dll.
57

10. Ibu tidak memiliki riwayat penyakit keluarga


seperti jantung, hipertensi, dan DM.
11. Riwayat Sosial
a. Ibu mengatakan ini perkawinan pertama bagi
ibu dan suami
b. Kehamilan ini direncanakan dan diterima
c. Ibu merasa senang dan bahagia atas
kehamilan ini
d. Ibu menikah diumur 21 tahun dengan suami
umur 24 tahun lamanya: 1 tahun, Anak: 0 orang
12. Pengetahuan
a. Pengetahuan tentang tanda bahaya kehamilan:
Ibu mengatakan belum mengetahui secara jelas
mengenai tanda bahaya kehamilan trimester III.
b. Persiapan perlengkapan persalinan: ibu sudah
mempersiapkan perlengkapan persalinan untuk
ibu dan bayinya. Ibu mempunyai BPJS.
c. Persiapan komplikasi persalinan: ibu
mengatakan belum menyiapkan persiapan
komplikasi persalinan.
d. Pengetahuan tentang perawatan payudara: Ibu
hanya mengetahui perawatan payudara
dilakukan setiap mandi memakai sabun
II. DATA OBYEKTIF
A. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan Umum : Baik
a. Kesadaran : Compos mentis

b. Tanda- tanda vital: TD : 116/79 mmHg


N: 84x/m R: 20x/m S: 36,6ºC
c. Tinggi badan : 142 cm
d. Berat badan : 60 kg BB sebelum Hamil:
46 kg
e. Kenaikan selama hamil : 14 kg
f. IMT 2 2
: BB/(TB) = 46/(1,42) = 22,8 (berat
58

badan ideal)
2. Kepala
a. Rambut : Hitam dan bersih
b. Muka : Tidak ada oedema
c. Mata : Konjungtiva: tidak pucat
Sklera : tidak icterus
d. Telinga : Simetris, tidak ada pengeluaran
e. Hidung : Tidak ada pengeluaran
f. Mulut & Gigi : Bibir tidak kering, warna bibir
dan mukosa mulut tidak pucat. Tidak ada
karies gigi
3. Leher
a. Jugularis Vena Pressure (JVP) :
Tidak ada penkngkatan
b. Kelenjar getah bening :
Tidak ada pembengkakan
c. Kelenjar tiroid : Tidak ada pembesaran
4. Dada dan Payudara
a. Dada
Jantung :
Irama jantung regular
Paru–paru :
Tidak ada retraksi dada, bunyi paru vesikuler
b. Payudara
Bentuk : Simetris

Keadaan : Sedikit kotor


Puting susu : Menonjol
pada kedua payudaraPengeluaran : Tidak
ada
Rasa nyeri : Tidak ada
Benjolan : Tidak ada
5. Pemeriksaan Kebidanan
a. Abdomen
Inspeksi : Striae: tidak ada Bekas
59

luka : Tidak ada


1) Palpasi
TFU : 31 cm
Leopold I : Fundus berada di 3 jari di bawah
prosesus xipoid (px), teraba
bulat, lunak, dan tidak melenting
(bokong)
Leopold II : Teraba bagian keras memanjang
di sebelah kiri perut ibu. Teraba
bagian-bagian kecil, di sebelah
kanan perut ibu.
Leopold III : Teraba keras, melenting, bagian
terendah janin belum masuk PAP
Taksiran Berat Badan Janin: (31-
13)x155 = 2.790 gr
2) Auskultasi
Punctum Maksimum : 3 jari di bawah
pusat Tempat : sebelah kiri perut
ibu
Denyut Jantung Janin : 152 x/menit
(regular)
6. Punggung dan Pinggang

Posisi tulang belakang : Normal

Pinggang nyeri : ya
7. Ekstremitas Atas dan Bawah
a. Atas
Keadaan : Bersih,
kuku tidak pucat
LILA : 25 cm
b. Bawah
Oedema : Tidak ada Varises : Tidak ada
Reflek patella : +/+
60

B. Pemeriksana Penunjang

1) Golongan Darah : O resus (Tanggal: 01-12-


(+) 2023)
2) HIV : Non (Tanggal: 01-12-
Reaktif 2023)
3) HBSAg : Negatif (Tanggal: 01-12-
2023)
4) Sifilis : Negatif (Tanggal 01-12-
2023)
5) HB : 12 gr% (tanggal 20-02-
2024)
III. ANALISA
1. Diagnosa : G1P0A0 usia kehamilan 37
minggu janin tunggalhidup intrauterin presentasi
kepala
2. Masalah:
a. Nyeri punggung sejak 1 minggu terakhir
IV. PENATALAKSANAAN Pukul: 10.45 WIB
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan yang telah
dilakukan bahwa ibu dan janin dalam keadaan baik
serta memberitahu ibu usia. kehamilannya sekarang
yaitu 37 minggu. Ibu mengerti dan merasa senang.
2. Memberitahu ibu tentang sakit punggung yang
dirasakan merupakan salah satu ketidaknyamanan
pada kehamilan trimester III dimana rahim semakin
membesar dan perubahan postur tubuh sehingga titik
gravitasi berubah atau body mekanik yang kurang
baik. ibu mengerti
3. Memberitahu kepada ibu tentang tanda bahaya
kehamilan trimester 3 seperti perdarahan yang keluar
dari jalan lahir, bengkak pada muka tangan dan kaki,
sakit kepala yang hebat, penglihatan kabur, nyeri
61

perut yang hebat, dan merasakan gerakan janin


berkurang/tidak bergerak. Serta menganjurkan ibu
untuk segera datang ke petugas kesehatan atau
pelayanan kesehatan terdekat jika mengalami salah
satu tanda diatas. Ibu mengerti
4. Memberitahu dan menjelaskan kepada ibu tentang
persiapan komplikasi atau P4K sebagai persiapan
apabila terjadi kegawatdaruratan baik sebelum
persalinan atau setelah persalinan. Ibu mengerti
5. Memberitahu dan mengajarkan kepada ibu tentang
senam hamil pada trimester III untuk membantu
mengurangi nyeri pinggang, melatih otot panggul dan
melatih pernafasan untuk persiapan persalinan. ibu
mengerti dan akan mempraktikannya di rumah
6. Memberitahu ibu tentang perawatan payudara yang
baik dengan dibersihkan menggunakan VCO agar
kotoran mudah dibersihkan dan membantu
merangsang produksi ASI dan mempersiapkan
proses menyusui. Ibu mengerti dan akan mencoba
melakukannya di rumah.
7. Memberitahu ibu untuk tetap rutin mengonsumsi
vitamin dan tablet tambah darah yang telah diberikan
1x sehari (fe 60 mg dan asam folat 0,40 mg). Ibu
mengerti dan akan rutin mengonsumsinya
8. Melakukan konseling SKBPP kepada ibu. Ibu belum
memutuskan rencana KB yang akan digunakan.
Menganjurkan ibu untuk mendiskusikan rencana KB
yang akan digunakan setelah melahirkan dengan
suami. Ibu mengerti
9. Memberitahukan kepada ibu untuk melakukan
kunjungan ulang seminggu kemudian atau pada
tanggal 08 Maret 2024, serta menganjurkan kepada
ibu untuk segera datang apabila ada keluhan. Ibu
mengerti dan bersedia melakukannya.
62

ASUHAN KEBIDANAN KEHAMILAN PADA NY. S


DI KLINIK ALFAIZ KABUPATEN SUBANG
(KUNJUNGAN ULANG)

Waktu Hasil
Pengkajia pengkajian
n
Tanggal 08 S: Ibu mengatakan saat ini tidak ada keluhan, sakit
Maret 2024 pinggang ibu saat ini sudah dapat diatasi, ibu dapat
melakukan perawatan payudara, ibu melakukan senam
Pukul
hamil 2 kali di rumah, ibu berencana akan menggunakan
09.0
kontrasepsi suntik
0 WIB
3 bulan, belum ada tanda- tanda persalinan, ibu sudah
mempersiapkan perlengkapan persalinan dan persiapan
komplikasi, gerakan janin dirasakan ibu aktif.
O:
1. Keadaan umum: Baik
Kesadaran: Compos
mentis
TTV: TD.124/76 mmHg, N. 80 x/menit, R. 20
x/menit, S. 36,6℃
BB: 61 kg
2. Kepala: Muka tidak ada oedem, matakonjungtiva
merah muda, sklera putih, bibir tidak pucat, gigi tidak
ada caries.
3. Dada: payudara bersih, tidak ada pembengkakan,
simetris, tidak ada nyeri, belum ada pengeluaran ASI
4. Abdomen: TFU 32 cm
Leopold I fundus teraba 3 jari di bawah px, teraba
bulat lunak tidak melenting,
Leopold II teraba keras memanjang di sebelah kiri
perut ibu (punggung) dan teraba bagian kecil di
bagian perut kanan perut ibu (ekstermitas),
63

L eopold III teraba bulat keras melenting (kepala)


bagian terendah janin belum masuk PAP,
Perlimaan 1/5, TBBJ: (32-13) x 155= 2.945
gr, DJJ:148x/menit (reguler).
5. Punggung dan pinggang: posisi tulang belakang
normal
6. Ekstermitas: ekstremitas bawah tidak ada oedema
dan varises, tidak ada nyeri.

A: G1P0A0 usia kehamilan 38 minggu janin tunggal hidup


intrauterine presentasi kepala

Pukul 09.15 P:
WIB
1. Memberitahu ibu berdasarkan hasil pemeriksaan yang
dilakukan kondisi ibu danjaninnya saat ini baik. Ibu
mengerti dan senang mendengar bahwa kondisi ibu
dan janin baik.
2. Mengingatkan ibu tentang tanda bahaya kehamilan
trimester III. Ibu masih mengingatnya.
3. Memberitahu ibu tentang tanda-tanda persalinan yaitu
kontraksi atau mules yang teratur, pengeluaran lendir
bercampur darah, keluar air ketuban. Ibu sudah
mengetahui
4. Mengingatkan kembali kepada ibu untuk tetap
melakukan senam hamil di rumah. Ibu mengerti dan
akan melakukannya
5. Mengingatkan kembali ibu untuk selalu rutin
mengonsumsi tablet tambah darah (fe 60 mg dan asam
folat 0,40 mg). Ibu mengerti
6. Menganjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang
pada tanggal 15 Maret 2024 atau jika ibu ada keluhan,
ibu langsung datang tanpa harus menunggu jadwal
kontrol. Ibu mengerti dan bersedia kembali.
64

3.7 Periode Persalinan

ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN PADA NY. S


DI KLINIK ALFAIZ
KABUPATEN SUBANG
Tanggal Pengkajian : 16 Maret 2024
Waktu Pengkajian : 19.30 WIB
Nama Pengkaji : Silvia Hardiyanti
I. DATA SUBYEKTIF
A. Status kesehatan
1. Datang pada tanggal: 16 Maret 2024
Pukul: 19.30 WIB
2. Alasan kunjungan ini: ibu mengeluh mules sejak
pukul 18.00 WIB dan kelur lendir bercampur
darah, ibu mengatakan belum ada pengeluaran
air-air, ibu mengatakan gerakan janin masih
dirasakan aktif
3. Pola sehari-hari
Nutrisi: makan terakhir pukul 17.00 WIB dengan
porsi sedang, minum terakhir sebelum ke poned
1 gelas air putih dan air teh. Eliminasi: BAK
terakhir sekitar pukul 19.00 WIB dengan warna
kuning jernih. BAB terakhir pukul 07.00 WIB
dengan warna kuning kehitaman.
II. DATA OBYEKTIF
A. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum: Baik
a. Kesadaran: Compos Mentis
b. TTV: TD: 124/78 mmHg, N: 82x/mnt, R:
21/mnt, S: 36,6ºC
2. Kepala
a. Muka: Tidak ada oedema
b. Mata: Konjungtiva: Merah muda, Skera:
Putih
3. Dada dan payudara
a. Dada
65

1) Paru: bunyi paru vasikuker


2) Jantung: Irama jantung regular
b. Payudara
1) Bentuk : Simetris
2) Putting susu : Menonjol pada kedua
payudara
3) Pengeluaran : sudah ada kolostrum
4) Rasa nyeri : Tidak ada
5) Benjolan striae : Tidak ada
6) Keadaan : Bersih
1. Pemeriksaan kebidanan Abdomen
a. Inspeksi : terdapat striae, tidak ada bekas
luka.
b. Palpasi
TFU :31 cm
Leopold I : bagian fundus teraba 3 jari
dibawah px, Teraba bulat, lunak, tidak
melenting di bagian fundus (bokong)
Leopold I I: teraba bagian keras,
memanjang di bagian kiri perut ibu (puki),
teraba bagian-bagian kecil di bagian kanan
perut ibu (ekstremitas).
Leopold III : Teraba bulat, keras, melenting
tidak dapat digoyangkan
Leopold IV : Divergent (bagian terbesar
janin sudah masuk ke rongga panggul)
Perlimaan: 3/5
Taksiran berat badan janin (TBBJ): (31-11)
x155= 3.100 grHIS: 2x10’35’’
c. Auskultasi
Frekuensi: 138x/menitt
teratur
Tempat: sebelah kiri
perut ibu PM: 3 jari
dibawah pusat
66

2. Ekstremitas
Oedema : Tidak ada
Varices : Tidak ada
Reflek patella : positif pada kedua kaki
3. Genitalia
a. Vulva/vagina
Oedema : Tidak ada
Keadaan : Tidak ada
kelainan Pengeluaran
pervaginam: Lendir
bercampur darah
b. Kelenjar bartholini
Pembengkakan : Tidak ada
Rasa nyeri : Tidak ada
c. Perineum
Terdapat luka parut
d. Pemeriksaan dalam pukul
19.35 WIB atas indikasi
mules yang teratur (tanda-
tanda persalinan)
Vulva vagina : Tidak ada kelainan
Porsio : Tebal, lunak
Pembukaan : 3 cm
Ketuban : Positif
Presentasi : Kepala
Molase : tidak ada
Posisi : UUK kiri depan
Penurunan : HII, station -1
Bagian menumbung: Tidak ada
4. Anus
Haemorrhoid : Tidak ada
67

V. ANALISA
1. Diagnosa : G1P0A0 inpartu 39 minggu kala 1
fase laten janin tunggal hidup intrauterine
presentasi kepala
2. Masalah:
a. Belum mengetahui teknik relaksasi
VI. PENATALAKSANAAN
Pukul : 19.45 WIB
1. Memberitahukan kepada ibu hasil pemeriksaan
bahwa secara keseluruhan ibu dan janin dalam
keadaan baik dan rasa mules yang dirasakan ibu
merupakan tanda tanda persalinan dan
merupakan hal yang normal dialami oleh ibu
bersalin, setelah dilakukan pemeriksaan dalam
pembukaan serviks ibu sudah memasuki
pembukaan 3 cm dan ketubannya masih utuh.
Ibu mengerti dengan apa yang disampaikan dan
sudah mengetahui hasil pemeriksaan.
2. Menganjurkan suami atau salah satu keluarga
ibu untuk menemani dan memberi dukungan
kepada ibu agar ibu tetap tenang menghadapi
proses persalinan. suami dan keluarga mengerti
dan memberi dukungan kepada ibu
3. Menganjurkan ibu untuk miring kiri atau berjalan
jalan jika ibu masih kuat untuk mempercepat
penurunan kepala. Ibu mengerti
4. Menganjurkan ibu untuk tetap memenuhi
kebutuhan nutrisi dengan makan dan minum
saat his mereda agar ibu mempunyai tenaga
untuk mengedan pada saat proses persalinan.
ibu melakukan anjuran
5. Mengajarkan ibu Teknik relaksasi dengan
mengatur nafas pada saat ada kontraksi dan
mengajarkan juga teknik pijat endorphin untuk
membantu relaksasi serta mengajarkan kepada
68

suami. Ibu dan suami mengerti dan bisa


mempraktikannya.
6. Mengingatkan ibu untuk tidak menahan buang
air kecil agar tidak menghambat penurunan
kepala janin. Ibu mengerti
7. Mempersiapkan peralatan dan perlengkapan ibu
dan bayi. Persiapan telah selesai
8. Melakukan pemantauan kemajuan persalinan
dengan menggunakan partograp. Pemantauan
DJJ, His, Nadi setiap 30 menit sekali,
pemantauan suhu dan tekanan darah setiap 4
jam sekali.
69

Lembar Monitoring/Observasi

Jam DJJ HIS TTV Genitalia

20.00 WIB 142x/mnt 2x10’30’’ N: 82x/mnt

20.30 WIB 145x/mnt 2x10’30’’ N: 81x/mnt


21.00 WIB 148x/mnt 3x10’30’’ N: 84x/mnt

21.30 WIB 144x/mnt 3x10’30’’ N: 80x/mnt

22.00 WIB 147x/mnt 3x10’30’’ N: 82x/mnt

22.30 WIB 144x/mnt 3x10’35’’ N: 82x/mnt

23.00 WIB 147x/mnt 4x10’35’’ N: 80x/mnt

23.30 WIB 148x/mnt 4x10’40’’ TD: 126/82 Ibu mengeluh mules semakin bertambah
N: 82x/mnt PD: v/v t.a.k, portio tipis lunak, pembukaan
7 cm, ketuban utuh, presentasi kepala,
tidak ada molase, posisi UUK kiri depan,
penurunan station +1, tidak ada bagian
yang menumbung
00.00 WIB 144x/mnt 4x10’40” N: 84x/mnt

00.30 WIB 153x/mnt 4x10’45” N: 87x/mnt

01.00 WIB 147x/mnt 4x10’45” N: 86x/mnt

01.30 WIB 152x/mnt 5x10’50” N: 86x/mnt Ibu mengeluh mules semakin kuat dan
sering serta ada dorongan ingin mengedan
PD: v/v t.a.k, portio tidak teraba,
pembukaan lengkap, ketuban pecah
spontan pukul 01.25 WIB, presentasi
kepala, tidak ada molase, posisi UUK kiri
depan, penurunan station +2, tidak ada
bagian yang menumbung
70

ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN

PADA NY. S KALA 1 FASE AKTIF

Tanggal/Jam Catatan Bidan

16 Maret 2024 SUBYEKTIF


Pukul: 23.30 Ibu mengeluh mules yang dirasakan semakin kuat dan sering
WIB
OBYEKTIF
1. Keadaan umum: baik
Kesadaran: compos mentis
TD: 126/82 mmHg, N: 82x/mnt
R: 21x/mnt, S: 36,6 ºC
2. Abdomen
DJJ: 148x/mnt
HIS: 4x10’40’’
3. Genitalia
v/v: t.a.k,
PD: portio tipis lunak, pembukaan 7 cm, ketuban belum pecah,
presentasi kepala, tidak ada molase, posisi UUK kiri depan,
penurunan station +1, tidak ada bagian yang menumbung.

ANALISA
Diagnosa: G1P0A0 inpartu 39 minggu kala 1 fase aktif janin
tunggal hidup intrauterine presentasi kepala

PENATALAKSANAAN
Pukul: 23.45 WIB
1. Memberitahu ibu dan keluarga hasil pemeriksaan, ibu sudah
memasuki fase aktif persalinan dan pembukaan sekarang 7 cm.
Ibu mengerti
2. Memberi tahu ibu untuk tidak mengedan sebelum pembukaan
lengkap dan dipimpin mengedan oleh bidan. Ibu mengerti dan
berusaha melakukan teknik relaksasi
3. Memberitahu ibu dan keluarga untuk tetap melakukan teknik
relaksasi baik itu pernapasan maupun dengan bantuankeluarga
melalui pijat endorphin. Setelah dilakukan pijatan kurang lebih
30 menit ibu terlihat lebih tenang dapat mengendalikan rasa
sakitnya
71

4. Memberitahu keluarga untuk tetap menemani danmendampingi


ibu dalam proses persalinannya. Keluargamengerti
5. Memberitahhu ibu untuk tetap memenuhi kebutuhan nutrisi di
sela sela kontraksi. Ibu lebih sering minum dari pada makan
Melanjutkan pemantauan kemajuan persalinan denganpartograph.

ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN KALA II

Tanggal/Jam Catatan Bidan

17 Maret 2024 SUBYEKTIF


Pukul: 01.30 Ibu mengeluh mules yang dirasakan semakin kuat dan sering
WIB serta ada dorongan ingin mengedan.

OBYEKTIF
4. Keadaan umum: baik
Kesadaran: compos mentis
TD: 120/80 mmHg, N: 86x/mnt
R: 21x/mnt, S: 36,6 ºC
5. Abdomen
DJJ: 152x/mnt
HIS: 5x10’50’’
6. Genitalia
Perineum menonjol, vulva membuka, terdapat tekanan pada
anus dan pengeluaran lendir bercampur darah.
7. Pemeriksaan Dalam
V/V: tidak ada kelainan, portio tidak teraba, pembukaan
lengkap, ketuban pecah spontan, presentasi kepala, tidak ada
molase, posisi UUK depan, penurunan Hodge IV, station +3,
tidak ada bagian yang menumbung

ANALISA
Diagnosa: G1P0A0 inpartu 39 minggu Kala II janin tunggal hidup
intrautein presentasi kepala
72

PENATALAKSANAAN
Pukul: 01.35 WIB
1. Memberitahu ibu dan keluarga hasil pemeriksaan. Ibu mengerti
2. Memeriksa kelengkapan alat dan obat, kain untuk
mengeringkan bayi serta menggunakan APD lengkap. Alat
sudah lengkap dan APD sudah digunakan
3. Memberitahu ibu untuk memilih posisi yang nyaman dan aman
untuk posisi melahirkan. Ibu memilih posisi litotomi
4. Meminta suami atau salah satu keluarga untuk tetap menemani
dan mendukung ibu selama proses persalinan. ibu ditemani
oleh suaminya.
5. Observasi DJJ: 148x/menit teratur, kemajuan persalinan:
tampak kepala bayi diameter 5-6 cm di depan vulva.
6. Setelah kepala bayi terlihat 5-6 cm di depan vulva ibu dipimpin
untuk meneran.
7. Melakukan pertolongan persainan sesuai APN. Pukul 01.43
WIB bayi lahir spontan langusng menangis, warna kulit
kemerahan, Gerakan aktif, JK: laki-laki.
8. Mengeringkan tubuh bayi kecuali telapak tangan bayi dan
mengganti kain dengan kain baru yang bersih dan kering. Bayi
telah selesai dikeringkan
9. Cek bayi kedua dengan melakukan palpasi abdomen.
73

ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN KALA III

Tanggal/Jam Catatan Bidan

17 Maret 2024 SUBYEKTIF


Pukul: 01.44 Ibu terlihat senang atas kelahiran bayinya, ibu mengatakan masih
WIB merasa mules

OBYEKTIF
1. Keadaan umum Baik
Kesadaran: Compos mentis
TD: 123/78 mmHg, N: 84x/mnt, R: 20x/mnt, S: 36,5ºC
2. Pemeriksaan abdomen
Tidak teraba janin kedua
TFU sepusat, kontraksi uterus keras, kandung kemih tidak
penuh
3. Genitalia
Terdapat tali pusat di depan vulva

ANALISA
Diagnosa: P1A0 kala III

PENATALAKSANAAN
Pukul: 01.44 WIB
1. Memberitahukan ibu bahwa ibu akan di suntik oksitosin di
bagian paha luar. Ibu bersedia
2. Pukul 01.44 WIB menyuntikkan oksitosin 10 IU secara IM
di 1/3 paha atas di otot gluteus maksimus
3. Menjepit tali pusat 3 cm dari umbilicus dan 2 cm dari klem
pertama lalu potong tali pusat. Tali pusat telah di potong
dan diikat dengan umbilical klem.
4. Memfasilitasi IMD dan menjaga kehangatan bayi. IMD
dilakukan 1 jam
5. Melakukan PTT saat ada kontraksi dan obervasi pelepasan
plasenta.
Kontraksi uterus keras dan terlihat tanda pelepasan
plasenta: uterus membundar, tali pusat tampak memanjang
di depan vulva, dan terdapat semburan darah.
6. Plasenta lahir spontan pukul 01.55 WIB
7. Melakukan masase uterus selama 15 detik dan uterus
74

teraba keras.
8. Memeriksa kelengkapan plasenta menggunakan kassa.
Plasenta lahir lengkap. Berat ±500 gram, Panjang tali pusat
±50 cm, tidak ditemukan kelainan.

ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN KALA IV

Tanggal/Jam Catatan Bidan

17 Maret 2024 SUBYEKTIF


Pukul: 01.55 Ibu senang lega dan senang
WIB
OBYEKTIF
1. Keadaan umum: baik
Kesadaran: Compos Mentis
TD: 118/70 mmHg, N: 80x/mnt, R: 20x/mnt, S: 36,5 ºC
2. Pemeriksaan Abdomen
kontraksi uterus keras, TFU 2 jari dibawah pusat, kandung
kemih tidak penuh.
3. Genitalia:
Perineum: terdapat robekan derajat 1 (mukosa vagina, kulit
perinieum) perdarahan tidak aktif, Terdapat perdarahan ±150
ml.

ANALISA
Diagnosa: P1A0 kala IV dengan laserasi perineum derajat 1

PENATALAKSANAAN
Pukul: 08.15 WIB
1. Memberitahu hasil pemeriksaan bahwa secara keseluruhan
ibu dalam keadaan baik, terdapat laserasi namun tidak akan
dilakukan penjahitan. Ibu mengerti dan merasa senang
2. Mengajarkan ibu masase uterus selama 15 detik
3. Membersihkan ibu dari paparan kotoran dan cairan serta
mengganti pakaian ibu. Ibu sudah dibersihkan dan sudah
mengganti pakainnya
4. Membersikan tempat persalinan dan alat-alat dengan prinsip
pencegahan infeksi, direndam di air klorin
75

5. Setelah dilakukan IMD bayi di ambil dari dada ibu dan


diberikan salep mata tetrasiklin 0,1%, Vitamin K1 0,5 ml
secara IM di paha kiri antero lateral, dan setelah 1 jam
diberikan Vitamin K1 diberikan imunisasi pertama yaitu Hb0
secara IM di paha kanan antero lateral.
6. Menganjurkan ibu untuk melakukan mobilisasi dini seperti
miring ke kiri atau ke kanan agar tidak terjadi tromboflebitis
yang disebabkan oleh aliran darah yang tidak lancar. Ibu
mengerti.
7. Memberitahu ibu untuk menjaga keberishan daerah genitalia
dengan cara membasuh setiap selesai buang air dan
dikeringkan dengan tisu serta mengganti pembalut 4 jamsekali
atau jika sudah terasa penuh sebelum 4 jam segera ganti. Ibu
mengerti dan akan melakukannya
8. Memberikan ibu terapi amoxycilin 500 mg 3x1, paracetamol
500 mg 3x1, Fe 60 mg 1x1 dan Vit A 200.000 IU 1x1.
9. Melakukan observasi kala IV selama 2 jam pasca melahirkan.

LEMBAR MONITORING/OBSERVASI KALA IV

Jam Waktu TD Nadi Suhu TFU Kontraksi Kandung Perdarahan


ke Uterus Kemih
1 02.10 118/70 82 36,5ºC 2 jari dibawah Keras Tidak ±30 cc
pusat penuh
02.25 120/72 82 2 jari dibawah Keras Tidak ±20 cc
pusat penuh
02.40 118/70 80 2 jadi dibawah Keras Tidak ±20 cc
pusat penuh
02.55 117/70 81 2 jari dibawah Keras Tidak ±15 cc
pusat penuh
2 03.25 110/76 83 36,5ºC 2 jari dibawah Keras Tidak ±10 cc
pusat penuh
03.55 120/78 80 2 jari dibawah Keras Tidak ±10 cc
pusat penuh
76

Anda mungkin juga menyukai