Anda di halaman 1dari 162

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Asuhan Kebidanan secara continuity of care (komprehensif) adalah asuhan

yang diberikan bidan kepada klien yang mencangkup kehamilan, persalinan,

nifas, BBL sampai KB. Pada umumnya Kehamilan, Persalinan, Nifas BBL dan

KB merupakan suatu proses yang alamiah (normal) dan bukan proses patologis,

tetapi kondisi normal dapat menjadi patologi/abnormal. Maka itulah diberikan

asuhan secara continuity of care , untuk memantau dan mendeteksi pada

Kehamilan, Persalinan, Nifas, BBL dan KB.

Mortilitas dan morbiditas pada wanita hamil dan ibu bersalin adalah masalah

terbesar di negara berkembang. Salah satu faktor utama penyebab kematian ibu

adalah kematian saat melahirkan. Kematian ibu di bagi menjadi kematian

langsung .kematian ibu langsung adalah sebagai akibat komplikasi kehamilan,

persalinan, atau masa nifas dan segala intervensi atau penanganan tidak tepat dari

komplikasi tersebut. Kematian ibu tidak langsung merupakan akibat dari penyakit

yang sudah ada atau penyakit yang timbul sewaktu kehamilan yang berpengaruh

terhadap kehamilan , misalnya malaria ,anemia, HIV/AIDS , dan penyakit

kardiovaskuler.

Pada tahun 2011, upaya kesehatan masyarakat di Indonesia khususnya

kesehatan ibu dan anak dapat dilihat dari data nasional bahwa cakupan K1 pada

ibu hamil mencapai 88,27% Cakupan pertolongan persalinan yang ditolong oleh

1
2

tenaga kesehatan (PN) mencapai 86,36%. Cakupan akseptor Keluarga Berencana

(KB) mencapai 40,65% Cakupan kunjungan neonatal (KN) mencapai 87, 26%

(Kemenkes, 2012).

Pada tahun 2012, di Provinsi Jawa Timur cakupan K1 pada ibu hamil

mencapai 92,14% dari target pencapaian 99%. Cakupan K4 mencapai 84,38%

dari target pencapaian 92%. Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan mencapai

89,14% dari target pencapaian 94%. Cakupan pelayanan nifas mencapai 87,49%

dari target diatas 95%.Cakupan KN Lengkap mencapai 94,66% dari target diatas

95%. Cakupan peserta Keluarga Berencana (KB) aktif mencapai 71,02% dari

target pencapaian sebanyak 69% (Dinkes Jatim, 2012).

Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2013 menunjukkan, angka

kematian ibu (AKI) meningkat dari tahun-tahun sebelumnya yaitu mencapai 359

per 100.000 kelahiran hidup. Dari data yang diverifikasi tim Dinkes Provinsi Jawa

Timur ditahun 2013 ini angka kematian ibu melahirkan mencapai 474 kasus ibu

meninggal saat melahirkan yang disebabkan oleh perdarahan (25,09%), PE/E

(34,88%), infeksi (4,98%), jantung (8,08%), lain-lain (26,98%). AKB pada tahun

2012 28,31 per 1000 kh. Hal ini dapat disebabkan oleh sosial budaya dan ekonomi

(profil kesehatan jawa timur 2013).

Data dari Dinkes Kabupaten Trenggalek jumlah kematian bayi tahun 2014

sebanyak 72 bayi, beberapa penyebab kematian bayi adalah BBLR 20 bayi (27,7

%), asfiksia 17 bayi (23,5%), kelainan konginetal 16 bayi (22,2%), lain-lain 19

bayi (26,3%). Dan jumlah kematian ibu sebayak 10 ibu, penyebabnya adalah PEB

2 ibu (20%), infeksi 2 ibu (20%), perdarahan 2 ibu (20%), TBC 1 ibu (10%),
3

jantung 1 ibu (10%), kanker 1 ibu (10%), partus kasep 1 ibu (10%). Usaha

pemerintah yang telah dilakukan untuk menurunkan AKI dan AKB antara lain

melalui pemenuhan bidan didesa, peningkatan cakupan, mutu pelayanan dan

keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dilakukan melalui pelatihan tenaga,

serta pemenuhan sarana dan sarana, peningkatan kerja sama lintas sektor dan

lintas program serta peningkatan pemberdayaan masyarakat. (Dinkes Trenggalek

2014).

Dampak dari penanganan yang kurang tepat pada ibu dan bayi dan kurang

optimalnya program yang sudah ada bisa mengakibatkan tingginya atau tidak

menurunnya jumlah AKI dan AKB pada tahun selanjutnya. Meskipun AKI dan

AKB di kabupaten trenggalek sudah menurun tetapi usaha untuk menurunkan

AKI dan AKB harus tetap di galakkan, karena dengan melakukan hal tersebut bisa

lebih menurunkan dan mencegah kenaikan AKI dan AKB ditahun selanjutya.

Program yang bisa digalakkan untuk mendukung penurunan AKI dan AKB

bisa dari berbagai tingkat. Ditingkat masyarakat di antaranya dilakukan

penjaringan ibu hamil resiko tinggi oleh kader melalui Kartu Score Poedji

Rochyati (KSPR), pendampingan ibu hamil resiko tinggi oleh mahasiswa

kebidanan, serta program bulan timbang dan peduli keluarga melalui kerjasama

dengan lintas sector. Sedangkan di tingkat tenaga kesehatan, dilakukan berbagai

kegiatan diantaranya ANC (Ante Natal Care) terpadu dan berkualitas, sms

gateaway, KB pasca salin. Dengan berbagai program diatas diharapkan dapat

benar-benar menurunkan angka kematian ibu dan bayi, hingga tercapai target

angka kematian 0 (zero) di seluruh wilayah Kabupaten Trenggalek


4

1.2 Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, pembatasan masalah pada LTA ini

adalah cara melakukan asuhan kebidanan kepada ibu secara continuity of care

dari hamil TM III usia kehamilan 38 5/7 minggu, persalinan, nifas, BBL, dan KB.

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Memberikan asuhan kebidanan secara continuity of care pada ibu

hamil, bersalin, nifas, neonatus, dan KB dengan menggunkan pendekatan

menejemen kebidanan.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Melakukan pengkajian, menyusun diagnosa, merencanakan asuhan,

melaksanakan asuhan, melakukan evaluasi, mendokumentasikan

asuhan kebidanan pada ibu hamil.

2. Melakukan pengkajian, menyusun diagnosa, merencanakan asuhan,

melaksanakan asuhan, melakukan evaluasi, mendokumentasikan

asuhan kebidanan pada ibu bersalin.

3. Melakukan pengkajian, menyusun diagnosa, merencanakan asuhan,

melaksanakan asuhan, melakukan evaluasi, mendokumentasikan

asuhan kebidanan pada ibu nifas.

4. Melakukan pengkajian, menyusun diagnosa, merencanakan asuhan,

melaksanakan asuhan, melakukan evaluasi, mendokumentasikan

asuhan kebidanan pada bayi baru lahir.


5

5. Melakukan pengkajian, menyusun diagnosa, merencanakan asuhan,

melaksanakan asuhan, melakukan evaluasi, mendokumentasikan

asuhan kebidanan pada keluarga berencana.

1.4 Ruang Lingkup

1.4.1 Sasaran

Sasaran asuhan kebidanan ditujukan kepada ibu hamil dengan

memperhatikan continuity of care mulai hamil usia 38 5/7 minggu,

bersalin, nifas, BBL, dan KB.

1.4.2 Tempat

Lokasi yang dipilih untuk memberikan asuhan kepada ibu adalah di

BPM Ny. Suharti, S.ST Desa Gondang Kecamatan Tugu Kabupaten

Trenggalek

1.4.3 Waktu

Waktu yang diperlukan mulai dari penyusunan proposal laporan tugas

akhir sampai selesai menyusun laporan tugas akhir pada tanggal 08

September 2014 – 25 April 2015.

1.5 Manfaat

1.5.1 Manfaat Teoritis

1. Menambah pengetahuan, pengalaman dan wawasan, serta bahan

dalam penerapan asuhan kebidanan dalam batas Continuity of Care


6

terhadap ibu hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir dan pelayanan

kontrasepsi.

2. Dapat dijadikan bahan perbandingan untuk laporan tugas akhir

selanjutnya.

1.5.2 Manfaat Praktisi

1. Bagi Penulis

Dapat menerapkan teori yang didapat dalam memberikan asuhan

kebidanan secara kontinyu serta untuk menambah dan

meningkatkan kompetensi penulis dalam memberikan pelayanan

kebidanan pada ibu hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir, dan KB.

2. Bagi Lahan Praktik

Dapat dijadikan sebagai acuan untuk dapat mempertahankan mutu

pelayanan terutama dalam memberikan asuhan pelayanan

kebidanan secara kontinyu. Dan untuk tenaga kesehatan dapat

memberikan ilmu yang dimiliki serta mau membimbing kepada

mahasiswa tentang cara memberikan asuhan yang berkualitas. Serta

diharapkan dapat dijadikan sebagai evaluasi untuk tempat lahan

praktek dalam meningkatkan pelayanan kebidanan dalam

memberikan asuhan mulai dari kehamilan, persalinan, nifas, bayi

baru lahir, dan KB dengan pelayanan kebidanan sesuai standar –

standar kebidanan.
7

3. Bagi Klien

Klien mendapatkan asuhan kebidanan yang sesuai dengan standar

pelayanan kebidanan, dan menambah ilmu pengetahuan ibu tentang

kesehatan ibu selama hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir, dan

KB.

4. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai metode penilaian mahasiswa dan diharapan dapat sebagai

evaluasi institusi untuk mengetahui kemampuan mahasiswanya

dalam melakukan asuhan secara kontinyu mulai dari ibu hamil,

bersalin, nifas, bayi baru lahir,dan KB. Serta sebagai referensi

perpustakaan untuk bahan bacaan yang dapat dimanfaatkan sebagai

perbandingan untuk angkatan selanjutnya.


8

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Teori Kehamilan

2.2.1 Pengertian Kehamilan

Kehamilan ialah bertemunya sperma dan ovum (sel telur).

Waktu kehamilan terjadi sekitar 40 minggu atau sekitar 9 bulan. Di

hitung dari hari pertama haid terakhir hingga bayi lahir (Kamariyah

Nurul, 2014 : 19).

2.2.2 Proses Kehamilan

Proses kehamilan dimulai terjadinya konsepsi. Konsepsi adalah

adalah bersatunya sel telur dan sperma. Proses kehamilan berlangsung

selama 40 minggu dihitung dari hari petama menstruasi terakhir. Usia

kehamilan berlangsung selama 38 minngu, karena dihitung dari

mulainya konsepsi yaitu dua minggu setelahnya.

Fertilasi pada manusia diawali dengan terjadinya persetubuhan.

Fertilisasi merupakan peleburan antara inti sel spermatozoa dengan inti

sel telur. Proses fertlilisasi ini bisa terjadi di ampula tuba falopi atau

uterus. Spermatozoa yang berhasil bertemu sel telur akan merusak

korona radiate dan zona pelusida yang mengelilingi sel telur (ovum).

Spermatozoa lalu melepaskan enzim hialuronidase yang terdapat pada

bagian kepala spermatozoa, dan enzim inilah yang merusak korona

radiate dan zona pelusida sehingga kepala spermatozoa dapat masuk

8
9

kedalam ovum, dan konfigurasi ovum langsung beruah sehingga

spermatozoa lain tidak dapat masuk. Bersatunya spermatozoa dan ovum

disebut zigot. Zigot mengalami pertumbuhan dan perkembangan

selama tiga tahap yang kurang lebih 280 hari. tahap-tahap meliputi

periode implantasi selama 7 hari, periode embrionik 7 minnggu

berikutnya, dan periode fetus 7 bulan berikutnya (Kamariyah Nurul, 2014

: 19).

1. Tanda dan gejala kehamilan

a. Tanda pasti kehamilan

1) Gerakan janin yang dapat dilihat/diraba, juga bagian-bagian

janin

2) Denyut jantung janin

3) Terlihat tulang janin dalam foto rontgen

b. Tanda tidak pasti kehamilan

1) Amenorhoe : Wanita harus mengetahui tanggal hari

pertama haid terakhir (HPHT) agar dapat ditaksir berapa

umur kehamilan dan taksiran tanggal persalinan (TTP).

2) Mual dan muntah :Biasanya terjadi pada bulan pertama

kehamilan hingga akhir triwulan pertama. sering terjadi

pada pagi hari yang disebut morning sickness. Bila mual

dan muntah berlebihan disebut hyperemesis.


10

3) Mengidam (ingin makanan khusus) : Ibu hamil sering

meminta makanan/minuman khusus terutama pada

trimester I

4) Pingsan

5) Tidak ada selera makan

6) Lelah

7) Payudara membesar, tegang dan sedikit sakit

8) Miksi/BAK sering karena kandung kemih yang tertekan

oleh Rahim yang membesar.

9) Konstipasi

10) Pigmentasi kulit

11) Epulis atau juga disebut papil gusi

12) Pemekaran vena (varises)

c. Tanda kemungkinan hamil

1) Perut membesar

2) Uterus membesar

3) Tanda hegar : ditemukan pada kehamilan 6-12 minggu

yaitu adanya uterus segmen bawah rahim yang lebih lunak

dari bagian yang lain.

4) Tanda chadwick : adanya perubahan warna pada serviks

dan vagina menjadi kebiru-biruan.


11

5) Tanda piscasek : yaitu adanya tempat yang kosong pada

rongga uterus karena embrio biasanya teretak disebelah

atas, dengan bimanual akan terasa benjolan yang asimetris.

6) Kontrkasi-kontrkasi kecil pada uterus bila dirangsang

(braxtin hicks).

7) Teraba ballottement.

8) Reaksi kehamilan positif (Dewi V, 2011 : 111)

2. Pembagian Masa Kehamilan Perkembangan Janin Dalam Uterus

a. Trimester pertama ( minggu 0-12)

Dalam fase ini ada 3 periode penting pertumbuhan mulai

periode germinal sampai oeriode terbentuknya janin.

1) Periode geminal (0-3) proses pembuahan telut oleh sel

sperma yang terjadi pada minggu ke 2 setelah hari pertama

haid terakhir.

2) Periode embrionik (minggu3-8). Proses dimana system

saraf pusat, organ-organ utama sdan stuktur anatomi mulai

terbentuk, sedangkan hati mulai memproduksi sel darah.

Janin mulai berubah dari blastosit menjadi embrio

berukuran 1,3 cm dengan kepala yang besar.

3) Periode fetus ( minggu 9-12). Periode dimana semua organ

penting terus bertambah dengan cepat dan saling berkaitan

dan aktivitas otak sangat tinggi.


12

b. Trimester kedua ( minggu 13-27)

Pada trimester kedua ini terjadi peningkatan perkembangan

janin. Pada minggu ke 18 kita dapat melakukan pemerikasaan

ultrasonografi (USG) untuk mengecek kesempurnaan janin,

posisi plasenta, dan kemungkinan janin kembar, jaringan kulit,

serta rambut mengembang dan mengeras pada minggu ke 20

dan ke 21. Indra pendengaran dan penglihatan mulai berfungsi.

Kelopak mata mulai membuka dan menutup, dan fetus panjang

30 cm.

c. Trimester tiga ( minggu 28-40)

Pada trimester ini seluruh organ tubuh tumbuh dengan

sempurna. Janin menunjukan aktivitas motorik yang

terkoordinasi seperti menendang atau menonjok, Paru-paru

berkembang dengan pesat. Berat bayi berkisar 3-3,5 kg dengan

panjang 50 cm (Kamariyah Nurul, 2014 : 20).

3. Menentukan usia kehamilan

Menentukan usia kehamilan merupakan salah satu langkah penting

yang harus dilakukan oleh bidan. hal tersebut berguna dalam

menegakkan diagnoseis kehamilan (Sulistiyani. A. 2011 : 52).

Ada dua cara dalam menetukan usia kehamilan yaitu :

a. Menggunakan suatu alat khusus (skala yang sudah ditentukan).

1) Tentukan dahulu hari pertama haid terkhir (HPHT)

2) Lihat skala, akan terlihat usia kehamilan sekaligus HPLnya.


13

b. Menggunakan cara manual (menghitung).

1) Tentukan HPHT lebih dahulu.

2) Tentukan tanggal periksa hari ini.

3) Buat daftar jumlah minggu dan kelebihan hari setiap bulan

contoh : bulan desember berjumlah 31 hari, maka menjadi 4

minggu + 3 hari.

4) Daftar jumalah minggu dan hari dibuat mulai dari sisa hari

dalam bulan HPHT sampai dengan jumlah minggu dan hari

dibulan saat pasien melakukan pemeriksaan.

5) Setelah daftar selesai dibuat, jumlahkan minggu dan

harinya, hasil akhirnya dikonversikan dalam jumlah

minggu.

4. Menentukan HPL

Untuk HPL biasanya digunakan rumus neagle, yaitu :

HPL = HPHT + 7 hari – 3 hari

Namun, rurmus ini tidak gunakan pada :

Ibu dengan riwayat haid yang tidak teratur

Ibu hamil yang masih menyusui dan belum haid sesudah

melahirkan.Ibu hamil karena berhenti mengkonsumsi pil KB dan

belum haid penentuan hari lahir pada pasien diatas bisa

menggunakan USG (Sulistyawati . A. 2011 : 53).

Mengukur TFU menurut Mc Donald untuk menghitung

taksiran barat janin. Cara pengukurannya adalah tempatkan metline


14

skala 0 diatas simfisis dan ukur TFU dengan melihat dalam cm

(Sulistyawati A. 2011 : 140). Caranya :

Jika belum masuk panggul : (TFU – 12) X 155

Jika sudah masuk panggul : (TFU – 11) X 155

Tabel 2.1 TFU sesuai Mc Donald

TFU dalam cm Umur kehamilan dalam bulan


20 cm 5
23 cm 6
26 cm 7
30 cm 8
33 cm 9
(Unpad.1984)

5. Pemeriksaan diagnostik kebidanan

a. Tes kehamilan (tes HCG)

Dilaksanakan seawal mungkin begitu diketahui ada amenore

(satu minggu setelah koitus).

Upayakan urine yang digunakan adalah urine di pagi hari.

Cara memeriksanya adalah dengan menggunakan alat test pack.

Ambil test pack dan celupkan pada urine sampai batas yang

tertera pada alat, tunggu 2 menit, apabila pada alat keluar 2

garis merah maka menunjukkan kemungkinan hamil atau HCG

positif, apabila hanya satu garis merah menunjukkan tidak ada

kehamilan atau HCG negatif.


15

b. Palpasi abdomen

1) Leopold 1

a) Bertujuan untuk mengetahui TFU dan bagian janin

yang ada di fundus. Cara pelaksanaan :

b) Pemeriksa menghadap pasien

c) Kedua tangan meraba bagian fundus dan mengukur

berapa tinggi fundus.

d) Meraba bagaian yang da di fundus. Jika teraba bulat,

melenting, mudah digerakkan (kepala), jika teraba

bulat, besar, lunak, tidak melenting, susah digerakkan (

bokong).

Tabel 2.2 ukuran TFU dengan leopold

Umur kehamilan Tinggi Fundus Uteri (TFU)


(minggu)
12 3 jari di atas fundus
16 Pertengahan pusat-simpisis
20 3 jari di bawah pusat
24 Setinggi pusat
28 3 jari di atas pusat
32 Pertengahan pusat-prosesus xiphoideus
36 3 jari di bawah prosesus xiphoideus
40 Pertengahan pusat- prosesus xiphoideus
Sumber : Sarwono prawirohardjo.2009

2) Leopold II

Bertujuan untuk mengetahui bagian janin yang ada

disebelah kanan atau kiri ibu. Cara pelaksanaan :

a) Kedua tangan pemeriksa berada disebelah kanan dan

kiri perut ibu.


16

b) Ketika memeriksa seblah kanan, maka tangan kanan

menahan perut ebelah kiri kearah kanan.

c) Raba perut sebelah kanan menggunakan tangan kiri

bagian apa yang dirasakan. Jika teraba bagian yang rata,

tidak teraba bagian kecil, terasa ada tahanan,

(punggung), jika teraba bagian kecil, menonjol, (bagian

kecil janin).

3) Leopold III

Bertujuan untuk mengetahui bagian janin yang ada di

bawah uterus. Cara pelaksanaan :

a) Tangan kanan meraba bagian yang ada di bagian bawah

uterus. Jika teraba bagian bulat, melenting, keras dan

dapat di goyangkan (kepala). Jika teraba lunak, bulat,

besar, dan sulir di gerakkan (bokong). Jika tidak

ditemukan bagian tersebut diatas maka pertimbangkan

janin dalam posisi melintang.

b) Pada letak sungsang dapat dirasakan ketika tangan

kanan menggoyangkan bagian bawah, tangan kiri

merasakan ballottement (pantulan dari kepala janin,

terutama pada usia kehamilan 5-7 bulan ).

c) Tangan kanan meraba bagian bawah jika masih mudah

digoyangkan, berarti kepala belum masuk panggul. Jika

tidak dapat digoyangkan berarti kepala sudah masuk


17

panggul, lalu lanjutkan pemeriksaan leopold IV untuk

mengetahui seberapa jauh kepala masuk ke panggul.

4) Leopold IV

Bertujuan untuk mengetahui bagian terendah janin yang

dan mengetahui kepala janin sudah masuk panggul atau

belum. cara pelaksanaan :

a) Pemeriksa menghadap pasien dan posisi pasien kedua

kaki ditekuk.

b) Kedua tangan meraba bagian janin yang ada di bawah

c) Jika teraba kepala, tempatkan kedua tangan di kedua

belah pihak yang berlawanan dibagian bawah.

d) Jika kedua tangan konvergen (saling bertemu) kepala

belum masuk panggul.

e) Jika kedua tangan divergen (tidak dapat saling bertemu)

maka kepala sudah masuk panggul.

Tabel 2.3 Penurunan Kepala Janin Menurut Sistem Perlimaan

Periksa luar Periksa dalam keterangan


= 5/5 Kepala diatas PAP
mudah digerakkan
= 4/5 H I-II Sulit digerakkan bagian
terbesar kepala belum
masuk PAP
= 3/5 H II-III Bagian terbesar kepala
belum masuk panggul
= 2/5 H III+ Bagian terbesar kepala
sudah masuk PAP
= 1/5 H III-IV Kepala didasar panggul
= 0/5 H IV Diperineum
Sumber : Anggraini : 2013
18

c. Pemeriksaan DJJ

Pemeriksaan Djj dilakukan dengan cara auskultasi yaitu dengan

stetoskop kayu leannec atau dopler yang ditempelkan didaerah

punggung janin yang paling terdengar jelas (puntum

maksimum), dihitung frekuensi pada 5 detik pertama, ketiga,

dan kelima, kemudian dijumlah dan dikalikan 4 untuk

memperoleh frekuensi satu menit. Yang idealnya dihitung

dalam dua menit seluruhnya. Batas normal adalah 120-160

denyut per menit. Pada letak normal atau presentasi kepala DJJ

terdengar di bawah pusat, pada letak sungsang DJJ terletak di

atas pusat, sedangkan pada letak lintang DJJ terletak di sekitar

pusat (Rukiyah 2010 : 241). Takikarda menunjukkan adanya

reaksi kompensasi terhadap beban/stress pada janin (fetal

stress), bradikarda menujukkan adanya kegagalan kompensasi

beban/stress janin (fetal distress/gawat janin) (Dewi V. 2011 :

155).

d. Pemeriksaan USG

e. Pemeriksaan rotgen (Sulistyawati. A . 2011 : 89).

6. Tes laboratorium

Tes laboratorium merupakan hal penting untuk menilai adanya masalah pada ibu

hamil. Tes laboratorium yang diperlukan adalah :

a. Hemoglobin

b. Protein urine

c. Reduksi
19

Tabel 2.4 Contoh Daftar Tilik Pemeriksaan Laboratorium

PEMERIKSAAN LANGKAH-LANGKAH PEMERIKSAAN


LABORATORIUM No.

Pemeriksaan Gula Persiapan Alat:


Dalam urin 1) 2,5 cc Benedict
2) 1 Spuit 3 cc
3) 1 Pipet tetes Urin
4) Bunser Burner
5) 1 Korek api
6) 2 Tabung Reaksi
7) 1 Penjepit tabung reaksi
8) 1 pasang Handscoen
9) Pena dan buku catatan
10) Larutan Disinfektan dalam waskom
Isilah tabung reaksi dengan benedict masing-
1
masing 2,5 cc
2 Tetesi tabung tersebut dengan 4 tetes urin
Panaskan urin yang sudah tercampur diatas lampu
3 spiritus berjarak 2-3 cm dari ujung lampu sampai
mendidih
Kocok dan bandingkan dengan tabung yang lain
4
lihat perbedaaan
5 Membaca hasil dan mendokumentasikan
Pemeriksaan Protein Persiapan Alat:
Urine 1) 2-3 cc urin
2) 1 Spuit 3 cc
3) 1 Pipet tetes Asam asetat
4) Bunser Burner
5) 1 Korek api
6) 2 Tabung Reaksi
7) 1 Penjepit tabung reaksi
8) 1 pasang Handscoen
9) Pena dan buku catatan
10) Larutan Disinfektan dalam Waskom
1 Isilah tabung reaksi dengan urin 2-3 cc
Panaskan urin di atas lampu spritus (Bunser
2 Burner) berjarak 2-3 cm dari ujung lampu sampai
mendidih
Kalau urin keruh tambahkan 3-5 tetes asam asetat
6%, ini menunjukkan adanya HR dan ini tidak
3
signifikan untuk protein

4 Kalau urin tetap keruh panaskan sekali lagi


5 Kalau urin masih tetap keruh berarti ada protein
20

dalam urin
6 Mencatat hasil pemeriksaan
Pemeriksaan HB Sahli Persiapan Alat:
 Hcl 0,1%
 1 lancet Blood
 Tisu kering
 Kapas alkohol
 Aquabidest
 1 tabung pengencer
 1 Pipet darah
 1 Pipet pengencer
 1 pengaduk
 Larutan Disinfektan dalam Waskom
Isilah tabung Haemometer dengan Hel 1% sampai
1
angka 2
Tusuk ujung jari dengan jarum yang steril,
2 bersihkan darah yang pertama keluar dengan
kapas/tisu
Gunakan pipet untuk menghisap darah mencapai
3
warna biru pada tabung / 20 mm
Masukkan darah ke dalam tabung kemudian isap
4 larutan keluar dan masuk pipet sampai semua
darah keluar dari pipet
Aduk Hcl dengan darah samapai benar-benar
5
tercampur
Masukkan aquadest tetes demi tetes ke dalam
6 tabung, diaduk kembali setelah ditetesi sampai
warnanya sama dengan warna standar
Lihat ujung paling atas dan baca angka diujung
7
tersebut, itulah kadar Hbnya lalu catat hasilnya

Tabel 2.5 Pembacaan Hasil Pemeriksaan Protein Urin

Lebih keruh Urin jelas


Kekeruhan Urin sangat keruh
Kondisi dan keruh dan
ringan tanpa dan
urin terdapat kekeruhan itu
butiran bergumpal2/memadat
butiran berkeping2
(0,01-0,05%) (>0,5%)
(0,05-0,2%) (0,2-0,5%)
Nilai + ++ +++ ++++
21

Tabel 2.6 Glukosa Urin

Kehijauan
warna urin kuning keruh Jingga Merah keruh
kekuning2an
(1-1,5%) (2-3,5%) (>3,5%)
(0,5-1%)
Nilai + ++ +++ ++++

Tabel 2.7 Hb Sahli

Kadar Hb >10 - <11 gr % ≥7 – 10 gr % <7 gr %


Klasifikasi Anemia Ringan Anemia Sedang Anemia Berat

Sumber : Hana N, 2013.

7. Pemeriksaan panggul luar

Ukuran panggul ini menemukan garis besar bentuk dan ukuran panggul

apabila dikombinasikan dengan pemeriksaan dalam. Alat-alat yang dipakai

antara lain jangkar panggul martin, Collin, boudeloque dan

sebagainya.Beberapa ukuran panggul adalah sebagai berikut :

a. Distansia spinarum : jarak antara spina iliaka superior kanan dan kiri,

ukuran normal 23-26 cm.

b. Distansia kristarum : jarak yang terjauh antara krista iliaka kanan dan

kiri, ukuran 26-29 cm.

c. Konjugata ekterna (boudeloque) : jarak antara pinggir atas simfisis dan

ujung prosessus ruas tulang lumbal ke V ukuran 18-20 cm.

d. Ukuran lingkar panggul : dari pinggir atas simfiis ke pertengahan antara

spina iliaka anterior superior dan trokhantor mayor, kemudian kembali

melalui tempat yang sama, ukurannya 80-90 cm (Vivian, 2011 : 39).


22

e. Distansia tuberum : jarak antara tuber ischia kanan dan kiri. Ukuran

10,5 cm. untuk mengukurnya menggunakan jangka panggul osceander (

sulistyawati, 2013 : 26).


23

2.2.3 Perubahan Anatomi Dan Fisologis Masa Kehamilan

Tabel 2.8 Perubahan Fisiologis Pada kehamilan Trimester I

No Sistem Perubahan yang terjadi

1. Sistem Reproduksi Karena hormone estrogen, vagina dan vulva


a. Vulva Dan Vagina mengalami peningkatan pembuluh darah
sehingga Nampak semakin merah dan kebiru-
biruan (tanda chadwick).
b. Serviks Uteri Serviks menjadi lunak karena penrunan
konsentrasi kolagen.
c. Uterus Pada bulan pertama uterus belum mengalami
perubahan yang mencolok.
d. Ovarium Korpus luteum berukuran 3 cm, dan mengecil
setelah plasenta terbentuk.

2. Sistem Payudara Payudara membesar dan tegang akibat


hormone somatomamotroppin, esterogen dan
progesteron, dan belum mengeluarkan ASI.
3. Sistem Endokrin Tes HCG positif dan kadar HCG meningkat
sampai kehamilan 6 minggu
4. Sistem Perkemihan Kandung kemih tertekan sehingga sering
timbul sering kencing. Kadar protein urine
200-300 mg/hari.
5. Sistem Pencernaan Mual muntah karena esterogen dan HCG
meningkat, sering kembung, konstipasi, lebih
sering lapar, dan peningkatang asam lambung
karena terjadi perubahan peristaltik.
6. Sistem Muskoloskeletal Relaksasi jaringan ikat akibat peningkatan
kadar hormone esterogen dan progesteron
7. Sistem Kardiovaskuler Pembuluh darah membesar dan volume
plasma maternal meningkat pada usia 10
minggu.
8. Sistem Intregument Terjadi Hiperpigmentasi pada kulit yang
disebut striae gravidarum atau alba, areola
mamae, papilla mamae, linea nigra,
chloasma gravidarum. Hiperpigmentasi di
pengaruhi oleh Melanophore Stimulating
Hormon lobus hipofisis anterior dan
pengaruh kelenjar suprarenalis.
9. Sistem Berat Badan dan Kenaikan berat badan belum terlihat
Indeks Masa Tubuh
10. Sistem Pernafasan Kebutuhan oksigen meningkat. Dan
menyebabkan terjadinya hiperventilasi.
24

Tabel 2.9 Perubahan Fisiologis Pada Kehamilan Trimester II

No Sistem Perubahan yang terjadi

1. Sistem Reproduksi Terjadinya edema dan varises pada vulva


a. Vulva Dan Vagina karena terus meningkatnya hormone eterogen
dan progesteron yang mengakibatkan
terjadinya hipervaskularisasi dan
menyebabkan membesarnya pembuluh darah
alat genetalia.
b. Serviks Uteri Konsistensi serviks menjadi lunak dan
kelenjar serviks mengeluarkan sekresi lebih
banyak.
c. Uterus Uterus membesar akibat hipertropi dan
hiperplasi otot polos Rahim.
d. Ovarium Korpus luteum mengilang dan digantikan
oleh plsenta.

2. Sistem Payudara Putting susu sudah mengeluarkan cairan


bewarna putih agak jerih yang disebut
kolostrum setelah 12 minggu dan terjadi
pembesaran pada payudara.
3. Sistem Endokrin Terhambatnya pertumbuhan hormone FSH
dan LH.
4. Sistem Perkemihan Kandung kemih tertarik keatas dan eluar dari
rongga panggul dan uretra memanjang 7,5 cm
5. Sistem Pencernaan Terjadi konstipasi karena meningkatknya
hormone progesteron dan esterogen, perut
kembung karena membesarnya uterus yang
menekan organ lain terutama organ
pencernaan.
6. Sistem Muskoloskeletal Mobilitas persendian berkurang terutamaa
pada pesendian siku dan tangan. Dan terjadi
peningkatan retensi cairan.
7. Sistem Kardiovaskuler Pada usia16 minggu terjdi hemodilusi.

9. Sistem Berat Badan dan Kenaikan berat badan 0.4-0,5 kg/minggu.


Indeks Masa Tubuh
10. Sistem Pernafasan Terjadi sesak nafas karena adaanya
penurunan tekanan karbondioksida dan
meningkatkan usaha nafas.
25

Tabel 2.10 Perubahan Fisiologis Pada Kehamilan Trimester III

No Sistem Perubahan yang terjadi

1. Sistem Reproduksi Bertambah panjangnya dinding vagina akibat


a. Vulva Dan Vagina meningkatnya ketebalan mukosa
mengendornya jaringan ikat dan hipertropi
otot polos.
e. Serviks Uteri Terjadi penurunan konsentrasi kolagen lebih
lanjut.
f. Uterus Uterus bertambah besar hingga menyentuh
dinding abdomen.
g. Ovarium Korpus luteum sudah tidak ada

2. Sistem Payudara Pertumbuhan kelenjar mamae membuat


bertambah besarnya payudara cairan putih
yang encer mulai berubah kental, bewarna
kuning dan banyak mengandung lemak.
3. Sistem Endokrin Terjadi pembesaran kelenjar tyroid

4. Sistem Perkemihan Kandung kemih tertekan oleh kepala janin


sehingga sering timbul sering kencing.
5. Sistem Pencernaan Terjadi konstipasi karena meingkatnya
hormone esterogen dan progesteron
6. Sistem Muskoloskeletal Perubahan berat badan mengakibatkan
perubahan postur tubuh pada bumil
7. Sistem Kardiovaskuler Terjadi peningkatan leukosit 5000-12000

8. Sistem Intregument Terjadi Hiperpigmentasi pada kulit yang


disebut striae gravidarum atau alba, areola
mamae, papilla mamae, linea nigra,
chloasma gravidarum. Hiperpigmentasi di
pengaruhi oleh Melanophore Stimulating
Hormon lobus hipofisis anterior dan
pengaruh kelenjar suprarenalis.
9. Sistem Berat Badan dan Kenaikan berat badan 5.5 kg sampai akhir
Indeks Masa Tubuh kehamilan 11-12 kg
10. Sistem Pernafasan uterus yang membesar kea rah diagfrgma
membuat diagfragma kurang leluasa bergerak
sehingga menyebabkan ibu sulit bernafas.
Sumber : Romauli S, 2010 : 73-88
26

2.2.4 Perubahan Dan Adaptasi Psikologis Pada Kehamilan

1. Trimester 1

Perubahan psikologis yang terjadi pada trimester 1 didasari oleh teori

revarubin. Menekankan pencapaian peran sebagai seorang ibu

memerlukan proses belajar melalui serangkaian aktivitas sebagai

berikut :

a. Taking on. Seorang wanita dalam pencapaian peran sebagai ibu

akaan memulainya dengan meniru dan melakukan peran ibu.

b. Taking in Seorang wanita mulai membayangkan peran yang

dilakukan.

c. Letting go wanita mengingat kembali proses dan aktivitas yang

sudaah dilakukannya.

2. Trimester Ke II

Trimester kedua sering disebut periode pancaran kesehatan, karena

pada umumnya wanita sudah mulai merasa nyaman dan bebas

dengan keadaanya.Pembagian perubahan psikologis pada trimester

ke 2 :

a. Fase prequickening (sebelum adanya gerakan janin yang

dirasakan ibu)

Selama akhir trimester pertama dan fase prequickening ibu hamil

akan mengevaluasi segala sesuatu yang berhubungan dengan

interpersonalnya yang terjadi selama ini.


27

b. Fase postquickening (setelah adanya gerakan janin yang

dirasakan ibu)

Setelah ibu hamil merasakan quickening ibu akaan mulai focus

terhadap kehamilannya dan mempersiapkan dirinya yang akan

menjadi seorang ibu.

3. Trimester Ke III

Trimester ketiga sering disebut periode menunggu/penantian dan

waspada.Trimester ketiga adalah waktu untuk mempersiapkan

kelahiran dan kedudukan sebagai orang tua. Pada masa ini ibu mulai

merasa cemas dan berusaha melindungi bayinya, merasa cemas akan

persalinannya, merasa tidak nyaman bahawa dia gemuk dan jelek,

dan sedih karena akan berpisah dengan bayinya. (Kamariyah, N, 2014

: 39).

2.2.5 Kebutuhan Kesehatan Masa Kehamilan.

1. Kebutuahn fisik ibu hamil trimester I, II, III

a. Aktifitas fisik

Ibu dapat beraktifirtas seperti biasa, istirahat minimal 15 menit

tiap 2 jam. Jika duduk atau berbaring dianjurkan kaki

ditinggikan.

b. Pekerjaan

Hindari pekerjaan yang telalu berat, yang berhubungan dengan

radiasi kimia.
28

c. Imunisasi

Imunisasi yang dibutuhkan ibu hamil terutama tetanus

toxoid.Imunisasi diberikan sesuai indikasi.

Tabel 2.11 Pemberian Suntikan TT

Status Jenis Suntikan Interval Waktu Lama Presentase


TT Perlindungan Perlindungan
T1 TT1 80
T2 TT2 4 minggu dari TT1 3 tahun 95
T3 TT3 6 bulan dari TT2 5 tahun 99
T4 TT4 Minimal 1 tahun dari TT3 10 tahun 99
T5 TT5 1 tahun dari TT4 Seumur hidup 99
Sumber : Sulistyawati A ,2009 :121

d. Bepergian/mobilisasi

Ibu boleh bepergian dengan menggunakan pesawat. Perhatikan

posisi tubuh, jangan terlalu lama duduk akan membuat vena

stgnasi yang menyebabkan kaki bengkak. Ibu dianjurkan

memakai sepatu yang tidak berhak tinggi.

e. Mandi dan cara berpakaian

Mandi seperti biasa. Penggunaan sabun khusus pada daerah

vagina tidah dianjurkan karena dapat mengganggu flora normal

vagina. Pakaian tidak boleh ketat atau tidak menekan karena

dapat menyebabkan bendungan vena dan mempercepat varises.

Menggunakan pakaian yang menyerap keringat karena ekskresi

ibu hamil bertambah.

f. Senggama

Hubungan seksul dapat dilakukan seperti biasa kecuali

terjadi sesuatu yang membahayakan misalnya perdarahan.Jika


29

ada riwayat abortus sebelumnya seebaiknya koitus dilakukan

pada minngu ke 16 keatas, dan dihentikan 3-4 minngu

menjelang persalinan.

g. Perawatan mamae dan obdomen

Apabila papilla retraksi maka tarik papilla secara manual

dengan pelan.

h. Hewan peliharaan

Dianjurkan untuk menghindari kontak denagn hewan

peliharaan karena dapat menjadi sumber infeksi.

i. Minuman keras/obat obatan

Harus dihentikan karena dapat menyebakan bahaya pada janin

dan ibu, terutama pada perkembangan dan pertumbuhan janin.

Hindari pemakaian obat-obatan pada trimester I.

j. Gizi/nutrisi

Makan yang bergizi dan cukup untk ibu hamil sangat

dibutuhkan dalam masa kehamilan. Pada masa kehamilan

kalori ditambah 250 kalori agar tersedia gizi yamg cukup untuk

perkeembangan janin. Hindari makanan yang terlalu asin dan

mengandung bahan pengawet (Dewi V, 2011 : 124).

k. Senam hamil

Senam hamil merupakan bentuk latihan yang kegunaannya untuk

memperkuat dan mempertahankan elastisitas otot-otot dinding perut,

ligament-ligament, otot dasar panggul yag berhubungan dengan

proses persalinan.
30

Syarat senam hamil :

1) Telah dilakukan pemeriksaan kesehatan dan kehamilan oleh

dokter atau bidan.

2) Latihan dilakukan setelah 22 minggu

3) Latihan dilakukan secara teratur dan disiplin

4) Sebaiknya latihan dirumah sakit atau klinik bersalin

dibawah pimpinan instruktur senam hamil.

Cara Melakukan Senam Hamil adalah

Kehamilan Minggu ke 35 sampai saat akan melahirkan

a) Posisi awal berdiri

b) Sikap tubuh sempurna

c) Pernafasan diafragma

d) Latihan penguluran otot-otot punggung dan tungkai

(1) Berdiri tegak kedua lengan di samping badan, kedua

kaki melebar.

(2) Rentangkan kedua tangan setinggi bahu, tekuk lutut

kiri, lengkungkan pinggan ke kiri, kembali ke posisi

awal, ulangi hingga 4 kali, kemudian ulangi ke sisi

kanan hingga 4 kali.

e) Posisi awal duduk

f) Latihan pergerakan kaki

g) Latihan otot dasar panggul

h) Latihan pergerakan leher


31

i) Latihan pergerakan bahu

j) Latihan pembentukan postur dan pembentukan otot dasar

panggul : Duduk sila, kedua tangan pada kedua

pergelangan kaki, kencangkan dinding perut dan

kerutkan dubur sampai punggung bawah melengkung,

sambil meniup nafas, kembali tegak ke posisi awal dan

relaks, ulangi hingga 8 kali.

k) Posisi awal berbaring terlentang

(a) Latihan penguatan dan penguluran otot-otot

penggantung panggul. Latihan penguluran punggung

dan penguatan otot dinding perut bersamaan dengan

latihan otot dasar panggul.

(b) Latihan penguatan otot dinding perut, Berbaring

terlentang ke dua lengan di samping badan, kedua

lutut ditekuk, Angkat badan dengan mengangkat

bahu, letakkan dagu di atas dada dan lihat vulva,

kembali ke posisi awal dan relaks. Ulangi hingga 8

kali.

(c) Latihan penguatan otot bokong dan punggung

bawah

(d) Latihan penguatan postur tubuh dan latihan otot

dasar panggul

(e) Latihan kontraksi relaksasi


32

Berbaring terlentang, kedua tungkai lurus dan

terbuka sedikit, kedua lengan di samping badan,

lemaskan seluruh tubuh dan nafas teratur.

Tegangkan seluruh tubuh (katupkan rahang,

kerutkan dahi, tegangkan otot-otot leher, kepalkan

kedua tangan, tegangkan bahu, kerutkan otot dinding

perut, kerutkan dubur, tegangkan tungkai dan tahan

nafas), lemaskan kembali dan kembali ke posisi

awal, ulangi gerakan ini hingga 8 kali.

(f) Latihan pernafasan untuk mengejan

Berbaring terlentang, kedua lutut dipegang oleh

kedua tangan dan relaks. Buka mulut secukupnya,

tarik nafas dalam semaksimal mungkin, kemudian

tutupkan mulut bersamaan dengan mengangkat

badan seperti posisi pada gambar 28, lalu mengejan

seperti gerakan membuang air besar, gerakannya ke

bawah dan ke depan. Setelah tidak dapat menahan

karena lelah, kembali ke posisi awal. Ulangi hingga

3-9 kali dengan interval 2 menit. (Susiastutik : 2014).

l. Ketidaknyamanan umum pada kehamilan

Kehamilan merupakan suatu proses yang alami,

Ketidaknyamanan dalam kehamilan adalah sebagai berikut :


33

Tabel 2.12 Ketidaknyamanan Pada Masa Kehamilan

Penyebab dasar
Cara meringankan
Ketidaknyamanan anatomis dan Tanda bahaya
atau mencegah
fisiologis
Sakit kepala a. ketegangan otot c. Biofeedback. a. Bila bertamabah
dan keletihan. d. Teknik relaksasi parah atau terus
b. Pengaruh e. Memasase leher menerus berlanjut
hormone. dan otot bahu b. Jika dibarengi
f. Penggunaan dengan tekanan
bungkusan darah tinggi dan
hangat atau es proteinuria.
ke leher.
g. Istirahat.
h. Mandi air
hangat.
Rasa mual dan a. Penyebab persis a. Makan biscuit a. Tanda-tanda
muntah belum diketahui kering atau roti kurang gizi.
kemungkinan bakar sebelum b. Hyperemesis
disebabkan bangkit dari gravidarum.
tingkat HCG dan tempat tidur di c. Perubahan dalam
esterogen yang pagi hari. status gizi,
meningkat. b. Makan sedikit dehidrasi,
b. Relaksasi otot- tapi sering. d. ketidakseimbangan
otot halus. c. Duduk tegak elektrolit,
c. Perubahan setiap kali selesai kehilangan berat
metabolism makan. badan yang
karbohidrat. d. Hidari makan signifikan, ketosis,
d. Keletihan. yang berminyak dan asetonuria.
e. Mekanikal dan berbumbu e. Pastikan tidak ada
kongesti, keras. appendisistis,
peradangan, e. Makan makanan kolesistisis dan
pengembungan, yang kering pankreatitis.
pergeseran dengan mnum
diantara waktu
makan.
f. Minum cairan
berkarbonat.
g. Bangun dari tidur
secara perlahan
dan jangan
langsung
bergerak.
h. Jangan
menggosok gigi
setelah makan.
34

i. Minum teh
herbal.
j. Istirahat.

Ptyalism (ludah Patogenesisnya tidak


yang berlebihan) diketahui

Mengidam a. Sering dikaitkan a. Tidak perlu a. Pertambahan berat


dengan anemia dikhawatirkan badan yang tidak
akibat kekuangan selama diet gizi memadai.
zat besi. tetap memadai. b. Gejala anemia atau
b. Bisa merupakan b. Didiklah wanita infeksi.
tradisi. tentang bahaya c. Tanda-tanda
makanan yang kurang gizi.
tidak benar. d. Jika ngidam bahan
c. Bahas rencana yang beracun atau
makanan yang jumlah bahan yang
dapat diterima tidak ditolelir
yang konsumsinya.
mencangkup gizi
yang diperlukan.
Keringat a. Perubahan a. Pakailah pakaian
bertambah hormone yang tipis dan
penyebabkan longgar.
peningkatan b. Banyak mandi.
kelenjar apokrin, c. Mandi secara
esokrin, teratur.
adrenokortisol,
sebaseous.
Keputihan a. Hyperplasia a. Tingakatkan a. Jika sangat banyak
mukosa vagina. kebersihan dan baunya
b. Produksi lender terutana menyengat.
meningkat. vulva hygine b. Keluarnya air.
b. Pakailah c. Perdarahan vagina
pakaian
dalam yang
terbuat dari
katun atau
bahan yang
daya kuatnya
tinggi.
Konstipasi a. Kemampuan a. Hindari makanan
gerak usus yang yang
berkurang yang mengandung gas.
mengarah pada b. Mengunyah
35

perlambatan makanan secara


pengosongan. sempurna.
b. Tekanan uterus c. Senam secara
yang besar usus teratur.
besar. d. Pertahankan
c. Penelanan udara. kebiasaan buang
air secara teratur.
Hidung a. Perubahan Gunakan vaprorizer Dingin, demam >38° c
tersumbat/berdara hormone. udara dingin.
h b. Pembesaraan
kapiler.
c. Relaksasi otot
hlus vascular.
d. Volume sirkulasi
darah yang
meningkat.
Gatal-gatal a. Kemungkinan a. Gunakan a. Pruritis garvidarum
karena kompres atau tanpa atau dengan
hipersensivitas mandi dengan penyakit kuning.
terhadap antigen siraman air sejuk. b. Jika dibarengi
plasenta. b. Gunakan cara dengan mual dan
mandi outmeal. muntah.
Frekuensi a. Tekanan uterus a. Penjelasan a. Infeksi saluran
berkemih diatas kandung mengenai kemih
meningkat. kemih. penyebanya. b. Dysuria.
b. Nokturia akibat b. Kosongkan c. Oliguria.
ekskresi sodium kandung kemih d. Asimtomatik
yang meningkat. saat merasa bakterinuria.
c. Air dan sodium dorongan untuk
tehambat karena berkemih.
statis vena pada c. Perbanyak
malam hari minum pada
mengalami siang hari.
peningkatan. d. Kurangi minum
pada saat
menjelang tidur.
e. Batasi minum
minuman yang
mengandung
bahan diuretik
alamiah (kopi dan
teh).
36

Diare a. Mingkin karena a. Cairan pengganti a. Dehidrasi.


hormone. atau rehidrasi. b. Demam, terdapat
b. Mungkin dari b. Hindari makanan darah dalaam
makanan. yang berserat kotoran.
c. Efek samping tinggi.
dari virus. c. Makan sedikit
tapi sering.
Edema kaki a. penigkatan kadar a. hindari posisi a. Tekanan darah
sodiumaran karena berbaring tinggi.
pengaruh hormonal terlentang b. protein urine
b. tekanan dari b. istirahat positif
pemebesaran uterus dengan berbaring
pada vena pelvis saat kekiri, kaki agak
duduk dan ven cava ditinggikan,
pada saat berbaring angkat kaki
c. kongesti sirkulasi ketika duduk atau
pada ekstermitas istirahat, lakukan
bawah. senam hamil
secara teratur
Sumber : Dewi V, 2011 : 144

2. Asuhan antenatal

a. Tujuan utama asuhan kehamilan

1) Memonitor kemajuan kehamilan guna memastikan

kesehatan ibu dan perkembangan bayi yang normal.

2) Mengenali secara dini penyimpangan dari normal dan

memberikan penatalaksanaan yang diperlukan.

3) Membina hubungan saling percaya antara ibu dan bidan

dalam mempersiapkan ibu dan keluarga secra fisik,

emosional, serta logis untuk menghadapi kelahiran dan

kemungkinan komplikasi (Dewi V, 2011 : 14).

b. Standart Asuhan Kehamilan

Asuhan kehamilan merupakan asuhan yang diberikan

oleh bidan dengan cara mengumpulkan data, mengiterpretasi


37

data, dan menetapkan diagnose, dan rencana tindakan serta

melaksanakannya. Adapun standart asuhan kehamilan :

1) kunjungan antenatal care (ANC) minimal 4 kali:

a) Satu kali pada trimester I (usia kehamilan 0-13 minggu)

b) Satu kali pada trimester II (usia kehamilan 14-27

minggu)

c) Dua kali pada trimester III (usia kehamilan 28-40

minggu).

Tabel 2.13 Tujuan Jadwal Kujungan ANC

Kunjungan Waktu Tujuan

TM I Sebelum 14 minggu Mendeteksi masalh yang ada, mencegah


masalah,membangun hubungan sling
percaya, memulai persiapan persalinan
dan kesiapan menghadapi komplikasi,
nurtisi ibu hamil.
TM II 14-28 minggu Sama dengan TM Iditambah
kewaspadaan khusus terhadap hipertensi
kehamilan (deteksi gejala preeklamsi)
TM III 28-36 minggu Sama ditambah deteksi kehamilan ganda

Setelah 36 minggu Sama ditambah deteksi kelainan letak,


atau kondisi yang memerlukan
persalinan di RS.
Sumber : Dewi. V. 20111 : 22

2) Pengkajian awal ibu hamil

a) Biodata

b) Anamnesis (keluhan utama, riwayat kesehatan

reproduksi, riwayat kesehatan lalu, riwayat kesehatan

keluarga, riwayat kesehatan sekarang, data psikososial,


38

pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari, pengetahuan

pasien tentang kehamilan dan perawatannya).

c) Pemeriksaan fisik (pemeriksaan fisik umum

pemeriksaan head to toe meliputi : kepala, leher, dada,

payudara, ekstermitas atas, abdomen, pemeriksaan

panggul, genetalia luar, genetalia dalam, pemeriksaan

bimanual, rectum, ekstermitas bawah).

d) Pemeriksaan penunjang (pemeriksaan laboratorium (Hb

golongan darah, protein urine, glokuse dalam urine),

pemeriksaan USG (Sulistyawati. A .2013 : 150).

3) Kunjungan ulang

a) Riwayat kehamilan sekarang (gerakan janin, keluhan,

psikologis ibu)

b) Pemeriksaan fisik

c) Pemeriksaan laboratorium (pemeriksaan protein urine)

d) Pemberin suplemen, imunisasi, dan konseling.

e) Pendokumentasian (Dewi. V. 2011 : 158).

4) Pelayanan standart yaitu 10 T :

Sesuai dengan kebijakan dinas kesehatan standart

minimal pelayanan pada ibu hamil adalah 10 bentuk yang

disingkat dengan 10 T, antara lain :

1) Timbang berat badan

2) Ukur tekanan darah


39

3) Nilai status gizi (mengukur lila)

4) Ukur tinggi fundus uteri

5) Memeriksa denyut jantung janin

6) Pemeberian imunisasi TT lengkap

7) Pemberian tablet besi (fe) minimal 90 tablet selama

kehamilan dengan dosis satu tablet tiap harinya.

8) Lakukan tes penyakit menular seksual (PMS).

9) Tata laksana khusus

10) Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan (Romauli.

S. 2011 : 12).

c. Faktor resiko kehamilan

adalah keadaan yang dapat mempengaruhi optimalisasi

ibu maupun janin pada kehamilan yang dihadapi. Menurut Puji

Rochjati faktor resiko kehamilan adalah Primipara muda berusia

kurang dari 16 tahun, primipara tua berusia lebih dari 35 tahun,

primipara sekunder dengan usia anak di atas 5 tahun, tinggi

badan kurang dari 145 cm, riwayat kehamilan buruk (pernah

keguguran, pernah persalinan prematur,lahir mati, riwayat

persalinan dengan tindakan (ekstraksi vakum, ekstraksi forsep,

operasi sesar), pre-eklampsi-eklampsia, gravida serotinus,

kehamilan dengan perdarahan antepartum, kehamilan dengan

kelainan letak, kehamilan dengan penyakit ibu.


40

Faktor resiko juga dapat dikelompokan berdasarkan

skor. Skor meupakan bobot (weighting) dari resiko akan

komplikasi dalam persalinan. Sistem skoring berdasarkan

statistik epidemiologi di dapatkan 2 skor untuk skor awal untuk

semua umr dan paritas. skor 8 untuk riwayat bedah sesar, letak

sungsang, letak lintang, pre eklamsi/ eklamsi, perdarahan

antepartum. Sedangkan factor 4 untuk factor lain. Kelompok

resiko bagi setiap kontak ada 3 kelompok resiko :

1) Kehamilan resiko rendah/KRR jumlah skor 2 dengan

tanda kartu hijau selama hamil tanpa FR.

2) Kehamilan resiko tinggi/KRT jumlah skor 6-10, kode

warna kuning dapat dengan FR dari kelompok I, II, III,

dan degan FR ganda 2 dari kelompok FR I, II.

3) Kehamilan resiko sangat tinggi /KRST jumlah skor >

12 kode warna merah, ibu hamil dengan FR ganda dua

atau tiga lebih (wahyuningrum. 2012).

2.2.Konsep Teori Persalinan

2.2.1 Pegertian Persalinan

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan

plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan

melalui jalan lahir atau jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan

(kekuatan sendiri) (Sulistyawati. A . 2013 : 04).


41

2.2.2 Proses Terjadinya Persalinan

1. Sebab-sebab mulainya persalinan

a. Penurunan kadar progesterone : progesterone menimbulkan

relaksasi otot-otot Rahim dan esterogen meningkatkan

kerentanan otot Rahim. penurunan kadar progesterone yang

menimbulkan his.

b. Toeri oxytocin : pada akhir kehamilan kadar oxytosin

bertambah dan menimbulkan kontraksi Rahim.

c. Keregangan oto-otot : otot-otot Rahim semakin meregang

dengan bertambahnya usia kehamilan.

d. Pengaruh janin : terjadinya penurunan hyipofise dan kelenjar

suprarenal pada janin mempengaruhi keluarnya janin.

e. Teori prostaglandin : tingginya kadar prostaglandin pada akhir

kehamilan menyebabkan kontarksi otot Rahim (Yanti. 2010 :

04).

2. Tahapan persalinan

a. kala 1 : kala I atau kala pembukaan adalah periode persalinan

yang dimulai dari his sampai pembukaan serviks menjadi

lengkap. Kala I dibagi menjadi dua face :

1) Face laten : fase pembukaan yang sangat lambat dari 0

sampai 3 yang membutuhkan waktu 8 jam.

2) Fase aktif : fase pembukaan yang lebih cepat yang terbagi

menjadi
42

a) Fase accelerasi (face percepatan), dari pembukaan 3 cm

sampai 4 cm yang dicapai dalam 2 jam

b) Fase dilatasi maksimal : dari pembukaan 4 cm sampai 9

cm yang dicapai dalam 2 jam

c) Fase decelerasi (kurangnya percepatan) dari pembukaan

9 cm sampai 10 cm selama 2 jam.

b. Kala II atau kala pengeluaran : adalah pembukaan lengkap

sampai lahirnya bayi. Proses ini berlangsung 2 jam pada

primigravida dan satu jam multigravida.

c. Kala III atau kala uri : dimulai segera setelah bayi lahir sampai

lahirnya plasenta, yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit.

f. Kala IV ataau kala pengawasan : dimulai dari saaat lahirnya

plasenta sampai 2 jam pertama post partum Rahim (Yanti. S.ST,

M. Keb. 2010 : 06).

Tabel 2.14 Lamanya Persalinan

LAMA PERSALINAN

PRIMIPARA MULTIPARA

KALA I 13 jam 7 jam


KALA II 1 jam ½ jam
KALA III ½ jam ¼ jam

TOTAL 14 ½ jam 7 ¾ jam

Sumber: Rohani. 2013.

3. Tanda-tanda persalinan :

a. His persalian : timbulnya his persalinan adalah his pembukaan

dengan sifat sebagai berikut :


43

1) Nyeri melingkar dari punggung memancar ke perut depan.

2) Makin lama makin pendek intervalnya dan makin kuat

intensitesnya.

3) Kalau dibawa berjalan semakin kuat.

4) Mempunyai pengaruh pada pendataran dan pembukaan

serviks.

b. Bloody show (lender disertai darah dari jalan lahir): Perdarahan

disebabkan lepasnya selaput janin bagian bawah segmen bawah

rahim hingga beberapa capilar terputus.

c. Premature rupture of membrane : keluarnya cairan banyak

dengan sekonyong-konyong dari jalan lahir.

4. Factor-Faktor Yang Mempengaruhi Persalinan.

a. Power

adalah kekuatan yang mendorong janin keluar. kekuatan

yang mendorong janin keluar pada saat persalian adalah : his,

kontrkasi otot-otot perut, kontraksi diagfragma dan aksi

ligament, dengan kerjasama yang baik dan sempurna.

b. Faktor passanger

Faktor lain yang berpengaruh terhadap persalinan

adalah faktor janin, bagian terbawah janin.

c. Factor pasaage (jalan lahir)


44

passage atau factor jalan lahir dibagi atas bagian

keras ; tulang-tulang panggul, bagian lunak ; otot-otot,

jaringan dan ligament.

a) Bidang-bidang panggul :

(1) Hodge I : jarak antara promotorium dan pinggir atas

simfisis, sejajar dengan PAP.

(2) Hodge II : sejajar deengan PAP melewati pinggir

bawah simfisis.

(3) Hodge III : sejajar dengan PAP melewati spina

ishiadika

(4) Hodge IV : sejajar dengan PAP melewati ujung

coccygus.

d. Psikis Ibu

Dalam persalinan terjadi peningkatan kecemasan,

dan semakin kecemasan meningkat akan semakin meningkat

intensitas nyeri yang dirasakan. Stres persalinan tidak

berakibat pada ibu saja tetapi pada janin juga. Sebab itu ibu

mengalami stres, menyebabkan makin lamanya proses

persalinan sehingga janin dapat mengalami kegawatan

(fetal-distress).

e. Penolong Persalinan

Salah satu factor yang sangat mempengaruhi

terjadinya kematian ibu dan janin adalah kemampuan dan


45

keterampilan penolong persalinan. Keterampilan yang

diajarkan dalam pelatihan harus diterapkan sesuai standar

asuhan bagi semua ibu bersalin disetiap tahapan persalinan

oleh setiap penolong persalinan (Yanti, 2010 : 21).

2.2.3 Asuhan kebidanan kala I

Kala I persalinan atau kala pembukaan dimulai dari his

persalinan yang pertama sampai pembukaan serviks menjadi lengkap.

Tanda-tanda kala I

a. His belum begitu kuat, datang setiap 10-15 menit tidak

seberapa mengganggu ibu hingga ibu masih bisa berjalan.

b. Lambat laun his akan semakin kuat, interval lebih pendek,

kontraksi lebih kuat dan lebih lama.

c. Bloody show lebih banyak.

d. Lama kala I untuk primi 12 jam dan multi 8 jam.

g. Pedoman untuk mengetahui kemajuam kala I adalah kemajuan

pembukaan 1 cm bagi primipara dan 2 cm bagi multipara

Rahim (Yanti. 2010 : 10).


46

Tabel 2.15 Perubahan Fisiologis Kala I

No Sistem Perubahan yang terjadi

1. Sistem Reproduksi Retraksi otot yang merubah otot uterus


a. Uterus menjadi semakin pendek yang
mengakibatkan Kavum uterus semakin
mengecil
b. Serviks Bertambahnya efektifitas kontraksi serviks
mengalami perubahan bentuk menjadi lebih
tipis. Setelah menipis dengan sempurna akan
terjadi pembukaan karena tarikan oleh otot
uterus secara terus menerus saat terjadi
kontraksi.

2. Sistem Metabolisme Metabolism meningkat disebabkan oleh rasa


cemas dan ketakutan.
3. TTV Tekanan darah meningkat selama kontrkasi
sisol 15-20 mmhg dan diastole 5-10 mmhg.
Suhu meningkat 05-1 °c selama persalinan
Nadi meningkat saat terjadinya kontraksi
Penapasan meningkat dikarenakan
meningkatnya metabolisme tubuh.
4. Sistem Perkemihan Sering terjadi poliuri karena peningkatan
curah jantung laju filtrasi glomerus dan laju
aliran plasma ginjal.
5. Sistem Gastrointestinal Motilitas dan absorbsi lambung terhadap
makanan padat berkurang terjadi penurunan
sekresi asam lambung sehingga kerja saluran
cerna menjadi lambat.
6. Sistem Hematologi Hemoglobin meningkat 1,2 mg% selama
persalinaan
Sumber : Sulistyawati, 2013 : 63

1. Perubahan psikologis kala I

Pada setiap tahap persalinan, ibu akan mengalami

perubahan psikologis dan perilaku sebagai respon dari apa yang

dirasakan. Berbagai perubahan ini dapat digunakan untuk

mengevaluasi kemajuan persalinan. Kala I fase laten terkadang

pasien belum cukup yakin bahwa ia akan melahirkan meskipun


47

tanda persalinan sudah terlihat jelas. Pasien biasanya lebih senang

apabila kita melakukan pemeriksaan dalam atau VT dan berharap

hasil pemeriksaan mengindikasikan proses persalinan akan segera

berakhir. Kala I fase aktif pasien cenderung mengalami penurunan

stamina. Pasien sangat tidak suka jika orang berbicara padanya atau

menerima nasehat. Pasien lebih focus dalam berjuang

mengendalikan rasa sakit dan ingin meneran. pengertian dan

perhatian dari orang terdekat sangat dibutuhkan. Asuhan yang

paling tepat adalah membiarkan pasien mengatasi keadaannya

tetapi tidak meninggalkannya (Sulistyawati A . 2013 : 69).

2. Partograf

Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan kala

satu persalinan dan informasi untuk membuat keputusan klinik (dr.

Gulardi W, 2008 : 54).

Tujuan utama dari penggunaan partograf adalah :

a. Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan

menilai pembukaan serviks melalui periksa dalam

b. Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal.

c. Data pelengkap yang terkait dengan pemantauan kondisi ibu,

bayi, grafik kemajuaan persalinan, bahan dan medikamentosa

yang diberikan, pemeriksaan laboratorium, membuat keputusan

klinik dan asuhan atau tindakan yang diberikan yang dicatat


48

secara lengkap. Partograf digunakan untuk semua ibu hamil

dalam fase aktif kala satu persalian.

3. Pencatatan pada partograf

Dalam fase laten kondisi ibu dan bayi juga harus dinilai dan dicatat

dengan seksama yaitu :

a. Denyut jantung janin setiap ½ jam

b. Frekuensi dan lamanya kontraksi uterus ½ jam

c. Nadi setiap ½ jam

d. Pembukaan serviks setiap 4 jam

e. Penurunan bagian terbawah janin setiap 4 jam

f. Tekanan darah dan temperature tubuh setiap 4 jam

g. Produksi urine, aseton, dan protein setiap 2 jam

Halaman depan partograf mengintruksikan observasi dimulai pada

fase aktif persalinan dan menyediakan lajur dan kolom untuk mencatat

hasil-hasil pemeriksaan selama fase aktif (dr. gulardi W, 2008 : 56) yaitu :

1) Informasi tentang ibu

a) Nama, umur

b) Gravida, para, abortus

c) Nomor catatan medic

d) Tanggal dan waktu mulai dirawat

e) Waktu pecahnya selaput ketuban

2) Kondisi janin

a) DJJ : kisaran normal DJJ terpapar pada partograf diantara garis

tebal pada angka 180 dan 100.


49

b) Warna dan adanya air keutuban : cara penulisannya adalah :

(1) U : Kulit ketuban masih utuh

(2) J : Selaput ketuban pecah dan air ketuban jernih

(3) M : Air ketuban bercampur mekonium

(4) D : Air ketuban bernoda darah

(5) K : Tidak ada cairan ketuban / kering.

c) Penyusupan kepala janin adalah indikator penting tentang seberapa

jauh kepala janin dapat menyesuaikan diri terhadap bagian tulang

keras panggul. Semakin besar derajat penyusupan tulang kepala

janin maka semakin menunjukkan resiko diproposi kepala panggul

(CPD). Cara penulisannya menggunakan lambang-lambang berikut:

(1) 0 : sutura terpisah

(2) 1 : sutura (pertemuan dua tulang tengkorak) bersesuaian.

(3) 2: sutra tumpang tindih tapi dapat diperbaiki.

(4) 3: sutura tuapang tindih dan tidak dapat diperbaiki.

3) Kemajuan persalinan

a) Pembukaan serviks

b) Penurunan bagian terbawah atau presentasi janin

c) Garis waspada dan garis bertindak

4) Jam dan waktu

a) Waktu mulainya fase aktif persalinan

b) Waktu aktual saat pemeriksaan atau penilaian

5) Kontraksi uterus

a) Frekuensi kontraksi dalam waktu 10 menit


50

b) Lama kontraksi (dalam detik)

6) Obat-obatan dan cairan yang diberikan

a) Oksitosin

b) Obat-obatan lainnya dan cairan IV yang diberikan

7) Kondisi ibu

a) Nadi, tekanan darah dan temperatur tubuh

b) Urin (volume, aseton atau protein).

Halaman belakang partograf merupakan bagian untuk mencatat

hal-hal yang terjadi selama proses persalinan dan kelahiran bayi, serta

tindakan yang dilakukan sejak kala I hingga kala IV dan bayi baru

lahir. Disebut juga sebagai catatana persalinan. Catatan persalinan

terdiri dari (dr. gulardi W, 2008 : 64).

1) Data atau informasi umum

2) Kala I

3) Kala II

4) Kala III

5) Bayi baru lahir

6) Kala IV

4. Vagina toucher (periksa dalam)

Adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan memasukkan jari


kedalam liang senggama untuk menegetahui pasien sudah inpartu,
menetapkan titik awal persalinan. Cara VT
1. Mencuci tangan
2. Tangan yang memeriksa memakai sarung tangan steril
51

3. Tangan kiri membeberkan labia, sedangkan tangan kanan


membersihkan labia mayor kanan dan kiri, labio minor kanan
dan kiri, dan vulva dari atas kebawah (ganti kapas setiap
melakukan pembersihan). Jari telunjuk dan jari tengah tangan
kanan dimasukkan ke dalam vagina.
Hal-hal yang harus diperiksa waktu VT :
a. Jari dimasukkan sampai meraba serviks
1) Apakah serviks kaku atau lunak
2) Apakah serviks sudah mendatar atau belum
3) Apakah bibir serviks masih teal atau tipis
4) Berapa pembukaan
b. Keadaan ketuban
1) Apakah ketuban ada atau tidak
2) Bagaimana keadaan ketuban
c. Tentukan presentasi dan posisi anak
d. Turunnya kepala
e. Tentukan ada atau tidal adanya caput succedaneum dan
berapa besarnya.
f. Periksa apakah ada bagian-bagian anak yang menumbung
seperti tangan, lengan, kaki atau tali pusat
g. Periksa keadaan panggul
1) Apakah promontorium teraba
2) Apakah linea innominate teraba seluruhnya atau sebagian
dan beberapa bagian
3) Apakah sacrum concaaf
4) Keadaan dinding samping panggul lurus atau konvergen
5) Spina ischiadika menonjol atau tidak
6) Keadaan os pubis dan arkus pubis
7) Keadaan dasar panggul (kaku atau tebal)
8) Kalau kepala belum masuk dan promontorium teraba,
tentukan conjugate diagonalis.
52

2.2.4 Asuhan persalinan kala II

1. Tanda-tanda kala II :

1) Merasa ingin meneran dan tidak bisa menahannya

2) Perineum menonjol

3) Merasa ingin buang air besar

4) Lubang vagina dan sfingter ani membuka

5) Jumlah pengeluaran air ketuban meningkat.

2. Episiotomi

Episiotomi adalah insisi dari perineum untuk memudahkan persalinan

dan mencegah ruptur perineum totalis. Indikasi episiotomi untuk

mempercepat proses kelahiran bayi dilakukan jika terdapat hal berikut

a. Gawat janin dan janin akan segera dilahirkan dengan tindakan.

b. Penyulit kelahiran pervaginam

c. Jaringan parut pada perineum / vagina yang memperlambat

kemajuan persalinan.

Tujuan tindakan episiotomi adalah sebagai berikut :

a. Mempercepat persalinan dengan memperlebar jalan lahir lunak.

b. Mengendalikan robekan perineum untuk memudahkan menjahit.

c. Menghindari robekan perineum spontan.

d. Memperlebar jalan lahir pada tindakan persalinan pervaginam.

Waktu yang tepat untuk melakukan episiotomi :

a. Pada waktu puncak his dan saat pasien meneran.

b. Perineum sudah tipis.


53

c. Lingkar kepala pada perineum sekitar 5 cm. (Sulistyawati, 2013:

124-125)

Tabel 2.16 Keuntungan dan Kerugian Bentuk Episiotomi


Episiotomi Medialis Episiotomi Mediolateralis

1. Mudah diijahit 1. Lebih sulit dijahit.


2. Anatomis maupun 2. Anatomis maupun
fungsional sembuh dengan fungsional penyembuhan
baik. kurang sempurna.
3. Nyeri dalam nifas tak 3. Nyeri pada hari pertama
terlalu. nifas.
4. Dapat menjadi ruptur 4. Jarang menjadi ruptur
perineum totalis perineum totalis.
Sumber : Sulistyawati, A,. 2013.

3. Penjahitan Luka Episiotomi / Laserasi

Prinsip penjahitan perineum :

a. Patuhi teknik aseptik dengan cermat.

b. Angkat bekuan darah dan debris sebelum penjahitan luka.

c. Pastikan hemostasis yang terlihat sebelum penjahitan luka.

d. Penyatuan jaringan yang akurat, menutup semua kemungkianan

adanya ruang sisa.

Tujuan penjahitan laserasi perineum derajat II dan episiotomi :

Adalah untuk menyatukan kembali (mendekatkan) jaringan tubuh dan

mencegah kehilangan darah yang tidak perlu (memastikan

hemostasis).

Langkah – langkah penjahitan perineum :

a. Cuci tangan dan gunakan sarung tangan DTT atau steril.

b. Pastikan bahwa peralatan dan bahan-bahan yang digunakan untuk

melakukan penjahitan luka sudah steril.


54

c. Memberikan anastesi lokal dan menelusuri dengan hati-hati untuk

menentukan batas-batas luka secara jelas. Nilai kedalaman luka

dan lapisan jaringan mana yang terluka. Dekatkan tepi laserasi

untuk menentukan bagaimana cara menjahitnya dengan mudah,

d. Buat jahitan pertama ± 1 cm di atas ujung luka / laserasi di bagian

dalam vagina, buat ikatan dan potong pendek benang yang lebih

pendek dari ikatan.

e. Tutup mukosa vagina dengan jahitan jelujur, jahit ke bawah ke arah

cincin hymen.

f. Tepat sebelum cincin hymen, masukkan jarum ke dalam mukosa

vagina lalu ke bawah cincin hymen sampai jarum ada di bawah

laserasi.

g. Teruskan ke arah bawah tapi tetap pada luka, menggunakan teknik

jahitan jelujur hingga mencapai bagian bawah laserasi. Pastikan

bahwa jarak tiap jahitan sama dan otot yang terluka telah dijahit.

Jika laserasi meluas sampai ke dalam otot, mungkin perlu untuk

melakukan 1 atau 2 jahitan putus-putus.

h. Setelah mencapai ujung laserasi, arahkan jarum ke atas dan

teruskan penjahitan menggunakan teknik jahitan jelujur untuk

menutup lapisan subkutikular.

i. Tusukkan jarum dari robekan perineum ke dalam vagina. Jarum

harus keluar dari belakang hymen.


55

j. Ikat benang dengan membuat simpul di dalam vagina. Potong

ujung benang dan siskan sekitar 1,5 cm.

k. Ulangi pemeriksaan vagina dengan lembut untuk memastikan

bahwa tidak ada kasus / peralatan yang tertinggal di dalam vagina.

l. Dengan lembut masukkan jari yang paling kecil ke dalam anus.

Raba apakah ada jahitan pada rektum.

m. Cuci tangan dengan air DTT.

n. Nasehati pasien pasca penjahitan perineum (Sulistyawati, 2013:

185-189).

4. Robekan Perineum Dibagi Menjadi 4 Tingkatan

Tingkatan I : robekan terjadi hanya pada selaput lendir vagina

tanpa mengenai kulit perineum.

Tingkatan II : robekan mengenai selaput lendir vagina dan otot

perinei transversalis tetapi tidak mengenai otot

sfingter ani.

Tingkatan III : robekan mengenai perineum sampai dengan otot

sfingter ani.

Tingkatan IV : robekan mengenai perineum sampai dengan otot

sfingter ani dan mukosa rektum.


56

Tabel 2.17 Perubahan Fisiologis Kala II

No Sistem Perubahan yang terjadi

1. Sistem Reproduksi Kontraksi uterus dan dorongan otot dinding


a. Kontraksi Uterus uterus semakin meningkat. Intensitas semakin
lama pada saat his akan terjadi penekanan
pada otot dasar panggul yang menimbulkan
rasaa ingin meneran
b. Uterus Uterus teraba sangat keras pada saat
berkontraksi. Proses kontraksi terjadi di
fundal dominan yang menimbulkan
pembukaan serviks dan mendorong bayi
secara alami.
c. Serviks Serviks menipis dan berdilatasi maksimal dan
saat VT posio sudah tidak teraba.
d. Pergeseran Otot Dasar Tekanan pada otot dasaar panggul
Panggul menimbulkan rasa ingin meneran dan disertai
perineum menonjol dan anus membuka.
2. Ekspulsi Janin Dengan his yang kuat dan kekuatan meneran
kepalaa bayi dilahirkan dengan suboksiput
dibawah simfisis yang diikuti dahi muka dan
dagu setelahnya seluruh badan bayi
3. TTV Tekanan darah meningkat selama kala II 15-
25 mmhg.
Suhu meningkat 05-1 °c selama persalinan
Nadi meningkat pada saat meneran
Penapasan meningkat dikarenakan
meningkatnya metabolisme tubuh.
4. Sistem Metabolisme Metabolisme meningkat karena adanya
peningkatan otot-otot rangka.
5. Sistem Gastrointestinal Penurunan motalitas lambung saat persalinan
dan menyebabkan mual dan muntah.
6. Sistem Hematologi Hemoglobin meningkat 1,2 mg% selama
persalinaan
7. Sistem Renal Perubahan terjadi sama dengaan pada kala I

Sumber : Sulistyawati A. 2013 : 101.


57

5. Mekanisme persalinan normal

Persalinan kala II dimulai setelah pembukaan serviks

lengkap dan berakhir dengan lahirnya seluruh tubuh bayi. Inti dari

mekanisme persalinan adalah pergerakan kepla janin dalam rongga

dasar panggul untuk menyesuaikan diri dengan luas panggul,

sehinnga kepala dapat lahir secara spontan. Diameter kepala janin

menyesuaikan diameter terbesar dalam ukuran panggul ibu

(Sulistyawati A. 2013 : 109).

Mekanisme persalinan normal dibagi beberapa tahap yang

dimulai dari gerakan janin dalam dasar panggul sampai diikuti

dengan lahirnya seluruh badan bayi.

1) Penurunan kepala : terjadi selama proses kepala karena

adanya dorongan dari kontraksi uterus yang kuat, posisi,

dan kekuatan meneran ibu

2) Penguncian (engagement) : tahap prenurunan diameter

biparetal kepala janin yang telah memasuki panggul ibu.

3) Fleksi : Diameter kepala janin terkecil dapat bergerak

melalui panggul dan terus menuju dasar panggul. Saat

kepala bertemu dengan dasar panggul, tahanan akan

menigkatkan fleksi menjadi tambah besar sehingga kepala

janin dalam posisi fleksi maksimal ketika didalam dasar

panggul
58

4) Putaran paksi dalam : Putaran internal kepala janin akan

membuat diameter anteropostior (yang lebih panjang) dari

kepala menyesuaikan diri dengan anteropostior panggul

pasien. Kepala akan berputar dari arah diameter kanan,

miring kearah diameter PAP dari panggul tetapi bahu tetap

miring kekiri. Dengan ini hubungan antara as panjang

kepala janin dengan as panjang dari bahu akan berubah dan

leher akan berputar 45 derajat. Dan hubungan antara kepala

janin dan panggul akan terus berlanjut selama kepla janin

masih berada didalam panggul

5) Lahirnya kepala dengan cara ekstensi : dengan cara kepala

dengan posisi oksiput posterior, posisi ini terjadi karena

gaya tahanan dari dasar panggul. Gaya tersebut membentuk

lengkungan carus yang mengarahkan epala keatas menuju

lorong vulva. Leher bawah oksiput akan bergeser kebawah

simfisis pubis dan bekerja dengan titik poros

(hipomoklion). Kontraksi uterus memberikan tekanan

tambahan di kepala dan menyebabkan ekstensi lebih lanjut

saat vulva vagina membuka lebar

6) Restitusi : putaran kepala sebesar 45 derajat baik ke kanan

atau ke kiri. Bergantung kepada arah dimana ia mengikuti

perputaran menuju posisi oksiput anterior.


59

7) Putar paksi luar : putaran ini terjadi bersamaan dengan

putaran internal dari bahu. Pada saat kepala janin berada

didasar panggul, bahu akan melakukan perputaran dalam

arah yang sama dengan kepala janin agar terletak dalam

diameter terbesar dari rongga panggul. Bahu anterior akan

terlihat pada lubang vulva-vagina yang akan bergeser

dibawah simfisis pubis.

8) Lahirnya bahu dan seluruh badan bayi : bahu posterior akan

mengembungkan perineum dan kemudian dilahirkan

dengan cara fleksi lateral. Setelah bahu dilahirkan, maka

seluruh tubuh bayi akan lahir mengikuti sumbu corus

(Sulistyawati A. 2013 : 110).

6. Posisi meneran

Posisi meneran adalah posisi yang nyaman bagi ibu

bersalin. Ibu bersalin dapat berganti posisi secara teratur selama

persalinan kala II karena hal ini bisa mempercepat proses

persalinan..

7. Macam-macam posisi dan keuntungan

a. Setengah duduk/duduk

1) Membantu turunnya kepala janin jika persalinan berjalan

lambat dengan manfaat gaya gravitasi

2) Memberi kesempatan istirahat diantara kontraksi

3) Mengurangi rasa nyeri hebat.


60

4) Lebih mudah bagi bidan untuk membimbing kelahiran

kepala bayi dan mengamati/mensupport perineum

b. Jongkok

1) Menbantu penurunan kepala bayi

2) Memperbesar ukuran panggul menambah 28% ruang

outletnya

3) Memperbesar dorongan untuk meneran (bisa memberi

konstribusi pada laserasi perineum)

c. Merangkak

1) Posisi baik untuk ibu yang mengalami nyeri punggung

2) Membantu janin dalam melakukan rotasi

3) Mencegah peregangan perineum

4) Mengurangi keluhan hemoroid

d. Tidur miring kekiri

Berbaring mirirng kekiri merupakan posisi baik bagi

ibu jika kelahan karena ibu bisa beristirahat dengan mudah

diantara kontraksi, sehingga ibu lebih santai.

1) Oksigenasi lebih baik untuk bayi

2) Membantu mencegah terjadinya laserasi

3) Mamberi rasa santai yang letih


61

e. Berdiri, berjalan, bersandar

1) Efektif memberi stimulasi kontraksi uterus

2) Pengaruh gaya gravitasi sehingga mepengaruhi penurunan

kepala

3) Mengurangi rasa nyeri yang hebat

f. Posisi merangkak

Ibu merebahkan badan dengan merangkak, kedua tangan

menyangga tubuh kedua kaki ditekuk dan dibuka (Rohani : 2013).

2.2.5 Asuhan Persalinan Kala III

1. Tanda-tanda kala III

a. Setelah bayi lahir his berhenti sebentar dan timbul setelah

beberapa menit disebut his pengeluaran uri.

b. Setelah bayi lahir uterus teraba seperti tumor yang keras,

segmen atas lebar karena mengandung plasenta, fundus uteri

teraba sedikit dibawah pusat.

c. Bila plasenta telah lepas bentuk uterus menjadi bundar hingga

perubahan bentuk ini disebut tanda pelepasan plasenta.

d. Jika keadaan ini dibiarkan maka plasenta lepas fundus uteri naik

sedikit sehingga setinggi pusat atau lebih dan bagian tali pusat

diluar vulva menjadi lebih panjang.

e. Naiknya fundus uteri disebabkan karena plasenta jatuh dalam

SBR atau bagian atas vagina dan demikian mengangkat uterus


62

berkontraksi, dengan sendirinya akibat lepasnya plasenta bagian

tali pusat yang lahie semakin panjang.

f. Lamanya kala uri 8,5 menit, dam pelepasan plasenta hanya

memakan waktu 2-3 menit (Yanti, 2010 : 11).

2. Mekanisme pelepasan plasenta

Setelah bayi lahir, kontrkasi akan terus menerus dan ukuran

rongganya akan mengecil. Pengurangan dalam ukuran ini

menyebabkan penguranan dalam ukuran atau penyambungan

placenta. Oleh kerana itu sambungan placenta mengecil, plasenta

menjadi lebih tebal dan mengerut serta memisahkan diri dari

dinding uterus. Permulaan proses pemisahan diri dari dinding

uterus atau pelepasan plasenta (Sulistyawati A. 2013: 157) yaitu :

a. Menurut Duncan : plasenta lepas dari mulai pinggir (marginal)

disertai dengan keluarnya darah pada vagina apabila plasenta

mulai terlepas

b. Menurut Schultz : plasenta mulai dari bagian tengah (sentral)

dan tandanya perpanjangan tali pusat yang terlihat pada vagina

c. Terjadi serempak atau kombinasi dari keduanya.

Sebagian dari pembuluh darah yang kecil akan robek saat

plasenta terlepas. Situs plasenta akan berdarah terus sampai uterus

berkontraksi seluruhnya. Setelah plaseta lahir, dinding uterus akan

berkontraksi dan menekan seluruh pembuluh darah yang akhirnya


63

akan menghentikan perdarahan dari situs plasenta tersebut. Tanda-

tanda pelepasan plasenta

a. Semburan darah : semburan darah ini disebabkan karena

penyumbat retroplasenter pada saat plasenta lepas

b. Pemanjangan tali pusat : hal ini diebabkan karena plasenta turun

ke segmen bawah Rahim yang lebih bawah atau rongga vagina

c. Perubahan bentuk uterus dari discoid menjadi globuler (bulat)

d. Perubahan dalam uterus yaitu uterus naik dalam abdomen. Hasil

pemeriksaan menunjukkan bahwa setelah plasenta lepas TFU

naik disebabkan oleh adanya pergerakan plasenta kesegmen

bawah uterus.

3. Teknik pengecekan plasenta

Ada tiga cara yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut :

a. Perasat kustner : tangan kanan menari atau menarik sedikit tali

pusat sementara tangan kiri menekan atas simfisis. Bila tali

pusat masuk kembali ke dalam vagina berarti plasenta belum

lepas apabila plasenta tetap atau tidak masuk kedalam vagina

maka plasenta sudah lepas.

b. Perasat strasman : mengeok-ngetok fundus uterus dengan

tangan kiri dan tangan kanan meregangkan tali pusat sambil

mersakan adanya getaran yang ditimbulkan oleh gerakan

tangan kiri, apabila terasa ada getaran plasenta belum lepas,

dan jika tidak ada getaran plesenta sudah lepas.


64

c. Perasat klein : meminta pasien untuk meneran, jika tali pusat

tamapk turun atau bertambah panjang maka plasenta sudah

lepas (Sulistyawati A. 2013: 158)

4. Manajemen aktif kala III

a. Definisi

Manajemen aktif kala III adalah mengupayakan kala III

selesai secepat mungkin dengan melakukan langkah-langkah

yang memungkinkan plasenta lepas dan lahir cepat.

b. Tujuan :

1) Mengurangi kejadian perdarahan pascakelahiran

2) Mengurangi lamanya kala III

3) Mengurangi penggunaan transfuse darah

4) Mengurangi penggunaan terapi oksitosin

c. Komponen manajemen aktif kala III

1) Pemberian oksitosin IM segera setelah bayi lahir (maksimal

2 menit)

2) Plasenta dikeluarkan dengan peregangan tali pusat

terkendali dengan menahan fundus uteri secara dorsokranial

(arah ke atas dan ke belakang)

3) Begitu plasenta dilahirkan, lakukan masase uterus pada

fundus secara sirkular agar uterus tetap berkontraksi dengan

baik serta untuk mendorong ke luar setiap gumpalan darah

yang ada dalam uterus (Sulistyawati A. 2013: 159).


65

5. Pemeriksaan pada kala III

a. Plasenta

Pastikan seluruh plasenta sudah lahir lengkap dengan

memeriksa jumlah kotiledonnya (rata-rata 20 kotiledon).Periksa

dengan seksama pada pinggir plasenta kemungkinan adanya

hubungan dengan plasenta lain (plasenta suksenturiata). jika ada

bagian yang hilang segera lakukan eksplorasi untuk

membersihkan sisa plasenta.

b. Selaput ketuban

Setelah plasenta lahir, periksa kelengkapan selaput

ketuban untuk memastikan tidak ada bagian yang tertinggal

didalam uterus. Jika ditemukan robekan selaput ketuban, segera

lakukan eksplorasi uterus untuk mengeluarkan sisa sealpaut

ketuban, Karena dapat menyebabkan perdarahan atau infeksi.

c. Tali pusat

Setelah plasenta lahir periksa tali pusat :

1) Panjang tali pusat

2) Bentuk tali pusat

3) Insersio tali pusat

4) Jumlah vena dan arteri pada tali pusat

5) Lilitan tali pusat


66

2.2.6 Asuhan persalinan kala IV

Dua jam pertama setelah persalinan merupakan saat kritis bagi

pasien dan bayinya. Tubuh pasien melakukan adaptasi setelah

kelahiran dan bayi melakukan adaptasi terahadap perubahan

lingkungan hidupnya diluar uterus (Sulistyawati A. 2013: 177).

Tabel 2.18 Perubahan Fisiologi Kala IV

No Sistem Perubahan yang terjadi

1. TTV Tekanan darah suhu nadi dan pernapasan


akan kembali setelah jam pasca salin
2. Gemetar Sering dijumpai pasien gemetar setelah
persalinan dan ini normal terjadi karena
hilangnya sejumlah energi selama
melahirkan.
3. Sistem Gastrointestinal Selama 2 jam pasca salin pasien merasa mual
dam muntah karena sistem pencernaan belum
kembali normal sepenuhnya
4. Sistem Renal 2-4 jam pasca salin kandung kemih dalam
keadaan hipotonik karena adanya
pembesaran kandung kemih yang disebabkan
tekanan pada saat persalinan.
5. Sistem Kardiovaskular Terjadi pengurangan volume plasma darah
pada proporsi normal yang terjadi selama 2-4
jam pasca salin. Pada persalinaan pervaginam
jumlah darah yang hilang 200-500 ml
6. Sistem Reproduksi Bentuk servik agak menganga seperti corong,
d. Serviks bewarna kehitaman, lunak, kadang terdapat
perlukaan kecil. Serviks tidak bisa kembali
seperti semula. Serviks menutup secara
perlahan.
e. Perineum Perineum menjadi kendor dan ahri ke 5
sebagian otot sudah pulih.
f. Vulva Dan Vagina Vulva dan vagina menjadi lebih kendur dan
kembali setelah 3 minggu labia menjadi lebih
menonjol.
7. Pengeluaran ASI Terbentuknya hormone prolactin yang
membentuk ASI dan mengeluarkanya ke
dalam alveoli smapi ke duktus kelenjar ASI.
67

1. Pemantauan dan evaluasi lanjut kala IV

a. Tanda vital

1) Tekanan darah dan nadi : selama satu jam pertama lakukan

pemantauan setiap 15 menit dan satu jam kedua setiap 30

menit

2) Respirasi dan suhu : lakukan pemantauan setiap jam selam

dua jam pascasalin.

b. Kontraksi uterus : pemantauan dilakukan selam 15 menit selama

satu jam pertama dan 30 menit pada satu jam kedua. Pemantauan

dilakukan bersamaan dengan masase uterus secara sirkular.

Evaluasi TFU dengan meletakkan jari secara melintang dengan

pusat sebagai patokan. Umumnya TFU setinngi atau beberapa jari

dibawah pusat.

c. Lokia : lokia dipantau dengan melakukan masase uterus. Jika

uterus berkontraksi dengan baik, maka aliran lokia tidak aakan

terlihat banyak.

d. Kandung kemih : memastikan kandung kemih selalu dalam

keadaan kosong selama 15 menit pada satu jam pertama dan 30

menit pada satu jam kedua. Ini sangat penting dilakukan untuk

mencegah terjadinya penyulit akibat penuhnya kandung kemih

(Sulistyawati A. 2013: 181).


68

2.2.7 Kebutuhan Ibu Bersalin

Setiap ibu bersalin pasti mempunyai masalah yang dihadapi

yang berhubungan dengan persalinanya, misalnya cara mengatasi rasa

sakit, kecemasan, ketakutan dan kekhawatiran ibu terhadap proses

peralinannya. Sehingga membutuhkan seseorang yang dapat

membantunya dalam menghadapi maslah yang dihadapi. Ada

beberapa kebutuhan dasar ibu bersalin sebagai berikut :

1. Dukungan fisik dan psikologis

Setiap ibu yang akan memasuki persalinan akan merasakan

kecemasan, kekhawatiran, perasaan takut dapat meningkatkan rasa

nyeri otot-otot menjadi tegang dan ibu menjadi lebih cepat lelah yang

pada akhirnya dapat memperlambat proses persalinan. Dukungan

dapat di berikan melalui orang-orang terdekat pasien (suami, keluarga,

teman, perawat, bidan, maupun dokter).

2. Kebutuhan makanan dan cairan

Makanan padat tidak boleh diberikan selama persalinan aktif,

karena persalian makanan padat lebih lama tinggal dilambung

daripada makanan cair, sehingga proses pencernaan lebih lambat

selama persalinan. Untuk mencegah dehidrasi pasien dapat diberikan

banyak minuman segar (sup buah. Jus dll).Selama persalinan, namun

bila mual muntah dapat diberikan cairan IV.


69

3. Kebutuhan eliminasi

Kandung kencing harus dikosongkan setiap 2 jam selama

proses persalinan. Jumlah dan waktu berkemih juga harus dicatat. Bila

pasien tidak dapat berkemih sendiri dapat dilakukan kateterisasi,

karena kandung kemih yang penuh akan menghambat penurunan

bagian terendah janin. Rectum yang penuh akan mengganggu

penurunan bagian terandah janin, namun bila pasien mengatakan ingin

BAB, bidan harus memastikan kemungkinan adanya tanda gejala

masuk kala II. Bila diperlukan lakukan lavement, meskipun tindakan

bukan rutin dilakukan.

4. Posisioning dan aktifitas

Untuk membantu ibu agar tetap tenang dan rileks sedapat

mungkin bidan tidak boleh memaksakan pemilihan posisi yang

diinginkan oleh ibu dalam persalinannya. Sebaliknya, bidan harus

mendukung pemilihan posisi ibu yang tepat dan nyaman pada saat

persalinan (Yanti, S.ST, M.keb, 2010 : 45).

2.2.8 18 Penapisan Persalinan

1. Riwayat SC

2. Perdarahan pervaginam

3. Persalinan kurang bulan ( uk < 37 mg )

4. Ketuban pecah disertai mekoneum yang kental

5. Ketuban pecah lama

6. Ketuban pecah pada persalinan kurang bulan ( uk <37 mg)


70

7. ikterus

8. Anemia berat

9. Tanda / infeksi

10. Preeklamsia ( HT dalam kehamilan )

11. TFU 40 cm / lebih

12. Gawat janin

13. Primipara dalam fase aktif kala 1 persalinan dan kepala janin 5/5

14. Presentasi bukan belakang kepala

15. Presentasi ganda (majemuk)

16. Kehamilan ganda / gemeli

17. Tali pusat menumbung

18. Syok

2.2.9 Asuhan Persalinan Normal

Terdapat 58 langkah dalam asuhan persalinan normal yaitu :

1. Melihat tanda dan gejala kala II

Amati dan melihat adanya tanda persalinan kala dua :

a. Ibu mempunyai dorongan kuat untuk meneran

b. Ibu merasa tekanan pada anus

c. Perineum menonjol

d. Vulva dan naus membuka

2. Menyiapkan pertolongan persalinan

a. Pastikan kelengkapan peralatan, bahan, obat esensial untuk

menolong persalinan dan menatalaksanaan komplikasi ibu dan


71

bayi baru lahir. Untuk asfiksia temapat datar dank eras, 2 kain 1

handuk dan kering. Lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cm

dari tubuh bayi.

1. Menggelar kain diaas perut ibu dan tempat resusitasi serta

ganjal bahu bayi

2. Menyiapaakan oksitosin 10 iu dan alat suntik steril sekali

pakai di dalam partus set.

b. Pakai celemek plastik

c. Pastikan lengan/tangan tidak memakai perhiasan, mencuci

tangan dengan sabun dan air mengalir. Kemudian keringkan

tangan dengan handuk bersih.

d. Pakai sarung DTT pada tangan kanan yang digunakan untuk

periksa dalam.

e. Ambil alat suntik sekali pakai dengan tangan kanan, isi dengan

oksitosin dan letakkan kemabli kedalam partus set.

3. Memastikan pembukaan lengkap dan keadaan janin baik

e. Bersihkan vulva dan perineum dengan menyeka dengan hati-

hati dari depan kebelakang dengan menggunakaan air DTT.

Usahakan tidak mengenai anus agar tidak terkontaminasi

dengan feses.

f. Lakukan pemeriksaan dalam, pastikan pembukaan sudah

lengkap. Bila selaput ketuban belum pecah lakukan amniotomi.


72

g. Dekontaminasi sarung tangan dengan menecelupkan tanga ke

dalam larutan klorin 0,5 %. Cuci tangan kembali.

h. Periksa denyut jantung janin setelah kontraksi uterus selesai.

Periksa djj daam batas normal 20-160 x/ menit.

4. Menyiapkan ibu dan keluarga untuk membantu proses pimpinan

meneran

a. Beritahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik.

Bantu ibu menemukan posisi yang nyaman untuk meneran.

b. Minta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk

meneran. Pada saat his kuat bantu ibu pada posisi setengah

duduk atau posisi lain sesuai kenyamanan ibu.

c. Lakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan kuat

untuk meneran.

d. Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi

yang nayman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk

meneran.

5. Persiapan pertolongan kelahiran bayi

a. Saat kepala janin terliaht pada vulva dengan diameter 5-6 cm

pasang handuk bersih untuk mengeringkan bayi pada perut ibu.

b. Ambil kain bersih, lipat 1/3 bagian dan meletakkannya

dibawah bokobg ibu.

c. Buka partus set serta perhatikan kembali kelengkapan alat dan

bahan.
73

d. Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.

e. Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka

vulva, lidungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain

bersih dan kering. Tangan lain menahan kepala untuk menahan

posisi defleksi dan membantu lahirnya kepala. Anjurkan ibu

untuk bernafas dangkal.

f. Periksa adanya lilitan tali pusat pada leher janin dan jika ada

longgarkan tali pusat dan apabila terlalu kuat klem tali pusat

didua tempat lalu potong diantara dua klem tersebut.

g. Tunggu hingga kepala putar paksi luar secara spontan.

h. Setelah kepala putar paksi luar, pegang secara biparetal.

Anjurkan ibu untuk meneran saat kontrkasi. Gerakkan kepala

kebawah dan distal hingga bahu depan muncul dibawah arkus

pubis dan gerakkan ke atas dan distal untuk melahirkan bahu

belakang.

i. Setelah bahu lahir, geser tangan kearah perineum untuk

menyangga kepala, lengan, siku sebelah bawah. Gunakan

tangan atas untuk menulusuri dan memegang lengan dan siku

sebelah atas.

j. Setelah tubuh dan lengan lahir, tangan atas berlanjut

kepunggung, bokong, tungkai, dan kaki. Pegang kedua mata

kaki.
74

6. Penanganan bayi baru lahir

a. Lakukan penilaian selintas

1. Apakah bayi menangis kuat atau bernafas tanpa kesulitan

2. Apakah bayi bergerak dengan aktif.

Jika bayi tidak menagis kuat atau nafas megap-megap

segera lakukan langkah-langkah resusitasi.

b. Keringkan tubuh bayi mulai dari muka kepala dan bagian tubuh

lainnya kecuali telapak tangan.

c. Periksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi

dalam uterus.

d. Beritahu ibu akan disuntik oksitosin agar kontraksi berjalan

baik.

e. Dalam waktu 10 menit setelah bayi lahir suntikan oksitosin di

1/3 paha atas bagian distal lateral.

f. Setelah 2 menit pascasalin, jepit tali pusat dengan klem kira-

kira 3 cm dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat pada 2 cm

distal dari klem pertama.

g. Pemotongan dan pengikatan tali pusat.

1) Dengan satu tangan pegang tali pusat yang telh dijepit dan

lakukan pengguntingan tali pusat diantara 2 klem.

2) Ikat tali pusat dengan benang DTT pada satu sisi kemudian

melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya

dengan simpul kunci pada sisi lainnya.


75

3) Lepaskan klem dam masukkan kedalam wadah yang telah

tersedia.

h. Letakkan bayi agar ada kontak kulit dengan ibu dan bayi,

letakkan bayi tengkurap sehingga bayi menempel pada ibu.

i. Selimuti ibu dan bayi kain hangat dan pasang topi pada bayi.

7. Penatalaksanaan aktif persalinan kala III

a. Pindahkan klem tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva

b. Letakkkan satu tangan diatas kain pada perut ibu di tepi atas

simfisis untuk mendeteksi. Tangan lain memegang tali pusat.

c. Setelah uterus berkontrkasi tegangkan tali pusatke rah bawah

sambil tangan yang lain mendorong uterus kebawah kearah

belakang atas dorso kranial secara hati-hati. Jika plasenta tidak

lahir dalam 30-40 detik hentikan penegangan tali pusat dan

tunggu hingga timbul kontraksi berikutnya.

d. Lakukan penegangan dan dorongan dorso kranial hingga

plasenta lepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik tali

pusat dengan arah sejajar lantai dank e arah atas, mengikuti

poros dorso kranial.

e. Setelah plasenta muncul di introitus vagina, lahirka plasenta

dengan kedua tangan. Pegang dan putar plasenta hingga selaput

ketuban terpilin kemudian lahirkan dan tempatkan pada wadah

yang telah disediakan.


76

f. Segera setelah plasenta lahir dan selaput ketuban lahir,

melakukan masase uterus. Letakkan telpan tangan pada fundus

dan masase dengan gerkan melingkar dengan lembut. Lakukan

selama 15 detik.

8. Menilai perdarahan

i. Periksa bagian maternal dan bagian fetal plasenta. Pastikan

plasenta dan selaputnya lahir lengkap dan utuh.

j. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum.

Lakukan penjahitan apabila ada lasersi.

9. Melakukan prosedur pasca persalinan

a. Periksa kembali kontrkasi uterus dan tanda bahaya perdarahan

pervaginam. Pastikan kontraksi uterus baik.

b. Biarkan bayi melakukan kontak kulit dengan ibu.

c. Setelah satu jam lakukan penimbangan, pengukuran, tetes

mata, vit k1 paha kiri IM.

d. Setelah satu jam pemberian vit k1 beri suntikan hb 0 di paha

kanan.

e. Lanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan

pervaginam.

f. Setiap 15 menit pada 1 jam pertama dan 30 menit pada 1 jam

kedua.

g. Ajarkan ibu dan keluarga untuk memeriksa atau merasakan

kontrkasi uterus yang baik.


77

h. Evaluasi dan estimasi perdarahan

i. Perikksa nadi ibu dan kanding kemih setiap15 menit pada 1

jam pertama, dan 30 menit pada 1 jama kedua.

j. Periksa kembali bayi untuk memastikan bayi bernafas dengan

baik.

10. Kebersihan dan keamanan

a. Rendam semua peralatan beks pakai ke dalam larutan klorin

selama 10 menit untuk dekontaminasi.

b. Buang bahan yang terkontaminasi ditemapat sampah

c. Bersihkan ibu dengan menggunakan air DTT.

d. Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberikan Asi.

Anjurkan keluarga untuk memberi ibu makan dan minum.

e. Dekontaminasi tempat persalinan dengan klorin

f. Celupkan sarung tangan dalam keadaan terbalik kedalam

larutan klorin

g. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir

h. Lengkapi partograf (Sulistyawati A, 2010 : 266).

2.3 Konsep Teori Masa Nifas

2.3.1. Pengertian masa nifas

Masa nifas adalah masa setelah keluarnya plasenta sampai

alat-alat kandungan pulih seperti sebelum hamil dan secara normal


78

nifas berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari. Tahapan masa nifas

dibagi menjadi 3 tahap :

1. Puerpurium dini : kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan

berdiri dan berjalan-jalan.

2. Puerpurium intedermal : kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia

yang lamanya 6-8 minggu.

3. Remote Puerpurium : waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat

sempurna terutama bila selama ahmil atau waktu persalinan

mempunyai komplikasi. Waktu yang diperlukan sehat sempurna

bisa berminggu-minggu , bulanan, atau tahunan (Yetti A,2010 : 01 ).

2.3.2. Proses Terjadinya Masa Nifas.

Setelah lahirnya plasenta, Rahim mengeluarkan sisa-sisa

kehamilan. Setelah plasenta lahir, uterus mengalami pengerutan dan

bekas implantasi plasenta mengaalami peluruham jaringan-jaringan,

sel-sel desidua yang mengakibatkan keluarnya lochea (Yetti A,.2010 :

01 ).

2.3.3. Perubahan Fisologis Masa Nifas

1. Perubahan Sistem Reproduksi

a. Involusi

Involusi atau pengerutan uterus adalah suatu proses

dimana uterus kembali seperti keadaan sebelum hamil dengan

berat kira-kira 60 gram. Involusi uterus dari luar dapat diamati

dengan memeriksa fundus uteri dengan cara :


79

Tabel 2.19 Perubahan uterus masa nifas

Involusi uteri Tinggi fundus uteri Berat Diameter Palpasi


uterus uterus cervik
Plasenta lahir Setinggi pusat 1000 gr 12,5 cm Lembut/luna
k
7 hari Pertengahan antara 500 gr 7,5 cm 2 cm
(minggu 1) pusat dan sympisis
14 hari Tidak teraba 350 gr 5 cm 1 cm
(minggu 2)
6 minggu Normal 60 gr 2,5 cm Menyempit
(Eny, Retna, 2010)

b. lochea

Adalah eksresi cairan rahim selama masa nifas. Lochea

mengandung darah dan sisa jaringan desidua yang nekrotik dari

dalam uterus. Lochea mempunyai bau amis/anyir seperti darah

menstruasi dan tidak terlalu menyengat dan volumenya

berbeda-beda setiap wanita. Lachea yang tidak berbau

menandakan tidak adanya infeksi. Proses keluarnya darah nifas

atau lochea terdiri dari 4 tahap :

1) Laoche rubra / merah : lochea ini muncul hari 1 sampai

hari ke 4 masa postpartum. Cairan yang keluar berwarna

merah karena terisi darah segar, jaringan sisa-sisa plasenta,

dinding Rahim, lemak bayi, lanugo, dan mekonium.

2) Lochea sanguilenta : cairan yang keluar berwarna merah

kecoklatan dan berlendir berlangsung dari hari ke 4 sampai

hari ke 7 postpartum.
80

3) Lochea serosa : lochea ini berwarna kuning kecoklatan

karena mengandung serum, leukosit, dan robekan/laserasi

plasenta. Muncul pada hari ke 7 sampai hari ke 14

postpartum.

4) Lochea alba/ putih : mengandung leukosit, sel desidua, sel

epitel, selaput lender serviks, dan serabut jaringan yang

mati. Berlangsung selama 2 minggu sampai 6 minggu

postpartum. Bila tejadi infeksi keluar cairan nanah berbau

busuk yang disebut dengan lochea purulenta, pengeluaran

lochea yang tidak lancar disebut lochea statis (Ambarwati.

2010 : 78).

c. serviks

Serviks tidak akan biasa kembali seperti keadaaan

sebelum kehamilan. Setelah bayi lahir, tangan masih bisa

masuk rongga Rahim, setelah 2 jam postpartum dapat dimasuki

2-3 jari, pada minngu ke 6 postpartum serviks menutup.

d. vulva dan vagina

Vulva dan vagina mengalami penekanan serta

peregangan sangat besar selama persalinan dan akan kembali

bertahap selama 6-8 minggu postpartum.

2. Perubahan Sistem Pencernaan

Biasanya ibu mengalami obstipasi setelah melahirkan.Hal

ini disebabkan karena alat pencernaan mendapat tekanan ada saat


81

persalinan yang menyebabkan colon menjadi kosong, pengeluaran

cairan yang berlebihan, kurang makan, hemoroid, laserasi jalan

lahir. Supaya kembali teratur perlu diberikan asupan serat dan

cairan yang cukup.

3. Sistem Perkemihan

Seharusnya buang kecil bisa berlangsung secara mandiri

dengan cepat, tetapi beberapa ibu nifas mengalami sulit buang air

kecil, karena sfingter uretra ditekan oleh kepala janin dan spame

oleh iritasi muskulus spingter ani selama persalinan.Dilatasi reter

dan pyelum normal kembali dalam waktu 2 minggu. Biasanya

terjadi poli urine antara hari kedua dan kelima, karena disebabkan

kelebihan cairan akibat retensi air dalam kehamilan dan baru

dikeluarkan.

4. Perubahan Sistem Muskoloskeletal

Ligament, fasia, dan diagfragma pelvis yang meregang

pada waktu persalinan, berangsur-angsur menciut dam pulih

kembali sehingga tidak jarang uterus jatuh kebelakang dan menjadi

retrofleksi, karena ligament rotundum menjadi kendor. Stabilisai

sempurna terjadi 6-8 minngu setelah persalinan.

5. Perubahan Endokrin

Human chorionic gonadotropin (HCG) menurun dengan

cepat dan menetap samapi 10% dalam 3 jam hingga hari ke7

postpartum. HormoneProlactin darah meningkat dengan cepat,


82

pada wanita tidak menyusui dalam kurun waktu 2 minggu.

Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar bawah otak bagian belakang,

bekerja pada otot uterus dan jaringan payudara. Pada wanita

menyusui isapan bayi merangsang oksitosin lagi dan membantu

uterus kembali kebentuk normal dan pengeluaran air susu.Untuk

wanita yang menyusui akan sulit untuk mendapatkan menstruasi

segera setelah masa nifas. Seringkali menstruasi pertama bersifat

anovulasi dikarenakan rendahnya kadar esterogen dan

progesterone.

6. Perubahan Tanda-Tanda Vital

a. Suhu : 24 jam postpartum suhu (37,5-38) badan meningkat

sedikit sebagai kerja keras dari melahirkan, kelelahan,

kehilangan cairan. Apabila normal suhu tubuh akan kembali

normal. Pada hari ke 3 suhu meningkat karena adanya

pembentukan asi, buah dada menjadi bengkak berwarna merah

karena banyaknya asi dan suhu tidak menurun memungkinkan

adanya infeksi pada endometrium, mastitis, traktus urogenitals

atau sistem lain. Nifas terganggu apabila demam lebih dari 38

pada 2 hari berturut-turut pada 10 hari pertama postpartum,

Nadi : denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 kali

permenit. Sehabis melahirkan biasanya denyut nadi akan lebih

cepat.
83

b. Tekanan darah : biasanya tidak ada perubahan, tekanan darah

rendah setelah melahirkan karena adanya perdarahan. Tekanan

darah tinggi postpartum menandakan terjadinya preeklampsi

postpartum.

c. Pernafasan : keadaan pernafsan selalu berhubungan dengan

keadaan denyut nadi dan suhu, kecuali ada gangguan khusus

pada saluran pernafasan.

7. Perubahan Sistem Kardiovaskular

Pada persalinan pervaginam akan kehilangan darah sekitar 300-400

cc. bila kelahiran melalui sectio caeseria maka kehilangan darah

bisa dua kali lipat. Perubahan terdiri dari volume darah dan

hemokonsentrasi.

8. Perubahan Hematologi

Penurunan volume dan peningkatan sel darah pada kehamilan

diasosiasikan dengan peningkatan hematocrit dan hemoglobin

pada hari ke 3-7 postpartum dan akan kembali normal dalam 4-5

minggu postpartum (Yetti A, 2010 : 31-50).

9. Inisiasi menyusui dini

Inisiasi menyusu dini (IMD) adalah bayi mulai menyusu

sendirisegera setelah lahir. Cara bayi melakukan inisiasi menyusu

dini dinamakan the best crawl atau mencari payudara, dimana ASI

baru akan keluar setelah ari – ari atau plasenta lepas . plasenta

mengandung hormon penghambat prolaktin (hormon plasenta)


84

yang menghambat pembentukan ASI. Setelah plasenta lepas,

hormon plasenta tersebut tidak diproduksi lagi sehingga air susu

dapat keluar.

Umumunya ASI keluar 2- 3 hari setelah melahirkan namun

sebelumnya di payudara sudah terbentuk kolostrum yang baik

sekali untuk bayi karena menagndung zat kaya gizi dan antibodi

pembunuh kuman (Saleha, 2009: 10).

10. Cara menyusui yang benar

a. Duduk dengan posisi santai menggunakan kursi rendah.

b. Sebelum menyusui keluarkan Asi sedikit dan oleskan pada

putting susu dan areola.

c. Gunakan selimut atau bantal untuk menopang bayi.

d. Tangan kanaan menyangga payudara kiridan keempat jari dan

ibu jari menekan payudara bagian atas areola.

e. Bayi diberi rangsangan untuk membuka mulut dengan cara

menyentuh pipi dengan puting susu atau menyentuh sisi mulut

bayi (Ambarwati. 2010 : 36 -38).

f. Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi

didekatkan ke payudara ibu dengan puting susu serta areola

dimasukkan ke mulut bayi.


85

2.3.4. Adaptasi Psikologis Ibu Masa Nifas.

1. Fase taking in

Fase ini merupakan periode ketergantungan yang

berlangsung dari hari pertama sampai hari kedua setelah

melahirkan. Dalam fase ini, fokus ibu masih terhadap dirinya

sendiri, pengalaman persalinan masi sering diceritakan berulang

kali.

2. Fase taking hold

Fase ini berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan.

Ibu merasa khawatir dan ketidakmampuannya dalam merawat bayi.

Dan perasaan sensitif cepat tersinggung jika tidak berkomunikasi

dengan baik. Sehingga pada masa ini ibu memerlukan dukungan

dan motivasi sehingga ibu mendapatkan kepercayaaan dirinya

dalam merawat diri dan bayinya.

3. Fase letting go

Fase ini merupakan fase penerimaan tanggung jawab akan

peran barunya yang berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu

sudah mulai menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya.

Dan keinginan untuk merawat bayinya meningkat.

(yetti A, S, 2010 : 79).


86

2.3.5. Kebutuhan ibu nifas

1. Gizi

Nutrisi atau gizi adalah zat yang sangat diperlukan oleh

tubuh untuk keperluan metabolismenya.Kebutuhan gizi pada ibu

nifas terutama apabila menyusui meningkat 25%. Menu makanan

yang harus dikonsumsi adalah porsi cukup, dan teratur, tidak

terlalu asin, pedas, dan berlemak, tidak mengandung alkohol,

nikotin, serta bahan pengawet atau pewarna. Disamping itu harus

mengandung sumber tenaga (energy), sumber pembangun, sumber

pengatur dan pelindung (mineral, vitamin, dan air).

Kebutuhan energi ibu nifas/menyusui 6 bulan pertama kira-

kira 700 kalori/hari dan enam bulan kedua 500 kalori/hari

sedangkan ibu menyusui bayi yang berumur 2 tahun rata-rata

sebesar 400 kalori/hari.

2. Ambulasi dini

Disebut juga early ambulation, adalah kebijakan untuk

membantu pasien agar bisa bangun dari tempat tidur dan

berjalan.Pasien boleh bangun dari temapt tidurnya dalam 24-48 jam

postpartum.

3. Eliminasi

a. Miksi : disebut normal bila dapat buang air kecil spontan setiap

3-4 jam. Ibu diusahan dapat buang air kecil sendiri. Bila tidak

bisa dapat dilakukan dengan merangsang dengan mengalirkan


87

air kran didekat pasien dan mengompres air hangat diatas

simfisis. Apabila tetap tidak bisa, dilakukan kateterisasi setelah

6 jam postpartum.

b. Defekasi : 2-3 hari postpartum masih sulit buang air besar.

Tetapi jika pada hari ketiga pasien belum juga dapat BAB

maka dilakukan suposituria dan minum air hangat.

4. Kebersihan Diri

Yang terpenting dalam kebersihan diri pada ibu nifas

adalah kebersihan puting susu dan mamae serta perawatan

perineum.

5. Perawatan perineum

Perineum dibersihkan setiap setelah BAK dan

BAB.Membersihkan dimulai dari simfisis sampai anal dengan

sabun. Dan memberitahu ibu cara pemakaian pembalut dan harus

diganti paling sedikit 4 kali sehari. Memberitahu ibu tentang

jumlah, bau, warna lochea sehingga jika ada kelainan dapat

diketahui secara dini.Sarankan ibu untuk mencuci tangannya

sebelum dan sesudah membersihkan alat kelaminnya, jika ibu

mempunyai lika laserasi sarankan ibu untuk tidak menyentuh

bagian lukanya.

6. Perawatan payudara

a. Menjaga payudara tetap bersih dan kering terutama putting susu

dengan menggunakan BH yang menyokong payudara


88

b. Apabila putting susu lecet oleskan colostrum atau asi yang

keluar disekitar putting susu setiap selesai menyusui. Menyusui

dilakukan pada puting susu yang tidak lecet.

c. Apabila lecet sangat berat istirahatkan selama 24 jam, asi

dikeluarkan dan diminumkan dengan sendok

d. Untuk menghilangkan nyeri ibu bisa diberikan paracetamol 1

tablet setiap 4-6 jam.

e. Cara merawat payudara pada saat nifas

1) Kompres puting susu dengan kapas minyak 2 menit untuk

melemaskan sekaligus mengangkat kotoran pada puting susu

2) Bersihkan saluran air susu pada puting susu dengan kapas

lembab.

3) Tarik puting kedua puting susu bersama-sama,dan putar

kedalam kemudian keluar sebanyak 20 kali.

4) Untuk puting susu datar atau masuk kedalam dengan jari

telunjuk dan ibu jari mengurut daerah sekitar puting susu

kearah berlawanan merata.

5) Basahi kedua telapak tangan dengan minyak , tarik kedua

putting susu bersama-sama dan putar kedalam kemudian

keluar sebanyak 20 kali.

6) Puting susu dirangsang dengan ujung waslap handuk kering

yang digerakkan keatas dan kebawah.


89

7. Istirahat

Anjurkan ibu supaya istirahat cukup untuk mencegah

kelelahan yang berlebihan.Sarankan ibu untuk kembali keaktifan

rumah tangganya secara perlahan-lahan dan tidur siang atau

beristirahat selama bayi tidur.

8. Seksual

Coitus dapat dilakukan pada 3-4 minggu postpartum.

Secara fisik aman melakukan hubungan suami istri apabila

pengeluaran darah merah sudah berhenti dan ibu bisa memasukkan

satu atau dua jarinya kedalam vagina tanpa rasa nyeri.

9. Latihan senam nifas

Banyak senam senam yang dapat dilakukan ibu

postpartum.Tetapi senam yang pertama paling baik paling aman

untuk memperkuat dasar panggul adalah senam kegel.Senam kegel

dapat dilakukan sejak hari pertama postpartum.Senam kegel dapat

membantu penyembuhan postpartum deengan jalan membuat

kontraksi dan pelepasan secara bergantian pada otot-otot dasar

panggul. Cara Senam Nifas :

a. Berbaring pada punggung, kedua lutut ditekuk. Letakkan kedua

belah tangan pada perut dibawah bagian iga. Tarik nafas

perlahan-lahan dan dalam lewat hidung, kemudian keluarkan

lewat mulut sambil mengencangkan dinding perut untuk

membantu mengosongkan paru-paru.


90

b. Berbaring pada punggung, kedua lengan diluruskan di atas

kepala dengan telapak tangan menghadap ke atas. Kendurkan

sedikit lengan kiri dan kencangkan tungkai kanan sehingga

seluruh sisi tubuh yang kiri menjadi kencang sepenuhnya.

Ulangi hal yang sama pada sisi tubuh yang kanan.

c. Kontraksi vagina. Berbaring pada punggung atau jika terdapat

luka jahitan. Pada perut-karena posisi ini lebih nyaman. Kedua

tungkai sedikit dijauhkan. Kencangkan dasar panggul,

pertahankan selama 3 detik dan kemudian lemaskan. Teruskan

gerakan ini dengan berdiri dan duduk.

d. Memiringkan panggul. Berbaring pada punggung dengan kedua

lutut ditekuk. Kontraksikan otot-otot perut untuk membuat

tulang belakang menjadi datar. Dan otot-otot pantat menjadi

kencang-pertahankan selama 3 detik dan kemudian lemaskan.

e. Sesudah hari ketiga. Berbaring pada punggung, kedua lutut

ditekuk dan kedua lengan direntangkan. Angkat kepala dan bahu

hingga sudut sekitar 45 derajat, pertahankan selama 3 detik dan

kemudian perlahan-lahan lemaskan.

f. Posisi sama seperti diatas. Letakkan kedua lengan disebelah luar

lutut kanan (Helen Farrer. 1999 : 240)

10 Keluarga berencana

Idealnya harus menunggu sekurang-kurangnya 2 tahun

untuk ibu hamil kembali.Setiap pasangan harus bisa merencankan


91

kapan harus mempunyai anak lagi. Namun Sebagai tenaga

kesehatan dapat membantu pasangan dalam merencankan

kehamilan dengan mengajarkan cara agar kehamilan yang tidak

diinginkan tidak terjadi (yetti A, 2010 : 51-63).

11. Kunjungan nifas

Kunjungan masa nifas dilakukan oleh tenaga kesehatan

pada ibu pada masa 6 jam sampai 42 hari pasca bersalin sesuai

standart paling sedikit 3 kali dengan distribusi waktu 6 jam sampai

3 hari, 4-28 hari, dan 29-42 hari setelah bersalin disuatu wilayah

kerja pada kurun waktu tertentu. Pelayanan yang diberikan pada

saat kunjungan (Pudiastuti, 2011 : 74). Asuhan saat kunjungan nifas

meliputi:

1. Kunjungan pertama pada masa 6 jam sampai dengan 3 hari

setelah persalinan yaitu :

a. Pemetiksaan tanda –tanda vital

b. Pemeriksaan tinggi fundus uteri

c. Pemeriksaan lochea dan pengeluaran per vaginam lainnya

d. Pemeriksaan payudara dan anjuran ASI eksklusif 6 bulan

e. Pemberian kapsul Vit A 200.000 IU sebanyak 2x,pertama

segera setelah melahirkan, kedua diberikan setelah 24 jam

pemberian kapsul Vit A pertama

f. Pelayanan Kb pasca bersalin (Pedoman PWS-KIA.2009:10)


92

2. Kunjungan ke dua dalam waktu 4- 28 hari setelah persalinan

Yaitu:

a. Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus

berkontraksi, fundus dibawah umbikalis, tidak ada

perdarahan abnormal, tidak ada bau.

b. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak

memperlihatkan tanda-tanda penyulit.

c. Memberikan konseling pada ibu mengenai seluruh asuhan

pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat, dan merawat

bayi sehari-hari.

d. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan

abnormal.

e. Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan dan

istirahat

f. Diet : makanan seimbang, banyak mengandung protein, serat

dan air sebanyak 8-10 gelas per hari untuk mencegah

konstipasi kebutuhan kalori untuk laktasi, zat besi, vitamin

g. Kebersihan/ perawatan diri sendiri, terutama putting susu dan

perineum. Senam kegel serta senam perut yang ringan

tergantung pada kondisi ibu.

h. Kebutuhan akan istirahat : cukup tidur.

i. Bidan mengkaji adanya tanda-tanda post partum blues.


93

j. Keluarga berencana melanjutkan hubungan seksual setelah

selesai masa nifas.

k. Tanda-tanda bahaya : kapan dan bagaimana menghubungi

bidan jika ada tanda-tanda bahaya.

l. Perjanjian untuk pertemuan berikutnya

3. Kunjungan Ke III

Kunjungan 3 (hari ke-29 sampai dengan hari ke-42 setelah

persalinan). Kunjungan ke tiga dilakukan setelah 2 minggu

pasca dimana untuk teknis pemeriksaannya sama persis dengan

pemeriksaan pada kunjungan yang kedua. yaitu :

a. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan

abnormal

b. Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan dan

istirahat

c. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak

memperlihatkan tanda-tanda penyulit

d. Memberikan konseling pada ibu mengenai seluruh asuhan

pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat, dan merawat

bayi sehari-hari .

e. Gizi : zat besi/ folat, makanan yang bergizi

f. Menentukan dan menyediakan metode dan alat KB

g. Senam : rencana senam lebih kuat dan menyeluruh setelah

otot abdomen kembali normal


94

h. Keterampilan membesarkan dan membina anak

i. Rencana untuk asuhan selanjutnya bagi ibu

j. Rencana untuk chek-up bayi serta imunisasi (Marmi. 2012).

12. Putting susu lecet

Puting susu lecet adalah dimana keadaan puting lecet yang

bisa disebabkan oleh cara menyusui yang salah. Luka pada puting

ini dapat memicu infeksi pada payudara karena masuknya kuman

yang terdapat pada mulut dan hidung bayi kedalam payudara.

Infeksi ini dapat menyebabkan puting payudara bengkak,

kemerahan, tersa nyeri, dan ibu akan mengalami demam. Cara

mencegah infeksi putting lecet adalah :

a. Selalu menjaga kebersihan daerah putting payudara

b. Membersihkan putting sebelum dan sesudah menyusui

Cara mengobati putting susu lecet adalah :

a. Mengoleskan sedikit asi sebelum dan setelah menyusui

b. Mengoleskan salep lanolin medical grade adan non toxic

13. Luka perineum

Adalah luka yang terjadi pada saat persalinan berlangsung,

luka perineum dibagi menjadi 2 :

a. Rupture adalah luka pada perineum yang diakibatkan oleh

rusaknya jaringan secara alamiah karena proses desakan kepala

atau bahu saat proses persalinan.


95

b. Episiotomi adalah sebuah irisan bedah pada perineum untuk

memperbesar muara vagina yang tepat dilakukan sebelum

keluarnya kepala bayi.

Adapun cara merawat luka perineum adalah : mengganti

pembalut waktu mandi, setelah BAK dan BAB. Membersihkan alat

genetalia dengan cara mengusap dari vagina, perineum sampai anus

(atas ke bawah), mengkonsumsi makanan yang bergizi karena

dapat membantu mempercepat penyembuhan luka (Ai yeyeh, 2010

: 361).

2.4. Konsep Teori BBL / Neonatus

2.4.1. Pengertian

1. Menurut Dep. Kes. RI, (2005) bayi baru lahir normal adalah bayi

yang lahir dengan umur kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu

dan berat lahir 2500 gram sampai 4000 gram.

2. Menurut M. Sholehah Kosim, (2007) bayi baru kahir normal

adalh berat lahir antara 2500 – 4000 gram, cukup bulan,lahir

langsung menangis, dan tidak ada kelainan kongenital (cacat

bawaan) yang berat (Marmi. 2012 : 05).

2.4.2. Proses BBL

Pada waktu kelahiran, sejumlah adaptasi psikologik mulai

terjadi pada tubuh bayi baru lahir, karena perubahan dramatis ini,

bayi memerlukan pemantauan ketat untuk menentukan bagaimana ia


96

membuat sesuatu transisi yang baik terhadap kehidupannya diluar

uterus. Bayi baru lahir juga membutuhkan perawatan yang dapat

meningkatkan kesempatan menjalani transisi dengan berhasil Periode

transisional mencakup tiga periode, meliputi periode pertama

reaktivitas, fase tidur, dan periode kedua reaktivitas. Karakteristik

masing-masinh periode memperlihatkan kemajuan bayi baru lahir.

1. Periode Transisi

Karakteristik perilaku terlihat nyata selama jam transisi

segara setelah lahir. Periode transisi dibagi menjadi 3 yaitu:

a. Reaktivitas 1 (The First Periode Of Reactivity)

Dimulai dari masa persalinan dan berakhir setelah 30

menit.Selam periode ini detak jantung cepet dan pulsasi tali

pusat jelas. Warna kulit terlihat sementara sianosis atau

akrosisnosis.

b. Fase Tidur (Periode Of Unresponsive Sleep)

Berlangsung selama 30 menit sampai 2 jam persalinan.

Tingkat tarif pernafasan menjadi lebih lambat. Selama masa

tidur memberikan kesempatan bayi untuk memulihkan diri dari

proses persalinan dan periode transasi ke kehidupan diluar

uterin.

c. Periode Reaktivitas II (The Second Periode Of Reaktivity) /

transisi ke-III
97

Berlangsung selama 2 sampai 6 jam setelah persalinan.

Jantung bayi labil dan terjadi perubahan warna kulit yang

berhubungan dengan stimulus lingkungan.

2. Ciri-ciri Bayi Baru Lahir normal

a. Berat badan 2500 – 4000 gram

b. Panjang badan 48 – 52 cm

c. Lingkar dada 30 – 38 cm

d. Lingkar kepala 33 -35 cm

e. Frekuensi jantung 120 – 160 kali/menit

f. Pernafasan ± - 60 40 kali/menit

g. Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan

cukup

h. Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah

sempurna

i. Kuku agak panjang dan lemas

j. Genitalia : Perempuan labia mayora sudah menutupi labia

manora laki-laki testis sudah turun, skrotum sudah ada

k. Reflek hisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik

l. Reflek morro atau gerak memeluk bila dikagetkan sudah baik

m. Reflek graps atau menggenggam sudah baik

3. Eliminasi baik, mekonium akan keluar dalam 24 jam pertama,

mekonium berwarna hitam kecoklatan berat (Marmi, S.ST. 2012 :

06).
98

2.4.3. Perubahan Fisologis BBL / Neonatus

Adaptasi neonatal (bayi baru lahir) adalah proses penyesuaian

fungsional neonatus dari kehidupan di dalam uterus. Kemampuan

adaptasi fungsional neonatus dari kehidupan di dalam uterus ke

kehidupan di luar uterus. Kemampuan adaptasi fisiologis ini disebut

juga homoestasis.

Tabel 2.20 Mekanisma Hemostatis atau Adaptasi Bayi Baru Lahir

Sistem Intrauterin Ekstrauterin


Repirasi atau sirkulasi
Pernafasan volunter Belum berfungsi Berfungsi
Alveoli Kolaps Berkembang
Vaskularisasi paru Belum aktif Aktif
Resistensi paru Tinggi Rendah
Intake oksigen Dari plasenta ibu Dari paru bayi sendiri
Pengeluaran CO² Di plasenta Di paru
Sirkulasi paru Tidak berkembang Berkembang banyak
Sirkulasi sistematik Resistensi prifer Resitensi prifer
Denyut jantung Rendah lebih cepat Tinggi lebih lambat
Saluran Cerna
Absorbsi nutrien Belum aktif Aktif
Kolonisasi kuman Belum aktif Segera
Feses Mekonium <hari ke-4, fases biasa
Enzim pencernaan Belum aktif Aktif

a. Pernapasan

Setelah bayi lahir, pertukaran gas harus melalui paru-paru bayi.

Pernafasan pertama pada bayi normal terjadi dalam waktu 30 menit

pertama sesudah lahir.

b. Jantung Dan Sirkulasi Darah

Aliran darah dari plasenta berhenti pada saat tali pusat

diklem.Tindakan ini menyebabkan suplai oksigen ke plasenta


99

menjadi tidak ada dan menyebabkan serangkaian reaksi

selanjutnya.

Karena tali pusat diklem, sistem bertekanan rendah yang

berada pada unit janin plasenta terputus sehingga berubah menjadi

sistem sirkulasi tertutup, bertekanan tinggi, dan berdiri sendiri.Efek

yang terjadi segera setelah tali pusat diklem adalah peningkatan

tahanan pembuluh darah sistematik.

c. Saluran Pencernaan

Pada saat lahir aktifitas mulut sudah berfungsi yaitu

menghisap dan menelan, saat menghisap lidah berposisi dengan

palatum sehingga bayi hanya bernafas melalui hidung, rasa kecap

dan penciuman sudah ada sejak lahir, saliva tidak mengandung

enzim tepung dalam tiga bulan pertama dan lahir volume lambung

25-50 ml.

d. Hepar

Setelah lahir, hati menunjukkan perubahan kimia dan

morfologis, yaitu kenaikan kadar protein serta penurunan lemak

dan glikogen. Sel-sel hemopoetik juga mulai berkurang.

e. Metabolisme

Pada jam-jam pertama energi didapatkan dari pembakaran

karbohidrat dan pada hari kedua energi berasal dari pembakaran

lemak. Setelah mendapat susu kurang lebih pada hari keenam,


100

pemenuhan kebutuhan energi bayi 60% didapatkan dari lemak dan

40% dari karbohidrat.

f. Produksi Panas (Suhu Tubuh)

Bayi baru lahir mempunyai kecenderungan untuk

mengalami stress fisik akibat perubahan suhu diluar uterus. Suhu

tubuh normal pada neonatus, adalah 36,5-37,5°C melalui

pengukuran di aksila dan rektum, jika nilainya turun dibawah

36,5°C maka bayi mengalami hipotemia. Berikut ini merupakan

penjelasan lengkap tentang empat mekanisme kemungkinan

hilangnya panas tubuh dari bayi baru lahir.

1) Konduksi

Panas dihantarkan dari tubuh bayi ke tubuh benda disekitarnya

yang kontak langsung dengan tubuh bayi. (Pemindahan panas

dari tubuh bayi ke objek lain melalui kontak langsung). Contoh

hilangnya panas tubuh bayi secara tidak konduksi, ialah

menimbang bayi tanpa alas timbangan, tangan penolong yang

dingin memegang bayi baru lahir.

2) Konveksi

Panas hilang dari bayi ke udara sekitarnya yang sedang bergerak

(jumlah panas yang hilang tergantung pada kecepatan dan suhu

udara).Contoh hilangnya panas tubuh bayi secara konveksi

ialah, membiarkan atau menempatkan bayi baru lahir dekat

jendela atau di ruangan yang terpasang kipas angin.


101

3) Radiasi

Panas dipancarkan dari bayi baru lahir, keluar tubuhnya

kelinkungan yang lebih dingin (pemindahan panas antar dua

objek yang mempunyai suhu berbeda).Contohnya adalah, bayi

baru lahir dibiarkan dalam ruangan dengan AC tanpa diberikan

pemanas (Radiant Warmer), dibiarkan dalam keadaan telanjang.

4) Evaporasi

Panas hilang melalui proses penguapan tergantung kepada

kecepatan dan kelembaban udara (perpindahan panas dengan

caramerubah cairan menjadi uap). Evaporasi dipengaruhi oleh

jumlah panas yang dipakai, tingkat kelembaban udara, aliran

uadara yang melewati.

g. Kelenjar Enrokrin

Pada neonatus kadang-kadang hormon yang didapatkan dari

ibu masih berfungsi, pengaruhnya dapat dilihat.Kelenjar adrenal pada

waktu lahir relatif besar dibandingkan dengan orang dewasa.Kelenjar

tyroid sudah sempurna terbentuk sewaktu lahir dan mulai berfungsi

sejak beberapa bulan sebelum lahir.

h. Keseimbangan Cairan Dan Fungsi Ginjal

Hingga bayi berumur tiga hari ginjalnya belum dipengaruhi

oleh pemberian air minum, sesudah lima hari barulah ginjalnya mulai

memproses air yang didapatkan setelah lahir. Bayi baru lahir


102

mengekskresikan sedikit urine pada 48 jam pertama kehidupan, yaitu

hanya 30-60 ml.

i. Keseimbangan Asam Basa

Derajat kesamaan (pH) darah pada waktu lahir rendah, karena

glikolisis anaerobik. Dalam 24 jam neunatus telah mengkompensi

asidosis.

j. Susunan Syaraf

Sistem neurologis bayi secara anatomik atau fisiologis belum

berkembang sempurna. Bayi baru lahir menunjukkan gerakan-gerakan

tidak terkoordinasi, pengaturan suhu yang labil, kontrol otot yang

buruk, mudah terkejut, dan tremor pada ektremitas. Reflek bayi baru

lahir merupakan indikator penting perkembangan normal.

k. Imunologi

Pada sistem imunologi terdapat beberapa jenis imunoglobin

(suatu protein yang mengandung zat antibodi) diantaranya adalah 1gG

(imunoglobulin Gamma G). Pada neonatus hanya terdapat

imunoglobulin gamma G, dibentuk banyak dalam bulan ke dua setelah

bayi dilahirkan, imunoglobulin gamma G pada janin berasal dari

ibunya melalui plasenta (Marmi, S,ST. 2012 : 11-31).

2.4.4. Kebutuhan Dasar BBL / Neonatus

1. Kebutuhan kesehatan pada Bayi Baru Lahir

Penelitian menunjukkan bahwa 50% kematian bayi

terjadi pada periode neonatal yaitu di bulan pertama kehidupan


103

kurang baiknya penanganan bayi baru lahir yang sehat akan

menyebabkan kelainan-kelainan yang mengakibatkan cacat

seumur hidup, bahkan kematian. (Dewi V. 201 : 11).

c. Pencegahan Infeksi

Pencegahan infeksi merupakan bagian terpenting dari setiap

komponen perawatan bayi baru lahir yang sangat rentan

terhadap infeksi karena sistem imunitasnya yang masih

belum sempurna, salah satu cara pencegahan infeksi adaalah

cuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum dan

sesudah merawat bayi.

d. Rawat Gabung

Rawat gabung adalah suatu cara perawatan yang menyatukan

ibu beserta bayinya dalam satu ruangan, kamar, atau suatu

tempat secara bersama-sama dan tidak dipisahkan selama 24

jam penuh dalam seharinya.

2. Nutrisi

Setelah bayi lahir usahakan kontak dini antara ibu dan

bayi untuk memungkinkan pemberian ASI. Berikan ASI saja

(ASI eksklusif) sampai bayi berusia 6 bulan. Selanjutnya

pemberian ASI diberikan hingga anak berusia 2 tahun, dengan

penambahan makanan lunak atau padat yang disebut makanan

pendamping ASI (MPASI) (Dewi V. 2011 : 27).


104

3. Eliminasi

Feses bayi yang diberi ASI eksklusif biasanya tidak

berbentuk, bisa seperti pasta atau krem, berbiji dan bisa juga

seperti mencret/mencair. Sedangkan feses yang diberi susu

formula berbentuk padat, bergumpal-gumpal atau agak liat dan

bulat.

Umumnya di 4 atau 5 minggu pertama dalam sehari bisa

lebih dari 5 kali atau 6 kali, Bayi yang minum ASI eksklusif

sebaliknya bisa saja tidak BAB selama 2 sampai 4 hari bahkan

bisa 7 hari sekali (Hj. Deslidel, SST. 2011 : 16)

4. Buang Air Kecil

Bayi baru lahir cenderung sering BAK yaitu 7-10x sehari.

Bayi mulai memiliki fungsi ginjal yang sempurna selama 2 tahun

pertama kehidupannya.Umumnya bayi cukup bulan

mengeluarkan urine 15-16 ml/kg/hari (Marmi, SST .2012 : 76)

5. Tidur

Dalam 2 minggu pertama setelah lahir, bayi normalnya

sering tidur. Bayi baru lahir sampai usia 3 bulan rata-rata tidur

selama 16 jam sehari .Pada umumnya bayi tertidur sampai

malam hari pada usia 3 bulan.

6. Kebersihan Kulit.

Kebersihan kulir bayi benar benar perlu dijaga.Walaupun

mandi dengan membersihkan seluruh tubuh tidak harus


105

dilakukan setiap hari, tetapi bagian bagian seperti muka, bokong,

dan tali pusat perlu dibersihkan secara teratur.

7. Keamanan

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menjaga

keamanan bayi adalah dengan tetap menjaganya, jangan

sekalipun meninggalkan bayi tanpa ada yang menunggu. (Marmi.

2012 : 76).

8. Imunisasi

1. Imunisasi adalah suatu cara memproduksi imunitas aktif

buatan untuk melindungi diri melawan penyakit tertentu

dengan cara memasukkan suatu zat dalam tubuh melalui

penyuntikan atau secara oral. Ada 5 imunisasi dasar lengkap

yang harus diberikan kepada bayi sebelum umur 1 tahun

adalah BCG dan polio usia 1 bulan, polio 2 dan DPT/HB 1

usia 2 bulan, polio 3 dan DPT/HB 2 usia 3 bulan, polio 4

dan DPT/HB 3 usia 4 bulan, campak usia 9 bulan. (Marmi,

SST. 2012 : 35).

9. Pencegahan infeksi pada tali pusat

Cara merawat tali pusat adalah menjaga agar luka tersebut

tetap bersih, tidak terkena kencing, kotoran bayi. Pemakaian

popok bayi diletakkan dibawah tali pusat. Apabila tali pusat

kotor, cuci luka tali pusat dengan air bersih yang mengalir

dengan sabun, segera dikeringkan dengan kasa kering dan


106

dibungkus dengan kasa tipis yang steril dan kering. Dilarang

membubuhkan ramuan dan sebagainya pada luka tali pusat sebab

akan menyebabkan infeksi dan tetanus yang dapat

mengakibatkan kematian neonatal. Tanda-tanda infeksi tali pusat

antara lain kulit sekitar tali pusat berwarna kemerahan, ada pus

atau nanah dan berbau busuk. Jadi cara paling efektif adalah

dengan membiarkan tali pusat tetap terbuka, mengering dan

hanya di bersihkan setiap hari dengan air bersih (Marmi, SST.

2012 : 34).

10. Pelayanan kesehatan neonatus

Bayi baru lahir masih memerlukan pengawasan karena bisa

terjadi komplikasi pada bayi sewaktu-waktu. Oleh karena itu

pemerintah mempunyai program pelayanan kesehatan Neonatus

yang meliputi KN 1 yaitu bayi mendapatkan pelayanan

kesehatan sesuai standar pada 6-48 jam setelah lahir, dan KN

lengkap adalah bayi mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai

standart paling sedikit 3 kali dengan distribusi waktu 1 kali pada

6-48 jam, 1 kali pada hari ke 3-ke 7, dan 1 kali pada hari ke 8-28

setelah lahir. Pada saat kunjungan neonatus asuhan yang

diberikan menggunakan MTBM.

1. Kunjungan neonatal I (KN1) pada 6 jam sampai dengan 48

jam setelah lahir.


107

a. Timbang berat badan bayi. Bandingkan berat badan

dengan berat badan lahir

b. Jaga selalu kehangatan bayi.

c. Perhatikan intake dan output bayi.

d. Kaji apakah bayi menyusu dengan baik atau tidak.

e. Komunikasikan kepada orang tua bayi bagaimana

caranya merawat tali pusat.

f. Dokumentasikan

2. Kunjungan neonatal II (KN2) pada hari ke 3 - 7 hari.

a. Timbang berat badan bayi. Bandingkan dengan berat

badan saat ini dengan berat badan saat bayi lahir.

b. Jaga selalu kehangatan bayi.

c. Perhatikan intake dan output bayi

d. Kaji apakah bayi menyusu dengan baik atau tidak

e. Dokumentasikan

3. Kunjungan neonatal III (KN3) pada hari ke 8 – 28 hari

a. Timbang berat badan bayi. Bandingkan dengan berat

badan saat ini dengan berat badan saat bayi lahir.

b. Jaga selalu kehangatan bayi.

c. Perhatikan intake dan output bayi

d. Kaji apakah bayi menyusu dengan baik atau tidak

e. Dokumentasikan
108

Pelayanan bayi paripurna minimal 4 kali yaitu 1 kali pada umur

29 hari-2 bulan I kali umur 3-5 bulan, I kali umur 6-8 bulan, I

kali umur 9-11bulan, yang meliputi (Ratna D. 2011 : 75) :

2. Imunisasi dasar lengkap

3. SDIDTK

4. Pemberian Vit A (6-11bln)

5. Konseling ASI Eksklusif, MP ASI, tanda sakit, perawatan

bayi di rumah

6. Penanganan rujukan kasus bila diperlukan

11. Penilaian selintas bayi baru lahir

Penilaian bayi baru lahir menggunakan apgar score.

Apgar Score di ambil dari nama belakang penemunya yaitu Dr.

Virginia Apgar, seorang ahli anak sekaligus ahli anastesi. Pada

tahun 1962, seorang ahli anak bernama Dr. Joseph Butterfiled

membuat akronim dari kata APGAR yaitu :Appearance (warna

kulit), Pulse (denyut jantung), Grimace (reflek), Actifity (tonus

otot), Respiratory effort (usaha bernafas). Evaluasi ini digunakan

mulai 5 menit pertama sampai 10 menit. hasil pengamatan

masing-masing aspek dituliskan dalam skal skor 0-2 (Sulistyawati

A, 2010 : 208).
109

Tabel 2.21 Apgar Score

Tanda 0 1 2
Appearance Blue (seluruh Body pink, limbs All pink (seluruh
(warna kulit) tubuh biru atau blue (tubuh tubuh kemerahan)
pucat) kemerahan,
ekstermitas biru)
Pulse (denyut Absent (tidak ada) <100 >100
jantung)
Grimace None (tidak ada) Grimace (gerakan Cry (reaksi melawan,
(reflek) sedikit) menagis)
Actifity (tonus Limp (lumpuh) Some flexion of Active movement,
otot) limbs (ekstermitas limbs well flexed
sedikit fleksi) (gerakan aktif,
ektermitas fleksi
dengan baik)
Respiratory None (tidak ada) Slow, irregular Good, stong cry
effort (usaha (lambat, tidak (menangis kuat)
bernafas) teratur)

2.5 Konsep Teori Keluarga Berencana

2.5.1 Pengertian

Keluarga Berencana adalah usaha untuk mengukur jumlah

dan jarak anak yang di inginkan. Untuk dapat mencapai hal tersebut

maka dibuatlah beberapa cara atau alternatif untuk mencegah

ataupun menunda kehamilan (Sulistyawati A. 2013 : 16).

2.5.2 Cara Kerja

Pada dasarnya prinsip kerja kontrasepsi adalah meniadakan

pertemuan antara sel telur (ovum) dengan sel mani (sperma) dengan

cara :

1. Menekan keluarnya sel telur (ovum)

2. Menghalangi masuknya sperma ke dalam alat kelamin wanita

sampai mencapai ovum


110

3. Mencegah nidasi

2.5.3 Tujuan Keluarga Berencana


1. Tujuan Umum

Meningkatkan Kesejahteraan Ibu, Anak Dalam Rangka

Mewujudkan Nkkbs (Norma Keluarga Kecil Bahagia

Sejahtera) Yang Menjadi Dasar Terwujudnya Masyarakat Yang

Sejahtera Dengan Mengendalikan Kelahiran Sekaligus

Menjamin Terkendalinya Pertambahan Penduduk.

2. Tujuan Khusus

a. Meningkatkan Jumlah Penduduk Untuk Menggunakan Alat

Kontrasepsi.

b. Menurunnya Jumlah Angka Kelahiran Bayi.

c. Meningkatnya Kesehatan Keluarga Berencana Dengan Cara

Penjarangan Kelahiran

2.5.4 Sasaran Program KB

Sasaran program KB tertuang dalam RPJMN 2004-2009

yang meliputi :

1. Menurunnya rata-rata laju pertumbuhan penduduk menjadi

sekitar 1,14 persen per tahun.

2. Menurunnya angka kelahiran total (TFR) menjadi sekitar 2,2

per perempuan.

3. Menurunnya PUS yang tidak ingin punya anak lagi dan ingin

menjarangkan kelahiran berikutnya, tetapi tidak memakai

alat/cara kontrasepsi (unmet need ) menjadi 6 persen


111

4. Meningkatnya peserta KB laki-laki menjadi 4,5persen.

5. Meningkatnya penggunaan metode kontrasepsi yang rasional,

efektif, dan efisien.

6. Meningkatnya rata-rata usia perkawinan pertama perempuan

menjadi 21 tahun.

7. Meningkatnya partisipasi keluarga dalam pembinaan tumbuh

kembang anak.

8. Meningkatnya jumlah keluarga prasejahtera dan keluarga

sejahtera-1 yang aktif dalamusaha ekonomi produktif.

9. Meningkatnya jumlah institusi masyarakat dalam

penyelenggaraan pelayanan Program KB Nasional

2.5.5 Ruang Lingkup KB

Ruang lingkup KB antara lain :

1. Keluarga berencana

2. Kesehatan reproduksi remaja

3. Ketahanan dan pemberdayaan keluarga

4. Penguatan pelembagaan keluarga kecil berkualitas

5. Keserasian kebijakan kependudukan

6. Pengelolaan SDM aparatur

7. Penyelenggaraan pimpinan kenegaraan dan kepemerintahan

8. Peningkatan pengawasan dan akuntabilitas aparatur Negara


112

2.5.6 Strategi Program KB

Strategi program KB terbagi dalam dua hal yaitu :

1. Strategi dasar :

a. Meneguhkan kembali program daerah

b. Menjamin kesinambungan program

2. Strategi operasional

a. Peningkatan kapasitas sistem pelayanan Program KB

nasional

b. Peningkatan kualitas dan prioritas program

c. Penggalangan dan pemantapan komitmen

d. Dukungan regulasi dan kebijakan

e. Pemantauan, evaluasi, dan akuntabilitas pelayanan

2.5.7 Dampak Program KB

Program keluarga berencana memberikan dampak, yaitu :

1. Penurunan angka kematian ibu dan anak

2. Penanggulangan masalah kesehatan reproduksi

3. Peningkatan kesejahteraan keluarga

4. Peningkatan derajat kesehatan

5. Peningkatan mutu dan layanan KB-KR

6. Peningkatan sistem pengelolaan dan kapasitas SDM

7. Pelaksanaan tugas pimpinan dan fungsi manajemen dalam

penyelenggaraan kenegaraan dan pemerintahan berjalan lancar

(Sulistyawati A. 2013 : 17).


113

2.5.8 Macam-macam Jenis Kontrasepsi

A. Tanpa alat

1. Teknik pantang berkala

Menghindari senggama pada masa subur yaitu dekat

dengan pertengahan siklus haid atau tanda adanya kesuburan

yaitu keluarnya lender atau cairan dari vagina.tingkat

keefektifitasannya 9-20 kehamilan per 100 wanita selam tahun

petama pemakaian.

2. Metode amenorea laktasi

Adalah kontrasepsi yang mengandalkan pemberian air susu

ibu (ASI) secara eksklusif cara kerjanya dengan menekan

ovulasi, tingkat keberhasilan 98% pada 6 bulan pascapersalinan.

Yang dapt menggunakan MAL adalah ibu yang menyusui

bayinya secara eksklusif bayinya berumur kurang dari 6 bulan,

dan belum haid setelah melahirkan. MAL dapat digunakan

apabila:

a. Menyusui secara penuh

b. Belum haid

c. Efektif sampai 6 bulan

d. Harus dilanjutkan dengan metode lainnya.

3. Kalender

KB kalender adalah salah satu alat kontrasepsi atau untuk

menghindari proses kehamilan. Metode kalender menggunakan


114

prinsip pantang berkala, yaitu tidak melakukan persetubuhan

pada masa subur istri.

4. Suhu Basal

Suhu basal adalah suhu tubuh sebelum ada aktifitas

apapun, biasanya diambil pada saat bangun tidur dan belum

meninggalkan tempat tidur (Arum, 2011 : 76)

B. Dengan alat

1. Kondom Pria

a. Pengertian

Kondom adalah suatu kantong karet tipis, berwarna

atau tak berwarna, dipakai untuk menutupi penis yang ereksi

sebelum dimasukkan ke dalam vagina sehingga mani

tertampung didalamnya dan tidak masuk vagina, dengan

demikian mencegah terjadinya pembuahan. Secara ilmiah

tingkat keefektifitasan didapatkan hanya sedikit kegagalan

yaitu 2-12 kehamilan per 100 perempuan per tahun (Arum D.

2011 : 78).

b. Keuntungan

1) Mencegah kehamilan.

2) Memberikan perlindungan terhadap PMS.

3) Dapat diandalkan.

4) Relatif murah.

5) Sederhana, ringan, disposible.


115

6) Tidak memerlukan pemeriksaan medis, supervisi atau

follow-up.

7) Revesible.

8) Pria ikut secara aktif dalam program KB.

c. Kerugian

1) Perlu menentukan sementara aktivitas dan spontanitas

hubungan seks guna memasang kondom.

2) Perlu dipakai secara konsisten, hati-hati dan terus

menerus pada setiap senggama.

d. Indikasi

1) Penyakit genetalia.

2) Sensitivitas penis terhadap sekret vagina.

3) Ejakulasi prematur.

e. Efek samping

b) Kondom rusak atau diperkirakan bocor (sebelum

berhubungan).

Buang dan pakai kondom baru atau pakai spermisida

digabung kondom.

c) Kondom bocor atau dicurigai ada curahan di vagina saat

berhubungan. Jika dicurigai ada kebocoran,

pertimbangkan pemberian morning after pil

d) Dicurigai adanya reaksi alergi (spermisida).


116

Berikan kondom alami (produk hewani : lamb skin atau

gut) atau bantu klien memilih metode lain.

e) Mengurangi kenikmatan hubungan seksual.

Jika penurunan kepekaan tidak bisa ditolelir biarpun

dengan kondom yang lebih tipis, anjurkan pemakaian

metode lain.

2. Diafragma

a. Pengertian

Difragma adalah kap berbentuk bulat cembung, terbuat dari

lateks (karet) yang diinsersikan kedalam vagina sebelum

berhubungan seksual dan menutup serviks. Cara kerja diagfragma

adalah menahan sperma agar tidak mendapatkan akses mencapai

uterus dan tuba falopi dan sebagai alat dpermisida. Angka

kegagalan 6-16 kehamilan per 100 wanita per tahun.

b. Keuntungan :

1) Efektif bila digunakan dengan benar

2) Tidak mengganggu produksi ASI

3) Tidak mengganggu hubungan seksual karena telah

terpasang sampai 6 jam sebelumnya.

4) Tidak mengganggu kasehatan klien.

5) Tidak mempunyai pengaruh sistemik. Salah satu

perlindungan terhadap IMS/HIV/AIDS.


117

6) Bila digunakan pada saat haid, menampung darah

menstruasi.

c. Penanganan Efek Samping

1) Infeksi saluran uretra.

Pengobatan dengan antibiotika yang sesuai, apabila

dafragma menjadi pilihan utama dalam ber-KB. Sarankan

untuk segera mengosongkan kandung kemih setelah

melakukan hubungan seksual atau sarankan memakai

metode lain

2) Dengan adanya reaksi alergi diafragma atau dugaan adanya

reaksi alergi spermisida

Walaupun jarang terjadi, terasa kurang nyaman dan

mungkin berbahaya. Jika ada gejala iritasi vagina,

khususnya pasca senggama, dan tidak mengidap IMS,

berikan spermisida yang lain atau bantu untuk memilih

metode lain.

3) Rasa nyeri pada tekanan terhadap kandung kemih/rektum.

a. Pastikan ketepatan letak diafragma apabila alat terlalu

besar.

4) Timbul cairan vagina dan berbau jika dibiarkan lebih dari

24 jam.

Periksa adanya IMS atau benda asing dalam vagina

(tampon,dll), jika tidak ada, sarankan klien untuk melepas


118

diafragma setelah melakukan hubungan seksual, tapi tidak

kurang dari 6 jam setelah aktivitas terakhir. Jika mengidap

IMS, lakukan pemrosesan alat sesuai dengan pencegahan

infeksi.

3. Metode Spermisida

a. Pengertian

Spermisida adalah bahan kimia yang digunakan

untuk membunuh sperma. Cara kerja menyebabka sel

membrane pecah, memperlambat pergerkan sperma,

menurunkan pembunuhan sel telur. Efektivitasnya

kurang antara 19-29 kehamilan per 100 wanita per

tahun.

Yang dikemas dalam bentuk:

1) Aerosol (busa).

2) Tablet vaginal, suppositoria, atau dissolvable film.

3) Krim

b. Manfaat

1) Efektif seketika (busa dan krim).

2) Tidak mengganggu produksi ASI.

3) Bisa digunakan sebagai pendukung metode yang lain.

4) Tidak mengganggu kesehatan klien.

5) Tidak mempunyai pengaruh sistemik.

6) Mudah digunakan.
119

7) Meningkatkan lubrikasi selama hubungan seksual.

8) Tidak perlu resep dokter atau pemeriksaan kesehatan

khusus

9) Merupakan salah satu perlindungan terhadap IMS

termasuk HBV dan HIV/AIDS.

c. Keterbatasan

1) Efektivitas sebagai kontrasepsi tergantung pada

kepatuhan mengikuti cara penggunaan.

2) Ketergantungan penggunaan dari motivasi

berkelanjutan dengan memakai setiap melakukan

hubungan seksual.

3) Pengguna harus menunggu 10-15 menit setelah

aplikasi sebelum melakukan hubungan seksual.

4) Efektivitas aplikasi hanya 1-2 jam

d. Efek samping

1) Iritasi vagina atau iritasipenis dan tidak nyaman.

Periksa adanya vaginitis dan penyakit menular

seksual. Bila penyebabnya spermisida, sarankan

memakai spermisida dengan bahan kimia lain atau

bantu memilih metode kontrasepsi lain.

2) Gangguan rasa panas di vagina

Periksa reaksi alergi atau terbakar.Yakinkan

bahwa rasa hangat adalah normal. Bila tidak ada


120

perubahan, sarankan menggunakan spermisidajenis

lain atau bantu memilih metode kontrasepsi lain.

3) Tablet busa vaginal tidak larut dengan baik

Pilih spermisida lain dengan komposisi bahan

kimia berbeda atau bantu memilih metode

kontrasepsi lain.

4. Kontrasepsi Oral (Pil)

a. Pengertian

Kontrasepsi hormonal oral adalah

kontrasepsi berupa pil atau obat yang berbentuk

tablet berisi hormon estrogen dan progesteron. Cara

kerja pil adalah menekan ovulasi, mencegah

implantasi, mengentalkan lender serviks. Tingkat

keberhasilan tinggi mencapai 1 kehamilan per 1000

wanita per tahun pertama penggunaan.

b. Waktu penggunaan

(1) Setiap saat selagi haid

(2) Hari pertama sampai ke 7 siklus haid

(3) Setelah 6 bulan pemberian asi

(4) Setelah 3 bulan tidak menyusui

(5) Pasca keguguran (segerra atau 7 hari pasca

keguguran
121

c. Jenis

(1) Monofasik : pil yang tersedia dalam kemasan 21

tablet mengandung hormon aktif estrogen atau

progestin dalam dosis yang sama dengan, tujuh

tablet tanpa hormon aktif.

(2) Bifasik : pil yang tersedia dalam kemasan 21

tablet mengandung hormon aktif estrogen atau

progestin dalam 2 dosis yang berbeda, tujuh

tablet tanpa hormon aktif.

(3)Trifasik : pil yang tersedia dalam kemasan 21

tablet mengandung hormon aktif estrogen atau

progestin dalam 3 dosis yang berbeda, dengan

tablet tanpa hormon aktif.

d. Manfaat

(1) Memiliki efektifitas yang tinggi

(2) Resiko terhadap kesehatan sangat kecil.

(3) Tidak mengganggu hubungan seksual.

(4) Siklus haid menjadi teratur, jumlah darah haid

berkurang (mecegah anemia) dan tidak nyeri

haid.

(5) Dapat digunakan sejak usia remaja hingga

menopause.
122

(6) Dapat digunakan jangka panjang selama masih

ingin menggunakanya untuk mencegah

kehamilan.

(7) Mudah dihentikan setiap saat.

(8) Kesuburan segera kembali setelah penggunaan

pil dihentikan.

(9) Dapat digunakan sebagai kontrasepsi darurat.

(10) Metode ini dapat membantu mencegah hal

sebagai berikut :

(a) Kehamilan ektopik

(b) Kanker ovarium

(c) Kanker endometrium

(d) PID

(e) Kelainan jinak pada payudara

(f) Dismenorhoe

(g) jerawat

e. Keterbatasan

(1) Mahal dan membosankan karena harus

menggunakannya setiap hari.

(2) Mual, terutama pada 3 bulan pertama

(3) Perdarahan, bercak atau perdarahan sela,

terutama pada 3 bulan pertama

(4) Pusing
123

(5) Nyeri payudara

(6) Berat badan naik sedikit,

(7) Berhenti haid (amenorhoe) jarang terjadi pada

penggunaan pil kombinasi.

(8) Tidak boleh diberikan pada ibu menyusui,

karena akan mengurangi prduksi ASI.

(9) Pada sebagian kecil perempuan dapat

menimbulkan depresi dan perubahan suasana

hati.

(10) Dapat meningkatkan tekanan darah dan retensi

cairan sehingga menimbulkan resiko stroke dan

gangguan pembekuan darah pada vena dalam

sedikit meningkat.

(11) Tidak mencegah IMS, HBV dan HIV/AIDS.

f. Kontra indikasi

(1) Kehamilan (diketahui atau dicurigai).

(2) Tromboflebitis (sedang terjadi atau rieayat

kesehatan).

(3) Gangguan tromboemboli (sedang terjadi atau

riwayat kesehatan).

(4) Cedera serebrovaskuler, penyakit pembuluh

darah otak, atau penyakit arteri koroner (saat ini

atau riwayat masalalu).


124

(5) Kerusakan hati, kerusakan fungsi hati atau

hepatitis akut.

(6) Tumor maligna atau benigna (saat ini atau

riwayat masa lalu).

(7) Diabetes militus.

(8) Sakit kepala migrain klasik (disertai gejala awal

atau migrain berat disertai gejala neurologis).

g. Efek Samping

(1) Amenorhoe tidak ada perdarahan atau spoting.

Periksa dalam atau tes kehamilan, bila tidak

hamil dan klien minum pil dengan benar

tenanglah. Bila klien hamil intra uterine hentikan

pil dan yakinkan pasien bahwa pil yang telah

diminumnya tidak punya efek samping pada

janin.

(2) Mual pusing atau muntah (akibat reaksi

anafilatik).

Tes kehamilan atau tes pemeriksaan ginekologi.

Bila tidak hamil sarankan untuk minum pil saat

makan malam atau sebelum tidur.

(3) Perdarahan atau perdarahan bercak (spotting).

Tes khamilan atau pemeriksaan ginekologi.

Sarankan minum pil pada waktu yang sama.


125

Jelaskan bahwa perdarahan atau spoting hal yang

biasa terjadi pada 3 bulan pertama dan lambat

laun akan berhenti.

5. Suntik/Injeksi

a. Pengertian

Cara untuk mencegah terjadinya kehamilan

dengan melalui suntikan hormonal.cara kerjanya

dengan menekan ovulasi, mengentslkan lender serviks,

menghambat pergerakan sperma. Sangat efektif 0,1-

0,4 kehamilan per 100 wanita sebelum tahun

penggunaan (Arum D. 2011 : 116).

b. Jenis

1) Suntikan per bulan contoh : cyclofem.

2) Suntikan 3 bulan contoh : depo provera, depo

geston.

c. Waktu pemberian

1) Setelah melahirkan : 6 minggu pasca salin

2) Setelah keguguran : segera setelah dilakukan

kuretase atau 30 hari setelah keguguran (asal ibu

belum hamil lagi).

3) Dalam masa haid : hari pertama sampai hari ke

lima masa haid.


126

d. Indikasi

klien menghendaki pemakaian kontrasepsi

jangka panjang, atau klien telah mempunyai cukup

anak sesuai harapan, tapi saat ini belum siap. Klien

yang menghendaki tidak ingin menggunakan

kontrasepsi setiap hari atau saat melakukan

senggama.

e. Kontraindikasi

1) Ibu hamil.

2) Ibu yang menderita sakit kuning (liver).

3) Kelainan jantung.

4) Varises (urat kaki keluar).

5) Mengidap tekanan darah tinggi, kanker payudara

atau organ reproduksi, atau menderita kencing

manis.

6) Perokok.

7) Sedang dalam persiapan operasi.

8) Pengeluaran darah yang tidak jelas dari vagina.

9) Sakit kepala (migrain).

f. Efek Samping

1) Amenore (tidak terjadi perdarahan).

a) Apabila tidak hamil, maka tidak perlu

pengobatan apa pun.


127

b) Apabila telah terjadi kehamilan, rujuk klien

dan hentikan penyuntikan. Jelaskan bahwa

hormon progestin tidak akan menimbulkan

kelainan pada janin.

c) Apabila terjadi kehamilan ektopik, rujuk

klien segera.

d) Jangan berikan terapi hormonal untuk

menimbulkan perdarahan karena tidak akan

berhasil. Tunggu 3-6 bulan kemudian, bila

tidak terjadi perdarahan juga.

2) Perdarahan/perdarahan bercak (spoting).

Informasikan bahwa perdarahan ringan sering

dijumpai tetapi hal ini bukanlah masalah serius,

dan biasanya tidak memerlukan pengobatann

g. Kerugian

1) Gangguan haid.

2) Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu.

3) Permasalahan berat badan merupakan efek

samping tersering.

4) Terlambatnya kembali kesuburan setelah

penghentian pemakaian.

5) Terjadi perubahan pada lipid serum pada

penggunaan jangka panjang.


128

6) Pada penggunaan jangka panjang dapat

menurunkan densitas tulang

7) Pada penggunaan jangka panjang dapat

menimbulkan kekeringan pada vagina,

menurunkan libido, gangguan emosi, sakit

kepala, nervositas, dan jerawat.

6. Subkutis/implan

b. Pengertian

Implant merupakan kontrasepsi jenis lain

yang bersifat hormonal, dan dimasukkan kebawah

kulit. Implant merupakan metode kontrasepsi yang

efektif berjangka waktu 2-5 tahun.

c. Waktu penggunaan

1) Setiap saat saat siklus haid hari ke 2 sampai hari

ke 7

2) Bila menyusui antara 6 minggu smapai 6 bulan

pasca persalinan.

3) Bila setelah 6 minggu pp dan sudah haid,

pemasangan bisa dilakukan kapan saja.

4) Apabila ganti metode bisa dilakukan kapan saja

(Arum D. 2011 : 139).


129

d. Keuntungan

1) Keuntungan kontrasepsi

a) Daya guna tinggi.

b) Perlindungan jangka panjang (sampai 5

tahun).

c) Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat

setelah pencabutan.

d) Tidak memerlukan pemeriksaan dalam.

e) Bebas dari pengaruh estrogen.

f) Tidak mengganggu kegiatan senggama.

g) Tidak mengganggu ASI.

h) Klien hanya perlu kembali ke klinik bila ada

keluhan.

i) Dapat dicabut setiap saat sesuai dengan

kebutuhan.

j) Cara penggunaannya mudah (Sulistyawati A

,2012). Cara kerjanya mengentalkan lendir

serviks, mencegah implantasi, menekan ovulasi,

memperlambat pergerakan sperma. Tingkat

kegagalan 0,2-1 kehamilan per 100 wanita.

(Arum D. 2011 : 136).

e. Keterbatasan

1) Nyeri kepala.

2) Peningkatan/penurunan berat badan.


130

3) Nyeri payudara.

4) Perasaan mual.

5) Pening/pusing kepala.

6) Perubahan perasaan (mood) atau kegelisahan

(nervousness).

7) Membutuhkan tindakan pembedahan minor

untuk insersi dan pencabutan.

8) Tidak memberikan efek protektif terhadap

infeksi menular seksual termasuk AIDS.

9) Klien tidak dapat menghentikan sendiri

pemakaian kontrasepsi ini sesuai dengan

keinginan.

10) Efektivitasnya akan menurun bila

menggunakan obatobatan tuberkulosis

(rifampisin) atau obat epilepsi (fenitoin dan

barbiturat).

11) Terjadinya kehamilan ektopik sedikit lebih

tinggi (1,3 per 100.000 perempuan per tahun).

f. Indikasi

1) Usia reproduksi.

2) Telah memiliki anak ataupun yang belum.


131

3) Menghendaki kontrasepsi yang memiliki

efektivitas tinggi dan menghendaki pencegahan

kehamilan jangka panjang.

4) Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi.

5) Paca persalinan.

6) Pasca keguguran.

7) Riwayat kehamilan ektopik.

8) Tekanan darah < 180/110 mmHg, dengan

masalah pembekuan darah atau anemia bulan

sabit (sickle cell).

9) Tidak boleh menggunakan kontrasepsi yang

mengandung estrogen.

10) Sering lupa menggunakan pil.

g. Kontraindikasi

1) Hamil atau diduga hamil.

2) Perdarahan pervaginam yang belum jelas

penyebabnya.

3) Benjolan/kanker payudara atau riwayat kanker

payudara.

4) Tidak dapat menerima perubahan pola haid

yang terjadi.

5) Mioma uterus dan kanker payudara.

6) Gangguan toleransi payudara.


132

h. Efek samping

1) Amenore.

a) Pastikan hamil atau tidak. Apabila tidak

hamil, tidak perlu penanganan khusus,

cukup konseling saja.

b) Apabila klien tetap tidak bisa menerima,

cabut implant dan sarankan metode

kontrasepsi lain

c) Apabila terjadi kehamilan ektopik, rujuk

klien segera.

d) Apabila hamil, cabut implant dan jelaskan.

bahwa progestin tidak berbahaya bagi janin.

2) Perdarahan bercak (spoting) ringan.

3) Ekspulsi.

4) Infeksi pada daerah insersi.

5) Berat badan naik atau turun.

7.Kontrasepsi Intra Uteri Devices (IUD/AKDR)

a. Pengertian

Alat kontrasepsi dalam rahim ( AKDR / IUD )

merupakan alat kontrasepsi yang dipasang dalam

Rahim. Alat kontrasepsi dalam rahim terbuat dari

plastik elastik, dililit tembaga atau campuran tembaga

dengan perak. Lilitan logam menyebabkan reaksi anti


133

fertilitas dengan waktu penggunaan dapat mencapai 2-

10 tahun, dengan metode kerja mencegah masuknya

sprematozoa/sel mani ke dalam saluran tuba.

Kefektifitasannya 0,6-0,8 kehamilan per 100 wanita

dalam I tahun pertama penggunaan.

b. Kelebihan

1) Sangat efektif mencegah kehamilan.

2) Pencegahan kehamilan untuk jangka yang

panjang sampai 5-10 tahun.

3) Tidak mempengaruhi hubungan seksual .

4) Tidak ada efek samping hormonal dengan CuT-

380A .

5) Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI .

6) Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau

abortus (apabila tidak terjadi infeksi).

7) Dapat digunakan sampai menopouse.

8) Tidak ada interaksi dengan obat-obat.

9) Membantu mencegah kehamilan ektopik.

10) Relatif tidak mahal.

11) Nyaman (tidak perlu diingat-ingat seperti jika

memakai pil).

12) Dapat dibuka kapan saja (oleh dokter).


134

13) Dapat dipakai oleh semua perempuan usia

reproduksi.

14) Segera berfungsi (AKDR dapat efektif segera

setelah pemasangan).

15) Efek samping yang rendah.

16) Dapat menyusui dengan aman.

17) Tidak dirasakan oleh pemakai ataupun

pasangannya.

18) Tidak terganggu faktor lupa.

19) Metode jangka panjang (perlindungan sampai

10 tahun dengan menggunakan Tembaga T

380A) .

20) Mengurangi kunjungan ke klinik.

21) Lebih murah dari pil dalam jangka panjang.

c. Kelemahan

1) Tidak boleh dipakai oleh perempuan yang

terpapar pada infeksi menular.

2) Efek samping umum terjadi perubahan siklus

haid, haid lebih lama dan banyak, perdarahan

antar mensturasi, saat haid lebih sakit.

3) Komplikasi lain: merasa sakit dan kejang

selama 3 sampai 5 hari setelah pemasangan,

perdarahan berat pada waktu haid.


135

4) Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS.

5) Tidak baik digunakan pada perempuan dengan

IMS atau yang sering berganti pasangan.

6) Penyakit radang panggul.

7) Memerlukan pemeriksaan dalam pemasangan

AKDR.

8) Sedikit nyeri dan perdarahan (spotting) terjadi

segera setelah pemasangan AKDR. Biasanya

menghilang dalam 1 - 2 hari.

9) Klien tidak dapat melepas AKDR oleh dirinya

sendiri.

10) Mungkin IUD keluar dari uterus tanpa

diketahui (sering terjadi apabila IUD dipasang

segera setelah melahirkan).

d. Efek Samping

1) Spotting

2) Perubahan siklus menstruasi

3) Amenore

4) Dismenore

5) Menorarhagea

6) Fluor albus

7) Pendarahan Post seksual

8) Kehamilan intra-uterine
136

9) Kehamilan ektopik

10) Ekspulsi

11) Sinkop vasovagal (pusing)

12) Apabila pasien hamil dengan usia kurang dari

13 minggu dan benang terlihat maka cabut

AKDR, apabila usia kehamilan lebih dari 13

minggu dan benang tidak kelihatan jangan

mencabut AKDR.

e. Waktu pemasangan

1) Setiap waktu selama siklus haid, jika ibu

dipastikan tidak hamil

2) Sesudah melahirkan, dalam waktu 48 jam

pertama pasca persalinan, 6-8 minggu ataupun

lebih setelah melahirkan

3) Segera setelah induksi haid, pasca keguguran

spontan tau buatan, dengan syarat tidak adanya

infeksi (Arum D. 2011 : 149).

8. Tubektomi

a. Pengertian

Suatu tindakan yang dilakukan pada kedua

saluran telur wanita yang mengakibatkan tidak akan

mendapat keturunan lagi. Kontrasepsi ini hanya

digunakan untuk jangka panjang. Mekanisme


137

kerjanya dengan menggoklusi tuba fallopi

(mengikat atau memasang cincin) sehingga sperma

tidak dapat bertemu dengan ovum.sangat efektif 0,5

kehamilan per 100 wanita.waktu pelaksanaan hari

ke 6 -13 dari siklus menstruasi. 2 hari, 6 minngu

atau 12 minggu pascasalin, 7 hari pasca keguguran.

b. Keuntungan

1) Tidak mempengaruhi proses menyusui.

2) Tidak bergantung pada faktor senggama.

3) Baik bagi klien apabila kehamilan akan menjadi

resiko kesehatan yang serius.

4) Pembedahan sederhana, dapat di lakukan anastesi

lokal.

5) Tidak ada efek samping dalam jangka panjang.

6) Tidak ada perubahan dalam fungsi seksual.

7) Berkurangnya resiko kanker ovarium.

c. Keterbatasan

1) Harus dipertimbangkan sifat mantap metode

kontrasepsi, kecuali dengan rekanalisasi.

2) Klien dapat menyesal dikemudian hari.

3) Resiko komplikasi kecil

4) Rasa sakit/ketidak nyamanan dalam jangka

pendek setelah tindakan.


138

5) Dilakukan oleh dokter terlatih (dibutuhkan

dokter spesialis ginekologi untuk proses

laparaskopi).

6) Tidak melindungi diri dari IMS, termasuk HBF

dan HIV/AIDS.

d. Efek Samping

1) Nyeri bahu selama 12 – 24 jam setelah

laparoskopi

2) Periode menstruasi akan berlanjut seperti biasa.

e. Indikasi

1) Umur termuda 25 tahun dengan 4 anak hidup.

2) Umur 30 tahun dengan 3 anak hidup

3) Umur 35 tahun dengan 2 anak hidup

9. Vasektomi

a. Pengertian

Vasektomi adalah tindakan memotong dan

menutup saluran mani (vas deferens)yang

menyalurkan sel mani (sperma) keluar dari pusat

produksinya di testis.

b. Tujuan

Tujuan vasektomi adalah mencegah sperma

bertemu dengan sel telur di saluran telur.


139

c. Keuntungan

1) Aman, morbiditas rendah dan hampir tidak ada

mortalitas.

2) Sederhana.

3) Cepat, hanya memerlukan anastesi lokal saja.

4) Biaya rendah.

d. Kerugian

1) Diperlukan suatu tindakan operatif.

2) Kadang-kadang menyebabkan komplikasi seperti

perdarahan atau infeksi.

3) Kontap pria belum memberikan perlindungan

total sampai semua spermatozoa yang sudah ada

dalam sistem reproduksi distal dari tempat oklusi

vas deferens dikeluarkan.

4) Problem psikologis yang berhubungan dengan

perilaku seksual mungkin bertambah parah

setelah tindakan operatif yang menyangkut

reproduksi pria.

e. Indikasi

Pasangan suami istri tidak ingin

menghendaki kehamilan lagi dan pihak suami

bersedia bahwa tindakan kontrasepsi dilakukan

pada dirinya.
140

f. Kontraindikasi

1) Infeksi kulit lokal misalnya, scabies

2) Infeksi traktus genetalia

3) Kelainan skrotum dan sekitarnya :

4) Varicocele

5) Hydrocelebesa

6) Filariasis

7) Hernia inguinalis

8) Penyakit sistemati :

9) Penyakit-penyakit perdarahan

10) Penyakit jantung koroner yang baru

11) Riwayat perkawinan, psikologi, atau seksual

yang tidak stabil.

g. Efek Samping

Rasa nyeri atau ketidak nyamanan akibat

pembedahan yang biasanya hanya berlangsung

beberapa hari. Pembentukan granuloma relatif

jarang dan merupakan keluhan yang nantinya

hilang sendiri (dr. Affandi,) 2012 : 8-88).


141

2.6 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan

2.6.1 Standar asuhan kebidanan

Standart asuhan adalah acuan dalam proses pengambilan keputusan

dan tindakan yang dilahkukan oleh Bidan sesuai dengan wewenang dan ruang

lingkup praktiknya berdasarkan ilmu dan kiat kebidanan.

Standar I Pengkajian : Bidan mengumpulkan semua informasi yang akurat,

relevan dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.

Standar II Perumusan Diagnosa dan atau Masalah Kebidanan : Bidan

menganalisa data yang diperoleh pada pengkajian, menginterpretasikannya

secara akurat dan logis untuk menegakkan diagnosa dan masalah kebidanan

yang tepat.

Standar III Perencanaan : Bidan merencanakan asuhan kebidanan berdasarkan

diagnosa dan masalah yang ditegakkan.

Standar IV Implementasi :Bidan melaksanakan rencana asuhan kebidanan

secara komprehensif, efektif, efisien dan aman berdasarkan evidence based

kepada klien/pasien dalam bentuk upaya promotif, preventif, kuratif dan

rehabilitatif. Dilaksanakan secara mandiri, kolaborasi dan rujukan.

Standar V Evaluasi : Bidan melahkukan evaluasi secara sistimatis dan

berkesinambungan untuk melihatkeefektifan dari asuhan yang sudah

diberikan, sesuai dengan perubahan perkembangan kondisi klien.

Standar VI Pencatatan Asuhan Kebidanan : Bidan melahkukan pencatatan

secara lengkap, akurat, singkat dan jelas mengenai keadaan/kejadian yang


142

ditemukan dan dilahkukan dalam memberikan asuhan kebidanan. Ditulis

dalam bentuk catatan perkembangan SOAP.

S (data subjektif), mencatat hasil anamnesa.

O (data objektif), mencatat hasil pemeriksaan.

A (hasil analisa), mencatat diagnosa dan masalah kebidanan.

P (penatalaksanaan), mencatat seluruh perencanan dan penatalaksanaan

yang sudah dilakukan seperti tindakan antisipatif, tindakan segera,

tindakan secara komprehensif : penyuluhan, dukungan, kolaborasi,

evaluasi/ follow up dan rujukan. (Kepmenkes no.938).

2.6.2 Penerapan standar asuhan kebidanan pada ibu hamil (ANC)

Penerapan standar asuhan kebidanan pada ibu hamil:

I. Pengkajian : Meminta Kesediaan klien untuk di periksa

A. Anamnesa

1. Identitas Ibu

2. Riwayat kehamilan sekarang

a. Hari pertama haid terakhir

b. Gerakan janin pertama kali dirasakan

c. Tanda bahaya dan penyulit kehamilan

d. Keluhan umum lainnya

e. Obat / jamu yang pernah dan sedang di konsumsi

f. Keluhan buang air kecil

g. Keluhan buang air besar

h. Kekhawatiran khusus
143

3. Riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu

a. Jumlah kehamilan

b. Jumlah kelahiran / anak hidup

c. Julah keguguran

d. Jumlah kelahiran premature

e. Riwayat kehamilan (gemelli, plasenta, previa, dll)

f. Berat bayi yang dilahirkan

g. Kondisi bayi

h. Komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas

(pendarahan, tekanan darah tinggi, panas )

i. Tempat persalinan terdahulu

j. Penolong persalinan terdahulu

4. Riwayat kesehatan / penyakit yang pernah di derita :

a. Anemia

b. Hipertensi

c. Kardiovaskular

d. TBC

e. Diabetes

f. Malaria

g. Infeksi Menular Seksual (Siphilis, GO, HIV/AIDS. Dll)

5. Lain-lain.

Riwayat social ekonomi

a. Status perkawian
144

b. Respon ibu dan keluarga terhadap kehamilan

c. Penggunaan alat kontrasepsi KB

d. Dukungan keluarga

e. Pengambilan keputusan dalam keluarga

f. Gizi yang di konsumsi dan kebiasaan makan

g. Kebiasaan hidup sehat

h. Beban kerja sehari

i. Tempat dan penolong dalam persalinan yang diinginkan

j. Penghasilan keluarga

B. Pemeriksaan

a. Bidan menjelaskan alasan dan semua prosedur yang akan

dilakukan

b. Membantu mengatur posisi ibu sesuai dengan jenis

pemeriksaan

1) Keadaan umum

2) Kesadaran

3) Keadaan emosional

4) Tinggi badan

5) Berat badan

6) Suhu badan

7) Tekanan darah

8) Denyut nadi

9) Pernafasan
145

10) Mata

11) Rahang, gusi, gigi

12) Leher

13) Payudara dan putting susu

14) Abnomen dan uterus

a) Keutuhan (bekas luka)

b) Palpasi bagian-bagian janin

c) Ukur tinggi fundus uteri

d) Auskultasi denyut jsntung janin

15) Ekstremitas atas dan bawah

a) Adakah endema

b) Adakah varises

c) Reflek

16) Ano – Genitalia

17) Pemeriksaan labratorium ( sesuai dengan indikasi )

a) Urin

b) Darah.

II. Perumusan Diagnosa dan atau maslah :

Menetapkan diagnosa dan atau masalah

III. Perencanaan

A. Promosi persalian normal dan persiapan kelahiran / kegawatan

darurat (program perencanaan persalinan dan pencegahan

Komplikasi / P4K)
146

B. Mengatasi masalah sesuai dengan kondisi dan kebutuhan klien

C. Kolaborasi dan rujukan bila diperlukan sesuai dengan

kebutuhan

IV. Pelaksanaan

A. Promosi persalinan normal dan persiapan persiapan kelahiran

daruarat

1) Memberikan imunisai TT

2) Memberikan suplemen zat gizi, tablet besi, asam folat,

vitamin (sesuai dengan kebutuhan)

3) Menjelaskan cara mengkonsumsi kemungkinan efek

samping

4) Mendiskusikan persiapan kelahiran / kegawat daruratan

(program perencanaan dan pencegahan komplikasi / P4K) :

a) Penolong persalinan

b) Tempat persalinan

c) Perlengkapan yang diperlukan ibu dan bayi

d) Keuangan

e) Donor darah

f) Transportasi

g) Pendamping ibu

5) Pendidikan kesehatan (KIE) dan Konseling :

1) Menghitung usia kehamilan dan taksiran persalinan

bersama ibu
147

2) Mengatasi ketidaknyamanan yang mengkin tirabel

3) Memenuhi kebutuhan dan mengatasi maslah ibu

a) Nutrisi

b) Olah raga ringan

c) Istirahat

d) Kebersihan diri dan lingkungan

e) Persiapan Pemberian ASI

f) Pengenalan tanda bahaya ehamilan dan cara

mencari pertolongan

g) Kontrasepsi pasca bersalin

h) Hubungan seksual

i) Kegiatan sehari-hari/ pekerjaan

j) Imunisasi

k) Penggunaan obat

l) Pakaian

B. Mengatasi maslah sesuai dengan kondisi dan kebutuhan klien

C. Melakukan kolaborasi dan rujukan bila diperlukan sesuai

dengan kebutuhan

V. Evaluasi

1. Penilaian dilakukan pada setiap selesai tindakan.

2. Hasil evaluasi segera di catat dan di komunikasikan kepada

klien / keluarga

3. Jadwal kunjungan beikutnya yang disepakati bersama klien


148

VI. Pencatatan asuhan Kebidanan

a. Mencatat seluruh hasil pengkajian, diagnosa dan atau maslah

dan kegiatan asuhan sesuai dengan standar yang berlaku

(SOAP) dalam status klien

b. Mencatat hasil pelayan dalam rekam medis/buku

KIA/KMS/Kartu Pasien

2.6.3 Penerapan standar asuhan kebidanan pada klien ibu bersalin

(INC)

I. Pengkajian

Meminta Kesediaan klien untuk di periksa

a. Meninjau ulang kartu ANC

b. Bila tidak ada, melakukan anamnesia riwayat kehamilan

kesehatan

c. Melakukan pemeriksaan fisik sesuai kebutuhan (data

terfokus)

d. Melakukan pemeriksaan palpasi dan auskultasi janin

e. Melakukan penilaian kemajuan persalinan

f. Melakukan pemeriksaan laboratorium jika diperlukan

g. Merumuskan diagnosa dan masalah kebidanan

h. Memasukkan diagnosa dan masalah kebidanan

II. Perencanaan

Pementauan dan pemberian asuhan kala I, II, III, dan IV dengan

prinsip sayang ibu dan bayi serta pencegahan infeksi (PPI)


149

III. Pelaksanaan

Asuhan kebidanan pada Kala I

1. Menilai kemajuan persalinan dengan menggunakan patograf

2. Menyarankan kepada ibu untuk di damping oleh orang yang

dekat dengan ibu

3. Menginformasikan hasil pemeriksaan dan rencana asuhan

selanjutnya kepada ibu dan keluarganya

4. Membimbing ibu untuk relaksasi

5. Mempersilahkan ibu untuk memilih posisi yang aman

sesuai dengan keinginan

6. Menjaga privasi ibu

7. Menjaga kebersihan ibu

8. Mengatasi rasa ketidaknyamanan

9. Memberikan makan dan minum

10. Menjaga agar kandung kemih tetap kosong

11. Memberikan dukungan pada ibu

Kala II

12. Bidan memastikan bahwa ibu dalam kala II

13. Siap menolong kelahiran bayi :

a. Mendekatkan alat dan perlengkapan pertolongan

persalinan

b. Mencuci tangan dan menggunakan sarung tangan


150

c. Menggunakan perlengkapan perlindungan diri untuk

mencegah infeksi nosokomila, masker, celemek plastic,

sepatu boot, kaca mata

d. Ibu dalam posisi yang sesuai keinginan ibu untuk

melahirkan bayi.

14. Melakukan bimbingan meneran

15. Memeriksa keadaan ibu dan denyut jantung janin setiap

5 menit

16. Melakukan amniotomi dan atau episiotomy

17. Melonggarkan atau melepaskan bila ada tali pusar yang

melilit pada leher atau bayi

18. Menolong melahirkan bayi sesuai dengan mekanisme

persalinan

19. Memberitahu jenis kelamin dan keadaan bayi

20. Menilai tanda-tanda kehidupan bayi (usaha bernafas,

warna kulit, denyut jantung

21. Klem dan jepit tali pusat di dua tempat

22. Memotong dan mengikat tali pusat

23. Mengeringkan bayi

24. Memberikan rangsangan taktil jika diperlukan

25. Melaksanakan inisiasai dini pemberian ASI.


151

Kala III

26. Mengecek kemungkinan adanya janin kedua

27. Manajemen aktif kala III :

a) Mengecek kontraksi uterus

b) Melihat tanda-tanda pelepasan plasenta

c) Member suntikan oksitosin 10 unit intra muskuler

sebelum 1 menit

d) Melakukan perenggangan tali pusat terkendali

e) Bila dalam 15 menit plasenta belum lahir, berikan

lagi 10 unit pksitoksin intra moskuler

f) Melahirkan plasenta secara brendt Andrew

g) Melakukan message uterus.

Kala IV

28. Melakukan pengecekan kelengkapan plasenta dan

selaputnya

29. Mengevakuasi tinggi fundus uteri

30. Melakukan pemeriksaan jalan lahir dan perineum dari

pendarahan aktif

31. Bila terjadi robekan dilakukan penjahitan

32. Cuci tangan

33. Mengikat tali pusat

34. Memantau kontraksi uterus dan pengeluaran darah

35. Mengajari ibu cara message uterus


152

36. Mengukur jumlah darah keluar / memperkirakan

kehilangan darah secara keluruhan

37. Memantau keadaan umum dan tanda vital

38. Mengupayakan agar kandung kemih tetap kosong

39. Membersihkan badan ibu dan merapihkannya

40. Melakukan dekontaminasi alat berkas pakai

41. Melakukan cuci tangan

42. Memberikan ucapan selamat kepada ibu dan keluarga

IV. Evaluasi

1. Penilaian dilakukan pada setiap tindakan

2. Hasil evaluasi segera di catat dan di komunikasikan

kepada klien

3. Kala I : monitoring kemajuan persalian kondisi ibu dan

janin

4. Kala II : monitoring kelahiran bayi

5. Kala III : monitoring pengeluaran plasenta

6. Kala IV : monitoring pendarahan dan infolusi uterus

V. Pencatatan asuhan kebidanan

a. Mencatat seluruh hasil pengkajian, diagnosa dan/atau

masalah, kebutuhan dan kegiatan asuhan sesuai dengan

stantar yang berlaku (SOAP) dalam status klien

b. Mencatat hasil pelayanan dalam buku KIA/Rekam

Medis/KMS/Kartu pasien.
153

2.6.4 Penerapan standar asuhan kebidanan pada ibu nifas

Penerapan standar asuhan kebidanan pada ibu nifas meliputi:

I. Pengkajian

a) Meminta kesediaan klien untuk diperiksa

b) Bidan menjelaskan alasan dan semua prosedur yang akan di

lakukan

A. Melakukan Anamnesa

1. Identitas Ibu

2. Riwayat Obstetri

a) Penolong persalinan

b) Jenis persalinan

c) Masalah-masalah perslianan

d) Riwyat menyusui

3. Riwayat kesehatan :

a) Penyakit yang pernah dialami

4. Keadaan social ekonomi

a) Respon klien dan dukungna keluarga dalam

membantu klien di rumah

b) Kebiasaan minum-minuman keras, merokok dan

menggunakan obat

c) Kepercayaan adat istiadat

5. Keluhan utama :

a) Keluhan-keluhan saat ini


154

6. Memenuhu kebutuhan saat ini

a) Pola makan dan minum

b) Pola buang air besar dan buang air kecil

c) Pola istirahat

d) Aktivitas seksual

B. Melakukan pemeriksaan

1) Membatu mengatur posisi ibu sesuai dengan kebutuhan

2) Dengan sopan, memita ibu untuk melonggarkan pakaian

dan menutup bagian tubuh yang tidak diperiksa

a) Pemeriksaan umum :

1) Keadaan Umum

2) Tanda-tanda vital

b) Pemeriksaan peyudara

1) Pembengkakan

2) Pengeluaran ASI

c) Pemeriksaan perut

1) Fundus uteri

2) Kontraksi uterus

3) Kandung kencing

d) Pemeriksaan vulva perineum

1) Pengeluaran lokhea

2) Luka perineum
155

II. MERUMUSKAN DIAGNOSA DAN ATAU MASALAH

Menetapkan diagnosa dan atau maslah.

III. PERENCANAAN

a) Memberikan asuhan nifas

b) Mengatasi masalah sesuai dengan kondisi dan kebutuhan klien

c) Pendidikan kesehatan

d) Followup.

IV. PELAKSAAN (dilakukan sesuai dengan kebutuhan ibu)

A. Memberikan asuhan nifas

1) Memberikan Vit A

2) Perawatan payudara

3) Senam nifas

B. Mengatasi masalah sesuai kondisi dan kebutuhan klien

C. Pendidikan kesehatan

1) Menjaga kebersihan diri

2) Istirahat bagi ibu nifas

3) Nutrisi

4) Aktifitas

5) Menyusui secara eksklusif

6) Cara menyusui

7) Perawatan payudara

8) Hubungan suami istri


156

9) Konseling mengenai tanda tanda bahaya ibu nifas dan

bayi baru lahir

10) Konseling KB

11) Rencana kunjungan nifas berikutnya

V. Evaluasi

1) Penilaian dilakukan pada setiap tindakan

2) Hasil evaluasi segera di catat dan di komunikasikan kepada

klien

3) Jadwal kunjungan berikutnya yang sudah di sepakati.

VI. Pencatatn Asuhan Kebidanan

1) Mencatat seluruh hasil pengkajian, diagnosa dan atau maslah,

dan kegiatan asuhan sesuai dengan standar yang berlaku

(SOAP) dalam klien

2) Mencatat hasil pelayanan dalam buku KIA

2.6.5 Standar Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir

Standar asuhan BBL meliputi:

I. Pengkajian

1. Identifikasi jenis kelamin bayi

2. Menilai pernafasal / tangisan bayi

3. Menilai APGAR

4. Melakukan penilaian / pemeriksaan secara sistematika

5. Mengukur panjang dan dan lingkar kepala

6. Menimbang berat badan


157

II. Merumuskan diagnosis atau masalah

III. Perencanaan :

1) Pencegahan hipotermi

2) Pemenuhan kebutuhan bayi baru lahir

3) Pencegahan infeksi

IV. Pelaksanaan

1) Mengenakan sarung tangan DTI

2) Mempertahankan suhu bayi tetap hangat

a) Segera mengeringkan dan menghangatkan bayi

b) Bila bayi bernafas spontan, letakkan bayi di atas dada ibu

untuk inisiasi dini pemberian ASI

c) Bila bayi belum bernafas spontan segera bersihkan dengan

jalan nafas

d) Bila ada gangguan nafas, segera lakukan resutiasi

3) Memasang identitas bayi

4) Memberikan salep atau obat tetes mata pada bayi

5) Memberikan vitamin K1

6) Memberikan vaksin Hepatitis B

7) Menunjukkan bayi kepada anggota keluarganya

8) Mengamati eliminasi urin

9) Memantau kondisi bayi

10) Merawat tali pusat dan membiarkan tali pusat

11) Mempersiapkan bayi pulang


158

a) Membuat dan memberika surat keterangan lahir.

1) Nama bayi

2) Nama orang tua

3) Alamat

4) Tanggal, hari dan jam kelahiran

5) Berat lahir

6) Panjang lahir

7) Jenis kelamin

8) Jenis persalinan, nama dan tanda tangan penolong

9) Memberikan buku KIA

12) Melaksanakan pendidikan kesehatan pada orang tua bayi

V. Evaluasi

1) Penilaian di lakukan pada tindakan

2) Hasil evaluasi segera di catat dan di komunikasikan pada klien

3) Follow up satu menit pertama, lima menit pertama, setiap 30

menit dalam 2 jam pertama, satu minggu pertama dan satu

bulan pertama.

VI. Pencatatan asuhan kebidanan

1. Mencatat seluruh hasil pengkajian, diagnosa dan masalah

sesuai dengan standar yang berlaku (SOAP) dalam status klien

2. Mencatat pelayanan dalam buku KIA (Kemenkes 938)


159

2.6.6 Alur asuhan kebidanan

Continuity of care
diberikan kepada

Ibu hamil Ibu bersalin Ibu nifas


datang ke bidan

Asuhan sesuai standart Asuhan sesuai standart


TM I TM II TM III
1. Pengkajian 1. Pengkajian

2. Diagnosa 2. Diagnosa

Asuhan sesuai standart 3. Perencanaan 3. Perencanaan

1. Pengkajian 4. Penatalaksanaan 4. Penatalaksanaan


bayi pada masa nifas a. Kala I 5. Evaluasi
a. Anamnesa b. Kala II 6. Dokumentasi
c. Kala III asuhan kebidanan
b. pemeriksaan d. Kala IV
2. Diagnosa 5. Evaluasi
6. Dokumentasi
3. Perencanaan asuhan kebidanan

4. Penatalaksanaa Ibu Nifas KB


5. Evaluasi
6. Dokumentasi asuhan Bayi baru lahir
kebidanan

Asuhan sesuai standart


Asuhan sesuai standart
1. Pengkajian
1. Pengkajian
2. Diagnosa
2. Diagnosa
3. Perencanaan
3. Perencanaan
4. Penatalaksanaa
4. Penatalaksanaa 5. Evaluasi
5. Evaluasi 6. Dokumentasi asuhan
6. Dokumentasi asuhan kebidanan
kebidanan
160

DAFTAR PUSTAKA

Arum, DN, Sujiyanti. 2011. Panduan Lengkap Pelayanan KB Terkini.


Jogyakarta : Nuha Medika
Anggraini, Y. 2010. Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Yogyakarta : Pustaka Rihana
Ambarwati, ER Dan Wulandari D. 2010. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta :
Nuha Medika
Anonym. 2014. Profil Kesehatan Kabupaten Trenggalek 2013. http:
//www.Dinkestrenggalek.net/profil kesehatan kabupaten trenggalek
2013/pdf.(diakses 4 Januari 2015).

Anonym. 2014. Penggunaan obat pada masa kehamilan. http://jurnalsehat.com.


(diakses 3 Juni 2015)

Anggraini. 2013. Materi Asuhan Persalinan. http://www.anggraini/wordpres.com


2013. (diakses 11 januari 2015).

Dewi, V, dan Sunarsih T. 2011. Asuhan Kehamilan Untuk Kebidanan. Jakarta :


Salemba Medika
Dr. Didi, 2010. Obat Flu Saat Hamil. http:// konsultasi-specialis-obgyn.com.2010
(diakses 28 Mei 2015)
Hana, N. 2013. Pemeriksaan lab ibu hamil. http://pemeriksaan-lab-ibu-
hamil.html, 2013. (diakses 21 febuari 2015).
Kamriyah, N, Anggraini Y, dan M Siti. 2014. Buku Ajar Kehamilan. Jakarta :
Salemba Medika
Marmi, dan R Kukuh. 2012. Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, Dan Anak
Prasekolah. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Saifudin, B. 2006. Edisi Revisi II. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi.
Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawihardjo
Pudistutik, RD. 2011. Buku Ajar Kebidanan Komunitas Teori Dan Aplikasi
Dilengakapi Dengan Contoh Askeb. Yogyakarta : Nuha Medika.
Rohani., S. Reni, dan Marisah. 2013. Asuhan Kebidanan Pada Masa Persalinan.
Jakarta: Salemba Medika.

Rukiah, A dan Yulianti, L. 2010. Asuhan Kebidanan IV Patologi Kebidanan.


Jakarta : TIM.
161

R.I, Departemen Kesehatan. 2007. Keputusan Menteri Kesehatan No


223:
938/Menkes/SK/VIII/2007 Tentang Standar Asuhan Kebidanan. Jakarta
Direktorat Jendral Bina Pelayanan Medik Departemen Kesehatan.
Suryati, R. 2011. Buku Ajar Kebidanan 1 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan.
Yogyakarta : Nuha Medika.
Sulistyawati, A. 2011a. Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan. Jakarta :
Salemba Medika
Sulistyawati, A. 2013b. Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta : Nuha
Medika.
Sulistyani, A, Esti, N. 2010. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin.: Salemba
Medika.
Susiastutik. 2014. Teori Satuan Acara Penyuluhan Ibu Hamil. 2014.
http/susiastutik44.jurnal.com. (diakses 5 Januari 2015)
Yanti. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Persalinan. Yogyakarta : Pustaka
Rihana.
Wahyuningrum Y. 2012. Asuhan Kebidanan Pada Ny S Di Puskesmas Tirto Kota
Pekalongan. Karya Tulis Ilmiah, Program Studi Diploma Iii Kebidanan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan, Pekajangan Pekalongan.
162

Anda mungkin juga menyukai