Anda di halaman 1dari 139

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF (COC)

ANC, INC, PNC, BBL DAN KB PADA NY “A” P1A0AH1

DI PUSKESMAS UTAN

(Untuk Memenuhi Tugas Askeb COC Komprehensif Profesi Bidan

dari Ibu Rahma Kusuma Dewi, S.ST., MPH.)

Oleh :
HARTINI
NIM 202106090627

PRODI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS KADIRI

2022
LEMBAR PENGESAHAN

Asuhan Kebidanan Komprehensif (COC) ANC, INC, PNC, BBL, dan KB pada Ny.“A”
P1A0H0 di Puskesmas Utan, mahasiswa atas nama:

Nama : Hartini
NIM : 202106090627
Kelompok : V (Lima)

Kelas :C

Telah disahkan pada tanggal.................. 2022

Pembimbing Institusi,

Rahma Kusuma Dewi, S.ST., MPH.


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Asuhan kebidanan komprehensif merupakan pemeriksaan yang dilakukan
secara lengkap seperti pemeriksaan sederhana dan konseling asuhan kebidanan
yang mencakup pemeriksaan berkesinambungan atau Continuity of Care (COC)
diantaranya asuhan kebidanan kehamilan, persalinan, bayi baru lahir, dan nifas
serta KB. Tahap kehamilan, persalinan, nifas, dan bayi baru lahir hingga KB
merupakan proses yang normal dalam kehidupan, tetapi potensi terjadinya patologi
pada ibu maupun bayi. Bidan dan pemberi pelayanan mengharapkan bahwa semua
proses mulai dari kehamilan sampai nifas berjalan dengan normal, untuk itu
dilaksanakan asuhan kebidanan pada ibu hamil yang disebut dengan Antenatal
Care (ANC) mulai dari pemeriksaan minimal 1 kali trimester 1, 2 kali trimester 2, dan
3 kali pada trmester 3 yang bertujuan untuk deteksi dini adanya kelainan atau
komplikasi dalam kehamilan sehingga komplikasi dapat ditangani segera dan tidak
mengganggu dalam proses persalinan, nifas, bayi baru lahir, danKB.
(Megasari,2015)
Profil kesehatan Indonesia tahun 2020 menggambarkan cakupan
pelayanan kesehatan ibu hamil pada cakupan K1 dan K4 yaitu 88,54%, dari target
yang diharapkan cakupan K1 yaitu 100%, K4 95%. Pertolongan persalinan oleh
tenaga kesehatan yaitu 88,75%, sedangkan targetnya 90%. Kunjungan nifas (KF3)
84,41%, KN1 (91,14%), sedangkan targetnya KF378,78%,KN1 92%. (Kemenkes RI,
2020).
Data tahun 2020, jumlah kematian ibu menurut Provinsi tahun 2019-2020
dapat dilihat dimana terdapat penurunan dari 4.226 menjadi yang dilaporkan, 80%
(16.156 kematian) terjadi pada periode enam hari pertama kehidupan, sementara
21% (6.151kematian) terjadi pada usia 29 hari–11 bulan dan 10% (2.927 kematian)
terjadi pada usia12–59 bulan. (KemenkesRI, 2020).
Angka Kematian Ibu di Provinsi Nusa Tenggara Barat cenderung menurun
pada dua tahun terakhir. Hal ini menggambarkan hasil kinerja yang lebih baik karena
faktor dukungan baik dari segi manajemen program KIA maupun sistem pencatatan
dan pelaporan juga semakin baik. Peningkatan keterampilan klinis petugas di
lapangan tetap dilakukan dengan melibatkan multipihakdari Provinsi dan semua
Kabupaten/ Kota.
Pemerintah telah melaksanakan beberapa program untuk menurunkan
AKI dan AKB antara lain Program Gerakan Sayang Ibu (GSI), Program Jaminan
Persalinan (Jampersal), Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) hingga Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), Program Perencanaan Persalinan dan
Pencegahan Komplikasi (P4K). P4K merupakan salah satu unsur dari Desa Siaga.
Pelaksanaan P4K di desa-desa tersebut perlu dipastikan agar mampu membantu
keluarga dalam membuat perencanaan persalinan yang baik dan meningkatkan
kesiapsiagaan keluarga dalam menghadapi tanda bahaya kehamilan, persalinan,
dan nifas agar dapat mengambil tindakan yang tepat. (KemenkesRI,2019)
Berdasarkan permasalahan yang diuraikan di atas maka perlu diterapkan
asuhan kebidanan secara Continuity Of Care pada ibu hamil TM III, INC, PNC, BBL
dan KB yang fisiologis dengan menggunakan pendekatan manajemen kebidanan
dan melakukan dokumentasi dalam bentuk SOAP.

1.2 Ruang Lingkup Asuhan


Memberikan asuhan secara berkesinambungan pada ibu hamil dari hamil
TM III, bersalin, nifas dan neonatus serta KB dan sesuai asuhan kebidanan.

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuanumum
Setelah melakukan asuhan kebidanan berkelanjutan diharapkan
mahasiswa mampu memahami, melaksanakan asuhan secara komprehensif
dengan menggunakan manajemen kebidanan yang tepat, pada asuhan
kebidanan secara berkesinambungan mulai dari antenatal, intranatal,
postnatal dan neonatal.

1.3.2 Tujuan Khusus


Setelah melakukan pendekatan pada ibu hamil diharapkan mampu
melakukan :
1. Melakukan pengkajian pada ibu hamil, bersalin, nifas, dan neonatus.
2. Melakukan interpretasi data dasar pada ibu hamil, bersalin, nifas, dan
neonatus.
3. Menyusun diagnosa kebidanan sesuai dengan prioritas pada ibu hamil,
bersalin, nifas, dan neonatus.
4. Merencanakan asuhan kebidanan Continuity Of Care pada ibu hamil,
bersalin, nifas, dan neonatus.
5. Melaksanakan asuhan kebidanan Continuity Of Care pada ibu hamil,
bersalin, nifas, dan neonatus.
6. Melakukan evaluasi asuhan kebidanan Continuity Of Care yang telah
diberikan pada ibu hamil, bersalin,nifas, dan neonatus.
7. Melakukan pendokumentasian asuhan kebidanan secara Continuity Of
Care yang dilakukan pada ibu hamil, nifas, neonatus dengan metode
Varney.

1.4 Manfaat Penulisan


1.4.1 Bagi Penulis
Sebagai pengalaman belajar dalam melaksanakan praktik kebidanan
khususnya asuhan kebidanan secara berkesinambungan pada ibu hamil
trimester III, bersalin, nifas dan neonatus serta KB. Memberikan informasi
mengenai aplikasi asuhan kebidanan berkelanjutan.
1.4.2 Bagi Profesi
Sebagai salah satu masukan bagi bidan dalam upaya meningkatkan
kualitas pelayanan kesehatan yang optimal berupa pemantauan, memberikan
informasi serta pelayanan yang tepat dan dalam memberikan asuhan
kebidanan secara berkesinambungan pada ibu hamil TM III, bersalin, nifas
dan neonatus serta KB.
1.4.3 Bagi Institusi Pendidikan
1.4.3.1 Bagi Puskesmas
Diharapkan agar Puskesmas dapat lebih meningkatkan mutu
pelayanan dalam memberikan asuhan kebidanan secara
berkesinambungan khususnya pada ibu hamil TM III, ibu bersalin, ibu
nifas, dan neonatus serta KB.

1.4.3.2 Bagi Pendidikan


Dapat digunakan sebagai sumber bacaan atau referensi untuk
menigkatkan kualitas pendidikan kebidanan khususnya pada kasus ibu
hamil TM III, bersalin, nifas, dan neonatus serta KB.
1.5 Metode Penyusunan
Metode yang digunakan adalah :

1.5.1 Wawancara/anamnesa
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Wawancara
dilakukan pada :
1.5.1.1 Ibu hamil sebagai subjek
1.5.1.2 Keluarga ibu hamil sebagai subjek penyedia sumber informasi
1.5.1.3 Bidan pembimbing sebagai penyedia sumber penelitian
1.5.2 Kajian dokumen
Kajian dokumen merupakan sarana membantu peneliti dalam
mengumpulkan data atau informasi dengan cara membawa laporan, surat,
catatan-catatan, dan bahan bahan berupa tulisan yang lain. Dokumentasi
yang digunakan sebagai acuan dalam penilaian ini meliputi :
1.5.2.1 Buku KIA
1.5.2.2 Kohort ibu hamil, bayi, balita, KB
1.5.2.3 Data kunjungan
1.5.2.4 Hasil laboratorium

1.6 Sistematika Penulisan


Sistematika penulisan pada asuhan kebidanan holistik komprehensif ini
adalah :

BAB I : Pendahuluan (latar belakang, ruang lingkup asuhan, tujuan, manfaat


penulisan, metode pengumpulan data, dan sistematika penulisan)
Bab II :Tinjauan teori ( Konsep kebidanan berkelanjutan/COC, konsep teori
kehamilan, persalinan, nifas, BBL, dan KB (termasuk telaah jurnal dan
Evidence Based, dalam kehamilan sesuai masalah yang terjadi pada klien
COC), konsep manajemen kebidanan.
Bab III : Tinjauan Kasus
Bab IV : Pembahasan
Bab V : Penutup (Kesimpulan dan Saran)
SAP
Daftar Pustaka
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini menguraikan tentang asuhan kebidanan pada ibu dalam masa
kehamilan, persalinan, nifas, neonatus, dan KB dengan menggunakan pendekatan
manajemen kebidanan yang berdasarkan standar asuhan kebidanan yang
komprehesif.
A. Konsep Kehamilan
1. Pengertian Kehamilan Trimester III
Trimester tiga disebut periode menunggu atau penantian dan waspada
sebab pada saat itu menunggu kelahiran bayinya. Trimester III adalah waktu
untuk mempersiapkan kelahiran dan kedudukan sebagai orang tua seperti
terpusatnya perhatian pada kelahiran bayi. (Indrayani, 2016)
Trimester tiga merupakan saat persiapan aktif untuk kelahiran bayi
yang akan dilahirkan dan penampakan wajahnya. Keluarga mulai
memperkirakan tentang jenis kelamin bayinya (apakah laki-laki atau
perempuan) dan akan mirip ibu atau ayah. (Nurdiyan,2016)
2. Perubahan Fisiologis Ibu Hamil TM III
a) Uterus
Usia gestasi 30 minggu, fundus uteri dapat dipalpasi di bagian
tengah antara umbilicus dan sternum. Usia kehamilan 38 minggu, uterus
sejajar dengan sternum. Tuba uterin tampak agak terdorong ke dalam di
atas bagian tengah uterus. Frekuensi dan kekuatan kontraksi otot
segmen atas rahim semakin meningkat. Segmen bawah uterus
berkembang lebih cepat dan meregang secara radikal, bersamaan
dengan pembukaan serviks dan pelunakan jaringan dasar pelvis, akan
menyebabkan presentasi janin turun ke dasar pelvis bagian atas,
menyebabkan tinggi fundus yang disebut dengan lightening yang
mengurangi tekanan pada bagian atas abdomen. Peningkatan
beratuterus 1.000 gram. (Hutahean,2013)

b) Serviks Uteri
Minggu ke 6 sampai 8 serviks biasanya sudah cukup lunak.
Primigravida, konsistensi jaringan serviks yang mengelilingi os ekstemus
seperti mulut bibir dari pada tulang rawan hidung, yang khas untuk
serviks pada wanita tidak hamil. Misalnya kontrasepsi yang mengandung
estrogen progestin. Seiring dengan perkembangan kehamilan, kanalis
servikalis dapat menjadi melebar sehingga jari tangan dapat dimasukkan,
pada proses peradangan tertentu, serta karsinoma, serviks akan tetap
keras selama kehamilan dan bila mungkin hanya membuka saat
persalinan.

c) Vagina dan Vulva


Selama hamil PH sekresi vagina menjadi lebih asam keasaman
berubah dari 4 menjadi 6,5, peningkatan PH ini membuat wanita hamil
lebih rentan terhadap infeksi vagina, khususnya infeksi jamur yang
mengandung gula dalam jumlah besar dapat membuat lingkungan vagina
lebih cocok untuk infeksi jamur. (Bobak, dkk. Edisi 4)

d) Mammae
Kehamilan 12 minggu keatas, dari puting susu dapat keluar cairan
berwarna putih agak jernih disebut kolostrum. Kolostrum ini berasal dari
kelenjar-kelenjar asinus yang mulai bersekresi. (Ajeng,2012)

e) SirkulasiDarah
Volume darah akan bertambah banyak ± 25% pada puncak usia
kehamilan 32 minggu. Peningkatan dalam volume eritrosit secara
keseluruhan, tetapi penambahan volume plasma jauh lebih besar
sehingga konsentrasi hemoglobin dalam darah menjadi lebih rendah.
Kadar hemoglobin ini menurun menjadi ± 120 g/L. Minggu ke-32, wanita
hamil mempunyai hemoglobin total lebih besar dari pada wanita tersebut
ketika tidak hamil. Jumlah sel darah putih meningkat (± 10.500 / ml).
Mengatasi pertambahan volume darah, curah jantung akan meningkat ±
30 % pada minggu ke-30. Peningkatan curah jantung tersebut
disebabkan oleh meningkatnya isi, akan tetapi frekuensi denyut jantung
meningkat ± 15 %, setelah kehamilan lebih dari 30 minggu, terdapat
kecenderungan peningkatan tekanan darah. (Ajeng, 2012)

f) Sistem Respirasi
Pernafasan masih diafragmatik selama kehamilan, tetapi karena
pergerakan diafragma terbatas setelah minggu ke-30, wanita hamil
bernafas lebih dalam, dengan meningkatkan volume tidal dan kecepatan
ventilasi, sehingga memungkinkan pencampuran gas meningkat dan
konsumsi oksigen meningkat 20 %. Efek ini disebabkan oleh
meningkatnya sekresi progesteron, menyebabkan pernafasan berlebih
dan PO2 arteri lebih rendah. Kehamilan lanjut, kerangka iga bawah
melebar keluar sedikit dan mungkin tidak kembali seperti keadaan
sebelum hamil, sehingga menimbulkan kekhawatiran bagi wanita yang
memperhatikan penampilan badannya. (Ajeng,2012)

g) TraktusDigestivus
Bagian mulut yaitu gusi menjadi lunak, karena retensi cairan
intraseluler yang disebabkan oleh progesteron. Spinkter esopagus bawah
relaksasi, sehingga dapat terjadi regorgitasi isi lambung yang
menyebabkan rasa terbakar di dada (heathburn). Sekresi isi lambung
berkurang dan makanan lebih lama berada di lambung. Otot-ototusus
relaks dengan disertai penurunan motilitas, menyebabkan absorbsi zat
nutrisilebih banyak, tetapi dapat menyebabkan konstipasi, merupakan
salah satu keluhan utama wanita hamil. (Ajeng, 2012)

h) TraktusUrinaria
Trimester akhir kehamilan, kepala janin mulai turun ke PAP,
keluhan sering kencing dan timbul lagi karena kandung kencing mulai
tertekan kembali. Poliuri, disebabkan oleh adanya peningkatan sirkulasi
darah di ginjal pada kehamilan sehingga laju filtrasi glomerulus juga
meningkat sampai 69 %. Reabsorbsi tubulus tidak berubah, sehingga
produk-produk eksresi seperti urea, uric acid, glukosa, asam amino,
asam folik lebih banyak yang dikeluarkan. (Ajeng, 2012)

i) MetabolismeDalamKehamilan
Kalori yang dibutuhkan untuk itu diperoleh terutama dari
pembakaran karbohidrat, khususnya sesudah kehamilan 20 minggu ke
atas sekitar 15-20%. Bila dibutuhkan, dipakailah lemak ibu untuk
mendapatkan tambahan kalori dalam pekerjaan sehari-hari. Janin
membutuhkan 30-40 gr kalsium untuk pembentukan tulang-tulangnya dan
hal ini terjadi terutama dalam trimester terakhir. Makanan tiap harinya
diperkirakan telah mengandung 1,5-2,5 gr kalsium. Diperkirakan 0,2-0,7
gr kalsium tertahan dalam badan untuk keperluan semasa hamil. Ini
kiranya telah cukup untuk pertumbuhan janin tanpa mengganggu kalsium
ibu. Kadar kalsium dalam serum memang lebih rendah,oleh karena
adanya hidremia, akan tetapi kadar kalsium tersebut masih cukup tinggi
hingga dapat menanggulangi kemungkinan terjadinya kejang tetani.
(Ajeng, 2012)

3. Perubahan Psikologis Ibu Pada Trimester III


Usia kehamilan 39-40 minggu seorang ibu mungkin mulai merasa
takut akan rasa sakit dan bahaya yang akan timbul pada waktu melahirkan
dan merasa khawatir akankeselamatannya. Rasa tidak nyaman timbul
kembali pada trimester ketiga dan banyakibu yang merasa dirinya aneh,
berantakan, canggung dan jelek sehingga memerlukan perhatian lebih besar
dari pasangannya, disamping itu ibu mulai sedih karena akanterpisah dari
bayinya dan kehilangan perhatian khusus yang diterima selama hamil,
terdapat perasaan mudah terluka atau sensitif. (Wulandari,2012)

4. Kebutuhan Dasar Ibu hamil Trimester III


1. Kebutuhan Nutrisi
a. Kebutuhan Energi
b. Sumber Protein
1) Berfungsi untuk jaringan tubuh yang menyusun struktur organ
seperti tulang dan otot
2) Dibutuhkan untuk tumbuh kembang janin agar berlangsung optimal.
3) Pembentukan sel darah merah dalam tubuh janin
4) Bahan pangan sumber protein yang dikonsumsi sebaiknya 2/3
berupa bahan pangan yang tinggi kandungan gizinya.
(Jannah,2012)
c. Sumber Lemak
1) Lemak disimpan sebagai cadangan tenaga persalinan dan
postpartum.
2) Membantu prorses pembentukan ASI.
3) Proses tumbuh kembang sel syaraf dan sel otak janin.
(Jannah,2012)
d. Sumber Karbohidrat
Merupakan sumber tambahan energi yang dibutuhkan bagi
pertumbuhan dan perkembangan janin selama dalam kandungan.
e. Sumber Vitamin
1) VitaminA
Berperan dalam pergantian sel baru pada semua jaringan tubuh
dan sel saraf, pembentukan tulang gigi, mencegah cacat bawaan,
system kekebalan tubuh ibuhamil.
2) VitaminB
Vitamin B → B1, B2, B3, B6, B9, B12
3) VitaminC
a) Berfungsi menyerap Fe → mencegah anemi
b) Memperkuat pembuluh darah → mencegah perdarahan
c) Mengurangi sakit saat berkerja, mengaktifkan kerja sel darah
putih.
d) Meningkatkan system kekebalan tubuh, memperbaiki jaringan
tubuh yang rusak.
e) Ibu hamil dianjurkan menambah asupan vitamin C 10 mg/hari.
4) Vitamin D
a) Diperlukan untuk penyerapan kalsium.
b) Dapat diperoleh dari pancaran sinar matahari.
5) VitaminE
Menjaga struktur dan fungsi komponen–komponen sel tubuh ibu
dan janin, membantu pembentukan sel darah merah, sebagai
antioksidan (Jannah,2012)
f. Sumber Mineral
1) Kalsium : untuk pembentukan tulang dan gigi. Kebutuhan kalsium
ibu hamil adalah sebesar 500 mg/ hari
2) Zinc
3) Yodium
4) Zat besi : Pemberian Fe secara rutin adalah untuk membangun
cadangan besi, sintesa sel darah merah, dan sintesa otot. Tablet
Fe sebaiknya tidak diminum bersama teh atau kopi karena
mengandung tannin atau pitat yang menghambat penyerapan zat
besi.
5) Serat (Jannah,2012)
2. Kebutuhan Oksigen
Perubahan pernafasan mayor dalam kehamilan diakibatkan oleh
tiga faktor yaitu efekmekanik dari pernafasan rahim, peningktan
keseluruhan konsumsi oksigen tubuh, dan efek perangsang pernafasan
dari progestero. Menyeimbangkan kebutuhan oksigen ibu hamil, perlunya
suasana lingkungan yang selalu mendukung. Lingkungan atau tempat
yang pengap, sesak, dan tempat keramaian perlu dihindari karena suplai
oksigen ibu tidak efektif lagi.(Jannah, 2012)
3. Kebutuhan Personal Hygiene
Perawatan Kebersihan selama kehamilan tidak berbeda dari saat–
saat yang lain. Saat kehamilan ibu hamil sangat rentan mengalami infeksi
akibat penularan bakteri ataupun jamur. Tubuh ibu hamil sangatlah perlu
dijaga kebersihannya secara keseluruhan mulai dari ujung kaki sampai
rambut termasuk pakaian ibu hamil dijaga kebersihannya. Mengganti
pakaian dalam sesering mungkin karena selama kehamilan keputihan
pada vagina meningkat dan jumlahnya bertambah disebabkan kelenjar
leher rahim bertambah jumlahnya. (Jannah,2012)
4. Kebutuhan Istirahat
Aktivitas yang dilakukan setiap hari otomatis ibu hamil akan sering
merasa lelah dari pada sebelum waktu hamil. Ini salah satunya
disebabkan oleh faktor beban dari berat janin yang semakin terasa oleh
sang ibu. Pengaturan aktivitas yang tidak terlalu berlebihan sangatlah
perlu diterapkan oleh setiap ibu hamil. Salah satunya dengan cara
beristirahat atau tidur sebentar pada siang hari.(Jannah, 2012)
5. Kebutuhan Seks
Masa kehamilan calon ibu normal serta tidak mempunyai
kecenderungan melahirkan premature dan aborsi ulang maka senggama
dapat dilanjutkan dengan frekuensi yang normal. Pasangan dapat saling
membicarakan kebutuhan keinginan seksual mereka. Mereka dapat
menikmati senggama dalam kehamilan. (Jannah,2012)
5. Tanda Bahaya Kehamilan pada Trimester III
a) Perdarahan Pervaginam
Kehamilan lanjut perdarahan yang tidak normal adalah merah, banyak
dan kadang-kadang, tetapi tidak selalu disertai dengan rasa nyeri.
Perdarahan pervaginam pada kehamilan lanjut disebut juga perdarahan
antepartum atau Haemorage Antepartum.
b) Keluar cairan pervaginam
Cairan pervaginam dalam kehamilan normal apabila, tidak berupa
perdarahan banyak, air ketuban maupun leukhore yang patologis.
c) Sakit kepala yang hebat
Sakit kepala pada kehamilan, dapat menunjukkan suatu masalah yang
serius apabila sakit kepala itu dirasakan menetap dan tidak hilang dengan
istirahat.
d) Penglihatan kabur
Masalah visual yang mengindikasikan keadaan yang mengancam adalah
perubahan visual yang mendadak, misalnya pandangan kabur dan
berbayang. Perubahan penglihatan ini mungkin disertai sakit kepala yang
hebat dan mungkin menjadi suatu tanda pre-eklamsia.
e) Bengkak diwajah dan jari-jari tangan
Bengkak bisa menunjukkan adanya masalah serius jika muncul pada
muka dan tangan, tidak hilang setelah beristirahat, dan disertai dengan
keluhan fisik yang lain. Hal ini bisa merupakan pertanda anemia, gagal
jantung, atau pre-eklamsia.
f) Gerak janin tidak terasa
Gerakan janin berkurang bisa disebabkan oleh aktifitas ibu yang
berlebihan sehingga gerak janin tidak dirasakan, kematian janin, perut
tegang akibat kontraksi berlebihan ataupun kepala sudah masuk panggul
pada kehamilan aterm.
g) Nyeri perut yang hebat
Nyeri abdomen yang hebat, menetap dan tidak hilang setelah beristirahat
sangat berkemungkinan menunjukkan masalah yang mengancam
keselamatan jiwa ibu dan janin yang dikandungnya.
6. Ketidaknyamanan Ibu Hamil Pada Trimester III
a) Nausea (Mual)
Penyebab yang pasti tidak diketahui, mungkin disebabkan peningkatan
kadar HCG, estrogen atau progesteron. Cara untuk mengatasinya dapat
berupa: makan dengan porsi kecil tapi sering, makan biskuit kering atau
roti bakar sebelum beranjak daritempat tidur, jangan menyikat gigi setelah
makan dan bangun tidur, hindari makanan ber aroma kuat, batasi lemak,
dan istirahat. (Marni,2016)
b) Leukorea (Keputihan)
Leukhorea dapat disebabkan oleh karena terjadinya peningkatan produksi
kelenjar dan lendir endoservikal sebagai akibat peningkatan kadar
esterogen. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi leukorea adalah
dengan : memperhatikan kebersihan pada alat genital, membersihkan alat
genital dari arah depan kebelakang, mengganti pakaian berbahan katun
dengan sering, mengganti celana secara rutin, tidak menggunakan douch.
c) Nocturia (Sering Berkemih)
Peningkatan frekuensi berkemih pada trimester pertama dimungkinkan
karena terjadinya peningkatan ph pada rahim sehingga membuat istmus
menjadi lunak (tanda hegar), hal ini menyebabkan posisi rahim antefleksi
sehigga menekan kandung kemih. Sedangkan pada trimester ketiga
terjadi karena bagian terendah janin menurun masuk ke dalam panggul
dan menimbulkan tekanan langsung pada kandung kemih. Cara
mengatasinya antara lain : segera kosongkan kandung kemih terasa ingin
berkemih, perbanyak minum pada siang hari, jangan mengurangi porsi
minum di malam hari, membatasi minuman yang mengandung kafein,
tidur dengan posisi miring dan kaki ditinggikan.
d) Sakit Punggung
Sakit/nyeri punggung disebabkan kurvatur dari vertebra umbosakral yang
meningkat saat uterus terus membesar. Pencegahan yang dapat
dilakukan antara lain : lebih banyak istirahat, gunakan bantal saat tidur
untuk meluruskan punggung, berjongkok dan bukan membungkuk, untuk
mengangkat setiap benda agar supaya kaki (paha) dan bukan punggunng
yang akan menahan beban dan tegangan.
e) Chloasma gravidarum
Pencegahan yang dapat dilakukan antara lain : hindari sinar matahari
berlebihan selama masa kehamilan dan gunakan bahan non-alergis.
f) Konstipasi
Konstipasi biasanya terjadi pada trimester kedua dan ketiga. Konstipasi
disebabkan karena penurunan peristaltik usus dan efek samping
penggunaan zat besi. Cara yang dapat dicoba untuk mengurangi keluhan
konstipasi antara lain : minum air minimal 8 gelas per hari, istirahat cukup,
minum air hangat, makan makanan berserat, memiliki pola defekasi yang
teratur, konsumsi laksatif/pelunak feses (Kusmiyati, 2010)

B. Konsep Masa Persalinan


1. Konsep Dasar Teori Persalinan
a) Pengertian
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi melalui
vagina ke dunia luar(Kuswanti & Melina, 2013: 1). Menurut Manuaba
(2012) persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (plasenta
dan janin) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan
melalui jalan lahir, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan ibu
sendiri).
b) Fisiologi
1) Jenis-Jenis Persalinan
Jenis persalinan menurut Manuaba et al (2014:164) adalah:
a) Persalinan spontan yaitu bila persalinan seluruhnya berlangsung
dengan kekuatan ibu sendiri.
b) Persalinan buatan yaitu bila proses persalinan dibantu dengan
tenaga dari luar, misalnya ekstraksi dengan forcep atau dilakukan
operasi sectio caesarea.
c) Persalinan anjuran (partus presipitatus) yaitu bila kekuatan yang
diperlukan untuk persalinan ditimbulkan dari luar dengan jalan
rangsangan.
2) Teori Penyebab Mulanya Persalinan Menurut Manuaba et al (2014:
168) :
a) Teori keregangan
Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam
batas tertentu, setelah melewati batas tersebut terjadi kontraksi
sehingga persalinan dapat mulai.
b) Teori penurunan progesteron
Produksi progesteron mengalami penurunan, sehingga
otot rahim lebih sensitif terhadap oksitosin. Akibatnya otot rahim
mulai berkontraksi setelah tercapai tingkat penurunan
progesteron tertentu.
c) Teori oksitosin internal
Perubahan keseimbangan estrogen dan progesteron dapat
mengubah sensitivitas otot rahim sehingga sering terjadi kontraksi
Braxton Hicks, menurunnya konsentrasi progesteron akibat
tuanya kehamilan maka oksitosin dapat meningkatkan aktivitas,
sehingga persalinan dapat mulai.
d) Teori prostaglandin
Pemberian saat hamil dapat menimbulkan kontraksi otot
rahim sehingga hasil konsepsi dikeluarkan.
e) Teori hipotalamus-pituitari dan glandula suprarenalis :

1) Menunjukkan pada kehamilan dengan anensefalus


sering terjadi kelambatan persalinan karena tidak
terbentuk hipotalamus.
2) Pemberian kortikosteroid yang dapat menyebabkan maturitas
janin, induksi.
3) Glandula suprarenal merupakan pemicu terjadinya
persalinan.
3) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persalinan
Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan menurut
Sujiyatini (2011:26-36) adalah :
a) Power
His normal mempunyai sifat :
1) Kontraksiotot rahim mulai dari salah satu tanduk rahim
2) Fundaldominan, menjalar ke seluruh otot rahim
3) Kekuatannya seperti memera sisi rahim
4) Otot rahim yang berkontraksi tidak kembali ke panjang semula
sehingga terjadi retraksi dan pembentukan segmen bawah
rahim.
b) Passage
Proses persalinan mekanis yang melibatkan 3 faktor yaitu,
jalan lahir, kekuatan yang mendorong dan akhirnya janin yang
didorong dalam satu mekanise tertentu dan terpadu.
c) Passanger
Kepala janin terdapat tulang-tulang tengkorak (kranium)
dan tulang-tulang dasar tengkorak (basis kranii) serta muka.
d) Penolong
Dalam hal ini proses persalinan tergantung dari
kemampuan skill dan kesiapan penolong dalam menghadapi
proses persalinan.
e) Psikologis
Banyaknya wanita normal yang merasakan kegairahan
dan kegembiraan disaat merasa kesakitan awal menjelang
kelahiran bayinya. Perasaan positif berupa kelegaan hati seolah-
olah pada saat itulah benar-benar terjadi realitas “kewanitaan
sejati” yaitu munculnya rasa bangga bisa melahirkan atau
memproduksi anak.
4) Tanda-Tanda Persalinan
Tanda-tanda persalinan menurut Manuaba et al (2014:173) adalah :
a) His persalinan mempunyai sifat :
Pinggang terasa sakit yang menjalar ke depan, sifatnya teratur,
interval makin pendek, dan kekuatannya makin kuat, mempunyai
pengaruh terhadap perubahan serviks, makin beraktivitas (jalan)
kekuatan makin bertambah.
b) Pengeluaran lendir dan darah (pembawa tanda)
Dengan his persalinan terjadi perubahan pada serviks yang
menimbulkan pendataran dan pembukaan, pembukaan
menyebabkan lendir yang ada pada lendir servikalis lepas, terjadi
perdarahan karena kapiler pembuluh darah pecah.
c) Pengeluaran cairan
Pada beberapa kasus terjadi ketuban pecah yang menimbulkan
pengeluaran cairan. Sebagian besar ketuban baru pecah
menjelang pembukaan lengkap. Dengan pecahnya ketuban
diharapkan persalinan berlangsung dalam 24 jam.
5) Kala Persalinan dan Tanda - Tandanya
a) Kala I (Kala Pembukaan)
Menurut APN (2008:37), inpartu (partus mulai) ditandai
dengan keluarnya lendir bercampur darah (bloody show) dari
vagina, penipisan dan pembukaan serviks, kontraksi uterus
menyebabkan perubahan pada serviks (frekuensi minimal 2 kali
dalam 10 menit). Lama kala I pada primigravida 13-14 jam,
sedangkan pada multigravida 6-7 jam. Kala pembukaan dibagi
atas 2 fase :
1) Fase Laten
Fase laten dimulai sejak awal kontraksi yang
menyebabkan penipisan dan pembukaan serviks secara
bertahap. Berlangsung hingga serviks membuka < 4 cm.
2) Fase Aktif
Berlangsung selama 6 jam dan dibagi atas 3 sub fase :
- Periode akselerasi : Berlangsung 2 jam, pembukaan
menjadi 4 cm.
- Periode dilatasi maksimal (steady) : Selama 2 jam
pembukaan berlangsung cepat menjadi 9 cm.
- Periode deselerasi : Berlangsung lambat, dalam waktu 2
jam pembukaan menjadi 10 cm atau lengkap.
b) Kala II (Kala Pengeluaran Janin)
Menurut Manuaba (2010:173-174), gejala utama kala II adalah :
1) His semakin kuat, interval 2-3 menit, dengan durasi 50 sampai
100 detik.
2) Menjelang akhir kala I, ketuban pecah yang ditandai dengan
keluarnya cairan secara mendadak.
3) Ketuban pecah pada pembukaan mendekati lengkap diikuti
keinginan mengejan, karena tertekannya fleksus franken
hauser.
4) Kekuatan his dan mengejan lebih mendorong kepala bayi,
sehingga terjadi kepala membuka pintu, subocciput bertindak
sebagai hipomoklion berturut-turut lahir ubun-ubun besar,
dahi, hidung dan muka, kepala seluruhnya.
5) Kepala lahir seluruhnya dan diikuti oleh putar paksi luar, yaitu
penyesuaian kepala dan punggung.
6) Setelah putar paksi luar berlangsung, maka persalinan bayi
ditolong dengan jalan kepala dipegang pada os occiput dan di
bawah dagu, ditarik curam ke bawah untuk melahirkan bahu
depan dan curam ke atas untuk melahirkan bahu belakang,
setelah kedua bahu lahir dikait untuk melahirkan sisa badan
bayi, bayi lahir diikuti oleh sisa air ketuban.
7) Lama kala II untuk primigravida 50 menit dan untuk multi
gravida 30 menit.
c) Kala III (Kala Pelepasan Uri)
Kala III dimulai setelah bayi lahir dan berakhir dengan
lahirnya plasenta (biasanya 6-15 menit) (APN, 2008 : 123).
d) KalaIV
Merupakan masa observasi selama 2 jam setelah bayi dan
uri lahir untuk mengamati tingkat kesadaran ibu, pemeriksaan
tanda-tanda vital, kontraksi uterus dan perdarahan, masih normal
bila jumlah darah tidak lebih dari 400-500cc. (Manuaba et al,
2014: 174)
6) MekanismePersalinan
Menurut Wiknjosastro (2007:186), mekanisme persalinan adalah :
a) Penurunan kepala
Pada presentasi kepala, bila his sudah cukup kuat, kepala akan
turun dan mulai masuk ke dalam rongga panggul. Masuknya
kepala melewati PAP dalam keadaan sinklitismus, yaitu arah
sumbu kepala janin tegak lurus dengan bidang PAP. Dapat juga
kepala masuk dalam keadaan asinklitismus, yaitu sumbu kepala
janin miring dengan PAP.
b) Fleksi
Kepala bayi masuk ruang panggul yang ukuran paling kecil
dengan diameter suboccipito bregmatika (9,5 cm) dengan
menggantikan suboccipito frontalis (11 cm) sampai pada dasar
panggul kepala dalam keadaan fleksi maksimal.
c) Putaran paksi dalam
Akibat elastisitas diafragma pelvis dan tekanan intra uterin
disebabkan oleh his yang berulang-ulang, kepala mengadakan
rotasi.
d) Defleksi
Setelah kepala sampai di dasar panggul, ubun-ubun kecil berada
di bawah simfisis dan occiput sebagai hipomoklion kepala
mengadakan defleksi.
e) Putaran paksi luar
Pada tiap his, vulva lebih membuka dan kepala janin masuk,
perineum makin lebar dan tipis, anus membuka dengan kekuatan
his, dengan mengejan berturut-turut tampak bregmatika, dahi,
muka, dagu, setelah lahir putaran paksi luar.
f) Ekspulsi
Bahu bayi melewati PAP dalam keadaan miring dalam rongga
panggul bahu akan menyesuaikan diri dengan bentuk panggul
yang dilaluinya, sehingga didasar panggul apabila kepala telah
lahir bahu berada dalam posisi depan belakang, kemudian
dilahirkan bahu depan terlebih dahulu, bahu trochanter belakang
bahu bayi seluruhnya.
2. Asuhan Kebidanan Persalinan
Manajemen kebidanan (Midwifery Management) adalah pendekatan yang
digunakan oleh bidan dalam menerapkan metode pemecahan masalah
secara sistematis, mulai dari pengkajian, analisis data, diagnosa kebidanan,
perencanaan, penatalaksanaan dan evaluasi (Mudillah dkk, 2012:110).
1) Pengkajian
a) Data Subjektif
(1) Biodata
- Umur
Tanyakan berapa usia wanita karena usia di bawah 16 tahun
dan di atas 35 tahun wanita rentan terhadap komplikasi. Usia di
bawah 16 tahun meningkatkan insiden preeklamsia, usia di atas
35 tahun meningkatkan insiden persalinan yang lama pada
nulipara, SC, kelahiran preterm, Intrauterine Growth Retardation
(IUGR) dan kematian janin (Varney &Jan, 2008: 691).
- Pendidikan
Pendidikan yang kurang membuat masyarakat tetap
berorientasi pada pengobatan dan pelayanan tradisional
sehingga mempengaruhi kesejahteraan ibu (Manuaba et al,
2014: 11).
- Gravida dan para
Paritas memengaruhi durasi persalinan dan insiden komplikasi.
Semakin tinggi paritas, insiden abrubsio plasenta, plasenta
previa, perdarahan uterus, mortalitas ibu, dan mortalitas
perinatal juga meningkat (Varney & Jan, 2008 : 691).
(2) Keluhan utama
Menurut Manuaba et al (2014:173) tanda-tanda persalinan adalah :
- Terjadinya his persalinan. Mempunyai ciri khas pinggang terasa
nyeri yang menjalar ke depan, sifatnya teratur, interval makin
pendek, dan kekuatannya makin besar.
- Pengeluaran lendir dan darah (pembawa tanda). Dengan his
persalinan terjadi perubahan pada serviks yang menimbulkan
pendataran danpembukaan. Terjadi perdarahan karena kapiler
pembuluh darah pecah.
- Pengeluaran cairan. Pada beberapa kasus terjadi ketuban
pecah yang menimbulkan pengeluaran cairan. Sebagian besar
ketuban baru pecah menjelang pembukaan lengkap.
Gejala utama kala II (pengusiran) menurut Manuaba et al (2014:
173‒174) adalah :
a) His semakin kuat, interval 2 sampai 3 menit, dengan durasi 50
sampai 100 detik.
b) Akhir kala I, ketuban pecah, ditandai pengeluaran cairan secara
mendadak.
c) Ketuban pecah pada pembukaan mendekati lengkap diikuti
keinginan mengejan, karena tertekannya Pleksus Franken
hauser.
d) Kedua kekuatan, his dan mengejan lebih mendorong kepala
bayi sehingga terjadi kepala membuka pintu, suboksiput
bertindak sebagai hipomoklion berturut-turut lahir ubun-ubun
besar, dahi, hidung, dan muka, dan kepala seluruhnya.
e) Kepala lahir seluruhny dan diikuti oleh putar paksi luar, yaitu
penyesuaian kepala terhadap punggung.
f) Setelah putar paksi luar berlangsung, maka persalinan bayi
ditolong dengan jalan : kepala dipegang pada os oksiput dan di
bawah dagu, ditarik curam ke bawah untuk melahirkan bahu
depan, dan curam ke atas untuk melahirkan bahu belakang,
setelah kedua bahu lahir, ketika dikait untuk melahirkan sisa
badan bayi, bayi lahir diikuti oleh sisa air ketuban.
(3) Riwayat kesehatan dahulu
- Penyakit jantung
Perubahan fisiologi terjadinya peningkatan volume darah dan
peningkatanfrekuensi denyut jantung menyebabkan
peningkatan serambi kiri jantung yang mengakibatkan edema
padaparu. Penambahan volume darah ke dalam sirkulasi
sistemik sewaktu his atau kontraksi uterus menyebabkan
bahaya saat melahirkan karena dapat mengganggu aliran darah
dari ibu ke janin (Saifuddin, 2014 : 769). Persalinan pervaginam
diperbolehkan pada ibu dengan penyakit jantung kelas I dan II.
Hal ini jantung harus bekerja lebih berat (Irianto, 2014: 266).
- Diabetes Mellitus
Komplikasi yang dapat terjadi pada persalinan yaitu trauma
kelahiran seperti distosia bahu, fraktur tulang dan injuri pleksus
brakialis, kelahiran mati, lebih sering pengakhiran partus
dengan tindakan termasuk SC (Saifuddin,2014: 855‒856).
- Anemia
Bahaya saat persalinan adalah gangguan kekuatan mengejan,
kala I dapat berlangsung lama dan sering memerlukan tindakan
operasi kebidanan, kala uri dapat diikuti retensio plasenta dan
perdarahan karena atonia uteri, kala IV terjadi perdarahan
postpartum sekunder dan atonia uteri (Manuaba et al, 2014:
240).
- Hipertiroidisme
Menurut Miller et al 1994 dalam Fraser dan Cooper (2009:346)
hipertiroidisme dapat meningkatkan insiden kelahiran prematur,
BBLR dan kematian janin.
- Pneumonia
Saat persalinan perlu pertolongan yang tepat dengan
mempercepat persalinan kala II. Keadaan ini sering dijumpai
pada persalinan terlantar sehingga membahayakan jiwa janin
maupun ibunya (Manuaba etal, 2014:337).
- Hipertensi
Penundaan persalinan meningkatkan risiko kematian ibu dan
janin. Apabila kehamilan berusia 37 minggu atau lebih segera
lakukan persalinan, jika servik matang lakukan pemecahan
ketuban, lalu induksi persalinan tetapi apabila dalam 12 jam
tidak ada harapan lahir pervaginam segera lakukan SC. Jika
servik belum matang segera lakukan SC (Saifuddin, 2014: M-
41).
- Gonorrhea
Ibu penderita gonorrhea dapat terjadi abortus spontan, BBLR,
KPD, korioamnionitis, persalinan prematur (Fraser dan Cooper,
2009: 371). Bayi yang lahir dari ibu menderita gonorrhea selalu
diberikan salep mata untuk mencegah infeksi yang dapat
menyebabkan kebutaan (Manuaba et al, 2014: 338).
- HIV/AIDS
Terapi AZT secara signifikan mengurangi dan menekan
kemungkinan bahwa darah ibu atau cairan tubuh akan
menularkan virus HIV kepada bayinya. Hal ini diberikan kepada
ibu selama persalinan dan melahirkan, ini karena bayi yang
baru lahir risiko darah dan cairan adalah paparan tertinggi
penularan virus (Irianto,2014: 237).
- Hepatitis B
Pada penyelesaian persalinan dengan cara pervaginam harus
diawasi dengan ketat, pada kala II boleh diperpendek dengan
ekstraksi vakum atau forceps bila janin hidup atau embriotomi bila
janin mati. Bahaya yang palingmengancam untuk ibu saat persalinan
ialah terjadinya perdarahan yanghebat dan sulit dikontrol (Mochtar,
2015: 119).
(4) Riwayat kesehatan sekarang
- Ibu hamil dengan anemia saat persalinan dapat terjadi
gangguan his (kekuatan mengejan), kala I berlangsung lama,
kala II berlangsung lama sehingga dapat menyebabkan
kelelahan serta memerlukan tindakan operasi SC, retensio
plasenta dan atonia uteri (Manuaba et al,2014 : 240).
- Kadar Hb normal 11 g % (Manuaba et al, 2014 : 239).
- Bayi yang dilahirkan dari ibu penderita gonorrhea dapat
menderita konjungtivitis, gonore neonatorum atau disebut juga
blenore neonatorum (Cuningham et al, 2006 : 434).
- Darah dan cairan ibu saat persalinan dapat berisiko menular
kepada bayi yang baru lahir risiko darah dan cairan (Irianto,
2014: 237).
(5) Riwayat kesehatan keluarga
- Pengaruh diabetes dalam persalinan antara lain : kelahiran
mati, distosia bahu, fraktur tulang dan injuri pleksus brakialis
(Saifuddin, 2014:855).
- Persalinan anak kembar dapat berlangsung lebihlama karena
kereganggan otot rahim yang berlebihan. Setelah kelahiran
anak pertama dapat terjadi solusio plasenta (Manuaba et al,
2014 : 277).
(6) Riwayat kebidanan
- Haid
Tanggal pada hari pertama periode menstruasi terakhir atau last
normal menstrual periode (LNMP) digunakan sebagai dasar
untuk menentukan usia kehamilan dan perkiraan taksiran partus
(TP) (Varney & Jan, 2007:524).
- Kehamilan
Aborsi spontan berulang dapat mengindikasikan adanya
kondisi, seperti abnormalitas genetik dan ketidakseimbangan
hormon (Fraser & Cooper,2009: 252).
- Persalinan
Lama persalinan sebelumnya merupakan indikasi yang baik
untuk memperkirakan lama persalinan kali ini sehingga
memungkinkan untuk membedakan persalinan antara primi
gravida dan gravida selanjutnya serta persalinan dengan paritas
yang lebih tinggi. Untuk mengidentifikasi pelahiran melalui SC
atau pelahiran operatif pervaginam sebelumnya (Varney & Jan,
2008 : 692).
- Ukuran bayi terbesar yang dilahirkan pervaginam memastikan
keadekuatan panggul wanita untuk ukuran bayi saat ini. Juga
untuk mengantisipasi kemungkinan komplikasi jika dibanding
dengan perkiraan berat janin (Varney & Jan, 2008: 692).
- Wanita yang mempunyai riwayat melahirkan bayi kecil dari ayah
yang sama cenderung memiliki bayi yang kecil juga pada
kehamilan ini (Varney&Jan, 2008: 692).
- Nifas
Keadaan umum ibu saat nifas lalu. Apakah involusi uterus baik,
pengeluaran lokhea normal, serta pengeluaran ASI lancar.
Adakah penyulit pada masa nifas seperti abses pada payudara
(Saifuddin, 2014:125). Segera setelah persalinan dapat terjadi
peningkatan suhu tubuh, tetapi tidak lebih dari 38 0C, bila terjadi
peningkatan terus menerus selama 2 hari, kemungkinan infeksi
(Manuaba et al, 2014 : 201).
(7) Pola kehidupan sehari-hari
- Nutrisi
Ibu diperbolehkan mengkonsumsi makanan rendah lemak dan
rendah residu sesuai selera untuk memberinya energi. Namun,
makan dan minum selama persalinan akan menyebabkan ibu
mengalami peningkatan risiko regurgitasi dan aspirasi isi
lambung (Fraser & Cooper, 2009 : 451). Waktu terakhir kali ibu
makan diperlukan oleh ahli anastesi jika pembedahan
dibutuhkan. Selain itu, juga bermanfaat untuk mengkaji
cadangan energi dan status cairan(Varney&Jan, 2008: 692).
- Eliminasi
Tekanan kepala bayi pada perineum merangsang reflek saraf,
menyebabkan keinginan BAB (Manuaba et al, 2014: 156).
Selama persalinan, ibu harus dianjurkan berkemih setiap 1‒2
jam. Kandung kemih yang penuh juga dapat menghambat
masuknya kepala janin ke dalam gelang panggul (Fraser
&Cooper, 2009 : 452).
- Istirahat dan tidur
Keletihan dan penurunan fisik pada wanita dipengaruhi oleh
tingkat keletihannya saat memasuki persalinan, rumatan hidrasi
selama persalinan, lama persalinan, dan kemampuan
menghadapi tuntutan kondisi dan situasi yang terjadi
(Varney&Jan, 2008: 709).
- Personal hygiene
Pencukuran perineal rutin tidak dilakukan selama beberapa
tahun terakhir. Riset menunjukkan bahwa pencukuran perineal
tidak perlu dilakukan dan tidak meningkatkan angka terjadinya
infeksi. Bagi ibu yang sedang berada pada proses persalinan
normal, mandi air hangat dapat menjadi pereda nyeri efektif
yang dapat meningkatkan mobilitas tanpa peningkatan efek
samping bagi ibu atau bayinya(Fraser&Cooper,2009: 442).
- Aktivitas
Pada kalaI apabila ketuban belum pecah ibu diperbolehkan
duduk atau berjalan-jalan, jika berbaring sebaiknya ke sisi
letaknya punggung janin atau miring ke kiri, jika ketuban sudah
pecah wanita tersebut dilarang berjalan-jalan harus berbaring
(Mochtar, 2015: 77).
(8) Riwayat ketergantungan
Kebiasaan merokok, minum alkohol, dan kecanduan
narkotika dapat menimbulkan kelahiran dengan BBLR bahkan
dapat menimbulkan cacat bawaan atau kelainan pertumbuhan dan
perkembangan baik fisik maupun mental (Manuaba et al,
2014:122).
(9) Psiko sosial dan spiritual
Keadaan psiko sosial dan spiritual menurut Fraser & Cooper
2009: 429, 453)adalah:

- Mood yang berubah-ubah sering terjadi dan dorongan energi


juga dapat dialami.
- Sebagian mungkin memandang kontraksi yang dialami sebagai
kekuatan positif yang memotivasi dan memberikan kehidupan.
Sebagian lain mungkin merasakan kontraksi ini sebagai rasa
nyeri dan melawan kontraksi tersebut).
- Seorang ibu dapat menyambut peristiwa ini dengan perasaan
senang karena sebentar lagi ia akan melihat bayinya, ibu yang
lain mungkin merasa gembira karena pada akhirnya
kehamilannya ini akan berakhir dan ia mengalami berbagai
kesukaran.
- Sejalan dengan kemajuan persalinan,ibu dapat merasa kurang
percaya diri terhadap kemampuan kopingnya menghadapi sifat
kontraksi yang kuat yang mengendalikan tubuhnya.
(10) Latar Belakang Sosial Budaya
Menurut Manuaba et al (2014: 116) kebiasaan yang tidak
menguntungkan selama persalinan adalah pijat perut,
memasukkan ramuan-ramuan seperti daun-daunan ke dalam
vagina dengan maksud untuk membersihkan darah dan cairan
yang keluar karena persalinan, atau memberi jamu tertentu untuk
memperkuat tubuh.
b) Data Objektif
(1) Pemeriksaan umum
- Keadaan umum
Kondisi umum selama kala II persalinan akan bergantung
pada kondisi umumnya diakhir kala I persalinan. Jika memasuki
tahap kedua persalinan sudah kehabisan tenaga, ia akan
mengalami kesulitan mengerahkan tenaga yang diperlukan
untuk mendorong, terutama jika ia primi gravida (Varney& Jan,
2008: 760).
- Tanda-tandavital
Tekanan darah diukur setiap 2‒4 jam, kecuali jika tidak
normal, pengukuran yang lebih sering diperlukan bergantung
pada situasi individu (Fraser&Cooper, 2009: 453).
Frekuensi nadi biasanya dihitung setiap 1‒2 jam selama
awal persalinan dan setiap 30 menit jika persalinan lebih cepat
(Fraser &Cooper,2009: 453).
Pada persalinan normal, suhu tubuh maternal harus
diukur sedikitnya setiap 4 jam (Fraser&Cooper, 2009: 453).
Sedikit peningkatan frekuensi pernapasan masih normal,
selama persalinan dan mencerminkan peningkatan metabolisme
yang terjadi (Varney&Jan, 2008: 687).
- Pemeriksaanfisik
a. Muka
Tampak sembab/tidak, pucat/tidak (Romauli, 2011 :
174). Saat menjelang persalinan, ibu akan nampak gelisah
ketakutan dan menahan rasa sakit akibat his (Saifuddin,
2014: N-8).
b. Mata
Bentuk simetris, konjungtiva normal warna merah
muda, bila pucat menandakan anemia. Sklera berwarna
putih, bila kuning menandakan ibu mungkin terinfeksi
hepatitis, bila merah kemungkinan ada konjungtivitis
(Romauli, 2011: 174).
c. Mulut dan gigi
Wanita yang bersalin yang tidak mendapat cairan oral
dan perawatan mulut biasanya mengeluarkan bau napas
yang tidak sedap, mulut kering, bibir kering atau pecah-
pecah, tenggorokan nyeri (Varney &Jan, 2008: 719).
d. Payudara
Menjelang persalinan, perlu dilakukan pemeriksaan
terhadap kondisi puting ibu misalnya rabas kolostrum kering
atau berkerak, muara duktus yang tersumbat kemajuan
dalam megeluarkan puting yang rata atau inversi pada
wanita yang merencanakan untuk menyusui (Varney&Jan,
2008: 1051).
e. Abdomen
Saat kontraksi uterus dimulai nyeri akan terjadi
selama beberapa detik dan akan hilang kembali diakhir
kontraksi. Selama kala 1 persalinan penurunan hampir selalu
dapat diraba dengan palpasi abdomen. Palpasi abdomen
untuk mengobservasi apakah kepala janin dapatakan dapat
melewati gelang pelvis dengan bantuan kontraksi yang baik
(Fraser & Cooper, 2009: 453‒454).
f. Genetalia
Tanda-tanda inpartu pada vagina terdapat
pengeluaran pervaginam berupa bloody slym, perineum
menonjol, vulva membuka sebagai tanda gejala kala II
(Manuaba et al, 2014:184). Luka parut di perineum
mengindikasikan adanya riwayat luka perineum sebelumnya
(Wiknjosastro, 2014: 44).
g. Ekstremitas
Edema merupakan tanda klasik preeklamsi. Edema
pada kaki dan pergelangan kaki saja biasanya merupakan
edema dependen yang disebabkan oleh penurunan aliran
darah vena akibat penekanan uterus yang membesar
(Varney&Jan, 2008: 693).
- Pemeriksaan khusus
a. Menentukan usia kehamilan
Manuaba et al (2014: 128) memperhitungkan
masuknya kepala ke pintu atas panggul terutama pada primi
gravida masuknya kepala ke pintu atas panggul terjadi pada
minggu ke-36, mempergunakan ultrasonografi dengan
melihat jarak biparietal, tulang tibia, dan panjang lingkaran
abdomen janin. Mempergunakan hasil pemeriksaan air
ketuban, semakin tua usia kehamilan semakin sedikit air
ketuban.
b. Penurunan kepala janin
Penuruan kepala janin melalui sistem perlimaan dapat
dilihat pada tabel berikut :

Periksa Periksa
Keterangan
luar dalam
Kepala di atas PAP, mudah digerakkan
5/5
(konvergen)
Sulit digerakkan, bagian terbesar kepala belum
4/5 HI–II
masuk panggul (konvergen)
3/5 HII–III Bagian terbesar belum masuk panggul (sejajar)
Bagian terbesar kepala sudah masuk panggul
2/5 HIII+
(divergen)
1/5 HIII–IV Kepala di dasar panggul (divergen)
0/5 HIV Perineum (divergen)
Sumber : Saifuddin, 2014. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal, Jakarta, halaman-10.

c. Auskultasi
Menurut pemeriksaan auskultasi dilakukan
menggunakan stetoskop dan alat doppler. Janin yang dalam
keadaan sehat bunyi jantungnya teratur dan frekuensinya
antara 120‒140 per menit. Bila bunyi jantung kurang dari
120 per menit atau lebih dari 160 per menit atau tidak
teratur, maka janin dalam keadaan asfiksia (kekurangan
oksigen) (Marmi, 2011:188‒189).
d. His
His persalinan mempunyai ciri khas pinggang terasa
nyeri yang menjalar ke depan, sifatnya teratur, interval
semakin pendek, dan kekuatannya semakin besar,
mempunyai pengaruh terhadap perubahan serviks, semakin
beraktivitas (jalan) kekuatan semakin bertambah (Manuaba
et al, 2014: 173).
e. Pemeriksaan dalam
Menurut Cunningham (2006:338‒339) pemeriksaan
vagina secara aseptik paling sering dilakukan, kecuali jika
sudah ada ada perdarahan (bloody show) yang berlebihan.
Perhatian cermat terhadap hal-hal berikut penting untuk
mendapatkan sebanyak mungkin informasi dan untuk
mengurangi kontaminasi bakteri akibat pemeriksaan
berulang.
f. Pendataran serviks
Jika panjang serviks berkurang separuh, dikatakan 50
persen mendatar, bila serviks menjadi setipis segmen uterus
bawah di dekatnya, serviks dikatakan telah mendatar penuh
atau 100 persen.
g. Dilatasi serviks
Dilatasi serviks ditentukan dengan memperkirakan
diameter rata-rata bukaan serviks. Jari pemeriksa disapukan
dari tepi serviks di satu sisike sisi yang berlawanan, dan
diameter yang dilintasi yaitu 1‒10 cm. Serviks dikatakan
membuka penuh bila diameternya 10cm, karenabagian
terbawah ukuran bayi aterm biasanya dapat melewati serviks
yang membuka lebar.
h. Posisi serviks
Hubungan antara ostium serviks dengan kepala janin
dikategorikan sebagai posterior, posisi tengah, atau anterior.
Posisi posterior rmengesankan persalinan preterm.
i. Station
Ketinggian bagian terbawah janin dijalan lahir
digambarkan dalam hubungannya dengan spina iskhiadika
yang terletak di tengah-tengah antara pintu atas panggul dan
pintu bawah panggul. Jadi, saat bagian terbawah turun dari
pintu atas panggul menuju spina iskhiadika, disebut sebagai
station -5, -4, -3, -2, -1 lalu 0. Dibawah spina iskhiadika,
bagian terbawah janin melewati station +1, +2, +3, +4 dan +5
untuk lahir. Station +5 cm setara dengan kepala janin yang
terlihat di introitus.
j. Deteksi pecahnya selaput ketuban
Suatu diagnosis pasti pecahnya selaput ketuban
dibuat apabila cairan amnion terlihat berada di fornik
sposterior atau cairan jernih mengalir dari kanalis servisis.
Jika diagnosis tetap tidak pasti, metode lain yang dapat
digunakan adalah pengujian ph cairan vagina, ph sekret
vagina normalnya bekisar antara 4,5 dan 5,5, sementara
cairan amnion biasanya 7,0 -7,5.
Menurut Varney & Jan (2008: 711) frekuensi
pemeriksaan dalam pada wanita intrapartum yang normal
dianjurkan melakukan pemeriksaan dalam sebanyak 5 kali,
yakni:
a) Pada saat datang, untuk menetapkan informasi dasar.
b) Sebelum memutuskan jenis obat, jumlahnya, dan rute
pemberiannya.

c) Untuk memastikan pembukaan sudah lengkap sehingga


dapat diputuskan apakah ibu harus mengejan, atau
sebaliknya.
d) Setelah ketuban pecah, jika dicurigai atau kemungkinan
terjadi prolaps tali pusat.
e) Untuk mengecek prolaps tali pusat ketika perlambatan
frekuensi denyut jantung janin tidak kunjung membaik
dengan prasat biasa.
2) Interpretasi Diagnosa/Masalah Aktual
Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap
diagnose atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang
benar atas data-data yang dikumpulkan. Data dasar yang sudah
dikumpulkan diinterpretasikan sehingga ditemukan masalah atau diagnose
yang spesifik. Langkah awal dari perumusan masalah/diagnosa kebidanan
adalah pengelolahan/analisa data yang menggabungkan dan
menghubungkan satu dengan lainnya sehingga tergambar fakta
(Mufdillah, dkk 2012: 113).
Pada kala I persalinan, lama pembukaan yang berlangsung pada
primi gravida yaitu berlangsung selama 12 jam sedangkan pada
multicgravida berlangsung selama 8 jam yang dimulai dari pembukaan 0
cm sampai pembukaan 10 cm. Pada fase laten persalinan yang dimulai
sejak awal kontraksi menyebabkan penipisan dan pembukaanserviks
secara bertahap yang berlangsung hingga serviks membuka kurang dari 4
cm yang umumnya berlangsung selama 8 jam.
Kemudian pada fase aktif persalinan frekuensi dan kontraksi uterus
meningkat secara bertahap (kontraksi dianggab adekuat/memadai jika
terjadi tiga kali atau lebih dalam 10 menit, dan berlangsung selama 40
detik atau lebih), dari pembukaan 4 cm hingga mencapai pembukaan 10
cm dengan kecepatan rata-rata 1 cm per jam pada multi gravida dan primi
gravida, atau lebih dari 1 sampai 2 cm multi gravida. Pada kala I
persalinan juga perlu adanya pemeriksaan tanda-tanda vital sekitar 2 atau
3 jam dan memperhatikan agar kandung kemih selalu kosong, serta
pemantauan denyut jantung janin ½ jam sampai 1 jam.
Pada kala II persalinan, dimulai dari pembukaan serviks sudah
lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi, pada kala II his
menjadi lebih kuat, lebih sering dan semakin lama. Proses ini berlangsung
selama ± 1,5 jam pada primigarvida dan ± 0,5jam pada multigravida. Ibu
akan merasakan adanya dorongan kuat untuk meneran bersama dengan
adanya kontraksi, adanya tekanan pada anus dan tampak perineum
menonjol, vulva dan sfingter ani membuka, serta meningktnya produksi
pengeluaran lender bercampur darah. Tanda pasti kala II ditentukan
melalui pemeriksaan dalam yang hasilnya pembukaan serviks telah
lengkap dan terlihatnya bagian kepala bayi melalui introitus vagina.
Pada kala III persalinan, dimulai sejak lahirnya bayi hingga lahirnya
plasenta yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit setelah penyuntikan
oksitosin. Pada manajemen aktif kala III ini bertujuan untuk menghasilkan
kontraksi uterus yang lebih efektif sehingga mencegah terjadinya
perdarahan dan mengurangi kehilangan darah. Tanda-tanda pelepasan
plasenta yaitu terjadinya perubahan bentuk dan tinggi fundus, tali pusat
memanjang, dan terjadinya semburan darah secara mendadak dan
singkat.
Pada kala IV persalinan, dimulai dari lahirnya plasenta sampai 2
jam pertama postpartum, dimana pemantauan dilakukan dengan
mengobservasi tanda-tanda vital pasien, kontrasi uterus, perdarahan dan
kandung kemih pada 15 menit pada jam pertama dan 30 menit pada jam
kedua post partum.
3) Mengidentifikasi Diagnosa atau Masalah Potensial
Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosa
potensial lain berdasarkan rangakaian masalah dan diagnose yang sudah
diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan
dilakukan pencegahan, sambil mengamati klien bidan diharapkan dapat
bersiap-siap bila diagnose/masalah potensial ini benar– benar terjadi
(Mufdillah, dkk 2012: 117).
Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosis
potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosis yang sudah
diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan
dilakukan pencegahan, sambil mengamati klien, bidan dapat diharapkan
bersiap-siap bila diagnose/masalah potensial ini benar-benar terjadi. Pada
langkah ini penting sekali melakukan asuhan yang aman. Dalam
mengidentifikasi diagnose atau masalah potensial dilakukan
pengantisipasian penanganan yang kemungkinan muncul pada kala I yaitu
terjadinya kala I lama, peningkatan atau penurunan tanda-tanda vital, DJJ
kurang dari 100 atau lebih dari 180 kali/menit, terjadinya perdarahan
pervaginam selain dari lender dan darah, ketuban pecah yang bercampur
dengan mekonium kental yang disertai dengan tanda gawat janin,
kontraksi uterus kurang dari 2 kontraksi dalam 10 menit dan berlangsung
kurang dari 20 detik serta tidak ditemukan perubahan serviks dalam 1-2
jam, pembukaan serviks mengarah ke sebelah kanan garis waspada pada
partograf.
Pada kala II persalinan, kemungkinan masalah yang dapat terjadi
yaitu, terjadinya kala II lama yang di sertai dengan partus macet/kasep,
dimana partograf melewati garis waspada, terjadinya distosia bahu,
kontraksi tidak teratur dan kurang, tanda-tanda vital meningkat, dan ibu
tampak kelelahan.
Pada manajemen aktif Kala III persalinan, masalah yang dapat
terjadi yaitu diantaranya terjadinya perdarahan pervaginam dikarenakan
terjadinya laserasi jalan lahir, atonia uteri karena kontraksi uterus yang
tidak baik, dan terjadinya retensio plasenta dimana plasenta belum lahir
30 menit setelah bayi lahir.
Dan pada Kala IV persalinan, masalah yang dapat terjadi yaitu
terjadinya perdarahan pervaginam dengan pembekuan darah yang
banyak, tanda-tanda vital melawati batas normal dimana tekanan darah
dan suhu tubuh meningkat, kontraksi uterus yang tidak baik.
4) Mengidentifikasi dan Menetapkan Kebutuhan Yang Memerlukan
Penanganan Segera
Kala I lama yang mengakibatkan tanda gawat janin, ketuban pecah
yang bercampur mekonium kental, dan kontraksi uterus kurang dari 2
kontraksi dalam 10 menit dan berlangsung dari 20 detik serta tidak
ditemukan perubahan serviks dalam 1-2 jam atau pembukaan serviks
mengarah ke sebelah kanan garis waspada pada partograf.
Pada kala II persalinan, Beberapa data menunjukan situasi
emergensi dimana bidan perlu bertindak segera demi keselamatan ibu
dan bayi, beberapa data menunjukan situasi yang memerlukan tindakan
segera sementara menunggu intruksi dokter. Mungkin juga memerlukan
konsultasi dengan tim kesehatan lain. Bidan mengevaluasi situasi setiap
pasien untuk menentukan asuhan pasien yang paling tepat. Langkah ini
mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen kebidanan
(Mufdillah, dkk2012: 117-178).
Dalam persalinan tindakan yang memerlukan penanganan segera
diantaranya : Pada kala I persalinan yaitu terjadinya kemungkinan
masalah yang dapat terjadi yaitu, terjadinya kala II lama yang di sertai
dengan partus macet/kasep, dimana partograf melewati garis waspada,
terjadinya distosia bahu, kontraksi tidak teratur dan kurang,tanda-tanda
vital meningkat, dan ibu tampak kelelahan. Pada manajemen aktif Kala III
persalinan, masalah yang dapat terjadi yaitu diantaranya terjadinya
perdarahan pervaginam dik arenakan terjadinya laserasi jalan lahir, atonia
uteri karena kontraksi uterus yang tidak baik, dan terjadinya retensio
plasenta dimana plasenta belum lahir 30 menit setelah bayi lahir.
Dan pada Kala IV persalinan masalah yang dapat terjadi yaitu
terjadinya perdarahan pervaginam dengan pembekuan darah yang
banyak, tanda-tanda vital melawati batas normal dimana tekanan darah
dan suhu tubuh meningkat, kontraksi uterus yang tidak baik.
5) Merencanakan Asuhan yang Komprehensif/Menyeluruh
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan
oleh langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen
terhadap diagnose atau masalah yang telah diidentiikasi atau antisipasi,
pada langkah ini informasi/data dasar yang tidak lengkap dilengkapi
(Mufdillah, dkk 2012).
Setiap rencana asuhan haruslah disetujui oleh kedua belah pihak,
yaitu oleh bidan dan klien agar dapat dilaksanakan dengan efektif karena
klien merupakan bagian dari pelaksanaan rencana tersebut. Rencana
yang dibuat harus rasional dan benar-benar valid berdasarkan
pengetahuan dan teori yang up to date serta evidance based terkini serta
sesuai dengan asumsi tentang apa yang akan dilakukan klien.
Adapun penatalaksanaan yang diberikan pada persalinan normal
yaitu, memantau perubahan tubuh ibu untuk menentukan apakah
persalinan dalam kemajuan yang normal, memeriksa perasaan ibu dan
respon fisik terhadap persalinan, membantu ibu memahami apa yang
sedang terjadi sehingga ia berperan serta aktif dalam menentukan
asuhan. Membantu keluarga dalam merawat ibu selama persalinan,
menolong kelahiran dan memberikan asuhan pasca persalinana dini, dan
mengenali masalah secepatnya dan mengambil keputusan yang tepat
guna dan tepat waktu (efektif dan efisien).
Perencanaan asuhan tindakan yang perlu dilakukan juga dapat
berupa, pemantauan terus menerus kemajuan persalinan mengunakan
partograf, pemantauan TTV ibu dan keadaan janin, memenuhi kebutuhan
nutrisi dan dehidrasi ibu, menganjurkan ibu perubahan ambulasi dan
posisi ibu, menganjurkan tindakan yang memberikan pada rasa nyaman,
serta menganjurkan keluarga memberi dukungan.
6) MelaksanakaanPerencanaandanPenatalaksanaan
Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang
telah diuraikan pada langkah ke-5 dilaksanakan secara efisien dan aman.
Perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian
dilakukan oleh bidan dan sebagian oleh klien atau anggota tim kesehatan
lainnya.
7) Evaluasi
Pada langkah ini dilakukan evaluasi keevektifan dari asuhan yang
sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah
benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah
diidentifikasi di dalam masalah dan diagnosis. Rencana tersebut dapat
dianggap efektif jika memang benar efektif dalam pelaksanaannya. Ada
kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut telah efektif sedangkan
sebagian belum efektif (Mufdillah, dkk 2012: 118-119)

C. Konsep Masa Nifas

1. Pengertian Masa Nifas


Masa nifas atau puerperium dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya
plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu. (Saifuddin, 2018)
Masa nifas (puerperium) adalah masa dimulai setelah kelahiran
plasenta dan berakhir ketika alat kandungan kembali seperti semula sebelum
hamil yang berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari. (Sutanto, 2018)
Menurut Walyani dan Purwoastuti (2017), nifas dibagi dalam tiga
periode, yaitu :
1) Puerperium dini, yaitu kepulihan ketika ibu telah diperbolehkan berdiri dan
berjalan.
2) Puerperium intermedial, yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia.
3) Remote puerperium, yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
sempurna, terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai
komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna mungkin beberapa minggu,
bulan atau tahun.

2. Perubahan Fisiologi Masa Nifas


Menurut Sutanto 2018, Perubahan fisiologis pada ibu nifas sebagai berikut :
a) Perubahan sistem reproduksi
a. Involusi uterus
Setelah plasenta lahir Fundus uteri akan teraba 3 Jari dibawah pusat
selama 2 hari berikutnya besarnya tidak seberapa berkurang tetapi
sesudah 2 hari ini uterus mengecil dengan cepat, sehingga pada hari
ke-10 tidak teraba lagi dari luar, dan sampai dengan 6 minggu tercapai
lagi ukurannya yang normal.Berikut adalah tabel involusi uterus :

Tabel Tinggi Fundus Uteri dan Berat Uterus Berdasarkan Involusi

Involusi TFU Berat Uterus

Bayi lahir Setinggi pusat, 2 jari di bawah pusat 1.000 gr

1 minggu Pertengahan pusat simpisis 750 gr

2 minggu Tidak teraba di atas simpisis 500 gr

6 minggu Normal 50 gr

8 minggu Normal 30 gr

b. Involusi tempat plasenta


Setelah persalinan tempat plasenta merupakan tempat dengan
permukaan kasar, tidak rata dan kira-kira besarnya Setelah telapak
tangan titik dengan cepat luka ini mengecil, pada akhir minggu kedua
hanya sebesar 3-4 cm dan pada akhir nifas 1-2 cm.
c. Serviks dan Vagina
Vagina dan lubang vagina pada permulaan puerperium merupakan
suatu saluran yang luas berdinding tipis. Secara berangsur-angsur
luasnya berkurang, tetapi jarang sekali dapat kembali seperti semula
atau seperti ukuran seorang nullipara.
d. Lochea
Bagian pertama masa nifas biasanya keluar cairan dari vagina yang
dinamakan lochea. Lochea berasal dari luka dalam rahim terutama
luka plasenta. Macam-macam lochea untuk lebih jelas dapat dilihat
pada tabel berikut :
Tabel Macam-Macam Lochea

Lokhea Waktu Warna Ciri-ciri


Rubra(kruenta) 3 hari Merah Terdiri dari darah segar, jaringan
Kehitaman
sisa-sisa plasenta, dinding rahim,
lemak bayi, lanugo (rambut bayi),
dan sisa mekonium. lochea rubra
yang menetap pada awal periode
post partum menunjukkan adanya
perdarahan post partum sekunder
yang mungkin disebabkan
tinggalnya sisa atau selaput
plasenta.
Sanguinolenta 7 hari Merah
kecoklatan Sisa darah bercampur lendir.
dan berlendir
Serosa 14 hari Kuning Lebih sedikit darah dan lebih
kecoklatan banyak serum, juga terdiri dari
leukosit dan robekan atau laserasi
plasenta lochea serosa dan Alba
yang berlanjut bisa menandakan
adanya endometriosis terutama jika
disertai demam rasa sakit
atau nyeri pada abdomen.
Alba >14 hari Putih
Mengandung leukosit sel desidua
berlangsung
dan sel epitel selaput lendir serviks
2-6
serta serabut jaringan yang mati.
Post partum
Lokhea Terjadi infeksi keluar cairan seperti
Purulenta nanah berbau busuk.
Lokhea statis Lokhea tidak lancar keluarnya
Sumber: Sutanto, 2018

b) Perubahan sistem pencernaan


Perubahan sistem pencernaan dari masa kehamilan dan kemudian
sekarang berada pada masa nifas diawali dengan menurunnya kadar
progesteron yang akan memulihkan sistem perncernaan yang semula
mengalami beberapa perubahan ketika kehamilan. Tonus dan motilitas
otot traktus akan kembali ke keadaan normal sehingga akan
memperlancar sistem pencernaan. Asuhan yang akan dilakukan yaitu
memperbanyak minum minimal 3 liter/harinya, meningkatkan makanan
yang berserat, buah–buahan, dan membiasakan BAB tepat waktu. Pada
masa nifas pembuluh darah kembali ke ukuran semula, biasanya ibu nifas
menduga akan merasakan nyeri saat BAB akibat episiotomi ataupun
laserasi, oleh karena itu kebiasaan buang air yang teratur perlu dicapai
kembali setelah tonus otot kembali normal.
c) Sistem Perkemihan
Menurut Walyani dan Purwoastuti (2017), buang air kecil sering sulit
selama 24 jam pertama. Kemungkinan terdapat spasine sfingter dan
edema leher buli-buli sesudah bagian ini mengalami kompresi antara
kepala Janin dan tulang pubis selama persalinan. Urine dalam jumlah
yang besar akan dihasilkan dalam waktu 12 sampai 36 jam sesudah
melahirkan titik Setelah plasenta dilahirkan, kadar hormon estrogen yang
bersifat menahan air akan mengalami penurunan yang mencolok.
keadaan ini menyebabkan diuresis. Uretra yang akan kembali normal
dalam tempo 6 minggu.
d) Sistem Muskuloskeletal
Persalinan dinding perut longgar karena diregang begitu lama tetapi
biasanya pulih dalam 6 minggu. Ligamen Fasia dan diafragma pelvis yang
meregang pada waktu persalinan, setelah bayi lahir secara berangsur-
angsur menjadi ciut dan pulih kembali sehingga tidak jarang uterus jatuh
kebelakang dan menjadi retrofleksi. Alasannya ligamen rontundum
menjadi kendor. Stabilisasi secara sempurna terjadi pada 6 hingga 8
Minggu setelah persalinan. (Sutanto, 2018)
e) Sistem Endokrin
Kadar estrogen menurun 10 % dalam waktu sekitar 3 jam post
partum. Progesterone turun pada hari ke-3 post partum. Kadar prolaktin
dalam darah berangsur-angsur hilang. (Walyani danPurwoastuti,2017)
3. Kebutuhan pada Masa Nifas
Menurut Walyani dan Purwoastuti (2017), kebutuhan dasar masa nifas
sebagai berikut :
a) Kebutuhan Nutrisi
Nutrisi yang dikonsumsi harus bermutu tinggi, bergizi dan cukup
kalori. Kalori bagus untuk proses metabolisme tubuh, kerja organ tubuh,
proses pembentukan ASI. Wanita dewasa memerlukan 2.200 kkal. Ibu
menyusui memerlukan kalori yang sama dengan wanita + 700 kkal pada 6
bulan pertama kemudian + 500 kKalori bulan selanjutnnya. Menu
makanan seimbang yang harus dikonsumsi adalah porsi cukup dan
teratur, tidak terlau asin, pedas atau berlemak, tidak mengandung alkohol,
nikotin serta bahan pengawet atau pewarna, selain itu mengandung
sumber tenaga, pembangun dan pengatur/pelindung.
b) KebutuhanCairan
Fungsi cairan sebagai pelarut zat gizi dalam proses metabolisme
tubuh. Minumlah cairan cukup untuk membuat tubuh ibu tidak dehidrasi.
c) Kebutuhan Ambulasi
Aktivitas dapat dilakukan secara bertahap, memberikan jarak
antara aktivitas dan istirahat. Dua jam setelah bersalin ibu harus sudah
bisa melakukan mobilisasi. Dilakukan secara perlahan-lahan dan
bertahap. Dapat dilakukan dengan miring kanan atau miring kiri terlebih
dahulu, kemudian duduk dan berangsur-angsur untuk berdiri dan jalan.
Selama masa nifas ibu butuh senam khusus untuk ibu nifas karena
memiliki banyak manfaat antara lain mengencangkan otot paha,
mengencangkan paha dan betis, mengencangkan otot panggul serta
mengecilkan perut. Setiap gerakan senam harus dilakukan dengan benar
dan diawali oleh pemanasan terlebih dahulu dan diakhiri dengan
pendinginan. (Depkes,2015:29).
d) Kebersihan Diri (Personal Hygiene)
Kebersihan diri ibu membantu mengurangi sumber infeksi dan
meningkatkan perasaan nyaman ibu. Anjurkan ibu untuk menjaga
kebersihan diri dengan cara mandi yang teratur minimal 2 kali sehari,
mengganti pakaian dan alas tempat tidur serta lingkungan dimana ibu
tinggal.
e) Kebutuhan Istirahatdan Tidur
Ibu nifas memerlukan istirahat yang cukup, istirahat tidur yang
dibutuhkan ibu nifas sekitar 8 jam pada malam hari dan 1 jam pada siang
hari. Anjurkan ibu untuk istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang
berlebihan.
f) Seksual
Hubungan seksual sebaiknya tidak dimulai dulu sampai luka
episiotomi atau laserasi sembuh (umumnya 4 minggu). Pembicaraan post
partum merupakan kesempatan bagi klien untuk menyampaikan
keinginannya mengenai reproduksi dimasa mendatang dan bagi dokter
untuk membantu (jika perlu) mengenai masalah kontrasepsi.(Siti,2018).

4. Kunjungan Masa Nifas


Empat kali kunjungan masa nifas dilakukan untuk menilai keadaan ibu
dan bayi baru lahir, dan untuk mencegah, mendeteksi dan menangani
masalah yang terjadi, berikut adalah frekuensi kunjungan masa nifas :
a) 6-8 jam setelah persalinan
1) Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
2) Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan ; rujuk jika
perdarahan berlanjut.
3) Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga
bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
4) Pemberian ASI awal.
5) Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir.
6) Menjaga agar bayi tetap sehat dengan mencegah hipotermi.
7) Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus tinggal dengan
ibu dan bayi baru lahir untuk 2 jam pertama setelah persalinan, atau
sampai ibu dan bayi dalam keadaan stabil.
b) 6 hari setelah persalinan
1) Memastikan involusi uterus berjalan normal; uterus berkontraksi,
fundus di bawah umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada
bau.
2) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan
abnormal.
3) Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan dan istirahat.
4) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan
tanda-tanda penyulit.
5) Memberikan konseling pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap
hangat dan perawatan bayi sehari-hari.
c) 2 minggu setelah persalinan
Memastikan rahim sudah kembali normal dengan mengukur dan
meraba bagian rahim.
d) 6 minggu setelah persalinan
1) Menanyakan pada ibu mengenai penyulit yang ia atau bayi alami.
2) Memberi konseling untuk KB sejak dini
5. Ketidaknyamanan Masa Nifas
Terdapat beberapa ketidaknyamanan pada masa nifas. Meskipun
dianggap normal, ketidaknyamanan tersebut dapat menyebabkan distres fisik
yang bermakna. Menurut Islami, dkk tahun 2015 menyatakan bahwa
ketidaknyamanan masa nifas terbagi menjadi berikut ini :
a) Nyeri Setelah Melahirkan
Nyeri setelah melahirkan disebabkan oleh kontraksi dan relaksasi
uterus yang berurutan yang terjadi secara terus menerus. Nyeri ini lebih
umum terjadi pada paritas tinggi dan pada wanita menyusui. Alasan nyeri
yang lebih berat pada wanita dengan paritas tinggi adalah penurunan
tonus otot uterus secara bersamaan, menyebabkan relaksasi intermiten.
Berbeda pada wanita primipara yang tonus ototnya masih kuat dan uterus
tetap berkontraksi tanpa relaksasi intermiten. Wanita menyusui, isapan
bayi menstimulasi produksioksitosin oleh hipofise posterior. Pelepasan
oksitosin tidak hanya memicu refleks letdown (pengeluaran ASI) pada
payu dara, tetapi juga menyebabkan kontraksi uterus. Nyeri setelah
melahirkan akan hilang jika uterus tetap berkontraksi dengan baik saat
kandung kemih kosong. Kandung kemih yang penuh mengubah posisi
uterus ke atas, menyebabkan relaksasi dan kontraksi uterus lebih nyeri.
b) Keringat Berlebih
Wanita post partum mengeluarkan keringat berlebihan karena
tubuh menggunakan rute ini dan diuresis untuk mengeluarkan kelebihan
cairan interstisial yang disebabkan oleh peningkatan normal cairan intra
selular selama kehamilan. Cara menguranginya sangat sederhana yaitu
dengan membuat kulit tetap bersih dan kering.
c) PembesaranPayudara
Diperkirakan bahwa pembesaran payudara disebabkan oleh
kombinasi dan vena. Hal ini terjadi saat pasokan air susu meningkat,
sekitar hari ketiga post partum baik pada ibu menyusui maupun tidak
menyusui dan berakhir sekitar 24 hingga 48 jam.
d) Nyeri Perineum
Tindakan dapat mengurangi ketidaknyamanan atau nyeri akibat
laserasi atau luka episiotomi dan jahitan laserasi atau episiotomi. Sebelum
tindakan dilakukan, penting untuk memeriksa perineum untuk
menyingkirkan komplikasi seperti hematoma. Pemeriksaan ini juga
mengindikasikan tindakan lanjutan apa yang mungkin paling efektif.
e) Konstipasi
Rasa takut dapat menghambat fungsi bowel jika wanita takut
bahwa hal tersebut dapat merobek jahitan atau akibat nyeri yang
disebabkan oleh ingatannya tentang tekanan bowel pada saat persalinan.
Konstipasi lebih lanjut mungkin diperberat dengan longgarnya abdomen
dan oleh ketidaknyamanan jahitan robekan perineum derajat tiga atau
empat.
f) Haemorroid
Wanita yang mengalami haemorroid, mungkin mereka sangat
merasakan nyeri selama beberapa hari. Haemorroid yang terjadi selama
masa kehamilan dapat menimbulkan traumatis dan menjadi lebih edema
selama kala dua persalinan. (Islami, dkk. 2015:28-30)
6. Tanda Bahaya Masa Nifas
a) Perdarahan post partum
Perdarahan yang membutuhkan lebih dari satu pembalut dalam
waktu satuatau dua jam. Sejumlah perdarahan berwarna merah terang
tiap saat setelah minggu pertama pasca persalinan. Perdarahan post
partum adalah perdarahan lebih dari 500-600 ml dalam masa 24 jam
setelah anak lahir. Menurut waktu terjadinya terbagi atas dua bagian
yaitu : perdarahan post partum Primer (early postpartum hemorrhage)
yang terjadi dalam 24 jam setelah anak lahir dan perdarahan post partum
sekunder (late post partum hemorrhage) yang terjadi setelah 24 jam,
biasanya antara hari ke-5 sampai ke-15 post partum. (Larasati, 2015:63)
Penanganan umum perdarahan post partum adalah sebagai berikut :
1) Ketahui dengan pasti kondisi pasien sejak awal.
2) Pimpin persalinan dengan mengacu pada persalinan bersih dan aman
(termasuk upaya pencegahan perdarahan post partum).
3) Lakukan observasi melekat pada 2 jam pertama pasca persalinan dan
lakukan pemantauan terjadwal hingga 4 jam berikutnya.
4) Selalu siapkan keperluan tindakan darurat.
5) Segera lakukan penilaian klinik dan upaya pertolongan apabila
dihadapkan dengan masalah dan komplikasi.
6) Atasi syok.

7) Pastikan kontraksi berjalan dengan baik (keluarkan bekuan darah,


lakukan pijatan uterus, beri uterotonika 10 IU IM dilanjutkan infuse 20
IU dalam 500 cc NS/RL dengan tetesan permenit).
8) Pastikan plasenta lahir dan lengkap, eksplorasi kemungkinan robekan
jalan lahir.
9) Bila perdarahan terus berlangsung, lakukan uji beku darah.
10)Pasang kateter menetap dan pantau masuk keluar cairan.
11)Cari penyebab perdarahan dan lakukan tindakan spesifik.
(Saifuddin,2018:93)
b) Lokhea yang Berbau Busuk (Bau dari Vagina)
Lokhea ini disebut lochea purulenta yaitu cairan seperti nanah
berbau busuk (Mochtar, 2012:106). Hal tersebut terjadi karena
kemungkinan adanya :
1) Tertinggalnya plasenta atau selaput janin karena kontraksi uterus yang
kurang baik.
2) Ibu yang tidak menyusui anaknya, pengeluaran lochea rubra lebih
banyak karena kontraksi uterus lebih cepat.
3) Infeksi jalan lahir, membuat kontraksi uterus kurang baik sehingga
lebih lama mengeluarkan lochea dan lochea berbau anyir atau amis.
Bila lochea bernanah atau berbau busuk, disertai nyeri perut bagian
bawah kemungkinan dianoksisnya adalah metriris. Metritis adalah
infeksi uterus setelah persalinan yang merupakan salah satu
penyebab terbesar kematian ibu. Bila pengobatan terlambat atau
kurang adekuat dapat menjadi abses pelvic, peritonitis, syok septic.
(Mochtar, 2012:106).
c) SubInvolasi UterusTerganggu
Menurut Prawirohardjo tahun 2014, faktor penyebab sub involusio
antara lain sisa plasenta dalam uterus, endometritis, adanya mioma uteri.
Pemeriksaan bimanual ditemukan uterus lebih besar dan lebih lembek dari
seharusnya, fundus masih tinggi, lokea banyak dan berbau dan jarang
terdapat pula perdarahan. Pengobatan dilakukan dengan memberikan
injeksi methergin setiap hari ditambah ergometrin per oral. Bila ada sisa
plasenta lakukan kuretase. Berikan antibiotika sebagai pelindung infeksi.
(Feriana,2012:16).
d) Payudara Berubah Menjadi Merah, Panas dan Terasa Sakit
Mastitis adalah peradangan payudara. Mastitis ini dapat terjadi
kapan saja sepanjang periode menyusui, tapi paling sering terjadi antara
hari ke-10 dan hari ke-28 setelah kelahiran. Gejala dari mastitis adalah
bengkak dan nyeri, payudara tampak merah pada keseluruhan atau
ditempat tertentu, payudara terasa keras dan berbenjol-benjol, serta
demam dan rasa sakit. (Marmi,2012:78).
Penanganan mastitis yaitu :
1) Payudara dikompres dengan air hangat ;
2) Mengurangi rasa sakit dapat diberikan pengobatan analgetik ;
3) Mengatasi infeksi diberikan antibiotika ;
4) Bayi mulai menyusui dari peradangan yang mengalami peradangan;
5) Anjurkan ibu untuk selalu menyusui bayinya ;
6) Anjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi dan
istirahat cukup.
e) Pusing dan Lemas yang berlebihan
Menurut Manuaba tahun 2005, pusing merupakan tanda-tanda
bahaya masa nifas, pusing bisa disebabkan karena tekanan darah rendah
(sistole 90 mmHg). Pusing dan lemas yang berlebihan dapat juga
disebabkan oleh anemia bila kadar haemoglobin <11 gr/dL. Lemas yang
berlebihan juga merupakan tanda-tanda bahaya, dimana keadaan lemas
disebabkan oleh kurangnya istirahat dan kurangnya asupan kalori
sehingga ibu kelihatan pucat, tekanan darah rendah. (Larasati,2015:29-
30)
Cara mengatasinya yaitu :
1) Mengkonsumsi tambahan 500 kalori setiap hari ;
2) Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral
dan vitamin yang cukup ;
3) Minum sedikitnya 3 liter air per hari ;
4) Zat besi berupa tablet Fe harus diminum untuk menambah zat
setidaknya selama 40 hari pasca bersalin;
5) Minum kapsul vitamin A (200.000 unit) agar bisa memberikan kadar
vitaminnya pada bayinya, dan
6) Istirahat yang cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan.
(Feriana,2012:18)
f) Suhu Tubuh Ibu >38 oC.
Menurut Mochtar, apabila terjadi peningkatan melebihi 38°C
berturut-turut selama 2 hari kemungkinan terjadi infeksi. Infeksi nifas
adalah keadaan yang mencakup semua peradangan alat-alat genetalia
dalam masa nifas. Penanganan umum bila terjadi demam :
1) Istirahat berbaring ;
2) Rehidrasi per oral atau infus;
3) Kompres atau kipas untuk menurunkan suhu ;
4) Jika ada syok, segera beri pengobatan, sekalipun tidak jelas gejala
syok, harus waspada untuk menilai berkala karena kondisi ini dapat
memburuk dengan cepat. (Prawirohardjo, 2014:66)
g) Perasaan Sedih yang Berkaitan dengan Bayinya
Ibu mengalami perasaan sedih yang berkaitan dengan bayinya.
Keadaan inidisebut dengan baby blues, yang disebabkan perubahan yang
dialami ibusaat hamil hingga sulit menerima kehadiran bayinya.
Perubahan perasaanmerupakan respon alami terhadap rasa lelah yang
dirasakan, selain itu jugakarena perubahan fisik dan emosional selama
beberapa bulan kemudian. (Marmi,2015:79)

Cara mengatasi gangguan psikologis pada masa nifas dengan post


partum blues ada dua cara yaitu :
1) Pendekatan komunikasi terapeutik, tujuan dari komunikasi ini
adalah menciptakan hubungan baik antara bidan dengan pasien
dalam rangka kesembuhannya dengan cara :
a. Mendorong pasien mampu meredakan segala ketegangan emosi ;
b. Memahami dirinya ;
c. Mendukung tindakan konstruktif.
2) Peningkatan dukungan mental, beberapa cara yang dapat dilakukan
keluarga adalah :
a. Ibu meminta suami untuk membantu dalam mengerjakan pekerjaan
rumah ;
b. Memanggil orang tua ibu bayi agar bisa menemani ibu dalam
menghadapi kesibukan merawat bayi ;
c. Suami seharusnya tahu permasalahan yang dihadapi istrinya dan
lebih perhatian terhadap istrinya ;
d. Menyiapkan mental dalam menghadapi anak pertama yang akan
lahir ;
e. Memperbanyak dukungan dari suami ;
f. Suami menggantikan peran istri saat istri kelelahan ;
g. Ibu dianjurkan untuk sering sharing keteman-temannya yang baru
saja melahirkan ;
h. Bayi menggunakan pampers untuk meringankan kerja ibu;
i. Mengganti suasana, dengan bersosialisasi, dan
j. Suami sering menemani istri dalam mengurus bayi. (Larasati,
2015:33-34)

7. Konsep Manajemen Asuhan Kebidanan Masa Nifas


I. Data Subyektif (S)
1) Biodata
a) Nama
Nama ibu dan suami digunakan untuk mengenal dan memanggil
klien agar tidak keliru dengan yang lainnya. (Hani dkk, 2011)

b) Agama
Masa nifas menurut agama Islam dikatakan sudah suci 40 hari atau
minggu setelah kelahiran. (Sofian, 2015)
c) Pendidikan
Ditanyakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu pada saat
memberikan asuhan. Makin tinggi pendidikan seseorang klien maka
semakin mudah pula untuk mereka menerima informasi, dan pada
akhirnya makin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya.
d) Pekerjaan
Ibu bekerja tetap harus memberikan ASI kepada bayinya. Jika
memungkinkan bayi dapat dibawa ke tempat kerja ibu. Namun, hal
ini sulit apabila di tempat kerja tidak ada pojok laktasi, bila tempat
kerja ibu dekat dengan rumah, ibu dapat pulang untuk menyusui
bayinya pada waktu istirahat atau minta bantuan seseorang untuk
membawa bayinya ke tempat kerja.
2) Keluhan utama
Keluhan yang sering dialami ibu masa nifas antara lain sebagai berikut:
Nyeri setelah lahir, bendungan ASI, nyeri perineum, konstipasi,
hemoroid.
3) Riwayat kesehatan
a) Anemia
Anemia pada kala nifas dapat menyebabkan terjadi sub involusi
uteri, menimbulkan perdarahan post partum, memudahkan infeksi
puerperium, pengeluaran ASI berkurang, anemia kala nifas, mudah
terjadi infeksi mammae. (Manuaba, 2010)
b) Diabetes
Pengaruh penyakit diabetes terhadap kala nifas diantaranya adalah
mudah terjadi infeksi post partum, kesembuhan luka terlambat dan
cenderung infeksi mudah menyebar. (Manuaba, 2010)
c) Hipertensi
Ibu yang pernah mengalami episode hipertensi pada kehamilan
dapat terus mengalaminya hingga pasca partum.
d) HIV
Di negara maju, dimana kematian bayi yang terjadi oleh karena
pemberian susu formula sangat rendah, mungkin diperlukan untuk
tidak menganjurkan ibu dengan HIV positif untuk menyusui.
Sebaliknya, di negara berkembang dimana harga susu formula
relatif mahal, risiko terjadinya diare dan mal nutrisi karena
ketidakmampuan untuk menyediakan susu formula akan
berdampak lebih besar dari penularan HIV. (Saifuddin,2014)
e) Hepatitis
Ibu dengan hepatitis menyusui bayi tidak merupakan masalah.
Penelitian telah dibuktikan bahwa penularan melalui saluran cerna
membutuhkan titer virus yang jauh lebih tinggi dari pada penularan
parenteral. (Saifuddin,2014)
f) Penyakit TBC
Ibu dengan tuberculosis aktif tidak dianjurkan memberikan ASI
karenadapat menularkan padabayi. (Manuaba, 2010)
g) Jantung
Pengaruh penyakit jantung dalam masa pasca persalinan/nifas
yaitu setelah bayi lahir penderita dapat tiba-tiba jatuh kolaps, saat
laktasi kekuatan jantung diperlukan untuk membentuk ASI dan
mudah terjadi infeksi postpartum. (Manuaba, 2010)
4) Riwayat Kebidanan
a) Riwayat haid
Pemberian ASI, kembalinya menstruasi atau haid sulit
diperhitungkan dan bersifat individu. Sebagian besar menstruasi
kembali setelah 4 sampai 6 bulan. Selama kurun waktu 3 bulan
belum menstruasi, dapat menjamin bertindak sebagai kontrasepsi
(Manuaba, 2010). Biasanya wanita tidakakan menghasilkan telur
(ovulasi) sebelum ia mendapatkan lagi haidnya selama meneteki.
(Saifuddin, 2009)
b) Riwayat nifas yang lalu
Masa nifas yang lalu tidak ada penyakit seperti perdarahan post
partum dan infeksi nifas. Maka diharapkan nifas saat ini juga tanpa
penyakit. Ibu menyusui sampai usia anak 2 tahun. Ibu dengan
riwayat pengeluaran lochea purulenta, lochea stasis, infeksi uterin,
rasa nyeri berlebihan memerlukan pengawasan khusus. Dan ibu
meneteki kurang dari 2 tahun. Bendungan ASI sampai terjadi abses
payudara harus dilakukan observasi yang tepat. (Manuaba,2010)
c) Riwayat nifas sekarang
Terdapat pengeluaran lokhea rubra sampai hari ketiga berwarna
merah dan hitam, lokhea sanguinolenta hari keempat sampai
ketujuh warna putih bercampur merah, lokhea serosa hari ketujuh
sampai keempat belas warna kekuningan, lokhea alba setelah hari
keempat belas berwarna putih (Manuaba, 2012). Menurut
Ambarwati (2010) tanggal persalinan, jenis persalinan, jenis
kelamin anak, keadaan bayi meliputi PB, BB, penolong persalinan.
d) Riwayat KB
Metode amenorhe laktasi (MAL) dapat dilakukan segera setelah
IMD. (Saifuddin,2009)
e) Pola kebiasaan sehari-hari
(1) Nutrisi
Ibu menyusui harus mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap
hari. Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari (dianjurkan ibu untuk
minum setiap kali menyusui). Makan dengan diet berimbang
untuk mendapatkan protein, mineral, dan vitamin yang cukup.
Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi setidaknya
selama 40 hari pasca salin. Minum kapsul vitamin A (200.000
unit) agar bisa memberikan vitamin A kepada bayinya melalui
ASI. (Saifuddin, 2009)
(2) Eliminasi
Buang air kecil dapat dilakukan sendiri secepatnya (Sofian,
2015). Buangair besar harus dilakukan 3‒4 hari pasca
persalinan, apabila masih sulitbuang air besar dan terjadi
obstipasi apalagi buang air besar keras dapat diberikan obat
laksatif per oral atau per rektal (Sofian, 2015). Pasca melahirkan
ibu sering mengalami konstipasi. (Sari, 2014)
(3) Personal Hygiene
Ibu diajarkan bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan
sabun dan air. Ibu disarankan untuk mengganti pembalut atau
kain pembalut setidaknya dua kali sehari. Sarankan ibu untuk
mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah
membersihkan daerah kelaminnya (Saifuddin, 2009). Pakaian
agak longgar terutama di daerah dada sehingga payudara tidak
tertekan. Daerah perut tidak perlu diikat dengan kencang karena
tidak akan memengaruhi involusi. Pakaian dalam sebaiknya
yang menyerap, sehingga lochea tidak memberikan iritasi pada
sekitarnya. Kasa pembalut sebaiknya dibuang setiap saat terasa
penuh dengan lochea. (Manuaba, 2010)
(4) Istirahat
Masa nifas dianjurkan untuk beristirahat cukup untuk mencegah
kelelahan, sarankan ibu untuk kembali ke kegiatan rumah
tangga secara perlahan, serta untuk tidur siang atau beristirahat
selagi bayi tidur. Istirahat yang kurang akan mempengaruhi ibu
dalam beberapa hal yaitu mengurangi jumlah ASI yang
diproduksi, memperlambat proses involusi uterus dan
memperbanyak perdarahan, menyebabkan depresi dan
ketidakmampuan untuk merawat bayi dan dirinya sendiri.
(Saifuddin, 2009)
(5) Aktivitas
Aktivitas ibu nifas terbatas karena keletihan setelah persalinan
dan nyeri luka perineum. Nyeri akibat laserasi atau episiotomi
dapat mengganggu aktivitas ibu pasca salin, sehingga perlu
tindakan kenyamanan perineum untuk meredakan
ketidaknyamanan tersebut. Sedikit ibu yang setelah melakukan
persalinan takut untuk melakukan mobilisasi karena takut
merasa sakit atau menambah perdarahan. Anggapan ini tidak
tepat karena 6 jam setelah persalinan normal dan 8 jam setelah
persalinan caesar, ibu sudah dianjurkan untuk melakukan
mobilisasi dini. Senam nifas tentunya dilakukan secara bertahap
hari demi hari. Bentuk latihan senam antara ibu yang habis
persalinan normal berbeda dengan caesar. Pada ibu yang
mengalami persalinan caesar, beberapa jam setelah keluar dari
kamar operasi, pernafasanlah yang dilatih guna mempercepat
penyembuhan luka operasi, sementara latihan untuk
mengencangkan otot perut dan melancarkan sirkulasi darah
ditungkai baru dilakukan 2‒3 hari setelah ibu dapat bangun dari
tempat tidur. Sedangkan pada persalinan normal, bila keadaan
ibu cukup baik, semua gerakan senam bisa dilakukan. Untuk
ibu-ibu yang mengalami komplikasi selama persalinan tidak
boleh melakukan senam nifas dan juga untuk penderita kelainan
seperti jantung, ginjal atau DM justru ibu tersebut harus istirahat
total sekitar 2 minggu post partum. Untuk Ibu pada persalinan
normal dan bila tidak dibatasi oleh pemasangan infus juga tanda
vital maka ibu dapat mulai melakukan ambulasi dini seperti ke
kamar mandi untuk BAK sendiri dan senam nifas 24 jam setelah
persalinan. (Sari, 2014)
(6) Riwayat ketergantungan
Menurut Leveno (2009) menyusui dikontraindikasikan bagi
wanita yang menggunakan obat-obatan terlarang, tidak dapat
menghentikan alkohol, dan sedang menjalani terapi kanker
payudara. Obat pilihan bagi ibu menyusui antara lain obat
analgesik (asetaminofen, ibuprofen, flurbiprofen, ketorolak,
asam mefenamat, sumatriptan, morfin), obat antikoagulan
(warfarin, asenokumarol, heparin), obat antidepresa (sertralin,
obat anti depresan trisiklik), obat antiepilepsi (karbamazepin,
fenitoin, asam valporat), antihistamin (loratadin), antimikroba
(penisilin, sefalosporin, aminoglikosida, makrolid), antagonis
adrenalik-β (labetalol, propranolol), obat endokrin
(propilitiourasil, insulin, levotiroksin), glukokortikoid (prednison
dan prednisolon). Obat yang dikontraindikasikan selama
menyusui yaitu bromokriptin, kokain, siklofosfamid, siklosporin,
doksorubisin, litium, metotreksat, fensiklidin, fenindion, iodium
radioaktif dan unsurberlabel radioaktif lainnya.
(7) Latar belakang sosial budaya
Dimasa lampau perawatan puerpurium sangat konservatif.
Wanita yang mengalami masa puerpurium diharuskan tidur
telentang selama 40 hari. Dampak sikap demikian pernah
dijumpai di Surabaya, terjadi adhesi antara labium minus dan
labium mayus kanan dan kiri, dan telah berlalu hampir 10 tahun
(Manuaba, 2010). Menurut Saifuddin (2009) kebiasaan yang
tidak bermanfaat bahkan membahayakan, antara lain :
(a) Menghindari makanan berprotein, seperti ikan atau telur
karena ibu menyusui perlu tambahan kalori sebesar 500
kalori/hari.
(b) Penggunaan bebat perut segera pada masa nifas (2‒4 jam
pertama).
(c) Penggunaan kantong es batu pada masa nifas (2‒4 jam
pertama).
(d) Penggunaan kantong es batu atau pasir untuk menjaga
uterus berkontraksi karena merupakan perawatanyang tidak
efektif untuk atonia uteri.
(e) Memisahkan bayi dari ibunya untuk masa yang lama pada 1
jam setelah kelahiran karena masa transisi adalah masa
kritis untuk ikatan batin ibu dan bayi untuk mulai menyusui.
(8) Psikososial
Masa nifas kecemasan seorang wanita bertambah. Masa nifas
merupakan masa yang rentan dan terbuka untuk bimbingan dan
pembelajaran. Perubahan peran seorang ibu memerlukan
adaptasi. Menurut Rubin dan Bahiyatun (2013) perubahan
psikologi pada masa nifas terdiri dari tiga tahap yaitu :
- Periode taking in : tingkah laku ibu tergantung orang lain,
mengenang pengalaman melahirkan, nafsu makan
bertambah dan hanya fokus pada dirinya sendiri, terjadi
pada1‒2 hari sesudah melahirkan.
- Periode taking hold : terjadi pada 2‒4 hari post partum, ibu
berusaha keras untuk menguasai keterampilan untuk
merawat bayi, perhatian terhadap fungsi-fungsi tubuh, serta
terbuka untuk menerima pengetahuan dan kritikan yang
bersifat pribadi.
- Periode letting go : terjadi setelah ibu pulang ke rumah dan
sangat berpengaruh terhadap waktu dan perhatian yang
diberikan oleh keluarga, ibu mengambil tanggung jawab
terhadap perawatan bayi dan pada periode ini umumnya
terjadi depresi postpartum.
(9) Seksual
Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu
darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua
jarinya ke dalam vagina tanpa rasa nyeri. Begitu darah merah
berhenti aman untuk memulai melakukan hubungan suami istri
kapan saja ibu siap. Budaya yang mempunyai tradisi menunda
hubungan suami istri sampai masa waktu tertentu, misalnya
setelah 40 hari atau 6 minggu setelah persalinan. Keputusan
tergantung pada pasangan yang bersangkutan. (Saifuddin,
2009)

II. Data Objektif (O)


1) Keadaan umum : kesadaran komposmetis. (Manuaba,2010)
2) Tanda-tanda vital
a) Tekanan darah
Segera setelah melahirkan, banyak wanita mengalami peningkatan
sementara tekanan darah sistolik dan diastolik, yang kembali
secara spontan ketekanan darah sebelum hamil selama beberapa
hari.
b) Nadi
Denyut nadi yang meningkat selama persalinan akhir, kembali
normal setelah beberapa jam pertama pasca partum. Hemoragi,
demam selama persalinan, dan nyeri akut atau persisten dapat
mempengaruhi proses nifas. Apabila denyut nadi di atas 100
selama peurperium, hal tersebut abnormal dan mungkin
menunjukkan adanya infeksi atau hemoragi pasca partum lambat.
c) Suhu
Suhu 38 C atau lebih yang terjadi antara hari ke2‒10 post partum
dan diukur per oral sedikitnya 4 kali sehari disebut sebagai
morbiditas puerperalis. Kenaikan suhu tubuh yang terjadi di dalam
masa nifas, dianggap sebagai infeksi nifas jika tidak diketemukan
sebab-sebab ekstra genital (Saifuddin, 2009). Segera setelah
persalinan dapat terjadi peningkatan suhu tubuh tapi tidak lebih dari
38 oC. Bila terjadi peningkatan melebihi 38 oC berturut-turut selama
2 hari, kemungkinan terjadi infeksi (Manuaba, 2010). Suhu maternal
kembali normal dari suhu yang sedikit meningkat selama periode
intrapartum dan stabil dalam 24 jam pertama pasca partum.
d) Pernapasan
Fungsi pernafasan kembali pada rentang normal wanita selama jam
pertama pasca partum. Napas pendek, cepat atau perubahan lain
memerlukan evaluasi adanya kondisi-kondisi seperti kelebihan
cairan, eksaserbasi asma dan embolusparu.
3) Antropometri
Kebanyakan wanita pasca partum akan kehilangan banyak
berat badan saat melahirkan (Wheeler, 2004 : 192). Terjadi penurunan
berat badan sekitar 5 sampai 6 kg akibat evakuasi uterus dan
pengeluaran darah normal. Masa nifas biasanya terjadi penurunan
lebih lanjut sebesar 2‒3 kg melalui diuresis. Sebagian besar wanita
hampir mencapai kembali berat badan pra hamil mereka dalam 6 bulan
setelah melahirkan, tetapi rata-rata masih memiliki surplus 1,4 kg.
(Leveno, 2009)
4) Pemeriksaan fisik
a) Mata
Bentuk simetris, konjungtiva normal warna merah muda, bila pucat
menandakan anemia. (Romauli, 2011)
b) Leher
Leher normal bila tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada
pembesaran limfe dan tidak ditemukan bendungan vena jugularis.
(Romauli, 2011)
c) Payudara
Payudara menjadi lebih besar, payudara mengalami pertumbuhan
dan perkembangan sebagai persiapan laktasi, areola payudara
makin hiperpigmentasi/hitam dan pengeluaran ASI setelah
persalinan dapat berlangsung karena hambatan prolaktin tidak ada
(Manuaba, 2010). Pemberian ASI yang tidak teratur dapat
mengakibatkan bendungan ASI, hal ini terjadi karena sumbatan
pada saluran ASI, tidak dikosongkan seluruhnya. Keluhan yang
muncul adalah mammae bengkak, keras dan terasa panas sampai
suhu badan meningkat. (Manuaba, 2010)
d) Abdomen
Memeriksa posisi uterus atau tinggi fundus uteri, kontraksi uterus,
dan ukuran kandung kemih (Saifuddin, 2009). Pemeriksaan
abdomen pasca partum dilakukan selama periode pasca partum
dini (1 jam sampai 5hari) yang meliputi tindakan berikut :
1) Pemeriksaan kandung kemih
2) Pemeriksaan uterus
3) Evaluasi tonus otot abdomen dengan memeriksa derajat
diastasis penentuan derajat diastasis rekti (DDR) digunakan
sebagai alat objektif untuk mengevaluasi tonus otot abdomen.
Diastasis rekti adalah derajat pemisahan otot rektus abdomen
(rektus abdominis). Pemisahan ini diukur menggunakan lebar
jari ketika otot-otot abdomen kontraksi dan sekali lagi ketika
otot-otot tersebut relaksasi. Diastasis rekti diukur dengan cara-
cara sebagai berikut:
(a) Atur posisi wanita terbaring terlentang datar tanpa bantal di
bawah kepalanya.
(b) Tempatkan ujung-ujung jari salah satu tangan anda pada
garis tengah abdomen dengan ujung jari telunjuk anda tepat
di bawah umbilikus dan jari-jari yang lain berbaris
longitudinal ke bawah ke arah simfisis pubis.
(c) Meminta wanita menaikkan kepalanya dan berupaya
meletakkan dagu di dadanya, di area antara payudaranya
dan pastikan wanita tidak menekan tangannya di tempat
tidur atau mencengkram matras untuk membantu dirinya,
karena hal ini mencegah penggunaan otot-otot abdomen.
(d) Ketika wanita berupaya meletakkan dagunya diantara
payudaranya, tekan ujung-ujung jari dengan perlahan dekat
abdomennya. Merasakan otot-otot abdomen layaknya dua
bebat karet, yang mendekati garis tengah dari kedua sisi.
Apabila dia diastasisnya lebar anda perlu untuk
menggerakkan jari anda dari sisi ke sisi dalam upaya
menemukan otot tersebut, meskipun otot sudah
dikontraksikan.
(e) Ukur jarak antara dua otot rektus ketika otot-otot tersebut
dikontraksi dengan menempatkan jari-jari tangan secara
datar dan paralel terhadap garis tengah dan isi ruang antara
otot rektus dengan jari-jari anda. Catat jumlah lebar jari
antara sisi median dua otot rektus.
(f) Tempatkan ujung-ujung jari satu tangan sepanjang salah
satu sisi median otot rektus abdomen dan ujung-ujung jari
tangan anda yang lain sepanjang sisi median otot rektus
abdominus yang lain. Jika diposisikan dengan benar bagian
punggung tangan harus menghadap satu sama lain pada
garis tengah abdomen.
(g) Minta wanita untuk menurunkan kepalanya secara perlahan
ke posisi bersandar ke tempat tidur.
(h) Ketika wanita menurunkan kepalanya otot rektus akan
bergerak lebih jauh memisah dan kurang dapat dibedakan
ketika otot relaksasi. Ujung-ujung jari menutupi otot rektus
ketika otot tersebut bergerak memisahkan ke sisi lateral
masing-masing pada abdomen. Prasat ini memungkinkan
untuk tetap mengidentifikasi otot-otot tersebut ketika berada
dalam keadaan relaksasi.
(i) Ukur jarak antara kedua otot rektus ketika dalam keadaan
relaksasi sebagaimana anda mengukurnya pada saat
kontraksi. Catat jumlah lebar jari di antara tepi median kedua
otot rektus.
(j) Catat hasil pemeriksaan anda sebagai suatu pecahan yang
di dalamnya pembilang mewakili lebar diastasis dalam
hitungan lebar jari ketika otot-otot mengalami kontraksi dan
pembagi mewakili lebar diastasis dalam hitungan lebar jari
ketika otot-otot relaksasi misalnya diastasis yang ukurannya
dua lebar jari ketika otot-otot berkontraksi dan lima lebar jari
ketika otot-otot relaksasi akan dicatat sebagai berikut :
diastasis = 2/5 jari rangkaian pengukuran tersebut dapat
tertulis sebagai berikut: diastasis = dua jari ketika otot-otot
berkontraksi dan lima jari ketika otot-otot relaksasi.
e) Genetalia
Genetalia yang harus diperiksa adalah pengeluaran lochea. Hal
yang perlu dilihat pada pemeriksaan vulva dan perineum adalah
penjahitan laserasi atau luka episiotomi, pembengkakan, luka dan
hemoroid (Saifuddin, 2009). Jika wanita mengalami hemoroid
merasa nyeri selama beberapa hari.
f) Ekstremitas
Memeriksa adanya varikosa, edema, nyeri tekan atau panas pada
betis, adanya tanda homan. Flagmasia alba dolens yang
merupakan salah satubentuk infeksi puerperalis yang mengenai
pembuluh darah vena femoralis yang terinfeksi dan disertai
bengkak pada tungkai, berwarna putih, terasa sangat nyeri, tampak
bendungan pembuluh darah, suhu tubuh meningkat. (Manuaba,
2010)
g) Integumen
Wanita pasca salin mengeluarkan keringat berlebihan karena tubuh
menggunakan rute ini dan diuresis untuk mengeluarkan kelebihan
cairan interstisial yang disebabkan oleh peningkatan normal cairan
intra seluler selama kehamilan.
5) Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan Hb dilakukan pada nifas karena untuk mencegah
terjadinya sub involusi uteri yang dapat menimbulkan perdarahan post
partum, memudahkan terjadinya infeksi puerperium, pengeluaran ASI
berkurang, anemia kala nifas dan mudah terjadi infeksi mammae.
(Manuaba, 2012)
6) Terapi yang didapat
Terapi yang diberikan pada ibu nifas menurut Bahiyatun (2013) yaitu :
a) Tablet zat besi besi 40 tablet 1 kali sehari 1 tablet selama 40 hari
pasca bersalin.
b) Kapsul vitamin A 200.000 intra unit 2 kapsul, 1 kali sehari 1 kapsul
selama 2 hari, diberikan pada hari pertama dan kedua.
III. Asessment (A)
Interpretasi data dasar merupakan rangkaian menghubungkan data
yang diperoleh dengan konsep teori, prinsip relevan atau mengetahui
kesehatan pasien. Pada langkah ini data diinterpretasikan menjadi
diagnose, masalah, kebutuhan (Varney, 2012)
Dx : Ny P1≥1, Ab…. post partum spontan hari ke 1‒42, laktasi lancar/
tidak, involusi baik/tidak, lochea normal/tidak, keadaan psikologis
baik. Keadaan umum baik.
Ds : Ibu mengatakan telah melahirkan bayinya tanggal jam...
Ibu mengatakan melahirkan dengan usia kehamilan bulan Ibu
mengatakan ini adalah kehamilan anak yang pertama.
Do : Buku persalinan tertulis ibu melahirkan tanggal .....jam....dengan cara
spontan belakang kepala. Pada usia kehamilan ...minggu. Lembaran
observasi tanggal... jam. TFU... Kontraksi uterus baik, kandung
kemih kosong, pengeluaran lochea rubra. Saat pemeriksaan
payudara terlihat bersih, puting susu menonjol, kolostrum sudah
keluar.

Hasil pemeriksaan fisik inpeksi, palpasi masalah :


1) Nyeri pada jahitan perenium
Ds : Ibu mengatakan jahitan pada kemaluannya terasa nyeri
Do : Ibu tampak kesakitan, pada genetelia ekterna tampak luka jahitan,
Ibu tanpak gelisah saat pengkajian sesekali ibu tampak
mengubah posisi duduknya.
2) Ketidaktahuan ibu cara menyusui yang benar
Ds : saat dikaji ibu bertanya cara menyusui yang benar
Do : ibu tampak kerepotan memengangi bayinya saat menyusui.
3) Ketidaktahuan ibu tentang merawat bayinya
Ds : saat pengkajian ibu mengtakan tidak mampu merawat bayinya
DO : Ibu masih meminta bantuan keluarganya untuk merawat bayinya
setelah BAB/BAK.
4) Pengeluaran lochea tidak lancar
Ds : ibu mengatakan pengeluaran pada kemaluannya sedikit
Do : pada celana terdapat sedikit lochea
5) Nyeri payudara pada bendunganASI
Ds : ibu mengatakan payudaranya terasa nyeri
Do : payudara ibu tanpak tegang
6) Adanya rasa takut BAK dan BAB akibat luka jahitan
Ds : ibu mengatakan merasa takut BAK dan BAB karena takut sakit
pada luka jahitannya
Do : tampak luka jahitan pada jalan lahir

IV. Identifikasi Masalah dan Diagnosa Potensial


Masalah potensial dalam kaitannya dengan diagnosis kebidanan
adalah masalah yang mungkin timbul dan bila tidak segera diatasi akan
mengganggu keselamatan hidup klien atau diantisipasi, dicegah dan
diawasi serta segera dipersiapkan tindakan untuk mengatasinya.
(Kemenkes, 2018)

V. IdentifikasiKebutuhanDanTindakanSegera
Menggambarkan sifat asuhan kebidananyang bersifat terus-
menerus, dimana diagnosa atau masalah aktual dan potensial yang telah
di tetapkan sebelumnya, data-data yang diperoleh perlu dievaluasi
kembali untuk memastikan kemungkinan pemberian tindakan dalam
situasi emergency (tindakan segera) dalam rangka upaya menyelamatkan
klien atas indikasi-indikasi tertentu. Mencakup tentang tindakan segera
untuk menangani diagnosa/masalah potensial yang dapat berupa
konsultasi, kolaborasi dan rujukan. (Sulistyawati, 2012)

VI. Planning (P)


Dikembangkan berdasarkan intervensi saat sekarang dan
antisipasi diagnosa dan masalah serta meliputi data-data tambahan
setelah data dasar. Rencana tindakan harus disetujui oleh klien. Semua
tindakan yang diambil harus berdasarkan rasional dan diakui
kebenarannya serta harus dianalisa secara teoritis (Varney,2012)
Melaksanakan rencana tindakan secara efisien dan menjamin rasa
aman. Implementasi dapat dikerjakan keseluruhan oleh bidan ataupun
bekerja sama dengan tim kesehatan lain. Bidan harus melakukan
implementasi yang efisien karena akan mengurangi waktu perawatan dan
biaya serta meningkatkan kualitas pelayanan kepada klien. Melaksanakan
rencana asuhan yang telah direncanakan secara menyeluruh dengan
efisien dan aman sesuai perencanaan. (Varney, 2012)

VII. Evaluasi
Mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan asuhan yang
diberikan. Selain terhadap permasalahan klien, bidan juga harus
mengenal apakah rencana yang telah ditetapkan dapat dilakukan dengan
baik atau mungkin timbul masalah baru. (Varney,2012).
S : Untuk mengetahui seberapa paham pasien terhadap intruksi bidan
O : Untuk mengetahui perkembangan kondisi pasien
A : Untuk membuat diagnose terhadap kondisi yang sedang pasien alami
P : Untuk merencanakan asuhan yang tepat bagi pasien.

D. Konsep Bayi Baru Lahir


1. Pengertian
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang memiliki berat badan lahir
antara 2500-4000 gram, cukup bulan, lahir langsung menangis dan tidak ada
kelainan kongenital (cacat bawaan) yang berat. Bayi baru lahir dan neonatus
meliputi umur 0-28 hari. Kehidupan pada masa neonatus ini sangat rawan
oleh karena itu memerlukan penyesuaian fisiologis agar bayi di luar
kandungan dapat hidup sebaik-baiknya. Sumber lain mengatakan bayi baru
lahir disebut dengan neonatus merupakan individu yang sedang bertumbuh
dan baru saja mengalami trauma kelahiran serta harus dapat melakukan
penyesuaian 90 hari dari kehidupan intra uterine ke kehidupan ekstra uterin.
(Asnah,2015;7)

2. Jenis Pelayanan Kesehatan Bayi Baru Lahir


Cakupan kunjungan neonatal adalah pelayanan kepada neonatus
pada masa 6 jam sampai dengan 28 hari setelah kelahiran sesuai standart.
Standart pelayanan minimal :
a) Saat bayi berada di klinik (dalam 24 jam).
b) Saat kunjungan tindak lanjut (KN), yaitu 1 kali pada umur 1-3 hari, 1 kali
pada umur 4-7 hari dan 1 kali pada umur 8-28 hari.

3. Penyuluhan Sebelum Bayi Baru Lahir Pulang


a) Perawatan tali pusat
Saat bayi dilahirkan, tali pusat (umbilicus) yang
menghubungkannya dan plasenta ibunya akan dipotong oleh dokter.
Semasa dalam rahim, tali ini menyalurkan oksigen dan makanan dari
plasenta ke janin yang berada di dalamnya. Saat dilahirkan, bayi tidak lagi
membutuhkan oksigen dari ibunya, karena ia sudah dapat bernafas sendiri
melalui hidung. Karena itulah, tali tersebut harus dipotong meski tidak
semuanya.Tali pusat yang melekat di perut bayi, akan dibiarkan hingga
pelan-pelan menyusut dan mengering lalu terlepas dengan sendirinya.
b) Pemberian ASI
Inisiasi Menyusu Dini atau pemberian ASI sejak dini adalah sangat
dianjurkan untuk dilakukan pada setiap ibu setelah melahirkan. Proses
menyusui dapat segera dilakukan begitu bayi lahir. Bayi yang lahir cukup
bulan akan memiliki naluri untuk menyusu pada ibunya pada 20-30 menit
setelah ia lahir. Jika ia tidak mengantuk akibat pengaruh obat ataupun
anestesi yang diberikan ke ibu saat proses melahirkan. Pengalaman
pertama bayi. Di jam-jam pertama, bayi akan relatif tenang, terjaga dan
memiliki kemampuan untuk melakukan proses latchon (proses masuknya
sebagian besar ke dalam mulut bayi hingga ia dapat “mengunci” dan
menyusu dengan baik).
c) Jaga Kehangatan Bayi
Bayi belum mampu mengatur tetap suhu badannya dan
membutuhkan pengaturan di luar untuk membuat bayi tetap hangat.
Menjaga kehangatan bayi baru lahir merupakan suatu hal yang sangat
penting, dengan cara membungkus atau membedong bayi dan kepala
ditutup agar membantunya merasa aman dan hangat.
d) Tanda-tanda Bahaya
1) Tidak mau menyusu atau memuntahkan semua yang diminum.
2) Bayi kejang. Kejang pada bayi baru lahir kadang sulit dibedakan
dengan gerakan normal. Jika melihat gejala-gejala yang tidak biasa
dan terjadi secara berulang-ulang yang tidak berhenti jika bayi disentuh
atau dielus-elus, kemungkinan bayi kejang.
3) Bayi lemah, bergerak hanya jika dipegang.
4) Sesak napas (60 kali permenit atau lebih) atau nafas 30 kali per menit
atau kurang.
5) Bayi merintih.
6) Pusar kemerahan sampai dinding perut.
7) Demam (>37,5 C)atau tubuh teraba dingin (<36,5 oC)
8) Mata bernanah banyak.
9) Bayi diare, mata cekung, tidak sadar, jika kulit perut dicubit akan
kembali lambat. Ini bertanda bayi mengalami kekurangan cairan yang
berat.

10)Kulit bayi terlihat kuning. Berbahaya jika warna kuning muncul hari
pertama (kurang dari 24 jam) setelah lahir, ditemukan pada umur lebih
dari 14 hari, kuning sampai telapak tangan dan kaki.
e) Imunisasi
Tiga jenis imunisasi awal yang diberikan di rumah sakit setelah bayi
lahir yaitu Hepatitis B (diberikan minimal 3 kali dalam rentan waktu 6
bulan). Polio yang diberikan 3 kali dalam selang waktu 6- 8 minggu. BCG
yang diberikan dilenganatas minimal 1 kali.
f) Perawatan Harian Rutin
1) Berikan ASI sesuai dengan kebutuhan setiap 2-3 jam (paling
sedikitnya setiap 4 jam).
2) Pertahankan agar bayi selalu dengan ibu.
3) Jaga bayi dala keadaan bersih, hangat dan kering, dengan mengganti
popok dan selimut sesuai dengan keperluan. Pastikan agar bayi tidak
terlalu hangat dan dingin.
4) Jaga tali pusat dalam keadaan bersih dankering.
5) Pegangi, sayangi dan nikmati waktu saat sedang bersama bayi.
6) Awasi masalah dan kesulitan pada bayi dan minta bantuan jika perlu.
7) Jaga keamanan bayi terhadap trauma dan penyakit/infeksi.
8) Ukur suhu tubuh bayi jika bayi tampak sakit atau menyusu kurang.
g) Pencegahan Infeksi
Infeksi yang terjadi pada bayi baru lahir ada dua yaitu early
infection (infeksi dini) dan late infection (infeksi lambat) disebut infeksi dini
karena infeksi diperoleh dari si ibu saat masih dalam kandungan.
Sementara infeksi lambat adalah infeksi yang diperoleh dari lingkungan
luar, bisa lewat udara atau tertular dari orang lain. Beragam infeksi bisa
terjadi pada bayi baru lahir seperti herpes, toksoplasma, rubella, hepatitis,
exim, infeksi saluran kemih, infeksi telinga, infeksi kulit, infeksi saluran
pernafasan akut (ISPA) dan HIV/AIDS.
h) Kecelakaan
Bayi umumnya kecelakaan terjadi karena jatuh, tergores benda
tajam, tersedak, tercekik atau tanpa sengaja menelan obat-obatan dan
bahan kimia yang ditaruh disembarang tempat. Biasanya kecelakaan ini
disebabkan karena kelalaian dari orang dewasa disekitarnya. (Asnah,
2015:42-43)

4. Konsep Manajemen Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir


I. Data Subjektif (S)
1) Identitas bayi dan orang tua
Identitas sangat penting untuk menghindari bayi tertukar,
gelang identitas tidak boleh dilepas sampai penyerahan bayi.
(Manuaba, 2010)
2) Umur
Menurut Marmi (2015) neonatus adalah bayi yang berusia 0‒28
hari. M.Sholeh Kosim (2007) dalam Marmi (2015) menambahkan
yang dikatakan neonatus adalah bayi yang baru normal dengan berat
lahir antara 2500‒4000 gram, cukup bulan, lahir langsung menangis
dan tidak ada kelainan kongenital (cacat bawaan) yang berat.
Manuaba (2010) menambahkan dalam 30 detik bayi menangis kuat
dan bernapas sempurna serta nilai APGAR dalam 1 menit pertama
sudah mencapai 8 sampai 10. Segera setelah bayi lahir dilakukan
Inisiasi Menyusu Dini (IMD) paling sedikit dilakukan satu jam.
(Wiknjosastro, 2014).
3) Keluhan utama
Keluhan utama pada neonatus adalah bayi menangis kuat,
gerak aktif, pernafasan teratur, warna kulit kemerahan, hipoglikemi,
hipotermi dan ikterik. Terjadi muntah dan gumoh, oral
trush/moniliasis/sariawan. (Marmi, 2015)
4) Riwayat antenatal
Jadwal melakukan pemeriksaan antenatal care sebanyak 12
sampai 13 kali selama hamil (Manuaba, 2010). Pelayanan antenatal
oleh tenaga kesehatan professional seperti mengukur berat badan
dan tekanan darah, pemeriksaan TFU, imunisasi Tetanus Toxoid (TT)
serta pemberian tablet besi kepada ibu hamil selama masa
kehamilannya. Penyakit yang berpengaruh terhadap kehamilan
adalah hipertensi, hepatitis B, asma, ISK, gonorea, sifillis, TORCH
dan herpes simplek (Manuaba, 2010) TBC, HIV/AIDS. (Saifuddin,
2014)
5) Riwayat natal
Pecah ketuban lama, demam pada ibu, dan cairan amnion
yang berbau adalah faktor risiko signifikan untuk atau prediktor infeksi
neonatal. Cairan amnion berwarna mekonium meningkatkan risiko
penyakit pernapasan. Medikasi selama persalinan seperti analgesik,
anestetik, magnesium sulfat dan glukosa dapat mempengaruhi
perilaku dan metabolisme bayi baru lahir. Kala I pada primi gravida ±
12 jam sedangkan multi gravida ± 8 jam (Manuaba, 2012). Kala II
pada ibu primi gravida 1‒1, 5 jam pada multi gravida 30‒60 menit
(Manuaba, 2012). Bayi baru lahir normal yaitu langsung menangis
atau bernafas spontan dan tonus otot bayi baik.
6) Riwayat post natal
Riwayat bayi sejak lahir harus ditinjau ulang, termasuk pola
menyusu, berkemih, defekasi, tidur, dan menangis (Walsh, 2012).
Meninjau ke catatan kelahiran bayi tentang tanda-tanda vital dan
perilaku bayi baru lahir. Perilaku positif antara lain menghisap,
kemampuan untuk makan, kesadaran, berkemih, dan mengeluarkan
mekonium. Perilaku mengkhawatirkan meliputi gelisah, letargi,
aktivitas menghisap yang buruk atau tidak ada, dan tangisan yang
abnormal. Segera setelah kelahiran, imunisasi BCG pada bayi
direkomendasikan untuk seluruh populasi dengan risiko tinggi infeksi
tuberculosis. Vaksin DPT diberikan untuk semua anak pada usia 6, 10
dan 14minggu, imunisasi polio diberikan setelah persalinan atau 2
minggu pertama kehidupan dan jadwal imunisasi polio harus diikuti
pada 6, 10 dan14 minggu. Bila terdapat insidens tinggi penularan
hepatitis B pada masa perinatal, dosis pertama vaksin hepatitis B
diberikan segera setelah kelahiran, dan diikuti dosis berikutnya pada 6
dan 14 minggu. (Saifuddin, 2014)
7) Pola kebiasaan sehari-hari
a) Nutrisi
Bayi menyusu setiap 1‒8 jam. Menyusu biasanya jarang
pada hari pasca partum. Frekuensi meningkat dengan cepat
antara hari ke-3 sampai hari ke-7setelah kelahiran. (Walsh, 2012).
Kebutuhan dan cairan kalori pada neonatus dapat dilihat dalam
tabel berikut :
KebutuhanDasarCairandanKaloripadaNeonatus

Harikelahiran Cairan/Kg/hari Kalori/kg/hari


Hari ke-1 60 ml 40 kal
Hari ke-2 70 ml 50 kal
Hari ke-3 80 ml 60 kal
Hari ke-4 90 ml 70 kal
Hari ke-5 100 ml 80 kal
Hari ke-6 110 ml 90 kal
Hari ke-7 120 ml 100 kal
Hari ke- >10 150-200ml >120 kal

Sumber: Saifuddin, Abdul bari, 2009. Buku Acuan Nasional


Pelayanan Maternal Neonatal Jakarta : YBPSP, halaman 380

b) Eliminasi
BAK bayi normalnya mengalami berkemih 8 sampai 10 kali
atau popok kotor per hari (Walsh, 2012). Urine pertama
dikeluarkan dalam 24 jam pertama dan setelahnya dengan
frekuensi yang semakin sering seiring meningkatnya asupan
cairan. Urine encer, berwarna kuning dan tidak berbau. Bayi dapat
defekasi 8-10 kali per hari atau berdefekasi tidak teratur sekitar 2
atau 3 hari. Feses bayi yang diberi susu botol berwarna lebih
pucat, setengah padat, sedikit asam, dan memiliki bau yang tajam.
c) Istirahatdan tidur
Semenjak aktivasi pernapasan pada saat lahir, bayi tetap
terjaga dan reaktif terhadap rangsang untuk jangka waktu sekitar 1
jam, lalu rileks dan tidur. Lama tidur pertama ini bervariasi dari
beberapa menit hingga beberapa jam, dan diikuti periode ke-2
reaktivitas.
Pada awalnya periode terbangun berhubungan dengan rasa
lapar, tetapi setelah beberapa minggu periode terbangun
berlangsung lebih lama memenuhi kebutuhan terhadap interaksi
sosial. Bayi baru lahir tidur 16-18 jam sehari, paling sering waktu
45 menit sampai 2 jam. Bayi dapat menangis sedikitnya 5 menit
per hari sampai sebanyak-banyaknya 2 jam per hari. (Walsh,
2012).
d) Personal hygiene
Bayi dimandikan ditunda sampai sedikitnya 4-6 jam setelah
kelahiran, setelah suhu bayi stabil. Mandi selanjutnya 2‒3 kali
seminggu. Mandi menggunakan sabun dapat menghilangkan
minyak dari kulit bayi, yang sangat rentan untuk mengering.
Pencucian rambut hanya perlu dilakukan sekali atau dua kali
dalam seminggu. Pemakaian popok harus dilipat sehingga
puntung tali pusat terbuka ke udara, yang mencegah urine dan
feses membasahi tali pusat. Popok harus diganti beberapa kali
sehari ketika basah (Walsh, 2012). Perawatan tali pusat dengan
menjaga agar tali pusat tetap kering dan bersih. Cuci tangan
dengan sabun sebelum merawat tali pusat. (Saifuddin, 2014)
e) Aktivitas
Bayi dapat menangis sedikitnya 5 menit per hari sampai
sebanyak-banyaknya 2 jam per hari, bergantung pada
temperamen individu. Alasan paling umum untuk menangis adalah
lapar, ketidaknyamanan karena popok basah, suhu ekstrim, dan
stimulasi berlebihan (Walsh, 2012). Bayi normal melakukan
gerakan-gerakan tangan dan kaki yang simetris padawaktu
bangun. Adanya tremor pada bibir, kaki dan tangan pada waktu
menangis adalah normal, tetapi bila hal ini terjadi pada waktu tidur,
kemungkinan gejala kelainan yang perlu dilakukan pemeriksaan
lebih lanjut. (Saifudin, 2009)
f) Psikososial
Kontak kulit dengan kulit juga membuat bayi lebih tenang
sehingga didapat pola tidur yang lebih baik (Saifudin, 2014). Bayi
baru lahir waspada dan sadar terhadap lingkungannya saat ia
terbangun. Bayi bereaksi terhadap rangsang dimulai pada usia
yang sangat dini untuk mengumpulkan informasi tentang
lingkungannya (Fraser dan Cooper, 2009). Menurut Kemenkes RI
(2016) pada usia 1 bulan bayi sudah dapat : Menatap ke ibu,
mengeluarkan suara o…o…, tersenyum dan menggerakkan
tangan dan kaki.

II. Data Obyektif (O)


1) Pemeriksaan Umum
a) Keadaan umum
Bayi yang sehat tampak kemerah-merahan, aktif, tonus otot
0 0
baik, menangis keras, minum baik, suhu 36,5 C-37 C
(Wiknjosastro, 2012). Kesadaran perlu dikenali reaksi terhadap
rayuan, rangsangan sakit atau suara keras yang mengejutkan.
(Saifuddin, 2009)
b) Tanda-tanda vital:
(1) Suhu
Suhu bayi baru lahir dapat dikaji di berbagai tempat
dengan jenis termometer yang berbeda-beda. Dianjurkan
bahwa suhu rektal dan aksila tetap dalam rentang 36,5 °C-37,5
°C dan suhu kulit abdomen dalam rentang 36 °C-36,5 °C. Suhu
rektal menunjukkan suhu inti tubuh, suhu aksila normalnya 1 ºC
atau lebih dingin dari suhu inti tubuh yaitu 36,5 ºC-37,5 ºC.
(Walsh, 2012)
(2) Pernafasan
Pernapasan normal, perut dan dada bergerak hampir
bersamaan tanpa adanya retraksi, tanpa terdengar suara pada
waktu inspirasi dan ekspirasi. Gerak pernapasan 30 sampai 50
kali per menit (Saifuddin, 2012). Pola pernapasan bervariasi
sesuai awitan pernapasan. Pernapasan berfluktuasi dan tidak
stabil selama periode waktu tertentu.
(3) Nadi
Frekuensi jantung 120-160 x/menit ketika istirahat
(Walsh, 2012). Frekuensi jantung bayi cepat sekitar 120-160
kali per menit serta berfluktuasi selaras dengan fungsi
pernafasan bayi, aktifitas atau dalam kondisi tidur.
(4) Pemeriksaan antropometri
(a) Berat badan
Bayi normal yang mendapat makanan dengan benar,
berat lahir biasanya dicapai kembali pada akhir hari ke-10.
Berat badan bayi biasanya terus meningkat dengan
kecepatan sekitar 25 gram/hari selama beberapa bulan
pertama (Leveno dkk, 2009). Dalam tiga hari pertama berat
badan akan turun oleh karena bayi mengeluarkan air
kencing dan mekonium, sedang cairan yang masuk belum
cukup.Turunnya berat badan tidak lebih dari 10 %, berat
badan akan naik lagi pada hari ke-4 sampai hari ke-10 dan
seterusnya.
(b) Panjang badan
Panjang bayi rata-rata 50 cm, dengan kisaran normal
48-52 cm. Pertambahan panjang yaitu 2 cm per bulan pada
6 bulan pertama.
(c) Ukuran kepala
Ukuran kepala meliputi :
- Sirkumferensia suboksipito-breghmatikus :33-34cm
- Sirkumferensia submento-bregmatikus :32-33cm

- Sirkumferensia oksipito frontalis :33-35cm

- Sirkumferensia mento-oksipitalis :34-35,5cm

- Diameter biparietalis :9,5-10cm

- Diameterbitemporalis :8-10cm
(d) Lingkar dada : 33-38cm
(e) Lingkar lengan : ± 11cm
Untuk nilai normal berat badan, panjang dan lingkar kepala bayi
dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel Mean Berat Badan, Panjang, dan Lingkar Kepala Bayi Cukup Bulan
Usia gestasi Lingkat kepala
Berat (gram) Panjang (cm)
(minggu) (cm)
38 3050 48,3 33,6
39 3225 49,0 34,0
40 3364 49,5 34,3
41 3501 50,2 34,7
42 3598 50,5 34,9
Sumber :Varney, Helen. 2008. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Volume 2
Edisi 4. Jakarta, halaman 923.

2) Pemeriksaan fisik
a) Kepala
Kedua fontanel teraba dengan mudah, tidak menonjol dan
meregang serta terasa denyutan di atas fontanel. Rambut bayi
lembut dan halus, beberapa bayi umumnya tidak memiliki rambut,
sedangkan sebagian bayi lainnya memiliki rambut yang lebat
(Fraser dan Cooper, 2009). Ubun-ubun belakang menutup pada
minggu ke-6 sampai ke-8. Ubun-ubun depan tetap terbuka hingga
bulan ke-18. (Fraser dan Cooper, 2009)
b) Mata
Pupil harus sama dan reaktif terhadap cahaya, terjadi
refleks merah/orange menunjukkan kornea dan lensa normal.
Inspeksi bagian iris, untuk mengetahui bagian titik putih pada iris
sebagai bercak Brush field, dikaitkan dengan trisomi 21 (sindrom
down). Sklera harus diperiksa adanya hemoragi. Kemerahan pada
konjungtiva dapat mengidentifikasikan adanya infeksi. (Walsh,
2012)
c) Hidung
Kaji bentuk dan lebar hidung, pada bayi cukup bulan
lebarnya harus lebih dari 2,5 cm. Periksa adanya pernafasan
cuping hidung, jika cuping hidung mengembang menunjukkan
adanya gangguan pernapasan. (Marmi, 2015)
d) Mulut
Simetris,tidak ada sumbing (skizis), refleks hisap kuat,
saliva berlebihan dikaitkan dengan fistula atau atresia trakeo
esofagus (Walsh, 2012). Salivasi tidak terdapat pada bayi normal.
Bila terdapat secret yang berlebihan, kemungkinan ada kelainan
bawaan saluran cerna. Kelainan yang dapat dijumpai yaitu labio
skisis, labio palato skisis, labio palatogenatoskisis.
e) Telinga
Tulang kartilago telinga telah sempurna dibentuk. Telinga
harus menempel pada titik garis horizontal dari kantus luar mata.
Kartilago harus keras dan berkembang baik. Pendengaran kasar
harus utuh. Bayi harus terkejut dengan bunyi keras dan mampu
memalingkan perhatian ke arah suara yang dikenalnya. (Walsh,
2012)
f) Leher
Periksa adanya trauma leher yang dapat menyebabkan
kerusakan pada fleksus brakhialis. Adanya lipatan kulit yang
berlebihan di bagian belakang leher menunjukkan adanya
kemungkinan trisomi 21 (Marmi, 2015). Bayi harus mempunyai
gerak penuh dan simetris. Dalam perabaan, tidak teraba massa
dan pembesaran tiroid, tidak ada krepitus atau fraktur (Walsh,
2012). Leher kaku atau kaku kuduk menunjukkan adanya infeksi
neonatorum. (Manuaba, 2010)
g) Dada
Periksa kesimetrisan gerakan dada saat bernapas. Dada
yang tidak simetris kemungkinan bayi mengalami pneumotoraks,
paresis diafragma atau hernia . Tarikan sternum atau interkostal
pada saat bernafas perlu diperhatikan. Bayi cukup bulan, puting
susu sudah terbentuk baik dan tampak simetris (Marmi, 2015).
Bentuk dada normal, pada bayi aterm biasanya memiliki ukuran
jaringan payudara lebih besar dari 5 mm. Puting yang lebar sering
terlihat pada sindrom Turner. Pernapasan tidak tampak kesulitan,
tidak ada retraksi interkostal, substernal atau suprasternal,
gerakan pernapasan harus simetris. Auskultasi jantung meliputi
frekuensi, irama, dan adanya murmur. Murmur sistolik derajat II
pada hari pertama kehidupan adalah normal. (Walsh, 2012)
h) Punggung
Benjolan atau tumor dan tulang punggung dengan lekukan
yang kurang sempurna meliputi kifosis, skoliosis, lordosis. Lihat
punggung dan raba tulang belakang untuk mengetahui adanya
benjolan (Spina bifida). (Kemenkes RI, 2012)
i) Abdomen
Kaji adanya pembengkakan. Perut cekung kemungkinan
terdapat hernia diafragmatika. Abdomen yang membuncit
kemungkinan karena hepatos plenomegali atau tumor lainnya. Jika
perut kembung kemungkinan adanya entero kolitis vesikalis,
omfalokel atau ductus omfalo entriskus persisten (Marmi, 2015).
Kulit abdomen utuh. Normalnya abdomen simetris, lunak, bulat,
tidak ada massa, tidak menonjol atau cekung. Bising usus
terdengar paling cepat 15 menit setelah kelahiran, normalnya
bising gemuruh terdengar setiap 10-20 detik. Inspeksi tali pusat
ditemukan adanya 3 pembuluh darah. Tali pusat mulai mengering
antara beberapa jam kelahiran sampai 3 hari dan biasanya
mengisut atau menghitam pada hari ke-2 sampai ke-3 kehidupan.
Bau menyengat, kemerahan, atau rabas purulen pada dasar tali
pusat dikaitkan dengan infeksi. (Walsh, 2012)
j) Genetalia
(1) Laki-laki
Bayi laki-laki panjang penis 3-4 cm dan lebar 1-1,3 cm.
Periksa adanya hipospadia dan epispadia (Marmi, 2015). Pada
neonatus laki-laki lokasi meatus uretra harus tepat di ujung
penis. Hipospadia menunjukkan meatus ada di ventral. Kulup
normalnya melekat pada glans, dan retraksi tidak boleh
dilakukan. Skrotum mungkin mengalami edema atau
pembesaran. Hidrokel (cairan di sekitar testis) umum terjadi
dan biasanya menghilang pada usia 1 tahun. (Walsh, 2012)
(2) Perempuan
Terkadang tampak adanya secret yang berdarah dari
vagina, hal ini disebabkan oleh pengaruh hormon ibu
(withdrawl bedding). Bayi cukup bulan, labia mayora menutupi
labia minora. Lubang uretra terpisah dengan lubang vagina
(Marmi, 2015). Kemungkinan ada mukoid atau sedikit raba
darah yang terlihat pada usia 2 sampai 7 hari, akibat efek
sementara dari estrogen ibu.
k) Anus
Periksa adanya kelainan atresia ani, kaji posisinya (Marmi,
2015: 59).Terdapat lubang anus yang dalam 24 jam pertama dapat
mengeluarkan meconium. (Marmi, 2015)
l) Ekstremitas
Ukuran setiap tulang harus proporsional untuk ukuran
seluruh tungkai dan tubuh secara umum. Tungkai harus simetris
harus terdapat 10 jari. Telapak harus terbuka secara penuh untuk
memeriksa jari ekstra dan lekukan telapak tangan. Sindaktili
adalah penyatuan atau penggabungan jari-jari, dan polidaktili
menunjukkan jari ekstra. Kuku jari harus ada pada setiap jari.
Panjang tulang pada ekstremitas bawah harus dievaluasi untuk
ketepatannya. Lekukan harus dikaji untuk menjamin simetrisitas.
Bayi yang lahir dengan presentasi bokong berisiko tinggi untuk
mengalami kelainan panggul kongenital. (Walsh, 2012)
m) Kulit dan kuku
Bayi matur memiliki garis kulit di daerah telapak tangan dan
telapak kaki. Kuku telah sempurna terbentuk dan melekat di ujung
jari, terkadang sedikit lebih panjang dari pada ujung jari. Kulit bayi
baru lahir yang normal tipis, halus dan mudah sekali mengalami
trauma akibat desakan, tekanan atau zat yang memiliki pH
berbeda. Rambut halus disebut dengan lanugo, menutupi kulit dan
banyak terdapat di bahu, lengan atas dan paha. Warna kulit bayi
bergantung pada asal suku, bervariasi mulai dari merah muda dan
putih hingga coklat kekuningan atau coklat.
3) Pemeriksaan Neurologis
a) Reflek Primitif
(1) Refleks Moro
Reflek moro didapat dengan cara memberikan isyarat
kepada bayi, dengan satu teriakan kencang atau gerakan yang
mendadak. Respons neonatus berupa menghentakkan tangan
dan kaki lurus ke arah luar, sedangkan lutut fleksi. Tangan
kemudian akan kembali lagi ke arah dada seperti posisi bayi
dalam pelukan. Jari-jari nampak terpisah, membentuk huruf C,
dan bayi mungkin menangis. Refleks ini bersifat simetris dan
biasanya terjadi selama 8 minggu pertama kehidupan.
Penyebab utama tidak simetrisnya refleks Moro adalah fraktur
humerus atau hal lain klavikula, palsi pleksus brakialis. Moro
tidak ditemukan, hal ini merupakan tanda adanya kerusakan
otak atau imaturitas. Refleks yang menetap di atas umur 6
bulan menandakan adanya keterlambatan mental.
(2) Refleks Menggenggam
Cara mengecek reflek menggenggam adalah dengan
menstimulasi telapak tangan bayi dengan sebuah objek, atau
dengan jari pemeriksa. Respons bayi berupa menggenggam
dan memegang dengan erat sehingga dapat diangkat sebentar
dari tempat tidur. Reflek ini akan hilang 3-4 bulan.
(3) Refleks Hisap (Suckling reflek)
Benda menyentuh bibir bayi disertai refleks menelan.
Tekanan pada mulut bayi pada langit bagian dalam gusi atas
timbul isapan yang kuat dan cepat. Dilihat pada waktu bayi
menyusu. Reflek ini akan menghilang seiring usia bayi.
(4) Reflek Mencari (Rooting)
Bayi menoleh ke arah benda yang menyentuh pipi.
Misalnya mengusap pipi bayi dengan lembut, bayi menolehkan
kepalanya ke arah jari kita dan membuka mulutnya.
(5) Reflek Menetap
Menurut Fraser dan Cooper (2009) menjelaskan bahwa
bayi mempunyai beberapa reflek menetap yang meliputi:
(a) Reflek melangkah dan berjalan
Bayi disangga pada posisi tegak dengan kaki
menyentuh permukaan datar, bayi seperti mencoba
berjalan. Jika digendong dengan tibia menyentuh ujung
meja, bayi akan mencoba menaiki meja tersebut (refleks
perubahan ekstremitas).
(b) Reflek muntah, batuk, dan bersin melindungi bayi dari
sumbatanjalannafas.
(c) Reflek berkedip dan kornea ini melindungi mata dari
trauma.
(d) Reflek tonus leher yaitu gerakan spontan otot kuduk pada
bayi normal, bila ditengkurapkan akan secara spontan
memiringkan kepalanya.
(e) Reflek menarik
Jika bayi ditarik pergelangan tangannya hingga
posisi duduk,kepalabayi pada awalnyajatuh
kebelakangkearah dada.
(f) Reflekventral
Jika ditahan pada tangan pemeriksa dengan posisi
telengkup, bayi akan menahan posisi kepala dengan
badannya dan menekuk ekstrenitasnya. Reflek dan respon
tersebut merupakan mekanisme pertahanan diri, yang
memang ditunjukkan untuk menarik perhatian sang ibu
terhadap bayinya sehingga meningkatkan perlekatan antara
ibu dan bayinya.

III. Assesment (A)


Interpretasi data dasar merupakan rangkaian menghubungkan
data yang diperoleh dengan konsep teori, prinsip relevan atau
mengetahui kesehatan pasien. Langkah ini data diinterpretasikan menjadi
diagnosa, masalah, kebutuhan. (Varney, 2012)
a. Diagnosa aktual
Diagnosa yang ditegakkan dalam ruang lingkup praktek
kebidanan dan memenuhi standart nomenklatur diagnose kebidanan.
(Varney, 2012) Diagnosa : Neonatus (SMK/KMK/BMK), usia 0‒28
hari, jenis kelamin laki-laki/perempuan, keadaan umum baik.
Prognosa baik.
b. Masalah
Hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman klien yang
mengganggu kenyamanan, ditemukan dari hasil pengkajian yang
menyertai diagnose. (Varney, 2012)
c. Kebutuhan
Kebutuhan adalah hal-hak yang dibutuhkan klien dan belum
teridentifikasi dalam diagnosa dan masalah didapatkan dengan
analisa data.(Varney, 2012)

IV. Identifikasi Masalah dan Diagnosa Potensial


Langkah ini diambil berdasarkan diagnosa atau masalah yang
telah ditemukan berdasarkan data yang ada kemungkinan menimbulkan
keadaan yang gawat. Identifikasi adanya diagnosa atau masalah yang
sudah ada sebelumnya dalam hal ini sikap waspada dan antisipasi bidan
sangat diperlukan bahkan jika bisa mencegah lebih dahulu serta siap
untuk menghadapi kemungkinan yang dapat timbul. (Sulistyawati, 2012)

V. Identifikasi Kebutuhan dan Tindakan Segera


Menggambarkan sifat asuhan kebidanan yang bersifat terus-
menerus, dimana diagnosa atau masalah aktual dan potensial yang telah
di tetapkan sebelumnya, data-data yang diperoleh perlu dievaluasi
kembali untuk memastikan kemungkinan pemberian tindakan dalam
situasi emergency (tindakan segera) dalam rangka upaya
menyelamatkan klien atas indikasi-indikasi tertentu. Mencakup tentang
tindakan segera untuk menangani diagnosa/masalah potensial yang
dapat berupa konsultasi, kolaborasi dan rujukan. (Sulistyawati, 2012)
VI. Planning (P)
Dikembangkan berdasarkan intervensi saat sekarang dan
antisipasi diagnosa dan masalah serta meliputi data-data tambahan
setelah data dasar. Rencana tindakan harus disetujui oleh klien. Semua
tindakan yang diambil harus berdasarkan rasional dan diakui
kebenarannya serta harus dianalisa secara teoritis. (Varney, 2012)
Langkah ini, direncanakan asuhan yang menyeluruh berdasarkan
langkah yang sebelumnya. Semua perencanaan yang dibuatkan harus
berdasarkan pertimbangan yang tepat, meliputi pengetahuan, teori up to
date, dan perawatan berdasarkan bukti (evidence based care).
Melaksanakan rencana tindakan secara efisien dan menjamin
rasa aman. Implementasi dapat dikerjakan keseluruhan oleh bidan
ataupun bekerja sama dengan tim kesehatan lain. Bidan harus
melakukan implementasi yang efisien karena akan mengurangi waktu
perawatan dan biaya serta meningkatkan kualitas pelayanan kepada
klien. Melaksanakan rencana asuhan yang telah direncanakan secara
menyeluruh dengan efisien dan aman sesuai perencanaan. (Varney,
2012)

VII. Evaluasi
Tindakan pengukuran antara keberhasilan dalam melaksanakan
tindakan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan tindakan yang
dilakukan sesuai kriteria hasil yang ditetapkan dan apakah perlu untuk
melakukan asuhan lanjutan atau tidak. Pendokumentasian menggunakan
SOAP.
S : Data diperoleh dari keterangan/keluhan ibu langsung
O :Data diperoleh dari hasil pemeriksaan yang didapat secara
keseluruhan
A : Diagnosa yang ditetapkan dari data subyektif dan objektif
P : Perencanaan yang dilakukan sesuai diagnosis
E. KONSEP DASAR KB
1. Pengertian
Program Keluarga Berencana memungkinkan pasangan dan individu
untuk memutuskan secara bebas dan bertanggung jawab jumlah anak dan
jarak umur antar anak (spacing) yang mereka inginkan, cara untuk
mencapainya, serta menjamin tersedianya informasi dan berbagai metode
yang aman dan efektif.
Berdasarkan UU No 52 Tahun 2009, Keluarga Berencana adalah
upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan umur ideal melahirkan, mengatur
kehamilan, melalui promosi, perlindungan, dan bantuan sesuai dengan hak
reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas. Pelayanan KB
merupakan salah satu strategi untuk mendukung percepatan penurunan
Angka Kematian Ibu (AKI) melalui mengatur waktu, jarak dan jumlah
kehamilan, kemudian untuk mencegah atau memperkecil kemungkinan
seorang perempuan hamil mengalami komplikasi yang membahayakan jiwa
atau janin selama kehamilan, persalinan dan nifas, dan mencegah atau
memperkecil terjadinya kematian pada seorang perempuan yang mengalami
komplikasi selama kehamilan, persalinan dan nifas.

2. Tujuan Program KB
a) Tujuan Umum untuk mewujudkan visi dan misi program KB yaitu
membangun kembali dan melestarikan fondasi yang kokoh bagi
pelaksanaan program KB untuk mencapai keluarga berkualitas
b) Tujuan Khusus untuk memperbaiki kesehatan dan kesejahteraan ibu,
anak, keluarga dan bangsa; mengurangi angka kelahiran untuk
menaikkan taraf hidup rakyat dan bangsa ; memenuhi permintaan
masyarakat akan pelayanan KB yang berkualitas, termasuk upaya-upaya
menurunkan angka kematian ibu, bayi, dan anak serta penanggulangan
masalah kesehatan reproduksi

3. Sasaran Program KB
Sasaran Keluarga Berencana dibagi menjadi dua yaitu sasaran secara
langsung dan sasaran tidak langsung. Adapun sasaran secara langsung
adalah Pasangan Umur Subur (PUS) yang bertujuan untuk menurunkan
tingkat kelahiran dengan cara penggunaan kontrasepsi secara berkelanjutan.
Sedangkan untuk sasaran tidak langsungnya adalah pelaksana dan
pengelola KB, dengan tujuan menurunkan tingkat kelahiran hidup melalui
pendekatan kebijaksanaan kependudukan terpadu dalam rangka mencapai
keluarga yang berkualitas, keluarga sejahtera.

4. Manfaat Program KB
Ada beberapa manfaat untuk berbagai pihak dari adanya program KB
a) Manfaat bagi Ibu Untuk mengatur jumlah anak dan jarak kelahiran
sehingga dapat memperbaiki kesehatan tubuh karena mencegah
kehamilan yang berulang kali dengan jarak yang dekat. Peningkatan
kesehatan mental dan sosial karena adanya waktu yang cukup untuk
mengasuh anak, beristirahat dan menikmati waktu luang serta melakukan
kegiatan lainnya
b) Manfaat bagi anak yang dilahirkan Anak dapat tumbuh secara wajar
karena ibu yang hamil dalam keadaan sehat. Setelah lahir, anak akan
mendapatkan perhatian, pemeliharaan dan makanan yang cukup karena
kehadiran anak tersebut memang diinginkan dan direncanakan
c) Bagi suami Program KB bermanfaat untuk memperbaiki kesehatan fisik,
mental, dan sosial karena kecemasan berkurang serta memiliki lebih
banyak waktu luang untuk keluarganya

d) Manfaat bagi seluruh keluarga Dapat meningkatkan kesehatan fisik,


mental dan sosial setiap anggota keluarga. Dimana kesehatan anggota
keluarga tergantung kesehatan seluruh keluarga. Setiap anggota keluarga
akan mempunyai kesempatan yang lebih besar untuk memperoleh
pendidikan.

5. Fase dalam Penggunaan Kontrasepsi pada Program KB


a) Fase menunda/mencegah kehamilan
Pada PUS dengan istri umur kurang dari 20 tahun dianjurkan untuk
menunda kehamilannya karena berbagai alasan. Untuk itu perlu
penggunaan kontrasepsi untuk mencegah adanya kehamilan yangtidak
direncanakan. Adapun syarat alat kontrasepsi yang diperlukan untuk fase
ini adalah reversibilitas yang tinggi, artinya kembalinya kesuburan dapat
terjaminhamper 100%, karena pada masa ini akseptor belum mempunyai
anak ; efektivitas yang tinggi, karena kegagalan akan menyebabkan
terjadinya kehamilan dengan risiko tinggi dan kegagalan ini merupakan
kegagalan program. Alat kontrasepsiyang direkomendasikan pada fase ini
berturut-turut adalah pil, IUD mini, dan kontrasepsi sederhana
b) Fase menjarangkan kehamilan
Periode umur isteri antara 20-35 tahun merupakan periode umur paling
baik untuk melahirkan dengan jumlah anak 2 orang dan jarak kelahiran
adalah 2-4 tahun. Adapun ciri-ciri kontrasepsi yang sesuai pada fase ini
adalah efektivitas cukup tinggi ; reversibilitas cukup tinggi karena akseptor
masih mengharapkan punya anak lagi; dapat dipakai 2-4 tahun yaitu
sesuai dengan jarak kehamilan yang disarankan; tidak menghambat ASI,
karena ASI merupakan makanan terbaik untuk anak sampai umur 2 tahun
dan akan mempengaruhi angka kesakitan serta kematian anak. Alat
kontrasepsi yang direkomendasikan pada fase ini berturut-turut adalah
IUD, suntik, pil, implant, dan kontrasepsi sederhana
c) Fase menghentikan/mengakhiri kehamilan Periode istri berumur lebih dari
35 tahun sangat dianjurkan untuk mengakhiri kesuburan setelah
mempunyai anak lebih dari 2 orang dengan alasan medis yaitu akan
timbul berbagai komplikasi pada masa kehamilan maupun persalinannya.
Adapun syarat kontrasepsi yang disarankan digunakan pada fase ini
adalah efektivitas sangat tinggi karena kegagalan menyebabkan
terjadinya kehamilan dengan risiko tinggi bagi ibu maupun bayi, terlebih
lagi akseptor tidak mengharapkan punya anak lagi; dapat dipakai untuk
jangka panjang; tidak menambah kelainan yang sudah/mungkin ada
karena pada masa 14 umur ini risiko terjadi kelainan seperti penyakit
jantung, hipertensi, keganasan dan metabolik meningkat. Alat kontrasepsi
yang direkomendasikan pada fase ini berturut-turut adalah kontrasepsi
mantap, IUD,implant,suntikan, sederhana, dan pil.

IUD/ AKDR
1. Definisi
- AKDR adalah suatu alat kontrasepsi yang dimasukkan ke dalam
rahim yang bentuknya bermacam-macam terdiri dari plastik. (Buku
Kapita Selekta Peningkatan Pelayanan Kontrasepsi)
- IUD adalah alat kotrasepsi yang fleksibel yang dimasukkan ke
dalam rongga uterus yang mengubah transfer sperma tuba dan
uterus sehingga fertilisasi tidak terjadi. (Buku Keperawatan Ibu–
Bayi Baru Lahir).
- IUD adalah alat yang diletakkan di dalam rongga rahim untuk
mencegah terjadinya kehamilan. (Kamus Kedokteran).

2. Jenis
- AKDR Cu T– 380 A Kecil, kerangka dari plastik yang flesibel,
berbentuk T diselubungi oleh kawat halus yang terbuat dari
tembaga (Cu). Tersedia di Indonesia dan terdapat dimana-mana.
- AKDR lainnya adalah Nova T (schering).
3. Cara Kerja AKDR Cu T–380 A
- Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba fallopi
- Mempengaruhi fertilitas sebelum ovum mencapai kavum uteri.
- AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu,
walaupun AKDR membuat sperma sulit masuk ke dalam alat
reproduksi perempuan dan mengurangi kemampuan sperma
fertilasi.
- Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus.
4. Keuntungan
- Sebagai kontrasepsi, efektivitasnya tinggi.
- AKDR dapat efektif segera setelah pemasangan.
- Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT–380 A dan
tidak perlu diganti).
- Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ingat.
- Tidak mempengaruhi hubungan seksual.
- Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut hamil.
- Tidak adaya efek samping hormonal dengan CuT–380 A.
- Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI.
- Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus.
- Dapat digunakan sampai menopause.
- Tidak ada interaksi dengan obat-obat.
- Membantu mencegah kehamilan ektopik.
5. Kerugian
a) Efek samping yang umum terjadi
- Perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama).
- Haid lebih lama dan banyak.
- Spotting.
- Saat haid lebih sakit.
- Keputihan/flour albus.
b) Komplikasi lain
- Merasakan sakit dan kejang selama 3–5 hari setelah
pemasangan.
- Perdarahan berat pada waktu haid atau diantaranya yang
menyebabkan anemia.
- Perforasi dinding uterus.
c) Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS
d) Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau
perempuan yang sering berganti pasangan.
e) Penyakit radang panggul terjadi sesudah perempuan dengan IMS
memakai AKDR, PRP dapat memicu infertilitas.
f) Prosedur medis, termasuk pemeriksaan pelvic diperlukan dalam
pemasangan AKDR seringkali perempuan takut selama
pemasangan.
g) Sedikit nyeri dan spotting terjadi segera setelah melakukan
pemasangan AKDR klien tidak dapat melepas AKDR oleh dirinya
sendiri.
h) Mungkin AKDR keluar dari uterus tanpa diketahui.
i) Tidak mencegah kehamilan ektopik.
j) Perempuan harus memeriksa posisi benang AKDR dari waktu ke
waktu.
6. Persyaratan Pemakaian
a) Yang dapat menggunakan
- Usia reproduktif.
- Keadaan Nilapara.
- Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang.
- Menyusui yang menginginkan menggunakan kontrasepsi.
- Setelah melahirkan dan tidak menyusui bayinya.
- Setelah mengalami abortus.
- Resiko rendah IMS.
- Tidak menghendaki metode hormonal.
- Tidak menyukai mengingat-ingat minum pil.
b) AKDR dapat juga dipasang pada ibu dalam segala kemungkinan
keadaan :
- Perokok
- Pasca keguguran.
- Sedang memakai antibiotik.
- Gemuk ataupun kurus.
- Sedang menyeusui.
c) Begitu juga ibu dalam keadaan :
- Penderita tumor jinak payudara.
- Penderita kanker payudara.
- Pusing-pusing, sakit kepala.
- Tekanan darah tinggi.
- Varises di tungkai atau di vulva.
- Pernah menderita stroke.
- Penderita penyakit jantung.
- Penderita Diabetes.
- Malaria.
- Skistocomiasis.
- Epilepsi.
- Setelah pembedahan pelvik.
- Setelah kehamilan ektopik.
d) Yang tidak diperkenankan menggunakan AKDR
- Sedang hamil.
- Perdarahan vagina yang tidak diketahui.
- Sedang menderita infeksi alat genetal.
- Penyakit trofoblas yang ganas.
- Diketahui menderita TBC pelvik.
- Kanker alat genital.
- Ukuran rongga rahim < 5 cm.

6. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan


I. Pengkajian
A. Data Subjektif
1) Identitas, meliputi : nama suami, akseptor, tanggal penanganan
di BPS, umur, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, penghasilan,
agama, alamat.
2) Keluhan Utama
Pada akseptor KB IUD T-380 A dengan flour albus berbau agak
kuning mengeluarkan darah sedikit-sedikit.
3) Riwayat Kesehatan Sekarang
Ibu akseptor dalam keadaan sehat dan tidak sedang menderita
penyakit kronis atau menahun.
4) Riwayat Penyakit Terdahulu
Bagaimana keadaan ibu sebelum memakai IUD (copper T-380
A) yang berpengaruh terhadap pemasangan IUD tersebut seperti
PID, PMS.
5) Riwayat Penyakit Keluarga
Ada tidaknya penyakit keluarga yang berpengaruh pada
kesehatan ibu seperti TBC, hepatitis, penyakit menurun seperti
DM, hipertensi, jantung.
6) Personal Hygiene
Berapakali mandi,berapakaligantipakaiandanlain-lain.
7) Riwayat Psikososial
Hubungan suami istri harmonis atau tidak, bagaimana pengaruh
psikososial suami terhadap istri memakai IUD.
B. Data Objektif
1. Pemeriksaan Fisik, KU, TTV
2. Inspeksi
(a) Kepala : Simetris/tidak, bagaimana warna rambut,
terdapat benjolan atau tidak.
(b) Mata : Simetris/tidak, bagaimana posisi dan ukuran,
konjungtiva pucat/tidak.
(c) Muka : Simetris/tidak, hidung adakah pengeluaran
sekret.
(d) Telinga : Simetris/tidak, bagaimana kebersihannya,
adakah serumen
(e) Mulut dan gigi : simetris/tidak, adakah karies
(f) Leher : apakah ada bendungan vena jugularis.
(g) Dada : simetris/tidak.
(h) Payudara : simetris/tidak, adakah benjolan abnormal.
(i) Punggung : simetris/tidak, adakah lordosis, kifosis,
skoliosis.
(j) Genetalia : bersih/tidak, adakah fluor albus.
(k) Ekstremitas : simetris/tidak, adakah oedema/tidak.
(l) Anus : adakah wasir atau varises.

3. Palpasi:
- Leher : Adakah bendungan vena jugularis.
- Abdomen : Ada tidak pembesaran hepar/tumor.

4. Auskultasi :
- Dada : Apakah ada bronchi, wheezing.
- Perut : Bagaimana bising usus.

5. Perkusi :
- Abdomen : Kembung atau tidak.
II. Identifikasi Diagnosa, masalah, kebutuhan
Dx : Akseptor KB IUD Cu T-380 A dengan flour albus.
DS : Ibu mengatakan telah memakai IUD sudah 2x, dan sudah 1 minggu
ini keputihan rasanya gatal dan berbau, serta ada bercak darah
sedikit-sedikit, rasa nyeri pada atas sympisis, nyeri saat coitus,
pasang IUD sudah 4 tahun.

DO : Keputihan yang keluar warna agak kuning dan berbau.


Masalah : Rasa kurang nyaman pada ibu.
Kebutuhan : - Sering ganti celana dalam yang terbuat darikatun.
- Menjaga kebersihan vagina.
- Konsultasi.

III. Antisipasi Masalah Potensial


Potensial terjadinya PID, erosi serviks.

IV. Identifikasi Kebutuhan Segera


1) Bila flour fisiologis (jernih, kental, tidak berbau) tidak perlu dikuatirkan
hal ini karena pengaruh hormon
2) Bila flour albus patologis, perlu pap smear untuk mengidentifikasi
lebih dini
3) Bila flour patologis disertai nyeri atas sympilis dan badan panas,
perlu pengobatan lanjut
4) Menjaga kebersihan vagina

V. Intervensi
a. Dx : Akseptor KB IUD Copper T-380 A dengan flour albus.
DS : Ibu mengatakan memakai IUD selama 4 tahun, pasang IUD
sudah 2x, keputihan berbau warna agak kuning, nyeri saat
koitus, keluar darah sedikit-sedikit.
DO : Keputihan yang keluar warna agak kuning, berbau, ada nyeri
tekan di atas syimpisis.
b. Tujuan :
Ibu tidak merasa khawatir.
c. Kriteria Hasil
- Flour fisiologis (jernih, kental, tidak berbau, dan tidak gatal pada
alat vital.
- Tidak ada spotting.
- Tidak ada nyeri saat koitus.
- Ibu merasa aman dan tenang.
- Ibu siap menjaga kebersihan secara baik dan benar.
d. Intervensi:
- Petugas diharapkan menjelaskan hasil pemeriksaan secara
detail kepada akseptor.
R/ : Dengan penjelasan yang detail dan jelas dan dimengerti,
akseptor diharap merasa aman dan tenang
- Memperhatikan keadaan dengan menjaga kebersihan dan
mengganti celana yang dapat menyerap keringat
R/ : Ibu terhindar dari keputihan
- Diharapkan ibu segera kontrol jika ada keluhan
R/ : Dengan segera kontrol ibu akan terhindar dari
penyakit/penyakit dapat segera terdeteksi
- Berikan terapi
R/:Penangananlebihlanjut

VI. Implementasi
Sesuai dengan Intrevensi.

VII. Evaluasi:
Sesuai dengan kriteria hasil.
BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN KEHAMILAN


Pada Ny.“ A” G1P0A0 36-37 Minggu Janin Tunggal Hidup

Tanggal Pengkajian : 4 September 2022 (09.00WITA)


Tempat Pengkajian : Puskesmas Utan
Pengkaji : Hartini

Nama : Ny.“A” NamaSuami : Tn.“A”


Umur : 21Tahun Umur : 23Tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Tani
Alamat : Dsn Tengah III Ds
Tengah Kec Utan
A. Data Subjektif
1. Keluhan Utama
Ibu mengatakan sering kencing.

2. Riwayat Menstruasi
a) Siklus : 28-30 Hari
b) Lama : 5-7 hari
c) Keluhan : tidak ada
d) Flouralbus : kadang-kadang sebelum dan sesudah menstruasi
e) HPHT :23-12-2021, TP :30-09-2022

3. Riwayat Kehamilan :
a) Hamil ke : I (satu)
b) Keluhan : tidak ada
c) Periksa : 7 kali, 2 kali di PMB dan 5 kali di Puskesmas
d) Informasi yang pernah didapat : tentang tanda-tanda bahaya, nutrisi ibu
hamil.
e) Gerakan janin pertama : saat usia kehamilan 5 bulan
f) Gerakan janin terakhir : ±30 menit yang lalu
g) Tanda bahaya dan penyulit kehamilan : tidak ada
h) Status imunisasi TT3

4. Riwayat Obstetrik (Kehamilan, Persalinan, Nifas) yang Lalu :


Komplikasi
Komplikasi
Hamil UK Jenis Tempat Penolong Persalinan Bayi Nifas
Kehamilan
Bayi Ibu JK BB IMD Kmpl Laktasi

Ini

5. Riwayat KB dan Rencana KB


a) Metode yang pernah dipakai : Ibu mengatakan tidak pernah
menggunakan alat kontrasepsi apapun sebelumnya.
b) Rencana KB selanjutnya : Ibu mengatakan setelah melahirkan ingin
menggunakan KB IUD/spiral.

6. Riwayat Kesehatan Ibu


a) Anemia : Tidak ada
b) Hipertensi : Tidak ada
c) Kardiovaskular : Tidak ada
d) TBC : Tidak ada
e) Hepatitis : Tidak ada
f) Diabetes : Tidak ada
g) Malaria : Tidak ada
h) HIV/AIDS : Tidak ada
i) IMS (Clamidia, Spihilis, GO, dll) : Tidak ada
j) Epilepsi : Tidak ada
k) Penyakit jiwa : Tidak ada
l) Alergi makanan : Tidak ada

7. Riwayat Kesehatan Keluarga (dari ibu saja)


a) Keturunan kembar : Tidak ada
b) Kelainan kongenital : Tidak ada
c) Penyakit herediter : Tidak ada
d) Keluarga yang tinggal serumah dan sedang menderita penyakit
menular : Tidak ada

8. Status Perkawinan :
Kawin 1 kali, usia 20 tahun, lama menikah 1 tahun.

9. Pola Pemenuhan Kebutuhan Dasar selama Kehamilan :


a) Nutrisi
Makan : 2-3 x/hari, menu (nasi, tahu, tempe, sayur, telur, ikan,
daging kadang-kadang, buah kadang-kadang) porsi 1
piring
Keluhan : Mual pada TM I
Minum : 6-8 gelas air putih/hari
Keluhan :Tidak ada keluhan dan pantangan
b) Eliminasi
BAK : 6-7 x/hari, keluhan : tidak ada
BAB : 1 x/hari, keluhan : tidak ada
c) Aktivitas
Ibu melakukan pekerjaan rumah tangga seperti menyapu, memasak
mencuci.
Keluhan :Tidak ada
d) Istirahat
Tidur siang : ± 1-2 jam/hari
Tidur malam : ± 6-7 jam/hari
Keluhan : Tidak ada
Aktivitas Seksual : Jarang (Ibu terakhir melakukan hubungan seksual
saat TM II)
Keluhan :Tidakada

10. Pola Kebiasaan


Selama hamil atau sebelum hamil ibu tidak pernah mengkonsumsi
jamu,obat-obatan selain dari bidan, tidak mengkunsumsi alcohol dan
psikotropika serta ibu tidak pernah merokok.
11. Riwayat Psikologis, sosial, ekonomi, budaya (termasuk Program
Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi/P4K)
a) Psikologis
Ibu merasa senang dengan kehamilan ini. Ibu berharap bayi tumbuh
sehat sampai persalinan.
b) Sosial
- Respon ibu dan keluarga terhadap kehamilan : Baik
- Hubungan dengan pasangan dan keluarga lainnya :Baik
- Anggota keluarga di rumah atau sekitarnya yang dapat membantu
ibu melakukan pekerjaan domestik maupun finansial : Suami
- Pembuat keputusan dalam keluarga : Suami
- Rencana tempat bersalinan : Puskesmas
- Penolong persalian : Bidan
- Rencana Rujukan bila terjadi kegawatan : Rumah sakit
- Calon Pendonor darah : Keluarga
- Transportasi yang digunakan saat hendak bersalin atau dalam
keadaan darurat : Motor, Ambulance.
- Pendamping persalinan : Suami
c) Ekonomi
- Persiapan pendamping persalinan/kegawatdaruratan : tersedia yaitu
suami dan keluarga.
- Tubulin : ada
- Biaya : ibu menggunakan BPJS
d) Budaya
Budaya yang diterapkan ibu dalam kehamilan : tidak ada

B. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum :Baik
Kesadaran : Composmentis
TTV : TekananDarah : 110/80 mmHg

Nadi : 80x/menit

Pernapasan : 20x/menit
Suhu : 36,50C
TB : 152cm IMT : 23,8 (Normal)

BB sekarang : 55Kg LILA : 23,7cm

BB sebelum hamil : 42Kg

2. Pemeriksaan Fisik
Muka :Tidak Odema, tidak pucat, tidak ada Cloasma gravidarum
Mata : Konjungtiva merah muda, sklera putih, pandangan tidak kabur
Gigi dan mulut : Bibir lembab, warna merah muda, mulut bersih, caries gigi
(-), stomatitis (-)
Leher : Tidak ada pembesaran vena jugularis, kelenjar thyroid maupun
kelenjar limfe
Dada : Ada hiperpigmentasi aerola, tidak ada massa abnormal,puting
susu menonjol, kolostrum sudah mulai keluar pada payu dara
kanan.
Axilla :Tidak ada benjolan, tidak ada pembesaran kelenjar Limfe
Abdomen :Pembesaran membujur, adanya linea nigra, tidak ada strie
albican, tidak ada bekas operasi
Leopold I : TFU 30 cm, di fundus teraba bulat, lunak, tidak
melenting (Bokong)
Leopold II : Teraba keras, memanjang, ada tahanan di sebelah
kanan ibu dan di sebelah kiri ibu bagian terkecil janin
(PUKA)
Leopold III : Teraba bulat, keras, melenting (Kepala)
Leopold IV : Kepala sudah masuk PAP (Divergen )
TBJ : (TFU-11) x 155
(30 -11) x 155 = 2945 gram
DJJ : 145 x/menit

Ekstremitas : Atas : Simetris, oedem -/-.


Bawah : Simetris, oedem-/-, varises -/-.

3. Pemeriksaan Laboratorium
a) Darah:
- Hb :12,6 gr % - Sifilis : NR
- HbsAg : NR - Malaria : tidak dilakukan
- HIV :NR
b) Urine:
- Protein :Negatif
- Glukosa :Negatif
c) BTA : tidak dilakukan
d) USG : tidak dilakukan
C. Analisa Data
G1P0A0 36-37 Minggu janin Tunggal Hidup dengan kehamilan Trimester III
fisiologis.

II. INTERPRETASI DATA DASAR


A. Diagnosa : G1P0A0 36 -37 Minggu janin tungal hidup
DS:
- Ibu mengatakan kehamilan ini kehamilan pertama
- Ibu mengatakan HPHT 23 – 12 - 2021
- Ibu mengatakan gerakan janin aktif dirasakan
DO:
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmetis
TTV : TD : 110 / 80 mmHg
Nadi : 80 x/menit
RR : 20 x/menit
Suhu : 36,6 °C
Palpasi : TFU setengah pusat px (28cm)
DJJ (+) 148 x/menit.
Laboratorium : HB 12,6 gram %

B. Masalah: Rasa Ketidaknyaman


DS : ibu mengatakan sering kencing dan sakit pinggang
DO : -

III. ANTISIPASI MASALAH POTENSIAL


Tidak ada

IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA


Tidak ada

V. INTERVENSI
Diagnosa : G1P0A0 36 - 37 minggui janin tungal hidup
Tujuan : memberikan asuhan kehamilan pada ibu selama proses
kehamilannya sampai aterm.
Kriteria hasil :
- Kehamilan dapat berjalan dengan normal sampai aterm ibu dan bayi sehat.
- Ibu mengetahui dan paham akan kondisi kesehatannya saat ini

1. Informasikan pada ibu tentang hasil pemeriksaan


R : Agar ibu dapat mengetaui hasil pemeriksaan kehamilan dan kondisi
kesehatan ibu dan janin
2. Jelaskan pada ibu tentang perubahan fisiologi pada ibu hamil trimester III
R : Agar ibu mengerti tentang perubahan-perubahan fisiologis yang terjadi.
Pada trimester III Seperti:
a. Pembengkakan dibeberapa bagian Tubuh
R :Sirkulasi darah yang melambat dan ritensi cairan dapat
menyebabkan ibu mengalami pembengkakan di Kaki,
pergelangan kaki atau wajah. Bila pembengkakan diwajah ibu
sudah ekstrim segera hubungi ke fasilitas kesehatan.
b. Sakit perut
R: Otot-otot dan ligament ( jaringan yang keras seperti tali ) yang
menopang rahim terus meregng pada saat bayi bertumbuh. Hal
ini bias menyebabkan ibu merasa kram.
c. Sakit punggung, pinggul dan panggung
R : Sakit punggung dan panggul , ini di sebabkan karena perutyang
membesar menekan area punggung sehingga menyebabkan
rasa sakit di area tersebut, selain itu perubaan hormone pada
trimester III dapat menyebabkan sendi dan ligament diantara
tulang – tulang panggu lmengendor sehingga menimbulkan rasa
nyeri
d. Sesak Nafas
R: Saat rahim berkembang keatas, paru-paru ibu memiliki sedikit
ruang untuk berkembang
e. payudara membesar
R: pada trimester III kehamilan payudara ibu semakin membesar dan
putting susu akan meneluarkan cairan kekuningan yang di sebut
kolostrum yang merupakan makanan pertama bayi
f. Berat badan bertambah
R: Kenaikan berat badan adalah hal yang wajar karena janin dalam
tubuh akan tumbuh semakin besar , selain itu ukuran plasenta ,
Rahim, payudara yang membesar , serta volume air
ketubandarah dan cairantubuh yang meningkat
g. Sering kencing,
R : Ukuran Rahim yang membesar bias membuat kandung kemih
tertekan dan menimbulkan rasa ingin kencing
3. Beri tahu ibu tentang tanda-tanda bahaya pada kehamilan
R: Agar ibu mengetahui tentang tanda-tanda bahaya kehamilan dan bila
suatu waktu ada salah satu dari dari tanda tanda bahaya seperti demam
tinggi, bengkak kaki tangan dan wajah atau sakit kepala di sertai kejang,
janin di rasakan kurang bergerak di bandingkan sebelumnya, perdahan
dari jalan lahir sebelum ada tanda-tanda persalinan, dan air ketuban
keluar sebelum waktunya, segera menghubungi petugas atau ke fasitas
kesehatan.
4. Beritahu ibu tentang tanda – tanda persalinan
R: Agar ibu mengetahui tanda-tanda awal persalinan, seperti perut mules
yang teratur timbul semakin sering dan semakin lama, keluar lender
campur darah atau keluar ketuban, , jika salah satu tanda ini muncul,
suami atau keluarga segera membwaa ibu ke fasilitas kesehatan
5. Beritahu ibu tentang persiapan pertolongan persalinan dan pencegahan
komplikasi (P4K)
R: agar ibu mengetahui dan siap menghadapi persalinan memilih tempat dan
penolong persalinan , persiapan dana persalinan , kendaraan yang di
pakai ke fasilitas kesehatan, metode KB yang di gunakan, , keluarga
yang siap jadi pendonor bila sewaktu- waku di butuhkan , dan bersediah
di rujuk bila nanti mengalami komplikasi
6. Beritahu ibu tentang jadwal pemeriksaan berikutnya.
R: agar ibu mengetahui jadwal pemeriksaan berkutnya sesuai dengan usia
kehamilan ibu 36-37 Minggu jadwal kunjungan ulang 1 minggu lagi

VI. IMPLEMENTASI
1. Menginformasikan pada ibu hasil pemeriksaan yang di dapatkan yaitu
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmetis
TTV : TD : 110 / 80 mmHg
Nadi : 80 x/menit
RR : 20 x/menit
Suhu : 36,6°C

Palpasi : T.Tfut 3 jari bawah px (30 cm)


Punggung kanan
Presentasi Kepala sudah masuk PAP 2/5
Auskultasi : djj (+) 148 kali/menit
Pemeriksaan Laboratorium :
golda O, HB : 12,6 gram %, HBSag : non Reaktif, sifilis :
Non Reaktif, VCT : Non Reaktif

2. Menjelaskan pada ibu tentang perubahan- perubahan fisiologis pada ibu


hamil trimester III yaitu:
a. Kenaikan berat badan adalah hal yang wajar karena janin dalam tubuh
akan tumbuh semakin besar , selain itu ukuran plasenta , Rahim,
payudara yang membesar , serta volume air ketuban darah dan cairan
tubuh yang meningkat
b. Sakit punggung dan panggul , ini di sebabkan karena perut yang
membesar menekan area punggung sehingga menyebabkan rasa sakit
di area tersebut, selain itu perubaan hormone pada trimester III dapat
menyebabkan sendi dan ligament diantara tulang - tulang panggul
mengendor sehingga menimbulkan rasa nyeri
c. Sesak nafas . janin yang tumbuh semakin besar akan mendorong rahim
dan Rahim akan mendorong diafragma sehingga menyebabkan sesak
nafas
d. panas perut, bayi yang tumbuh bertambah besar akan mendorong perut
ibu keatas sehingga perut terasa panas
e. Bengkak di beberapa bagian tubuh seperti pergelngan , tungkai, kaki
dan tangan , ini terjadi karena sirkulasi darah yang melambat dan
kelebihan cairan tubuh saat hamil
f. Sering kencing, ukuran Rahim yang membesar bisa membuat kandung
kemiih tertekan dan menimbulkan rasa ingin kencing
g. Timbul ambeien atau wasir , ambeien atau wasir saat hamil terjadi jika
pembuluh darah yang ada di sekitar anus mengalami pembengkakan ,
hal ini di sebabkan karena hormone progesterone yang meransang
pembuluh darah ibu hamil melebar.
Ibu memahami tentang perubahan fisiologis pada ibu hamil trimester III
3. Memberitahu ibu tentang tanda-tanda bahaya pada kehamilan , yaitu janin
di rasakan kurang bergerak , muntah terus dan tidak mau makan , demam
tinggi, bengkak kaki tangan dan wajah atau sakit kepala di sertai kejang,
perdarahan sebelum ada tanda-tanda persalinan, air ketuban keluar
sebelum waktunaya, bila ada salah satu atau lebih dari tanda – bahaya ini
ibu segera menghubungi bidan atau segera ke fasilitas kesehatan terdekat.
Ibu sudah memahami apa yang di sampaikan bidan dan bersedia segera
menghubungi bidan atau ke fasilitas kesehatan bila ada tanda-tanda bahaya
pada kehamilan.
4. Memberitahu ibu tentang tanda – tanda persalinan yaitu sakit perut menjalar
kepinggang yang intervalnya semakin dekat , keluar lender capur darah dari
jalan lahir. Bila sudah ada tanda – tanda ini ibu segera ke fasitas
kesehatan
Ibu sudah tau tanda-tanda persalinan dan akan segera ke fasilitas bila ada
tanda 2 persalinan
5. Memberitahu ibu tentang persiapan pertolongan persalinan dan
pencegahan komplikasi (P4K) yaitu tempat dan penolong persalinan, dana
persalinan,kendaraan yang akan di pakai ke fasilitas kesehatan , methode
kontrasepsi yang akan di pakai , pendonor darah dan kesediaan ibu dan
keluarga untuk di rujuk bila terjadi komplikasi.
Ibu mengerti tentang penjelasan bidan,dan sudah menentukan tempat dan
penolong persalinan di puskesmas utan, kendaraan yang akan di pakai
saat melakirkan ,pendonor , dan sdh memilih KB IUD post plasenta, serta
bersediah di rujuk bila terjadi komplikasi saat melahirkan
6. Membertahu ibu tentang jadwal kunungan berikutnya yaitu1 minggu lagi
tanggal 11 september 2022.
Ibu memgerti tentang penjelsan bidan dan bersedia melalukan
pemerisaksaan kembali pada tanggal yang di jadwalkan

VII. EVALUASI
Tanggal 4 September 2022 jam 09 .30 wita
S: - Ibu merasa senang dengan hasil pemeriksaan kehamilannya
- Ibu sudah mengetahui kondisi kesehatan ibu dan bayinya.
- Ibu sudah faham dan mengetahui apa yang disampaikan bidan
- Ibu bersedia melakukan apa yang disarankan bidan

O : Hasil pemeriksaan kehamilan normal


Keadaan umum :Baik
Kesadaran : Composmetis
TTV : TD : 110 / 80 mmHg
Nadi : 80 x/menit
RR : 20 x/menit
Suhu : 36,6°C
Palpasi : Tfut setengah pusat px (26 cm)
Punggung kanan
Presentasi Kepala sudah masuk PAP
Auskultasi : DJJ (+) 148 kali/menit
Pemeriksaan Laboratorium :
Golda : O, HB : 12,6 gram %, HBSag : Non Reaktif, Sifilis :
Non Reaktif, VCT : Non Reaktif

A : GIP0A0 35-36 minggu, Janin tunggal hidup


P:
 Menganjurkan ibu agar menyiapkan segala yang behubungan
dengan persiapan menyonsong persalinan
Ibu bersedia menyiapkan segala kebutuhan menyongsong
persalinan.
 Menganjurkan ibu untuk selalu memperhatikan gerakan janin
Ibu mengerti dan bersedia untuk selalu memperhatikan gerakan
janinnya.
 Menganjurkan ibu untuk memperhatikan tanda-tanda bahaya
Kehamilan TM III
Ibu mengerti dan bersedia memperhatikan tanda bahaya pada
kehamilan TM III
 Menganjurkan ibu untuk mengenali tanda-tanda persalinan
Ibu mengerti dan faham mengenai tanda – tanda persalinan
 Menganjurkan Ibu untuk melakukan pemeriksaan I1minggu lagi
Ibu bersedia datang berkunjung pata tanggal 7 September 2022

Catatan Perkembangan
Tanggal Pengkajian 11 september 2022
S Ibu mengatakan sakit pinggang dan sering kening
O : Keadaan umum : baik Kesadaran composmetis
BB : 55.3 kg
TTV : TD : 110/ 80 mmHg
Nadi : 84X/ Menit
Suhu : 36,8
Respirasi : 20X/ Menit
Palpasi : Tfut 30 cm, teraba bokong di fundus, Punggung kanan,
kepala sudah masuk PAP 2/5
Auscultasi : DJJ terdengar di sebelah kanan 148X/ Menit
A : GIP0A0 37-38 minggu janin Tunggah Hidup
P :
Jam Penatalaksanaan
09.30 1. Memberitahu ibu bahwa telah dilakukan pemeriksaan dan kondisi
baik.
Ibu telah mengetahui hasil pemeriksaannya.
09.35 2. Menjelaskan tentang keluhan yang dialami ibu yaitu sering
kencing, sering kencing disebabkan oleh karena terjadinya
penekanan pada kandung kemih karena penurunan kepala bayi
dan cara mengatasi adalah dengan mengurangi minum di malam
hari sehingga tidur ibu tidak terganggu.
Ibu mengerti tentang penjelasan yang diberikan.
09.45 3. Memberikan KIE tentang:
a. Menjelaskan tentang tanda-tanda persalinan (keluarnya
lendir berdarah dari jalan lahir, nyeri yang semakin
bertambah sakit, keluarnya cairan dari jalan lahir), ibu telah
mengerti penjelasan yang diberikan
b. Menjelaskan tentang persiapan P4K (penolong persalinan
harus tenaga kesehatan, tempat persalinan di
puskesmas/rumah bidan), pendamping persalinan
keluarga/suami, pendanaan persalinan yang harus
disiapkan, transportasi dan calon pendonor darah apabila
terjadi kegawatdaruratan.
Ibu mengerti.
10.00 4. Memberikan ibu semangat dukungan kepada ibu untuk persiapan
melakukan persalinan.

10.10 5. Menganjurkan suami dan keluarga ibu untuk sealalu memberikan


Dukungan kepada ibu selama kehamilannya ini dan senantiasa
mendampingi ibu dalam mempersiapkan proses persalinannya
nanti
10.15 6. Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi tablet Fe dengan baik
dan benar untuk menjaga kesehatan ibu dan janin.
Ibu bersedia mengkonsumsi tablet Fe.
10.20 7. Menganjurkan ibu untuk kunjungan ulang tgl 18-09-2022 atau bila
ada keluhan.
Ibu bersedia melakukan kunjungan ulang.
10.25 8. Dokumentasi
ASUHAN KEBIDANAN PADA NY “A”G1 P0A0 38-39 MINGGU INPARTU KALA I
FASE AKTIF JANIN TUNGGAL HIDUP INTRA UTERIN
DI PUSKESMAS UTAN

I. PENGKAJIAN Tanggal 20 september Jam


A. Data Subjektif
1) Biodata
Identitas Ibu Identitas Suami
Nama : Ny.”A” Nama : Tn.”A”
Umur : 21 Tahun Umur : 23Tahun
Suku : Sumbawa Suku : Sumbawa
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Tani
Alamat : Dsn Tengah III Ds Tengah Kec Utan

2) Keluhan utama
Ibu mengatakan sakit perut menjalar ke pingang dan merasakan
kencang-kencang sejak jam 21.00 WITA tadi malam, disertai keluar lendir
bercampur darah.

3) Riwayat Kesehatan
a) Riwayat Kesehatan Dahulu
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit menurun maupun
menular seperti, hipertensi, DM, TBC, hepatitis, asma, jantung.
b) Riwayat Kesehatan Sekarang
Ibu mengatakan saat ini tidak sedang menderita penyakit seperti,
hipertensi, DM, TBC, HIV, asma, jantung dan juga penyakit menular.
c) Riwayat Kesehatan Keluarga
Dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit menurun dan
menular seperti hipertensi, DM, TBC, hepatitis, asma, jantung.

d) Riwayat Obstetri
1) Riwayat menstruasi
Amenorhoe : Ya, sejak 9 bulan ini terakhir
Menarche : Usia12 tahun
Lama : 6-8hari
Banyak : 2-3 kali ganti pembalut
SiklusTeratur/tidak : 28 hari / Teratur
Dismenorhoe : Kadang-kadang
Fluor albus : Tidak pernah
HPHT : 23-12-2021
HTP/HPL : 30-09-2022
2) Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang Lalu
Tgl/Bln/ Persalinan Anak
Usia Usia
ThPersalin Nifas
No Kehamilan Tempat Jenis Penolong Penyulit JK BB PB Anak
an

1. Hamil ini

3) Riwayat Kehamilan Sekarang


Ibu mengatakan ini kehamilan pertama dengan usia kehamilan 9
bulan dan tidak pernah keguguran.
ANC TM I : 3 kali
Keluhan : mual, kadang-kadangpusing
Hasil pemeriksaan : KU baik, PP test urine positif, Hb
11 gr %, Golda O
Terapi : asam folat 1x1, Fe1x1
Konseling yang didapatkan : pola makan sedikit tapi
sering, personal hygiene, pola istirahat, tanda bahaya
kehamilan muda
ANC TM II : 3 kali
Keluhan : tidak ada
Hasil pemeriksaan : kehamilan normal
Terapi : tablet Fe1x1, kalk 1x1, Vit C 2x1
Konseling yang didapatkan : senam hamil, tanda
bahaya kehamilan, pola makan, pola istirahat
ANC TM III : 3 kali
Keluhan : Tidak ada
Hasil pemeriksaan : kehamilan normal
Terapi : tablet Fe1x1, kalk 1x1, Vit C 2x1
Konseling yang didapatkan : tanda–tanda persalinan,
ASI eksklusif, KB pasca salin, breastcare, perawatan
bayi, dll.

Gerak janin terasa sejak 5 bulan, gerakan janin dalam 24 jam


terakhir sebanyak 10-15 kali
Mulai persalinan : perut terasa mulas dan kencang-kencang dalam
beberapa hari terakhir, mengeluarkan lendir bercampur darah sejak
jam 21.00WITA tadi malam.
e) Riwayat KB
Ibu mengatakan belum pernah menjadi peserta KB atau memakai KB
apapun selama menikah.
f) Riwayat perkawinan
Menikah : 1kali
Lama : 4 tahun
Usia pertama menikah : 23 tahun
g) RiwayatPsikososial
Ibu tinggal serumah dengan suami dan satu orang family lainnya
(keponakan) dari suaminya. Pengambilan keputusan dalam keluarga
adalah suami. Kehamilan ini merupakan kehamilan yang sangat
diharapkan, dukungan dari suami dan keluarga sangat besar sekali.
h) Riwayat Budaya
Ibu mengikuti budaya masyarakat Sumbawa dengan mengadakan
syukuran kehamilan 7 bulanan (Biso’ Tian)
i) Perilaku Kesehatan
Jamu : ibu tidak pernah minum jamu-jamuan.
Merokok : suami dan anggota keluarga dirumah tidak ada yang
merokok.
Minum minuman keras : ibu tidak mengkonsumsi minuman keras.
j) PolaKebiasaanSehari-hari

No Pola Kebiasaan Selama Inpartu


1. Nutrisi Makan : 4 x/hari dengan porsi ½ piring-1
piring penuh dengan menu, nasi,
sayur dan lauk pauk
Minum :7-10 gelas/hari air putih, kadang-
kadang minum jus atau susu
2. Eliminasi BAB : 1 x/hari, warna kecokelatan, bau
khas, tidak nyeri, tidak ada
darah konsistensi keras padat,
tidak ada lendir/ darah
BAK : 7-8 x/hari, warna kuning muda jernih,
bau khas, tidak nyeri, tidak ada darah
dan pus
3. Istirahat Tidur siang : sering
Tidur malam : 6-7 jam, sering terbangun
jelang persalinan, merasakan mulas dan
kencang diperut
4. Personal hygiene Mandi 2x/ hari pagi dan sore, gosok gigi 2 x/
hari saat mandi, setelah makan dan sebelum
tidur, cuci rambut 1x/2-3 hari, ganti baju
2x/hari, ganti pakaian dalam 2x/hari
5. Aktivitas Memasak, mengepel, menyapu, dan beres-
beres rumah dibantu keponakan suami
yang tinggal di rumahnya, onlineshop
dibantu 1 orang admin
6. Seksual Hanya 1 kali sebulan saat TM III, dan 3
minggu jelang persalinan tidak melakukan
hubungan seksual

B. Data Objektif
1) Pemeriksaan Umum
KU : Baik
Kesadaran : Composmetis
Keadaan emosional : Stabil
TD : 110/70 mmHg
Nadi : 80x/menit
Suhu : 36,7ºc
RR : 20x/menit
2) Pemeriksaan Khusus
a) Inspeksi
- Rambut : Bersih, tidak rontok, tidak bercabang, warna hitam
- Wajah : Tidak oedeme, tidak ada cloasma gravidarum, tidak
pucat
- Mata : Conjunctiva merah muda, tidak pucat, sclera putih, tidak
ikterus, palpebra tidak oedeme, penglihatan baik
- Hidung : Bersih, tidak ada polip, tidak ada pernapasan cuping
hidung,tidak ada pengeluaran
- Telinga : Bersih, tidak ada serumen, simetris, bentuk normal
- Mulut : Gigi bersih, tidak ada stomatitis, tidak ada karies gigi,
mukosa bibir lembab, gusi tidak mudah berdarah
- Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, limfe, tidak ada
bendungan vena jugularis, bentuk normal
- Dada : Bentuk payudara membesar simetris, hiperpigmentasi
areola mamae, puting susu menonjol, pengeluaran
colostrum +/+
- Abdomen : Membesar sesuai usia kehamilan, tidak ada luka bekas
operasi, terdapat linea nigra terdapat striae lividae
- Genitalia : Tidak oedeme, tidak varises, tampak ada pengeluaran
per vaginam lendir bercampur darah, tidak ada bekas
luka perineum
- Anus : Tidak ada hemorrhoid, normal
- Ekstremitas Atas : Tidak ada oedeme, bentuk simetris, tidak ada
cacat, tidak ada oedeme, keadaan bersih, jari-jari tangan
lengkap, tidak syndaktili, tidak polidaktili
- Ekstremitas Bawah : Tidak ada oedem, tidak ada varises, bentuk
simetris, tidak ada cacat, tidak ada oedem, keadaan
bersih, jari-jari tangan lengkap tidak syndaktili tidak
polidaktili.

b) Palpasi Perut
Leopold I : TFU 3 jari bawah px (30cm), bagian fundus teraba
bulat, lunak, tidak melenting (bokong).
Di sebelah kiri teraba bagian kecil janin, di sebelah
Leopold II : kanan teraba panjang keras seperti papan
(punggung janin kanan-puka).
Leopold III : Presentasi bagian terbawah teraba bulat, melenting
(kepala)
Leopold IV : Kepala sudah masuk PAP
TBJ : 2945 gram
His : 4x/10’/35’
Penurunan-kepala : 3/5

c) Auskultasi
Punctum maximum : kanan bawah pusat
DJJ : 136 x/menit, (irama teratur)
d) Perkusi
Reflek patella : +/ +
e) Pemeriksaan Dalam oleh bidan jam 05.30 WITA
Hasil :
VT Ø 7 cm, efficement 75 %, ketuban utuh, teraba kepala, Hodge II,
denominator UUK Kanan Depan, tidak teraba bagian kecil janin/tali
pusat.
Lingkar panggul : 86 cm

II. INTERPRETASI DATA


A. Diagnosa : GIP0A0 38-39 minggu Inpartu kala I fase aktif, Janin Tunggal
Hidup, Intra uterin
B. Data
DS : Ibu mengatakan perut terasa mulas dan kencang-kencang sejak jam
21.00 WITA tadi malam, keluar lendir bercampur darah
HPHT : 23-12-2021
DO : DJJ 148X/ Menit
Abdomen : DJJ : 136 x/menit, irama teratur
Pemeriksaan Dalam : VT Ø 7 cm, efficement 75 %, ketuban utuh, teraba
kepala, Hodge II, denominator UUK Kanan Depan, tidak teraba bagian
kecil janin/tali pusat.
C. Masalah : tidak ada
DS : -
DO : -

III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA POTENSIAL


Diagnosia Potensial : tidak ada
Masalah potensial : tidak ada

IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN/TINDAKAN SEGERA


Tidak ada

V. INTERVENSI
Dx : GIP0A0 38-39 minggu Inpartu kala I fase aktif, Janin Tunggal /Hidup
Intra uterin
Tujuan : Persalinan berjalan normal dan lancar
Kriteria Hasil :
Kala I :Tidak melewati garis waspada pada partograf
Kala II : berlangsung < 2 jam, bayi lahir normal dan selamat
Kala III : berlangsung < 30 menit, plasenta lahir spontan, lengkap
Kala IV : Tidak terjadi HPP

Intervensi :
1. Lakukan pendekatan secara terapeutik
R : Terjalin rasa percaya sehingga ibu dan keluarga lebih kooperatif
2. Beritahu ibu tentang hasil pemeriksaan yang telah dilakukan
R : Pemahaman kondisi ibu, kemajuan persalinan, dan perkembangan janin

3. Lakukan asuhan sayang ibu


R : Dukungan terhadap ibu dalam persalinan dengan melibatkan ibu dan
keluarga sebagai pembuat keputusan, pengaruh emosional
4. Anjurkan ibu untuk melakukan perubahan posisi sesuai yaitu posisi berbaring
miring kekiri
R : Posisi berbaring miring kiri dapat mengurangi penekanan pada vena cava
inverior, sehingga dapat mengurangi kemungkinan terjadinya hipoksia
janin karena suplai oksigen tidak terganggu, dapat memberi suasana
rileks bagi ibu yang mengalami kecapekan, dan dapat mencegah
terjadinya robekan jalan lahir
5. Berikan konseling posisi ibu dalam meneran
R : Secara anatomi, posisi tegak lurus (berdiri, jongkok, duduk) merupakan
posisi yang paling sesuai untuk melahirkan, karena sumbu panggul dan
posisi janin berada pada arah gravitasi.
6. Monitor kemajuan persalinan dengan menggunakan partograf
R : Kolom dan lajur kedua pada partograf adalah untuk pencatatan kemajuan
persalinan, kondisi normal tidak melewati garis waspada
7. Lakukan persiapan pertolongan persalinan dengan maksimal
R : Persiapan persalinan standar sesuai asuhan persalinan normal
8. Lakukan tindakan 60 langkah APN
R : Persalinan lancar, bersih, aman, ibu bayi sehat dan selamat

VI. IMPLEMENTASI
Tanggal : 20-09-2022 Pukul : 05.45 WITA
Dx : GIP0A0 38-39 minggu Inpartu kala I fase aktif, Janin Tunggal Hidup
Intra uterine
1. Melakukan pendekatan secara terapeutik kepada ibu dan keluarga
2. Memberitahukan ibu tentang hasil pemeriksaan yang telah dilakukan yaitu
keadaan umum ibu dan keadaan janinnya baik.
3. Melakukan asuhan sayang ibu, yang meliputi :
a. Memberi dukungan fisik, psikologis, dan sosial
b. Mengatur posisi yang nyaman dan aman bagi ibu
c. Kebutuhan makanan dan cairan
d. Kebutuhan eliminasi
e. Pengurangan rasa nyeri
f. Keleluasaan untuk mobilisasi, termasuk ke kamar kecil
g. Penerapan prinsip Pencegahan Infeksi yang sesuai
4. Menganjurkan ibu untuk melakukan perubahan posisi sesuai dengan
keinginan ibu, jika ibu ingin di tempat tidur sebaiknya dianjurkan miring ke kiri
agar tidak mengganggu pernapasan ibu. Ibu sudah dalam posisi yang
nyaman
5. Memberikan konseling posisi ibu dalam meneran yaitu posisi tegak lurus
(berdiri, jongkok, duduk). Pada saat kontraksi, dengan berdiri uterus
terangkat berdiri pada sumbu akses pintu masuk panggul dan kepala
mendorong cerviks, sehingga intensitas kontraksi meningkat. Pada posisi
tegak tidak ada hambatan dari gerakan uterus. Sedangkan pada posisi
berbaring, otot uterus lebih banyak bekerja dan proses persalinan
berlangsung lebih lama.
6. Memonitor kemajuan persalinan dengan menggunakan partograf untuk
melaksanakan deteksi dini terhadap penyulit yang mungkin timbul meliputi :
tanda-tanda vital ibu, menghitung denyut jantung janin, menghitung kontraksi
uterus, melakukan pemeriksaan dalam,serta mencatat produksi urine, aseton,
dan protein
7. Melakukan persiapan pertolongan persalinan, meliputi :
a. Ruang bersalin dan asuhan bayi baru lahir sesuai standar
b. Perlengkapan, bahan dan obat esensial terstandar
c. Rujukan (bila diperlukan)
d. Upaya pencegahan infeksi yang diperlukan
8. Melakukan tindakan 60 langkah APN

VII. EVALUASI
Tanggal : 20-09-2022 Pukul : 08.00 WITA
Dx : GIP0A0 38- 39 minggu Inpartu kala I fase aktif, Janin T/H/I
S : Ibu mengatakan ingin meneran dan perutnya terasa semakin sering
mulas dan kencang
O : KU ibu baik, TTV : T : 120 / 80 mmHg, N : 80 x/menit, RR : 18 x/menit,
S : 36,5 °C
Inspeksi :
Genetalia : Perineum menonjol, vulva dan anus membuka, keluar
lendir darah, tekanan pada anus
Palpasi :
Abdomen : His 4x10 ’ / 50, DJJ (+) 140 x/menit
VT Ø 7 cm, efficement 75 %, ketuban utuh, teraba kepala, Hodge II,
denominator UUK Kanan Depan, tidak teraba bagian kecil janin/tali
pusat.
A : GIP0000 UK 38-39 minggu Inpartu kala I fase aktif, Janin Tunggal Hidup
Intra uterin
P:
1. Memastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial,
memakai alat perlindungan diri, mencuci tangan, memakai sarung
tangan, menyiapkan oksitosin 10 unit yang diletakkan kembali spuit
tersebut di partus set/wadah DTT atau steril tanpa mengontaminasi
spuit.
2. Memastikan pembukaan lengkap dan keadaan janin baik,
Pukul 08.30 WITA
Pemeriksaan dalam :
pembukaan 10 cm, eff 100%, ketuban pecah spontan jernih, preskep,
HIII+, UUK kadep. DJJ 136 x/menit.
3. Menyiapkan ibu dan keluarga untuk membantu proses bimbingan
meneran, yaitu : memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan
keadaan janin baik, meminta bantuan keluarga untuk membantu
menyiapkan posisi ibu untuk meneran, membantu ibu dalam posisi
setengah duduk dan pastikan dia merasa nyaman, menganjurkan ibu
untuk cukup minum, melakukan pimpinan meneran saat ibu
mempunyai dorongan yang kuat untuk meneran.
Ibu bersedia melakukan.
4. Persiapan pertolongan kelahiran bayi, saat kepala bayi telah membuka
vulva dengan diameter 5-6 cm, letakkan handuk bersih di atas perut
ibu untuk mengeringkan bayi, meletakkan kain bersih yang dilipat 1/3
bagian di bawah bokong ibu, membuka tutup partus set dan perhatikan
kembali kelengkapan alat dan bahan, memakai sarung tangan DTT
atau steril pada kedua tangan.
5. Menolong kelahiran bayi
a. Melahirkan kepala : melindungi perineum, menahan kepala bayi,
memeriksa lilitan tali pusat, menunggu hingga kepala bayi
melakukan putaran paksi luar secara spontan.
b. Melahirkan bahu : memegang secara biparietal, menganjurkan ibu
untuk meneran saat kontraksi, dengan lembut menggerakkan
kepala ke arah bawah dan distal hingga bahu depan muncul di
bawah arkus pubis dan menggerakkan arah atas dan distal untuk
melahirkan bahu belakang
c. Melahirkan badan dan tungkai : menggeser tangan yang berada di
bawah ke arah perineum ibu untuk menyangga kepala, lengan dan
siku sebelah bawah melakukan penelusuran tangan yang berada di
atas ke punggung, bokong, tungkai dan kaki bayi.
Bayi lahir spontan jam 09.40 WITA menangis kuat bergerak aktif,
warna kulit kemerahan, jenis kelamin perempuan
6. Menangani bayi baru lahir dengan melakukan penilaian selintas,
bayi menangis kuat dan bergerak aktif, warna kulit kemerahan
dilanjutkan dengan penanganan bayi baru lahir normal (AS : 9-10)

VIII. CATATAN PERKEMBANGAN


Kala III
Tanggal : 20-09-2022 Pukul : 09.45 WITA

S : Ibu merasa lega dengan kelahiran bayinya, masih merasakan mules pada
perut bagian bawah

O : Inspeksi:
Genetalia : Terdapat pengeluaran darah, tali pusat tampak terlihat di vulva
Palpasi :
Abdomen : TFU setinggi pusat, kontraksi uterus baik, uterus globuler
A : PIA0 inpartu kala III
P:
1. Melakukan manajemen aktif kala III
a) Memeriksa kembali uterus. Tidak ada lagi janin dalam uterus, bayi
tunggal.
b) Memberikan injeksi oksitosin 10 IU secara IM pada 1/3 paha dorsal
lateral kanan. Pukul 09.47 WITA
c) Melakukan PTT sewaktu ada his.Tidak ada tahanan.Tali pusat
bertambah panjang, ada semburan darah tiba-tiba.
d) Melahirkan plasenta sesuai sumbu jalan lahir. Plasenta lahir
spontan pukul 10.00 WITA
e) Melakukan masase uterus selama 15 detik, dengan meletakkan
telapak tangan di fundus dan lakukan masase dengan gerakan
melingkar secara lembut hingga uterus berkontraksi (fundus teraba
keras). Hasil : uterus teraba keras
f) Melakukan penilaian perdarahan, memeriksa kedua sisi plasenta
baik yang menempel ke ibu maupun janin, hasilnya selaput lengkap
dan utuh, perdarahan ± 200 cc
g) Melakukan evaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan
lakukan penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan aktif.
Hasil : perineum tidak terjadi robekan

Kala IV
Tanggal : 20-09-2022 Pukul : 10 .30 WITA

S : Ibu merasa lega bayi dan plasenta sudah lahir


O:
Inspeksi : Genetalia : Pengeluaran darah normal
Palpasi : Abdomen : TFU 2 jari di bawah pusat, kontraksi uterus baik,
kandung kemih kosong
A : P1A0 kala IV
P:
1. Mengajarkan ibu dan keluarga melakukan massase uterus dan menilai
kontraksi
Hasil : ibu mengerti, memahami dan bersedia
2. Membersihkan ibu dari paparan darah dan cairan tubuh dengan
menggunakan air DTT, membersihkan cairan ketuban, lendir dan darah
di ranjang atau di sekitar ibu berbaring. Serta membantu ibu memakai
pakaian yang bersih dan kering.
Ibu merasa bersih dan nyaman.
3. Membantu ibu memberikan ASI, menganjurkan keluarga untuk
memberi ibu minuman dan makanan yang diinginkannya, meminta ibu
untuk tidak pantang pada makanan apapun kecuali jika alergi.
Ibu makan nasi, daging, sayur dan minum jus jeruk serta air tebu.
4. Menganjurkan ibu untuk belajar miring kanan dan kiri jika ibu tidak
pusing kemudian belajar untuk duduk.
Ibu bisa melakukannya.
5. Membantu ibu untuk BAK apabila ada rasa ingin BAK
6. Melakukan observasi 2 jam post partum, setiap 15 menit pada 1 jam
pertama dan 30 menit pada1 jam kedua
7. Melengkapi partograf dan rekam medis lainnya.

PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN


KUNJUNGAN I PADA MASA NIFAS, MENYUSUI, DAN NEONATUS

Tanggal Pengkajian : 20-09-2022


Jam Pengkajian : 16.30 WITA

DATA SUBJEKTIF
1. Biodata

Nama Ibu : Ny.”A” Nama Suami : Tn.”A”


Umur : 21Tahun Umur : 23Tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku/Bangsa : Sumbawa/WNI Suku/Bangsa : Sumbawa/WNI
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Dsn Tengah III Ds Tengah Kec. Utan

2. Keluhan Utama
Ibu merasa sedikit lelah dan mengantuk.

3. Riwayat Menstruasi
- Siklus : 28-30 Hari
- Lama : 5-7 hari
- Keluhan : tidak ada
- Flour albus : kadang-kadang sebelum dan sesudah menstruasi

4. Riwayat Obstetri
Komplikasi
Komplikasi Nifas
Hamil UK Jenis Tempat Penolong Persalinan Bayi Usia
Kehamilan
Bayi ibu JK BB IMD Kmpl Laktasi

Tdk
1 Aterm Tidak ada Normal PKM Bidan Tdk ada P 2800 Iya Tdk ada Iya 6 Jam
ada

5. Riwayat kesehatan ibu sekarang dan lalu yang dapat mempengaruhi masa nifas
(termasuk status HIV dan HBsAg) :
Ibu mengatakan tidak ada riwayat penyakit seperti hipertensi, diabetes, HIV dan
HbsAg dll.

6. Riwayat sosial, ekonomi, budaya


- Status perkawinan :Ya / Tidak, Kawin : 1 kali
- Pengambil keputusan dalam keluarga : Suami
- Budaya yang akan dilakukan saat nifas dan perawatan bayi : Ibu mengatakan
melakukan budaya ditempatnya seperti tidak boleh keluar rumah sebelum
masa nifas berakhir.
- Bentuk dukungan keluarga terhadap ibu nifas : Ibu mengatakan keluarga
mendukung untuk melewati masa nifas dengan membantu beberapa
pekerjaan ibu.

7. Pemenuhan kebutuhan sehari-hari


- Makan dan minum Frekuensi : 3 x/hari
- Jenis dan porsi : Nasi, lauk, sayur, dan buah kadang-kadang ibu makan
sebanyak1 porsi.
- Istirahat
Siang : 1-2 jam Malam : 4-5 jam
- Eliminasi
BAK : 5-6 kali/hari, warna kekuningan, keluhan tidak ada.
BAB : 1 kali/hari,konsestensi lembek, warna kuning kecoklatan, keluhan tidak
ada.

DATA OBJEKTIF
1. Keadaan Umum : Baik

2. Vital Sign
Tekanan darah : 100/70 mmHg
Nadi : 80 kali/menit
Suhu : 36,7 oC
Respirasi : 18 kali/menit

3. Pemeriksaan fisik Inspeksi


a) Muka
Konjungtiva : Normal, tidak anemis kanan/kiri
Sklera : Normal, tidak ikterus kanan/kiri
Oedema : Tidak ada oedema kanan/kiri
b) Leher
Pembesaran kelenjar tiroid : Tidak ada
c) Payudara
Keadaan mammae : Normal, tidak ada bendungan ASI, pengeluaran ASI
kanan/kiri (+/+).
d) Abdomen
Bekas luka operasi : Tidak ada
TFU : 2 jari bawah pusat
Kontraksi : Baik
Diastasis rektus abdominis : Normal
e) Genetalia eksterna
Pengeluaran pervaginam : Lokhea Rubra
Luka perineum : Normal, tidak ada tanda infesksi
Varises : Tidak ada
Oedema : Tidak ada
Pembesaran kelenjar bartolini/skene : Tidak ada
Haemoroid :Tidak ada
f) Ekstremitas
Oedema : Tidak ada
Varises : Tidak ada
Homan’s sign : Normal

4. Data Penunjang (bila diperlukan)


Jenis pemeriksaan : Tidak ada
Hasil : Tidak ada

ASSESMENT
Diagnosa dan atau masalah
PIA0 post partum normal 6 jam.

PENATALAKSANAAN

Jam Penatalaksanaan
16.30 1. Memberitahukan pada ibu bahwa hasil pemeriksaan ibu normal.
Ibu mengerti keadaannya.
16.35 2. Memberikan KIE
a. Cara mencegah perdarahan seperti memasase fundus uteri dengan
memutarnya searah jarum jam bila teraba lembek dan bila terasa
ada darah yang keluar dari jalan lahir yang mengalir deras.
b. Mobilisasi dini seperti tidur miring ke kanan dan ke kiri agar involusi
uterus berjalan dengan normal.
c. Vulva hygiene yang benar agar tidak terjadi infeksi pada luka bekas
jahitan.
d. Gizi ibu nifas dan menyusui, dan menganjurkan ibu tidak pantang
makan. Menganjurkan Ibu banyak minum air putih (8-10 gelas/hari)
dan istirahat cukup.
e. Pemberian ASI awal, yaitu : cara meyusui yang benar, menyusui
tanpa jadwal (minimal 2 jam sekali). Ibu bersedia memperagakan
langsung kepada bayinya, dengan posisi ibu duduk, perut bayi
menghadap perut ibu, puting ibu masuk seutuhnya sampah areola
bagian bawah juga masuk ke dalam mulut bayi, untuk menghindari
puting susu ibu lecet.
f. Tanda bahaya pada ibu nifas, ibu menyusui dan neonatus. Ibu
mengerti dan bersedia melakukan rujukan jika terdapat tanda
bahaya.
Ibu mengerti penjelasan yang diberikan dan bersedia melakukan ajuran
bidan.
16.45 3. Menginformasikan kunjungan nifas selanjutnya 3 hari lagi pada tanggal
23-09-2022.
Ibu bersedia melakukan kunjungan
16.47 4. Menganjurkan ibu untuk melanjutkan terapi yang diberikan pada saat
persalinan.
Ibu mengerti anjuran yang diberikan.
16.50 5. Dokumentasi

Pengkajian Data Neonatus


Tanggal : 20-09-2022 Jam :17.00 WITA

DATA SUBJEKTIF
Bayi sudah dapat menetek dengan baik dan sering, bayinya juga aktif dan tidak
rewel, bayi sudah BAB 1 kali dan BAK sebanyak 3 kali, BAB berwarna hitam, BAK
berwarna kuning jernih, bayi dimandikan pukul 07.30 WITA.

DATA OBJEKTIF
Keadaan umum baik, menangis kuat, warna kulit kemerahan seluruh tubuh, suhu
36,7 °C, nadi 142 kali/menit, pernapasan 41 kali/menit, tidak ada caput
succedaneum, tidak ada cephal hematoma, sklera tidak ikterus, wajah tidak ikterus,
tidak sianosis, relaksasi otot napas normal, tidak kembung, tali pusat terbungkus
kasa steril dan tidak ada tanda-tanda infeksi, tidak ada perdarahan, ekstremitas atas
dan bawah tidak pucat, tidak teraba dingin, refleks hisap baik, refleks menelan baik,
refleks moro baik, refleks grasping baik, refleks rooting baik, berat badan 3250 gram
panjang badan 50 cm, lingkar kepala 33 cm, lingkar dada 34 cm, LILA 11 cm.

ANALISIS/INTEPRETASI
Bayi baru lahir normal usia 7 jam

PENATALAKSANAAN
Jam Penatalaksanaan

17.00 1. Memberitahukan pada ibu bahwa hasil pemeriksaan bayi baik


(normal). Ibu mengerti keadaan bayinya

17.05 2. Memberikan KIE


a. Pemberian ASI awal, yaitu : cara meyusui yang benar, menyusui
tanpa jadwal (minimal 2 jam sekali). Ibu bersedia memperagakan
langsung kepada bayinya, dengan posisi ibu duduk, perut bayi
menghadap perut ibu, puting ibu masuk seutuhnya sampai areola
bagian bawah juga masuk ke dalam mulut bayi, untuk menghindari
puting susu ibu lecet.
b. ASI Eksklusif, selama 6 bulan setelah lahir bayi tidak diberikan
tambahan makanan apapun seperti susu formula, air putih, pisang.
Bayi hanya diberikan ASI saja.
c. Perawatan bayi sehari-hari dan perawatan tali pusat. Terutama
untuk mencegah bayi hipotermia.
d. Tanda bahaya pada neonatus. Seperti : Bayi tidak mau menyusu
atau memuntahkan semua yang diminum, Bayi kejang, Bayi lemah,
bergerak hanya jika dipegang, sesak napas (60 kali per menit atau
lebih) atau nafas 30 kali per menit atau kurang, Bayi merintih, pusar
kemerahan sampai dinding perut, demam (>37,5 C) atau tubuh
teraba dingin (<36,5 oC), mata bernanah banyak, Bayi diare, mata
cekung, tidak sadar, jika kulit perut dicubit akan kembali lambat, itu
bertanda bayi mengalami kekurangan cairan yang berat, kulit bayi
terlihat kuning. Ibu mengerti dan bersedia melakukan rujukan jika
terdapat tanda bahaya,
Ibu mengerti penjelasan yang diberikan dan bersedia melakukan
ajuran bidan.
3. Menginformasikan kunjungan ulang neonatus bersamaan dengan
kunjungan nifas selanjutnya pada tanggal 23 september 2022.
Ibu bersedia melakukan kunjungan.

KUNJUNGAN NIFAS II
Tanggal kunjungan : 27-9-2022 jam 09 wita
Tempat : ruang Pemerisaan kesehatan ibu Puskesmas Utan

DATA SUBJEKTIF
Ibu merasakan kedua putting susunya lecet sudah 2-3 hari ini.

DATA OBJEKTIF
1. Keadaan umum baik dan kesadaran composmentis.
2. Tanda-tanda vital :
a. Tekanan darah : 110/80 mmHg
b. Nadi : 78 x/menit
c. Suhu : 36,7 °C
d. Pernapasan : 20x/menit
3. Pemeriksaan fokus masa nifas
a. Mata, konjungtiva tidak anemis dansklera tidak ikterik
b. Bibir tidak pucat
c. Payudara : Areola hiperpigmentasi, putting susu menonjol dan keduanya
lecet terutama pada putting kanan, tidak purulent dan tidak ada
pembengkakan atau bendungan payudara, ASI terproduksi.
d. Abdomen : TFU pertengahan pusat dengan symphysis, kontraksi uterus baik,
kandung kemih kosong.
e. Vulva dan perineum : Lokhea sanguinolenta dan luka atau jahitan perineum
bertaut.
f. Ekstremitas bawah tidak ada oedema dan tanda Hooman negatif.

ANALISIS
P1A0H1 postpartum hari ke-7

PENATALAKSANAAN
1. Menginformasikan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan, ibu mengetahui hasil
pemeriksaan.
2. Menginformasikan kembali pada ibu untuk mengonsumsi aneka ragam makanan
(tidak tarak terutama makanan tinggi protein untuk mempercepat penyembuhan
luka jahitan, ibu tidak tarak
3. Tatalaksana nyeri jahitan
a. Menginformasikan kembali pada ibu untuk selalu menjaga kebersihan diri
terutama kemaluan agar tidak terjadi infeksi, ibu mengerti dan mengganti
pembalut kurang lebih sehari 3x
b. Mengedukasi kembali ibu cara perawatan perinium dengan menjaga
kebersihan dan diusahakan tetap kering, ibu mengerti.
c. Menginformasikan pada ibu untuk mandi atau membilasnya dengan air
hangat agar rasa nyeri sedikit berkurang, nyeri berkurang.
d. Memberikan pereda nyeri dan antibiotik 3x1 (oleh Bidan Desa), telah diterima
ibu.
4. Tatalaksana putting lecet
a. Menginformasikan pada ibu untuk tetap memberikan ASI menggunakan
putting susu yang lecetnya sedikit, ibu menyusui mulai dari payudara kiri.
b. Menginformasikan pada ibu untuk mengoles putting susu dengan ASI akhir
tanpa memberikan obat lain seperti krim, salep dan lain-lain, ibu akan
mengoleskan ASI terakhir setelah menyusui dan tidak akan mengoleskan
obat apapun.
c. Menginformasikan pada ibu untuk mencuci atau membersihkan payudara
minimal satu kali dalam sehari tanpa menggunakan sabun, ibu tidak pernah
mencuci payudara dengan sabun.
d. Membantu ibu untuk memperbaiki posisi dan perlekatan, ibu mampu
melakukannya.
e. Menginformasikan pada ibu untuk mengistirahatkan kurang lebih 1x24 jam
jika putting lecet menjadi sangat berat dan tetap mengeluarkan ASI dengan
tangan, ibu mengerti dan kondisi putting saat ini sudah mulai membaik.

KUNJUNGAN NEONATUS II
Tanggal Kunjungan : 27 september 2022 jam 09.30 Wita
Tempat : Ruang pemeriksaan bayi puskesmas utan

DATA SUBJEKTIF
Tidak ada keluhan.

DATA OBJEKTIF
1. Keadaan umum baik.
2. Tanda-tanda vital :
a. Denyut jantung : 132 kali/menit.
b. Pernafasan : 43 kali/menit
c. Suhu aksila normal : 36,8 oC
3. Antropometri meliputi :
a. Berat badan : 2750 gram
b. Panjang badan : 50 cm
c. Lingkar dada : 33 cm
d. Lingkar kepala : 34 cm
e. Lingkarlengan : 11cm
4. Warna kulit kemerahan
5. Mata sklera putih dan tidak ada perdarahan sub conjungtiva.
6. Refleks bayi terbentuk dengan baik
7. Tidak ada retraksi dinding dada
8. Tali pusat sudah pupak pada hari ke-6
9. BAB (+) / BAK (+)

ANALISIS
Bayi lahir normal umur 7 hari.

PENATALAKSANAAN
1. Mempertahankan suhu tubuh bayi tetap hangat, bayi telah dijaga kehangatannya
2. Tatalaksana kebersihan mata
a. Menginformasikan pada ibu untuk mencuci tangan sebelum dan sesudah
membersihkan mata bayi, ibu mengerti.
b. Memgedukasi ibu cara membersihkan mata bayi 3 kali sehari menggunakan
kapas/kain bersih yang dicelupkan dalam air hangat, ibu mampu menjelaskan
kembali dan akan melakukannya di rumah.

KUNJUNGAN NIFAS III


Tempat kunjungan : Ruang pemeriksaan kesehatan ibu Puskesmas utan
Tanggal kunjungan : 5 oktober 2022

DATA SUBJEKTIF
Ibu tidak ada keluhan dan kedua putting susu sudah tidak lecet.

DATA OBJEKTIF
1. Keadaan umum baik dan kesadaran composmentis.
2. Tanda-tanda vital :
a. Tekanan darah : 110/80mmHg
b. Nadi : 78 x/menit
c. Suhu : 36,5 °C
d. Pernafasan : 19x/menit
3. Pemeriksaan fokus masa nifas
a. Mata, konjungtiva tidak anemis dan sklera tidak ikterik
b. Bibir tidak pucat
c. Payudara : Areola hiperpigmentasi, kedua putting susu ibu sudah tidak lecet
serta tidak ada pembengkakan atau bendungan payudara.
d. Abdomen : TFU tidak teraba dan kandung kemih kosong.
e. Vulva dan perineum : Lokhea serosa dan luka atau jahitan perineum bertaut.
f. Ekstremitas bawah tidak ada oedema dan tanda Hooman negatif.

ANALISIS
P1A0H1 post partum hari ke-15

PENATALAKSANAAN
1. Menginformasikan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan, ibu mengetahui hasil
pemeriksaan.
2. Menginformasikan kembali pada ibu untuk mengonsumsi aneka ragam makanan
(tidak tarak terutama makanan tinggi protein untuk mempercepat penyembuhan
ibu tidak tarak).

3. Tatalaksana nyeri jahitan :


a. Menginformasikan kembali pada ibu untuk selalu menjaga kebersihan diri
terutama kemaluan agar tidak terjadi infeksi, ibu mengerti dan mengganti
pembalut kurang lebih sehari 3x
b. Mengedukasi kembali ibu cara perawatan jalan lahir dengan menjaga
kebersihan dan diusahakan tetap kering, ibu mengerti.
c. Menginformasikan pada ibu untuk mandi atau membilasnya dengan air
hangat . Ibu memahami apa yang di sampaikan bidan

KUNJUNGAN NEONATUS III

Tempat kunjungan : Ruang pemerksaan bayi puskesmas utan


Tanggal Kunjungan : 5 oktober 2022

DATA SUBJEKTIF
Tidak ada keluhan.

DATA OBJEKTIF
1. Keadaan umum baik.
2. Tanda-tanda vital :
a. Denyut jantung : 137 kali/menit.
b. Pernafasan : 43 kali/menit
c. Suhu aksila normal : 36,7 oC
3. Antropometri meliputi :
a. Berat badan : 3455gram
b. Panjang badan : 49,5 cm
c. Lingkar dada : 33 cm
d. Lingkar kepala : 34 cm
e. Lingkar lengan : 11 cm
4. Warna kulit kemerahan
5. Mata sklera putih dan tidak ada perdarahan sub conjungtiva, tidak ada sekret
atau kotoran pada mata
6. Refleks bayi terbentuk dengan baik
7. Tidak ada retraksi dinding dada
8. Tali pusat bersih
9. BAB(+) / BAK(+)

ANALISIS
Bayi lahir normal umur 15 hari.

PENATALAKSANAAN
1. Mempertahankan suhu tubuh bayi tetap hangat, bayi telah dijaga kehangatannya
2. Menginformasikan pada ibu untuk tetap memberikan ASI sesering mungkin
minimal 8 kali sehari, ibu mengerti dan sudah menyusui sesering mungkin
kurang lebih 2-3 jam sekali.
3. Menginformasikan pada ibu untuk tetap menjaga kebersihan bayi dan
lingkungan.

KUNJUNGAN NIFAS IV

Tempat kunjungan : Ruang pemeriksaan kesehatan ibu puskesmas utan


Tanggal Kunjungan : 01 November 2022

DATA SUBJEKTIF
Tidak ada keluhan.

DATA OBJEKTIF
1. Keadaan umum baik dan kesadaran composmentis.
2. Tanda-tanda vital :
a. Tekanan darah : 110/80 mmHg
b. Nadi : 80 x/menit
c. Suhu : 36,6 °C
d. Pernafasan : 18 x/menit

3. Pemeriksaan fokus masa nifas :


a. Mata, konjungtiva tidak anemis dan sklera tidak ikterik
b. Bibir tidak pucat
c. Payudara : Areola hiperpigmentasi, putting susu menonjol, tidak ada
pembengkakan atau bendungan payudara. ASI terproduksi.
d. Abdomen: TFU tidak teraba dan kandung kemih kosong.
e. Vulva dan perineum : Lokhea alba mulai menghilang dan luka atau jahitan
perineum bertaut.
f. Ekstremitas bawah tidak ada oedema dan tanda Hooman negatif.

ANALISIS
P1A0H1, 6 minggu post partum

Penatalaksanaan
1. Menginformasikan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan, ibu mengetahui hasil
pemeriksaan.
2. Menanyakan kesulitan yang mungkin dialami ibu dan bayi, tidak ada kesulitan
3. Memberikan konseling KB .Ibu merasa nyaman dengan IUD PP yang di pakai

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY “A” P1001 AKSEPTOR KB IUD CuT 380


DI PUSKESMAS UTAN

Tanggal pengkajian : 20-09-2022 Pukul : 10.00 wita

I. Pengkajian
a. Data Subjektif
1. Biodata
1.Biodata
Ibu Suami
Nama :Ny“A” Nama :Tn“A”
Umur :21 tahun Umur :23 tahun
Agama :Islam Agama : Islam
Suku/bangsa :Sumbawa/Indonesia Suku/bangsa :Sumbawa/Indonesia
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan :Ibu rumah tangga Pekerjaan :Tani
Penghasilan : - Penghasilan : Rp. 1.500.000,-
Alamat :Dsn Tengah III Alamat :Dsn Tengah III
Ds Tengah Ds Tengah
Kec Utan Kec Utan

2. Alasan Datang
Ibu mengatakan ingin menggunakan KB IUD

3. Keluhan Utama
Ibu mengatakan takut jika nanti hamil lagi.

4. Riwayat Penyakit yang lalu


Ibu tidak pernah menderita penyakit menular seperti TBC, AIDS, dan
penyakit menurun seperti : kencing manis, dan lain-lain.

5. Riwayat Kesehatan Sekarang


Ibu tidak sedang menderita penyakit menular maupun turunan seperti
kecing manis, TBC, penyakit hati,dan lain-lain.

6. Riwayat Keluarga
Ibu mengatakan dalam keluarga dan suami tidak ada yang menderita
penyakit yang menular, menahun seperti : darah tinggi, kencing manis,
TBC, jantung, asma.

7. Riwayat Obstetri
Riwayat Haid
a. Menarche : 13 tahun
Riwayat
b. Siklus haid : 28 hari
persalinanRiwayatGinekol
c. Lama :5-6 hari
ogi
d. Banyaknya : 3 pembalut/hari
e. Flour :(+)ya,Sebelum haid
f. Warna : jernih
g. Disminorhoe : tidak
h. Bau : amis

Anak Usia Jenis Anak Nifas


Kawin Penolong Umur
ke Kehamilan persalinan Normal
JK BB PB

1 1 9 bulan Spt B.kep Bidan P 2800 49 0 hari normal

8. Riwayat KB Sebelumnya
Ibu mengatakan belum pernah menggunakan KB apapun.

9. Riwayat Psikososial dan spiritual


Hubungan ibu dan keluarga harmonis, suami mendukung ibu untuk KB
IUD.
10. Latar Belakang Budaya
a) Klien mengatakan kebiasaan penolong persalinan ditolong tenaga
kesehatan
b) Klien tidak pernah minum jamu karena tidak suka.

11. Pola Aktivitas Sehari-Hari


a) Pola nutrisi
(1) Makan : 3 x/hari : nasi, sayur, lauk pauk, buahdan susu
(2) Minum : 6-7 gelas/hari
b) Pola Eliminasi
BAB : 1-2 x/hari, konsistensi lunak, bau khas feses, warna kuning
BAK : 4-6 x/hari, warna jernih, bau khas urine
c) Pola Istirahat
Tidur siang : 1 jam (13.00-14.00 WITA)
Tidur malam : 6-7 jam (21.00-05.00 WITA)
d) Pola Aktivitas
Ibu mengerjakan rumah sehari-hari seperti memasak, mencuci,
mengepel, menyapu halaman dll
12. Pola Seksualitas
Satu minggu 1-2x. Ada keluhan dari klien setiap kali berhubungan intim
terasa nyeri.

b. Data Objektif
1. Pemeriksaan umum
KU : baik
Kesadaran : CM
TB :155 cm
BB : 55 kg
Lila : 27 cm
2. TTV :
TD : 110/70 mmHg
N : 84 x/menit
S : 36,5 oC
R : 20 x/menit
3. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
Kepala : Rambut rapi, lurus, tidak ada benjolan abnormal
Muka : Simetris
Mata : Konjungtiva tidak pucat, sklera tidak kuning, tidak ada
gangguan penglihatan, simetris
Hidung : Sekret (-), polip (-)
Telinga : Simetris, tidak ada gangguan pendengaran
Leher : Tidak tampak pembesaran tyroid dan vena jugularis
Dada : Simetris, tidak ada benjolan abnormal
Abdomen : TFU 2 jari bawah pusat
Genetalia : Mengeluarkan darah nifas
Extrimitas : Simetris, tidak oedeme, tidak ada varises.
b. Palpasi:
Abdomen : tidak ada nyeri tekan pada perut bagian bawah
c. Auskultasi :
Tidak dilakukan
d. Perkusi:
Reflek patela (+)/(+)
e. Pemeriksaan dalam

II. Identifikasi Masalah


Dx : Akseptor KB IUD copper T 380 A PP
DS : Ibu mengatakan baru selesai melahirkan dan ingin menggunakan KB
IUD
DO : Ada pengeluaran lochea/darah.
- Palpasi :
Abdomen : tidak nyeri tekan pada perut bagian bawah
- KU : baik
T : 110/70 mmHg
N : 84 x/mnt
R : 20 x/mnt
S : 36,5 oC
III. Antisipasi Masalah Potensial
Potensial terjadinya ekspulsi

IV. Identifikasi Kebutuhan Segera


Pemasangan IUD dengan sangat hati-hati dan teliti

V. Intervensi
● Dx : Akseptor KB IUD copper T 380 A dengan PP

● Tujuan : Ibu tidak cemas dengan keadaannya saat ini.


● Kriteriahasil :
- Ibu akan merasa berhati-hati dalam merawat kebersihan alat
vitalnya.
- Ibu akan merasa aman dan nyaman selama menggunakan IUD Cu T
380 A.
- KU : Baik
- TTV
TD :110/ 80 – 120/90 N : 60 – 80 x/menit
R : 16 -20 x/menit
S : 36,5 0C – 37,5 0C

- Tidak ada nyeri pada perut bagian bawah.


- Ibu merasa aman dan nyaman.
● Intervensi
1. Lakukan pendekatan pada pasien
R/ Agar tercipta rasa saling percaya antara petugas kesehatan
dengan pasien
2. Beri dukungan pada pasien
R/ Pasien merasa tenang dan tidak kuatir dengan keadaan dirinya.
3. Bersihkan vagina
R/ Agar ibu merasa nyaman.
4. Memasang IUD sesuai prosedur
R/ IUD dipasang sesuai protap agar ibu merasa nyaman
5. Jelaskan tentang keadaan ibu saat ini
R/ Dengan menjelaskan pada ibu tentang keadaan saat ini ibu
merasa aman.
6. Anjurkan ibu menjaga kebersihan dan mengganti celana dalam yang
dapat menyerap keringat.
R/ Menjaga kebersihan, ibu akan terhindar dari keputihan dan
terhindar dari penyakit yang berbahaya nantinya setelah nifas

VI. Implementasi
Tanggal : 20 – 09 – 2022 Pukul : 10.05 WITA
1. Melakukan pendekatan pada pasien
Sapa pasien dengan ramah dan tanyakan pada pasien tentang keluhan saat
ini.
2. Memberi dukungan pada pasien, dengan ditemani oleh keluarga agar ibu
merasa tenang.
3. Memasang IUD sesuai protap
4. Membersihkan vagina
5. Menjelaskan tentang keadaan ibu saat ini bahwa IUD saat post partum aman
6. Menganjurkan ibu menjaga kebersihan dan mengganti celana dalam yang
dapat menyerap keringat, sekali membiarkan alat vitalnya (vulva) diangin-
anginkan setelah nifas nanti.

VII. Evaluasi
Tanggal : 20-09-2022 Pukul : 10.15 WITA
Dx : Akseptor KB IUD copper T 380 A dengan PP
S : Setelah mendapatkan penjelasan ibu mengerti dan merasa puas atas
saran dari bidan.
O : Ibu mengangguk tanda mengerti, ibu dapat mengulangi penjelasan
yang diberikan
A : Akseptor KB IUD copper T 380 A dengan PP
P : Menganjurkan ibu untuk minum obat secara teratur
Menganjurkan ibu untuk kontrol 2 minggu lagi atau jika ada keluhan
dan efek samping
BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Setelah dilakukan asuhan kebidanan pada penulis dapat menyimpulkan
bahwa asuhan kebidanan pada Ny “A”. Dapat diperoleh kesimpulan bahwa
keadaan ibu dan bayi baik.
2. Kebutuhan KIE segera yang harus diberikan kepada ibu diantaranya adalah
Konseling tentang :
a. Gizi ibu nifas dan menyusui
b. Banyak minum air putih (8-10 gelas/hari) dan istirahat cukup
c. Vulva hygiene dan perawatan luka perineum
d. Cara menyusui yang benar
e. ASI eksklusif
f. Menyusui tanpa jadwal (minimal 2 jam sekali)
g. Perawatan bayi sehari-hari dan perawatan tali pusat.
h. Mencegah bayi hipotermi
i. Tanda bahaya pada ibu nifas, ibu menyusui dan neonatus
j. Bimbingan perawatan payudara
k. Bimbingan pijat oksitosin
l. Bimbingan senam nifas
m. Efek samping KB dan cara penanganan
3. Rencana tindakan yang harus diberikan kepadaNy.“A”adalah:
a. Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan
b. Mengobservasi keadaan umum dan TTV
c. Memberikan ibu KIE sesuai kebutuhan
4. Setelah dibuat rencana tindakan untuk Ny. “A”, selanjutnya melakukan
tindakan sesuai dengan perencanaan yang telah disusun di atas
5. Setelah keseluruhan tindakan dilakukan, maka dilakukan evaluasi kepada
Ny.“A” untuk mengetahui sejauh mana pemahaman dan motivasi yang dapat
diterima oleh klien, sehingga asuhan yang telah diberikan bidan dapat
berjalan berkesinambungan.
B. SARAN
1. Bagi Penulis
Meningkatkan keterampilan yang dimiliki untuk melakukan asuhan kebidanan
pada ibu hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir, dan KB sesuai standar profesi
kebidanan dan dapat mengatasi kesenjangan yang terkadang timbul antara
teori yang didapat diperkuliahan dengan praktik yang nyata di lahan serta
dapat mengaplikasikan teori yang didapat dengan perkembangan ilmu
kebidanan terbaru.
2. Bagi Lahan Praktik
Bidan maupun tenaga kesehatan lainnya diharapkan dapat memberikan
asuhan yang menyeluruh serta mendeteksi kelainan secara dini dan
mencegah terjadinya komplikasi dalam masa kehamilan.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Institusi dapat menilai sejauh mana kemampuan mahasiswa dalam
menerapkan pengetahuan yang telah didapat dengan mempraktekkan dan
menerapkannya pada pasien/klien secara langsung.
4. Bagi Pasien
Ibu hamil dapat menambah informasi seputar kehamilannya khususnya
anemia dalam kehamilan yang ibu alami, kemudian suami dan keluarga dapat
memberikan dukungan dan semangat kepada ibu sehingga ibu dapat
menjalani kehamilan, persalinan, nifas dan perawatan bayi baru lahir dengan
baik dan aman.
DAFTAR PUSTAKA

Affandi, B, 2013. Buku Pelayanan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, Jakarta : Yayasan


Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Ambar wati, Eny Retna dan Diah Wulandari. 2008. Asuhan Kebidanan Nifas.
Yogyakarta : Mitra Cendekia.

Bahiyatun. 2013. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta: EGC.

Behrman, E. Richard. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Vol. II. E/15. Jakarta: EGC.

Cunningham,F. Garydkk. 2006. Obstetri William. Jakarta: EGC

Doenges, MarilynnE, dan Mary Frances Moorhouse. 2001. Rencana Perawatan


Maternal/Bayi : Pedoman untuk Perencanaan dan Dokumentasi Perawatan Klien.
Edisi 2. Cetakan I. Jakarta : EGC.

Eny, dan Esty. 2010. Buku Saku Kebidanan Constance Sinclair. Jakarta : EGC.

Fraser dan Cooper,D.M.,&Cooper,M.A. 2009. Myles Buku Ajar Bidan edisi 14.
Jakarta : EGC.

Kemenkes RI. 2011. Keputusan Menteri Kesehatan RI NO.938/Menkes/SK/VIII/2007


Tentang Asuhan Kebidanan. Jakarta : Kementerian Kesehatan.

Kemenkes RI. 2013. Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan
Rujukan. Jakarta : Kementerian Kesehatan.

. 2016. Buku Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta : Kementerian


Kesehatan dan JICA (Japan International Cooperation Agency).

Ladewig,P.W. 2006. Buku Saku Asuhan Ibu dan Bayi Baru Lahir. Jakarta : EGC.
Leveno
K.J. 2009. Obstetri Williams : Panduan Ringkas Edisi 21. Jakarta : EGC.

Manuaba . Ida Bagus Gde. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB.
Jakarta : EGC.

. 2012. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB. Jakarta :


EGC.

. 2012. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta : EGC.

Marmi. 2015. Asuhan Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Prasekolah. Yogyakarta :
Pustaka Pelajar.

. 2014. Asuhan Kebidanan Pada Masa Antenatal. Yogyakarta :


Pustaka Pelajar.

Mulati, Erna, dkk. 2016. Buku Ajar Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta : Pusat
Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan.

Rochmah. 2013. Asuhan Neonatus, Bayi, & Balita. Jakarta : EGC.

Romauli,Suryati. 2011. Buku Ajar Askeb 1 : Konsep Dasar Asuhan Kehamilan.


Yogyakarta : NuhaMedika.

Saifuddin, AbdulBari. 2009. Buku Acuan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

. 2014. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal


dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

. 2014. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina


Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

. 2010. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta :


Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

. 2012. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta :


PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Sari, Puspita Eka. 2014. Asuhan Kebidanan Masa Nifas (Post natal Care).
Jakarta :CV Trans Info Media.

Sofian, Amru, dan LoiIndra (ed). 2015. Rustam Mochtar Sinopsis Obstetri. Jakarta :
EGC.

Syafrudin, dan Hamidah. 2009. Kebidanan Komunitas. Jakarta : EGC.

Utami, Sri. 2006. Hubungan Perawatan Tali Pusat Menggunakan Kassa Kering
Steril Dengan Lama Pelepasan Puntung Tali Pusat. Karya Tulis Ilmiah, Program
Studi Kebidanan Politeknik Kesehatan Surabaya, Magetan.

Varney, Helen,dkk. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Volume 1. Edisi 4. Jakarta :
EGC.

. 2008. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Volume 2. Edisi 4. Jakarta :


EGC.

Walsh,Linda V. 2012. Buku Ajar Kebidanan Komunitas. Jakarta : EGC.

. 2007. Buku Ajar Kebidanan Komunitas. Jakarta: EGC.

Wiknjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kandungan. Jakarta : Bina Pustaka

Wiknjosastro, Gulardi. 2008. Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal. Jakarta:


Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

. 2014. Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal. Jakarta :


Bina Pustaka

Anda mungkin juga menyukai