DI PUSKESMAS UTAN
Oleh :
HARTINI
NIM 202106090627
2022
LEMBAR PENGESAHAN
Asuhan Kebidanan Komprehensif (COC) ANC, INC, PNC, BBL, dan KB pada Ny.“A”
P1A0H0 di Puskesmas Utan, mahasiswa atas nama:
Nama : Hartini
NIM : 202106090627
Kelompok : V (Lima)
Kelas :C
Pembimbing Institusi,
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuanumum
Setelah melakukan asuhan kebidanan berkelanjutan diharapkan
mahasiswa mampu memahami, melaksanakan asuhan secara komprehensif
dengan menggunakan manajemen kebidanan yang tepat, pada asuhan
kebidanan secara berkesinambungan mulai dari antenatal, intranatal,
postnatal dan neonatal.
1.5.1 Wawancara/anamnesa
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Wawancara
dilakukan pada :
1.5.1.1 Ibu hamil sebagai subjek
1.5.1.2 Keluarga ibu hamil sebagai subjek penyedia sumber informasi
1.5.1.3 Bidan pembimbing sebagai penyedia sumber penelitian
1.5.2 Kajian dokumen
Kajian dokumen merupakan sarana membantu peneliti dalam
mengumpulkan data atau informasi dengan cara membawa laporan, surat,
catatan-catatan, dan bahan bahan berupa tulisan yang lain. Dokumentasi
yang digunakan sebagai acuan dalam penilaian ini meliputi :
1.5.2.1 Buku KIA
1.5.2.2 Kohort ibu hamil, bayi, balita, KB
1.5.2.3 Data kunjungan
1.5.2.4 Hasil laboratorium
Bab ini menguraikan tentang asuhan kebidanan pada ibu dalam masa
kehamilan, persalinan, nifas, neonatus, dan KB dengan menggunakan pendekatan
manajemen kebidanan yang berdasarkan standar asuhan kebidanan yang
komprehesif.
A. Konsep Kehamilan
1. Pengertian Kehamilan Trimester III
Trimester tiga disebut periode menunggu atau penantian dan waspada
sebab pada saat itu menunggu kelahiran bayinya. Trimester III adalah waktu
untuk mempersiapkan kelahiran dan kedudukan sebagai orang tua seperti
terpusatnya perhatian pada kelahiran bayi. (Indrayani, 2016)
Trimester tiga merupakan saat persiapan aktif untuk kelahiran bayi
yang akan dilahirkan dan penampakan wajahnya. Keluarga mulai
memperkirakan tentang jenis kelamin bayinya (apakah laki-laki atau
perempuan) dan akan mirip ibu atau ayah. (Nurdiyan,2016)
2. Perubahan Fisiologis Ibu Hamil TM III
a) Uterus
Usia gestasi 30 minggu, fundus uteri dapat dipalpasi di bagian
tengah antara umbilicus dan sternum. Usia kehamilan 38 minggu, uterus
sejajar dengan sternum. Tuba uterin tampak agak terdorong ke dalam di
atas bagian tengah uterus. Frekuensi dan kekuatan kontraksi otot
segmen atas rahim semakin meningkat. Segmen bawah uterus
berkembang lebih cepat dan meregang secara radikal, bersamaan
dengan pembukaan serviks dan pelunakan jaringan dasar pelvis, akan
menyebabkan presentasi janin turun ke dasar pelvis bagian atas,
menyebabkan tinggi fundus yang disebut dengan lightening yang
mengurangi tekanan pada bagian atas abdomen. Peningkatan
beratuterus 1.000 gram. (Hutahean,2013)
b) Serviks Uteri
Minggu ke 6 sampai 8 serviks biasanya sudah cukup lunak.
Primigravida, konsistensi jaringan serviks yang mengelilingi os ekstemus
seperti mulut bibir dari pada tulang rawan hidung, yang khas untuk
serviks pada wanita tidak hamil. Misalnya kontrasepsi yang mengandung
estrogen progestin. Seiring dengan perkembangan kehamilan, kanalis
servikalis dapat menjadi melebar sehingga jari tangan dapat dimasukkan,
pada proses peradangan tertentu, serta karsinoma, serviks akan tetap
keras selama kehamilan dan bila mungkin hanya membuka saat
persalinan.
d) Mammae
Kehamilan 12 minggu keatas, dari puting susu dapat keluar cairan
berwarna putih agak jernih disebut kolostrum. Kolostrum ini berasal dari
kelenjar-kelenjar asinus yang mulai bersekresi. (Ajeng,2012)
e) SirkulasiDarah
Volume darah akan bertambah banyak ± 25% pada puncak usia
kehamilan 32 minggu. Peningkatan dalam volume eritrosit secara
keseluruhan, tetapi penambahan volume plasma jauh lebih besar
sehingga konsentrasi hemoglobin dalam darah menjadi lebih rendah.
Kadar hemoglobin ini menurun menjadi ± 120 g/L. Minggu ke-32, wanita
hamil mempunyai hemoglobin total lebih besar dari pada wanita tersebut
ketika tidak hamil. Jumlah sel darah putih meningkat (± 10.500 / ml).
Mengatasi pertambahan volume darah, curah jantung akan meningkat ±
30 % pada minggu ke-30. Peningkatan curah jantung tersebut
disebabkan oleh meningkatnya isi, akan tetapi frekuensi denyut jantung
meningkat ± 15 %, setelah kehamilan lebih dari 30 minggu, terdapat
kecenderungan peningkatan tekanan darah. (Ajeng, 2012)
f) Sistem Respirasi
Pernafasan masih diafragmatik selama kehamilan, tetapi karena
pergerakan diafragma terbatas setelah minggu ke-30, wanita hamil
bernafas lebih dalam, dengan meningkatkan volume tidal dan kecepatan
ventilasi, sehingga memungkinkan pencampuran gas meningkat dan
konsumsi oksigen meningkat 20 %. Efek ini disebabkan oleh
meningkatnya sekresi progesteron, menyebabkan pernafasan berlebih
dan PO2 arteri lebih rendah. Kehamilan lanjut, kerangka iga bawah
melebar keluar sedikit dan mungkin tidak kembali seperti keadaan
sebelum hamil, sehingga menimbulkan kekhawatiran bagi wanita yang
memperhatikan penampilan badannya. (Ajeng,2012)
g) TraktusDigestivus
Bagian mulut yaitu gusi menjadi lunak, karena retensi cairan
intraseluler yang disebabkan oleh progesteron. Spinkter esopagus bawah
relaksasi, sehingga dapat terjadi regorgitasi isi lambung yang
menyebabkan rasa terbakar di dada (heathburn). Sekresi isi lambung
berkurang dan makanan lebih lama berada di lambung. Otot-ototusus
relaks dengan disertai penurunan motilitas, menyebabkan absorbsi zat
nutrisilebih banyak, tetapi dapat menyebabkan konstipasi, merupakan
salah satu keluhan utama wanita hamil. (Ajeng, 2012)
h) TraktusUrinaria
Trimester akhir kehamilan, kepala janin mulai turun ke PAP,
keluhan sering kencing dan timbul lagi karena kandung kencing mulai
tertekan kembali. Poliuri, disebabkan oleh adanya peningkatan sirkulasi
darah di ginjal pada kehamilan sehingga laju filtrasi glomerulus juga
meningkat sampai 69 %. Reabsorbsi tubulus tidak berubah, sehingga
produk-produk eksresi seperti urea, uric acid, glukosa, asam amino,
asam folik lebih banyak yang dikeluarkan. (Ajeng, 2012)
i) MetabolismeDalamKehamilan
Kalori yang dibutuhkan untuk itu diperoleh terutama dari
pembakaran karbohidrat, khususnya sesudah kehamilan 20 minggu ke
atas sekitar 15-20%. Bila dibutuhkan, dipakailah lemak ibu untuk
mendapatkan tambahan kalori dalam pekerjaan sehari-hari. Janin
membutuhkan 30-40 gr kalsium untuk pembentukan tulang-tulangnya dan
hal ini terjadi terutama dalam trimester terakhir. Makanan tiap harinya
diperkirakan telah mengandung 1,5-2,5 gr kalsium. Diperkirakan 0,2-0,7
gr kalsium tertahan dalam badan untuk keperluan semasa hamil. Ini
kiranya telah cukup untuk pertumbuhan janin tanpa mengganggu kalsium
ibu. Kadar kalsium dalam serum memang lebih rendah,oleh karena
adanya hidremia, akan tetapi kadar kalsium tersebut masih cukup tinggi
hingga dapat menanggulangi kemungkinan terjadinya kejang tetani.
(Ajeng, 2012)
Periksa Periksa
Keterangan
luar dalam
Kepala di atas PAP, mudah digerakkan
5/5
(konvergen)
Sulit digerakkan, bagian terbesar kepala belum
4/5 HI–II
masuk panggul (konvergen)
3/5 HII–III Bagian terbesar belum masuk panggul (sejajar)
Bagian terbesar kepala sudah masuk panggul
2/5 HIII+
(divergen)
1/5 HIII–IV Kepala di dasar panggul (divergen)
0/5 HIV Perineum (divergen)
Sumber : Saifuddin, 2014. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal, Jakarta, halaman-10.
c. Auskultasi
Menurut pemeriksaan auskultasi dilakukan
menggunakan stetoskop dan alat doppler. Janin yang dalam
keadaan sehat bunyi jantungnya teratur dan frekuensinya
antara 120‒140 per menit. Bila bunyi jantung kurang dari
120 per menit atau lebih dari 160 per menit atau tidak
teratur, maka janin dalam keadaan asfiksia (kekurangan
oksigen) (Marmi, 2011:188‒189).
d. His
His persalinan mempunyai ciri khas pinggang terasa
nyeri yang menjalar ke depan, sifatnya teratur, interval
semakin pendek, dan kekuatannya semakin besar,
mempunyai pengaruh terhadap perubahan serviks, semakin
beraktivitas (jalan) kekuatan semakin bertambah (Manuaba
et al, 2014: 173).
e. Pemeriksaan dalam
Menurut Cunningham (2006:338‒339) pemeriksaan
vagina secara aseptik paling sering dilakukan, kecuali jika
sudah ada ada perdarahan (bloody show) yang berlebihan.
Perhatian cermat terhadap hal-hal berikut penting untuk
mendapatkan sebanyak mungkin informasi dan untuk
mengurangi kontaminasi bakteri akibat pemeriksaan
berulang.
f. Pendataran serviks
Jika panjang serviks berkurang separuh, dikatakan 50
persen mendatar, bila serviks menjadi setipis segmen uterus
bawah di dekatnya, serviks dikatakan telah mendatar penuh
atau 100 persen.
g. Dilatasi serviks
Dilatasi serviks ditentukan dengan memperkirakan
diameter rata-rata bukaan serviks. Jari pemeriksa disapukan
dari tepi serviks di satu sisike sisi yang berlawanan, dan
diameter yang dilintasi yaitu 1‒10 cm. Serviks dikatakan
membuka penuh bila diameternya 10cm, karenabagian
terbawah ukuran bayi aterm biasanya dapat melewati serviks
yang membuka lebar.
h. Posisi serviks
Hubungan antara ostium serviks dengan kepala janin
dikategorikan sebagai posterior, posisi tengah, atau anterior.
Posisi posterior rmengesankan persalinan preterm.
i. Station
Ketinggian bagian terbawah janin dijalan lahir
digambarkan dalam hubungannya dengan spina iskhiadika
yang terletak di tengah-tengah antara pintu atas panggul dan
pintu bawah panggul. Jadi, saat bagian terbawah turun dari
pintu atas panggul menuju spina iskhiadika, disebut sebagai
station -5, -4, -3, -2, -1 lalu 0. Dibawah spina iskhiadika,
bagian terbawah janin melewati station +1, +2, +3, +4 dan +5
untuk lahir. Station +5 cm setara dengan kepala janin yang
terlihat di introitus.
j. Deteksi pecahnya selaput ketuban
Suatu diagnosis pasti pecahnya selaput ketuban
dibuat apabila cairan amnion terlihat berada di fornik
sposterior atau cairan jernih mengalir dari kanalis servisis.
Jika diagnosis tetap tidak pasti, metode lain yang dapat
digunakan adalah pengujian ph cairan vagina, ph sekret
vagina normalnya bekisar antara 4,5 dan 5,5, sementara
cairan amnion biasanya 7,0 -7,5.
Menurut Varney & Jan (2008: 711) frekuensi
pemeriksaan dalam pada wanita intrapartum yang normal
dianjurkan melakukan pemeriksaan dalam sebanyak 5 kali,
yakni:
a) Pada saat datang, untuk menetapkan informasi dasar.
b) Sebelum memutuskan jenis obat, jumlahnya, dan rute
pemberiannya.
6 minggu Normal 50 gr
8 minggu Normal 30 gr
b) Agama
Masa nifas menurut agama Islam dikatakan sudah suci 40 hari atau
minggu setelah kelahiran. (Sofian, 2015)
c) Pendidikan
Ditanyakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu pada saat
memberikan asuhan. Makin tinggi pendidikan seseorang klien maka
semakin mudah pula untuk mereka menerima informasi, dan pada
akhirnya makin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya.
d) Pekerjaan
Ibu bekerja tetap harus memberikan ASI kepada bayinya. Jika
memungkinkan bayi dapat dibawa ke tempat kerja ibu. Namun, hal
ini sulit apabila di tempat kerja tidak ada pojok laktasi, bila tempat
kerja ibu dekat dengan rumah, ibu dapat pulang untuk menyusui
bayinya pada waktu istirahat atau minta bantuan seseorang untuk
membawa bayinya ke tempat kerja.
2) Keluhan utama
Keluhan yang sering dialami ibu masa nifas antara lain sebagai berikut:
Nyeri setelah lahir, bendungan ASI, nyeri perineum, konstipasi,
hemoroid.
3) Riwayat kesehatan
a) Anemia
Anemia pada kala nifas dapat menyebabkan terjadi sub involusi
uteri, menimbulkan perdarahan post partum, memudahkan infeksi
puerperium, pengeluaran ASI berkurang, anemia kala nifas, mudah
terjadi infeksi mammae. (Manuaba, 2010)
b) Diabetes
Pengaruh penyakit diabetes terhadap kala nifas diantaranya adalah
mudah terjadi infeksi post partum, kesembuhan luka terlambat dan
cenderung infeksi mudah menyebar. (Manuaba, 2010)
c) Hipertensi
Ibu yang pernah mengalami episode hipertensi pada kehamilan
dapat terus mengalaminya hingga pasca partum.
d) HIV
Di negara maju, dimana kematian bayi yang terjadi oleh karena
pemberian susu formula sangat rendah, mungkin diperlukan untuk
tidak menganjurkan ibu dengan HIV positif untuk menyusui.
Sebaliknya, di negara berkembang dimana harga susu formula
relatif mahal, risiko terjadinya diare dan mal nutrisi karena
ketidakmampuan untuk menyediakan susu formula akan
berdampak lebih besar dari penularan HIV. (Saifuddin,2014)
e) Hepatitis
Ibu dengan hepatitis menyusui bayi tidak merupakan masalah.
Penelitian telah dibuktikan bahwa penularan melalui saluran cerna
membutuhkan titer virus yang jauh lebih tinggi dari pada penularan
parenteral. (Saifuddin,2014)
f) Penyakit TBC
Ibu dengan tuberculosis aktif tidak dianjurkan memberikan ASI
karenadapat menularkan padabayi. (Manuaba, 2010)
g) Jantung
Pengaruh penyakit jantung dalam masa pasca persalinan/nifas
yaitu setelah bayi lahir penderita dapat tiba-tiba jatuh kolaps, saat
laktasi kekuatan jantung diperlukan untuk membentuk ASI dan
mudah terjadi infeksi postpartum. (Manuaba, 2010)
4) Riwayat Kebidanan
a) Riwayat haid
Pemberian ASI, kembalinya menstruasi atau haid sulit
diperhitungkan dan bersifat individu. Sebagian besar menstruasi
kembali setelah 4 sampai 6 bulan. Selama kurun waktu 3 bulan
belum menstruasi, dapat menjamin bertindak sebagai kontrasepsi
(Manuaba, 2010). Biasanya wanita tidakakan menghasilkan telur
(ovulasi) sebelum ia mendapatkan lagi haidnya selama meneteki.
(Saifuddin, 2009)
b) Riwayat nifas yang lalu
Masa nifas yang lalu tidak ada penyakit seperti perdarahan post
partum dan infeksi nifas. Maka diharapkan nifas saat ini juga tanpa
penyakit. Ibu menyusui sampai usia anak 2 tahun. Ibu dengan
riwayat pengeluaran lochea purulenta, lochea stasis, infeksi uterin,
rasa nyeri berlebihan memerlukan pengawasan khusus. Dan ibu
meneteki kurang dari 2 tahun. Bendungan ASI sampai terjadi abses
payudara harus dilakukan observasi yang tepat. (Manuaba,2010)
c) Riwayat nifas sekarang
Terdapat pengeluaran lokhea rubra sampai hari ketiga berwarna
merah dan hitam, lokhea sanguinolenta hari keempat sampai
ketujuh warna putih bercampur merah, lokhea serosa hari ketujuh
sampai keempat belas warna kekuningan, lokhea alba setelah hari
keempat belas berwarna putih (Manuaba, 2012). Menurut
Ambarwati (2010) tanggal persalinan, jenis persalinan, jenis
kelamin anak, keadaan bayi meliputi PB, BB, penolong persalinan.
d) Riwayat KB
Metode amenorhe laktasi (MAL) dapat dilakukan segera setelah
IMD. (Saifuddin,2009)
e) Pola kebiasaan sehari-hari
(1) Nutrisi
Ibu menyusui harus mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap
hari. Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari (dianjurkan ibu untuk
minum setiap kali menyusui). Makan dengan diet berimbang
untuk mendapatkan protein, mineral, dan vitamin yang cukup.
Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi setidaknya
selama 40 hari pasca salin. Minum kapsul vitamin A (200.000
unit) agar bisa memberikan vitamin A kepada bayinya melalui
ASI. (Saifuddin, 2009)
(2) Eliminasi
Buang air kecil dapat dilakukan sendiri secepatnya (Sofian,
2015). Buangair besar harus dilakukan 3‒4 hari pasca
persalinan, apabila masih sulitbuang air besar dan terjadi
obstipasi apalagi buang air besar keras dapat diberikan obat
laksatif per oral atau per rektal (Sofian, 2015). Pasca melahirkan
ibu sering mengalami konstipasi. (Sari, 2014)
(3) Personal Hygiene
Ibu diajarkan bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan
sabun dan air. Ibu disarankan untuk mengganti pembalut atau
kain pembalut setidaknya dua kali sehari. Sarankan ibu untuk
mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah
membersihkan daerah kelaminnya (Saifuddin, 2009). Pakaian
agak longgar terutama di daerah dada sehingga payudara tidak
tertekan. Daerah perut tidak perlu diikat dengan kencang karena
tidak akan memengaruhi involusi. Pakaian dalam sebaiknya
yang menyerap, sehingga lochea tidak memberikan iritasi pada
sekitarnya. Kasa pembalut sebaiknya dibuang setiap saat terasa
penuh dengan lochea. (Manuaba, 2010)
(4) Istirahat
Masa nifas dianjurkan untuk beristirahat cukup untuk mencegah
kelelahan, sarankan ibu untuk kembali ke kegiatan rumah
tangga secara perlahan, serta untuk tidur siang atau beristirahat
selagi bayi tidur. Istirahat yang kurang akan mempengaruhi ibu
dalam beberapa hal yaitu mengurangi jumlah ASI yang
diproduksi, memperlambat proses involusi uterus dan
memperbanyak perdarahan, menyebabkan depresi dan
ketidakmampuan untuk merawat bayi dan dirinya sendiri.
(Saifuddin, 2009)
(5) Aktivitas
Aktivitas ibu nifas terbatas karena keletihan setelah persalinan
dan nyeri luka perineum. Nyeri akibat laserasi atau episiotomi
dapat mengganggu aktivitas ibu pasca salin, sehingga perlu
tindakan kenyamanan perineum untuk meredakan
ketidaknyamanan tersebut. Sedikit ibu yang setelah melakukan
persalinan takut untuk melakukan mobilisasi karena takut
merasa sakit atau menambah perdarahan. Anggapan ini tidak
tepat karena 6 jam setelah persalinan normal dan 8 jam setelah
persalinan caesar, ibu sudah dianjurkan untuk melakukan
mobilisasi dini. Senam nifas tentunya dilakukan secara bertahap
hari demi hari. Bentuk latihan senam antara ibu yang habis
persalinan normal berbeda dengan caesar. Pada ibu yang
mengalami persalinan caesar, beberapa jam setelah keluar dari
kamar operasi, pernafasanlah yang dilatih guna mempercepat
penyembuhan luka operasi, sementara latihan untuk
mengencangkan otot perut dan melancarkan sirkulasi darah
ditungkai baru dilakukan 2‒3 hari setelah ibu dapat bangun dari
tempat tidur. Sedangkan pada persalinan normal, bila keadaan
ibu cukup baik, semua gerakan senam bisa dilakukan. Untuk
ibu-ibu yang mengalami komplikasi selama persalinan tidak
boleh melakukan senam nifas dan juga untuk penderita kelainan
seperti jantung, ginjal atau DM justru ibu tersebut harus istirahat
total sekitar 2 minggu post partum. Untuk Ibu pada persalinan
normal dan bila tidak dibatasi oleh pemasangan infus juga tanda
vital maka ibu dapat mulai melakukan ambulasi dini seperti ke
kamar mandi untuk BAK sendiri dan senam nifas 24 jam setelah
persalinan. (Sari, 2014)
(6) Riwayat ketergantungan
Menurut Leveno (2009) menyusui dikontraindikasikan bagi
wanita yang menggunakan obat-obatan terlarang, tidak dapat
menghentikan alkohol, dan sedang menjalani terapi kanker
payudara. Obat pilihan bagi ibu menyusui antara lain obat
analgesik (asetaminofen, ibuprofen, flurbiprofen, ketorolak,
asam mefenamat, sumatriptan, morfin), obat antikoagulan
(warfarin, asenokumarol, heparin), obat antidepresa (sertralin,
obat anti depresan trisiklik), obat antiepilepsi (karbamazepin,
fenitoin, asam valporat), antihistamin (loratadin), antimikroba
(penisilin, sefalosporin, aminoglikosida, makrolid), antagonis
adrenalik-β (labetalol, propranolol), obat endokrin
(propilitiourasil, insulin, levotiroksin), glukokortikoid (prednison
dan prednisolon). Obat yang dikontraindikasikan selama
menyusui yaitu bromokriptin, kokain, siklofosfamid, siklosporin,
doksorubisin, litium, metotreksat, fensiklidin, fenindion, iodium
radioaktif dan unsurberlabel radioaktif lainnya.
(7) Latar belakang sosial budaya
Dimasa lampau perawatan puerpurium sangat konservatif.
Wanita yang mengalami masa puerpurium diharuskan tidur
telentang selama 40 hari. Dampak sikap demikian pernah
dijumpai di Surabaya, terjadi adhesi antara labium minus dan
labium mayus kanan dan kiri, dan telah berlalu hampir 10 tahun
(Manuaba, 2010). Menurut Saifuddin (2009) kebiasaan yang
tidak bermanfaat bahkan membahayakan, antara lain :
(a) Menghindari makanan berprotein, seperti ikan atau telur
karena ibu menyusui perlu tambahan kalori sebesar 500
kalori/hari.
(b) Penggunaan bebat perut segera pada masa nifas (2‒4 jam
pertama).
(c) Penggunaan kantong es batu pada masa nifas (2‒4 jam
pertama).
(d) Penggunaan kantong es batu atau pasir untuk menjaga
uterus berkontraksi karena merupakan perawatanyang tidak
efektif untuk atonia uteri.
(e) Memisahkan bayi dari ibunya untuk masa yang lama pada 1
jam setelah kelahiran karena masa transisi adalah masa
kritis untuk ikatan batin ibu dan bayi untuk mulai menyusui.
(8) Psikososial
Masa nifas kecemasan seorang wanita bertambah. Masa nifas
merupakan masa yang rentan dan terbuka untuk bimbingan dan
pembelajaran. Perubahan peran seorang ibu memerlukan
adaptasi. Menurut Rubin dan Bahiyatun (2013) perubahan
psikologi pada masa nifas terdiri dari tiga tahap yaitu :
- Periode taking in : tingkah laku ibu tergantung orang lain,
mengenang pengalaman melahirkan, nafsu makan
bertambah dan hanya fokus pada dirinya sendiri, terjadi
pada1‒2 hari sesudah melahirkan.
- Periode taking hold : terjadi pada 2‒4 hari post partum, ibu
berusaha keras untuk menguasai keterampilan untuk
merawat bayi, perhatian terhadap fungsi-fungsi tubuh, serta
terbuka untuk menerima pengetahuan dan kritikan yang
bersifat pribadi.
- Periode letting go : terjadi setelah ibu pulang ke rumah dan
sangat berpengaruh terhadap waktu dan perhatian yang
diberikan oleh keluarga, ibu mengambil tanggung jawab
terhadap perawatan bayi dan pada periode ini umumnya
terjadi depresi postpartum.
(9) Seksual
Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu
darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua
jarinya ke dalam vagina tanpa rasa nyeri. Begitu darah merah
berhenti aman untuk memulai melakukan hubungan suami istri
kapan saja ibu siap. Budaya yang mempunyai tradisi menunda
hubungan suami istri sampai masa waktu tertentu, misalnya
setelah 40 hari atau 6 minggu setelah persalinan. Keputusan
tergantung pada pasangan yang bersangkutan. (Saifuddin,
2009)
V. IdentifikasiKebutuhanDanTindakanSegera
Menggambarkan sifat asuhan kebidananyang bersifat terus-
menerus, dimana diagnosa atau masalah aktual dan potensial yang telah
di tetapkan sebelumnya, data-data yang diperoleh perlu dievaluasi
kembali untuk memastikan kemungkinan pemberian tindakan dalam
situasi emergency (tindakan segera) dalam rangka upaya menyelamatkan
klien atas indikasi-indikasi tertentu. Mencakup tentang tindakan segera
untuk menangani diagnosa/masalah potensial yang dapat berupa
konsultasi, kolaborasi dan rujukan. (Sulistyawati, 2012)
VII. Evaluasi
Mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan asuhan yang
diberikan. Selain terhadap permasalahan klien, bidan juga harus
mengenal apakah rencana yang telah ditetapkan dapat dilakukan dengan
baik atau mungkin timbul masalah baru. (Varney,2012).
S : Untuk mengetahui seberapa paham pasien terhadap intruksi bidan
O : Untuk mengetahui perkembangan kondisi pasien
A : Untuk membuat diagnose terhadap kondisi yang sedang pasien alami
P : Untuk merencanakan asuhan yang tepat bagi pasien.
10)Kulit bayi terlihat kuning. Berbahaya jika warna kuning muncul hari
pertama (kurang dari 24 jam) setelah lahir, ditemukan pada umur lebih
dari 14 hari, kuning sampai telapak tangan dan kaki.
e) Imunisasi
Tiga jenis imunisasi awal yang diberikan di rumah sakit setelah bayi
lahir yaitu Hepatitis B (diberikan minimal 3 kali dalam rentan waktu 6
bulan). Polio yang diberikan 3 kali dalam selang waktu 6- 8 minggu. BCG
yang diberikan dilenganatas minimal 1 kali.
f) Perawatan Harian Rutin
1) Berikan ASI sesuai dengan kebutuhan setiap 2-3 jam (paling
sedikitnya setiap 4 jam).
2) Pertahankan agar bayi selalu dengan ibu.
3) Jaga bayi dala keadaan bersih, hangat dan kering, dengan mengganti
popok dan selimut sesuai dengan keperluan. Pastikan agar bayi tidak
terlalu hangat dan dingin.
4) Jaga tali pusat dalam keadaan bersih dankering.
5) Pegangi, sayangi dan nikmati waktu saat sedang bersama bayi.
6) Awasi masalah dan kesulitan pada bayi dan minta bantuan jika perlu.
7) Jaga keamanan bayi terhadap trauma dan penyakit/infeksi.
8) Ukur suhu tubuh bayi jika bayi tampak sakit atau menyusu kurang.
g) Pencegahan Infeksi
Infeksi yang terjadi pada bayi baru lahir ada dua yaitu early
infection (infeksi dini) dan late infection (infeksi lambat) disebut infeksi dini
karena infeksi diperoleh dari si ibu saat masih dalam kandungan.
Sementara infeksi lambat adalah infeksi yang diperoleh dari lingkungan
luar, bisa lewat udara atau tertular dari orang lain. Beragam infeksi bisa
terjadi pada bayi baru lahir seperti herpes, toksoplasma, rubella, hepatitis,
exim, infeksi saluran kemih, infeksi telinga, infeksi kulit, infeksi saluran
pernafasan akut (ISPA) dan HIV/AIDS.
h) Kecelakaan
Bayi umumnya kecelakaan terjadi karena jatuh, tergores benda
tajam, tersedak, tercekik atau tanpa sengaja menelan obat-obatan dan
bahan kimia yang ditaruh disembarang tempat. Biasanya kecelakaan ini
disebabkan karena kelalaian dari orang dewasa disekitarnya. (Asnah,
2015:42-43)
b) Eliminasi
BAK bayi normalnya mengalami berkemih 8 sampai 10 kali
atau popok kotor per hari (Walsh, 2012). Urine pertama
dikeluarkan dalam 24 jam pertama dan setelahnya dengan
frekuensi yang semakin sering seiring meningkatnya asupan
cairan. Urine encer, berwarna kuning dan tidak berbau. Bayi dapat
defekasi 8-10 kali per hari atau berdefekasi tidak teratur sekitar 2
atau 3 hari. Feses bayi yang diberi susu botol berwarna lebih
pucat, setengah padat, sedikit asam, dan memiliki bau yang tajam.
c) Istirahatdan tidur
Semenjak aktivasi pernapasan pada saat lahir, bayi tetap
terjaga dan reaktif terhadap rangsang untuk jangka waktu sekitar 1
jam, lalu rileks dan tidur. Lama tidur pertama ini bervariasi dari
beberapa menit hingga beberapa jam, dan diikuti periode ke-2
reaktivitas.
Pada awalnya periode terbangun berhubungan dengan rasa
lapar, tetapi setelah beberapa minggu periode terbangun
berlangsung lebih lama memenuhi kebutuhan terhadap interaksi
sosial. Bayi baru lahir tidur 16-18 jam sehari, paling sering waktu
45 menit sampai 2 jam. Bayi dapat menangis sedikitnya 5 menit
per hari sampai sebanyak-banyaknya 2 jam per hari. (Walsh,
2012).
d) Personal hygiene
Bayi dimandikan ditunda sampai sedikitnya 4-6 jam setelah
kelahiran, setelah suhu bayi stabil. Mandi selanjutnya 2‒3 kali
seminggu. Mandi menggunakan sabun dapat menghilangkan
minyak dari kulit bayi, yang sangat rentan untuk mengering.
Pencucian rambut hanya perlu dilakukan sekali atau dua kali
dalam seminggu. Pemakaian popok harus dilipat sehingga
puntung tali pusat terbuka ke udara, yang mencegah urine dan
feses membasahi tali pusat. Popok harus diganti beberapa kali
sehari ketika basah (Walsh, 2012). Perawatan tali pusat dengan
menjaga agar tali pusat tetap kering dan bersih. Cuci tangan
dengan sabun sebelum merawat tali pusat. (Saifuddin, 2014)
e) Aktivitas
Bayi dapat menangis sedikitnya 5 menit per hari sampai
sebanyak-banyaknya 2 jam per hari, bergantung pada
temperamen individu. Alasan paling umum untuk menangis adalah
lapar, ketidaknyamanan karena popok basah, suhu ekstrim, dan
stimulasi berlebihan (Walsh, 2012). Bayi normal melakukan
gerakan-gerakan tangan dan kaki yang simetris padawaktu
bangun. Adanya tremor pada bibir, kaki dan tangan pada waktu
menangis adalah normal, tetapi bila hal ini terjadi pada waktu tidur,
kemungkinan gejala kelainan yang perlu dilakukan pemeriksaan
lebih lanjut. (Saifudin, 2009)
f) Psikososial
Kontak kulit dengan kulit juga membuat bayi lebih tenang
sehingga didapat pola tidur yang lebih baik (Saifudin, 2014). Bayi
baru lahir waspada dan sadar terhadap lingkungannya saat ia
terbangun. Bayi bereaksi terhadap rangsang dimulai pada usia
yang sangat dini untuk mengumpulkan informasi tentang
lingkungannya (Fraser dan Cooper, 2009). Menurut Kemenkes RI
(2016) pada usia 1 bulan bayi sudah dapat : Menatap ke ibu,
mengeluarkan suara o…o…, tersenyum dan menggerakkan
tangan dan kaki.
- Diameterbitemporalis :8-10cm
(d) Lingkar dada : 33-38cm
(e) Lingkar lengan : ± 11cm
Untuk nilai normal berat badan, panjang dan lingkar kepala bayi
dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel Mean Berat Badan, Panjang, dan Lingkar Kepala Bayi Cukup Bulan
Usia gestasi Lingkat kepala
Berat (gram) Panjang (cm)
(minggu) (cm)
38 3050 48,3 33,6
39 3225 49,0 34,0
40 3364 49,5 34,3
41 3501 50,2 34,7
42 3598 50,5 34,9
Sumber :Varney, Helen. 2008. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Volume 2
Edisi 4. Jakarta, halaman 923.
2) Pemeriksaan fisik
a) Kepala
Kedua fontanel teraba dengan mudah, tidak menonjol dan
meregang serta terasa denyutan di atas fontanel. Rambut bayi
lembut dan halus, beberapa bayi umumnya tidak memiliki rambut,
sedangkan sebagian bayi lainnya memiliki rambut yang lebat
(Fraser dan Cooper, 2009). Ubun-ubun belakang menutup pada
minggu ke-6 sampai ke-8. Ubun-ubun depan tetap terbuka hingga
bulan ke-18. (Fraser dan Cooper, 2009)
b) Mata
Pupil harus sama dan reaktif terhadap cahaya, terjadi
refleks merah/orange menunjukkan kornea dan lensa normal.
Inspeksi bagian iris, untuk mengetahui bagian titik putih pada iris
sebagai bercak Brush field, dikaitkan dengan trisomi 21 (sindrom
down). Sklera harus diperiksa adanya hemoragi. Kemerahan pada
konjungtiva dapat mengidentifikasikan adanya infeksi. (Walsh,
2012)
c) Hidung
Kaji bentuk dan lebar hidung, pada bayi cukup bulan
lebarnya harus lebih dari 2,5 cm. Periksa adanya pernafasan
cuping hidung, jika cuping hidung mengembang menunjukkan
adanya gangguan pernapasan. (Marmi, 2015)
d) Mulut
Simetris,tidak ada sumbing (skizis), refleks hisap kuat,
saliva berlebihan dikaitkan dengan fistula atau atresia trakeo
esofagus (Walsh, 2012). Salivasi tidak terdapat pada bayi normal.
Bila terdapat secret yang berlebihan, kemungkinan ada kelainan
bawaan saluran cerna. Kelainan yang dapat dijumpai yaitu labio
skisis, labio palato skisis, labio palatogenatoskisis.
e) Telinga
Tulang kartilago telinga telah sempurna dibentuk. Telinga
harus menempel pada titik garis horizontal dari kantus luar mata.
Kartilago harus keras dan berkembang baik. Pendengaran kasar
harus utuh. Bayi harus terkejut dengan bunyi keras dan mampu
memalingkan perhatian ke arah suara yang dikenalnya. (Walsh,
2012)
f) Leher
Periksa adanya trauma leher yang dapat menyebabkan
kerusakan pada fleksus brakhialis. Adanya lipatan kulit yang
berlebihan di bagian belakang leher menunjukkan adanya
kemungkinan trisomi 21 (Marmi, 2015). Bayi harus mempunyai
gerak penuh dan simetris. Dalam perabaan, tidak teraba massa
dan pembesaran tiroid, tidak ada krepitus atau fraktur (Walsh,
2012). Leher kaku atau kaku kuduk menunjukkan adanya infeksi
neonatorum. (Manuaba, 2010)
g) Dada
Periksa kesimetrisan gerakan dada saat bernapas. Dada
yang tidak simetris kemungkinan bayi mengalami pneumotoraks,
paresis diafragma atau hernia . Tarikan sternum atau interkostal
pada saat bernafas perlu diperhatikan. Bayi cukup bulan, puting
susu sudah terbentuk baik dan tampak simetris (Marmi, 2015).
Bentuk dada normal, pada bayi aterm biasanya memiliki ukuran
jaringan payudara lebih besar dari 5 mm. Puting yang lebar sering
terlihat pada sindrom Turner. Pernapasan tidak tampak kesulitan,
tidak ada retraksi interkostal, substernal atau suprasternal,
gerakan pernapasan harus simetris. Auskultasi jantung meliputi
frekuensi, irama, dan adanya murmur. Murmur sistolik derajat II
pada hari pertama kehidupan adalah normal. (Walsh, 2012)
h) Punggung
Benjolan atau tumor dan tulang punggung dengan lekukan
yang kurang sempurna meliputi kifosis, skoliosis, lordosis. Lihat
punggung dan raba tulang belakang untuk mengetahui adanya
benjolan (Spina bifida). (Kemenkes RI, 2012)
i) Abdomen
Kaji adanya pembengkakan. Perut cekung kemungkinan
terdapat hernia diafragmatika. Abdomen yang membuncit
kemungkinan karena hepatos plenomegali atau tumor lainnya. Jika
perut kembung kemungkinan adanya entero kolitis vesikalis,
omfalokel atau ductus omfalo entriskus persisten (Marmi, 2015).
Kulit abdomen utuh. Normalnya abdomen simetris, lunak, bulat,
tidak ada massa, tidak menonjol atau cekung. Bising usus
terdengar paling cepat 15 menit setelah kelahiran, normalnya
bising gemuruh terdengar setiap 10-20 detik. Inspeksi tali pusat
ditemukan adanya 3 pembuluh darah. Tali pusat mulai mengering
antara beberapa jam kelahiran sampai 3 hari dan biasanya
mengisut atau menghitam pada hari ke-2 sampai ke-3 kehidupan.
Bau menyengat, kemerahan, atau rabas purulen pada dasar tali
pusat dikaitkan dengan infeksi. (Walsh, 2012)
j) Genetalia
(1) Laki-laki
Bayi laki-laki panjang penis 3-4 cm dan lebar 1-1,3 cm.
Periksa adanya hipospadia dan epispadia (Marmi, 2015). Pada
neonatus laki-laki lokasi meatus uretra harus tepat di ujung
penis. Hipospadia menunjukkan meatus ada di ventral. Kulup
normalnya melekat pada glans, dan retraksi tidak boleh
dilakukan. Skrotum mungkin mengalami edema atau
pembesaran. Hidrokel (cairan di sekitar testis) umum terjadi
dan biasanya menghilang pada usia 1 tahun. (Walsh, 2012)
(2) Perempuan
Terkadang tampak adanya secret yang berdarah dari
vagina, hal ini disebabkan oleh pengaruh hormon ibu
(withdrawl bedding). Bayi cukup bulan, labia mayora menutupi
labia minora. Lubang uretra terpisah dengan lubang vagina
(Marmi, 2015). Kemungkinan ada mukoid atau sedikit raba
darah yang terlihat pada usia 2 sampai 7 hari, akibat efek
sementara dari estrogen ibu.
k) Anus
Periksa adanya kelainan atresia ani, kaji posisinya (Marmi,
2015: 59).Terdapat lubang anus yang dalam 24 jam pertama dapat
mengeluarkan meconium. (Marmi, 2015)
l) Ekstremitas
Ukuran setiap tulang harus proporsional untuk ukuran
seluruh tungkai dan tubuh secara umum. Tungkai harus simetris
harus terdapat 10 jari. Telapak harus terbuka secara penuh untuk
memeriksa jari ekstra dan lekukan telapak tangan. Sindaktili
adalah penyatuan atau penggabungan jari-jari, dan polidaktili
menunjukkan jari ekstra. Kuku jari harus ada pada setiap jari.
Panjang tulang pada ekstremitas bawah harus dievaluasi untuk
ketepatannya. Lekukan harus dikaji untuk menjamin simetrisitas.
Bayi yang lahir dengan presentasi bokong berisiko tinggi untuk
mengalami kelainan panggul kongenital. (Walsh, 2012)
m) Kulit dan kuku
Bayi matur memiliki garis kulit di daerah telapak tangan dan
telapak kaki. Kuku telah sempurna terbentuk dan melekat di ujung
jari, terkadang sedikit lebih panjang dari pada ujung jari. Kulit bayi
baru lahir yang normal tipis, halus dan mudah sekali mengalami
trauma akibat desakan, tekanan atau zat yang memiliki pH
berbeda. Rambut halus disebut dengan lanugo, menutupi kulit dan
banyak terdapat di bahu, lengan atas dan paha. Warna kulit bayi
bergantung pada asal suku, bervariasi mulai dari merah muda dan
putih hingga coklat kekuningan atau coklat.
3) Pemeriksaan Neurologis
a) Reflek Primitif
(1) Refleks Moro
Reflek moro didapat dengan cara memberikan isyarat
kepada bayi, dengan satu teriakan kencang atau gerakan yang
mendadak. Respons neonatus berupa menghentakkan tangan
dan kaki lurus ke arah luar, sedangkan lutut fleksi. Tangan
kemudian akan kembali lagi ke arah dada seperti posisi bayi
dalam pelukan. Jari-jari nampak terpisah, membentuk huruf C,
dan bayi mungkin menangis. Refleks ini bersifat simetris dan
biasanya terjadi selama 8 minggu pertama kehidupan.
Penyebab utama tidak simetrisnya refleks Moro adalah fraktur
humerus atau hal lain klavikula, palsi pleksus brakialis. Moro
tidak ditemukan, hal ini merupakan tanda adanya kerusakan
otak atau imaturitas. Refleks yang menetap di atas umur 6
bulan menandakan adanya keterlambatan mental.
(2) Refleks Menggenggam
Cara mengecek reflek menggenggam adalah dengan
menstimulasi telapak tangan bayi dengan sebuah objek, atau
dengan jari pemeriksa. Respons bayi berupa menggenggam
dan memegang dengan erat sehingga dapat diangkat sebentar
dari tempat tidur. Reflek ini akan hilang 3-4 bulan.
(3) Refleks Hisap (Suckling reflek)
Benda menyentuh bibir bayi disertai refleks menelan.
Tekanan pada mulut bayi pada langit bagian dalam gusi atas
timbul isapan yang kuat dan cepat. Dilihat pada waktu bayi
menyusu. Reflek ini akan menghilang seiring usia bayi.
(4) Reflek Mencari (Rooting)
Bayi menoleh ke arah benda yang menyentuh pipi.
Misalnya mengusap pipi bayi dengan lembut, bayi menolehkan
kepalanya ke arah jari kita dan membuka mulutnya.
(5) Reflek Menetap
Menurut Fraser dan Cooper (2009) menjelaskan bahwa
bayi mempunyai beberapa reflek menetap yang meliputi:
(a) Reflek melangkah dan berjalan
Bayi disangga pada posisi tegak dengan kaki
menyentuh permukaan datar, bayi seperti mencoba
berjalan. Jika digendong dengan tibia menyentuh ujung
meja, bayi akan mencoba menaiki meja tersebut (refleks
perubahan ekstremitas).
(b) Reflek muntah, batuk, dan bersin melindungi bayi dari
sumbatanjalannafas.
(c) Reflek berkedip dan kornea ini melindungi mata dari
trauma.
(d) Reflek tonus leher yaitu gerakan spontan otot kuduk pada
bayi normal, bila ditengkurapkan akan secara spontan
memiringkan kepalanya.
(e) Reflek menarik
Jika bayi ditarik pergelangan tangannya hingga
posisi duduk,kepalabayi pada awalnyajatuh
kebelakangkearah dada.
(f) Reflekventral
Jika ditahan pada tangan pemeriksa dengan posisi
telengkup, bayi akan menahan posisi kepala dengan
badannya dan menekuk ekstrenitasnya. Reflek dan respon
tersebut merupakan mekanisme pertahanan diri, yang
memang ditunjukkan untuk menarik perhatian sang ibu
terhadap bayinya sehingga meningkatkan perlekatan antara
ibu dan bayinya.
VII. Evaluasi
Tindakan pengukuran antara keberhasilan dalam melaksanakan
tindakan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan tindakan yang
dilakukan sesuai kriteria hasil yang ditetapkan dan apakah perlu untuk
melakukan asuhan lanjutan atau tidak. Pendokumentasian menggunakan
SOAP.
S : Data diperoleh dari keterangan/keluhan ibu langsung
O :Data diperoleh dari hasil pemeriksaan yang didapat secara
keseluruhan
A : Diagnosa yang ditetapkan dari data subyektif dan objektif
P : Perencanaan yang dilakukan sesuai diagnosis
E. KONSEP DASAR KB
1. Pengertian
Program Keluarga Berencana memungkinkan pasangan dan individu
untuk memutuskan secara bebas dan bertanggung jawab jumlah anak dan
jarak umur antar anak (spacing) yang mereka inginkan, cara untuk
mencapainya, serta menjamin tersedianya informasi dan berbagai metode
yang aman dan efektif.
Berdasarkan UU No 52 Tahun 2009, Keluarga Berencana adalah
upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan umur ideal melahirkan, mengatur
kehamilan, melalui promosi, perlindungan, dan bantuan sesuai dengan hak
reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas. Pelayanan KB
merupakan salah satu strategi untuk mendukung percepatan penurunan
Angka Kematian Ibu (AKI) melalui mengatur waktu, jarak dan jumlah
kehamilan, kemudian untuk mencegah atau memperkecil kemungkinan
seorang perempuan hamil mengalami komplikasi yang membahayakan jiwa
atau janin selama kehamilan, persalinan dan nifas, dan mencegah atau
memperkecil terjadinya kematian pada seorang perempuan yang mengalami
komplikasi selama kehamilan, persalinan dan nifas.
2. Tujuan Program KB
a) Tujuan Umum untuk mewujudkan visi dan misi program KB yaitu
membangun kembali dan melestarikan fondasi yang kokoh bagi
pelaksanaan program KB untuk mencapai keluarga berkualitas
b) Tujuan Khusus untuk memperbaiki kesehatan dan kesejahteraan ibu,
anak, keluarga dan bangsa; mengurangi angka kelahiran untuk
menaikkan taraf hidup rakyat dan bangsa ; memenuhi permintaan
masyarakat akan pelayanan KB yang berkualitas, termasuk upaya-upaya
menurunkan angka kematian ibu, bayi, dan anak serta penanggulangan
masalah kesehatan reproduksi
3. Sasaran Program KB
Sasaran Keluarga Berencana dibagi menjadi dua yaitu sasaran secara
langsung dan sasaran tidak langsung. Adapun sasaran secara langsung
adalah Pasangan Umur Subur (PUS) yang bertujuan untuk menurunkan
tingkat kelahiran dengan cara penggunaan kontrasepsi secara berkelanjutan.
Sedangkan untuk sasaran tidak langsungnya adalah pelaksana dan
pengelola KB, dengan tujuan menurunkan tingkat kelahiran hidup melalui
pendekatan kebijaksanaan kependudukan terpadu dalam rangka mencapai
keluarga yang berkualitas, keluarga sejahtera.
4. Manfaat Program KB
Ada beberapa manfaat untuk berbagai pihak dari adanya program KB
a) Manfaat bagi Ibu Untuk mengatur jumlah anak dan jarak kelahiran
sehingga dapat memperbaiki kesehatan tubuh karena mencegah
kehamilan yang berulang kali dengan jarak yang dekat. Peningkatan
kesehatan mental dan sosial karena adanya waktu yang cukup untuk
mengasuh anak, beristirahat dan menikmati waktu luang serta melakukan
kegiatan lainnya
b) Manfaat bagi anak yang dilahirkan Anak dapat tumbuh secara wajar
karena ibu yang hamil dalam keadaan sehat. Setelah lahir, anak akan
mendapatkan perhatian, pemeliharaan dan makanan yang cukup karena
kehadiran anak tersebut memang diinginkan dan direncanakan
c) Bagi suami Program KB bermanfaat untuk memperbaiki kesehatan fisik,
mental, dan sosial karena kecemasan berkurang serta memiliki lebih
banyak waktu luang untuk keluarganya
IUD/ AKDR
1. Definisi
- AKDR adalah suatu alat kontrasepsi yang dimasukkan ke dalam
rahim yang bentuknya bermacam-macam terdiri dari plastik. (Buku
Kapita Selekta Peningkatan Pelayanan Kontrasepsi)
- IUD adalah alat kotrasepsi yang fleksibel yang dimasukkan ke
dalam rongga uterus yang mengubah transfer sperma tuba dan
uterus sehingga fertilisasi tidak terjadi. (Buku Keperawatan Ibu–
Bayi Baru Lahir).
- IUD adalah alat yang diletakkan di dalam rongga rahim untuk
mencegah terjadinya kehamilan. (Kamus Kedokteran).
2. Jenis
- AKDR Cu T– 380 A Kecil, kerangka dari plastik yang flesibel,
berbentuk T diselubungi oleh kawat halus yang terbuat dari
tembaga (Cu). Tersedia di Indonesia dan terdapat dimana-mana.
- AKDR lainnya adalah Nova T (schering).
3. Cara Kerja AKDR Cu T–380 A
- Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba fallopi
- Mempengaruhi fertilitas sebelum ovum mencapai kavum uteri.
- AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu,
walaupun AKDR membuat sperma sulit masuk ke dalam alat
reproduksi perempuan dan mengurangi kemampuan sperma
fertilasi.
- Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus.
4. Keuntungan
- Sebagai kontrasepsi, efektivitasnya tinggi.
- AKDR dapat efektif segera setelah pemasangan.
- Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT–380 A dan
tidak perlu diganti).
- Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ingat.
- Tidak mempengaruhi hubungan seksual.
- Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut hamil.
- Tidak adaya efek samping hormonal dengan CuT–380 A.
- Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI.
- Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus.
- Dapat digunakan sampai menopause.
- Tidak ada interaksi dengan obat-obat.
- Membantu mencegah kehamilan ektopik.
5. Kerugian
a) Efek samping yang umum terjadi
- Perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama).
- Haid lebih lama dan banyak.
- Spotting.
- Saat haid lebih sakit.
- Keputihan/flour albus.
b) Komplikasi lain
- Merasakan sakit dan kejang selama 3–5 hari setelah
pemasangan.
- Perdarahan berat pada waktu haid atau diantaranya yang
menyebabkan anemia.
- Perforasi dinding uterus.
c) Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS
d) Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau
perempuan yang sering berganti pasangan.
e) Penyakit radang panggul terjadi sesudah perempuan dengan IMS
memakai AKDR, PRP dapat memicu infertilitas.
f) Prosedur medis, termasuk pemeriksaan pelvic diperlukan dalam
pemasangan AKDR seringkali perempuan takut selama
pemasangan.
g) Sedikit nyeri dan spotting terjadi segera setelah melakukan
pemasangan AKDR klien tidak dapat melepas AKDR oleh dirinya
sendiri.
h) Mungkin AKDR keluar dari uterus tanpa diketahui.
i) Tidak mencegah kehamilan ektopik.
j) Perempuan harus memeriksa posisi benang AKDR dari waktu ke
waktu.
6. Persyaratan Pemakaian
a) Yang dapat menggunakan
- Usia reproduktif.
- Keadaan Nilapara.
- Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang.
- Menyusui yang menginginkan menggunakan kontrasepsi.
- Setelah melahirkan dan tidak menyusui bayinya.
- Setelah mengalami abortus.
- Resiko rendah IMS.
- Tidak menghendaki metode hormonal.
- Tidak menyukai mengingat-ingat minum pil.
b) AKDR dapat juga dipasang pada ibu dalam segala kemungkinan
keadaan :
- Perokok
- Pasca keguguran.
- Sedang memakai antibiotik.
- Gemuk ataupun kurus.
- Sedang menyeusui.
c) Begitu juga ibu dalam keadaan :
- Penderita tumor jinak payudara.
- Penderita kanker payudara.
- Pusing-pusing, sakit kepala.
- Tekanan darah tinggi.
- Varises di tungkai atau di vulva.
- Pernah menderita stroke.
- Penderita penyakit jantung.
- Penderita Diabetes.
- Malaria.
- Skistocomiasis.
- Epilepsi.
- Setelah pembedahan pelvik.
- Setelah kehamilan ektopik.
d) Yang tidak diperkenankan menggunakan AKDR
- Sedang hamil.
- Perdarahan vagina yang tidak diketahui.
- Sedang menderita infeksi alat genetal.
- Penyakit trofoblas yang ganas.
- Diketahui menderita TBC pelvik.
- Kanker alat genital.
- Ukuran rongga rahim < 5 cm.
3. Palpasi:
- Leher : Adakah bendungan vena jugularis.
- Abdomen : Ada tidak pembesaran hepar/tumor.
4. Auskultasi :
- Dada : Apakah ada bronchi, wheezing.
- Perut : Bagaimana bising usus.
5. Perkusi :
- Abdomen : Kembung atau tidak.
II. Identifikasi Diagnosa, masalah, kebutuhan
Dx : Akseptor KB IUD Cu T-380 A dengan flour albus.
DS : Ibu mengatakan telah memakai IUD sudah 2x, dan sudah 1 minggu
ini keputihan rasanya gatal dan berbau, serta ada bercak darah
sedikit-sedikit, rasa nyeri pada atas sympisis, nyeri saat coitus,
pasang IUD sudah 4 tahun.
V. Intervensi
a. Dx : Akseptor KB IUD Copper T-380 A dengan flour albus.
DS : Ibu mengatakan memakai IUD selama 4 tahun, pasang IUD
sudah 2x, keputihan berbau warna agak kuning, nyeri saat
koitus, keluar darah sedikit-sedikit.
DO : Keputihan yang keluar warna agak kuning, berbau, ada nyeri
tekan di atas syimpisis.
b. Tujuan :
Ibu tidak merasa khawatir.
c. Kriteria Hasil
- Flour fisiologis (jernih, kental, tidak berbau, dan tidak gatal pada
alat vital.
- Tidak ada spotting.
- Tidak ada nyeri saat koitus.
- Ibu merasa aman dan tenang.
- Ibu siap menjaga kebersihan secara baik dan benar.
d. Intervensi:
- Petugas diharapkan menjelaskan hasil pemeriksaan secara
detail kepada akseptor.
R/ : Dengan penjelasan yang detail dan jelas dan dimengerti,
akseptor diharap merasa aman dan tenang
- Memperhatikan keadaan dengan menjaga kebersihan dan
mengganti celana yang dapat menyerap keringat
R/ : Ibu terhindar dari keputihan
- Diharapkan ibu segera kontrol jika ada keluhan
R/ : Dengan segera kontrol ibu akan terhindar dari
penyakit/penyakit dapat segera terdeteksi
- Berikan terapi
R/:Penangananlebihlanjut
VI. Implementasi
Sesuai dengan Intrevensi.
VII. Evaluasi:
Sesuai dengan kriteria hasil.
BAB III
TINJAUAN KASUS
2. Riwayat Menstruasi
a) Siklus : 28-30 Hari
b) Lama : 5-7 hari
c) Keluhan : tidak ada
d) Flouralbus : kadang-kadang sebelum dan sesudah menstruasi
e) HPHT :23-12-2021, TP :30-09-2022
3. Riwayat Kehamilan :
a) Hamil ke : I (satu)
b) Keluhan : tidak ada
c) Periksa : 7 kali, 2 kali di PMB dan 5 kali di Puskesmas
d) Informasi yang pernah didapat : tentang tanda-tanda bahaya, nutrisi ibu
hamil.
e) Gerakan janin pertama : saat usia kehamilan 5 bulan
f) Gerakan janin terakhir : ±30 menit yang lalu
g) Tanda bahaya dan penyulit kehamilan : tidak ada
h) Status imunisasi TT3
Ini
8. Status Perkawinan :
Kawin 1 kali, usia 20 tahun, lama menikah 1 tahun.
B. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum :Baik
Kesadaran : Composmentis
TTV : TekananDarah : 110/80 mmHg
Nadi : 80x/menit
Pernapasan : 20x/menit
Suhu : 36,50C
TB : 152cm IMT : 23,8 (Normal)
2. Pemeriksaan Fisik
Muka :Tidak Odema, tidak pucat, tidak ada Cloasma gravidarum
Mata : Konjungtiva merah muda, sklera putih, pandangan tidak kabur
Gigi dan mulut : Bibir lembab, warna merah muda, mulut bersih, caries gigi
(-), stomatitis (-)
Leher : Tidak ada pembesaran vena jugularis, kelenjar thyroid maupun
kelenjar limfe
Dada : Ada hiperpigmentasi aerola, tidak ada massa abnormal,puting
susu menonjol, kolostrum sudah mulai keluar pada payu dara
kanan.
Axilla :Tidak ada benjolan, tidak ada pembesaran kelenjar Limfe
Abdomen :Pembesaran membujur, adanya linea nigra, tidak ada strie
albican, tidak ada bekas operasi
Leopold I : TFU 30 cm, di fundus teraba bulat, lunak, tidak
melenting (Bokong)
Leopold II : Teraba keras, memanjang, ada tahanan di sebelah
kanan ibu dan di sebelah kiri ibu bagian terkecil janin
(PUKA)
Leopold III : Teraba bulat, keras, melenting (Kepala)
Leopold IV : Kepala sudah masuk PAP (Divergen )
TBJ : (TFU-11) x 155
(30 -11) x 155 = 2945 gram
DJJ : 145 x/menit
3. Pemeriksaan Laboratorium
a) Darah:
- Hb :12,6 gr % - Sifilis : NR
- HbsAg : NR - Malaria : tidak dilakukan
- HIV :NR
b) Urine:
- Protein :Negatif
- Glukosa :Negatif
c) BTA : tidak dilakukan
d) USG : tidak dilakukan
C. Analisa Data
G1P0A0 36-37 Minggu janin Tunggal Hidup dengan kehamilan Trimester III
fisiologis.
V. INTERVENSI
Diagnosa : G1P0A0 36 - 37 minggui janin tungal hidup
Tujuan : memberikan asuhan kehamilan pada ibu selama proses
kehamilannya sampai aterm.
Kriteria hasil :
- Kehamilan dapat berjalan dengan normal sampai aterm ibu dan bayi sehat.
- Ibu mengetahui dan paham akan kondisi kesehatannya saat ini
VI. IMPLEMENTASI
1. Menginformasikan pada ibu hasil pemeriksaan yang di dapatkan yaitu
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmetis
TTV : TD : 110 / 80 mmHg
Nadi : 80 x/menit
RR : 20 x/menit
Suhu : 36,6°C
VII. EVALUASI
Tanggal 4 September 2022 jam 09 .30 wita
S: - Ibu merasa senang dengan hasil pemeriksaan kehamilannya
- Ibu sudah mengetahui kondisi kesehatan ibu dan bayinya.
- Ibu sudah faham dan mengetahui apa yang disampaikan bidan
- Ibu bersedia melakukan apa yang disarankan bidan
Catatan Perkembangan
Tanggal Pengkajian 11 september 2022
S Ibu mengatakan sakit pinggang dan sering kening
O : Keadaan umum : baik Kesadaran composmetis
BB : 55.3 kg
TTV : TD : 110/ 80 mmHg
Nadi : 84X/ Menit
Suhu : 36,8
Respirasi : 20X/ Menit
Palpasi : Tfut 30 cm, teraba bokong di fundus, Punggung kanan,
kepala sudah masuk PAP 2/5
Auscultasi : DJJ terdengar di sebelah kanan 148X/ Menit
A : GIP0A0 37-38 minggu janin Tunggah Hidup
P :
Jam Penatalaksanaan
09.30 1. Memberitahu ibu bahwa telah dilakukan pemeriksaan dan kondisi
baik.
Ibu telah mengetahui hasil pemeriksaannya.
09.35 2. Menjelaskan tentang keluhan yang dialami ibu yaitu sering
kencing, sering kencing disebabkan oleh karena terjadinya
penekanan pada kandung kemih karena penurunan kepala bayi
dan cara mengatasi adalah dengan mengurangi minum di malam
hari sehingga tidur ibu tidak terganggu.
Ibu mengerti tentang penjelasan yang diberikan.
09.45 3. Memberikan KIE tentang:
a. Menjelaskan tentang tanda-tanda persalinan (keluarnya
lendir berdarah dari jalan lahir, nyeri yang semakin
bertambah sakit, keluarnya cairan dari jalan lahir), ibu telah
mengerti penjelasan yang diberikan
b. Menjelaskan tentang persiapan P4K (penolong persalinan
harus tenaga kesehatan, tempat persalinan di
puskesmas/rumah bidan), pendamping persalinan
keluarga/suami, pendanaan persalinan yang harus
disiapkan, transportasi dan calon pendonor darah apabila
terjadi kegawatdaruratan.
Ibu mengerti.
10.00 4. Memberikan ibu semangat dukungan kepada ibu untuk persiapan
melakukan persalinan.
2) Keluhan utama
Ibu mengatakan sakit perut menjalar ke pingang dan merasakan
kencang-kencang sejak jam 21.00 WITA tadi malam, disertai keluar lendir
bercampur darah.
3) Riwayat Kesehatan
a) Riwayat Kesehatan Dahulu
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit menurun maupun
menular seperti, hipertensi, DM, TBC, hepatitis, asma, jantung.
b) Riwayat Kesehatan Sekarang
Ibu mengatakan saat ini tidak sedang menderita penyakit seperti,
hipertensi, DM, TBC, HIV, asma, jantung dan juga penyakit menular.
c) Riwayat Kesehatan Keluarga
Dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit menurun dan
menular seperti hipertensi, DM, TBC, hepatitis, asma, jantung.
d) Riwayat Obstetri
1) Riwayat menstruasi
Amenorhoe : Ya, sejak 9 bulan ini terakhir
Menarche : Usia12 tahun
Lama : 6-8hari
Banyak : 2-3 kali ganti pembalut
SiklusTeratur/tidak : 28 hari / Teratur
Dismenorhoe : Kadang-kadang
Fluor albus : Tidak pernah
HPHT : 23-12-2021
HTP/HPL : 30-09-2022
2) Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang Lalu
Tgl/Bln/ Persalinan Anak
Usia Usia
ThPersalin Nifas
No Kehamilan Tempat Jenis Penolong Penyulit JK BB PB Anak
an
1. Hamil ini
B. Data Objektif
1) Pemeriksaan Umum
KU : Baik
Kesadaran : Composmetis
Keadaan emosional : Stabil
TD : 110/70 mmHg
Nadi : 80x/menit
Suhu : 36,7ºc
RR : 20x/menit
2) Pemeriksaan Khusus
a) Inspeksi
- Rambut : Bersih, tidak rontok, tidak bercabang, warna hitam
- Wajah : Tidak oedeme, tidak ada cloasma gravidarum, tidak
pucat
- Mata : Conjunctiva merah muda, tidak pucat, sclera putih, tidak
ikterus, palpebra tidak oedeme, penglihatan baik
- Hidung : Bersih, tidak ada polip, tidak ada pernapasan cuping
hidung,tidak ada pengeluaran
- Telinga : Bersih, tidak ada serumen, simetris, bentuk normal
- Mulut : Gigi bersih, tidak ada stomatitis, tidak ada karies gigi,
mukosa bibir lembab, gusi tidak mudah berdarah
- Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, limfe, tidak ada
bendungan vena jugularis, bentuk normal
- Dada : Bentuk payudara membesar simetris, hiperpigmentasi
areola mamae, puting susu menonjol, pengeluaran
colostrum +/+
- Abdomen : Membesar sesuai usia kehamilan, tidak ada luka bekas
operasi, terdapat linea nigra terdapat striae lividae
- Genitalia : Tidak oedeme, tidak varises, tampak ada pengeluaran
per vaginam lendir bercampur darah, tidak ada bekas
luka perineum
- Anus : Tidak ada hemorrhoid, normal
- Ekstremitas Atas : Tidak ada oedeme, bentuk simetris, tidak ada
cacat, tidak ada oedeme, keadaan bersih, jari-jari tangan
lengkap, tidak syndaktili, tidak polidaktili
- Ekstremitas Bawah : Tidak ada oedem, tidak ada varises, bentuk
simetris, tidak ada cacat, tidak ada oedem, keadaan
bersih, jari-jari tangan lengkap tidak syndaktili tidak
polidaktili.
b) Palpasi Perut
Leopold I : TFU 3 jari bawah px (30cm), bagian fundus teraba
bulat, lunak, tidak melenting (bokong).
Di sebelah kiri teraba bagian kecil janin, di sebelah
Leopold II : kanan teraba panjang keras seperti papan
(punggung janin kanan-puka).
Leopold III : Presentasi bagian terbawah teraba bulat, melenting
(kepala)
Leopold IV : Kepala sudah masuk PAP
TBJ : 2945 gram
His : 4x/10’/35’
Penurunan-kepala : 3/5
c) Auskultasi
Punctum maximum : kanan bawah pusat
DJJ : 136 x/menit, (irama teratur)
d) Perkusi
Reflek patella : +/ +
e) Pemeriksaan Dalam oleh bidan jam 05.30 WITA
Hasil :
VT Ø 7 cm, efficement 75 %, ketuban utuh, teraba kepala, Hodge II,
denominator UUK Kanan Depan, tidak teraba bagian kecil janin/tali
pusat.
Lingkar panggul : 86 cm
V. INTERVENSI
Dx : GIP0A0 38-39 minggu Inpartu kala I fase aktif, Janin Tunggal /Hidup
Intra uterin
Tujuan : Persalinan berjalan normal dan lancar
Kriteria Hasil :
Kala I :Tidak melewati garis waspada pada partograf
Kala II : berlangsung < 2 jam, bayi lahir normal dan selamat
Kala III : berlangsung < 30 menit, plasenta lahir spontan, lengkap
Kala IV : Tidak terjadi HPP
Intervensi :
1. Lakukan pendekatan secara terapeutik
R : Terjalin rasa percaya sehingga ibu dan keluarga lebih kooperatif
2. Beritahu ibu tentang hasil pemeriksaan yang telah dilakukan
R : Pemahaman kondisi ibu, kemajuan persalinan, dan perkembangan janin
VI. IMPLEMENTASI
Tanggal : 20-09-2022 Pukul : 05.45 WITA
Dx : GIP0A0 38-39 minggu Inpartu kala I fase aktif, Janin Tunggal Hidup
Intra uterine
1. Melakukan pendekatan secara terapeutik kepada ibu dan keluarga
2. Memberitahukan ibu tentang hasil pemeriksaan yang telah dilakukan yaitu
keadaan umum ibu dan keadaan janinnya baik.
3. Melakukan asuhan sayang ibu, yang meliputi :
a. Memberi dukungan fisik, psikologis, dan sosial
b. Mengatur posisi yang nyaman dan aman bagi ibu
c. Kebutuhan makanan dan cairan
d. Kebutuhan eliminasi
e. Pengurangan rasa nyeri
f. Keleluasaan untuk mobilisasi, termasuk ke kamar kecil
g. Penerapan prinsip Pencegahan Infeksi yang sesuai
4. Menganjurkan ibu untuk melakukan perubahan posisi sesuai dengan
keinginan ibu, jika ibu ingin di tempat tidur sebaiknya dianjurkan miring ke kiri
agar tidak mengganggu pernapasan ibu. Ibu sudah dalam posisi yang
nyaman
5. Memberikan konseling posisi ibu dalam meneran yaitu posisi tegak lurus
(berdiri, jongkok, duduk). Pada saat kontraksi, dengan berdiri uterus
terangkat berdiri pada sumbu akses pintu masuk panggul dan kepala
mendorong cerviks, sehingga intensitas kontraksi meningkat. Pada posisi
tegak tidak ada hambatan dari gerakan uterus. Sedangkan pada posisi
berbaring, otot uterus lebih banyak bekerja dan proses persalinan
berlangsung lebih lama.
6. Memonitor kemajuan persalinan dengan menggunakan partograf untuk
melaksanakan deteksi dini terhadap penyulit yang mungkin timbul meliputi :
tanda-tanda vital ibu, menghitung denyut jantung janin, menghitung kontraksi
uterus, melakukan pemeriksaan dalam,serta mencatat produksi urine, aseton,
dan protein
7. Melakukan persiapan pertolongan persalinan, meliputi :
a. Ruang bersalin dan asuhan bayi baru lahir sesuai standar
b. Perlengkapan, bahan dan obat esensial terstandar
c. Rujukan (bila diperlukan)
d. Upaya pencegahan infeksi yang diperlukan
8. Melakukan tindakan 60 langkah APN
VII. EVALUASI
Tanggal : 20-09-2022 Pukul : 08.00 WITA
Dx : GIP0A0 38- 39 minggu Inpartu kala I fase aktif, Janin T/H/I
S : Ibu mengatakan ingin meneran dan perutnya terasa semakin sering
mulas dan kencang
O : KU ibu baik, TTV : T : 120 / 80 mmHg, N : 80 x/menit, RR : 18 x/menit,
S : 36,5 °C
Inspeksi :
Genetalia : Perineum menonjol, vulva dan anus membuka, keluar
lendir darah, tekanan pada anus
Palpasi :
Abdomen : His 4x10 ’ / 50, DJJ (+) 140 x/menit
VT Ø 7 cm, efficement 75 %, ketuban utuh, teraba kepala, Hodge II,
denominator UUK Kanan Depan, tidak teraba bagian kecil janin/tali
pusat.
A : GIP0000 UK 38-39 minggu Inpartu kala I fase aktif, Janin Tunggal Hidup
Intra uterin
P:
1. Memastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial,
memakai alat perlindungan diri, mencuci tangan, memakai sarung
tangan, menyiapkan oksitosin 10 unit yang diletakkan kembali spuit
tersebut di partus set/wadah DTT atau steril tanpa mengontaminasi
spuit.
2. Memastikan pembukaan lengkap dan keadaan janin baik,
Pukul 08.30 WITA
Pemeriksaan dalam :
pembukaan 10 cm, eff 100%, ketuban pecah spontan jernih, preskep,
HIII+, UUK kadep. DJJ 136 x/menit.
3. Menyiapkan ibu dan keluarga untuk membantu proses bimbingan
meneran, yaitu : memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan
keadaan janin baik, meminta bantuan keluarga untuk membantu
menyiapkan posisi ibu untuk meneran, membantu ibu dalam posisi
setengah duduk dan pastikan dia merasa nyaman, menganjurkan ibu
untuk cukup minum, melakukan pimpinan meneran saat ibu
mempunyai dorongan yang kuat untuk meneran.
Ibu bersedia melakukan.
4. Persiapan pertolongan kelahiran bayi, saat kepala bayi telah membuka
vulva dengan diameter 5-6 cm, letakkan handuk bersih di atas perut
ibu untuk mengeringkan bayi, meletakkan kain bersih yang dilipat 1/3
bagian di bawah bokong ibu, membuka tutup partus set dan perhatikan
kembali kelengkapan alat dan bahan, memakai sarung tangan DTT
atau steril pada kedua tangan.
5. Menolong kelahiran bayi
a. Melahirkan kepala : melindungi perineum, menahan kepala bayi,
memeriksa lilitan tali pusat, menunggu hingga kepala bayi
melakukan putaran paksi luar secara spontan.
b. Melahirkan bahu : memegang secara biparietal, menganjurkan ibu
untuk meneran saat kontraksi, dengan lembut menggerakkan
kepala ke arah bawah dan distal hingga bahu depan muncul di
bawah arkus pubis dan menggerakkan arah atas dan distal untuk
melahirkan bahu belakang
c. Melahirkan badan dan tungkai : menggeser tangan yang berada di
bawah ke arah perineum ibu untuk menyangga kepala, lengan dan
siku sebelah bawah melakukan penelusuran tangan yang berada di
atas ke punggung, bokong, tungkai dan kaki bayi.
Bayi lahir spontan jam 09.40 WITA menangis kuat bergerak aktif,
warna kulit kemerahan, jenis kelamin perempuan
6. Menangani bayi baru lahir dengan melakukan penilaian selintas,
bayi menangis kuat dan bergerak aktif, warna kulit kemerahan
dilanjutkan dengan penanganan bayi baru lahir normal (AS : 9-10)
S : Ibu merasa lega dengan kelahiran bayinya, masih merasakan mules pada
perut bagian bawah
O : Inspeksi:
Genetalia : Terdapat pengeluaran darah, tali pusat tampak terlihat di vulva
Palpasi :
Abdomen : TFU setinggi pusat, kontraksi uterus baik, uterus globuler
A : PIA0 inpartu kala III
P:
1. Melakukan manajemen aktif kala III
a) Memeriksa kembali uterus. Tidak ada lagi janin dalam uterus, bayi
tunggal.
b) Memberikan injeksi oksitosin 10 IU secara IM pada 1/3 paha dorsal
lateral kanan. Pukul 09.47 WITA
c) Melakukan PTT sewaktu ada his.Tidak ada tahanan.Tali pusat
bertambah panjang, ada semburan darah tiba-tiba.
d) Melahirkan plasenta sesuai sumbu jalan lahir. Plasenta lahir
spontan pukul 10.00 WITA
e) Melakukan masase uterus selama 15 detik, dengan meletakkan
telapak tangan di fundus dan lakukan masase dengan gerakan
melingkar secara lembut hingga uterus berkontraksi (fundus teraba
keras). Hasil : uterus teraba keras
f) Melakukan penilaian perdarahan, memeriksa kedua sisi plasenta
baik yang menempel ke ibu maupun janin, hasilnya selaput lengkap
dan utuh, perdarahan ± 200 cc
g) Melakukan evaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan
lakukan penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan aktif.
Hasil : perineum tidak terjadi robekan
Kala IV
Tanggal : 20-09-2022 Pukul : 10 .30 WITA
DATA SUBJEKTIF
1. Biodata
2. Keluhan Utama
Ibu merasa sedikit lelah dan mengantuk.
3. Riwayat Menstruasi
- Siklus : 28-30 Hari
- Lama : 5-7 hari
- Keluhan : tidak ada
- Flour albus : kadang-kadang sebelum dan sesudah menstruasi
4. Riwayat Obstetri
Komplikasi
Komplikasi Nifas
Hamil UK Jenis Tempat Penolong Persalinan Bayi Usia
Kehamilan
Bayi ibu JK BB IMD Kmpl Laktasi
Tdk
1 Aterm Tidak ada Normal PKM Bidan Tdk ada P 2800 Iya Tdk ada Iya 6 Jam
ada
5. Riwayat kesehatan ibu sekarang dan lalu yang dapat mempengaruhi masa nifas
(termasuk status HIV dan HBsAg) :
Ibu mengatakan tidak ada riwayat penyakit seperti hipertensi, diabetes, HIV dan
HbsAg dll.
DATA OBJEKTIF
1. Keadaan Umum : Baik
2. Vital Sign
Tekanan darah : 100/70 mmHg
Nadi : 80 kali/menit
Suhu : 36,7 oC
Respirasi : 18 kali/menit
ASSESMENT
Diagnosa dan atau masalah
PIA0 post partum normal 6 jam.
PENATALAKSANAAN
Jam Penatalaksanaan
16.30 1. Memberitahukan pada ibu bahwa hasil pemeriksaan ibu normal.
Ibu mengerti keadaannya.
16.35 2. Memberikan KIE
a. Cara mencegah perdarahan seperti memasase fundus uteri dengan
memutarnya searah jarum jam bila teraba lembek dan bila terasa
ada darah yang keluar dari jalan lahir yang mengalir deras.
b. Mobilisasi dini seperti tidur miring ke kanan dan ke kiri agar involusi
uterus berjalan dengan normal.
c. Vulva hygiene yang benar agar tidak terjadi infeksi pada luka bekas
jahitan.
d. Gizi ibu nifas dan menyusui, dan menganjurkan ibu tidak pantang
makan. Menganjurkan Ibu banyak minum air putih (8-10 gelas/hari)
dan istirahat cukup.
e. Pemberian ASI awal, yaitu : cara meyusui yang benar, menyusui
tanpa jadwal (minimal 2 jam sekali). Ibu bersedia memperagakan
langsung kepada bayinya, dengan posisi ibu duduk, perut bayi
menghadap perut ibu, puting ibu masuk seutuhnya sampah areola
bagian bawah juga masuk ke dalam mulut bayi, untuk menghindari
puting susu ibu lecet.
f. Tanda bahaya pada ibu nifas, ibu menyusui dan neonatus. Ibu
mengerti dan bersedia melakukan rujukan jika terdapat tanda
bahaya.
Ibu mengerti penjelasan yang diberikan dan bersedia melakukan ajuran
bidan.
16.45 3. Menginformasikan kunjungan nifas selanjutnya 3 hari lagi pada tanggal
23-09-2022.
Ibu bersedia melakukan kunjungan
16.47 4. Menganjurkan ibu untuk melanjutkan terapi yang diberikan pada saat
persalinan.
Ibu mengerti anjuran yang diberikan.
16.50 5. Dokumentasi
DATA SUBJEKTIF
Bayi sudah dapat menetek dengan baik dan sering, bayinya juga aktif dan tidak
rewel, bayi sudah BAB 1 kali dan BAK sebanyak 3 kali, BAB berwarna hitam, BAK
berwarna kuning jernih, bayi dimandikan pukul 07.30 WITA.
DATA OBJEKTIF
Keadaan umum baik, menangis kuat, warna kulit kemerahan seluruh tubuh, suhu
36,7 °C, nadi 142 kali/menit, pernapasan 41 kali/menit, tidak ada caput
succedaneum, tidak ada cephal hematoma, sklera tidak ikterus, wajah tidak ikterus,
tidak sianosis, relaksasi otot napas normal, tidak kembung, tali pusat terbungkus
kasa steril dan tidak ada tanda-tanda infeksi, tidak ada perdarahan, ekstremitas atas
dan bawah tidak pucat, tidak teraba dingin, refleks hisap baik, refleks menelan baik,
refleks moro baik, refleks grasping baik, refleks rooting baik, berat badan 3250 gram
panjang badan 50 cm, lingkar kepala 33 cm, lingkar dada 34 cm, LILA 11 cm.
ANALISIS/INTEPRETASI
Bayi baru lahir normal usia 7 jam
PENATALAKSANAAN
Jam Penatalaksanaan
KUNJUNGAN NIFAS II
Tanggal kunjungan : 27-9-2022 jam 09 wita
Tempat : ruang Pemerisaan kesehatan ibu Puskesmas Utan
DATA SUBJEKTIF
Ibu merasakan kedua putting susunya lecet sudah 2-3 hari ini.
DATA OBJEKTIF
1. Keadaan umum baik dan kesadaran composmentis.
2. Tanda-tanda vital :
a. Tekanan darah : 110/80 mmHg
b. Nadi : 78 x/menit
c. Suhu : 36,7 °C
d. Pernapasan : 20x/menit
3. Pemeriksaan fokus masa nifas
a. Mata, konjungtiva tidak anemis dansklera tidak ikterik
b. Bibir tidak pucat
c. Payudara : Areola hiperpigmentasi, putting susu menonjol dan keduanya
lecet terutama pada putting kanan, tidak purulent dan tidak ada
pembengkakan atau bendungan payudara, ASI terproduksi.
d. Abdomen : TFU pertengahan pusat dengan symphysis, kontraksi uterus baik,
kandung kemih kosong.
e. Vulva dan perineum : Lokhea sanguinolenta dan luka atau jahitan perineum
bertaut.
f. Ekstremitas bawah tidak ada oedema dan tanda Hooman negatif.
ANALISIS
P1A0H1 postpartum hari ke-7
PENATALAKSANAAN
1. Menginformasikan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan, ibu mengetahui hasil
pemeriksaan.
2. Menginformasikan kembali pada ibu untuk mengonsumsi aneka ragam makanan
(tidak tarak terutama makanan tinggi protein untuk mempercepat penyembuhan
luka jahitan, ibu tidak tarak
3. Tatalaksana nyeri jahitan
a. Menginformasikan kembali pada ibu untuk selalu menjaga kebersihan diri
terutama kemaluan agar tidak terjadi infeksi, ibu mengerti dan mengganti
pembalut kurang lebih sehari 3x
b. Mengedukasi kembali ibu cara perawatan perinium dengan menjaga
kebersihan dan diusahakan tetap kering, ibu mengerti.
c. Menginformasikan pada ibu untuk mandi atau membilasnya dengan air
hangat agar rasa nyeri sedikit berkurang, nyeri berkurang.
d. Memberikan pereda nyeri dan antibiotik 3x1 (oleh Bidan Desa), telah diterima
ibu.
4. Tatalaksana putting lecet
a. Menginformasikan pada ibu untuk tetap memberikan ASI menggunakan
putting susu yang lecetnya sedikit, ibu menyusui mulai dari payudara kiri.
b. Menginformasikan pada ibu untuk mengoles putting susu dengan ASI akhir
tanpa memberikan obat lain seperti krim, salep dan lain-lain, ibu akan
mengoleskan ASI terakhir setelah menyusui dan tidak akan mengoleskan
obat apapun.
c. Menginformasikan pada ibu untuk mencuci atau membersihkan payudara
minimal satu kali dalam sehari tanpa menggunakan sabun, ibu tidak pernah
mencuci payudara dengan sabun.
d. Membantu ibu untuk memperbaiki posisi dan perlekatan, ibu mampu
melakukannya.
e. Menginformasikan pada ibu untuk mengistirahatkan kurang lebih 1x24 jam
jika putting lecet menjadi sangat berat dan tetap mengeluarkan ASI dengan
tangan, ibu mengerti dan kondisi putting saat ini sudah mulai membaik.
KUNJUNGAN NEONATUS II
Tanggal Kunjungan : 27 september 2022 jam 09.30 Wita
Tempat : Ruang pemeriksaan bayi puskesmas utan
DATA SUBJEKTIF
Tidak ada keluhan.
DATA OBJEKTIF
1. Keadaan umum baik.
2. Tanda-tanda vital :
a. Denyut jantung : 132 kali/menit.
b. Pernafasan : 43 kali/menit
c. Suhu aksila normal : 36,8 oC
3. Antropometri meliputi :
a. Berat badan : 2750 gram
b. Panjang badan : 50 cm
c. Lingkar dada : 33 cm
d. Lingkar kepala : 34 cm
e. Lingkarlengan : 11cm
4. Warna kulit kemerahan
5. Mata sklera putih dan tidak ada perdarahan sub conjungtiva.
6. Refleks bayi terbentuk dengan baik
7. Tidak ada retraksi dinding dada
8. Tali pusat sudah pupak pada hari ke-6
9. BAB (+) / BAK (+)
ANALISIS
Bayi lahir normal umur 7 hari.
PENATALAKSANAAN
1. Mempertahankan suhu tubuh bayi tetap hangat, bayi telah dijaga kehangatannya
2. Tatalaksana kebersihan mata
a. Menginformasikan pada ibu untuk mencuci tangan sebelum dan sesudah
membersihkan mata bayi, ibu mengerti.
b. Memgedukasi ibu cara membersihkan mata bayi 3 kali sehari menggunakan
kapas/kain bersih yang dicelupkan dalam air hangat, ibu mampu menjelaskan
kembali dan akan melakukannya di rumah.
DATA SUBJEKTIF
Ibu tidak ada keluhan dan kedua putting susu sudah tidak lecet.
DATA OBJEKTIF
1. Keadaan umum baik dan kesadaran composmentis.
2. Tanda-tanda vital :
a. Tekanan darah : 110/80mmHg
b. Nadi : 78 x/menit
c. Suhu : 36,5 °C
d. Pernafasan : 19x/menit
3. Pemeriksaan fokus masa nifas
a. Mata, konjungtiva tidak anemis dan sklera tidak ikterik
b. Bibir tidak pucat
c. Payudara : Areola hiperpigmentasi, kedua putting susu ibu sudah tidak lecet
serta tidak ada pembengkakan atau bendungan payudara.
d. Abdomen : TFU tidak teraba dan kandung kemih kosong.
e. Vulva dan perineum : Lokhea serosa dan luka atau jahitan perineum bertaut.
f. Ekstremitas bawah tidak ada oedema dan tanda Hooman negatif.
ANALISIS
P1A0H1 post partum hari ke-15
PENATALAKSANAAN
1. Menginformasikan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan, ibu mengetahui hasil
pemeriksaan.
2. Menginformasikan kembali pada ibu untuk mengonsumsi aneka ragam makanan
(tidak tarak terutama makanan tinggi protein untuk mempercepat penyembuhan
ibu tidak tarak).
DATA SUBJEKTIF
Tidak ada keluhan.
DATA OBJEKTIF
1. Keadaan umum baik.
2. Tanda-tanda vital :
a. Denyut jantung : 137 kali/menit.
b. Pernafasan : 43 kali/menit
c. Suhu aksila normal : 36,7 oC
3. Antropometri meliputi :
a. Berat badan : 3455gram
b. Panjang badan : 49,5 cm
c. Lingkar dada : 33 cm
d. Lingkar kepala : 34 cm
e. Lingkar lengan : 11 cm
4. Warna kulit kemerahan
5. Mata sklera putih dan tidak ada perdarahan sub conjungtiva, tidak ada sekret
atau kotoran pada mata
6. Refleks bayi terbentuk dengan baik
7. Tidak ada retraksi dinding dada
8. Tali pusat bersih
9. BAB(+) / BAK(+)
ANALISIS
Bayi lahir normal umur 15 hari.
PENATALAKSANAAN
1. Mempertahankan suhu tubuh bayi tetap hangat, bayi telah dijaga kehangatannya
2. Menginformasikan pada ibu untuk tetap memberikan ASI sesering mungkin
minimal 8 kali sehari, ibu mengerti dan sudah menyusui sesering mungkin
kurang lebih 2-3 jam sekali.
3. Menginformasikan pada ibu untuk tetap menjaga kebersihan bayi dan
lingkungan.
KUNJUNGAN NIFAS IV
DATA SUBJEKTIF
Tidak ada keluhan.
DATA OBJEKTIF
1. Keadaan umum baik dan kesadaran composmentis.
2. Tanda-tanda vital :
a. Tekanan darah : 110/80 mmHg
b. Nadi : 80 x/menit
c. Suhu : 36,6 °C
d. Pernafasan : 18 x/menit
ANALISIS
P1A0H1, 6 minggu post partum
Penatalaksanaan
1. Menginformasikan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan, ibu mengetahui hasil
pemeriksaan.
2. Menanyakan kesulitan yang mungkin dialami ibu dan bayi, tidak ada kesulitan
3. Memberikan konseling KB .Ibu merasa nyaman dengan IUD PP yang di pakai
I. Pengkajian
a. Data Subjektif
1. Biodata
1.Biodata
Ibu Suami
Nama :Ny“A” Nama :Tn“A”
Umur :21 tahun Umur :23 tahun
Agama :Islam Agama : Islam
Suku/bangsa :Sumbawa/Indonesia Suku/bangsa :Sumbawa/Indonesia
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan :Ibu rumah tangga Pekerjaan :Tani
Penghasilan : - Penghasilan : Rp. 1.500.000,-
Alamat :Dsn Tengah III Alamat :Dsn Tengah III
Ds Tengah Ds Tengah
Kec Utan Kec Utan
2. Alasan Datang
Ibu mengatakan ingin menggunakan KB IUD
3. Keluhan Utama
Ibu mengatakan takut jika nanti hamil lagi.
6. Riwayat Keluarga
Ibu mengatakan dalam keluarga dan suami tidak ada yang menderita
penyakit yang menular, menahun seperti : darah tinggi, kencing manis,
TBC, jantung, asma.
7. Riwayat Obstetri
Riwayat Haid
a. Menarche : 13 tahun
Riwayat
b. Siklus haid : 28 hari
persalinanRiwayatGinekol
c. Lama :5-6 hari
ogi
d. Banyaknya : 3 pembalut/hari
e. Flour :(+)ya,Sebelum haid
f. Warna : jernih
g. Disminorhoe : tidak
h. Bau : amis
8. Riwayat KB Sebelumnya
Ibu mengatakan belum pernah menggunakan KB apapun.
b. Data Objektif
1. Pemeriksaan umum
KU : baik
Kesadaran : CM
TB :155 cm
BB : 55 kg
Lila : 27 cm
2. TTV :
TD : 110/70 mmHg
N : 84 x/menit
S : 36,5 oC
R : 20 x/menit
3. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
Kepala : Rambut rapi, lurus, tidak ada benjolan abnormal
Muka : Simetris
Mata : Konjungtiva tidak pucat, sklera tidak kuning, tidak ada
gangguan penglihatan, simetris
Hidung : Sekret (-), polip (-)
Telinga : Simetris, tidak ada gangguan pendengaran
Leher : Tidak tampak pembesaran tyroid dan vena jugularis
Dada : Simetris, tidak ada benjolan abnormal
Abdomen : TFU 2 jari bawah pusat
Genetalia : Mengeluarkan darah nifas
Extrimitas : Simetris, tidak oedeme, tidak ada varises.
b. Palpasi:
Abdomen : tidak ada nyeri tekan pada perut bagian bawah
c. Auskultasi :
Tidak dilakukan
d. Perkusi:
Reflek patela (+)/(+)
e. Pemeriksaan dalam
V. Intervensi
● Dx : Akseptor KB IUD copper T 380 A dengan PP
VI. Implementasi
Tanggal : 20 – 09 – 2022 Pukul : 10.05 WITA
1. Melakukan pendekatan pada pasien
Sapa pasien dengan ramah dan tanyakan pada pasien tentang keluhan saat
ini.
2. Memberi dukungan pada pasien, dengan ditemani oleh keluarga agar ibu
merasa tenang.
3. Memasang IUD sesuai protap
4. Membersihkan vagina
5. Menjelaskan tentang keadaan ibu saat ini bahwa IUD saat post partum aman
6. Menganjurkan ibu menjaga kebersihan dan mengganti celana dalam yang
dapat menyerap keringat, sekali membiarkan alat vitalnya (vulva) diangin-
anginkan setelah nifas nanti.
VII. Evaluasi
Tanggal : 20-09-2022 Pukul : 10.15 WITA
Dx : Akseptor KB IUD copper T 380 A dengan PP
S : Setelah mendapatkan penjelasan ibu mengerti dan merasa puas atas
saran dari bidan.
O : Ibu mengangguk tanda mengerti, ibu dapat mengulangi penjelasan
yang diberikan
A : Akseptor KB IUD copper T 380 A dengan PP
P : Menganjurkan ibu untuk minum obat secara teratur
Menganjurkan ibu untuk kontrol 2 minggu lagi atau jika ada keluhan
dan efek samping
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Setelah dilakukan asuhan kebidanan pada penulis dapat menyimpulkan
bahwa asuhan kebidanan pada Ny “A”. Dapat diperoleh kesimpulan bahwa
keadaan ibu dan bayi baik.
2. Kebutuhan KIE segera yang harus diberikan kepada ibu diantaranya adalah
Konseling tentang :
a. Gizi ibu nifas dan menyusui
b. Banyak minum air putih (8-10 gelas/hari) dan istirahat cukup
c. Vulva hygiene dan perawatan luka perineum
d. Cara menyusui yang benar
e. ASI eksklusif
f. Menyusui tanpa jadwal (minimal 2 jam sekali)
g. Perawatan bayi sehari-hari dan perawatan tali pusat.
h. Mencegah bayi hipotermi
i. Tanda bahaya pada ibu nifas, ibu menyusui dan neonatus
j. Bimbingan perawatan payudara
k. Bimbingan pijat oksitosin
l. Bimbingan senam nifas
m. Efek samping KB dan cara penanganan
3. Rencana tindakan yang harus diberikan kepadaNy.“A”adalah:
a. Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan
b. Mengobservasi keadaan umum dan TTV
c. Memberikan ibu KIE sesuai kebutuhan
4. Setelah dibuat rencana tindakan untuk Ny. “A”, selanjutnya melakukan
tindakan sesuai dengan perencanaan yang telah disusun di atas
5. Setelah keseluruhan tindakan dilakukan, maka dilakukan evaluasi kepada
Ny.“A” untuk mengetahui sejauh mana pemahaman dan motivasi yang dapat
diterima oleh klien, sehingga asuhan yang telah diberikan bidan dapat
berjalan berkesinambungan.
B. SARAN
1. Bagi Penulis
Meningkatkan keterampilan yang dimiliki untuk melakukan asuhan kebidanan
pada ibu hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir, dan KB sesuai standar profesi
kebidanan dan dapat mengatasi kesenjangan yang terkadang timbul antara
teori yang didapat diperkuliahan dengan praktik yang nyata di lahan serta
dapat mengaplikasikan teori yang didapat dengan perkembangan ilmu
kebidanan terbaru.
2. Bagi Lahan Praktik
Bidan maupun tenaga kesehatan lainnya diharapkan dapat memberikan
asuhan yang menyeluruh serta mendeteksi kelainan secara dini dan
mencegah terjadinya komplikasi dalam masa kehamilan.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Institusi dapat menilai sejauh mana kemampuan mahasiswa dalam
menerapkan pengetahuan yang telah didapat dengan mempraktekkan dan
menerapkannya pada pasien/klien secara langsung.
4. Bagi Pasien
Ibu hamil dapat menambah informasi seputar kehamilannya khususnya
anemia dalam kehamilan yang ibu alami, kemudian suami dan keluarga dapat
memberikan dukungan dan semangat kepada ibu sehingga ibu dapat
menjalani kehamilan, persalinan, nifas dan perawatan bayi baru lahir dengan
baik dan aman.
DAFTAR PUSTAKA
Ambar wati, Eny Retna dan Diah Wulandari. 2008. Asuhan Kebidanan Nifas.
Yogyakarta : Mitra Cendekia.
Bahiyatun. 2013. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta: EGC.
Behrman, E. Richard. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Vol. II. E/15. Jakarta: EGC.
Eny, dan Esty. 2010. Buku Saku Kebidanan Constance Sinclair. Jakarta : EGC.
Fraser dan Cooper,D.M.,&Cooper,M.A. 2009. Myles Buku Ajar Bidan edisi 14.
Jakarta : EGC.
Kemenkes RI. 2013. Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan
Rujukan. Jakarta : Kementerian Kesehatan.
Ladewig,P.W. 2006. Buku Saku Asuhan Ibu dan Bayi Baru Lahir. Jakarta : EGC.
Leveno
K.J. 2009. Obstetri Williams : Panduan Ringkas Edisi 21. Jakarta : EGC.
Manuaba . Ida Bagus Gde. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB.
Jakarta : EGC.
Marmi. 2015. Asuhan Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Prasekolah. Yogyakarta :
Pustaka Pelajar.
Mulati, Erna, dkk. 2016. Buku Ajar Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta : Pusat
Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan.
Saifuddin, AbdulBari. 2009. Buku Acuan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Sari, Puspita Eka. 2014. Asuhan Kebidanan Masa Nifas (Post natal Care).
Jakarta :CV Trans Info Media.
Sofian, Amru, dan LoiIndra (ed). 2015. Rustam Mochtar Sinopsis Obstetri. Jakarta :
EGC.
Utami, Sri. 2006. Hubungan Perawatan Tali Pusat Menggunakan Kassa Kering
Steril Dengan Lama Pelepasan Puntung Tali Pusat. Karya Tulis Ilmiah, Program
Studi Kebidanan Politeknik Kesehatan Surabaya, Magetan.
Varney, Helen,dkk. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Volume 1. Edisi 4. Jakarta :
EGC.