Anda di halaman 1dari 196

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Asuhan Komprehensif yaitu manajemen kebidanan mulai dari ibu

hamil, bersalin, sampai bayi baru lahir sehingga persalinan dapat

berlangsung dengan aman dan bayi yang dilahirkan selamat dan sehat

sampai dengan masa nifas dan pelayanan KB (Lapau, 2015).Continuity of

care adalah pelayanan yang dicapai ketika terjalin hubungan yang terus

menerus antara seorang wanita dan bidan. Asuhan yang berkelanjutan

yang berkaitan dengan tenaga profesional kesehatan, pelayanan

kebidanan dilakukan mulai prakonsepsi, awal kehamilan, selama semua

trimester, kelahiran, sampai 6 minggu pertama postpartum. Tujuannya

adalah untuk membantu upaya percepatan penurunan Angka Kematian Ibu

(AKI). (Miratu 2015).

Berdasarkan data World Health Organization (WHO),

sebanyak 99% kematian ibu akibat masalah persalinan atau kelahiran

terjadi dinegara-negara berkembang. Resiko kematian ibu di negara-

negara berkembang merupakan yang tertinggi dengan 450 kematian ibu

per 100 ribu kelahiran bayi hidup jika dibandingkan dengan rasio kematian

ibu di sembilan negara maju dan 51 negara persemakmuran. Terlebih lagi,

rendahnya penurunan angka kematian ibu global tersebut merupakan

cerminan belum adanya penurunan angka kematian ibu secara bermakna

di negara-negara yang angka kematian ibunya rendah (WHO, 2015)

Menurut WHO antenatal berfungsi sebagai deteksi dini terjadi nya

resiko tinggi pada kehamilan dan persalinan juga dapat menurunkan angka

1
2

kematian ibu dan memantau keadaan janin. Idealnya dengan melakukan

pemeriksaan selama kehamilannya ,sehingga dapat mengetahui secara

dini kelainan-kelainan yang mungkin ada atau akan timbul pada kehamilan

tersebut cepat diketahui, dan segera dapat di atasi sebelum berpengaruh

tidak baik terhadap kehamilan tersebut dengan melakukan pemeriksaan

antenatal care (Oktarina, 2016).

Penyebab tingginya AKI di Indonesia adalah disebabkan oleh

beberapa faktor antara lain rendahnya cakupan dalam pelayanan

kesehatan dan fasilitas kesehatan yang kurang memadai. Penyebab

kematian ibu di sebabkan karena pendarahan (30%) hipertensi dalam

kehamilan (25%) infeksi (6%) dan lainnya (39%). Resiko semakin tinggi

dengan adanya tiga faktor keterlambatan, yaitu terlambat mengambil

keputusan untuk di rujuk (termasuk terlambat mengenali tanda bahaya),

terlambat sampai di fasilitas kesehatan pada saat darurat dan terlambatt

memperoleh pelayanan yang memadai dari petugas kesehatan (Kemenkes

RI, 2013).

Pemerintah Indonesia sudah menetapkan berbagai kebijakan

program untuk menurunkan AKI dan AKB. Kebijakan yang berkaitan

dangan kehamilan adalah program antenatal care (ANC) terpadu bagi

setiap ibu hamil yaitu peeriksaan 10T (timbang, teanan darah, tinggi

fundus, ukur lingkar lengan, tentukan presentasi janin dan DJJ, imunisasi

TT, tablet Fe, temuwicara, tatalaksana kasus dan test penyakit menular

seksual), serta meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan bidan untuk

memberikan pelayanan antenatal care. Salah satunya kunjungan antenatal

minimal 4 kali selama kehamilan yaitu TM I 1 kali, TM II 1 kali dan TM III 2


3

kali. Hasil pelayanan antenatal dapat di lihat dari cakupan K1 dan K4.

Kebijakan asuhan persalinan adalah semua persalinan harus di tolong oleh

petugas kesehatan terlatih, maka di adakan pelatihan asuhan persalinan

normal (APN) untuk bidan. Kebijakan nifas adalah kunjngan nifas minimal 4

kali untuk menilai status kesehatan ibu dan bayi baru lahir, pemberian

tablet vitamin A 200.000 unit (2 kapsul), pemberian tablet tambah darah

dan pelayanan KB pasca salin. Kebijakan pelayanan kesehatan neonatal

antara lain kunjungan neonatal minimal 3 kali, tindakan resuitasi,

pencegahan hipotermia, inisiasi menyusu dini (IMD), pencegahan infeksi

berupa perawatan mata dan tali pusat, pemberian vitamin K, Air Susu Ibu

(ASI) eksklusif selama 6 bulan dan imunisasi dasar lengkap. Kebijakan

pemerintah yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi wanita adalah

program KB pascasalin untuk mengatur jumlah kelahiran atau

menjarangkan kelahiran. Semua program tersebut dengan maksud

menurunkan angka kematian ibu dan anak serta menciptakan keluarga

sehat dan sejahtera. Untuk menciptakan tujuan tersebut salah satunya

dengan memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif atau

berkesinambungan (Contiunity of care).

Asuhan kebidanan mengutamakan kesinambungan pelayanan

(Contiunity of care), karena sangat penting bagi wanita untuk mendapatkan

pelayanan dari seorang professional yang sama atau dari tim kecil tenaga

professional, sehingga perkembangan kondisi mereka setiap saat akan

terpantau dengan baik. Selain itu mereka juga menjadi lebih percaya dan

terbuka karena merasa sudah mengenal pada yang memberikan asuhan.

Hal ini dapat menciptakan hubungan keakraban dan saling percaya.


4

Berdasarkan data awal yang Peneliti dapatkan di Puskesmas

Puskesmas Perawatan Amahai Kecamatan Amahai Kabupaten Maluku

Tengah pada tahun 2019 adalah sebagai berikut K1 sebanyak 90 orang, K4

sebanyak 87 orang , persalinan yang ditolong oleh nakes sebanyak 85

orang, persalinan di faskes sebesar 75 orang, KF1 89 orang, KF3 86 orang,

KN 1 sebanyak 90 orang, KN3 sebanyak 87 orang, jumlah akseptor KB.

Berdasarkan data-data yang telah disebutkan terlihat bahwa ada

perbedaan jumlah K1 dan K4 dimana tidak semua ibu yang melakukan

kunjungan K1 murni yang bisa mempengaruhi pencapaian kunjungan K4,

Pada data persalinan, terlihat ada penurunan jumlah persalinan yang

ditolong oleh Nakes dibandingkan dengan jumlah K1 mapun K4. Hal ini

disebabkan karena masih ada ibu-ibu yang meminta pertolongan

persalinan bukan oleh tenaga kesehatan serta asuhan kebidanan yang

dilakukan belum komprehensif sehingga cakupan pelayanan tidak sesuai

dari hamil sampai nifas. Meskipun begitu Bidan di Puskesmas Perawatan

Amahai telah menerapkan asuhan kebidanan komprehensif walaupun perlu

penyegaran dan peningkatan pelayanan kebidanan. (Puskesmas

Perawatan Amahai, 2019).

Berdasarkan uraian di atas, maka Peneliti tertarik melakukan asuhan

kebidanan komprehensif pada Ny. X selama masa hamil, persalinan, bayi

baru lahir, nifas, dan pelayanan KB dengan judul “ Asuhan kebidanan

komprehensif pada Ny. X di wilayah kerja Puskesmas Puskesmas

Perawatan Amahai Kecamatan Amahai Kabupaten Maluku Tengah


5

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas penulis merumuskan masalah sebagai

berikut : “Bagaimanakah penerapan “Asuhan Kebidanan Komprehensif

pada "Ny. X di Wilayah Kerja Puskesmas Amahai Kecamatan Amahai

Kabupaten Maluku Tengah

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mampu memberikan asuhan pelayanan kebidanan secara

komperehensif sesuai standar pelayanan kebidanan pada "Ny. X di

Wilayah Kerja Puskesmas Perawatan Amahai Kecamatan Amahai

Kabupaten Maluku Tengah sejak masa kehamilan, bersalin, nifas,

dan bayi baru lahir dengan menggunakan pendekatan 7 langkah

Varney dan SOAP

2. Tujuan Khusus

a. Melakukan Asuhan Kebidanan Komprehensif kehamilan pada "

"Ny. X di Wilayah Kerja Puskesmas Amahai Kecamatan Amahai

Kabupaten Maluku Tengah dengan menggunakan pendekatan 7

langkah Varney dan SOAP.

b. Melakukan asuhan kebidanan pada ibu bersalin ""Ny. X di

Wilayah Kerja Puskesmas Amahai Kecamatan Amahai

Kabupaten Maluku Tengah dengan menggunakan

pendokumentasian SOAP.

c. Melakukan asuhan kebidanan pada Bayi Baru Lahir "Ny. X di

Wilayah Kerja Puskesmas Amahai Kecamatan Amahai

Kabupaten Maluku Tengah


6

dengan menggunakan pendokumentasian SOAP.

d. Melakukan asuhan kebidanan pada ibu nifas ""Ny. X di Wilayah

Kerja Puskesmas Amahai Kecamatan Amahai Kabupaten

Maluku Tengah

dengan menggunakan pendokumentasian SOAP.

e. Melakukan asuhan kebidanan pelayanan KB "Ny. X di Wilayah

Kerja Puskesmas Amahai Kecamatan Amahai Kabupaten

Maluku Tengah dengan menggunakan pendokumentasian

SOAP.

D. Manfaat Penulisan

1. Secara Teoritis

Dapat digunakan untuk menambah ilmu pengetahuan dan

keterampilan sesuai dengan standar pelayanan dalam memberikan

asuhan pada ibu hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir dan KB.

2. Secara Praktis/Klinis

a. Bagi Lahan Praktik (Puskesmas)

Sebagai acuan untuk dapat mempertahankan mutu pelayanan

terutama dalam memberikan asuhan pelayanan kebidanan

secara komprehensif, dan untuk tenaga kesehatan dapat

memberikan ilmu yang dimiliki serta mau membimbing

mahasiswa tentang cara memberikan asuhan yang berkualitas.

b. Bagi Klien

Mendapatkan asuhan kebidanan komprehensif yang sesuai

dengan standar pelayanan kebidanan.


7

c. Bagi Peneliti

Untuk mempraktikkan teori yang didapat secara langsung

dilapangan dalam memberikan asuhan kebidanan pada ibu

hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir dan masa antara.

E. Keaslian Penelitian

Beberapa penelitian yang serupa dengan penelitian ini dapat dilihat pada

table 1 dibawah ini :

Tabel 1
Penelitian yang serupa

N Peneliti/ Judul Penelitian Desain Hasil


o tahun Penelitian

1 Irene Asuhan Studi Asuhan Setelah melakukan asuhan


Warawarin Kebidanan Kebidanan kebidanan komprehensif
(2018) Komprehensif Komprehensif pada Ny. T peneliti dapat
pada Ny. S di mengetahui pelakasanaan
Wilayah Kerja asuhan kebidanan dengan
Puskesmas pelaksanaan Asuhan
Nania Ambon Kebidanan Komprehensif
pada Ny. T tidak ditemukan
perbedaan.

2 Ayu Asuhan Studi Asuhan Setelah melakukan asuhan


Maritha Kebidanan Kebidanan kebidanan komprehensif
Putri Kompherensif Komprehensif pada Ny. M peneliti dapat
Heriyadi Pada Ibu M Di mengetahui pelakasanaan
Alfrida Bidan Praktik asuhan kebidanan dengan
Arungbua, Mandiri 2018 pelaksanaan Asuhan
Sst., Poltekkes Kebidanan Komprehensif
Samarinda Kemenkes Kaltim pada Ny. M tidak ditemukan
Tahun perbedaan

Dari tabel 1. di atas diketahui bahwa ada perbedaan studi kasus ini

dengan studi kasus sebelumnya. Perbedaan dengan studi kasus yang

dilakukan oleh peneliti adalah pada:


8

1. Waktu, tempat dan subjek penelitian, pada studi kasus ini peneliti

menggunakan di Puskesmas Perawatan Amahai Wilayah Kerja

Kecamatan Amahai Kabupaten Maluku Tengah Tahun 2020 pada Ny. X

2. Metode atau desain penelitian pada studi kasus ini peneliti

menggunakan desain penelitian studi kasus komprehensif, di Wilayah

Kerja Puskesmas Perawatan Amahai Wilayah Kerja Kecamatan Amahai

Kabupaten Maluku Tengah


9
9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Kehamilan

1. Pengertian Kehamilan

Menurut Manuaba (2012), mengemukakan bahwa “Kehamilan

adalah proses mata rantai yang berkesinambungan dan terdiri dari

ovulasi, migrasi spermatozoa dan ovum, konsepsi dan pertumbuhan

zigot, nidasi (implantasi) pada uterus, pembentukan plasenta dan tumbuh

kembang hasil konsepsi sampai aterm”. Prawirohardjo (2005),

menyatakan “Kehamilan merupakan pertemuan sel telur dan

sperma,nidasi, tumbuh kembang dalam rahim merupakan mata rantai

yang berkesinambungan”.

Yuliztiawati,dkk (2017) menyatakan bahwa kehamilan dan

kelahiran biasanya merupakan proses yang normal, alami dan sehat.

Sebagai bidan membantu dan melindungi proses kelahiran tersebut serta

bidan percaya bahwa model asuhan kebidanan yang membantu dan

melindungi proses kelahiran normal, adalah yang paling sesuai untuk

kebanyakan ibu selama kehamilan dan kelahiran. Asuhan antenatal harus

difokuskan pada intervensi yang telah terbukti bermanfaat mengurangi

angka kesakitan dan kematian ibu dan bayi yang harus di lakukan dengan

baik oleh tenaga kesehatan khususnya bidan. Pengawasan pada asuhan

antenatal merupakan suatu cara yang mudah untuk memonitor dan

mendukung kesehatan ibu hamil secara menyeluruh.

9
10

2. Perubahan fisiologi dan psikologi pada ibu hamil trimester III

Perubahan fisiologis pada kehamilan trimester III terjadi pada :

a. Uterus.

Uterus mulai menekan kearah tulang belakang, menekan vena kava

dan aorta sehingga aliran darah tertekan. Pada akhir kehamilan

sering terjadi kontraksi uterus yang disebut his palsu (braxton hicks).

Itmus uteri menjadi bagian korpus dan berkembang menjadi segmen

bawah rahim yang lebih lebar dan tipis, servik menjadi lunak sekali

dan lebih mudah dimasuki dengan satu jari pada akhir kehamilan.

Berikut ini adalah tabel tinggi fundus uteri menurut Leopold selama

kehamilan :

Tabel 2
Tinggi Fundus Uteri Selama Kehamilan

1. Umur 2. Tinggi Fundus Uteri (TFU)


Kehamilan
3. 12 minggu 4. 3 jari diatas simfisis
5. 16 minggu 6. Pertengahan simfisis pusat
7. 20 minggu 8. 3 jari dibawah pusat
9. 24 minggu 10. Setinggi pusat
11. 28 minggu 12. 3 jari di atas pusat
13. 32 minggu 14. Pertengahan pusat-
prosesusxifodeus
15. 36 minggu 16. 3 jari di bawah
prosesusxifodeus
17. 40 minggu 18. Pertengahan pusat-
prosesusxifodeus dan kepala
sudah masuk PAP
i. Sumber :Saifudin (2014)
11

Berikut ini adalah gambar tinggi fundus uteri berdasarkan

usia kehamilan:

Gambar 1
Tinggi Fundus Uteri Selama Kehamilan

b. Sirkulasi Darah dan Sistem Respirasi Volume darah

Sirkulasi darah dan sistem respirasi darah meningkat 25% dengan

puncak pada kehamilan 32 minggu diikuti pompa jantung

meningkat 30%. Ibu hamil sering mengeluh sesak nafas akibat

pembesaran uterus yang semakin mendesak kearah diafragma.

c. Traktus digestivus.

Ibu hamil dapat mengalami nyeri ulu hati dan regurgitasi karena

terjadi tekanan keatas uterus. Sedangkan pelebaran pembuluh

darah pada rectum, bisa terjadi.

d. Traktus urinarius.

Bila kepala janin mulai turun ke PAP, maka ibu hamil akan

kembali mengeluh sering kencing.

e. Sistem muskulus skeletal.

Membesarnya uterus sendi pelvik pada saat hamil sedikit

bergerak untuk mengkompensasi perubahan bahu lbh tertarik ke

belakang, lebih melengkung, sendi tulang belakang lbh lentur

sehingga mengakibatnya nyeri punggung.


12

f. Kulit.

Terdapat striae gravidarum, mengeluh gatal, kelenjar sebacea

lebih aktif. Berat badan akan mengalami kenaikan sekitar 5,5 kg.

g. Metabolisme.

Perubahan metabolisme seperti terjadi kenaikan metabolisme

basal sebesar 15-20% dari semula, terutama pada trimester

ketiga, penurunan keseimbangan asam basa dari 155 mEq per

liter menjadi 145 mEq per liter akibat hemodelusi darah dan

kebutuhan mineral yang diperlukan janin. Kebutuhan protein

wanita hamil makin tinggi untuk pertumbuhan dan perkembangan

janin, perkembangan organ kehamilan, dan persiapan laktasi.

Dalam makanan diperlukan protein tinggi sekitar 0,5 g/kg berat

badan atau sebutir telur ayam sehari. Kebutuhan kalori didapat

dari karbohidrat, lemak dan protein. Kebutuhan zat mineral untuk

ibu hamil seperti : kalsium 1,5 gram setiap hari dan 30-40 gram

untuk pembentukan tulang janin, Fosfor rata-rata 2 gram dalam

sehari, Zat besi 800 mg atau 30-50 mg per hari dan air yang

cukup.

h. Perubahan Kardiovaskuler.

Volume darah total ibu hamil meningkat 30- 50%, yaitu kombinasi

antara plasma 75% dan sel darah merah 33% dari 19 nilai

sebelum hamil. Peningkatan volume darah mengalami puncaknya

pada pertenahan kehamilan dan berakhir pada usia kehamilan 32

minggu, setelah itu relative stabil. Postur dan posisi ibu hamil

mepengaruhi tekanan arteri dan tekanan vena. Posisi terlentang


13

pada akhir kehamilan, uterus yang besar dan berat dapat

menekan aliran balik vena sehingga pengisian dan curah jantung

menurun. Terdapat penurunan tekanan darah normal pada ibu

hamil yaitu tekanan sistolik menurun 8 hingga 10 poin, sedangkan

tekanan diastolic mengalami penurunan sekitar 12 poin. Pada

kehamilan juga terjadi peningkatan aliran darah ke kulit sehingga

memungkinkan penyebaran panas yang dihasilkan dari

metabolism.

i. Pertumbuhan dan perkemgangan janin pada trimester III

Akhir bulan ke-7 (minggu ke-28), pertumbuhan rambut dan kuku

yang semakin memanjang, gerakan mata membuka dan menutup,

gerakan menghisap semakin kuat, panjang badan 23 cm dan

berat 1000 gram. Minggu ke-29 sampai ke-32 (bulan kedelapan),

tubuh janin sudah terisi lemak dan verniks kaseosa menutupi

permukaan tubuh bayi termasuk rambut lanugo. Kuku kaki mulai

tumbuh sedangkan kuku tanga sudah mencapi ujungnya. Janin

sudah punya kendali gerak pernafasan yang berirama dan

temperature tubuh. Mata telah terbuka dan reflek cahaya terhadap

pupul muncul diakhir bulan. Ukuran panjang rata-rata 28 cm, berat

3,75 pon. Minggu ke-33 sampai ke-36 (bulan kesembilan), kulit

halus tanpa kerutan di akhir bulan, kuku jari kaki mencapai

ujungnya, biasanya testis 20 sebelah kiri turun ke skrotum. Ukuran

rata-rata panjang 31,7 cm, berat 2500 gram. Minggi ke-37 sampai

ke-40 (bulan kesepuluh), pertumbuhan dan perkembangan utuh

telah tercapai. Dada dan kelenjar payudara menonjol pada kedua


14

jenis kelamin. Kedua testis telah masuk ke skrotum pada akhir

bulan ini, lanugo telah menghilang pada hamper seluruh tubuh,

kuku mulai mengeras melebihi ujung tanganberi dan kaki, warna

bervariasi dari putih, merah muda, merah muda kebiruan akibat

fungsi melanin sebagai bemberi warna kulit saat terpajan cahaya.

Ukuran panjang rata-rata 36 cm, berat 7,5 pon.

19. Perubahan psikologi pada kehamilan trimester III

Menurut (Sulistyawati, 2015). Trimester ketiga sering disebut

sebagai periode penantian. Trimester ketiga adalah waktu untuk

memepersiapkan kelahiran dan kedudukan sebagai orang tua. Pada

kehamilan trimester III juga terjadi ketidaknyamanan yang disebabkan

karena peningkatan frekuensi berkemih (nonpatologis) dan konstipasi.

Cara mengatasinya dengan menjelaskan mengapa hal tersebut bisa

terjadi dan menyarankan untuk mengurangi asupan cairan mnjelang

tidur sehingga tidak mengganggu kenyamanan tidur malam.

Konstipasi diduga akibat penurunan peristaltik yang disebabkan

relaksasi otot polos pada usus besar ketika terjadi penurunan jumlah

progesterone dan bisa juga akibat efek mengkonsumsi zat besi.

Konstipasi dapat memacu hemoroid. Edema devenden dan Varises,

kedua hal ini disebabkan oleh gangguan sirkulasi vena dan

meningkatnya tekanan vena pada ekstremitas bagian bawah.

Perubahan ini akibat penekanan uterus yang membesar pada vena

panggul saat wanita tersebut duduk atau berdiri dan penekanan pada

vena kava inferior saat berbaring. Nyeri Ligemen. Ligament teres uteri

melekat di sisi-sisi tepat dibawah uterus. Ketidaknyamanan ini


15

merupakan salah satu yang harus ditoleransi oleh ibu hamil. Nyeri

punggung bawah tepatnya pada lumbosakral yang diakibatkan

terjadinya pergeseran pusat gravitasi dan postur tubuh ibu hamil,

yang semakin berat seiring semakin membesarnya uterus. Pengaruh

sikap tubuh lordosis, membungkuk berlebihan, jalan tanpa istirahat,

mengangkat beban berat terutama dalam kondisi lelah.

3. Kebutuhan dasar ibu hamil trimester III Menurut (Miratu, 2015)

a. Kebutuhan Fisik Ibu Hamil

Kebutuhan fisik pada ibu hamil sangat diperlukan yaitu meliputi

oksigen, nutrisi, personalhygiene, pakaian, eliminasi seksual,

mobilisasi dan body mekanik, exercise/senam hamil, istirahat/tidur,

imunisasi,traveling, persiapan laktasi, persiapan kelahiran bayi,

memantau kesejahteraan bayi, ketidaknyamanan dan cara

mengatasinya, kunjungan ulang, pekerjaan dan tanda bahaya dalam

kehamilan (Ai, 2009) :

Oksigen, kebutuhan oksigen adalah kebutuhan yang utama

pada manusia termasuk ibu hamil, berbagai gangguan pernafasan

biasa terjadi saat hamil sehingga akan menggangu pemenuhan

kebutuhan oksigen pada ibu yang akan berpengaruh pada bayi yang

dikandung. Untuk mencegah hal tersebut diatas dan untuk memenuhi

kebutuhan oksigen pada ibu hamil perlu melakukan ; 1) latihan nafas

melalui senam hamil, 2) tidur dengan bantal yang lebih tinggi,

3) makan tidak terlalu banyak, 4) kurangi atau hentikan merokok,

5) konsul ke dokter bila ada kelainan atau gangguan pernafasan

seperti asma dan lain-lain.


16

Nutrisi, pada waktu hamil ibu harus makan makanan yang

mengandung nilai gizi bermutu tinggi meskipun tidak berarti makanan

yang mahal. Gizi pada waktu hamil harus ditingkatkan hingga

300 kalori perhari,ibu hamilharusnya mengonsumsi makanan yang

mengandung protein, zat besi dan minum cukup cairan (menu

seimbang). Kebutuhan Nutrisi Ibu Hamil Trimester ketiga adalah ibu

hamil butuh bekal energi yang memadai, selain untuk mengatasi

beban yang kian berat juga sebagai cadangan energi untuk

persalinan kelak. Itulah sebabnya pemenuhan gizi seimbang tidak

boleh dikesampingkan baik secara kualitas maupun kuantitas.

Pertumbuhan otak janin akan terjadi cepat sekali pada dua bulan

terakhir menjelang persalinan. Karena itu jangan sampai kekurangan

gizi.

Personal hygiene pada ibu hamil adalah kebersihan yang

dilakukan oleh ibu hamil untuk mengurangi kemungkinan

infeksikarena badan yang kotor yang banyak mengandung kuman-

kuman. Kehamilan merupakan suatu proses kehidupan seorang

wanitadimana, dengan adanya proses ini terjadi perubahan-

perubahan yang meliputi perubahan fisik, mental, psikologis dan

sosial. Pakaian, pemakaian pakaian yang kurang tepat akan

mengakibatkan ketidaknyamanan. Adapun kriteria pakaian ibu hamil

yaitu : 1) pakaian harus longgar, bersih, dan tidak ada ikatan yang

ketat pada daerah perut, 2) bahan pakaian yang menyerap keringat,

3) memakai bra yang menyokong payudara, 4) memakai sepatu

dengan hak rendah, e) pakaian dalam yang selalu bersih.


17

Eliminasi (BAK/BAB), Setiap selesai BAB ibu diharuskan

membersihkan anus menggunakan sabun dan mengeringkan dengan

handuk bersih, begitupun setiap selesai BAK genitalia luar harus

dikeringkan, ganti pakaian dalam setiap kali basah.

Seksual, hubungan seks selama hamil tidak dilarang selama

tidak ada riwayat penyakit seperti : Sering abortus dan kelahiran

prematur, perdarahan pervaginam, koitus harus dilakukan dengan

hati-hati terutama minggu terakhir kehamilan, bila ketuban sudah

pecah, koitus dilarang karena dapat menyebabkan infeksi janin

intrauterin.

Mobilisasi, Ibu dianjurkan untuk melakukan mobilisasi dengan

melakukan aktivitas ringan. Senam hamil, bertujuan untuk

mempersiapkan otot-otot sehingga dapat berfungsi secara optimal

dalam persalinan normal serta mengimbangi perubahan titik berat

tubuh.

Istirahat/ tidur, posisi tidur yang yang dianjurkan pada ibu

hamil adalah miring kiri,kaki kiri lurus, kaki kanan sedikit menekuk dan

diganjal dengan bantal. Imunisasi, imunisasi yang diberikan adalah

imunisasi TT (tetanus toxoid).

Traveling, bertujuan untuk menyegarkan pikiran dan perasaan

misalnya dengan mengunjungi objek wisata atau keluar kota.

Persiapan laktasi Ibu dianjurkan mengkonsumsi makanan yang

mengandung gizi seimbang dan selalu berpikiran positif untuk

persiapan laktasi. Persiapan persalinan dan kelahiran bayi, misalnya

seperti biaya dan tempat serta penolong persalinan, baju ibu dan bayi
18

serta perlengkapan lainya, anggota keluarga yang dijadikan sebagai

pengambil keputusan.

b. Kebutuhan psikologi

Support Keluarga, Kehamilan merupakan krisis bagi kehidupan

keluarga yang dapat diikuti dengan stres dan kecemasan. Perubahan

dan adaptasi selama kehamilan, tidak hanya dirasakan oleh ibu tetapi

seluruh anggota keluarga. Oleh karena itu, selama kehamilan seluruh

anggota keluarga harus terlibat terutama suami. Dukungan dan kasih

sayang dari anggota keluarga dapat memberikan perasaan nyaman

dan aman ketika ibu merasa takut dan khawatir dengan

kehamilannya.

Dukungan Suami, dukungan dan peran serta suami

selama kehamilan meningkatkan kesiapan ibu hamil dalam

menghadapi kehamilan dan persalinan bahkan dapat memicu

produksi ASI. Tugas suami yaitu memberikan perhatian dan membina

hubungan baik dengan istri, sehingga istri mengkonsultasikan setiap

masalah yang dialaminya selama kehamilan. Dukungan suami

selama kehamilan antara lain: mengajak istri jalan-jalan ringan,

menemani istri memeriksakan kehamilannya, tidak membuat masalah

dalam berkomunikasi. Suami mendambakan bayi dalam kandungan

istri, suami senang mendapat keturunan, suami menunjukkan

kebahagiaan pada kehamilan istri saat ini, suami memperhatikan

kesehatan istri, suami menghibur atau menenangkan ketika istri

menghadapi masalah, suami menasihati istri agar tidak terlalu lelah

bekerja, suami membantu tugas istri, suami berdoa untuk kesehatan


19

istri dan keselamatan ibu-calon bayi serta suami menunggu ketika istri

melahirkan baik secara normal maupun operasi

Dukungan Keluarga, Keluarga harus menjadi bagian dalam

mempersiapkan pasangan menjadi orang tua.

Dukungan keluarga dapat berbentuk : Orang tua kandung maupun

mertua mendukung kehamilan ini, orang tua kandung maupun mertua

sering berkunjung, seluruh keluarga mendoakan keselamatan ibu dan

bayi dan menyelenggarakan ritual adat istiadat

Dukungan Lingkungan, Dukungan lingkungan dapat berupa :

Doa bersama untuk keselamatan ibu dan bayi, membicarakan dan

menasehati tentang pengalaman hamil dan melahirkan, kesediaan

untuk mengantarkan ibu periksa, menunggui ibu ketika melahirkan,

mereka dapat menjadi seperti saudara ibu hamil.

Support Tenaga Kesehatan, Tenaga kesehatan khususnya

bidan sangat berperan dalam memberikan dukungan pada ibu hamil.

Bidan sebagai tempat mencurahkan segala isi hati dan kesulitannya

dalam menghadapi kehamilan dan persalinan. Tenaga kesehatan

harus mampu mengenali keadaan yang terjadi disekitar ibu hamil.

Hubungan yang baik, saling mempercayai dapat memudahkan

bidan /tenaga kesehatan dalam memberikan pendidikan kesehatan.

Peran bidan dalam memberikan dukungan antara lain: melalui kelas

antenatal, memberikan kesempatan kepada ibu hamil yang

bermasalah untuk konsultasi, meyakinkan bahwa ibu dapat

menghadapi perubahan selama kehamilan, membagi pengalaman


20

yang pernah dirasakan sendiri, dan memutuskan apa yang harus

diberitahukan pada ibu dalam menghadapi kehamilannya.

Rasa Aman dan Nyaman Selama Kehamilan,

Ketidaknyamanan fisik maupun psikologis dapat terjadi pada ibu

selama kehamilan. Kerjasama bidan dengan keluarga sangat

diharapkan agar dapat memberikan perhatian dan mengatasi masalah

yang terjadi selama kehamilan. Dukungan dari suami, keluarga yang

lain dan tenaga kesehatan dapat memberikan perasaan aman dan

nyaman selama kehamilan. Kebutuhan ibu hamil ada dua, yaitu :

Menerima tanda-tanda bahwa ibu dicintai dan dihargai, merasa yakin

akan penerimaan pasangannya terhadap calon bayinya.

Persiapan Menjadi Orang Tua, Persiapan menjadi orang tua

sangat penting karena akan terjadi banyak perubahan peran ketika

bayi lahir. Bagi pasangan baru, persipan dapat dilakukan dengan

banyak berkonsultasi. Sedangkan bagi pasangan yang telah

mempunyai lebih dari satu anak dapat belajar dari pengalaman

mengasuh anak sebelumnya. Persiapan yang tidak kalah pentingnya

adalah persiapan ekonomi. Persiapan menjadi orang tua mempunyai

dua komposnen yaitu : Komponen yang bersifat praktis dan mekanis,

melibatkan keterampilan kognitif dan motorik – Keterampilan kognitif-

motorik misalnya memberi makan, menjaga dari bahaya. Kemampuan

ini dipengaruhi oleh pengalaman pribadi dan budaya, komponen yang

bersifat emosional, melibatkan keterampilan afektif dan kognitif –

Keterampilan kognitif-afektif misalnya: bersikap yang lembut,

waspada dan memberi perhatian kepada bayinya. Hal-hal yang perlu


21

diperhatikan terhadap kehadiran dari bayi baru lahir adalah :

Temperamen, cara pasangan mengartikan stres dan bantuan dan

bagaimana mereka berkomunikasi dan mengubah peran sosial

mereka. Terdapat 2 fase peralihan menjadi orang tua yaitu fase

penantian dan fase bulan madu : 1) Fase Penantian : Berkaitan

dampaknya pada kehamilan, calon orang tua perlu menyelesaikan

tugasnya untuk menjadi orang tua, misalnya: pembagian tugas dalam

keluarga, Pasangan dalam fase ini akan mengalami perasaan yang

hebat, tantangan, dan tanggung jawab. 2) Fase bulan madu, Sangat

berdampak pada masa puerperium, perlu mendapat perhatian pada

asuhan kebidanannya, bersifat psikis dan bukan merupakan saat

damai dan gembira, hubungan antar pasangan memiliki peran penting

dalam membina hubungan baru dengan bayi, merupakan fase yang

beratà adaptasi dengan anggota baru

Persiapan Sibling, Sibling rivalry adalah rasa persaingan antara

saudara kandung akibat kelahiran anak berikutnya. Sibling

ditunjukkan dengan penolakan terhadap kelahiran adiknya, menangis,

menarik diri dari lingkungannya, menjauh dari ibunya atau melakukan

kekerasan terhadap adiknya. Usia dan tingkat perkembangan anak

mempengaruhi respon mereka. Oleh karena itu, persiapan harus

memenuhi kebutuhan setiap anak. Persiapan bagi anak mencakup

penjelasan yang dilihat dan didengar. Cara untuk mengatasi

terjadinya sibling, antara lain : Menjelaskan pada anak tentang

posisinya, melibatkan anak dalam persiapan kelahiran adiknya,


22

mengajak anak berkomunikasi dengan calon bayi yang ada dalam

kandungan ibunya serta Mengenalkan anak dengan profil bayi.

3. Ketidaknyamanan kehamilan trimester III

Adapun ketidaknyaman-ketidaknyaman yang bisa terjadi pada ibu

hamil trimester III, adalah:

a. Konstipasi atau Sembelit

Konstipasi atau Sembelit selama kehamilan terjadi karena:

Peningkatan hormone progesterone yang menyebabkan relaksasi

otot sehingga usus kurang efisien, konstipasi juga dipengaruhi

karena perubahan uterus yang semakin membesar, sehingga

uterus menekan daerah perut, dan penyebab lain konstipasi atau

sembelit adalah karena tablet besi (iron) yang diberikan oleh

dokter/ bidan pada ibu hamil biasanya menyebabkan konstipasi

juga, selain itu tablet besi juga menyebabkan warna feses (tinja)

ibu hamil berwarna kehitam-hitaman tetapi tidak perlu

dikhawatirkan oleh ibu hamil karena perubahan warna feses

karena pengaruh zat besi ini adalah normal. Cara mengatasi

konstipasi atau sembelit adalah: Minum air putih yang cukup

minimal 6-8 gelas/ hari. Makanlah makanan yang berserat tinggi

seerti sayuran dan buah-buahan. Lakukanlah olahraga ringan

secara teratur seperti berjalan (Jogging). Segera konsultasikan ke

dokter/ bidan apabila konstipasi atau sembelit tetap terjadi

b. Edema atau pembengkakan

Edema pada kaki timbul akibat gangguan sirkulasi vena dan

peningkatan tekanan vena pada ekstremitas bagian bawah.


23

Gangguan sirkulasi ini disebabkan oleh tekanan uterus yang

membesar pada vena-vena panggul saat wanita tersebut duduk

atau berdiri pada vena kava inferior saat ia berada dalam posisi

terlentang. Pakaian ketat yang menghambat aliran balik vena dari

ekstremitas bagian bawah juga memperburuk masalah. Edema

akibat kaki yang menggantung secara umum terlihat pada area

pergelangan kaki dan hal ini harus dibedakan dengan perbedaan

edema karena preeklamsia/eklamsia. Adapun cara penangaannya

adalah sebagi berikut:.Hindari menggunakan pakaian ketat.

Elevasi kaki secara teratur sepanjang hari. Posisi menghadap

kesamping saat berbaring. Penggunaan penyokong atau korset

pada abdomen maternal yang dapat melonggarkan vena-vena

panggul.

c. Insomnia

Pada ibu hamil, gangguan tidur umunya terjadi pada trimester I

dan trimester III. Pada trimester III gangguan ini terjadi karena ibu

hamil sering kencing (dibahas pada sub bahasan sebelumnya

yaitu sering buang air kecil/nokturia), gangguan ini juga

disebabkan oleh rasa tidak nyaman yang dirasakan ibu hamil

seperti bertambahnya ukuran rahim yang mengganggu gerak ibu.

Cara penanganannya antara lain : 1)Biasakan miring kiri.

Biasakan tidur dalam posisi miring ke kiri mulai trimester pertama

sampai akhir kehamilan. 2) Posisi tidur miring ke kiri juga akan

membantu darah dan nutrisi mengalirlancar ke janin dan rahim,

serta membantu ginjal untuk sedikit memperlambat produksi urine.


24

3) Membiasakan tidur dalam posisi ini juga bermanfaat untuk

membantu ibu tidur lebih optimal ketika perut semakin membesar

pada trimester III. 4) Kurangi minum pada malam hari. Sebaiknya

ibu lebih banyak minum pada pagi dan siang hari untuk

mengurangi frekuensi buang air kecil pada malam hari yang

berakibat juga ibu sering kencing pada malam hari. 5) Minum

segelas susu hangat. Meminum segelas susu hangat akan

membuat ibu hamil mudah terlelap. Kandungan asam amino

tryptophan yang terdapat dalam susu akan meningkatkan kadar

serotonin dalam otak dan membantu ibu hamil tidur. Susu juga

akan membangkitkan hormone melatonin dalam darah yang

membuat seseorang menjadi mudah mengantuk.

d. Nyeri punggung bawah (Nyeri Pinggang)

Nyeri punggung bawah (Nyeri pinggang) merupakan nyeri

punggung yang terjadi pada area lumbosakral. Nyeri punggung

bawah biasanya akan meningkat intensitasnya seiring

pertambahan usia kehamilan karena nyeri ini merupakan akibat

pergeseran pusat gravitasi wanita tersebut dan postur tubuhnya.

Perubahan-perubahan ini disebabkan oleh berat uterus yang

membesar. Jika wanita tersebut tidak memberi perhatian penuh

terhadap postur tubuhnya maka ia akan berjalan dengan ayunan

tubuh kebelakang akibat peningkatan lordosis. Lengkung ini

kemudian akan meregangkan otot punggung dan menimbulkan

rasa sakit atau nyeri. Masalah memburuk apabila wanita hamil

memiliki struktur otot abdomen yang lemah sehingga gagal


25

menopang berat rahim yang membesar. Tanpa sokongan, uterus

akan mengendur. Kondisi yang membuat lengkung punggung

semakin memanjang. Kelemahan otot abdomen lebih sering

terjadi pada wanta grande multipara yang tidak pernah melakukan

latihan untuk memperoleh kembali struktur otot abdomen normal.

Nyeri punggung juga bisa disebabkan karena membungkuk yang

berlebihan, berjalan tanpa istirahat, angkat beban, hal ini

diperparah apabila dilakukan dalam kondisi wanita hamil sedang

lelah. Mekanika tubuh yang tepat saat mengangkat beban sangat

penting diterapkan untuk menghindari peregangan otot tipe ini.

Cara untuk mengatasi ketidaknyamanan ini antara lain: 1) Hindari

membungkuk berlebihan, mengangkat beban, dan berjalan tanpa

istirahat. 2) Gunakan sepatu bertumit rendah; sepatu tumit tinggi

tidak stabil dan memperberat masalah pada pusat gravitasi dan

lordosis. 3)Kompres hangat (jangan terlalu panas) pada punggung

(contoh bantalan pemanas, mandi air hangat, duduk di bawah

siraman air hangat). 4) Untuk istirahat atau tidur; gunakan kasur

yang menyokong atau gunakan bantal dibawah punggung untuk

meluruskan punggung dan meringankan tarikan dan regangan.

e. Sering Buang Air Kecil

Ibu perlu penjelasan tentang kondisi yang dialaminya mencangkup

sebab terjadinya Peningkatan frekuensi berkemih atau sering

buang air kecil disebabkan oleh tekanan uterus karena turunnya

bagian bawah janin sehingga kandung kemih tertekan dan

mengakibatkan frekuensi berkemih meningkat karena kapasitas


26

kandung kemih berkurang12. Sebab lain adalah karena nocturia

yang terjadinya aliran balik vena dari ekstremitas difasilitasi saat

wanita sedang berbaring pada saat tidur malam hari. Akibatnya

adalah pola diurnal kebalikannya sehingga terjadi peningkatan

pengeluaran urin pada saat hamil tua.

f. Hemorrhoids

Secara khusus ketidaknyamanan ini terjadi pada trimester II dan

III. Hal ini sering terjadi karena konstipasi. Sama halnya dengan

varises, pembuluh darah vena didaerah anus juga membesar.

Diperparah lagi akibat tekanan kepala terhadap vena di rektum

(bagian dalam anus). Konstipasi berkontribusi dalam menimbulkan

pecahnya hemorid sehingga menimbulkan perdarahan. Untuk

menghindari pecahnya pembuluh darah ini maka dianjurkan untuk

mengkonsumsi banyak serat, banyak minum, buah dan sayuran.

Kurangnya klep di pembuluh-pembuluh yang berakibat pada

perubahan secara langsung pada aliran darah. Pada kehamilan

Progesterone menyebabkan relaksasi dindiong vena dan usus

besar.Pembesaran uterus dapat meningkatkan tekanan-tekanan

spesifik pada vena hemorrhoid, tekanan mengganggu sirkulasi

venous dan menyebabkan kongesti pada vena pelvic.

5. Ante natal terstandar

Perawatan kehamilan adalah perawatan yang ditunjukan kepada

ibu hamil, yang bukan hanya apabila ibu sakit dan memerlukan

perawatan melainkan juga pengawasan dan penjagaan wanita hamil agar


27

tidak terjadi kelainan sehingga mendapatkan ibu dan anak sehat (Intan,

2015).

Adapun tujuan ANC adalah sebagai berikut : memantau kemajuan

kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi.

b. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, dan

sosial ibu serta bayi. c. Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan

atau komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat

penyakit secara umum,kebidanandan pembedahan. d. Mempersiapkan

persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, ibu dengan bayinya

dengan trauma seminimal mungkin. e. Mempersiapkan ibuagar nifas

berjalan normal dan pemberian ASIekslusif. f. Mempersiapkan peran ibu

dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh

kembang secara normal.

Sesuai dengan evidencebased praktik, pemerintah telah

menetapkan program kebijakan ANC sebagai berikut : Kunjunga ANC

minimal empat kali kunjungan, Ibu hamil memerlukan paling sedikit empat

kali kunjungan selama periode antenatal, yaitu sebagai berikut : Satu kali

kunjungan selama trimester satu (< 14 minggu), satu kali kunjungan

selama trimester dua (14-28 minggu), dua kali kunjungan selama

trimester tiga(pada 28-36 minggu).

Pemberian suplemen mikronutrien, tablet yang mengandung

FeSO4, 320 mg (setara dengan zat besi 60 mg) dan asam folat 500 gr.

Sebanyak satu tablet per hari dan pemberian selama 90 hari (3 bulan).

Imunisasi TT, imunisasi adalah proses untuk membangun

kekebalan sebagai upaya untuk pencegahan terhadap infeksi tetanus.


28

Vaksin tetanus yaitu toksin kuman tetanus yang telah dilemahkan dan

kemudian dimurnikan. Berikut ini adalah tabel jadwalimunisasi Tenanus

Toksoid pada ibu hamil :

Tabel 3
Jadwal Imunisasi Tetanus Toksoid pada Ibu Hamil

Lama %
TT Interval
perlindungan Perlindungan
Kunjungan ANC
TT 1 - -
pertama
TT 2 4 minggu setelah TT 1 3 tahun 80 %
TT 3 6 bulan setelah TT 2 5 tahun 95 %
TT 4 1 tahun setelah TT 3 10 tahun 99 %
25 tahun/
TT 5 1 tahun setelah TT 4 99 %
seumur hidup
Sumber : Ina, 2014

14 T dalam Pemeriksaan Kehamilan dan Empat Terlalu. Pada

pemeriksaan kehamilan bidan memeriksa 14 T yaitu : Timbang berat

badan dan ukur tinggi badan. 2) Tekanan darah, apabila tekanan darah

melebihi 140/90 mmHg, maka perlu diwaspadai adanya preeklamsia.

3) Tinggi Fundus Uteri bertujuan mengetahui umur kehamilan

berdasarkan minggu. 4) Tetanus Toksoid (suntik TT). 5) Pemberian tablet

zat besi, minimal 90 tablet selama kehamilan. 6) Test terhadap penyakit

menular seksual. 7) Temu wicara/konseling. 8) Pemeriksaan Hb, untuk

mengetahui apakah ibu mengalami anemia atau tidak, pemeriksaan

dilakukan pada kunjungan awal dan minggu ke 28 kehamilan.

9) Pemeriksaan proteinurin, untuk mendeteksi gejala preeklamsia.

10) Test reduksi urin, pada ibu dengan riwayat diabetes mellitus.

11) Perawatan payudara. 12) Pemeliharaan tingkat kebugaran (senam

hamil). 13) Terapi yodium kapsul, diberikan pada ibu hamil dengan

kekurangan yodium di daerah endemis. 14) Terapi obat malaria, diberikan


29

pada ibu hamil pendatang dari daerah malaria. Berikut adalah empat

terlalu, yang terdiri dari : Terlalu sering, terlalu banyak, terlalu tua dan

terlalu muda

2. Konsep Dasar Teori Persalinan

a. Pengertian

Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin

dan uri) yang dapat hidup kedunia luar dari rahim melalui jalan lahir

(Mochtar,1998). Persalinan adalah suatu proses membuka dan

menipisnya serviks dan janin serta ketuban di dorong keluar melalui jalan

lahir (Saifuddin, 2002). Persalinan adalah proses kelahiran janin pada tua

kehamilan sekurang-kurangnya 28 minggu atau lebih atau kalau bayi

yang di lahirkan beratnya 1000 gram lebih (Sumapraja, 2011). Persalinan

adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari

dalam uterus melalui vagina ke dunia luar (Wiknjosastro, 2002).

Persalinan normal adalah proses kelahiran janin pada umur aterm/37

minggu - 42 minggu, letak memanjang, PBK, disusul plasenta dengan

tenaga ibu sendiri dalam waktu kurang dari 24 jam, tanpa tindakan atau

pertolongan buatan, dan tanpa komplikasi (Sumapraja, 2011).

b. Tanda-Tanda Persalinan

Gejala persalinan sebagai berikut :

1) Terjadinya His Persalinan

Kekuatan his makin sering terjadi dan teratur dengan jarak

kontraksi yang semakin pendek. His persalinan mempunyai sifat

pinggang terasa sakit yang menjalar kedepan, sifatnya teratur,


30

mempunyai pengaruh terhadap pembukaan serviks, semakin

beraktifitas makin bertambah (Fritasari, 2013).

2) Pengeluaran Lendir dan Darah

Dengan his persalinan terjadi perubahan serviks yang

menimbulkan pendataran tanpa pembukaan menyebabkan lendir

yang terdapat pada kanalis servikalis lepas, terjadi perdarahan

karena kapiler pembulu darah pecah (Fritasari, 2013).

3) Pengeluaran Cairan

Pada beberapa kasus terjadi ketuban pecah yang menimbulkan

pengeluaran cairan, sebagian besar ketuban baru pecah menjelang

pembukaan. Dengan pecahnya ketuban diharapkan persalinan

berlangsug dalam waktu 24 jam (Fritasari, 2013).

4) Perubahan Serviks

Pada pemeriksaan dalam dijumpai perubahan serviks seperti

pelunakan serviks, pendataran serviks dan pembukaan serviks

(Fritasari, 2013).

c. Tahapan Persalinan

Persalinan di bagi menjadi empat tahap yaitu sebagai berikut :

a. Kala I (Pembukaan)

Kala I dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus yang

teratur dan meningkat (frekuensi dan kekuatanya) hingga

serviks membuka lengkap (10 cm). Kala I persalinan terdiri atas

dua fase yaitu sebagai berikut : Fase Laten : dimulai sejak awal

berkontraksi uterus yang menyebabkan penipisan dan

pembukaan serviks hingga kurang lebih 3 cm, pada umumnya


31

fase laten berlangsung dalam 7-8 jam. Fase Aktif : berlangsung

selama enam jam dan dibagi atas tiga subfase yaitu sebagai

berikut : 1) Periode akselerasi : berlangsung selama dua jam,

pembukaan menjadi 4 cm, 2) Periode dilatasi maksimal

(steady) : berlangsung selama dua jam pembukaan

berlangsungcepat menjadi 9 cm, 3) Periode deselerasi :

berlangsung lambat, dalam waktu dua jam pembukaan menjadi

10 cm (lengkap).

b. Kala II (Kala Pengeluaran janin)

Kala II atau disebut juga kala “pengusiran”dimulai

dengan pembukaan lengkap dari serviks (10 cm) dan berakhir

dengan kelahiran bayi. Kala II ditandai dengan : a) his

terkordinasi, kuat, cepat dan lebih lama kira-kira 2-3 menit

sekali, b) kepala janin telah turun masuk rongga panggul

sehingga terjadilah tekanan pada otot-otot dasar panggul yang

secara reflektoris menimbulkan rasa mengejan,c) tekanan pada

rectum dan anus membuka serta vulva membuka dan perineum

meregang.

c. Kala III (Kala Pengeluaran Uri)

Periode yang dimulai ketika bayi lahir dan berakhir pada

saat plasenta seluruhnya sudah dilahirkan.Berlangsung selama

15-30 menit. Adapun tanda-tanda pelepasan plasenta yaitu : a)

fundus yang berkontraksi kuat, b) perubahan bentuk uterus dari

bentuk cakram menjadi bentuk oval bulat, sewaktu plasenta

bergerak kearah segmen bagian bawah, c) adanya semburan


32

darahtiba-tiba, d) tali pusat bertambah panjang dengan

majunyaplasenta mendekati introitus vagina.

d. Kala IV (Kala Pengawasan)

Dimulai darilahirnya plasenta sampai dua jam pertama

postpartum untuk mengamati keadaan ibu terutama terhadap

perdarahan postpartum. Adapun obsevasi yang dilakukan

meliputi : a) evaluasi uterus, b) pemeriksaan dan evaluasi

serviks, vagina dan perineum, c) pemeriksaan dan evaluasi

plasenta, selaputdan tali pusat, d) penjahitan kembali

episiotomi dan laserasi (jika ada), e) pemantauan dan evaluasi

lanjut tanda vital, kontraksi uterus, lochea, perdarahan, dan

kandung kemih.

d. Faktor Yang Mempengaruhi Persalinan

1) Power (Kekuatan)

Power adalah kekuatan atau tenaga untuk melahirkan yang

terdiri dari his atau kontraksi uterus dan tenaga meneran dari ibu.

Power merupakan tenaga primer atau kekuatan utama yang

dihasilkan oleh adanya kontraksi dan retraksi otot-otot rahim. His

adalah kontraksi otot-otot rahim pada persalinan.

Kontraksi adalah gerakan memendek dan menebalnya otot-otot

rahim yang terjadi diluar kesadaran (involuter) dan dibawah

pengendalian syaraf simpatik. Retraksi adalah pemendekan otot-

otot rahim yang bersifat menetap setelah adanya kontraksi. His

yang normal adalah timbulnya mula-mula perlahan tetapi teratur,

makin lama bertambah kuat sampai kepada puncaknya yang paling


33

kuat kemudian berangsur-angsur menurun menjadi lemah. His

tersebut makin lama makin cepat dan teratur jaraknya sesuai

dengan proses persalinan sampai anak dilahirkan.

His yang normal mempunyai sifat kontarksi otot rahim mulai

dari salah satu tanduk rahim, kontraksi bersifat simetris, fundal

dominan yaitu menjalar ke seluruh otot rahim, kekuatannya seperti

memeras isi rahim, otot rahim yang berkontraksi tidak kembali ke

panjang semula sehingga terjadi retraksi dan pembentukan segmen

bawah rahim, bersifat involunter yaitu tidak dapat diatur oleh

parturient.

Tenaga meneran merupakan kekuatan lain atau tenaga

sekunder yang berperan dalam persalinan, tenaga ini digunakan

pada saat kala II dan untuk membantu mendorong bayi keluar,

tenaga ini berasal dari otot perut dan diafragma. Meneran

memberikan kekuatan yang sangat membantu dalam mengatasi

resistensi otot-otot dasar panggul.Persalinan akan berjalan normal,

jika his dan tenaga meneran ibu baik. Kelainan his dan tenaga

meneran dapat disebabkan karena hypotonic/atonia uteri dan

hypertonic/tetania uteri (Manuaba, 2007).

2) Passanger (Muatan)

Passenger terdiri dari janin dan plasenta. Janin merupakan

passanger utama, dan bagian janin yang paling penting adalah

kepala, karena kepala janin mempunyai ukuran yang paling besar,

90% bayi dilahirkan dengan letak kepala.


34

Kelainan-kelainan yang sering menghambat dari pihak passanger

adalah kelainan ukuran dan bentuk kepala anak seperti

hydrocephalus ataupun anencephalus, kelainan letak seperti letak

muka atau pun letak dahi, kelainan kedudukan anak seperti

kedudukan lintang atau pun letak sungsang (Manuaba, 2007).

3) Passage (Jalan Lahir)

Passage adalah jalan lahir yang harus dilewati oleh janin terdiri

dari rongga panggul, dasar panggul, serviks dan vagina. Agar janin

dan plasenta dapat melalui jalan lahir tanpa ada rintangan, maka

jalan lahir tersebut harus normal. Rongga-rongga panggul yang

normal adalah : pintu atas panggil hampir berbentuk bundar, sacrum

lebar dan melengkung, promontorium tidak menonjol ke depan,

kedua spina ischiadica tidak menonjol kedalam, sudut arcus pubis

cukup luas (90-100), ukuran conjugata vera (ukuran muka belakang

pintu atas panggul yaitu dari bawah simpisis ke promontorium) ialah

10-11 cm, ukuran diameter transversa (ukuran melintang pintu atas

panggul) 12-14 cm, diameter oblique (ukuran sserong pintu atas

panggul) 12-14 cm, pintu bawah panggul ukuran muka melintang

10-10,5 cm.Jalan lahir dianggap tidak normal dan kemungkinan

dapat menyebabkan hambatan persalinan apabila : panggul sempit

seluruhnya, panggul sempit sebagian, panggul miring, panggul

seperti corong, ada tumor dalam panggul.

Dasar panggul terdiri dari otot-otot dan macam-macam

jaringan, untuk dapat dilalui bayi dengan mudah jaringan dan otot-

otot harus lemas dan mudah meregang, apabila terdapat kekakuan


35

pada jaringan, maka otot-otot ini akan mudah ruptur. Kelainan pada

jalan lahir lunak diantaranya disebabkan oleh serviks yang kaku

(pada primi tua primer atau sekunder dan serviks yang cacat atau

skiatrik), serviks gantung (OUE terbuka lebar, namun OUI tidak

terbuka), serviks konglumer (OUI terbuka, namun OUE tidak

terbuka), edema serviks (terutama karena kesempitan panggul,

sehingga serviks terjepit diantara kepala dan jalan lahir dan timbul

edema), terdapat vaginal septum, dan tumor pada vagina

(Manuaba, 2007).

4) Psyche (Psikologis)

Faktor psikologis ketakutan dan kecemasan sering menjadi

penyebab lamanya persalinan, his menjadi kurang baik, pembukaan

menjadi kurang lancar. Menurut Pritchard, dkk perasaan takut dan

cemas merupakan faktor utama yang menyebabkan rasa sakit

dalam persalinan dan berpengaruh terhadap kontraksi rahim dan

dilatasi serviks sehingga persalinan menjadi lama (Manuaba, 2007).

5) Penolong

Memilih Penolong persalian yang berkompeten, seperti: bidan,

dokter, perawat atau tenaga kesehatan yang terlatih (Manuaba,

2007).

6) Posisi Saat Bersalin

Posisi bersalin antara lain posisi terlentang ( Supine), Posisi

duduk/setengah duduk (Semifowle posisi), Posisi terlentang

(Supine), Posisi jongkok/berdiri, posisi miring kiri dan posisi

merangkak
36

e. Sebab-sebab yang Menimbulkan Persalinan

Bagaimana terjadinya persalinan belum diketahui dengan pasti,

sehingga menimbulkan beberapa teori yang berlaku berkaitan dengan

mulainya terjadi kekuatan his. Beberapa teori yang menyatakan

kemungkinan proses persalinan (Damayanti, 2014):

1) Teori keregangan

Teori keregangan menyatakan bahwa: a) otot rahim

mempunyai kemampuan meregang dalam batas tertentu. b) Setelah

melewati batas tersebut terjadi kontraksi sehingga persalinan dapat

dimilai. c) Contohnya pada hamil ganda sering terjadi kontraksi

setelah keregangan tertentu sehingga menimbulkan proses

persalinan.

2) Teori penurunan progesteron

Teori penurunan progesteron menyatakan bahwa; a) proses

penurunan plasenta terjadi mulai umur kehamilan 28 minggi,

dimana terjadi penimbunan jaringan ikat, pembuluh darah

mengalami penyempitan. b) Produksi progesteron mengalami

penurunan sehingga otot rahim lebih sensitif terhadap oksitosin. c)

Akibatnya otot rahim mulai kontraksi setelah tercapai tingkat

penurunan progesteron tertentu.

3) Teori oksitosin internal

Teori oksitosin internal menyatakan bahwa: a) Perubahan

keseimbangan produksi estrogen dan progesteron dapat mangubah

sensitifitas otot rahim sehingga terjadi kontraksi Broxton hicks. b)

Menurunya konsentrasi progesteron akibat tuanya kehamilan maka


37

oksitosin dapat meningkatkan aktifitas sehingga persalinan dapat

dimulai.

4) Teori prostaglandin

Teori prostaglandin menyatakan bahwa: a) Konsentrasi

prostaglandin meningkat sejak umur kehamilan 15 minggu yang

dikeluarkan. b) Pemberian prostaglandin saat hamil dapat

menimbulkan kontraksi otot rahim sehingga hasil konspsi

dikeluarkan. c) Prostaglandin dianggap dapat merupakan pemicu

terjadinya persalinan.

5) Teori hipotalamus pituitary dan grandula suprarenalis

Teori ini menunjukkan pada kehamilan dengan anencepalus

sering terjadi kelambatan persalinan karena tidak terhipotalamus.

Teori ini dikemukakan (linggin 1973). b) Pemberian kortikosteroid

yang dapat menyebabkan maturitas janin,induksi mulainya

persalinan (Manuaba, 2005)..

f. Kebutuhan Dasar Selama Persalinan

Menurut Damayanti (2014), ada beberapa kebutuhan yang harus di

dapatkan ibu selama masa persalinan yaitu:

1) Kebutuhan dasar fisiologi selama persalinan

Kebutuhan dasar manusia adalah suatu kebutuhan manusia

yang paling dasar/pokok/utama yang apabila tidak terpenuhi akan

terjadi ketidakseimbangan di dalam diri manusia. Kebutuhan dasar

manusia terdiri dari kebutuhan fisiologis (tingkatan yang paling

rendah/dasar), kebutuhan rasa aman dan perlindungan, kebutuhan

akan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri, dan kebutuhan


38

akan aktualisasi diri. Kebutuhan fisiologis diantaranya adalah

kebutuhan akan oksigen, cairan (minuman), nutrisi (makanan),

keseimbangan suhu tubuh, eliminasi, tempat tinggal, personal

hygiene, istirahat dan tidur, serta kebutuhan seksual.

Kebutuhan fisiologis ibu bersalin merupakan suatu kebutuhan

dasar pada ibu bersalin yang harus dipenuhi agar proses persalinan

dapat berjalan dengan lancar. Kebutuhan dasar ibu bersalin yang

harus diperhatikan bidan untuk dipenuhi yaitu kebutuhan oksigen,

cairan dan nutrisi, eliminasi, hygiene (kebersihan personal),

istirahat, posisi dan ambulasi, pengurangan rasa nyeri, penjahitan

perineum (jika diperlukan), serta kebutuhan akan pertolongan

persalinan yang terstandar. Pemenuhan kebutuhan dasar ini

berbeda-beda, tergantung pada tahapan persalinan, kala I, II, III

atau IV.

Adapun kebutuhan fisiologis ibu bersalin adalah sebagai

berikut: a) Kebutuhan oksigen. Pemenuhan kebutuhan oksigen

selama proses persalinan perlu diperhatikan oleh bidan, terutama

pada kala I dan kala II, dimana oksigen yang ibu hirup sangat

penting artinya untuk oksigenasi janin melalui plasenta. Suplai

oksigen yang tidak adekuat, dapat menghambat kemajuan

persalinan dan dapat mengganggu kesejahteraan janin. Oksigen

yang adekuat dapat diupayakan dengan pengaturan sirkulasi udara

yang baik selama persalinan. Ventilasi udara perlu diperhatikan,

apabila ruangan tertutup karena menggunakan AC, maka pastikan

bahwa dalam ruangan tersebut tidak terdapat banyak orang. Hindari


39

menggunakan pakaian yang ketat, sebaiknya penopang payudara

atau BH dapat dilepas/dikurangi kekencangannya. Indikasi

pemenuhan kebutuhan oksigen adekuat adalah Denyut Jantung

Janin (DJJ) baik dan stabil.

b) Kebutuhan cairan dan nutrisi, Kebutuhan cairan dan nutrisi

(makan dan minum) merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi

dengan baik oleh ibu selama proses persalinan. Pastikan bahwa

pada setiap tahapan persalinan (kala I, II, III, maupun IV), ibu

mendapatkan asupan makan dan minum yang cukup. Asupan

makanan yang cukup (makanan utama maupun makanan ringan),

merupakan sumber dari glukosa darah, yang merupakan sumber

utama energi untuk sel-sel tubuh. Kadar gula darah yang rendah

akan mengakibatkan hipoglikemia. Sedangkan asupan cairan yang

kurang, akan mengakibatkan dehidrasi pada ibu bersalin.

Pada ibu bersalin, hipoglikemia dapat mengakibatkan

komplikasi persalinan baik ibu maupun janin. Pada ibu, akan

mempengaruhi kontraksi/his, sehingga akan menghambat kemajuan

persalinan dan meningkatkan insiden persalinan dengan tindakan,

serta dapat meningkatkan risiko perdarahan postpartum. Pada

janin, akan mempengaruhi kesejahteraan janin, sehingga dapat

mengakibatkan komplikasi persalinan seperti asfiksia. Dehidrasi

pada ibu bersalin dapat mengakibatkan melambatnya kontraksi/his,

dan mengakibatkan kontraksi menjadi tidak teratur. Ibu yang

mengalami dehidrasi dapat diamati dari bibir yang kering,

peningkatan suhu tubuh, dan eliminasi yang sedikit.


40

Dalam memberikan asuhan, bidan dapat dibantu oleh anggota

keluarga yang mendampingi ibu. Selama kala I, anjurkan ibu untuk

cukup makan dan minum, untuk mendukung kemajuan persalinan.

Pada kala II, ibu bersalin mudah sekali mengalami dehidrasi, karena

terjadi peningkatan suhu tubuh dan terjadinya kelelahan karena

proses mengejan. Untuk itu disela-sela kontraksi, pastikan ibu

mencukupi kebutuhan cairannya (minum). Pada kala III dan IV,

setelah ibu berjuang melahirkan bayi, maka bidan juga harus

memastikan bahwa ibu mencukupi kebutuhan nutrisi dan cairannya,

untuk mencegah hilangnya energi setelah mengeluarkan banyak

tenaga selama kelahiran bayi (pada kala II).

c) Kebutuhan eliminasi, Pemenuhan kebutuhan eliminasi

selama persalinan perlu difasilitasi oleh bidan, untuk membantu

kemajuan persalinan dan meningkatkan kenyamanan pasien.

Anjurkan ibu untuk berkemih secara spontan sesering mungkin atau

minimal setiap 2 jam sekali selama persalinan. Kandung kemih yang

penuh, dapat mengakibatkan: (1) Menghambat proses penurunan

bagian terendah janin ke dalam rongga panggul, terutama apabila

berada di atas spina isciadika. (2) Menurunkan efisiensi kontraksi

uterus atau his. (3) Mengingkatkan rasa tidak nyaman yang tidak

dikenali ibu karena bersama dengan munculnya kontraksi uterus (4)

Meneteskan urin selama kontraksi yang kuat pada kala II. (5)

Memperlambat kelahiran plasenta. (6) Mencetuskan perdarahan

pasca persalinan, karena kandung kemih yang penuh menghambat

kontraksi uterus. Apabila masih memungkinkan, anjurkan ibu untuk


41

berkemih di kamar mandi, namun apabila sudah tidak

memungkinkan, bidan dapat membantu ibu untuk berkemih dengan

wadah penampung urin.

Bidan tidak dianjurkan untuk melakukan kateterisasi kandung

kemih secara rutin sebelum ataupun setelah kelahiran bayi dan

placenta. Kateterisasi kandung kemih hanya dilakukan apabila

terjadi retensi urin, dan ibu tidak mampu untuk berkemih secara

mandiri. Kateterisasi akan meningkatkan resiko infeksi dan trauma

atau perlukaan pada saluran kemih ibu. Sebelum memasuki proses

persalinan, sebaiknya pastikan bahwa ibu sudah BAB. Rektum yang

penuh dapat mengganggu dalam proses kelahiran janin. Namun

apabila pada kala I fase aktif ibu mengatakan ingin BAB, bidan

harus memastikan kemungkinan adanya tanda dan gejala kala II.

Apabila diperlukan sesuai indikasi, dapat dilakukan lavement pada

saat ibu masih berada pada kala I fase laten.

d) Kebutuhan hygiene (kebutuhan personal). Kebutuhan

hygiene (kebersihan) ibu bersalin perlu diperhatikan bidan dalam

memberikan asuhan pada ibu bersalin, karena personal hygiene

yang baik dapat membuat ibu merasa aman dan relax, mengurangi

kelelahan, mencegah infeksi, mencegah gangguan sirkulasi darah,

mempertahankan integritas pada jaringan dan memelihara

kesejahteraan fisik dan psikis. Tindakan personal hygiene pada ibu

bersalin yang dapat dilakukan bidan diantaranya: membersihkan

daerah genetalia (vulva-vagina, anus), dan memfasilitasi ibu untuk


42

menjaga kebersihan badan dengan mandi. Mandi pada saat

persalinan tidak dilarang.

Pada sebagian budaya, mandi sebelum proses kelahiran bayi

merupakan suatu hal yang harus dilakukan untuk mensucikan

badan, karena proses kelahiran bayi merupakan suatu proses yang

suci dan mengandung makna spiritual yang dalam. Secara ilmiah,

selain dapat membersihkan seluruh bagian tubuh, mandi juga dapat

meningkatkan sirkulasi darah, sehingga meningkatkan kenyamanan

pada ibu, dan dapat mengurangi rasa sakit. Selama proses

persalinan apabila memungkinkan ibu dapat di ijinkan mandi di

kamar mandi dengan pengawasan dari bidan.

Pada kala I fase aktif, dimana terjadi peningkatan bloodyshow

dan ibu sudah tidak mampu untuk mobilisasi, maka bidan harus

membantu ibu untuk menjaga kebersihan genetalianya untuk

menghindari terjadinya infeksi intrapartum dan untuk meningkatkan

kenyamanan ibu bersalin. Membersihkan daerah genetalia dapat

dilakukan dengan melakukan vulva hygiene menggunakan kapas

bersih yang telah dibasahi dengan air Disinfeksi Tingkat Tinggi

(DTT), hindari penggunaan air yang bercampur antiseptik maupun

lisol. Bersihkan dari atas (vestibulum), ke bawah (arah anus).

Tindakan ini dilakukan apabila diperlukan, misalnya setelah ibu

BAK, setelah ibu BAB, maupun setelah ketuban pecah spontan.

Pada kala II dan kala III, untuk membantu menjaga kebersihan

diri ibu bersalin, maka ibu dapat diberikan alas bersalin (under pad)

yang dapat menyerap cairan tubuh (lendir darah, darah, air ketuban)
43

dengan baik. Apabila saat mengejan diikuti dengan faeses, maka

bidan harus segera membersihkannya, dan meletakkannya di

wadah yang seharusnya. Sebaiknya hindari menutupi bagian tinja

dengan tisyu atau kapas ataupun melipat undarpad.

Pada kala IV setelah janin dan plasenta dilahirkan, selama 2

jam observasi, maka pastikan keadaan ibu sudah bersih. Ibu dapat

dimandikan atau dibersihkan di atas tempat tidur. Pastikan bahwa

ibu sudah mengenakan pakaian bersih dan penampung darah yakni

pembalut bersalin dan underpad dengan baik. Hindari

menggunakan pot kala, karena hal ini mengakibatkan

ketidaknyamanan pada ibu bersalin. Untuk memudahkan bidan

dalam melakukan observasi, maka celana dalam sebaiknya tidak

digunakan terlebih dahulu, pembalut ataupun underpad dapat dilipat

disela-sela paha.

e) Kebutuhan istirahat, Selama proses persalinan berlangsung,

kebutuhan istirahat pada ibu bersalin tetap harus dipenuhi. Istirahat

selama proses persalinan (kala I, II, III maupun IV) yang dimaksud

adalah bidan memberikan kesempatan pada ibu untuk mencoba

relaks tanpa adanya tekanan emosional dan fisik. Hal ini dilakukan

selama tidak ada his (disela-sela his). Ibu bisa berhenti sejenak

untuk melepas rasa sakit akibat his, makan atau minum, atau

melakukan hal menyenangkan yang lain untuk melepas lelah, atau

apabila memungkinkan ibu dapat tidur.

Namun pada kala II, sebaiknya ibu diusahakan untuk tidak

mengantuk. Setelah proses persalinan selesai (pada kala IV),


44

sambil melakukan observasi, bidan dapat mengizinkan ibu untuk

tidur apabila sangat kelelahan. Namun sebagai bidan, memotivasi

ibu untuk memberikan ASI dini harus tetap dilakukan. Istirahat yang

cukup setelah proses persalinan dapat membantu ibu untuk

memulihkan fungsi alat-alat reproduksi dan meminimalisasi trauma

pada saat persalinan.

f) Posisi dan ambulasi, Posisi persalinan yang akan dibahas

adalah posisi persalinan pada kala I dan posisi meneran pada kala

II. Ambulasi yang dimaksud adalah mobilisasi ibu yang dilakukan

pada kala I. Persalinan merupakan suatu peristiwa fisiologis tanpa

disadari dan terus berlangsung/progresif. Bidan dapat membantu

ibu agar tetap tenang dan rileks, maka bidan sebaiknya tidak

mengatur posisi persalinan dan posisi meneran ibu. Bidan harus

memfasilitasi ibu dalam memilih sendiri posisi persalinan dan posisi

meneran, serta menjelaskan alternatif-alternatif posisi persalinan

dan posisi meneran bila posisi yang dipilih ibu tidak efektif.

Bidan harus memahami posisi-posisi melahirkan, bertujuan

untuk menjaga agar proses kelahiran bayi dapat berjalan senormal

mungkin. Dengan memahami posisi persalinan yang tepat, maka

diharapkan dapat menghindari intervensi yang tidak perlu, sehingga

meningkatkan persalinan normal. Semakin normal proses kelahiran,

semakin aman kelahiran bayi itu sendiri. Hal-hal yang perlu

diperhatikan dalam menentukan posisi melahirkan: (1) Klien/ibu

bebas memilih, hal ini dapat meningkatkan kepuasan, menimbulkan

perasaan sejahtera secara emosional, dan ibu dapat


45

mengendalikan persalinannya secara alamiah. (2) Peran bidan

adalah membantu/memfasilitasi ibu agar merasa nyaman. (3)

Secara umum, pilihan posisi melahirkan secara alami/naluri

bukanlah posisi berbaring. Menurut sejarah, posisi berbaring

diciptakan agar penolong lebih nyaman dalam bekerja. Sedangkan

posisi tegak, merupakan cara yang umum digunakan dari sejarah

penciptaan manusia sampai abad ke-18.

Pada awal persalinan, sambil menunggu pembukaan lengkap,

ibu masih diperbolehkan untuk melakukan mobilisasi/aktivitas. Hal

ini tentunya disesuaikan dengan kesanggupan ibu. Mobilisasi yang

tepat dapat membantu dalam meningkatkan kemajuan persalinan,

dapat juga mengurangi rasa jenuh dan kecemasan yang dihadapi

ibu menjelang kelahiran janin. Pada kala I, posisi persalinan

dimaksudkan untuk membantu mengurangi rasa sakit akibat his dan

membantu dalam meningkatkan kemajuan persalinan (penipisan

cerviks, pembukaan cerviks dan penurunan bagian terendah). Ibu

dapat mencoba berbagai posisi yang nyaman dan aman.

Peran suami dan anggota keluarga sangat bermakna, karena

perubahan posisi yang aman dan nyaman selama persalinan dan

kelahiran tidak bisa dilakukan sendiri olah bidan. Pada kala I ini, ibu

diperbolehkan untuk berjalan, berdiri, posisi berdansa, duduk,

berbaring miring ataupun merangkak. Hindari posisi jongkok,

ataupun dorsal recumbent maupun lithotomi, hal ini akan

merangsang kekuatan meneran. Posisi terlentang selama

persalinan (kala I dan II) juga sebaiknya dihindari, sebab saat ibu
46

berbaring telentang maka berat uterus, janin, cairan ketuban, dan

placenta akan menekan vena cava inferior. Penekanan ini akan

menyebabkan turunnya suplai oksigen utero-placenta. Hal ini akan

menyebabkan hipoksia. Posisi telentang juga dapat menghambat

kemajuan persalinan.

Macam-macam posisi meneran diantaranya: (a) Duduk atau

setengah duduk, posisi ini memudahkan bidan dalam membantu

kelahiran kepala janin dan memperhatikan keadaan perineum. (b)

Merangkak, posisi merangkak sangat cocok untuk persalinan

dengan rasa sakit pada punggung, mempermudah janin dalam

melakukan rotasi serta peregangan pada perineum berkurang. (c)

jongkok atau berdiri, posisi jongkok atau berdiri memudahkan

penurunan kepala janin, memperluas panggul sebesar 28% lebih

besar pada pintu bawah panggul, dan memperkuat dorongan

meneran. Namun posisi ini beresiko memperbesar terjadinya

laserasi (perlukaan) jalan lahir.

(d) Berbaring miring, posisi berbaing miring dapat mengurangi

penekanan pada vena cava inverior, sehingga dapat mengurangi

kemungkinan terjadinya hipoksia janin karena suplai oksigen tidak

terganggu, dapat memberi suasana rileks bagi ibu yang mengalami

kecapekan, dan dapat mencegah terjadinya robekan jalan lahir. (e)

Hindari posisi telentang atau dorsal recumbent karena posisi ini

dapat mengakibatkan: hipotensi yang beresiko terjadinya syok dan

berkurangnya suplai oksigen dalam sirkulasi uteroplacenter,

sehingga mengakibatkan hipoksia bagi janin, rasa nyeri yang


47

bertambah, kemajuan persalinan bertambah lama, ibu mengalami

gangguan untuk persalinan dan bayi baru lahir, buang air kecil

terganggu, mobilisasi ibu kurang bebas, ibu kurang semangat, dan

dapat mengakibatkan kerusakan pada syaraf kaki dan punggung.

Berdasarkan posisi meneran di atas, maka secara umum posisi

melahirkan dibagi menjadi 2, yaitu posisi tegak lurus dan posisi

berbaring. Secara anatomi, posisi tegak lurus (berdiri, jongkok,

duduk) merupakan posisi yang paling sesuai untuk melahirkan,

kerena sumbu panggul dan posisi janin berada pada arah gravitasi.

Adapun keuntungan dari posisi tegak lurus adalah: 1. Kekuatan

daya tarik, meningkatkan efektivitas kontraksi dan tekanan pada

leher rahim dan mengurangi lamanya proses persalinan.

Pada Kala 1 a. Kontraksi, dengan berdiri uterus terangkat

berdiri pada sumbu aksis pintu masuk panggul dan kepala

mendorong cerviks, sehingga intensitas kontraksi meningkat. b.

Pada posisi tegak tidak ada hambatan dari gerakan uterus. c.

Sedangkan pada posisi berbaring, otot uterus lebih banyak bekerja

dan proses persalinan berlangsung lebih lama.

Pada Kala 2 a. Posisi tegak lurus mengakibatkan kepala

menekan dengan kekuatan yang lebih besar, sehingga keinginan

untuk mendorong lebih kuat dan mempersingkat kala 2. b. Posisi

tegak lurus dengan berjongkok, mengakibatkan lebih banyak ruang

di sekitar otot dasar panggul untuk menarik syaraf penerima dasar

panggul yang ditekan, sehingga kadar oksitosin meningkat. c. Posisi

tegak lurus pada kala 2 dapat mendorong janin sesuai dengan


48

anatomi dasar panggul, sehingga mengurangi hambatan dalam

meneran. d. Sedangkan pada posisi berbaring, leher rahim

menekuk ke atas, sehingga meningkatkan hambatan dalam

meneran.

2. Meningkatkan dimensi panggul a. Perubahan hormone

kehamilan, menjadikan struktur panggul dinamis atau fleksibel. b.

Pergantian posisi, meningkatkan derajat mobilitas panggul. c. Posisi

jongkok, sudut arkus pubis melebar mengakibatkan pintu atas

panggul sedikit melebar, sehingga memudahkan rotasi kepala janin.

d. Sendi sakroiliaka, meningkatkan fleksibilitas sacrum yang

bergerak ke belakang. e. Pintu bawah panggul menjadi lentur

maksimum. f. Pada posisi tegak, sacrum bergerak ke dapan

mangakibatkan tulang ekor tertarik ke belakang. Sedangkan pada

posisi berbaring, tulang ekor tidak bergerak ke belakang tetapi ke

depan (tekanan yang berlawanan).

3. Gambaran jantung janin abnormal lebih sedikit dengan

kecilnya tekanan pada pembuluh vena cava inferior a. Pada posisi

berbaring, berat uterus/cairan amnion/janin mengakibatkan adanya

tekanan pada vena cava inferior, dan dapat menurunkan tekanan

darah ibu. Serta perbaikan aliran darah berkurang setelah adanya

kontraksi. b. Pada posisi tegak, aliran darah tidak terganggu,

sehingga aliran oksigen ke janin lebih baik.

4. Kesejahteraan secara psikologis a. Pada posisi berbaring,

ibu/klien menjadi lebih pasif dan menjadi kurang kooperatif, ibu lebih

banyak mengeluarkan tenaga pada posisi ini. b. Pada posisi tegak,


49

ibu/klien secara fisik menjadi lebih aktif, meneran lebih alami,

menjadi lebih fleksibel untuk segera dilakukan ‘bounding’ (setelah

bayi lahir dapat langsung dilihat, dipegang ibu, dan disusui). Ada

beberapa keuntungan pada persalinan dengan posisi tegak lurus.

Namun ada beberapa kerugian yang mungkin ditimbulkan dari

persalinan dengan posisi tegak, diantaranya adalah: 1.

Meningkatkan kehilangan darah a. Gaya gravitasi mengakibatkan

keluarnya darah sekaligus dari jalan lahir setelah kelahiran janin,

dan kontraksi meningkat sehingga placenta segera lahir. b.

Meningkatkan terjadinya odema vulva, dapat dicegah dengan

mengganti-ganti posisi. 2. Meningkatkan terjadinya

perlukaan/laserasi pada jalan lahir a. Odema vulva, dapat dicegah

dengan mengganti posisi (darah mengalir ke bagian tubuh yang

lebih rendah). b. Luka kecil pada labia meningkat, tetapi luka akan

cepat sembuh. c. Berat janin mendorong ke arah simfisis,

mengakibatkan tekanan pada perineum meningkat, sehingga resiko

rupture perineum meningkat.

3. Untuk memudahkan proses kelahiran bayi pada kala II, maka

ibu dianjurkan untuk meneran dengan benar, yaitu: a. Menganjurkan

ibu untuk meneran sesuai dorongan alamiah selama kontraksi

berlangsung. b. Hindari menahan nafas pada saat meneran.

Menahan nafas saat meneran mengakibatkan suplai oksigen

berkurang. c. Menganjurkan ibu untuk berhenti meneran dan

istirahat saat tidak ada kontraksi/his d. Apabila ibu memilih meneran

dengan posisi berbaring miring atau setengah duduk, maka menarik


50

lutut ke arah dada dan menempelkan dagu ke dada akan

memudahkan proses meneran

e. Menganjurkan ibu untuk tidak menggerakkan anggota

badannya (terutama pantat) saat meneran. Hal ini bertujuan agar

ibu fokus pada proses ekspulsi janin. f. Bidan sangat tidak

dianjurkan untuk melakukan dorongan pada fundus untuk

membantu kelahiran janin. g. Pengurangan rasa nyeri, Nyeri

persalinan merupakan pengalaman subjektif tentang sensasi fisik

yang terkait dengan kontraksi uterus, dilatasi dan penipisan serviks,

serta penurunan janin selama persalinan.

Respons fisiologis terhadap nyeri meliputi: peningkatan tekanan

darah, denyut nadi, pernafasan, keringat, diameter pupil, dan

ketegangan otot. Rasa nyeri ini apabila tidak diatasi dengan tepat,

dapat meningkatkan rasa khawatir, tegang, takut dan stres, yang

pada akhirnya dapat menyebabkan terjadinya persalinan lama.

Rasa nyeri selama persalinan akan berbeda antara satu dengan

lainnya. Banyak faktor yang mempengaruhi persepsi rasa nyeri,

diantaranya: jumlah kelahiran sebelumnya (pengalaman

persalinan), budaya melahirkan, emosi, dukungan keluarga,

persiapan persalinan, posisi saat melahirkan, presentasi janin,

tingkat beta-endorphin, kontraksi rahim yang intens selama

persalinan dan ambang nyeri alami. Beberapa ibu melaporkan

sensasi nyeri sebagai sesuatu yang menyakitkan.

Meskipun tingkat nyeri bervariasi bagi setiap ibu bersalin,

diperlukan teknik yang dapat membuat ibu merasa nyaman saat


51

melahirkan. Tubuh memiliki metode mengontrol rasa nyeri

persalinan dalam bentuk betaendorphin. Sebagai opiat alami, beta-

endorphin memiliki sifat mirip petidin, morfin dan heroin serta telah

terbukti bekerja pada reseptor yang sama di otak. Seperti oksitosin,

betaendorphin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis dan kadarnya

tinggi saat berhubungan seks, kehamilan dan kelahiran serta

menyusui. Hormon ini dapat menimbulkan perasaan senang dan

euphoria pada saat melahirkan.

Berbagai cara menghilangkan nyeri diantaranya: teknik self-

help, hidroterapi, pemberian entonox (gas dan udara) melalui

masker, stimulasi menggunakan TENS (Transcutaneus Electrical

Nerve Stimulation), pemberian analgesik sistemik atau regional.

Menurut Peny Simpkin, beberapa cara untuk mengurangi nyeri

persalinan adalah: mengurangi rasa sakit dari sumbernya,

memberikan rangsangan alternatif yang kuat, serta mengurangi

reaksi mental/emosional yang negatif dan reaksi fisik ibu terhadap

rasa sakit.

Adapun pendekatan-pendekatan yang dilakukan bidan untuk

mengurangi rasa sakit pada persalinan menurut Hellen Varney

adalah: pendamping persalinan, pengaturan posisi, relaksasi dan

latihan pernafasan, istirahat dan privasi, penjelasan tentang

kemajuan persalinan, asuhan diri, dan sentuhan. Bidan dapat

membantu ibu bersalin dalam mengurangi nyeri persalinan dengan

teknik self-help. Teknik ini merupakan teknik pengurangan nyeri

persalinan yang dapat dilakukan sendiri oleh ibu bersalin, melalui


52

pernafasan dan relaksasi maupun stimulasi yang dilakukan oleh

bidan. Teknik self-help dapat dimulai sebelum ibu memasuki

tahapan persalinan, yaitu dimulai dengan mempelajari tentang

proses persalinan, dilanjutkan dengan mempelajari cara bersantai

dan tetap tenang, dan mempelajari cara menarik nafas dalam.

Stimulasi yang dapat dilakukan oleh bidan dalam mengurangi

nyeri persalinan dapat berupa kontak fisik maupun pijatan. Pijatan

dapat berupa pijatan/massage di daerah lombosacral, pijatan ganda

pada pinggul, penekanan pada lutut, dan counterpressure. Cara lain

yang dapat dilakukan bidan diantaranya adalah: memberikan

kompres hangat dan dingin, mempersilahkan ibu untuk mandi atau

berada di air (berendam). Pada saat ibu memasuki tahapan

persalinan, bidan dapat membimbing ibu untuk melakukan teknik

self-help, terutama saat terjadi his/kontraksi. Untuk mendukung

teknik ini, dapat juga dilakukan perubahan posisi: berjalan, berlutut,

goyang ke depan/belakang dengan bersandar pada suami atau

balon besar.

Dalam memberikan asuhan kebidanan, bidan dapat dibantu

dan didukung oleh suami, anggota keluarga ataupun sahabat ibu.

Usaha yang dilakukan bidan agar ibu tetap tenang dan santai

selama proses persalinan berlangsung adalah dengan membiarkan

ibu untuk mendengarkan musik, membimbing ibu untuk

mengeluarkan suara saat merasakan kontraksi, serta visualisasi dan

pemusatan perhatian. Kontak fisik yang dilakukan pemberi

asuhan/bidan dan pendamping persalinan memberi pengaruh besar


53

bagi ibu. Kontak fisik berupa sentuhan, belaian maupun dapat

memberikan rasa nyaman, yang pada akhirnya dapat mengurangi

rasa nyeri saat persalinan.

Bidan mengajak pendamping persalinan untuk terus

memegang tangan ibu, terutama saat kontraksi, menggosok

punggung dan pinggang, menyeka wajahnya, mengelus rambutnya

atau mungkin dengan mendekapnya. h) Penjahitan perineum (jika

diperlukan). Proses kelahiran bayi dan placenta dapat

menyebabkan berubahnya bentuk jalan lahir, terutama adalah

perineum. Pada ibu yang memiliki perineum yang tidak elastis,

maka robekan perineum seringkali terjadi. Robekan perineum yang

tidak diperbaiki, akan mempengaruhi fungsi dan estetika. Oleh

karena itu, penjahitan perineum merupakan salah satu kebutuhan

fisiologis ibu bersalin.

Dalam melakukan penjahitan perineum, bidan perlu

memperhatikan prinsip sterilitas dan asuhan sayang ibu. Berikanlah

selalu anastesi sebelum dilakukan penjahitan. Perhatikan juga

posisi bidan saat melakukan penjahitan perineum. Posisikan badan

ibu dengan posisi litotomi/dorsal recumbent, tepat berada di depan

bidan. Hindari posisi bidan yang berada di sisi ibu saat menjahit,

karena hal ini dapat mengganggu kelancaran dan kenyamanan

tindakan. i) Kebutuhan akan proses persalinan yang terstandar.

Kebutuhan tersebut yakni mendapatkan pelayanan asuhan

kebidanan persalinan yang terstandar merupakan hak setiap ibu.

Hal ini merupakan salah satu kebutuhan fisiologis ibu bersalin,


54

karena dengan pertolongan persalinan yang terstandar dapat

meningkatkan proses persalinan yang alami/normal.

Hal yang perlu disiapkan bidan dalam memberikan pertolongan

persalinan terstandar dimulai dari penerapan upaya pencegahan

infeksi. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan

dengan menggunakan sabun dan air mengalir dapat mengurangi

risiko penularan infeksi pada ibu maupun bayi. Dilanjutkan dengan

penggunaan APD (alat perlindungan diri) yang telah disepakati.

Tempat persalinan perlu disiapkan dengan baik dan sesuai standar,

dilengkapi dengan alat dan bahan yang telah direkomendasikan

Kemenkes dan IBI. Ruang persalinan harus memiliki sistem

pencahayaan yang cukup dan sirkulasi udara yang baik. Dalam

melakukan pertolongan persalinan, bidan sebaiknya tetap

menerapkan APN (Asuhan Persalinan Normal) pada setiap kasus

yang dihadapi ibu. Lakukan penapisan awal sebelum melakukan

APN agar asuhan yang diberikan sesuai. Segera lakukan rujukan

apabila ditemukan ketidaknormalan.

2) Kebutuhan Psikologis

Proses persalinan pada dasarnya merupakan suatu hal

fisiologis yang dialami oleh setiap ibu bersalin, sekaligus merupakan

suatu hal yang menakjubkan bagi ibu dan keluarga. Namun, rasa

khawatir, takut maupun cemas akan muncul pada saat memasuki

proses persalinan. Perasaan takut dapat meningkatkan respon

fisiologis dan psikologis, seperti: nyeri, otot-otot menjadi tegang dan

ibu menjadi cepat lelah, yang pada akhirnya akan menghambat


55

proses persalinan. Bidan sebagai pemberi asuhan dan pendamping

persalinan diharapkan dapat memberikan pertolongan, bimbingan

dan dukungan selama proses persalinan berlangsung.

Asuhan yang mendukung selama persalinan merupakan

standar pelayanan kebidanan. Yang dimaksud dengan asuhan

mendukung adalah bersifat aktif dan ikut serta selama proses

asuhan berlangsung. Kebutuhan psikologis ibu selama persalinan

menurut Lesser dan Kenne meliputi: 1. Kehadiran seorang

pendamping secara terus-menurus 2. Penerimaan atas sikap dan

perilakunya 3. Informasi dan kepastian tentang hasil persalinan

aman yang meliputi: sugesti, mengalihkan perhatian dan

kepercayaan. Kebutuhan psikologis pada ibu bersalin merupakan

salah satu kebutuhan dasar pada ibu bersalin yang perlu

diperhatikan bidan.

Keadaan psikologis ibu bersalin sangat berpengaruh pada

proses dan hasil akhir persalinan. Kebutuhan ini berupa dukungan

emosional dari bidan sebagai pemberi asuhan, maupun dari

pendamping persalinan baik suami/anggota keluarga ibu. Dukungan

psikologis yang baik dapat mengurangi tingkat kecemasan pada ibu

bersalin yang cenderung meningkat. Dukungan psikologis yang

dapat diberikan bidan untuk dapat mengurangi tingkat kecemasan

ibu adalah dengan membuatnya merasa nyaman.

Hal ini dapat dilakukan dengan: membantu ibu untuk

berpartisipasi dalam proses persalinannya dengan tetap melakukan

komunikasi yang baik, memenuhi harapan ibu akan hasil akhir


56

persalinan, membantu ibu untuk menghemat tenaga dan

mengendalikan rasa nyeri, serta mempersiapkan tempat persalinan

yang mendukung dengan memperhatikan privasi ibu. Secara

terperinci, dukungan psikologis pada ibu bersalin dapat diberikan

dengan cara: memberikan sugesti positif, mengalihkan perhatian

terhadap rasa sakit dan ketidaknyamanan selama persalinan, dan

membangun kepercayaan dengan komunikasi yang efektif.

a) Pemberian sugesti, Pemberian sugesti bertujuan untuk

memberikan pengaruh pada ibu dengan pemikiran yang dapat

diterima secara logis. Sugesti yang diberikan berupa sugesti positif

yang mengarah pada tindakan memotivasi ibu untuk melalui proses

persalinan sebagaimana mestinya. Menurut psikologis sosial

individu, orang yang mempunyai keadaan psikis labil akan lebih

mudah dipengaruhi/mendapatkan sugesti. Demikian juga pada

wanita bersalin yang mana keadaan psikisnya dalam keadaan

kurang stabil, mudah sekali menerima sugesti/pengaruh.

Sugesti positif yang dapat diberikan bidan pada ibu bersalin

diantaranya adalah dengan mengatakan pada ibu bahwa proses

persalinan yang ibu hadapi akan berjalan lancar dan normal,

ucapkan hal tersebut berulang kali untuk memberikan keyakinan

pada ibu bahwa segalanya akan baik-baik saja. Contoh yang lain,

misal saat terjadi his/kontraksi, bidan membimbing ibu untuk

melakukan teknik relaksasi dan memberikan sugesti bahwa dengan

menarik dan menghembuskan nafas, seiring dengan proses

pengeluaran nafas, rasa sakit ibu akan berkurang. Sebaiknya bidan


57

selalu mengucapkan kata-kata positif yang dapat memotivasi ibu

untuk tetap semangat dalam menjalani proses persalinan. Inti dari

pemberian sugesti ini adalah pada komunikasi efektif yang baik.

Bidan juga dituntut untuk selalu bersikap ramah dan sopan, dan

menyenangkan hati ibu dan suami/keluarga. Sikap ini akan

menambah besarnya sugesti yang telah diberikan.

b) Mengalihkan perhatian. Mengalihkan perhatian dari rasa

sakit yang dihadapi selama proses persalinan berlangsung dapat

mengurangi rasa sakit yang sebenarnya. Secara psikologis, apabila

ibu merasakan sakit, dan bidan tetap fokus pada rasa sakit itu

dengan menaruh rasa empati/belas kasihan yang berlebihan, maka

rasa sakit justru akan bertambah. Upaya yang dapat dilakukan

bidan dan pendamping persalinan untuk mengalihkan perhatian ibu

dari rasa sakit selama persalinan misalnya adalah dengan

mengajaknya berbicara, sedikit bersenda gurau, mendengarkan

musik kesukaannya atau menonton televisi/film. Saat kontraksi

berlangsung dan ibu masih tetap merasakan nyeri pada ambang

yang tinggi, maka upaya-upaya mengurangi rasa nyeri misal

dengan teknik relaksasi, pengeluaran suara, dan atau pijatan harus

tetap dilakukan.

c) Membangun kepercayaan. Kepercayaan merupakan salah

satu poin yang penting dalam membangun citra diri positif ibu dan

membangun sugesti positif dari bidan. Ibu bersalin yang memiliki

kepercayaan diri yang baik, bahwa dia mampu melahirkan secara

normal, dan dia percaya bahwa proses persalinan yang dihadapi


58

akan berjalan dengan lancar, maka secara psikologis Asuhan

Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir telah mengafirmasi alam

bawah sadar ibu untuk bersikap dan berperilaku positif selama

proses persalinan berlangsung sehingga hasil akhir persalinan

sesuai dengan harapan ibu.

Untuk membangun sugesti yang baik, ibu harus mempunyai

kepercayaan pada bidan sebagai penolongnya, bahwa bidan

mampu melakukan pertolongan persalinan dengan baik sesuai

standar, didasari pengetahuan dasar dan keterampilan yang baik

serta mempunyai pengalaman yang cukup. Dengan kepercayaan

tersebut, maka dengan sendirinya ibu bersalin akan merasa aman

dan nyaman selama proses persalinan berlangsung.

g. Asuhan Persalinan Normal

Penatalaksanaan asuhan persalinan normal dapat dilihat pada tabel 5

dibawah ini :

Tabel 5
Asuhan Persalinan Normal

Persiapan Partus set

Klem kocher 2 buah

Gunting tali pusat 1 buah

Gunting episiotomi 1 buah

Khasa steril 3 lembar

Pengikat tali pusat steril 1 buah

Sarung tangan (handscoen) 2 pasang

½ koher 1 buah

Kateter nelaton 1 buah

Hecting set
59

Duk steril

Sarung tangan (handscoen) 1 pasang

Nald voeder 1 buah

Nald hecting 1 buah

Pinset chirurgic 1 buah

Pinset anatomi 1buah

Gunting benang 1 buah

Benang Catgut atau 3 – 0, 2 saset

Kasa steril

Alat dan bahan

Spuit 2 ½ ml atau 3 ml 2 buah

Nierbeken/bengkok 1 buah

Tensimeter

Stetoskop

Termometer

Botol/Wadah berisi air bersih

Botol/Wadah berisi air sabun/klorin

Tissue kering dan bersih

Fetoskop/doppler

Handuk kecil pribadi

Handuk bersih ukuran besar 2 buah

Kain bersih (duk steril) 2 buah

Pakaian bayi lengkap

Selimut bayi

Pakaian ibu lengkap

Waslap 3 buah

Ember untuk tempat alat tenun kotor

Tempat sampah 3 buah

Kantung plastik

Waskom berisi air DTT

Baskom berisi larutan klorin 0,5%


60

Kapas bersih

Betadin

Pelindung diri (sepatu boot, celemek, masker, kaca mata, penutup


kepala)

Jam yang mempunyai jarum detik

Alat tulis

Timbangan bayi

Pengukur panjang bayi /pita pengukur

Status ibu dan bayi

Stempel kaki bayi

Alat tenun disusun berdasarkan urutan kerja

Obat-obatan

Oksitosin 20 unit 2 ampul

Methergin 1 ampul

Vitamin K 0,5 cc

Vaksin Hepatitis B uniject

Salep mata eritromicyn

Lidocain 1% (+aquabidest)

Prosedur MENGENALI GEJALA DAN TANDA KALA DUA


Kerja

1. Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan Kala Dua

 Ibu merasa ada dorongan kuat dan meneran

 Ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat


pada rektum dan vagina

 Perineum tampak menonjol

 Vulva dan sfinger ani membuka

II. MENYIAPKAN PERTOLONGAN PERSALINAN

2. Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan


esensial untuk menolong persalinan dan menatalaksana
komplikasi ibu dan bayi baru lahir. Untuk resusitasi

 tempat datar, rata, bersih, kering dan hangat, 3 handuk/kain


bersih dan kering, alat penghisap lendir, lampu sorot 60 watt
dengan jarak 60 cm di atas tubuh bayi

 Menggelar kain di atas perut ibu dan tempat resusitasi serta


61

ganjal bahu bayi

 Menyiapkan oksitosin 10 unit dan alat suntik steril sekali


pakai di dalam partus set

3. Pakai celemek plastic

4. Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang


dipakai, cuci tangan dengan

sabun dan air bersih mengalir kemudian keringkan tangan


dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih dan kering

5. Pakai sarung tangan DTT pada tangan yang akan digunakan


untuk periksa dalam

6. Masukkan oksitosin ke dalam tabung suntik (gunakan tangan


yang memakai sarung tangan DTT dan steril (pastikan tidak terjadi
kontaminasi pada alat suntik)

III. MEMASTIKAN PEMBUKAAN LENGKAP DAN KEADAAN


JANIN BAIK

7. Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan


hati-hati dari depan ke

belakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang dibasahi


air DTT

 Jika introitus vagina, perineum atau anus


terkontaminasi tinja, bersihkan dengan seksama dari arah depan
ke belakang

 Buang kapas atau kasa pembersih (terkontaminasi) dalam


wadah yang tersedia

 Ganti sarung tangan jika terkontaminasi (dekontaminasi,


lepaskan dan rendam dalam larutan klorin 0,5%  langkah # 9)

8. Lakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan


lengkap.

 Bila selaput ketuban dalam pecah dan pembukaan


sudah lengkap maka lakukan amniotomi

9. Dekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan


tangan yang masih

memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5% kemudian


lepaskan dan rendam dalam keadaan terbalik dalam larutan 0,5%
selama 10 menit. Cuci kedua tangan setelah sarung tangan
dilepaskan

10. Periksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi/ saat


relaksasi uterus untuk

memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (120 – 160x/ menit)


62

 Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal

 Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ


dan semua hasil-hasil penilaian serta asuhan lainnya pada
partograf

IV. MENYIAPKAN IBU DAN KELUARGA UNTUK MEMBANTU


PROSES BIMBINGAN MENERAN

11. Beritahukan bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan


janin baik dan bantu

ibu dalam menemukan posisi yang nyaman dan sesuai dengan


keinginannya.

a. Tunggu hingga timbul rasa ingin meneran, lanjutkan


pemantauan

kondisi dan kenyamanan ibu dan janin (ikuti pedoman


penatalaksanaan fase aktif) dan dokumentasikan semua temuan
yang ada

b. Jelaskan pada anggota keluarga tentang bagaimana peran


mereka untuk mendukung dan memberi semangat pada ibu untuk
meneran secara benar

12. Minta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran.


(Bila ada rasa ingin meneran dan terjadi kontraksi yang kuat,
bantu ibu ke posisi setengah duduk atau posisi lain yang
diinginkan dan pastikan ibu merasa nyaman)

13. Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ada


dorongan kuat untuk

meneran:

 Bimbing ibu agar dapat meneran secara benar dan efektif

 Dukung dan beri semangat pada saat meneran dan


perbaiki cara meneran apabila caranya tidak sesuai

 Bantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai


pilihannya (kecuali posisi berbaring terlentang dalam waktu yang
lama)

 Anjurkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi

 Anjurkan keluarga memberi dukungan dan semangat untuk ibu

 Berikan cukup asupan cairan per-oral (minum)

 Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai

 Segera rujuk jika bayi belum atau tidak akan segera lahir
setelah 120 menit (2 jam) meneran (primigravida) atau 60 menit
(1 jam) meneran (multigravida)
63

14. Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil


posisi yang nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk
meneran dalam 60 menit

V. PERSIAPAN PERTOLONGAN KELAHIRAN BAYI

15. Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut


ibu, jika kepala bayi

telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm

16. Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian di bawah bokong
ibu

17. Buka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan


alat dan bahan

18. Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan

VI. PERSIAPAN PERTOLONGAN KELAHIRAN BAYI

Lahirnya Kepala

19. Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm


membuka vulva maka lindungi

perineum dengan satu tangan yang dilapisi dengan kain bersih


dan kering. Tangan yang lain menahan kepala bayi untuk
menahan posisi defleksi dan membantu lahirnya kepala. Anjurkan
ibu untuk meneran perlahan atau bernapas cepat dan dangkal

20. Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan ambil


tindakan yang sesuai jika

hal itu terjadi, dan segera lanjutkan proses kelahiran bayi

 Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan


lewat bagian atas kepala bayi

 Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat
di dua tempat dan potong di antara dua klem tersebut

21. Tunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara


spontan

Lahirnya Bahu

22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara


biparental. Anjurkan

ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakkan


kepala ke arah bawah dan distal hingga bahu depan muncul di
bawah arkus pubis dan kemudian gerakkan arah atas dan distal
untuk melahirkan bahu belakang

Lahirnya Badan dan Tungkai

23. Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah untuk kepala
64

dan bahu. Gunakan

tangan atas untuk menelusuri dan memegang lengan dan siku


sebelah atas.

24. Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas


berlanjut ke punggung,

bokong, tungkai dan kaki. Pegang kedua mata kaki (masukkan


telunjuk diantara kaki dan pegang masing-masing mata kaki
dengan ibu jari dan jari-jari lainnya)

VII. PENANGANAN BAYI BARU LAHIR

25. Lakukan penilaian (selintas):

 Apakah bayi cukup bulan?

 Apakah bayi menangis kuat dan/atau bernapas tanpa


kesulitan?

 Apakah bayi bergerak dengan aktif ?

Bila salah satu jawaban adalah “TIDAK,” lanjut ke langkah


resusitasi pada asfiksia

bayi baru lahir (melihat penuntun berikutnya)

Bila semua jawaban adalah “YA”, lanjut ke-26

26. Keringkan tubuh bayi

Keringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya
kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk
basah dengan handuk/kain yang kering. Biarkan bayi di atas perut
ibu.

27. Periksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi
dalam uterus (hamil tunggal).

28. Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus


berkontraksi baik.

29. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikkan


oksitosin 10 unit IM

(intramuskuler) di 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan


aspirasi sebelum menyuntikkan oksitosin).

30. Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan


klem kira-kira 3 cm dari

pusat bayi. Mendorong isi tali pusat ke arah distal(ibu) dan jepit
kembali tali pusat pada 2 cm distal dari klem pertama.

31. Pemotongan dan pengikatan tali pusat

 Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit


(lindungi perut bayi), dan lakukan pengguntingan tali pusat di
65

antara 2 klem tersebut.

 Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada


satu sisi kemudian melingkarkan kembali benang tersebut dan
mengikatnya dengan simpul kunci pada sisi lainnya

 Lepaskan klem dan masukkan dalam wadah yang telah


disediakan

32. Letakkan bayi tengkurap di dada ibu agar ada kontak


kulit ibu ke kulit bayi.

Luruskan bahu bayi sehingga bayi menempel di dada/perut ibu.


Usahakan kepala

bayi berada di antara payudara ibu dengan posisi lebih rendah


dari puting payudara ibu

Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di
kepala bayi. .Biarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di
dada ibu paling sedikit 1 jam.

Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi


menyusu dini dalam waktu 30-60 menit. Menyusu pertama
biasanya berlangsung sekitar 10-15 menit. Bayi cukup menyusu
dari satu payudara

Biarkan bayi berada di dada ibu selama 1 jam walaupun


bayi sudah berhasil menyusu

VIII. PENATALAKSANAAN AKTIF PERSALINAN KALA TIGA

33. Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari
vulva

34. Letakkan satu tangan di atas kain pada perut ibu, di tepi
atas simfisis, untuk

mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali pusat

35. Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah


bawah sambil tangan yang lain mendorong uterus ke arah
belakang – atas (dorso-kranial) secara hati-hati (untuk mencegah
inversio uteri). Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik,
hentikan penegangan tali pusat dan tunggu hingga timbul
kontraksi berikutnya dan ulangi prosedur di atas.

 Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu,


suami atau anggota keluarga untuk melakukan stimulasi puting
susu.

Mengeluarkan plasenta

36. Lakukan penegangan dan dorongan dorso-kranial hingga


plasenta terlepas, minta

ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah


66

sejajar lantai dan kemudian ke arah atas, mengikuti poros jalan


lahir (tetap lakukan tekanan dorso- kranial)

 Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga


berjarak sekitar

5-10 cm dari vulva dan lahirkan plasenta

 Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan tali


pusat:

1. Beri dosis ulangan oksitosin 10 unit IM

2. Lakukan kateterisasi (aseptik) jika kandung kemih penuh

3. Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan

4. Ulangi penegangan tali pusat 15 menit berikutnya

5. Jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit setelah bayi lahir


atau bila terjadi

perdarahan,segera lakukan plasenta manual

37. Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta


dengan kedua tangan.

Pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban terpilin


kemudian lahirkan dan tempatkan plasenta pada wadah yang
telah disediakan.

 Jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan


DTT atau steril untuk melakukan eksplorasi sisa selaput
kemudian gunakan jari-jari tangan atau klem DTT atau steril untuk
mengeluarkan bagian selaput yang tertinggal

Rangsangan Taktil (Masase) Uterus

38. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan


masase uterus, letakkan telapak tangan di fundus dan lakukan
masase dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus
berkontraksi (fundus teraba keras)

 Lakukan tindakan yang diperlukan jika uterus tidak


berkontraksi setelah 15 detik masase

IX. MENILAI PERDARAHAN

39. Periksa kedua sisi plasenta baik bagian ibu maupun bayi
dan pastikan selaput

ketuban lengkap dan utuh. Masukkan plasenta ke dalam


kantung plastik atau tempat khusus

40. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum.


Lakukan penjahitan bila

laserasi menyebabkan perdarahan.


67

Bila ada robekan yang menimbulkan perdarahan aktif, segera


lakukan penjahitan

X. MELAKUKAN PROSEDUR PASCA PERSALINAN

41. Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi


perdarahan pervaginam

42. Celupkan tangan yang masih memakai sarung tangan


kedalam larutan klorin 0,5 %

dan membilasnya dengan air DTT kemudian keringkan tangan


dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih dan kering

Evaluasi

43. Pastikan uterus berkontraksi dengan baik serta kandung kemih


kosong

44. Ajarkan ibu/ keluarga cara melakukan masase uterus dan


menilai kontraksi

45.Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah

46.Memeriksa nadi ibu dan pastikan keadaan umum ibu baik

47.Pantau keadaan bayi dan pastikan bahwa bayi bernafas


dengan baik (40-60 kali /

menit).

Jika bayi sulit bernapas, merintih, atau retraksi, diresusitasi dan


segera merujuk ke rumah sakit.

Jika bayi napas terlalu cepat, segera dirujuk.

Jika kaki teraba dingin, pastikan ruangan hangat. Kembalikan


bayi kulit-ke-kulit dengan ibunya dan selimuti ibu dan bayi dengan
satu selimut.

Kebersihan dan Keamanan

48.Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin


0,5% untuk dekontaminasi (10menit). Cuci dan bilas peralatan
setelah didekontaminasi

49.Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah


yang sesuai

50.Bersihkan ibu dengan menggunakan air DDT. Bersihkan sisa


cairan ketuban, lendir

dan darah. Bantu ibu memakai pakaian yang bersih dan kering

51.Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberikan ASI.


Anjurkan keluarga untuk

memberi ibu minuman dan makanan yang diinginkannya


68

52.Dekontaminasi tempat bersalin dan apron yang dipakai dengan


larutan klorin 0,5%

53.Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%,


lepaskan dalam

keadaan terbalik kemudian rendam dalam larutan klorin 0,5%


selama 10 menit

54.Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir kemudian


keringkan tangan

dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih dan kering

55. Pakai sarung tangan bersih atau DTT untuk penatalaksanaan


bayi baru lahir.

56.Dalam waktu satu jam, beri antibiotika salep mata


pencegahan, dan vitamin K 1 1mg intramuskular di paha kiri
anterolateral. Setelah itu lakukan pemeriksaan fisik bayi baru
lahir, pantau setiap 15 menit untuk pastikan bahwa bayi bernafas
dengan baik (40-60 kali / menit) serta suhu tubuh normal (36,5 –
37,5 ºC)..

57. Setelah satu jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan


imunisasi Hepatitis B di paha kanan anterolateral. Letakkan bayi di
dalam jangkauan ibu agar sewaktu-

waktu bisa disusukan.

58.Lepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik didalam


larutan klorin 0,5 %

59.Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir kemudian


keringkan tangan dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih
dan kering

Dokumentasi

60.Lengkapi partograf ( halaman depan dan belakang), periksa


tanda vital dan asuhan

kala 4

2. Konsep Dasar Teori Nifas dan Menyusui

a. Pengertian

Masa nifas (postpartum/ puerperium) berasal dari bahasa

Latin,yaitu dari kata “puer”yang artinya bayi dan” parious” yang berakti

melahirkan. Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali,mulai


69

dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali sebelum

hamil.lama nifas yaitu 6-8 minggu. Periode masa nifas (puerperium)

adalah perode waktu selama 6-8 minggu setelah persalinan.proses ini

di mulai setelah selesainnya persalinan dan berakhir setelah alat-alat

reproduksi kembali keadaan sebelum hamil/ tidak hamil sebagai

akibat dari adannya perubahan fisiologis dan fsikologi karna proses

persalinan.

Beberapa pengertian tentang masa nifas antara lain: 1) Masa

nifas (Puerperium) adalah periode dari lahirnya placenta sampai 6

minggu setelahnya (Edmons, 2012). 2) Masa nifas adalah periode

yang dimulai dengan berakhirnya tahap ketiga persalinan dan masih

berlangsung hingga organ genital diasumsikan telah kembali ke

kondisi normal mereka lagi. Durasi normal masa nifas ini adalah 6

minggu setelah kelahiran (Gopalan, 2005). 3) Masa nifas atau

puerperium adalah masa setelah ibu melahirkan bayi, yang digunakan

untuk memulihkan kesehatannya (Syafrudin, 2009). 4) Masa nifas

adalah waktu dimana tubuh ibu kembali normal seperti sebelum

hamil. Sebagian besar perubahan fisik akan komplet dalam 6 minggu

(Norwitz, 2007).

b. Perubahan fisiologi dan psikologi masa nifas

1) Perubahan fisiologi masa nifas

a) Perubahan sistem reproduksi.

Perubahan sistem reproduksi meliputi: (1) Uterus. Setelah

proses persalinan, berat uterus sekitar 900-1000 gram,

dengan tinggi fundus sekitar 2 jari di atas pusat. Bentuk uterus


70

menyerupai buah avokat gepeng, berukuran panjang sekitar

15 cm, lebar 12 cm, dan tebal 10 cm dengan keadaan dinding

uterus bekas implantasi plasenta yang lebih tipis di

bandingkan uterus lainnya. Berikut ini tabel tinggi fundus uteri

dan berat uterus menurut masa involusi adalah sebagai

berikut:

Tabel 3
Tinggi Fundus Uteri dan Berat Uterus Menurut Masa Involusi

Involusi TFU Berat Uterus

Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gr


Uri lahir 2 jari di bawah pusat 750 gr
1 minggu Pertengahan pst sym 500 gr
2 minggu Tidak teraba di atas sym 350 gr
6 minggu Bertambah kecil 50p
8 minggu Sebesar normal 30 p
(sumber: Kumalasari, 2015)

(2) Involusi tempat plasenta. Setelah persalinan, tempat

plasenta merupakan tempat dengan permukaan kasar, tidak

rata dan kira-kira sebesar telapak tangan, dengan cepat luka

ini mengecil, pada akhri minggu kedua hanya sebesar 3-4 cm

dan pada akhir masa nifas 1-2 cm (Kumalasari, 2015). (3)

Perubahan pembuluh darah, Dalam kehamilan, uterus

menpunyai banyak pembuluh-pembuluh darah yang besar,

tetapi karena persalinan tidak di perlukan lagi peredaran darah

yang banyak, maka artei harus mengecil lagi dalam nifas

(Kumalasari, 2015).

(4) Perubahan pada serviks dan vagina. Beberapa hari

setelah persalinan, ostium extenum dapat di lalui oleh 2 jari,

pinggir-pinggirnya tidak rata tetapi retak-retak karean robekan


71

persalinan, pada akhir minggu pertama hanya dapat dilalui

oleh satu jari saja, dan lingkaran retraksi berhubungan dengan

bagian dari canalis servikalis (Kumalasari, 2015).

(5) Perubahan pada cairan vagina (lochea). Dari kavum

uteri keluar cairan secret disebut lochea. Jenis lochea yakni :

(a) Lochea rubra, Ini berisi darah segar dan sisa-sisa selaput

ketuban, sel-sel desidua yakni sel lender rahim dalam

keadaan hamil), verniks caseosa (yanki palet bayi, zat seperti

salep terdiri dari palet atau semacam nida dan sel-sel epitel,

yang menyelimuti kulit janin atau lanugo yanki bulu halus pada

anak yang baru lahir, dan meconium yakni isi usus janin cukup

bulan yang terdiri atas getah kelenjar usus dan air ketuban,

berwarna hijau kehitaman, selama 2 hari pasca persalinan. (b)

Lochea sanguinolenta. Warnanya merah kuning berisi darah

segar dan lendir, ini terjadi pada hari ke 3-7 pasca

persalianan. (c) Lochea serosa, Berwarna kuning dan cairan

ini tidak berdarah lagi pada hari ke 7-14 pasca persalinan. (d)

Lochea alba, Cairan putih yang terjadi pada hari seteleh 2

minggu. (f) Lochea purulenta, Ini karena infeksi, keluar cairan

seperti nanah berbau busuk (Kumalasari, 2015).

b) Perubahan sistem pencernaan. Perubahan sistem

pencernaan biasanya ibu mengalami obstipasi setelah

persalinan. Hal ini disebabkan karena pada waktu melahirkan

alat pencernaan mendapat tekanan yang menyebabkan kolon

menjadi kosong, pengeluaran cairan yang berlebihan pada


72

waktu persalinan (dehidrasi), kurang makan, hemoroid,

laserasi jalan lahir.Rasa sakit di daerah perenium juga dapat

menghalangi keinginan ke belakang.Supaya buang air besar

kembali teratur dapat diberikan diet/makananyang

mengandung serat dan pemberian cairan yang cukup

(Kumalasari, 2015).

c) Perubahan sistem perkemihan. Perubahan sistem

perkemihan yakni buang air kecil sering sulit selama 24 jam

pertama. Kemungkinan terdapat spasine sfingter dan edema

leher buli-buli sesudah bagian ini mengalami kompresi antara

kepala janin dan tulang pubis selama persalinan.Urin dalam

jumlah yang besar akan dihasilkan dalam waktu 12-36 jam

sesudah melahirkan. Setelah plasenta dilahirkan, kadar

hormon estrogen yang bersifat menahan air akan mengalami

penurunan yang mencolok, keadaan ini menyebabkan

cliviesis. Ureter yang berdilatasi akan kembali normal dalam

tempo 6 minggu (Kumalasari, 2015).

d) Muskulokeletal. Perubahan sistem muskuloskeletal

yakni ligamen, fasia, dan diafragma pelvis yang meregang

pada waktu persalinan, setelah bayi lahir, secara berangsur-

angsur menjadi ciut dan pulih kembali sehingga tidak jarang

uterus jatuh kebelakang dan menjadi retrofleksi, karena

ligamen rotundum menjadi kendor. Stabilisasi secara

sempurna terjadi pada 6-8 minggu setelah persalinan

(Heryani, 2010).
73

e) Endokrin. Hormon plasenta menurun dengan cepat

setelah persalinan. Human Chorionic Gonodotiopin (HCG)

menurun dengan cepat dan menetap sampai 10% dalam 3

jam hingga hari ke-7 post partum dan sebagai onset

pemenuhan mammae pada hari ke-3 PP (Heryani, 2010). f)

Kardiovakuler, Selama kehamilan volume darah normal

digunakan untuk menampung aliran darah yang

meningkat,yang diperlukan oleh plasenta dan pembuluh darah

uterin. Penarikan kembali estrogen menyebabkan aturesis

terjadi yang secara cepat mengurangi volume plasma kembali

pada porposi normal. Aliran ini terjadi dalam 2-4 jam pertama

setelah kelahiran bayi.

Selama masa nifas ini ibu mengeluarkan banyak sekali

jumlah urine.Hilangnya progesteron membantu mengurangi

retensi cairan yang melekat dengan meningkatnya volume

pada jaringantersebut selama kehamilan.Pada persalinan

pervaginam kehilangan darah sekitar (200-400 cc). Bila

kelahiran melalui seksio cesaria, maka kehilangan darah dapat

dua kali lipat.Perubahan terdiri dari volume darah (blood

volume) dan hemotokrit (hoemoconcentration). Bila persalinan

pervaginam, hemotrokit akan naik dan pada seksio cesaria,

hemotokrit cenderung stabil dan kembali normal setelah 4-

6minggu (Heryani, 2010).

g) Hematologi. Selama minggu-minggu terakhir

kehamilan,kadar fibrinogen dan plasma serta faktor-faktor


74

pembekuan darah meningkat. Pada hari pertama PP, kadar

fibrinogen dan plasma akan sedikit menurun tetapi darah lebih

mengental dengan peningkatan viskositas sehingga

meningkatkan faktor pembekuan darah. Leukositosis yang

meningkat dimana jumlah sel darah putih mencapai 15.000

selama persalinan akan tetap tinggi dalam beberapa hari

pertama dan masa PP.

Jumlah sel darah putih tersebut masih bisa naik lagi

sampai 25.000/30.000 tanpa adanya kondisi patologis jika

wanita tersebut mengalami persalinan lama. Jumlah

hemoglobin, hemorokit dan eritrosit akan sangat bervariasi

pada awal-awal masa PP sebagai akibat volume darah,

volume plasenta dan tingkat volume darah yang berubah

ubah.Semua tingkatan ini akan dipengaruhi oleh status gizi

dan hidrasi wanita tersebut. Kira-kira selama kelahiran dan

masa PP terjadi kehilangan darah sekitar 200-250 ml.

penurunan volume dan peningkatan sel darah pada kehamilan

diasosiasikan dengan peningkatan hematokrit dan

hemoglobine pada hari ke 3-7 PP dan akan kembali normal

dalam 4-5 minggu PP (Heryani, 2010).

2) Perubahan psikologi masa nifas

Setelah melahirkan ibu mengalami perubahan fisik dan

fisiologis yang juga mengakibatkan adanya beberapa perubahan

dari fisiknya.Ia mengalami stimulasi kegembiraan yang luar biasa,

menjalani peruses esprorasi dan asmilasi terhadap bayinya, berada


75

di bawah tekanan untuk dapat menyerap pembelajaran yang

diperlukan tentang apa yang harus diketahuinya dan perawatan

untuk bayinya dan merasa tanggung jawab yang luar biasa biasa

sekarang untuk menjadi seorang ibu.

Tidak mengherankan bila ibu mengalami sedikit perubahan

perilaku dan sesekali merasa kerepotan.Masa ini adalah masab

rentan dan terbuka untuk bimbingan dan pembelajaran. Reva Rubin

membagi periode ini menjadi 3 bagian antara lain sebagai berikut :

a) Periode “Taking in”. (1) Periode ini terjadi 1-2 hari sesudah

melahirkan. Ibu baru pada umumnya pasif dan tergantung,

perhatiannya tertuju pada kekawatiran akan tubuhnya. (2) Lama

mungkin mengulang-ulang menceritakan pengalaman waktu

melahirkanya.

(3) Tidur tanpa gangguan sangat penting untuk mengurangi

gangguan kesehatan akibat kurang istirahat. (4) Penigkatan nutrisi

dibutuhkan untuk mempercepat pemulihan dan penyembuhan luka,

serta persiapan proses laktasi aktif. (5) Dalam memberi asuhan

bidan, harus dapat memfasilitasi kebutuhan fisikologis ibu, pada

tahap ini bidan harus menjadi pendengar yang baik ketika ibu

menceritakan pengalamanya. Berikan juga dukungan mental dan

aspirasi atas hasil perjuangan ibu sehingga dapat berhasil

melahirkan anaknya.

Bidan harus dapat menciptakan suasana yang nyaman bagi

ibu sehingga dapat leluasa dan terbuka mengemukan

permasalahan dapat dihadapi bidan. Dalam hal ini, sering terjadi


76

kesalahan dalam pelaksanaan perawatan yang dilakukan oleh

pasien terhadap dirinnya dan bayinya karna kurangnya jalinan

komunikasi yang baik antara pasien dan bidan. b) Periode “taking

hold”. (1) Periode ini berlangsung pada hari ke 2-4 post partum. (2)

Ini menjadi perhatian pada kemampuan menjadi orang tua yang

sukses dan meningkatkan tanggung jawabterhadap bayi.

(3) Ibu berkonsentrasi pada pengotrolan fungsi tubuhnya, BAB

dan BAK,serta kekuatan dan ketahanan tubuhnya. (4) Ibu berusaha

keras untuk menguasai keterampilan perawatan bayi, misalnya

mengendong, memandikan dan memasang popok dan sebagainya.

(5) Pada masa ini, ibu biasanya sangat sensitive dan merasa tidak

mahir dalam melakukan hal-hal tersebut. (6) Pada tahap ini, bidan

harus tanggap terhadap kemungkinan perubahan yang terjadi. (7)

Tahap ini merupakan waktu yang tepat bagi bidan untuk

memberiken bimbingan cara perawatan bayi, namun harus selalu di

perhatikan teknik bimbinganya jangan sampai menyingung

perasaan atau membuat perasaan ibu tidak nyaman karena ia

sangat sensitif. Hidari kata “jangan begitu” atau “kalau kayak gitu

salah” pada ibu, karena hal itu akan sangat menyakiti perasaanya

dan akibatnya ibu akan putus asa untuk mengikuti bimbingan yang

bidan berikan.

c) Periode “Letting Go. (1) Periode ini biasanya terjadi setelah

ibu pulang ke rumah periode ini pun sangat berpengaruh terhadap

dan perhatian yang diberikan oleh keluarga. (2) Ibu mengambil

tanggung jawab terhadap perawatan bayi dan ia harus beradaptasi


77

dengan segala kebutuhan bayi yang sangat tergantung padanya.

Hal ini menyebabkan berkurangnya hak ibu,kebebasan, dan

hubungan social. (3) Depresi post partum umumnya terjadi pada

periode ini.

c. Kebutuhan Dasar masa Nifas

1) Nutrisi

Nutrisi yang dibutuhkan adalah ; a) Mengkonsumsi tambahan

kalori 500 tiap hari, b) Diet berimbang yaitu makanan yang

mengadung karbohidrat yang cukup, protein dan vitamin yang

tinggi serta mineral yang cukup. c) Minum sedikitnya 3 liter tiap

hari, yaitu menganjurkan ibu untuk minum air hangat kuku setiap

kali hendak menyusui. d) Konsumsi zat besi. e) Makanan harus

bermutu, bergizidan cukup kalori. Sebaiknya makan makanan

yang mengandung protein, banyak cairan, sayuran dan buah-

buahan (Damayanti, 2014).

2) Ambulasi

Karena habis bersalin, ibu harus beristirahat, tidur terlentang

selama 8 jam post partum. Kemudian miring ke kiri/kanan untuk

mencegah terjadinya thrombosis dan tromboemboli, pada hari

kedua dibolehkan duduk, hari ketiga diperbolehkan jalan-jalan.

Mobilisasi diatas punyai variasi, bergantung pada komplikasi

persalinan, nifas dan sembuhnya luka (Damayanti, 2014).

3) Eliminasi

Proses eliminasi terdiri dari: a) Miksi. Hendaknya BAK dapat

dilakukan sendiri secepatnya kadang-kadang mengalami sulit BAK


78

karena sfinger uretra tertekan kepala janin dan spasme oleh iritasi

muskullo sfingter ani selama persalinan juga oleh karena adanya

oedema kandug kemih yang terjadi selama persalinan. Bila

kandung kemih penuh dana sulit kencing sebaiknya dilakukan

kateterisasi. b) Defekasi, BAB seharusnya dilakukan 3-4 hari post

partum. Bila msih sulit BAB dan terjadi obstipasi dapat diberikan

obat rangsangan per oral atau per rektal. Jika msih belum bisa

dapat dilakukan klisma (Damayanti, 2014).

4) Personal hygiene

Perawatan kebersihan diri terdiri dari: a) Perawatan

payudara. Perawatan payudara telah dimulai sejak wanita hamil

supaya puting susu lemas, tidak keras dankering sebgai persiapan

untuk menyusui bayinya. Bila bayi meninggal, laktasi harus

dihentikan dengan cara: (1) Pembalutan mammae sampai

tertekan, (2) Pemberian obat esterogen untuk supresi LH.

b) Laktasi, Untuk mengahadapi masa laktasi sejak dari

kehamilan terjadi perubahan pada kelenjar mammae. Bila bayi

mulai disusui, isapan pada putting susu merupakan rangsangan

psikis yang secara reflektoris, mengakibatakan oksitosin

dikeluarkan oleh hipofise. Produksi ASI akan lebih banyak.

Sebagai efek positif adalah involusi uteri akan lebih sempurna.

Disamping itu, ASI merupakan makanan utama bagi bayi yang

tidak ada tandingannya. Tanda bayi mendapat cukup ASI : (1)

Bayi BAK 6 kali dalam 24 jam, (2) Bayi ada BAB, (3) Bayi tampak

puas, (4) Menyusui 10-12 kali dalam 24 jam, (5) Payudara ibu
79

tampak lonjong dan lembut, (6) Bayi bertambah berat badan, (7)

Ibu merasakan aliran ASI.

c) Pemeriksaan pasca persalinan. Pemeriksaan pasca

persalinan meliputi: (1) Pemeriksaan umum: TD, nadi, keluhan,

(2) KU, suhu, selera makan, dan lain-lain, (3) Payudara: ASI,

putting susu, (4) Dinding perut, perineum, kandung kemih, (5)

Secret yang keluar, lochea, flour albus, (6) Keadaan alat

kandungan.

d) Kebersihan diri. Perawatan kebersihan diri meliputi; (1)

Anjurkan kebersihan seluruh tubuh/personal hygiene. (2) Anjurkan

kebersihan area genetalia, (3) Sarankan untuk sering mengganti

pembalut, (4) Cuci tangan sebelum dan sesudah membersihkan

alat genetalia, (5) Jika ada luka episiotomy/laserasi, hindari

menyenth daerah luka, kompres luka tersebut dengan kassa

bethadine setiap pagi dan sore hari untuk pengeringan luka dan

menghindari terjadinya infeksi.

5) Istirahat. Kebutuhan istirahat terdiri dari: a) Anjurkan ibu

untuk sitirahat cukup, b) Sarankan kembali pada kegiatan rumah

tangga secara perlahan, c) Sarankan untuk istirahat siang selagi

bayi tidur, d) Kurang istirahat dapat menyebabkan: (1) Kurangnya

suplai ASI, (2) Memperlambat proses involusi, (3) Menyebabkan

depresi ketidakmampuan merawat bayi sendiri.


80

3. Konsep Dasar Bayi Baru Lahir

a. Pengertian

Asuhan segera pada bayi baru lahir adalah asuhan yang

diberikan pada bayi tersebut selama jam pertama setelah kelahiran

(Sudarti, 2010).

Asuhan segera pada bayi baru lahir adalah asuhan yang diberikan

pada bayi tersebut selama jam pertama kelahiran. Sebagian besar

bayi yang baru lahir akan menunjukkan usaha pernapasan spontan

dengan sedikit bantuan atau gangguan.

b. Adaptasi Bayi Baru Lahir

Adaptasi fisiologi bayi baru lahir terhadap kehidupan di luar uterus

1) Sistem pernafasan

Adaptasi fisiologi BBL pada sistem pernapasan sebaagi

berikut: rangsangan gerakan pernafasan pertama terjadi karea

tekanan mekanik dari toraks sewakt melalui jalan lahir (stimulasi

mekanik), penurnan Pa O2 dan kenaikan Pa CO2 merangsang

kemoreseptor yeng terletak di sinus karotikus (stimulasi kimiawi),

rangsangan dingin di daerah muka dan perubahan suhu tubuh

didalam uterus (stimulasi sensorik) dan refleks deflasi hering

breur.

Pernafasan pertama pada bayi terjadi pada waktu 30 menit

pertama sesudah lahir. Usaha bayi pertama kali untuk

mempertahankan tekanan alveoli, selain adanya surfaktan yang

dengan menarik nafas dan mengeluarkan nafas dengan merintih

sehingga udara tertahan didalam. Respirasi pada neonates


81

biasanya pernafasan diagfragmatik dan abdimonal, sedangkan

frekuensi dan dalamnya belum teratur. Apabila surfaktan

berkurang, maka alveoli akan kolaps dan paru-paru kaku sehinnga

terjadi atelectasis. Dalam keadaan anoksia neonatus masih dapat

mempertahankan kehidupannya karena adanya kejutan

metabolisme anaerobic. (Wati, 2010).

2) Perubahan sistem sirkulasi

Setelah lahir, darah bayi baru lahir harus melewati paru untuk

mengambil oksigen dan mengadakan sirkulasi tubuh guna

menghantarkan oksigen ke jaringan. Untuk membuat sirkulasi

yang baik guna mendukung kehidupan luar Rahim, haru terjadi

perubahan besar : a) Penutupan foramen ovale pada atrium

jantung. b) Penutupan duktus anteriosus dan arteri paru-paru dan

aorta perubahan ini terjadi akbiat perubahan tekanan pada seluruh

system pembuluh tubuh (Asrianak, 2010)

3) Perubahan sistem termoregulasi

Menurut Clin (2013) bahwa perubahan sistem termoregulasi

meliputi; a) Suhu tubuh bayi baru lahir dapat turun beberapa

derajad karena lingkungan eksternal lebih dingin daripada

lingkungan uterus). b) Suplai lemak subkutan yang terbatas dan

area permukaan yang besar dibandingkan dengan berat badan

menyebabkan bayi mudah menghantarkan panas pada

lingkungan. c) Kehilangan panas yang cepat dalam lingkungan

yang dingin terjadi melalui konduksi, konveksi, radiasi dan

evaporasi. d) Trauma dingin (hipotermi) pada bayi baru lahir


82

dalam hubungannya dengan asidosis metabolic dapat bersifat

mematikan, bahkan pada bayi cukup bulan yang sehat.

4) Perubahan sistem metabolisme

Luas permukaan tubuh neonatus, relative lebih luas ari pada

tubuh orang dewasa sehingga metabilisme basal per kg BB akan

lebih besar. Bayi baru lahir harus menyesuaikan diri dengan

lingkungan baru sehingga energi diperoleh dari metabolisme

karbohidrat dan lemak. Pada jam-jam pertama energi didapatkan

dari perubahan karbohidrat. Pada hari kedua, energi berasal dari

pembakaran lemak. Setelah mendapat susu kurang lebhih pada

hari ke enam, pemenuhan kebutuhan energy bayi 60%

didapatakan dari lemak dan 0% dari karbohidrat. (Wati, 2010)

5) Perubahan sistem gastrointestinal

Perubahan sistem gastrointestinal menurut Clin (2013) adalah

a) Enzim-enzim digesif aktif saat lahir dan dapat menyokong

kehidupan ektrauterin pada kehamilan 36-38 minggu. b)

Perkembangan otot dan reflex yang pentig unutuk menghantarkan

makanan sudah terbentuk saat lahir. c) Pencernaan protein dan

karbohidrat telah tercapai, pencernaan absorbs lemak kurang baik

karena tidak kuatnya enzim-enzim pancreas dan lipase. d)

Kelenjar saliva imatur saat lahir, sedkit saliva diolah sampai bayi

berumur 3 bulan.

Perubahan lainnya adalah : e) pengeluaran meconium, yaitu

feses berwarna hitam kehijauan, lengket dan mengandung darah

samar, diekskresikan dalam 24 jam pada 90% bayi yang lahir


83

normal. f) Variasi terbesar terjadi diantara bayi baru lahir tentang

minat terhadap makanan, gejala-gejala lapar, dan jumlah

makanan yang ditelan pada setiap kali pemberian makanan. g)

Beberapa bayi baru lahir menyusu segera bila ditelankan

payudara, sebagian lainya memerlukan 48 jam untuk menyusu

secara efektif. h) Gerakan acak tangan ke mulut dan menghisap

jari telah diamati didalam uterus, tindakan-tindakan ini

berkembang baik pada saat lahir dan diperkuat dengan rasa lapar.

6) Perubahan sistem kekebalan tubuh

Sistem imunitas bayi baru lahir masih belum matang,

sehingga menyebabkan neonatus rentan terhadap infeksi dan

alergi. Sistem imunitas yang matang akan memberikan kekebalan

alami maupun yang didapat. Kekebalan alami terdiri dari struktur

pertahanan tubuh yang mencegah atau meminimalisirkan infeksi.

Berikut beberapa contoh kekebalan meliputi: a) perlindungan oleh

kulit membran mukosa, b) fungsi saringan saluran nafas, c)

pembetukan koloni mikroba oleh kulit dan usus, d) perlindungan

kimia oleh lingkungan asam lambung.

Kekebalan alami juga disediakan pada tingkat sel sel darah,

yang membantu bayi baru lahir membunuh mikroorganisme asing.

Tetapi pada bayi baru lahir, sel-sel dara ini masih belum matang,

artinya bayi baru lahir tersebut belum mampu melokalisasi dan

memrangi infeksi secara efisien. Kekebalan yang didapat akan

muncul kemudian. Bayi baru lahir dengan kekebalan pasif

mengandung banyak virus dalam tubuh ibunya. Reaksi antibodi


84

keseluruhan terhadap antigen asing masih belum bisa dilakukan

diwal kehidupan anak. Salah satu tugas utama selama bayi dan

balita adalah pembentukan sistem kekebalan tubuh (Asriana,

2010).

7) Perlindungan termal atau termoregulasi

Termoregulasi meliputi: a) Pastikan bayi tersebut tetap hangat

dan terjadi kontak antara kulit bayi dan kulit ibu. b) Gantilah

handuk atau kain yang basah dan bungkus bayi tersebut dengan

selimut, serta jangan lupa memastikan bahwa kepala telah

terlindung dengan baik untuk mencegah keluarnya panas tubuh.

Pastikan bayi tetap hangat. c) Memperahankan lingkungan termal

netral. Cara mempertahankan meliputi: (1) Letakan bayi dibawah

alat penghangat pancaran dengan menggunakan sensor kulit

untuk memantau suhu sesuai kebutuhan. (2) Tunda memandikan

bayi sampai suhu bayi stabil Pasang penutup kepala rajutan untuk

mencegah kehilangan panas dari kepala bayi (Clin, 2013).

8) Pemeliharaan Pernafasan

Pernafasan pertama kali bayi baru lahir normal adalah 30

detik setelah lahir. Pada menit-menit pertama, pernafasan kurang

lebih 80x/menit disertai pernafasan cuping hidung, rintihan

berlangsung 10-15 menit. Selama dalam uterus janin mendapat

O2 dari pertukaran gas melalui plasenta. Setelah bayi lahir

pertukaran gas harus melalui paru-paru bayi. Rangsangan untuk

gerakan pernafasan pertama adalah: a) Tekanan mekanis

torakssewaktu melalui jalan lahir, b) Penukaran O 2 dan kenaikan


85

CO2 merangsang kemoreseptor yang terletak disinus karotikus, c)

Rangsangan dinding di daerah muka dapat merangsang

permulaan pergerakan pernafasan, c) Reflek deflasi hering breur,

d) Tekanan rongga dada bayi pada waktu melalui jalan lahir

pervaginam mengakibatkan paru-paru, yang pada janin normal

cukup bulan mengandung 80-100 ml cairan, kehilangan 1/3 dari

cairan ini. Sesudah bayi lahir, cairan yang menghilang diganti

dengan udara. (Asriana, 2010)

9) Refleks pada bayi baru lahir

Tabel 4.
Refleks Pada Bayi Baru Lahir

Refleks Respon Normal Respon Abnormal


Rooting dan Bayi baru lahir menolehkan Respons yang lemah atau
menghisap kepala kea rah stimulus, tidak ada renpons terjadi
membuka mulut, dan mulai pada prematuritas,
menghisap bila pipi, bibir atau penurunan atau cedera
sudut mulut bayi disentuh neurologis, atau depresi
dengan jari atau putting system sarap pusat (SSP)
Menelan Bayi baru lahir menelan Muntah, batuk atau
berkoordinasi dengan menghisap reurgitasi cairan dapat
bila cairan ditaruh di belakang terjadi; kemungkinan
lidah berhubungan dengan
sianosis sekunder karena
prematuritas, deficit
neurologis, atau cedera;
terutama terlihat setelah
laringskopi.
Melangakah Bayi akan melangkah dengan Renspons asimetris terlihat
satu kaki dan kemudian lainnya pada cedera saraf SSP atau
atau dengan gerakan berjalan ferifer arau fraktur yulang
bila satu kaki disetuh pada panjang kaki
permukaan rata
Merangkak Bayi akan berusaha merangkak Respons asimetris terlihat
kedepan dengan satu kaki bila pada cedera saraf SSP dan
diletakkan terlelungkup pada gangguan neurologis
permukaan datar
Tonik leher atau Ekremitas pada satu sisi dimana Respons persistem setelah
fencing kepala dibolehkan akan ekstensi, bulan keempat dapat
yang berlawanan akan fleksi bila menandakan cedera
bayi dibolehkan kesatu sisi selagi neurologis. Respons
beristirahat menetap tampak pada
cedera SSp dan gangguan
neurologis
86

Terkejut Bayi melakukan abduksi dan Tidak adanya respons dapat


fleksi seluruh ekstremitas dan menandakan deficit
dapat mulai menangis bila neurologis atau cedera tidak
mendapat gerakan mendadak adanya respon secara
atau suara keras lengkap dan konsisten
terhadap bunyi keras dapat
menandakan ketulian.
Respons dapat menjadi
tidak ada atau berkurang
selama tidur malam
Ekstensi silang Kaki bayi yang berlawanan akan Respons yang lemah atau
fleksi dan kemudian ekstensi tidak ada respons yang
dengan cepat seolah-olah terlihat pada cedera pada
berusaha untuk memindahkan saraf perifer atau fraktur
stimulus ke kaki yang lain bila tulang panjang.
diletakan terlentang; bayi akan
mengekstensikan satu kaki
sebagai respons terhadap
stimulus pada telapak kaki.
Glabellar “blink” Bayi akan berkedip bila dilakukan Terus berkedip dan gagal
4 atau 5 ketuk pertama pada berkedip menandakan
batang hidung saat mata kemungkinan gangguan
terbuka. neurolois.
Palmer graps Jari bayi akan melekuk Respons ini berkurang pada
disekeliling benda dan premmaturitas. Asimetris
menggenggamnya seketika bila terjadi pada kerusakan saraf
jari diletakan di tangan bayi. ferifer (pleksus brakiali) atau
fraktur humenus. Tidak ada
respons yang terjadi pada
deficit neurologis yang
berat.
Plantar graps Jari bayi akan melekuk Respons yang berkurang
disekelilingi benda seketika bila pada prematuritas. Tidak
jari diletakan ditelapak kaki bayi ada respon yang terjadi
pada deficit neurologis yang
berat.
Tanda Babinski Jari-jari kaki yang akan Tidak ada respon yang
hiperekstensi dan terpisah terjadi pada deficit SSP
seperti kipas dari dorsofleksi ibu
jari kaki bila satu sisi kaki
digosok dari tumut ke atas
melintasi bantalan kaki
Sumber: (Clin, 2013).

10) Kegawatan pada neonatus

a) Asfiksia neonatorum

Asfiksia neonatorum adalah keadaan bayi yang tidak

dapat menangis secara spontan dan teratur, sehingga dapat

menurunkan O2 dan meningkatkan CO2 yang menimbulkan


87

akibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut (Manuaba, 2012).

Faktor yang dapat menimbulkan gawat janin atau asfiksia

adalah; (1) Gangguan sirkulasi menuju janin, (2) Gangguan

aliran pada tali pusat (lilitan tali pusat, simpul tali pusat,

tekanan pada tali pusat, ketuban telah pecah, kehamilan lewat

waktu), (3) Pengaruh obat, karena narkosa saat persalinan

(Manuaba, 2012).

(2) Faktor ibu. Faktor ibu terdiri dari: (a) Gangguan his

(tetania uteri/hipotermi), (b) Penurunan tekanan darah dapat

mendadak: perdarahan pada plasenta previa dan solusio

plasenta, (c) Vasokinstriksi arterial: hipertensi pada hamil dan

gestosis preeclampsia eklampsia, (d) Gangguan pertukaran

nutrisi/O2 (solusio plasenta).

Penaganan umum aspiksia adalah: (a) keringkan bayi,

ganti kain yang basah dan bungkus dengan pakaian hangat-

kering. (b) jika belum dilakukan, segera klem tali pusat. (c)

letakan bayi ditempat yang keras dan hangat (dibawah radiant

heater) untuk resusitasi. Resusitasi harus ditentukan sebelum

akhir menit pertama kehidupan. Indicator terpenting bahwa

dilakukan resusuitasi ialah kegagalan napas setelah bayi lahir

(Sarwono, 2010). c) Kunjungan neonatal. (1) Kunjungan

neonatal I (KN1) pada 6 jam sampai 48 jam setelah lahir, (2)

Kunjungan neonatal II (KN2) pada hari ke 3 sampai dengan 7

hari, (3) Kunjungan neonatal III (KN3) pada hari 8 sampai 28

hari.
88

d) Asuhan pada bayi usia 2-6 hari. Pengkajian fisik bayi

baru lahir. Pengkajian fisik bayi baru lahir meliputi

pemeriksaan umum yakni (1) Pernafasan. Pernafasan bayi

baru lahir normal 30-60 kali permenit, tanpa retraksi dada dan

suara merintih pada fase ekspirasi. Pada bayi kecil, mungkin

terdapat retraksi dada ringan dan jika berhenti nafas secra

periodic selama beberapa detik masih dalam batas normal. (2)

Warna kulit, Bayi baru lahir aterm kelihatan lebih pucat

dibandingkan bayi preterm karean kulit lebih tebal.

(3) Denyut jantung, Denyut jantung bayi baru lahir normal

antara 100-160 kali permenit, tetapi dianggap masih normal

jika jika diatas 160 kali permenit dalam jangka waktu pendek,

beberapa kali dalam satu hari selama beberapa hari pertama

kehidupan, terutama bila bayi mengalami disstres. (4) Suhu

aksiler 36,50C-37,50C. (5) Postur dan gerakan. Postur normal

bayi baru lahir dalam keadaan istirahat adalah kepalan tangan

longgar dengan lengan, panggul dan lutut semi fleksi. Pada

bayi kecil ektremitas dalam keadaan sedikit ekstensi. Pada

bayi dengan letak sunsang selama masa kehamilan, akan

mengalami fleksi penuh apda sendi panggul dan lutut ekstensi

penuh, sehingga kaki bisa dalam berbagai posisi sesuai bayi

inteuteri. Jika kaki dapat diposisikan dalam keadaan normal

tanpa kesulitan, maka tidak dibutuhkan terapi. Gerakan

ekstremitas bayi harus secara spontan dan simetris disertai


89

gerakan seni penuh. Bayi normal dapat seidkit gemetar

(Muslihatun, 2014.)

(6) Tonus otot, Rentang normal tingaktkesadaran bayi

baru lahir adalah mulai dari diam hingga sadar penuh dan

dapat ditenangkan jika rewel. Bayi dapat dibangunkan jika

diam atau sedang tidur. (7) Ektremitas, Periksa posisi,

gerakan, reaksi bayi bila ekstremitas disentuh, dan

pembengkakan. (8) Kulit, Warna kulit dan adanya verniks

kaseosa, pembengkakan atau bercak hitam, tanda mongol.

Selama bayi dianggap normal, beberapa kelainan kulit juga

dapat dianggap normal. Kelainan ini termasuk millia, biasanya

terlihat pada hari pertama dan selanjutnya dan eritema

toksinum pada muka, punggung pada hari selanjutnya. Kulit

tubuh, punggung dan abdomen yang terkelupas pada hari

pertama juga masih dianggap normal. (9) Tali pusat, Normal

berwarna putih kebiruan pada hari pertama, mulai

kering/mengkerut dan mengecil dan akhirnya lepas setelah 7-

10 hari. (10) Berat badan, Normal 2500-4000 gram.

(Muslihatun, 2014.)

4. Konsep Dasar Keluarga Berencana (KB)

a. Keluarga Berencana

1) Defenisi KB

Keluarga berencana merupakan usaha untuk mengukur

jumlah anak dan jarak kehamilan yang diinginkan. Maka dari itu,
90

pemerintah merencakan program atau cara untuk mencegah dan

menunda kehamilan (Sulistyawati, 2013).

2) Tujuan Program KB

Gerakan KB dan pelayanan kontrasepsi memiliki tujuan: a)

Mengatur kehamilan dengan menunda perkawinan, menunda

kehamilan anak pertama dan menjarangkan kehamilan setelah

kelahiran anak pertama serta menghentikan kehamilan bila

dirasakan anak telah cukup. b) Mengobati kemandulan atau

infertilitas bagi pasangan yang telah menikah lebih dari satu tahun

tetapi belum juga mempunyai keturunan, hal ini memungkinkan

untuk tercapainya keluarga bahagia. c) Married Conseling atau

nasehat perkawinan bagi remaja atau pasangan yang akan

menikah dengan harapan bahwa pasangan akan mempunyai

pengetahuan dan pemahaman yang cukup tinggi dalam

membentuk keluarga yang bahagia dan berkualitas. d) Tujuan

akhir KB adalah tercapainya NKKBS (Norma Keluarga Kecil

Bahagia dan Sejahtera) dan membentuk keluarga berkualitas,

keluarga berkualitas artinya suatu keluarga yang harmonis, sehat,

tercukupi sandang, pangan, papan, pendidikan dan produktif dari

segi ekonomi. e) Meningkatkan jumlah penduduk untuk

menggunakan alat kontrasepsi. f) Menurunnya jumlah angka

kelahiran bayi (Sulistyawati, 2013).

3) Ruang Lingkup Program KB

Ruang lingkup program KB secara umum adalah sebagai

berikut :a) Keluarga berencana, b) Kesehatan reproduksi remaja,


91

c) Ketahanan dan pemberdayaan keluarga, d) Penguatan

pelembagaan keluarga kecil berkualitas, e) Keserasian kebijakan

kependudukan, e) Pengelolaan Sumber Daya Manusia (SDM), f)

Penyelenggaraan pimpinan kenegaraan kepemerintahan

(Sulistawati, 2013).

b. Kontrasepsi

1) Definisi Kontrasepsi

Kontrasepsi merupakan usaha-usaha untuk mencegah

terjadinya kahamilan. Usaha-usaha itu dapat bersifat sementara

dan permanen (Winkjosastro, 2007). Kotrasepsi yaitu pencegahan

terbuahinya sel telur oleh sel sperma (konsepsi) atau pencegahan

menempelnya sel telur yang telah dibuahi kedinding Rahim

(Nugroho, 2014)

2) Efektivitas atau Daya Guna Kontrasepsi

Menurut Winkjosastro (2007) efektivitas atau daya guna suatu

cara kontrasepsi dapat dinilai pada 2 tingkatan, yakni : a) Daya

guna teoritis (theoretical effectiveness), yaitu kemampuan suatu

cara kontrasepsi untuk mengurangi terjadinya kehamilan yang

tiadk diinginkan, apabila kontrasepsi tersebut digunakan dengan

mengikuti aturan yang benar. b) Daya guna pemakaian (use

effectiveness), yaitu kemampuan kontrasepsi dalam keadaan

sehari-hari dimana pemakaiannya dipengaruhi oleh faktor-faktor

seperti pemakaian yang tidak hati-hati, kurang disiplin dengan

aturan pemakaian dan sebagainya

3) Memilih Metode Kontrasepsi


92

Menurut Hartono (2002), ada beberapa hal yang perlu

dipertimbangkan dalam memilih kontrasepsi. Metode kontrasepsi

yang baik ialah kontrasepsi yang memiliki syarat-syarat sebagai

berikut : a) Aman atau tidak berbahaya, b) Dapat diandalkan , c)

Sederhana, d) Murah, e) Dapat diterima oleh orang banyak, f)

Pemakaian jangka lama (continuation rate tinggi).

Menurut Hartono (2002), faktor-faktor dalam memilih metode

kontrasepsi yaitu : a) Faktor pasangan (1) Umur, (2) Gaya hidup,

(3) Frekuensi senggama, (4) Jumlah keluarga yang diinginkan, (5)

Pengalaman dengan kontrasepsi yang lalu, (6) Sikap kewanitaan,

(7) Sikap kepriaan. b) Faktor kesehatan, (1) Status kesehatan, (2)

Riwayat haid, (3) Riwayat keluarga, (4) Pemeriksaan fisik, (5)

Pemeriksaan panggul.

4) Macam-macam Kontrasepsi

Menurut Proverawati, Islaely dan Aspuah (2015) idealnya

pasangan harus menunggu sekurang-kurangnya dua tahun

sebelum ibu hamil kembali. Setiap pasangan harus menentukan

sendiri kapan dan bagaimana mereka ingin merencankan tentang

keluarganya. Biasanya ibu tidak akan menghasilkan telur (ovulasi)

sebelum ia mendapatkan lagi haidnya selama meneteki

(amenorhoe laktasi). Meskipun beberapa metode KB mengandung

resiko, penggunaan kontrasepsi tetap lebih aman terutama bila ibu

sudah haid lagi.

a) Metode Amenore Laktasi (MAL). MAL adalah metode

kontrasepsi sementara yang mengandalkan pemberian ASI


93

secara eksklusif, artinya hanya diberikan ASI saja tanpa tambahan

makanan dan minuman lainnya.Metode ini khusus digunakan

untuk menunda kehamilan selama 6 bulan setelah melahirkan

dengan memberikan ASI eksklusif. MAL dapat dipakai sebagai

alat kontrasepsi, apabila : (1) Menyusui secara penuh (full breast

feeding), lebih efektif jika diberikan minimal 8 kali sehari.(2) Belum

mendapat haid, (3) Umur bayi kurang dari 6 bulan.

Cara kerja MAL adalah menunda atau menekan terjadinya

evolusi, pada masa laktasi atau menyusui maka hormon yang

berperan adalah prolaktin dan oksitosin. Semakin sering

menyusui, maka kadar prolaktin meningkat dan hormone

gonadotropin melepaskan hormone penghambat (inhibitor).

Hormon penghambat dapat mengurangi kadar estrogen, sehingga

ovulasi tidak terjadi. MAL memiliki efektifitas sangat tinggi sekitar

98 % apabila digunakan secara benar dan memenuhi persyaratan,

yaitu digunakan selama 6 bulan pertama setelah melahirkan,

belum mendapat haid pasca melahirkan dan menyusui secara

eksklusif (Proverawati, 2015).

Manfaat kontrasepsi MAL antara lain : (1) Efektifitas tinggi (98

%) apabila digunakan selama 6 bulan pertama setelah

melahirkan, belum mendapat haid dan menyusui eksklusif, (2)

Dapat segera dimulai setelah melahirkan, (3) Tidak memerlukan

prosedur khusus, alat maupun obat, (4) Tidak memerlukan

pengawasan medis, (5) Tidak mengganggu senggama, (6)


94

Mudah digunakan, (7) Tidak perlu biaya, (8) Tidak menimbulkan

efek samping sistemik.

MAL (Metode Amenorea Laktasi ) mempunyai keterbatasan

antara lain : (1) Memerlukan persiapan dimulai sejak kehamilan,

(2) Metode ini hanya efektif digunakan selama 6 bulan setelah

melahirkan, belum mendapat haid dan menyusui secara eksklusif,

(3) Tidak melindungi dari penyakit menular seksual termasuk

hepatitis dan HIV, (4) Tidak menjadi pilihan bagi wanita yang tidak

menyusui, (5) Kesulitan dalam mempertahankan pola menyusui

secara eksklusif (Proverawati, 2015).

b) Kontrasepsi Pil. Kontrasepsi pil terdiri dari: (1) Kontrasepsi

pil kombinasi. Kontrasepsi pil kombinasi adalah pil yang

mengandung hormone estrogen dan progesterone dengan dosis

tertentu. Mekanisme utama pil kombinasi untuk mencegah

terjadinya kehamilan adalah dengan menghambat keluarnya sel

telur atau ovum dari dinding telur atau ovarium. Dengan

penggunaan yang benar, hanya terjadi kurang dari 1 kehamilan

per 100 perempuan atau 3 kehamilan per 1000 perempuan.

Kontrasepsi pil kombinasi tidak akan mengganggu kembalinya

kesuburan karena apabila dihentikan, kehamilan dapat terjadi

pada bulan berikutnya (kecuali bila ditemukan gangguan lainnya).

Penggunaan kontrasepsi pil kombinasi tidak dapat mencegah

terjadinya infeksi menular seksual (IMS) pada penggunaannya.

Efek samping yang sering terjadi : (a) Amenore (tidak haid),

(b) Mual, pusing atau muntah, (c) Perdarahan pervagina/spotting.


95

Keadaan yang perlu mendapat perhatian : (a) Nyeri dada hebat,

batuk dan napas pendek. (b) Sakit kepala hebat. (c) Nyeri tungkai

hebat pada betis atau paha. (d) Nyeri abdomen hebat. (e)

Pandangan kabur (Proverawati, 2015).

c) Kontrasepsi pil progestin, Kontrasepsi pil progestin atau

minipil adalah pil yang mengandung progestin dalam dosis yang

sangat rendah. Mekanisme kontrasepsi pil progestin terjadi

melalui penebalan lendir serviks sehingga menghambat penetrasi

sperma melalui kanalis servikalis, menghambat lonjakan tengah

siklus hormone luteal (LH) dan folikel stimulating hormone (FSH),

inhibisi perjalanan ovum di saluran tuba, mengganggu

pematangan endometrium dan supressi ovulasi (hanya terjadi

pada 50 % dari keseluruhan pengguna). Dengan penggunaan

yang benar, efektifitas kontrasepsi pil progestin adalah 99,95 %

atau angka kegagalan hanya 0,5 %. Tetapi dengan adanya

keterlambatan jeda minum obat maka angka kegagalannya

mencapai 5 %. Efek samping penggunaan pil progestin

diantaranya : 1) Gangguan frekuensi dan lamanya haid , 2)

Sefalgia (Proverawati, 2015).

d) Kontrasepsi Suntik. Kontrasepsi suntik terdiri dari; (1)

Kontrasepsi suntik kombinasi, Kontrasepsi suntik kombinasi terdiri

dari dua hormone yaitu progestin dan estrogen seperti hormone

alami pada tubuh seorang perempuan. Suntikan kombinasi

dipasarkan dengan nama dagang Ciclofem, Ciclofeminia,

Cyclofem, Cyclo-povera, dll.


96

Efektififitas kontrasepsi suntik kombinasi : (a) Sangat efektif

(0,1-0,4) kehamilan per 100 perempuan) selama tahun pertama

penggunaan, (b) Resiko kehamilan lebih besar jika perempuan

terlambat disuntik atau terlewatkan satu atau beberapa kali

suntikan. Efek samping dan masalah : (a) Amenore, (b) Mual,

pusing dan muntah, (c) Perdarahan pervaginam/spotting. Tanda-

tanda yang harus diwaspadai pada penggunaan suntik

kombinasi : (a) Nyeri dada hebat atau nafas pendek, (b) Sakit

kepala hebat atau gangguan penglihatan, (c) Nyeri tungkai hebat.

Tidak terjadi perdarahan atau spotting selama 7 hari sebelum

suntikan berikutnya, kemungkinan terjadi kehamilan (Proverawati,

2015).

e) Kontrasepsi Suntik Progestin. Kontrasepsi suntik progestin

yang umum digunakan adalah Depo Medroxyprogesteron acetate

(DMPA) dan Norethisteron Enanthhate (Net-En).Kontrasepsi

progestin, tidak mengandung estrogen sehingga dapat digunakan

pada masa laktasi dan perempuan yang tidak dapat

menggunakan kontrasepsi yang mengandung estrogen. Suntikan

progestin memiliki efektifitas yang tinggi (3 kehamilan per 1000

perempuan) pada tahun pertama penggunaan,asal

penyuntikannya dilakukan secara teratur sesuai jadwal yaitu

setiap 12 minggu. Efek samping : (a) Amenore, (b) Perdarahan

ireguler, (c) Kenaikan berat badan, (d) Perut kembung dan tidak

nyaman, (e) Perdarahan banyak atau berkepanjangan, (f) Sefalgia

(Proverawati, 2015).
97

f) Kontrasepsi Implant, Implan mengandung hormone

progestin.Progestin ditempatkan didalam kapsul implan satu atau

dua batang yang dipasang pada lapisan bawah kulit dibagian

medial lengan atas dengan jangka 3 tahun. Waktu mulai

menggunakan implan : (1) Implan dapat diberikan dalam waktu 7

hari siklus haid. Tidak diperlukan kontrasepsi tambahan. (2) Bila

implan diberikan setelah 7 hari siklus haid, klien tidak boleh

melakukan hubungan seksual selama 7 hari atau menggunakan

kontrasepsi tambahan selama 7 hari. (3) Bila klien tidak mendapat

haid, implan dapat diberikan setiap saat, asal saja dapat

dipastikan klien tidak hamil. Klien tidak boleh melakukan

hubungan seksual untuk 7 hari lamanya atau menggunakan

metode kontrasepsi lain selama 7 hari. (4) Bila klien pasca

persalinan 6 minggu, menyusui, serta belum haid, implan dapat

diberikan, asal dapat dipastikan klien tidak hamil. (5) Bila pasca

persalinan > 6 minggu dan telah mendapat haid, maka implan

dapat dipasang setiap saat, tetapi jangan melakukan hubungan

seksual selama 7 hari atau menggunakan kontrasepsi tambahan

selama 7 hari. Efek samping atau masalah yang ditemukan : (1)

Amenore, (2) Ekspulsi, (3) Perdarahan pervaginam/spotting, (4)

Infeksi pada daerah insersi serta Berat badan naik/turun

(Proverawati, 2015).

g) Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR). Menurut Nurjasmi

(2016), AKDR merupakan salah satu metode jangka panjang yang

cukup efektif Karena hanya terjadi kurang dari 1 kehamilan


98

diantara 100 pengguna AKDR di tahun pertama memakai AKDR.

AKDR post partum adalah AKDR yang dipasang pada saat 10

menit setelah plasenta lahir hingga 48 jam post partum.

Perdarahan haid yang lebih lam serta nyeri dibawah perut

merupakan efek samping utama dalam waktu 3-6 bulan

penggunaan.

Cara kerja dari alat kontrasepsi AKDR adalah sebagai

berikut : (1) Menghambat kemampuan sperma masuk ke tuba

fallopi, (2) Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai

kavum uteri, (3) AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan

ovum bertemu, walaupun AKDR membuat sperma sulit masuk ke

dalam alat reproduksi perempuan dan mengurangi kemampuan

sperma untuk fertilisasi, (4) Memungkinkan untuk mencegah

implantasi (Proverawati, 2015).

h) Kontrasepsi Mantap. (1) Tubektomi, Tubektomi adalah

tindakan pada kedua saluran telur wanita yang mengakibatkan

wanita tersebut tidak akan mendapat keturunan lagi. Jenis

kontrasepsi ini bersifat permanen, karena dilakukan penyumbatan

pada saluran telur wanita yang dilakukan dengan cara diikat,

dipotong ataupun dibakar. Keuntungan dari kontrasepsi tubektomi

adalah : (a) Penggunaannya sangat efektif, yaitu 0,5 keh amilan

per 100 perempuan selama tahun pertama penggunaan, (b) Tidak

mempengaruhi terhadap proses menyusui (breast feeding), (c)

Tidak bergantung pada faktor senggama , (d) Baik bagi klien bila

kehamilan akan menjadi resiko kehamilan yang serius, (e)


99

Pembedahan sederahana, dapat dilakukan dengan anastesi local,

(f) Tidak ada efek samping dalam jangka waktu yang panjang.

Namun, metode tubektomi ini juga memiliki keterbatasan-

keterbatasan yang harus diperhatikan, yaitu : (a) Harus

dipertimbangkan sifat mantap metode kontrasepsi ini (tidak dapat

dipulihkan kembali), kecuali dengan rekanalisasi, (b) Klien dapat

menyesal dikemudian hari, (c) Resiko komplikasi kecil, namun

dapat meningkat apabila menggunakan anastesi umum, (d) Rasa

sakit atau ketidaknyamanan muncul dalam waktu pendek setelah

tindakan, (e) Dilakukan oleh dokter terlatih, yaitu dokter special

ginekologi untuk proses laparoskopi, (f) Tidak melindungi diri dari

IMS (Proverawati, 2015).

i) Vasektomi, Vasektomi adalah metode sterilisasi dengan

cara mengikat saluran sperma atau vas deferens pria. Beberapa

alternative untuk mengikat saluran sperma tersebut, yaitu dengan

mengikat saja, memasang klip tantalum, kauterisasi, menyuntikan

sclerotizing agent, menutup saluran dengan jarum dan

kombinasinya Angka keberhasilan vasektomi adalah sekitar 99 %,

tetapi untuk dapat memastikan keberhasilan tersebut, sebaiknya

3 bulan setelah dilakukan vasektomi maka di adakan pemeriksaan

analisa sperma. Vasektomi akan dikatakan berhasil manakala

hasil pemeriksaannya adalah azoospermia (Proverawati, 2015).

B. Standar Asuhan Kebidanan

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

No.938/Menkes/SK/2007 tentang Standar Asuhan Kebidanan.Standar


100

asuhan kebidanan adalah acuan dalam proses pengambilan keputusan dan

tindakan yang dilakukan oleh bidan sesuai dengan wewenang dan ruang

lingkup praktiknya berdasarkan ilmu dan kiat kebidanan. Mulai dari

pengkajian, perumusan diagnosa dan atau masalah kebidanan,

perencanaan, implementasi, evaluasi dan pencatatan asuhan kebidanan.

1. Standar I : Pengkajian

a. Pernyataan Standar

Bidan mengumpulkan semua informarsi yang akurat, relevan, dan

lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.

b. Kriteria Pengkajian

1) Data tepat, akurat dan lengkap

2) Terdiri dan Data Subjektif (hasil anamnesa, biodata, keluhan

utama, riwayat obstetric, riwayat kesehatan dan latar belakang

sosial budaya).

3) Data Objektif (hasil pemeriksaan fisik, psikologis dan

pemeriksaan penunjang).

2. Standar II : Perumusan Diagnosa dan atau Masalah Kebidanan

a. Pernyataan Standar

Bidan menganalisa data yang diperoleh pada pengkajian,

menginterpretasikanya secara akurat dan logis untuk menegakan

diagnose dan masalah kebidanan yang tepat.

b. Kriteria Perumusan Diagnose Dan Atau Masalah

1) Diagnosa sesuai nomenkelatur kebidanan

2) Masalah dirumuskan sesuai dengan kondisi klien


101

3) Dapat diselesaikan dengan asuhan kebidanan secara mandiri,

kolaborasi, dan rujukan.

3. Standar III : Perencanaan

a. Pernyataan Standar

Bidan merencanakan asuhan kebidanan berdasarkan diagnisa dan

masalah yang ditegakkan.

b. Kriteria Perencanaan

1) Rencana tindakan disusun berdasarkan prioritas masalah dan

kondisi klieb, tindakan segera, tindakan antisipasi, dan asuhan

secara komprehensif.

2) Melibatkan klien/pasien dan atau keluarga.

3) Mempertimbangkan kondisi psikologis, sosial budaya

klien/keluarga.

4) Memilih tindakan yang aman sesuai kondisi dan kebutuhan

klien berdasarkan evidence based dan memeastikan bahwa

asuhan yang diberikan bermanfaat untuk klien.

5) Mempertimbangkan kebajikan dan peraturan yang berlaku,

sumberdaya serta fasilitas yang ada.

4. Standar IV : Implementasi

a. Pernyataan Standar

Bidan melaksanakan rencana asuhan kebidanan secara

komprehensif,efektif, efisien dan aman berdasarkan evidence based

kepada klien/pasien, dalam bentuk upaya promotif, preventif, kuratif

dan rehabilitatif. Dilaksanakan secara mandiri, kolaborasi dan

rujukan.
102

b. Kriteria

1) Memperhatikan keunikan klien sebagai makhluk bio-psiko-

sosial-spiritual-kultural.

2) Setiap tindakan asuhan harusmendapatkan persetujuan dari

klien dan atau keluarganya (informed consent).

3) Melaksanakan tindakan sesuai evidence based.

4) Melibatkan klien atau pasien pada setiap tindakan.

5) Menjaga privasi klien/pasien.

6) Melaksanakan prinsip pencegahan infeksi.

7) Mengkuti perkembangan kondisi klien secara

berkesinambungan.

8) Menggunakan sumber daya, sarana dan fasilitas yang ada dan

sesuai.

9) Melakukan tindakan sesuai standar.

10) Mencatat semua tindakan yang telah dilakukan.

5. Standar V : Evaluasi

a. Pernyataan Standar

Bidan melakukan evaluasi secara sistematis dan

berkesinambungan untuk melihat kefektifan dari asuhan yang sudah

diberikan, sesuai dengan perubahan perkembangan kondisi klien.

b. Kriteria Evaluasi

1) Penialaian dilakukan segera setelah selesai melaksanakan

asuhan sesuai kondisi klien.

2) Hasil evaluasi segera dicatat dan dikomunikasikan pada klien

dan keluarga.
103

3) Evaluasi dilakukan sesuai dengan standar.

4) Hasil evaluasi ditindaklanjuti sesuai dengan kondisi klien atau

pasien.

6. Standar VI : Pencatatan Asuhan Kebidanan

a. Pernyataan standar

Bidan melakukan pencatatan secara lengkap, singkat dan jelas

mengenai keadaan/kejadian yang ditemukan atau dilakukan dalam

memberikan asuhan kebidanan.

b. Kriteria Pencatatan Asuhan Kebidanan

1) Pencatatan dilakukan segera setelah melaksankan asihan pada

formulir yang tersedia (rekam medis, KMS, status pasien dan

buku KIA).

2) Ditulis dalam bentuk catatan perkembangan SOAP.

3) S adalah data subjektif, mencatat hasil anamnesa.

4) O adalah data objektif, mencatat hasil pemeriksaan.

5) A adalah hasil analisa, mencatat diagnose dan masalah

kebidanan.

6) P adalah penatalaksanaan yakni mencatat seluruh

perencanaan dan penatalaksanaan yang sudah dilakuan

seperti tindakan antisipatif, tindakan segera, tindakan secara

komprehensif yakni penyuluhan, dukungan, kolaborasi,

kolaborasi atau follow up dan rujukan.

C. Kewenangan Bidan

Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2019

Tentang Kebidanan, tugas dan kewenangan bidan meliputi:


104

1. Pasal 46

(1) Dalam menyelenggarakan praktik kebidanan, bidan bertugas

memberikan pelayanan yang meliputi: (a) Pelayanan kesehatan ibu,

(b) Pelayanan kesehatan anak, (c) Pelayanan kesehatan reproduksi

perempuan dan keluarga berencana, (d) Pelaksanaan tugas

berdasarkan pelimpahan wewenang dan/atau, (e) Pelaksanaan

tugas dalam keterbatasan tertentu

(2) Tugas bidan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat

dilaksanakan secara bersama atau sendiri.

Pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilaksanakan secara bertanggung jawab dan di akuntabel.

2. Pasal 47

(1) Dalam menyelenggarakan praktik kebidanan, bidan dapat berperan

sebagai: (a) Pemberi pelayanan kebidanan, (b) Pengelolaan

pelayanan kebidanan, (c) Penyuluhan dan Konselor, (d) Pendidik,

Pembimbing,dan Fasilitator, (e) Penggerak peran serta masyarakat

dan pemberdayaan perempuan, dan/atau, (f) peneliti

(2) Peran bidan sebagai dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

3. Pasal 48

Bidan dalan penyelenggaraan praktik kebidanan sebagaimana dimaksud

dalam pasal 46-47, harus sesuai dengan kompetensi dan

kewenangannya.
105

4. Pasal 49

Dalam menjalankan tugas memberikan pelayanan kesehatan ibu

sebagaimana dimaksud dalam pasal 46 ayat (1) huruf a, bidan

bewenang: a. Memberikan asuhan kebidanan pada masa sebelum

hamil, b. Memberikan asuhan kebidanan pada masa kehamilan normal,

c. Memberikan asuhan kebidanan pada masa persalinan dan menolong

persalinan normal, d. Memberikan asuhan kebidanan pada masa nifas,

e. Melakukan pertolongan pertama kegawatdaruratan ibu hamil, bersalin,

nifas, dan rujukan, f. Melakukan deteksi dini kasus resiko dan komplikasi

pada masa kehamilan, masa persalinan, pasca persalinan, masa nifas,

serta asuhan pasca keguguran dan dilanjutkan dengan rujukan

5. Pasal 50

Dalam menjalankan tugas memberikan pelayanan kesehatan anak

sebagaimana dimaksud dalam pasal 46 ayat (1) huruf b, bidan

berwenang: a. Memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir, bayi,

balita, dan anak prasekolah, b. Memberikan imunisasi sesuai program

pemerintah pusat, c. Melakukan pemantauan tumbuh kembang bayi,

balita, dan anak prasekolah serta deteksi dini kasus penyulit, gangguan

tumbuh kembang, dan rujukan, d. Memberikan pertolongan pertama

kegawatdaruratan pada bayi baru lahir dilanjutkan dengan rujukan.

6. Pasal 51

Dalam menjalankan tugas memberikan pelayanan kesehatan reproduksi

perempuan dan keluarga berencana sebagaimana dimaksud dalam

pasal 46 ayat (1) huruf c, bidan berwenang melakukan komunikasi,


106

informasi dan edukasi, konseling dan memberikan pelayanan

kontrasepsi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

7. Pasal 52

Ketentuan lebih lanjut mengenai pelayanan kesehatan ibu, pelayanan

kesehatan anak, dan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan

keluarga berencana sebagaimana dimaksud dalam pasal 49 sampai

dengan pasal 51 diatur dengan peraturan menteri.

8. Pasal 53

Pelimpahan wewenang sebagaimana dimaksud dalam pasal 46 ayat (1)

huruf d terdiri atas: a. Pelimpahan secara mandat, dan, b. Pelimpahan

secara delegatif.

9. Pasal 54

(1) Pelimpahan wewenang secara mandate sebagaimana dimaksud

pada pasal 53 huruf a diberikan oleh dokter kepada bidan sesuai

kompetensinya

(2) Pelimpahan wewenang secara mandate sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) harus dilakukan secara tertulis

(3) Pelimpahan wewenang secara mandate sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) dengan tanggung jawab berada pada pemberi

pelimpahan wewenang

(4) Dokter yang memberikan pelimpahan wewenang sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) harus melakukan pengawasan dan evaluasi

secara berkala.
107

10. Pasal 55

(1) Pelimpahan wewenang secara delegatif sebagaimana dimaksud

dalam pasal 53 huruf b diberikan oleh pemerintah pusat atau

pemerintah daerah kepada bidan

(2) Pelimpahan wewenang secara delegatif sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) yang diberikan oleh pemerintah pusat atau pemerintah

daerah dalam rangka: a. Melaksanakan tugas dalam keadaan

keterbatasan tertentu atau, b. Program pemerintah

(3) Pelimpahan wewenang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

diberikan dengan disertai pelimpahan tanggung jawab

11. Pasal 56

(1) Pelaksanaan tugas dalam keadaan keterbatasan tertentu

sebagaimana dimaksud dalam pasal 46 ayat (1) huruf e merupakan

penugasan pemerintah yang dilaksanakan pada keadaan tidak

adanya tenaga medis dan/atau tenaga kesehatan lain disuatu

wilayah tempat bidan bertugas

(2) Keadaan tidak adanya tenaga medis dan/atau tenaga kesehatan lain

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh pemerintah

daerah

(3) Pelaksanaan tugas dalam keadaan keterbatasan tertentu

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh bidan yang

telah mengikuti pelatihan dengan memperhatikan kompetensi bidan

(4) Pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan oleh

pemerintah pusat dan/atau pemerintah daerah


108

(5) Dalam menyelenggarakan pelatihan sebagaimana dimaksud pada

ayat (4), pemerintah pusat dan/atau pemerintah daerah dapat

melibatkan Organisasi Profesi Bidan dan/atau organisasi profesi

terkait yang diselenggarakan oleh lembaga yang telah terakreditasi.

12. Pasal 57

(1) Program pemerintah sebagaimana dimaksud pada pasal 55 ayat (2)

huruf b merupakan penugasan pemerintah pusat atau pemerintah

daerah untuk melaksanakan program pemerintah

(2) Program pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan

(3) Pelaksanaan program pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) dilaksanakan oleh bidan yang telah mengikuti pelatihan dengan

memperhatikan kompetensi bidan

(4) Pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan oleh

pemerintah pusat dan/atau pemerintah daerah

(5) Dalam menyelenggarakan pelatihan sebagaimana dimaksud pada

ayat (4), pemerintah pusat dan /atau pemerintah daerah dapat

melibatkan Organisasi Profesi Bidan dan/atau organisasi profesi

terkait yang diselenggarakan oleh lembaga yang telah terakreditasi.

13. Pasal 58

Ketentuan lebih lanjut mengenai pelimpahan wewenang sebagaimana

dimaksud pada pasal 53 sampai dengan 57 diatur dengan peraturan

menteri
109

14. Pasal 59

(1) Dalam keadaan gawat darurat untuk memberikan pertolongan

pertama, bidan dapat melakukan pelayanan kesehatan diluar

kewenangan sesuai dengan kompetensinya

(2) Pertolongan pertama sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

bertujuan untuk menyelamatkan nyawa klien

(3) Keadaan gawat darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

merupakan keadaan yang mengancam nyawa klien

(4) Keadaan gawat darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

ditetapkan oleh bidan sesuai dengan hasil evaluasi berdasarkan

keilmuannya

(5) Penanganan keadaan gawat darurat sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) sampai dengan ayat (4) dilaksanakan sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

D. Asuhan Kebidanan

Falsafah kebidanan adalah tentang kebidanan yang menjadi

pandangan hidup mereka. Keyakinan bidan tentang kebidanan tersebut

adalah bantuan yang diberikan karena adanya kelemahan fisik, keterbatasan

pengetahuan menuju kepada kemampuan melaksanakan penyembuhan,

pemulihan serta pemeliharaan kesehatan dengan penekanan kepada upaya

pelayanan utama (primary care) sesuai dengan wewenang, tanggung jawab

dan kode etik kebidanan. Sasaran kebidanan merupakan tujuan dari

kebidanan yang mana sasarannya lebih cenderung ke hal–hal yangspesifik

bila dibedakan dengantujuankebidanan yang hanyadifokuskan pada bidan–

bidan bertanggung jawab dalam memberikan pelayanan kebidanan dan


110

bersifat sederhana dan paling kompleks diberikan kepada individu, kelompok

dan masyarakat (Sinta, 2006).

Soepardan (2010) mengatakan manajemen asuhan kebidanan adalah

suatumetodeberpikirdan bertindak secara sistematik dan logis dalam

memberikan asuhan kebidanan agar menguntungkan kedua belah pihak baik

klien maupun pemberi asuhan.

Varney (2009) menggambarkan proses manajemen asuhan kebidanan

yang terdiri dari tujuh langkah yang berurutan secara sistematik dan siklik.

Ketujuh langkah tersebut adalah sebagai berikut: Pengumpulan data dasar,

menginterpretasikan/menganalisa data, merumuskan diagnosa/masalah

potensial, mengidentifikasi kebutuhan tindakan segera untuk kolaborasi dan

rujukan, menyusun rencana asuhan menyeluruh, melaksanakan asuhan

sesuai perencanaan secara efisien dan aman dan melakukan evaluasi

terhadap rencana asuhan yang telah dilaksanakan.

Adapun asuhan kebidanan pada ibu hamil, bersalin, bayi baru lahir dan

nifas serta keluarga berencana adalah sebagai berikut :

1. Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil

a. Langkah I : Pengumpulan Data Dasar

Pada langkah pertama dikumpulkan semua informasi (data) yang

akurat dan lengkap dari sumber yang berkaitan dengan kondisi

klienuntuk memperoleh :

1) Data subjektif

Anamnese adalah pertanyaan terarah yang diajukan pada

pasien untuk menggali informasi dari penyakit yang dimilikinya

yaitu: a) dentitas yang meliputi : nama, umur, agama, alamat dan


111

pekerjaan pasien; b) keluhan utama adalah ibu mengatakan umur

kehamilan diatas dua bulan, ibu mengatakan sering mual dan

muntah diwaktu pagi hari dan kadang malam hari, merasa

khawatir dengan persalinannya nanti, nafsu makan berkurang;

c) riwayat menstruasi yang akurat diketahui untuk menentukan

tanggal perkiraan kelahiran,dengan demikian memungkinkan

bidanuntuk memprediksi tanggal lahirdanselanjutnya menghitung

usia gestasi. Tanggal perkiraan kelahiran dihitung dengan

menambahkan 9 bulan kalender dan7 hari pada hari pertama

menstruasi ibu; d) riwayat kesehatan dinyatakan karena penyakit

yang dialami bisa timbul kembali karena keadaan ibu yang lemah

pada waktu kehamilan atau setelah melahirkan;e) riwayat

kehamilan sekarang untuk mengalami apakah itu termasuk hamil

anak pertama atau anak berikutnya, tanyakan haid terakhirnya

untuk mengetahui besarnya uterus sesuai atau tidak dengan umur

kehamilan khususnya pada ibu primigravida; f) riwayat psikososial:

ibu mengatakan merasa tidak nyaman dan aktifitasnya terganggu

karena sering mual dan muntah; g) pola nutrisi,yang dikaji adalah

nafsu makan ibu,frekuensi makan, jenis makanan, minuman dan

ada makanan pantangan selama kehamilan atau tidak; h) pola

eliminasi, yang dikaji adalah frekuensi buang air kecil dan besar,

warna dan bau.

2) Data Objektif

a) Pemeriksaan umum
112

Pemeriksaan umum sesuai dengan kebutuhan dan

pemeriksaan tanda-tanda vital yaitu :a) keadaan umum :

lemas;b) kesadaran :composmentis;c) keadaan emosional :

baik;d) berat badan ibu menurun; e) tekanan darah perlu

diukur untuk mengetahui perbandingan nilai dasar selama

masa kehamilan. Tekanan darahnormal adalah systole120-

140 dan diastolik normal dari 100-80mmHg; f) nadi, nadi ibu

lebih dari normal. Nadi normal adalah 80x/ menit; g) suhu,

suhu normal adalah 36,6-370C (Salmah, dkk, 2006).

b) Pemeriksaan fisik terdiri dari : (1) Inspeksi, melihat ekspresi

wajah ibu,ibu lemas dan murung; (2) Palpasi, pemeriksaan

raba ialah umur kehamilan ibu, dan menentukan kedudukan

dan presentasi janin; (3) Auskultasi, pemeriksaan dengar

atauauskultasi bertujuan untuk mendengar denyut jantung

janin. Denyut jantung janin yang normal adalah

100-160x/menit; (4) Perkusi,pemeriksaan dengan cara

mengetuk tujuannya untuk mengetahui reflek patella penderita

positif atau negative dengan menggunakan refleks hammer

(Varney, 2009)

c) Pemeriksaan penunjang (laboratorium)

Pemeriksaan Hb digunakan untuk menentukan

kadarhaemoglobin dan derajat anemia bila ada. Hb normal

adalah 11-14 gr% . (Prawirohardjo, 2011).


113

b. Langkah II : Interpretasi Data Dasar

Pada langkah kedua dilakukan identifikasi terhadap diagnosa

atau masalah berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data

yangtelahdikumpulkan.Datadasar tersebutkemudian diinterpretasikan

sehingga dapat dirumuskan diagnosis masalah yang spesifik.

c. Langkah III: Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial

Pada langkah ketiga kita mengidetifikasikan masalah potensial

atau diagnosis potensial berdasarkan diagnosis/masalah yang sudah

diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi bila kemungkinan

membutuhkan pencegahan. Bidan diharapkan waspada dan bersiap-

siap mencegah diagnosis atau masalah potensial yang akan terjadi.

d. Langkah IV : Melaksanakan asuhan sesuai perencanaan secara efisi

dan aman

Pada tahap ini bidan mengidentifikasikan perlunya bidan atau

dokter melakukan konsultasi atau penanganan segera bersama

anggota tim kesehatan lainnya sesuai dengan kondisi klien.

Langkah keempat mencerminkan kesinambungan dari proses

penatalaksanaan kebidanan dalam kondisi emergensi, berdasarkan

hasil analisa data bahwa klien membutuhkan tindakan segera untuk

menyelamatkan jiwa ibu dan bayinya.

e. Langkah V : Menyusun Rencana asuhan secara menyeluruh

Pada langkah kelima direncanakan asuhan menyeluruh yang

ditentukan berdasarkan langkah-langkah sebelumnya. Rencana

asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi segala hal yang sudah

teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah terkait tetapi
114

juga dari kerangka pedoman antisipasi untuk klien tersebut. Semua

keputusan yang telahdisepakati dikembangkan dalam asuhan

menyeluruh. Asuhan ini harus bersifat rasional danvalid yang

berdasarkan pada pengetahuan teori terkini (up to date) dan sesuai

dengan asumsi tentang apa yang dilakukan klien. Pada hal ini penulis

dapat membuat rencana asuhan yang menyeluruh.

f. Langkah VI : Implementasi

Pada langkah keenam, rencana asuhan menyeluruh dilakukan

dengan efisien dan aman, pelaksaan ini dapat dilakukan seluruhnya

oleh bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim

kesehatan lainnya.

Dalam situasi ketika bidan berkolaborasi dengan dokter untuk

menangani klienyangmengalami komplikasi,bidan tetap bertanggung

jawab terhadap terlaksananya rencana bersama yang menyeluruh.

g. Langkah VII : Evaluasi

Evaluasi dilakukan secara siklus dengan mengkaji ulang

aspek asuhan yang efektif untuk mengetahui faktor mana yang

menguntungkan ataumenghambat keberhasilan asuhan yang

diberikan.Model dokumentasi yang digunakan dalam manajemen

asuhan kebidanan adalah dalam bentuk catatan perkembangan,

karena asuhan yang diberikan berkesinambungan dan menggunakan

proses terus menerus dalam bentuk SOAP yaitu :

S : Data subjektif, data yang didapat dari pasien

O : Objektif, data dari hasil pemeriksaan fisik serta dignostik, lain juga

pendukun catatan medis yang lain


115

A : Assasment, merupakan analisis dan interpretasi berdasarkan data

yang terkumpul dibuat kesimpulan yaitu ; 1). Dignosis 2). Antisipasi

diagnosa/masalah potensial 3). Perlunya tindakan segera.

P : Planing/perencanaan, merupakan gambaran pendokumentasian

dari tindakan, evaluasi rencana didalamnya termasuk ;1) Asuhan

mandiri, 2) Kolaborasi, 3) Tes diagnostik/lab, 4) Konseling, 5)Follow

up.

2. Manajemen Kebidanan Pada Ibu Bersalin Normal

a. Langkah I : Pengumpulan Data Dasar

Pada langkah pertama ini,dilakukan pengumpulan semua data yang

diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien secara lengkap yaitu :

1) Data subektif

Identitas, nama yang jelas dan lengkap. Nama yang

ditanyakan untuk maksud mempermudah melacak arsip pasien.

Dengandiketahui nama stersebut dapat menghindari kesalahan

akibat adanya kesamaan nama. Umur,untuk mengetahui keadaan

ibu, terutama pada kehamilan pertama kali atau primigravida.

Apakah ibu termasuk primigravida muda atau primigravida tua.

Alamat, ditanyakan agar untuk mempermudah hubungan bila

diperlukan atau dalam keadaan mendesak. Dengan diketahui

alamat tersebut, bidan dapat mengetahui tempat tinggal kliennya.

Pekerjaan, akan menggambarkan keadaan sosial ekonomi

sehingga ikut menentukan intervensi yang disesuaikan dengan

kemampuan klien secara ekonomi. Agama, ditanyakan untuk

mengetahui kemungkinan pengaruhnya terhadap kebiasaan


116

kesehatan klien, akan memudahkan bidan melakukan pendekatan

didalam melakukan asuhan kebidanan. Pendidikan klien,

ditanyakan untuk mengetahui tingkat intelektualnya. Tingkat

pendidikan dapat mempengaruhi sikap seseorang. Keluhan utama

: Keluhan utama yang dirasakan oleh ibu inpartu kala I rasa nyeri

dalam menghadapi persalinan. Riwayat menstruasi yang dikaji

adalah riwayat menstruasi yang meliputimenarche pada umur

berapa tahun, lamanya menstruasi, siklusnya, banyaknya, teratur

atau tidak. Pola Nutrisi yang dikaji adalah nafsu amakan ibu,

frekuensi makan, jenis makanan, minuman dan makanan

pantanganselama kehamilan ada atau tidak. Pola Eliminasi Yang

dikaji adalah frekuensi buang air kecil dan besar, warna dan bau.

2) Data objektif

Pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan tanda- tanda vital

yaitu tekanan darah, nadi, suhu dan pernapasan. Pemeriksaan

kandung kemih agar tidak menghambat turunnya kepala, keadaan

umum ibu sadaratau tidak. Pemeriksaan khusus meliputi

inspeksi pada wajah untuk melihat apakah ada odema atau tidak,

pada leher apakah ada pembesaran kelenjar tiroid atau tidak,pada

payudara apakah simetris atau tidak, ada pembesaran atau tidak,

serta ada tidaknya pembesaran pada areolamammae, inspeksi

pada abdomen untuk melihat apakah ada striae atau tidak; palpasi

abdomenuntuk mengetahui umur kehamilan, posisi janin,

presentasi janin, serta bagian- bagian janin. Pemeriksaan

laboratorium yang digunakan adalah pemeriksaan Hb.


117

b. Langkah II : Interpretasi data

Pada langkah ini dilakukan interpretasi data dasar, dari data-

data yang telah dikumpulkan dengan benar sehingga diteruskan

diagnosa atau masalah yaitu :

Diagnosa : Ibu inpartu Kala I fase laten dan atau fase aktif

Dasar : Ibu tampak lemas

Masalah : Nyeri pada proses persalinan

c. Langkah III : Mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial

Pada langkah ini bidan mengidentifikasi masalah atau diagnosa

potensial pada ibu inpartu primigravida kala I yaitu :

Diagnosa potensial : terjadi partus lama

Masalah : kecemasan

d. Langkah IV : Mengidentifikasi perlu tindakan segera oleh bidan atau

dokter atau ditangani bersama dengan anggotatim kesehatan lainnya.

Tindakan segera yang diperlukan adalah : Memberikan dukungan dan

support kepada ibu untuk menghilangkan rasa nyeri. Memberikan

health education kepada ibu tentang apa yang dijalaninya

e. Langkah V : Menyusun rencana asuhan menyeluruh

Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh berdasarkan

langkah sebelumnya. Semua perencanaan yang dilakukan harus

berdasarkan pertimbangan yang tepat meliputi pengetahun, teori

terbaru, evidence based care, serta divalidasi dengan asumsi

mengenai apa yang diinginkan dan tidak diinginkan oleh pasien

(Sulistyawati dan Nugaraheny, 2010).


118

f. Langkah VI : Melaksanakan asuhan sesuai perencanaan secara

efisien dan aman.

Pada langkah keenam, rencana asuhan menyeluruh dilakukan

dengan efisien dan aman, pelaksaan ini dapat dilakukan seluruhnya

oleh bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim

kesehatan lainnya. Dalam situasi ketika bidan berkolaborasi dengan

dokter untuk menangani klien yang mengalami komplikasi,bidan tetap

bertanggung jawab terhadap terlaksananya rencana bersama yang

menyeluruh.

g. Langkah VII : Evaluasi

Evaluasi dilakukan secara siklus dan dengan mengkaji ulang aspek

asuhan yang tidak efektif untuk mengetahui faktor mana yang

menguntungkan atau menghambat keberhasilan asuhan yang

diberikan. Model dokumentasi yang digunakan dalam manajemen

asuhan kebidanan adalah dalam bentuk catatan perkembangan,

karena asuhan yang diberikan berkesinambungan dan menggunakan

proses terus menerus dalam bentuk SOAP yaitu :

S : Data subjektif, data yang didapat dari pasien

O :Objektif, data dari hasil pemeriksaan fisik serta dignostik, lain juga

pendukun catatn medis yang lain

A : Assasment, merupakan analisis dan interpretasi berdasarkan data

yang terkumpul dibuat kesimpulan yaitu ; 1) Dignosis, 2) Antisipasi

didiagnosa/masalah potensial, 3) Perlunya tindakan segera.

P : Planing/perencanaan, merupakan gambaran pendokumentasian

dari tindakan, evaluasi rencana didalamnya termasuk ; 1) Asuhan


119

mandiri, 2) Kolaborasi, 3) Tes diagnostik/lab, 4) Konseling,5)Follow

up.

3. Manajemen Kebidanan Pada Ibu Nifas Normal

a. Langkah I : Pengumpulan data dasar

1) Data subjektif

Pengumpulan data merupakan kegiatan dalam

menghimpun informasi dari pasien yang meliputi Bio, Psiko, Sosial

dan Spiritual yang komperhensif. Untuk mendapatkan data-data

yang lengkap dan relevan, bidan membutuhkan dasar yang kuat

dari berbagai sumber.

Sumber data yang utama adalah pasien. Data-data yang

diperlukan berasal dari sumber lain misalnya keluarga, orang lain

yang mengenal pasien dan tenaga kesehatan lainnya.

Pengumpulan data dasar ibu nifas dengan masalah pemberian

ASI meliputi data subjektif dan data objektif, yaitu: 1) Data

Subjektif adalah data yang diperoleh langsung dari pasien yang

berupa identitas/biodata dan keluhan-keluhan yang dirasakan

pasien: payudara terasa penuh, ASI belum keluar lancar,

payudara keras, panas, bengkak dan terasa nyeri (Prawirohardjo,

2005) a) identitas pasien, meliputi; (1). Nama pasien dan suami

(penanggung jawab) sangat diperlukan selain untuk

pengadministrasian juga untuk menghindari kesalahan dalam

pelaksanaan tindakan medis dan pengobatan serta dalam hal

pengdiagnosaan (Depkes, 1996); (2). Umur: dikelompokkan untuk

mengetahui ambang rangsang nyeri dan juga untuk memudahkan


120

dalam ketetapan pemberian dosis obat (Depkes, 1996). b).

Keluhan utama: menanyakan perasaan ibu, apa yang di keluhkan

atau rasakan; c) Jenis persalinan : spontan; d) Riwayat post

partum: (1) Keadaan Umum : biasanya pasien nifas dengan

masalah pemberian ASI disebabkan karena payudara bengkak,

keadaan inimembuat payudara odema, sakit, puting kencang, kulit

mengkilat tapi tidak merah dan bila diperiksa ASI tidak keluar dan

badan biasanya demam setelah 24 jam. Hal ini terjadi karena

produksi ASI meningkat, terlambat menyusui dan bayi kurang

disusui (PERINASIA, 2010). (2) Ambulasi : Mochtar, Rustam

(2015) mengatakan bahwa pasien nifas harus segera melakukan

ambulasi sendiri untuk proses involusio. (3) Napsu makan dan

eliminasi : hal ini akan berhubungan. Pasien tidak akan banyak

makan atau tidak makan sama sekali dalam hari-hari pertama

masa nifasnya karena cemas makanan yang dimakan akan

menambah produksi ASI semakin meningkat.

(4) Ketidaknyamanan: menjelaskan lokasi ketidaknyamanan,

sering muncul pada hari pertama masa nifas yaitu payudara, perut

bagian bawah dan jahitan episiotomi atau ruptur; (5) Keluhan lain :

keluhan lain yang mungkin akan timbul pada masa nifas dengan

masalah pemberian ASI yaitu kesulitan dalam beraktivitas atau

lebih dikenal dengan mobilitas.

2) Data objektif

Data ojketif adalah data yang diperoleh dari hasil

pemeriksaan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan terhadap


121

pasien. Baik pemeriksaan fisik head to toe, pemeriksaan

kebidanan (inspeksi, palpasi, perkusi, danauskultasi) dan

pemeriksaan penunjang. Data objektif berupa: a) tanda-tanda

vital: berhubungan dengan kejadian infeksi dan sekaligus untuk

meninjau keadaan umum ibu. Tanpa infeksi suhu tidak lebih dari

380C, bila lebih berarti demam masa nifas, nadi takikardi, tekanan

diastoli tinggi hingga110 mmHg atau lebih, perlu dicurigai adanya

preeklamsia dan eklamsia. Disamping itu bila terjadi hipotensi

perlu pantau lagi adakah perdarahan dan jumlahnya; b) Payudara,

keadaan puting susu, kolostrum keluar pada hari pertama sampai

hari keempat post partum, bayi mengisap masih kurang;

c) Fundus uteri : menunjukkan berapa hari post partum. Bila

uterus keras berarti kontraksi baik, sebaliknya bila lembek perlu

diberi tindakan sebagai atonia uteri. Uterus berkontraksi dengan

baik ibu akan merasakan nyeri pada perut yang disebut after pain;

d) Kandung kemih, penuh atau tidak, ada nyeri tekan atau tidak,

e) Lochea , menjelaskan pada hari pertama sampai hari ketiga

akan keluar lochea jenis rubra clan berwarna merah tua serta

berbau amis;f) Perineum : ada luka jahitan atau tidak, apakah ada

odema atau tidak,kajitingkat nyeri, adatanda-tanda infeksi yaitu

warna, pembengkakan, suhu, nanah dan nyeri. g) Vulva: lihat

adakah odema, warna dan kemungkinan juga tanda infeksi, serta

kebersihan; h) Anus : lihat adakah haemoroid atau tidak (Ani,

2008).
122

b. Langkah II : Interpretasi data dasar

Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosa atau

masalah berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang

telah didapatkan. Data-data yang telah didapatkan kemudian

diinterpretasikan sehingga dapat merumuskan diagnosa dan masalah

yang spesifik pada ibu:

c. Langkah III : Mengidentifikasi diagnosa dan masalah potensial

Pada langkah ini kita mengidentifikasi diagnose dan masalah

potensial yang dapat terjadi sehingga pada langkah ini membutuhkan

antisipasi dan bila memungkinkan dilakukan pemecahan masalah

sambil mengamati klien serta diharapkan dapat bersiap-siap bila

diagnosa atau masalah potensial ini benar-benar terjadi.

d. Langkah IV : Mengidentifikasi dan menetapkan kebutuhan segera.

Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau

dokter untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota

tim kesehatan lainnya sesuai dengan kondisi klien. Pada langkah ini

yang perlu dilakukan oleh anggota tim kesehatan lainnya adalah

memberikan konseling pada ibu tenteng manfaat pemberian ASI dini

pada bayi dan menganjurkan pada ibu untuk menetek bayinya sedini

mungkin.

e. Langkah V : Merencanakan asuhan yang menyeluruh

Langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh, langkah ini

merupakan kelanjutan manajemen terhadap diagnosa atau masalah

yang telah diidentifikasi atau antisipasi.Pada langkah ini

informasi/data dasar yang tidak lengkap dapat dilengkapi.


123

f. Langkah VI : Melaksanakan perencanaan

Langkah ini dilakukan rencana asuhan yang menyeluruh seperti

telah diuraikan pada langkah kelima dilaksanakan secara efesien dan

aman. Perencanaan ini bisa dilakuakan seluruh oleh bidan atau

sebagian lagi oleh klien atau anggota tim kesehatan yang lain. Pada

langkah ini kita perlu melakukan tindakan yang sudah direncanakn

pada langkah kelima secara menyeluruh.

g. LangkahVII : Evaluasi

Evaluasi merupakan tahap akhir menejemen kebidanan untuk

menilai keberhasilan dari tindakan dalam memenuhi kebutuhan

pasien. Untuk itu hasil yang diharapakan setelah melaksanakan

asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan luka perineum.

Pendokumentasian asuhan kebidanan yang dilakukan dengan

menggunakan SOAP yaitu: (Varney, 2009).

S : Data Subjektif, Data yang diperoleh melalui anamnese

O : Data Objektif, Hasil pemeriksaan fisik klien, serta

pemeriksan diagnostik dan pendukung lainnya , data ini termasuk

catatan medik pasien yang lalu.

A : Assesment, Merupakan analisa atau intepretasi

berdasarkan data yang terkumpul, dibuat kesimpulan berdasarkan

segala sesuatu yang dapat diidentifikasi : Diagnosa , antisipasi

diagnosa dan masalah potensial perlunya tindakan segera.

P :Planning, Menerapkan gambaran pendokumentasian dari

tindakan (Implementasi) evaluasi rencana yang didalamnya


124

termasuk : asuhan mandiri, kolaborasi atau konsultasi dengan dokter,

tes diagnostik atau laboratorium konseling atau penyuluhan, follow up.

4. Manajemen Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir Normal

a. Langkah I : Pengumpulan data dasar.

Pada langkah ini dilakukan pengkajian dengan

mengumpulkan semau data yang diperlukan untuk menentukan

masalah serta kebutuhan dalam kebidanan yaitu ; riwayat kesehatan,

pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan, pemeriksaan khusus dan

pemeriksaan penunjang.

Pada langkah ini pengumpulan data yang dirangkai yaitu; (Varney

2009). Data subjektif yang terdiri dari : 1) Nama, perlu ditanyakan

untuk menghindari adanya dua nama yang sama. 2) Usia, perlu untuk

menghindari dalam masa pengobatan. 3) Pendidikan, perlu untuk

mengetahui tingkat pengetahuan ibu dan mempermudah dalam

memahami penyakit yang dijelaskan. 4) Pekerjaan perlu untuk

mengetahui status ekonomi pasien. 5) Suku atau kebangsaan perlu

untuk mengetahui adanya pengaruh terhadap kebiasaan pasien.

6) Alamat, perlu untuk mengetahui alamat jelas pasien. 7) Status

pernikahan, perlu untuk mengetahui dengan pasti status pernikahan

pasien, lamanya pernikahan perlu untuk mengetahui berapa lama

pasien yang mengandung setelah menikah. 8) Agama,untuk

mengetahui adanya pengaruh terhadap kebiasaan pasien dan dengan

mengetahui akan mempermudah dalam melakukan pendekatan

dalam asuhan kebidanan. Data objektif terdiri dari : 1) Pemeriksaan


125

umum. 2) Pemeriksaan tanda – tanda vital. 3) Pemeriksaan fisik. 4)

Pemeriksaan penunjang.

b. Langkah II : Interpretasi data dasar

Pada langkah ini menganalisa data dasar yang telah

dikumpulkan pada langkah I, menginterpretasikannya secara akurat

atas data – data yang telah dikumpulkan.

c. Langkah III : Diagnosa dan masalah potensial

Pada langkah ini bidan mengedentifikasi masalah atau

diagnosa potensial yang dapat terjadi pada bayi baru lahir berdasakan

diagnosa dan masalah yang sudah diidentifikasi.

d. Langkah IV : Melakukan tindakan menyeluruh atau kolaborasi .

Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau

dokter untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota

tim kesehatan lain sesuai dengan kondisi pasien. Langkah keempat

mencerminkan kesinambungan dari proses manejemen kebidanan

dalam hal ini bidan harus mampu mengevaluasi kondisi setiap pasien

untuk menentukan kepada siapa konsultasi dan kolaborasi paling

tepat dalam Manajemen Asuhan Kebidanan.

e. Langkah V : Merencanakan asuhan yang menyeluruh.

Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh

ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan

kelanjutan penatalaksanaan terhadap masalah atau diagnosa yang

telah diidentifikasi atau diantisipasi yang sifatnya segera atau rutin.

f. Langkah VI : Melaksanakan perencanaan.


126

Langkah pelaksanaan di dalam proses manajeman kebidanan

dilakukan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan, pelaksanaan

tindakan selalu diupayakan didalam waktu yang singkat, efektif,

hemat dan berkualitas.

g. Langkah VII : Evaluasi

Pada langkah ketujuh ini dilakukan evaluasi di dalam kebidanan yaitu

untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan tindakan kebidanan

yang dilakukan. Setelah melakukan asuhan kebidanan setiap bidan

dituntut untuk mendokumentasikan dalam catatan pasien atau rekam

medis, model dokumentasi yang digunakan dalam asuhan kebidanan

adalah dalam bentuk catatan perkembangan karena bentuk asuhan

yang diberikan berkesinambungan dan menggunakan proses yang

terus menerus dalam bentuk SOAP (Varrney, 2009).

Adapun isi SOAP antara lain :

S : Data informasi yang subjektif (mencatat hasil anamnese)

O : Data informasi yang objektif (hasil pemeriksaan dan observasi)

A : Mencatat hasil analisa (diagnosa dan masalah kebidanan)

P :Mencatat seluruh penatalaksanaan yang dilakukan (tindakan

antisipasi, tindakan segera, tindakan rutin, penyeluhan, sport,

kolaborasi, rujukan dan evaluasi).

5. Asuhan Kebidanan pada Keluarga Berencana (KB)

a. Langkah 1: Tahap Pengumpulan Data Dasar

Pada langkah pertama ini bidan mengumpulkan semua

informasi yang akurat dan lengap dan semua sumber yang berkaitan

dengan kondisi klien. Data yang diperoleh adalah: 1). Wawancara


127

(menanyakan atau tanya jawab berkaitan dengan masalah dihadapi

pasien yang disebut dengan anamnesa). 2). Pengamatan (mengamati

perilaku dan keadaan pasien untuk memperoleh data tentang

masalah kesehatan pasien). 3). Pemeriksaan fisik (melakukan

pemeriksaan pada fisik pasien untuk menentukan masalah pasien),

data dikumpulkan dengan cara inspeksi (melihat), palpasi (meraba),

auskultasi (mendengar) dan perkusi (mengetuk bagian tubuh). Data

subjektif : nama: diperlukan selain untuk melakukan administrasi juga

untuk menghindari keselahan dalam pelaksanaan tindakan medis dan

pengobatan, serta dalam hal pendiagnosaan dan berhubungan

dengan pribadi. Umur: ditanyakan untuk mengatahui sudah

berapakah usia pasien. Alamat : ditanyakan untuk memudahkan

hubungan bila diperlukan dalam keadaan mendadak. Dengan

diketahui alamat tersebut bidan dapat mengetahui tempat tinggal

pasien/klien dan lingkungannya. Pekerjaan: ditanyakan untuk

mengetahui kemungkinan pengaruhnya terhadap masalah kesehatan

klien. Agama : ditanyakan untuk mengetahui kemungkinan

pengaruhnya terhadap kebiasaan kesehatan klien, dengan diketahui

agama klien memudahkan bidan dalam melakukan pendekatan

didalam melaksanakan asuhan kebidanan Pendidikan : ditanyakan

untuk mengetahui tingkat intelektualnya, tingkat pendidikan

mempengaruhi sikap dan perilaku seseorang. Riwayat kesehatan

keluarga: ditanyakan untuk mengetahui penyakit yang sering timbul

pada keluarga karena dapat mempengaruhi keadaan ibu sendiri.

Riwayat KB: apakah ibu pernah menggunakan KB senelumnya :


128

keluhan utama, riwayat keluhan utama Aspek psikologi: ibu

membutuhkan motivasi dari bidan dan dukungan suami atau keluarga.

Aspek sosial budaya : bagaimana hubungan ibu dengan suami dan

keluarga. Pola kebiasaan sehari-hari: meliputi kebutuhan nutrisi,

eliminasi dan pola istrahat. Data objektif merupakan proses

pemeriksaan yang dilakukan meliputi pemeriksaan fisik mulai dari

inspeksi,palpasi, auskultasi dan perkusi.

b. Langkah II : Identifikasi data dasar

Pada langkah ini dilakukan identifikasi data dasar yang benar

atas data-data yang telah dikaji. Data yang sudah dikumpulkan,

diinterpretasikan sehingga dapat merumuskan diagnosa dan masalah

spesifik pada akseptor KB suntikan.

c. Langkah III : Mengidentifikasi diagnosa dan masalah potensial

Pada langkah ini mengidentifikasi diagnosa masalah potensial

yang dapat terjadi pada ibu calon akseptor KB berdasarkan diagnosa

dan masalah yang sudah diidentifikasi.

d. Langkah IV : Mengidentifikasi dan menetapkan kebutuhan tindakan

segera.

Pada tahap ini bidan mengidentifikasi kesinambungan dan

proses penatalaksanaan kebidanan dalam kondisi emergensi,

berdasarkan hasil analisa data bahwa klien membutuhkan tindakan

segera untuk menyelamatkan jiwa ibu dan bayinya. Pada langkah ini

diperlukan data baru yang lebih spesifik sehingga bidan mengetahui

penyebab langsung masalah yang ada, untuk itu diperlukan tindakan

segera yang bersifat observasi atau pengkajian kembali.


129

e. Langkah V : Rencana asuhan yang menyeluruh

Pada langkah ini informasi yang didapatkan harus lengkap.

Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang

teridentifikasi darikondisi pasien dan setiap masalah

yangberkaitan,apakah dibutuhkan penyuluhan dan konseling. Setiap

rencana disetujui oleh kedua belah pihak yaitu oleh bidan dan pasien

dapat dilaksanakan secara efektif.

f. Langkah IV: Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segerauntuk

melakukan konsultasi, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain

berdasarkan kondisi klien.

Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan

untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim

kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien.

g. Langkah V : Menyusun rencana asuhan yang menyeluruh

Pada langkah kelima direncanakan asuhan menyeluruh yang

ditentukan berdasarkan langkah-langkah sebelumnya. Rencana

asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi segala hal yang sudah

teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah terkait tetapi

juga dari kerangka pedoman antisipasi untuk klien tersebut. Semua

keputusan yang telah disepakati dikembangkan dalam asuhan

menyeluruh. Asuhan ini harus bersifat rasional dan valid yang

berdasarkan pada pengetahuan, teori terkini (up to date) dan sesuai

dengan asumsi tentang apa yang dilakukan klien. Pada hal ini penulis

dapat membuat rencana asuhan yang menyeluruh

h. Langkah VI : pelaksanaan langsung asuhan dengan efisien dan aman


130

Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti

yang diuraikan pada langkah kelima dilaksanakan secara efisien dan

aman. Perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau

sebagian lagi oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya. Walau

bidan tidak melakukan sendiri ia tetap memikul tanggung jawab untuk

mengarahkan pelaksanaannya.

i. Langkah VII: Evaluasi

Dilakukan evaluasi untuk menilai keefektifan dari asuhan yang sudah

diberikan.Merupakan tahap akhir dari manajemen kebidanan untuk

menilai hasil yang dicapai. Untuk pendokumentasian atau pencatatan

asuhan dapat diterapkan dalam bentuk SOAP

S : Subjektif, data menurut klien. Data ini diperoleh menurut

anamesa

O : Objektif, data hasilpemeriksaan fisik klien dan

pemeriksaandiagnostik serta pendukung lain termasuk catatan medis

klien yang lalu

A : Assesment,interprestasi berdasarkan data yang terkumpul

dibuatberdasarkan kesimpulan yang diidentifikasi. Diagnosa/masalah

Antisipasi diagnosa atau masalah potensial Tindakan segera oleh

bidan atau dokter, konsultasi atau kolaborasi dan rujukan

P : Planning/perencanaan merupakan gambaran pendokumentasian

dari tindakan (implementasi dan evaluasi).


131

E. Kerangka Pikir

Kerangka pikir penelitian adalah kerangka secara komperhensif yang ingin

diamati atau di ukur melalui penelitian penelitian yang akan dilakukan.

Kerangka pikir dalam penelitian dapat di diliha pada gambar dibawah ini :

Alur Asuhan Kebidanan Continuity Of Care

Ibu hamil
UK 28-42 minggu

Fisiologi Patologi

Penerapan asuhan kebidanan pada Rujuk


kehamilan fisiologi
Kunjungan I (UK < 14 minggu)
Kunjungan II (UK14-28 minggu)
Kunjungan III (UK 28-32 minggu)
Kunjungan IV (UK 33 – 42 Minggu

Bersalin

Fisologis Patologis Rujuk

Pemantauan kemajuan persalinan


kala I-IV dengan partograf

Bayi baru lahir Nifas

Fisiologis Patologi
Fisiologi Patologis Rujuk
s

Rujuk Penerapan asuhan kebidanan pada


Penerapan asuhan kebidanan pada
nifas fisiologi
BBL-neonatus fisiologis
Kunjungan I (6-8 jam PP)
Kunjungan I (umur 6-48 jam)
Kunjungan II (6 hari PP)
Kunjungan II (umur 3-7 hari) KB
Kunjungan III ( 2 minggui PP)
Kunjungan III (umur 8-28 hari)
Kunjungan IV (6 minggu PP)

Kunjungan I (4-7 hari PP) = Konseling pelayanan KB


Kunjungan II (8-14 hari PP) = evaluasi konseling
pelayanan KB
132

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis Penelitian yang penulis gunakan yaitu penelitan deskriptif, dimana

dalam penelitian ini ada dalam bentuk study kasus yang berfokus dan

diperoleh dari pengumpulan data melalui pendekatan manajemen asuhan

kebidanan 7 langkah varney dan pendekatan metode SOAP secara

komprehensif dan sistematis meliputi : Pengumpulan data dasar, intrepetasi

data dasar, identifikasi diagnosa dan atau masalah potensial, identifikasi

kebutuhan yang memerlukan tindakan segera, perencanaan asuhan yang

menyeluruh, pelaksanaan rencana asuhan yang telah disusun, serta

evaluasi asuhan kebidanan yang telah diberikan.

B. Lokasi dan Waktu

1. Lokasi

Penelitian dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas Perawatan Amahai

Kecamatan Amahai Kabupaten Maluku tengah

2. Waktu penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Desember 2019 sampai bulan Maret

2020.

C. Subjek Penelitian

Subjek pada penelitian ini yaitu Ny. X dengan usia kehamilan 28 minggu

sampai KB.

132
133

D. Instrumen

Instrumen yang digunakan dalam laporan kasus ini adalah pedoman

observasi, wawancara dan studi dokumentasi dalam bentuk format asuhan

kebidanan pada ibu hamil, bersalin, nifas, dan bayi baru lahir serta KB

dengan pendekatan 7 langkah varney dan SOAP.

Pada saat penelitian melakukan pemeriksaan langsung dengan pasien alat

yang digunakan yaitu, timbangan berat badan, pengukur tinggi badan, lila,

tensimeter, stetoskop, thermometer, arloji yang ada jarum detik, pita

centimeter, dopler, hensoap, alat tulis, partus set, hanscoon.

E. Jenis Dan Teknik Pengumpulan Data

Dalam penyusunan studi kasus ini yang digunakan sebagai metode

untuk pengumpulan data antara lain :

1. Jenis Data

a. Data primer

Data primer yaitu materi atau kumpulan fakta yang dikumpulkan sendiri

oleh peneliti pada saat berlangsungnya penelitian (Varney, 2015).

1) Pemeriksaan fisik

Menurut Handoko (2008) Pemeriksaan fisik digunakan untuk

mengetahui keadaan fisik pasien secara sistematis dengan cara :

inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi.

2) Wawancara

Wawancara adalah suatu metode yang digunakan untuk

mengumpulkan data dimana peneliti mendapatkan keterangan

atau pendirian secara lisan dari seseorang sasaran peneliti

(Responden) atau bercakap-cakap terhadap muka dengan orang


134

tersebut (Face to face) (Notoadmodjo, 2005). Wawancara

dilakukan oleh tenaga medis dengan ibu hamil Ny. S dengan

kehamilan 28 Minggu.

3) Pengamatan (Observasi)

Observasi adalah teknik pengumpulan data dengan cara

mengamati subjek Dan melakukan berbagai macam pemeriksaan

yang berhubungan dengan kasus yang akan diambil. Observasi

dapat berupa pemeriksaan umum, pemeriksaan fisik, dan

pemeriksaan penunjang (Notoadmodjo, 2005).

b. Data sekunder : adalah data yang dikumpulksn antara lain dengan

cara menggunakan rekam medis

F. Triangulasi Data

Triangulasi merupakan teknik pengumpulan data yang bersifat

menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data

yang telah ada. Triangulasi data ada dua, yaitu triangulasi sumber dan

teknik.

Triangulasi teknik, berarti peneliti menggunakan teknik pengumpulan

data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama.

Peneliti menggunakan observasi partisipatif, wawancara mendalam, dan

dokumentasi untuk sumber data yang sama secara serempak. Triangulasi

sumber berarti, untuk mendapatkan data dari sumber yang berbeda-beda

dengan teknik yang sama.

1. Sumber Data

Data yang di dapatkan diperoleh dari subjek, keluarga subjek dan bidan

yang ada pada lokasi penelitian.


135

2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang dilakukan dalam pengumpulan data dalam penelitian ini

terdiri dari :

a. Observasi yaitu suatu cara untuk memperoleh data dengan melihat

atau mengamati pasien secara langsung. Seperti menggunakan

partograf

b. Wawancara yaitu suatu bentuk komunikasi verbal atau percakapan

yang digunakan untuk mengumpulkan data langsung dari pasien.

c. Pemeriksaan fisik yaitu data yang diperoleh dengan cara periksa

pandang (inspeksi), periksa raba (palpasi), periksa dengar

(auskultasi), periksa mengetuk (perkusi).

d. Studi dokumentasi merupakan pengumpulan data yang diperoleh

melalui catatan medis bidan atau status klien. Dapat dilihat pada

gamba rberikut:
1. Keadaan Umum
2. TTV
3. Antropometri
Observasi
4. Pemeriksaan fisik
5. Pemeriksaan Lab
6. Intervensi
Data Primer 7. Implementasi

1. Buku KIA
2. Rekam Medic
Dokumentasi 3. Lembaran
partograf

1. Identitas pasien
2. Keluhan utama
3. Riwayat kehamilan
Data Sekunder 4. Riwayat kesehatan
5. Pola kebiasaan

Gambar 3.1 Data Pendokumentasian Kebidanan (Varney, 2015)


136

G. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan sebagai berikut :

1) Kehamilan

a) Tensimeter dan stetoskop

b) Timbangan berat badan

c) Pengukur lila

d) Pita cm dan leanec

e) HB sahli

f) Handscoon

2) Persalinan

a) Partus set

b) Hecting set

c) APD

d) Tensimeter dan stetoskop

3) Bayi baru lahir

a) Timbangan bayi

b) Pengukur panjang badan bayi

c) Vitamin K 0,1

d) Salep mata oxytetracilin

4) Nifas

a) Tensimeter dan stetoskop

b) 1 Buah Com berisi kassa

c) Betadine

d) Thermometer

e) Handscoon
137

5) Kb

a) Alat Kotrasepsi

H. Etika Penelitian

Etika adalah ilmu atau pengatahuan yang membahas manusia, terkait

dengan perilakunya terhadap manusia lain atau sesama manusia. Penelitian

adalah upaya mencari kebenaran terhadap semua fenomena kehidupan

manusia, baik yang menyangkut fenomena alam maupun sosial, budaya,

pendidikan, kesehatan, ekonomi, politik, dan sebagainya.

Etika penelitian ini mencakup juga perilaku penelitian atau perilaku

penelitian terhadap subyek penelitian serta sesuatu yang dihasilkan oleh

penelitain oleh masyarakat (Notoadmodjo, 2012).

Beberapa masalah etik yang biasa tejadi dalam penelitian adalah hak

untuk mendapatkan inform consent, selfdetermitation, hak terhadap privasi

dan martabat, hak terhadap anonymity dan confidentiality, hak untuk

mendapatkan penanganan yang adil dan hak terhadap perlindungan dari

ketidaknyamanan atau kerugian.

1. Informed Choice

Penulis memberikan pilihan, tujuan dan dampak bagi informen yang

diikuti selama pengumpulan data. Informan telah bersedia menjadi

responden tanpa paksaan dari pihak manapun

2. Incormed Concent

Setelah peneliti melakukan informed choice, informen setuju dengan

penjelasan yang diberikan, oleh karena itu informan menandatangani

lembar persetujuan yang telah diajukan oleh penulis

3. Confidentially
138

Peneliti menjamin kerahasiaan informasi serta data-data yang di

peroleh dari responden yang mulai dari masa kehamilan, persalinan, bayi

baru lahir, nifas dan masa antara KB. Tidak ada seorangpun dapat

memperoleh informasi tersebut kecuali jika atas ijin informan.


132

BAB IV

TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Lokasi Penelitian

Subjek penelitian ini berdomisili di Desa Soahuku Kecamatan Amahai

jaraknya kurang lebih 1 km menuju Puskesmas Perawatan Amahai,

untuk pemeriksaan ANC dan untuk pertolongan persalinan dengan

menggunakan transportasi umum. Puskesmas Perawatan Amahai

terletak di desa Souhoku. Secara geografis Puskesmas Perawatan

Amahai terletak pada daerah pesisir pantai , jumlah pegawai Puskesmas

Perawatan Amahai sebanyak 39 orang terdiri dari 34 orang PNS dan 3

orang pegawai honorer, dokter umum : 1 orang, tenaga perawat : 18

orang, tenaga bidan : 11 orang, tenaga kesling : 3 orang, tenaga gizi : 2

orang, tenaga kesmas : 1 orang. Berdasarkan persetujuan klien dengan

suami dan keluarganya merencanakan persalinan di fasilitas kesehatan

yang ada diwilayah kerja Puskesmas Perawatan Amahai

Asuhan kebidanan yang peneliti lakukan dimulai dari pengumpulan data

yang diperoleh dari ibu, data-data ini di peroleh melalui observasi,

wawancara dan pemeriksaan fisik. Data yang sudah dikumpulkan di

kelompokan menjadi data subjektif data objektif. Setelah menegakan

diagnosa, masalah dan kebutuhan, penulis kemudian membuat

perencanaan yang dilanjutkan dengan pelaksanaan dan evaluasi dalam

bentuk tujuh langkah varney dan SOAP.

132
133

B. Tinjauan kasus.

1. Asuhan kebidanan dengan 7 Langkah Varney

a. Pengumpulan data

Tanggal pengkajian : 07 Desember 2019, Jam 10.15 wit

Tempat pengkajian : Puskesmas Amahai

1) Data subjektif

a) Biodata

Nama Istri : Ny. X Nama Suami : Tn. P

Umur : 37 tahun Umur : 37 Tahun

Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Polisi

Alamat : Soahuku Alamat : Soahuku

b) Riwayat menstruasi

Ibu mengatakan haid pertama kali sekitar berusia 14 Tahun, 6

hari, dan menggantikan softeks 1 hari sebanyak 3 kali, warna

darah pada 1-3 hari merah kental dan 4-6 hari kecoklatan, tidak

pernah merasa sakit selama haid, Haid terakhir 11-05-2019

c) Riwayat kehamilan sekarang.

Ibu mengatakan:

(1) Imi adalah merupakan kunjungan ulang

(2) Ibu mengatakan sudah hampir satu bulan ini BABnya agak

keras

(3) Ini hamil yang ke ketiga, pernah melahirkan 2 kali dan

tidak pernah keguguran


134

(4) Telah merasakan gerakan janin pada usia 4 bulan

(5) Ibu mengatakan selama hamil ibu melakukan pemeriksaan

di Puskesmas Perawatan Amahai. pemeriksaannya sudah

dua kali kunjungan yaitu umur kehamilan 20 minggu dan

24 minggu.

(6) Ibu mengatakan sudah mendapatkan imunisasi lanjutan TT

2.

(7) Tidak menemui masalah atau tanda bahaya seperti

perdarahan pervaginam, sakit kepala yang hebat,

gangguan penglihatan dan odema.

(8) Tidak pernah menggunakan jamu-jamuan atau obat-

obatan selain obat-obatan dari bidan yaitu Fe, Calact dan

Vitamin C.

d) Riwayat kesehatan keluarga

Ibu mengatakan di dalam keluarga tidak ada yang menderita

penyakit menular seperti TBC, hepatitis, dan penyakit turunan

seperti kencing manis, asma, kelainan jiwa, serta keluarga

tidak memiliki riwayat kehamilan kembar.

Riwayat kesehatan (termasuk penyakit-penyakit yang diderita

dahulu dan sekarang)

Ibu mengatakan tidak pernah dan tidak sedang menderita

penyakit kronik atau akut seperti jantung, hipertensi, serta

turunan, seperti kencing manis, dan asma. Selama kehamilan

ini ibu telah mendapat imunisasi TT2.


135

e) Pola kebiasaan sehari-hari

(1) Pola Nutrisi

Selama hamil : Ibu makan 3-4x/hari porsi sedang (nasi,

lauk, sayur) dan minum 6-8 gelas /hari (air putih, teh)

Sebelum hamil : Ibu makan 2x/hari porsi sedang (nasi,

lauk, sayur) dan minum 4-5 gelas /hari (air putih)

(2) Pola Eliminasi

Selama hamil: BAB 2 hari sekali (agak keras, agak

kehitaman, bau khas) / BAK 7-8x/hari (kuning jernih, bau

khas)

Sebelum hamil: BAB1x/hari (lunak, kuning, bau khas) /

BAK 3-5x/hari (kuning, bau khas)

(3) Pola Istirahat Tidur

Selama hamil : siang 1-2 jam / malam 6-8 jam

Sebelum hamil : siang 1-2 jam / malam 6-8 jam

(4) Pola Aktivitas

Selama hamil : ibu melakukan kegiatan rumah tangga dan

dibantu oleh suaminya (memasak, menyapu,

membersihkan rumah, dan mengurus keluarga)

Sebelum hamil : ibu melakukan kegiatan rumah tangga

sesekali dibantu oleh suaminya (memasak, menyapu,

membersihkan rumah, dan mengurus keluarga)

(5) Pola Seksualitas

Selama hamil : Jarang (1x/minggu)

Sebelum hamil: 2-3x/minggu


136

(6) personal hygiene

Mandi dan gosok gigi : 2x/hari

Ganti celana dalam: 2x/hari

Keramas : 2 hari sekali

f) Riwayat psikososial

Kehamilan ini direncanakan dan telah di setujui oleh suami

maupun keluarga. suami dan keluarga sangat bahagia

dengan kehamilan ini.

g) Riwayat perkawinan

Ibu mengatakan menikah satu kali dengan suaminya yang

sekarang, telah menikah sah menurut agama. Saat menikah

ibu berusia 21 tahun, dan suaminya 25 tahun, lamanya

menikah 8 tahun

2) Data objektif

a) Tafsiran Persalinan : 18-02- 2020

b) Pemeriksaan umum

Keadaan umum : baik

Kesadaran: composmentis.

Tekanan darah : 110/7 0 mmHg

Nadi : 84 x/m

RR : 24 x/m

Suhu : 36,30c

Tinggi badan : 155 cm

Berat badan : Sebelum Hamil : 57 kg

Saat Hamil : 64 Kg
137

Lila : 28,5 cm

c) Pemeriksaan Head to Toe

Kepala : Kulit kepala bersih, tidak ada lesi,

penyebaran rambut merata, rambut tidak

rontok, tidak ada ketombe.

Muka : Tidak odema, tidak ada cloasma

Mata : Simetris kanan/kiri, conjungtiva merah

muda, sclera putih, tidak ada strabismus,

tidak ada secret pada mata.

Telinga : Simetris kanan/kiri, tidak ada serumen,

dan tidak ada radang pada telinga

Hidung : Simetris kiri/kanan, tidak ada secret, tidak

ada polip dan tidak ada pernapasan

cuping

Mulut : Bibir lembab, lidah bersih, tidak ada

stomatitis, tidak ada karies gigi, gusi tidak

bengkak, lidah bersih, tidak ada

pembesaran tonsil

Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid,

tidak ada pembesaran kelenjar pembuluh

limfe dan tidak ada pembesaran vena

jugularis.

Dada : Tidak ada retraksi dinding dada

Payudara : Simetris kanan/kiri, bersih, ada

pengeluaran kolostrum, puting susu


138

menonjol, ada hiperpigmentasi pada

areola mamae, tidak ada benjolan, tidak

ada nyeri tekan, inspeksi dan palpasi

ketiak tidak ada pembesaran kelenjar

getah bening

Perut : Perut besar sesuai usia kehamilan dan

ada linea nigra.

Leopold I : Teraba lunak tidak

melenting (bokong)

dan tinggi fundus

menurut Leopold 3

jari atas pusat, tinggi

fundus uteri

menggunakan pita cm

26 cm

Leopold II : Teraba bagian yang

memanjang, keras

pada bagian kanan

(punggung kanan)

leopold III : Teraba keras, bulat

dan melenting

(presentasi letak

kepala)

leopold IV : Bagian terendah janin

belum masuk pintu


139

atas panggul

(convergent).

DJJ : 142x/m

TBJ Menurut Mc Donal

( TFU-12)x155 = (26-

12)x155 =2.170 gr

Genetalia : tidak ada keputihan

Ekstremitas : Tidak oedem, tidak varises, refleks patela

kiri positif / kanan positif

Pemeriksaan Penunjang : HB : 11,4 gr%

b. Interpretasi Diagnosa dan Data Dasar

Diagnosa aktual : Ny X, Umur 37 tahun, GIII PII A0 usia kehamilan 28

Minggu, punggung kanan, presentasi kepala, konvergen, janin hidup,

tunggal, intra uterin, ibu dan janin baik.

Data dasar : Ibu mengatakan usia 37 tahun, Ini hamil yang ke ketiga, pernah

melahirkan 2 kali dan tidak pernah keguguran, ibu mengatakan sudah

hampir 1 bulan ini BAB agak keras, haid terakhir 11-05-2019, teraba lunak

tidak melenting (bokong) dan tinggi fundus menurut Leopold 3 jari atas

pusat, tinggi fundus uteri menggunakan pita cm 26 cm, teraba bagian yang

memanjang, keras pada bagian kanan (punggung kanan), teraba keras,

bulat dan melenting (presentasi letak kepala), bagian terendah janin belum

masuk pintu atas panggul (convergent), DJJ 142 x/m dan Menurut Mc

Donal ( TFU-12)x155 = (26-12)x155 =2.170 gr

Masalah aktual : gangguan pola eleminasi


140

c. Identifikasi Diagnosa Masalah Potensial : Tidak ada

Menetapkan kebutuhan yang memerlukan penanganan segera : tidak ada

d. Merencanakan asuhan yang menyeluruh

1. Menginformasikan tentang hasil pemeriksaan pada ibu

2. Berikan KIE tentang tanda bahaya kehamilan, tanda – tanda persalinan

dan persiapan persalinan

3. Anjurkan ibu untuk mengkonsumsi tablet Fe secara teratur

4. Anjurkan Ibu untuk mengkomsumsi makanan yang berserat seperti

sayuran hijau dan buah-buahan

5. Jelaskan tanda bahaya kehamilan trimester III

6. Jelaskan tentang ASI esklusif

7. Anjurkan pada ibu untuk kembali 4 minggu lagi dan bila ada tanda-tanda

persalinan ibu secepatnya periksa ke bidanatau bila ada keluhan yang

dirasakan ibu

e. Melaksanakan rencana asuhan yang menyeluruh

Tanggal : 10 Desember 2019, Jam : 10 : 40 WIT

1. Menginformasikan pada ibu hasil pemeriksaan tentang perkembangan

kehamilannya dan keadaan janinnya dalam keadaan sehat, Ibu telah

mengetahui keadaannya dan janinnya saat ini.

2. Memberikan KIE tentang tanda bahaya kehamilan, tanda – tanda

persalinan dan persiapan persalinan

3. Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi tablet Fe secara teratur

4. Menganjurkan Ibu untuk mengkomsumsi makanan yang berserat seperti

sayuran hijau dan buah-buahan

5. Menjelaskan tanda bahaya kehamilan trimester III


141

6. Menjelaskan tentang ASI esklusi

7. Menganjurkan pada ibu untuk kembali 4 minggu lagi dan bila ada

tanda-tanda persalinan ibu secepatnya periksa ke bidanatau bila ada

keluhan yang dirasakan ibu

f. Evaluasi

Tanggal pengkajian : 10 Desember 2019 Jam : 11.20 Wit

1. Ibu sudah tahu tentang hasil pemeriksaannya

2. Ibu sudah mengerti tentang tanda bahaya dalam kehamilan,

persiapan persalinan dan tanda- tanda persalinan

3. Ibu akan mengkonsumsi tablet Fe sesuai yang di anjurkan

4. Ibu bersedia mengkonsumsi makanan yang berserat bergizi

selama masa kehamilan

5. Ibu mengerti tentang tanda bahaya kehamilan trimester III

6. Ibu mengerti tentang ASI Ekslusif

7. Ibu mengerti dan berjanji akan kembali sesuai waktu yang

ditentukan.
142

Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil


Pemeriksaan Ke Dua

Tgl : 4 Januari 2020

Jam : 09 : 00 WIT

A. Data Subjektif

1. Ibu mengatakan ingin memeriksakan kehamilanya

2. Ibu mengatakan BABnya sudah tidak keras lagi

3. Ibu mengatakan janinnya bergerak aktif

B. Data Objektif

1. KU: baik, kesadaran compomentis

2. Tanda – tanda vital : TD : 110 / 80 mmHg, N : 82x / menit, R : 22x/menit,

Suhu 36,5°C.

3. Berat Badan : 65 kg

4. Pemeriksaan payudara : Ada pengeluaran colostrum

5. Pemeriksaan abdomen : Leopold I : TFU ½ pusat – PX bagian fundus

teraba lunak, tidak melenting yaitu bokong (28 cm), Leopold II : Teraba

bagian memanjang seperti papan di sebelah kanan perut ibu (Pu-Ka) dan

teraba bagian – bagian kecil di sebelah kiri perut ibu (ekstremitas),

Ledopold III : bagian terendah janin teraba bulat, keras, dan melenting

yaitu kepala, Leopold IV : bagian terendah janin sudah masuk Pintu Atas

Panggul (divergent), DJJ: 136x/menit di bagian 3 jari di bawah puctum

maximum sebelah kanan perut ibu, TBJ: 2635 gram

C. Analisa

GIII PII A0 hamil 32 minggu, punggung kanan, let-kep, divergen, janin hidup

tunggal, hidup, intra uterin


143

D. Penatalaksanaan

Tgl : 7 Januari 2020

Jam : 09 : 30 WIT

1. Menjelaskan kepada ibu tentang kehamilannya saat ini dalam kondisi

normal dan sehat

Hasil : Ibu mengerti

2. Menganjurkan pada ibu untuk banyak beristirahat dan jangan melakukan

pekerjaan yang berat

Hasil : Ibu mengerti

3. Menganjurkan pada ibu untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi

Hasil : Ibu mengerti

4. Menganjurkan pada ibu agar tidur miring ke kiri dan jangan terlalu lama

tidur terlentang karena dapat mengakibatkan suplay oksigen ke janin

berkurang sehingga bisa mengakibatkan gawat janin.

Hasil : Ibu mengerti dengan anjuran yang diberikan

5. Menjelaskan pada ibu tentang tanda-tanda awal persalinan seperti

pengeluaran darah dan ledir dari jalan lahir, kontraksi yang terus menerus.

Hasil : Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan

6. Menganjurkan ibu untuk kembali kontrol ke Puskesmas 2 minggu

kemudian tanggal 21 Januari 2020 namun apabila ada keluhan yang di

rasakan ibu bisa datang kapan saja.

Hasil : Ibu akan kontrol kembali sesuai tanggal yang ditentukan


144

Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil


Pemeriksaan Ke Tiga

Tgl: 21 Januari 2020

Jam 09 : 00 wit

A. Data Subjektif

1. Ibu mengatakan ingin memeriksakan kehamilanya

2. Ibu mengatakan sering BAK pada malam hari menyebabkan ibu sering

terbangun

3. Gerakan janin aktif

B. Data Objektif

1. KU: baik, kesadaran composmentis,

2. Tanda – tanda vital : TD : 110 / 80 mmHg, N : 82x / menit, R : 22x/menit,

S : 36,5°C.

3. Berat Badan : 65.6 kg

4. Pemeriksaan payudara : Ada pengeluaran colostrum

5. Pemeriksaan abdomen : Leopold I : TFU ½ Pusat - PX bagian fundus

teraba lunak, tidak melenting yaitu bokong (29 cm), Leopold II : Teraba

bagian memanjang seperti papan di sebelah kanan perut ibu (Pu-Ka) dan

teraba bagian – bagian kecil di sebelah kiri perut ibu (ekstremitas),

Ledopold III : bagian terendah janin teraba bulat, keras, dan melenting

yaitu kepala, Leopold IV : bagian terendah janin sudah masuk Pintu Atas

Panggul (divergent), DJJ: 136x/menit di bagian 3 jari di bawah puctum

maximum sebelah kiri perut ibu, TBJ: 2.790 gram


145

C. Analisa

GIII PII A0 hamil 34 minggu, punggung kanan, let-kep, divergen, janin hidup

tunggal, hidup, intra uterin

D. Penatalaksanaan

Tgl : 21 Januari 2020 Jam 09 : 30 WIT

1. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada ibu bahwa ibu dan janin yang di

kandung dalam keadaan baik.

Hasil : ibu mengerti

2. Menganjurkan pada ibu agar tidur miring kiri dan jangan terlalu lama tidur

terlentang hal ini dapat mengakibatkan supley oksigen kedalam rahim

terganggu dan dapat mengakibatkan gawat janin.

Hasil : Ibu mengerti dan mau melakukan.

3. Menganjurkan ibu agar beristirahat yang cukup dan mengkonsumsi makan

yang bergizi

Hasil : ibu menerima dan mau melakukannya.

4. Menganjurkan ibu untuk mengurangi aktivitas yang berat

Hasil : Ibu mengatakan sudah tidak pernah lagi melakukan pekerjaan yang

berat

5. Menjelaskan pada ibu tentang masalah sering BAK. Keadaan ini di

pengaruhi karena adanya perubahan hormon yang mengakibatkan sistem

kerja ginjal lebih ekstra untuk mengahsilkan urin sehingga menyebabkan

ibu sering merasa BAK

Hasil : Ibu mengerti

6. Menjelaskan pada ibu untuk menjaga personal hygiene terutama daerah

genetalia
146

Hasil : Ibu mengerti

7. Menganjurkan ibu apabila ada tanda- tanda persalinan segera ke fasilitas

kesehatan seperti ada pengeluaran darah dari jalan lahir, ketuban dll.

Hasil : Ibu mengerti

8. Memberitahu ibu untuk persiapan persalinan, yaitu: Tempat persalinan,

memilih tenaga kesehatan terlatih, pengambilan keputusan, transportasi,

tabungan/dana, ibu mengerti dengan penjelasan yang di berikan.

9. Menganjurkan ibu untuk datang 1 minggu tanggal 28 Januari 2020

Hasil : Ibu akan mengikuti anjuran bidan untuk datang pada tanggal 28

Januari 2020 dan apabila belum melahirkan.

Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil

Pemeriksaan Ke Empat

Tanggal 28 januari 2020 Jam 09 : 00 WIT

A. Data Subjektif

1. Ibu mengatakan ingin memeriksakan kehamilanya

2. Ibu mengatakan sering BAK pada malam hari

3. Gerakan janin aktif

4. Ibu mengeluh sering merasa sakit pada perut bagian bawah

B. Data Objektif

1. KU: baik, kesadaran composmentis,

2. Tanda – tanda vital : TD : 110 / 80 mmHg, N : 82x / menit, R : 22x/menit,

S : 36,5°C.

3. Berat Badan : 66 kg

4. Pemeriksaan payudara : Ada pengeluaran colostrum


147

5. Pemeriksaan abdomen : Leopold I : TFU 3 jari di bawah PX bagian fundus

teraba lunak, tidak melenting yaitu bokong (31 cm), Leopold II : Teraba

bagian memanjang seperti papan di sebelah kanan perut ibu (Pu-Ka) dan

teraba bagian – bagian kecil di sebelah kiri perut ibu (ekstremitas), Leopold

III : bagian terendah janin teraba bulat, keras, dan melenting yaitu kepala,

Leopold IV : bagian terendah janin sudah masuk Pintu Atas Panggul

(divergent), DJJ: 136x/menit di bagian 3 jari di bawah puctum maximum

sebelah kiri perut ibu, TBJ: 3100 gram

E. Analisa

GIII PII A0 hamil 36 minggu, punggung kanan, let-kep, divergen, janin tunggal,

hidup, intra uterin

F. Penatalaksanaan

Tgl : 28 Januari 2020 Jam 09 : 00 WIT

1. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada ibu bahwa ibu dan janin yang di

kandung dalam keadaan baik.

Hasil : ibu menerima.

2. Menganjurkan pada ibu agar tidur miring kiri dan jangan terlalu lama tidur

terlentang hal ini dapat mengakibatkan supley oksigen ke janin berkurang

sehingga dapat mengakibatkan gawat janin.

Hasil : Ibu mengerti dan mau melakukannya

3. Menganjurkan pada ibu agar beristirahat yang cukup dan mengkonsumsi

makanan yang bergizi tetapi korbohidrat harus di kurangi.

Hasil : ibu mengerti dengan anjuran yang di berikan


148

4. Menganjurkan ibu untuk olah raga ringan seperti jalan pagi untuk melatih

pola pernafasan sehingga mempermudah ibu dalam menghadapi proses

persalinan nanti

Hasil : Ibu mengerti dengan anjuran yang di berikan

5. Menganjurkan ibu apabila ada tanda-tanda persailinan seperti

pengeluaran lendir bercampur darah dari jalan lahir atau pengeluaran air

ketuban segeralah ke fasilitas kesehatan

Hasil : Ibu mengerti dan akan ke fasilitas kesehatan bila ada tanda –

tanda persalinan

ASUHAN KEBIDANAN IBU BERSALIN PADA NY X


DI PUSKESMAS PERAWATAN AMAHAI

Hari/Tanggal : 10 Februari 2020


Waktu : 11.30 WIT
Tempat : Puskesmas Perawatan Amahai
Pengkaji : Lina Nina

KALA I

A. Subjektif

1. Anamnesa

Nama Ibu : Ny. X

Umur : 37 tahun

Kebangsaan : Indonesia

Agama : Islam

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Ibu rumah tangga


149

Alamat : Soahuku

2. Keluhan Utama

Ibu mengatakan perutnya mules sejak jam 00.35 WIT serta keluar lendir

bercampur darah dari jalan lahir, ibu sudah makan dan minum teh panas 1

gelas, gerakan janin masih di rasakan.

3. Riwayat Persalinan Sekarang

HPHT : 11-05-2019

B. Objektif

1. Pemeriksaan umum

a. KU : baik, kesadaran : composmentis

b. TD : 120/80 mmHg, S: 36°C, P : 27x/menit, N : 84x/menit

c. DJJ : 130 x/menit

d. Pemeriksaan dalam Jam 11.35 WIT : vulva tidak ada odem, vagina

hangat dan lembab, portio tebal, serviks ɸ 7 cm, kantong ketuban utuh

menonjol, persentase kepala, posisi ubun–ubun kanan depan,

penurunan bagian terendah Hodge IV, molase 0 (tidak ada penyusupan)

kesan panggul normal, pengeluaran lendir dan darah.

e. HIS 4x10 menit durasi 45 detik

C. Analisa

GIiI PIi A0 Uk 39 minggu inpartu kala I fase aktif , janin hidup tunggal intra

uteri, presentasi kepala, keadaan ibu dan janin baik


150

D. Penatalaksanaan

Tanggal : 10 Februari 2020 Jam : 11.35 WIT

1. Memberitahu kepada ibu tentang kondisinya saat ini bahwa ibu telah

memasuki waktunya untuk bersalin dan untuk saat ini kondisi ibu dalam

keadaan normal.

Hasil : Ibu telah mengetahui hasil pemeriksaan

2. Menganjurkan kepada ibu, jika ibu ingin tidur dianjurkan untuk miring

kekiri, dan meminta keluarga untuk menemaninya.

Hasil : Ibu mengerti

3. Membimbing dan mengajarkan teknik relaksasi sewaktu ada his yaitu

dengan menarik nafas panjang, tahan sebentar kemudian dikeluarkan

dengan cara meniup perlahan-lahan sewaktu ada his.

Hasil : Ibu mengerti,dan mau melakukannya ketika ada his

4. Membantu mengurangi rasa sakit pada ibu dengan masase daerah

pinggang dan punggung kemudian mengajarkannya kepada suami untuk

melakukannya. Suami pasien dapat melakukannya

5. Memberikan kecukupan nutrisi dengan memberikan makan dan minuman

untuk menghindari terjadinya dehidrasi dan menambah tenaga, dan

meminta keluarga untuk membantu memberikannya.

Hasil : Ibu makan dan minum teh hangat +200 ml

6. Menganjurkan kepada ibu untuk tidak menahan BAK atau BAB.

Hasil : Ibu mengerti

7. Mengobservasi selama kala I meliputi his, DJJ, nadi, suhu, TD, penurunan

kepala, pembukaan serviks setiap 4 jam atau jika ada indikasi, dan dicatat

dalam lembar observasi.


151

Hasil : Hasil pemeriksaan dalam batas normal, dan telah dicatat dalam

lembar observasi.

8. Menyiapkan partus set, alat resusitasi, obat – obat yang akan digunakan

pada saat persalinan, kelengkapan ibu dan bayi.

Hasil : Semua sudah disiapkan

KALA II

Tanggal : 10 Februari 2020 Jam : 14.35 WIT

A. Subjektif

Ibu mengatakan perutnya semakin mules, keluar cairan bercampur darah dari

kemaluannya dan ingin mau BAB.

B. Objektif

1. KU : baik, kesadaran : Composmentis

2. TD : 120/80 mmHg, S: 36°C, P : 26x/menit, N : 88x/menit

3. DJJ : 140 x/menit

4. Pemeriksaan dalam : vulva tidak ada odem, vagina hangat dan lembab,

portio lunak, serviks ɸ 10 cm, ketuban pecah jam 14.55 WIT berwarna

jernih, persentase kepala, posisi ubun – ubun kanan depan, penurunan

bagian terendah Hodge IV, kesan panggul normal, pengeluaran lendir dan

darah. HIS 5x10 menit Durasi 50 detik

C. Analisa

GIIi PiI A0 inpartu kala II janin tunggal hidup intra uteri.

D. Penatalaksanaan

1. Memberitahu pada keluarga hasil pemeriksaan, bahwa ibu akansegera

melahirkan.

Hasil : Ibu dan keluarga telah mengetahuihasil pemeriksaan


152

2. Memberikan dukungan kepada ibu dengan tetap menghadirkan

keluarganya.

Hasil : Ibu ditemani ibu dan suaminya

3. Mempersiapkan diri dengan memakai celemek, masker, mencuci tangan.

Obat dan alat sudah didekatkan.

Hasil : sudah di lakukan

4. Menjaga kebersihan ibu dengan segera membersihkan lendir dan darah

dari jalan lahir.

Hasil : Darah dan lendir telah dibersihkan

5. Menganjurkan ibu untuk memilih posisi meneran yaitu setengah

duduk,atau jongkok.

Hasil: Ibu memilih posisi setengah duduk di bantu suami

6. Mengajarkan ibu untuk meneran jika ada kontraksi ibu tari nafas panjang

dan meneran dengan menarik kaki sampai menyentuh dada dan melihat

keperut.

Hasil : Ibu mengerti dan bisa melakukannya saat ada kontraksi

7. Memimpin persalinan pada saat ada his, ibu dipimpin meneran dan dipuji,

pada saat tidak ada his, ibu dipersilahkan istirahat dan mengatur nafas,

serta memberikan minum.

Hasil : Ibu mau meneran saat dipimpin dan ibu mau minum

8. Melakukan pertolongan persalinan

a. Pembukaan lengkap, ibu ingin meneran, penolong memasang handuk

diatas perut ibu dan memasang alas bokong pada bokong ibu, ibu

dipimpim meneran saat ada his dengan tangan merangkul kedua

lutut kearah dada dan menempelkan dagu ke dada dengan mata


153

melihat keperut. Handuk dan alas bokong telah terpasang, dan ibu

bisa meneran dengan baik

b. Ibu dipimpin meneran setiap ada his dan memuji ibu, bila tidak ada his

anjurkan untuk istirhat dan minum. Kepala makin maju dan tampak di

vulva, perineum meregang dan menipis. Penolong memakai sarung

tangan steril pada kedua tangan. Kepala bayi ditahan dengan tangan

kanan penolong menahan perinium dengan menggunakan alas untuk

mencegah terjadinya robekan perinium, tangan kiri penolong menahan

belakang kepala bayi sehingga tidak terlalu cepat defleksi. Ibu dipimpin

meneran, dan suboksiput berada di bawah sympisys, maka lahirlah

berturut-turut ubun-ubun, dahi, mata, hidung, mulut, dagu dan seluruh

kepala bayi. Pada saat kepala bayi lahir, ibu diminta menarik nafas dan

jangan meneran, cek lilitan tali pusat (tidak terdapat lilitan), kemudian

kepala janin mengadakan putaran paksi luar searah punggung janin.

Penolong memegang kepala janin secara biparietal dan arahkan kepala

bayi kebawah untuk melahirkan bahu depan, lalu keatas untuk

melahirkan bahu belakang, badan disangga dan disusur maka

lahirlah seluruh badan bayi, menilai bayi dengan cepat, warna kulit

kemerahan, tonus otot baik, pernafasan baik. Bayi langsung diletakan

di atas perut ibu dan dikeringkan, tali pusat dijepit dan dipotong. Kala

II berjalan dengan lancar ditandai dengan lahirnya bayi tanggal 10

Februari 2020 jam 15.05 WIT jenis kelamin perempuan, berat badan

3200 gram, Panjang Badan: 49 cm. LK : 34 cm


154

KALA III

Tanggal : 10 Februari 2020 Jam : 15.20 WIT

A. Subjektif

Ibu mengatakan merasa lelah dan sedikit mules dan nyeri pada perut bagian

bawah

B. Objektif

Bayi telah lahir, dan tidak teraba adanya janin kedua, keadaan ibu tampak

kelelahan, TFU Setinggi pusat, kandung kemih Kosong, adanya tanda

pelepasan plasenta seperti, semburan darah tiba-tiba, tali pusat

memanjang, uterus membundar, ibu tampak kelelahan, pengeluaran darah ±

100 cc.

C. Analisa

P IIi A0 inpartu kala III keadaan umum ibu baik

D. Penatalaksanaan

1. Memberitahu kepada ibu tindakan yang akan dilakukan selanjutnya yaitu

ibu akan disuntikan oksitosin untuk membantu uterus berkontraksi

sehingga plasenta bisa lahir

Hasil : Ibu mengizinkan dan mengerti

2. Memastikan kandung kemih kosong

Hasil : kandung kemih dalam keadaan kosong

3. Menyuntikan oksitosin 10 IU secara IM pada 1/3 paha bagian atas paha

kanan bagian luar.

Hasil : Oksitosin telah disuntikan

4. Melakukan peregangan tali pusat terkendali


155

a. Memindahkan klem yang telah dijepit sewaktu persalinan kala II pada

tali pusat sekitar 5-6 cm dari vulva

b. Meletakan tangan yang lain pada abdomen ibu yang beralaskan kain

tepat di atas tulang pubis, gunakan tangan kiri untuk meraba kontraksi

uterus dan menahan uterus pada saat melakukan penegangan pada

tali pusat, berikan tekanan menahan yang berlawanan arah pada

bagian bawah bodi uterus secara mendorong uterus kearah atas dan

belakang (dorsocranial) dengan hati-hati saat terjad ikontraksi yang

kuat, untuk menghindari terjadinya inversion uteri

c. Tunggu hingga ada kontraksi uterus mungkin sekitar dua atau tiga

menit.

d. Pada saat kontraksi mulai (uterus menjadi bulat atau tali pusat

memanjang) tegangkan tali pusat kearah bawah dengan hati-hati

untukmelahirkan plasenta

5. Setelah plasenta terlepas, menganjurkan ibu untuk meneran sehingga

plasenta akan terdorong keintroitus vagina, lalu dipegang dengan kedua

tangan putar searah jarum jam.

6. melakukan masase fundus segera setelah plasenta keluar untuk

mengecek kontraksi uterus, selama15 detik

7. mengecek kelengkapan plasenta, plasenta lahir jam 15.20 WIT tidak ada

selaput yang tertinggal


156

KALA IV

Tanggal : 10 Februari 2020 Jam : 15.35 WIT

A. Subjektif

Ibu merasa lelah tapi senang bayinya telah lahir, merasa nyeri pada jalan

lahir.

B. Objektif

KU: tampak lemas, kesadaran comsimentis, TD: 120/70 mmHg, Nadi :

80x/menit, Pernafasan: 24x/menit, Suhu: 36.5 °C, kontraksi uterus baik,

kandung kemih kosong, TFU 2 jari bawah pusat, perdarahan 150 cc ( 2 kali

ganti kain ), tidak ada laserasi.

C. Analisa

PIiI A0 inpartu kala IV

D. Penatalaksanaan

1. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga

Hasil : Ibu dan keluarga sudah mengerti

2. Memeriksa robekan jalan lahir

Hasil : Tidak ada robekan

3. Melakukan pengecekan kembali kontraksi uterus.

Hasil : Kontraksi uterus baik teraba keras bundar

4. Mengajarkan ibu dan keluarga untuk melakukan massase dengan cara

letakkan telapak tangan pada uterus dan memutar searah jarum jam

sampai uterus teraba bulat dengan keras.

Hasil : Ibu dan keluarga sudah mengerti dan akan melakukannya


157

5. Mengajarkan kepada ibu cara menilai kontraksi yang baik dengan cara

meraba uterus yang keras dan bundar dan ibu dianjurkan untuk segera

memanggil bidan jika uterus lembek karena kemungkinan akan terjadi

perdarahan.

Hasil : Ibu mau melakukannya dan terlihat mengerti.

6. Memberikan rasa nyaman kepada ibu dengan cara: membersihkan ibu

dan mengganti pakaian ibu dengan pakaian yang bersih dan kering.

Hasil : Sudah dilakukan

7. Membersihkan tempat dan merendam semua alat-alat dalam cairan clorin

0,5% selama 10 menit yang kemudian dibersihkan, dibilas, dikeringkan

dan kemudian disterilkan kembali.

Hasil : Sudah dilakukan

8. Penolong membersihkan diri dengan mencuci tangan di air

yang mengalir. Semua kegiatan telah dilakukan, dan ibu terlihat lebih

nyaman

9. Melakukan bounding attachment/kontak dini dengan membiarkan ibu dan

bayi dalam satu ruangan.

Hasil : Bayi dan ibu berada dalam satu ruangan

10. Menganjurkan ibu untuk ambulasi dini dengan cara melakukan gerakan

gerakan ringan seperti miring kiri atau miring kanan dan bila ibu tidak

pusing boleh turun dari tempat tidur dan tidak menahan BAK atau BAB.

Hasil : Ibu mengetakan akan melakukannya

11. Menganjurkan ibu untuk makan dan minum sehingga kebutuhan nutrisi

tercukupi

Hasil : Ibu mengerti


158

12. Melakukan observasi kala IV meliputi Tekanan Darah, Nadi, Suhu, TFU,

kontraksi, Kandung kemih dan Perdarahan.

Hasil observasi tertulis di dalam patograf

13. Mendokumentasikan asuhan yang sudah dilakukan pada catatan SOAP

dan patograf

Hasil : Sudah dilakukan

ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR NY X


Tanggal 10 Februari 2020

A. Subjektif

Ibu mengatakan merasa senang karena bayinya telah lahir, riwayat

kehamilan ibu usia kehamilan 39 minggu. Riwayat persalinan kala II

ketuban jernih dan lama kala II 15 menit.

B. Objektif

Bayi lahir jam 15.20 WIT, jenis kelamin perempuan, menangis kuat,

pergerakan aktif, warna kulit kemerahan, apgar skore menit pertama 8/9,

pemeriksaan fisik normal, tidak ada kelainan kongenital, Pernapasan 49

kali/menit, suhu 36,50C, denyut jantung 142 kali/menit. BB 3200 gram,

PB 49 cm, lingkar kepala 34 cm.

C. Analisa

Neonatus Ny X, Perempuan, cukup bulan, sesuai masa kehamilan, usia 0

hari dan 0 jam

D. Pelaksanaan
159

Meletakkan bayi diatas perut ibu. Hasil : telah dilakukan

a. Mengeringkan bayi dari lendir dan darah dengan menggunakan handuk

diatas perut ibu. Hasil : telah dilakukan

b. Mengganti handuk dengan handuk kering dan bersih. Hasil : telah

dilakukan

c. Melakukan skin to skin antara ibu dan bayi serta insiasi menyusu dini,

membantu menfasilitasi ibu memberikan ASI pada bayi dan meminta

bantuan suami ibu. Hasil : telah dilakukan

d. Meminta ibu untuk memeluk bayinya dengan penuh kasih saying. Hasil :

ibu tampak memeluk bayinya dengan penuh kasih saying

e. Mengoleskan salep mata pada kedua mata bayi. Hasil : telah dilakukan

f. Menyuntik vitamin K secara intra muskuler pada paha bayi. Hasil : telah

dilakukan

g. Setelah 1 jam penyuntikan vitamin K, bayi diberikan imunisasi Hb 0.

Hasil : telah dilakukan

h. Memberikan bayi kepada ibu untuk disusui. Hasil : telah dilakukan

Pendokumentasian Asuhan Kebidanan Pada Bayi X Umur 6 Jam

Tanggal : 10 Februari 2020

Jam : 21.05 WIT

A. Data Subjektif

1. Ibu mengatakan bayinya sudah dapat menyusui

2. Ibu mengatakan tidak mendapatkan tanda – tanda bahaya pada bayinya

3. Bayi sudah BAB 1 kali dan BAK 3 kali

B. Data Objektif
160

Keadaan Umum: baik, Berat Badan : 3200 gram, Panjang Badan: 49 cm,

Lingkar Kepala: 34 cm, pernafasan: 52x/menit, suhu : 36.5°c, warna kulit

kemerahan, menangis kuat, tonus otot baik, tidak ada tanda tanda kelainan

pada bayi, refleks hisap (+), refleks menelan ( +), refleks morro (+), cukup

bulan, tali pusat bersih dan masih basah

C. Analisa

Neonatus Cukup Bulan Sesuai Masa Kehamilan usia 6 jam dengan keadaan

normal

D. Penatalaksanaan

1. Memberitahukan hasil pemeriksaan pada ibu bahwa bayi dalam keadaan

sehat.

Hasil : Ibu mengerti

2. Melakukan pemantauan kembali tentang frekuensi pernafasan, warna

kulit, aktifitas dari otot-otot.

Hasil : Bayi terlihat sehat dengan tidak menunjukkan tanda-tanda bahaya

3. Memeriksa kembali dengan seksama tentang kondisi fisik bayi.

Hasil : Tidak ditemukan adanya kecacatan fisik

4. Menganjurkan kepada ibu untuk selalu mendekap bayinya dan selalu

mengganti popok bayinya ketika bayi BAK atau BAB.

Hasil : Ibu mengatakan akan melakukannya

5. Memberitahu ibu agar menjaga tali pusat tetap kering setelah terkena air

kencing atau di mandikan.

Hasil : Ibu mengatakan dapat memahaminya

6. Menasehati ibu agar menyusui bayinya secara aktif, membangunkan

bayinya secara teratur setiap 2-3 jam, minimal 4 jam sekali atau sesuai
161

kebutuhan bayi, dan menganjurkan ibu untuk menyendawakan bayinya

setiap setelah menyusui.

Hasil : Ibu mengatakan akan melakukannya

7. Menganjurkan ibu untuk menjaga kehangatan bayinya dengan cara di

bedong menggunakan kain bersih dan kering

Hasil : Ibu mengerti

8. Menganjurkan ibu untuk menjemur bayinya secara rutin setiap jam 08.00

WIT sampai 08.30 WIT secara bertahap yaitu hari pertama selama 5

menit, hari kedua 10 menit, dan seterusnya setiap 15-20 menit.

Hasil : Ibu mengerti dan akan melaksanakannya

9. Jelaskan pada ibu untuk segera memeriksakan bayinya ke fasilitas

apabila mendapat tanda- tanda bahaya sebagai berikut:

a) Suhu tubuh bayi panas atau seluruh tubuhnya terasa dingin

b) Tali pusat merah, bengkak, keluar cairan berbau busuk dan

berdarah

c) Pernafasan lebih cepat

d) Tidak mau menyusui

e). Bayi sangat kuning

f) Sianosis sentral (lidah biru)

Hasil : Ibu mengerti


162

ASUHAN KEBIDANAN KUNJUNGAN NEONATUS KE III

Tanggal : 16 Februari 2020


Jam : 10:00 WIT
Tempat : Rumah ibu

A. Data Subjektif

1. Ibu mengatakan bahwa bayinya mau dibangunkan untuk menetek

2. Ibu mengatakan tidak ada tanda-tanda bahaya yang timbul pada bayi.

3. Ibu mengatakan tali pusat sudah terlepas

4. BAK 5 - 7 kali sehari, BAB 1 – 2 kali sehari.

A. Data Objektif

Keadaan Umum: baik, Berat Badan: 3200 gram, Panjang Badan: 49 cm,

RR: 50x/menit, Suhu: 36,5°C, warna kulit kemerahan, menangis kuat, refleks

menghisap baik, tali pusat sudah terlepas, tidak ada tanda – tanda bahaya

pada bayi baru lahir.

B. Analisa

Neonatus Cukup Bulan Sesuai Masa Kehamilan umur 6 hari

C. Penatalaksanaan

1. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu, bahwa keadaan bayi baik.

Hasil : Ibu telah mengetahui hasil pemeriksaan

2. Mengingatkan ibu untuk menyendawakan bayinya setiap selesai

menyusui.

Hasil : Ibu mengatakan telah melakukannya


163

3. Memberitahu ibu agar selama 6 bulan Bayi diberi ASI saja tanpa makanan

pendamping karena dalam ASI mengandung zat anti body yang berguna

untuk pertahanan tubuh dari serangan penyakit.

Hasil : Ibu mengerti dan merasa jelas.

4. Memberitahukan kepada ibu untuk selalu menjaga kehangatan bayinya.

Hasil : Ibu mengerti.

5. Menganjurkan ibu untuk selalu menjaga kebersihan bayinya

Hasil : Ibu mengerti

6. Menganjurkan ibu untuk selalu ke fasilitas kesehatan guna mengetahui

pertumbuhan dan perkembangan bayinya serta mendapatkan pelayanan

imunisasi.

Hasil : Ibu mengerti

ASUHAN KEBIDANAN KUNJUNGAN NEONATUS KE IV

Tanggal : 24 Februari 2020


Jam : 09.00 WIT
Tempat : Rumah ibu

A. Data Subjektif

1. Ibu mengatakan bahwa bayinya mau dibangunkan untuk menteek.

2. Ibu mengatakan tidak ada tanda-tanda bahaya yang timbul pada bayi.

3. Ibu mengatakan sudah dapat melakukan perawatan bayinya sendiri

4. Ibu mengatakan bayinya sudah di berikan imunisasi BCG

5. Ibu mengatakan BAK dan BAB lancar

A. Data Objektif

Keadaan Umum: baik, Berat Badan : 3400 gram, Panjang Badan: 49 cm,

RR : 48x/menit, Suhu : 36,5°c, warna kulit kemerahan, menangis kuat, refleks


164

menghisap baik, tidak ada tanda bahaya pada bayi, bayi tampak sehat dan

aktif.

C. Analisa

Neonatus cukup Bulan Sesuai Usia Kehamilan umur 14 hari

D. Penatalaksanaan

1. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu, bahwa keadaan bayi baik.

Hasil : Ibu telah mengetahui hasil pemeriksaan.

2. Mengingatkan ibu untuk menyendawakan bayinya setiap selesai menyusui.

Ibu mengatakan telah melakukannya

3. Memberitahu ibu agar selama 6 bulan Bayi diberi ASI Saja tanpa makanan

pendamping karena dalam ASI mengandung zat antibody yang berguna

untuk pertahanan tubuh dari serangan penyakit. Ibu mengerti dan merasa

jelas

4. Menganjurkan ibu untuk selalu menjaga kebersihan bayinya dengan cara

mandi 2 kali sehari menggunakan air hangat dan mengganti pakaian

setelah mandi, mengganti popok bila penuh atau 1 jam sekali.

Hasil : Ibu mengerti

5. Memberitahukan kepada ibu untuk selalu menjaga kehangatan bayinya

dengan cara bayi di bedong menggunakan kain bersih dan kering

Hasil : Ibu mengerti

ASUHAN KEBIDANAN KUNJUNGAN NEONATUS KE IV

Tanggal : 9 Maret 2020


Jam : 10. 00 WIT
Tempat : Rumah ibu

A. Data Subjektif
165

1. Ibu mengatakan bahwa bayinya menetek dengan baik

2. Ibu mengatakan tidak ada tanda bahaya yang timbul pada bayi.

3. Ibu mengatakan bayinya BAK 5-6x/hari warna kuning jernih, BAB 1-2x/hari

warna kuning lembek.

B. Data Objektif

Keadaan Umum: baik, Berat Badan: 4100 gram, Panjang Badan: 50 cm, RR :

52x/menit, Suhu : 36,5°c, warna kulit kemerahan, menangis kuat, refleks

menghisap kuat, bayi aktif dan tidak ada tanda – tanda bahaya pada bayi.

C. Analisa

Neonatus Cukup Bulan Sesuai Masa Kehamilan umur 28 hari

D. Penatalaksanaan

1. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu, bahwa keadaan bayi baik.

Hasil : Ibu telah mengetahui hasil pemeriksaan

2. Mengingatkan ibu untuk menyendawakan bayinya setiap selesai

menyusui. Hasil : Ibu mengatakan telah melakukannya

3. Memberitahu ibu agar selama 6 bulan Bayi diberi ASI Saja tanpa makanan

pendamping karena dalam ASI mengandung zat anti body yang berguna

untuk pertahanan tubuh dari serangan penyakit.

Hasil : Ibu mengerti dan merasa jelas

4. Memberitahukan kepada ibu untuk selalu menjaga kehangatan bayinya.

Hasil : Ibu mengerti.

5. Menganjutrkan ibu untuk selalu membawa bayinya ke posyandu utuk

mengetahui pertumbuhan dan perkembangan bayinya serta mendapatkan

pelayanan imunisasi.

Hasil : Ibu berjanji akan mengikuti anjuran yang di sampaikan.


166

ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA NY X

Tanggal : 10 Februari 2020


Jam : 22.00 WIT

A. Data Subjektif

1. Ibu mengatakan tidak merasakan ada keluhan yang berarti pada saat ini

hanya merasakan kelelahan, mules pada perut, Ibu mengatakan sudah

BAK kekamar mandi sendiri dan sudah mengganti pembalutnya.

3. Mobilisasi dini :sudah dilakukan sejak 1 jam pertama, ibu mau miring

kekiri dan kanan.

4. Bounding attachment :dilakukan, sejak bayi lahir

5. Respon ibu dan keluarga terhadap anak: Sangat bahagia

6. Personal hygiene: ibu sudah ganti pembalut

B. Data Objektif

Keadaan umum Baik, Kesadaran Composmentis, Tanda-tanda vital TD :

110/70 mmHg, Nadi: 74x/mnt, pernafasan: 24x/mnt, S: 36,5ºC, Mata:

Konjungtiva merah muda, sclera tidak icterus, Payudara: pengeluaran ASI

mulai banyak, tidak bengkak, Abdomen : TFU 2 jari di bawah pusat,

kontraksi baik, kandung kemih: kosong, Genetalia: pengeluaran lochea

rubra, perineum tidak ada odema, perineum tidak rupture.

C. Analisa

PIII A0 post partum 6 jam


167

D. Penatalaksanaan

1. Memberitahukan ibu dan keluarga hasil pemeriksaan pada ibu bahwa

masa nifas berjalan normal

Hasil : Ibu mengerti

2. Melakukan pemantauan kembali kontraksi uterus dan perdarahan dengan

meraba fundus uteri dan melihat jumlah perdarahan. Kontraksi uterus

baik, teraba keras, TFU 2 jari di bawah pusat, perdarahan normal.

3. Menjelaskan kepada ibu bahwa rasa mules yang ibu alami normal karena

rahim sedang berkontraksi agar tidak terjadi perdarahan dan membantu

proses involusio uteri.

Hasil : Ibu mengerti tentang penjelasan yang diberikan.

4. Menganjurkan kepada ibu untuk istirahat yaitu minimal tidur siang 1 jam

dan tidur malam 7-8 jam dengan tujuan menjaga kondisi ibu selama

masa nifas dan mempercepat pemulihan

Hasil : ibu mengerti dan akan istirahat seperti apa yang dianjurkan.

5. Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan yang mengandung

karbohidrat dan protein seperti tempe, tahu, daging, telur, ikan serta

mengkonsumsi pil zat besi untuk membantu pemulihan tenaga pasca

bersalin.

Hasil : Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan

6. Mengajarkan kepada ibu cara menyususi yang benar menganjurkan ibu

untuk memberi ASI tanpa batas waktu.

Hasil : Ibu mengerti

7. Mengajarkan dan menjelaskan kepada ibu tentang cara perawatan tali

pusat dan cara merawat bayi di rumah dengan mengharuskan ibu untuk
168

menjaga tali pusat bersih dan kering setiap terkena air kencing atau

pada waktu-waktu mandi, tali pusat tidak boleh diberi cairan atau

ramuan, tertentu cukup ditutup dengan kassa kering atau tidak

dibungkus oleh apapun. Ibu mengerti dan merasa jelas.

8. Menjelaskan kepada ibu tentang perawatan payudara sebelum

menyusui. Ibu mengerti dan merasa jelas, dan mengatakan akan

mencobanya.

9. Menjelaskan kepada ibu cara melakukan vulva hygiene setiap kali BAK

dan BAB dengan cara membersihkan daerah genetalia dari depan ke

belakang.

Hasil : Ibu mengerti

10. Memberitahu ibu tanda-tanda bahaya masa nifas yaitu : demam tinggi,

perdarahan banyak, atau berbau busuk dari vagina, pusing, dan

anjurkan untuk segera datang ke fasilitas kesehatan bila mendapati

tanda-tanda bahaya tersebut.

Hasil : Ibu mengerti dan bersedia melapor atau datang ke fasilitas

kesehatan jika mendapati tanda bahaya.

11. Menganjurkan ibu untuk memberikan ASI eksklusif pada bayinya

Hasil : Ibu akan memberikan ASI eksklusif pada bayinya

12. Memberitahukan ibu akan ada kunjungan berikutnya untuk memantau

keadaan ibu dan bayi.

Hasil : Ibu mengerti dan bersedia

ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS KUNJUNGAN KE II

Tanggal : 16 Februari 2020


169

Jam : 10:00 WIT


Tempat : Rumah ibu

A. Data Subjektif

1. Ibu mengatakan tidak ada keluhan, ibu makan 3xsehari porsi

sedang,minum 6-9 gelas sehari, tidak ada makanan pantangan.

2. Ibu mengatakan bayinya sudah menyusu dengan aktif dan ASI yang

keluar sudah mulai banyak

3. Ibu mengatakan BAK dan BAB sudah lancar kembali ,BAK± 4 -6 kali

sehari, BAB1 kali sehari.

B. Data Objektif

1. Keadaan umum :Baik , Kesadaran :Composmentis

2. Tanda-tandavital

Tekanan Darah :120/80 mmHg, S :36,5ºC, N :72x/menit , R :20x/menit,

Mata: konjungtiva merah muda, sclera tidak iktrus, payudara: membesar,

areola hiperpigmentasi, puting susu menonjol dan ASI sudah keluar,

Abdomen: ada strie gravidarum, Genetalia: pengeluaran lochea

sanguinolenta, tidak berbau, Perinium : tidak ada odema, tidak ada tanda

bahaya masa nifas.

C. Analisa

PIII A0 post partum 6 hari

D. Penatalaksanaan

1. Menjelaskan kepada ibu tentang kondisi kesehatanya sekarang bahwa

ibu dalam keadaan sehat .

Hasil : Ibu telah mengetahui hasil pemeriksaan


170

2. Mengobservasi tanda-tanda vital, TFU dan perdarahan serta pengeluaran

lochea.

Hasil : Hasil pemeriksaan dalam batas normal.

3. Memastikan tidak adanya tanda-tanda bahaya masa nifas, dan

menganjurkan kepada ibu agar segera menghubungi jika mengalami

tanda-tanda seperti: Kelelahan dan sulit tidur, Demam, Nyeri atau panas

pada saat buang air kecil, Sakit kepala yang terus-menerus, Nyeri pada

daerah perut, perdarahan, keluar cairan vagina yang berbau,

pembengkakan payudara, berwarna merah dan sakit, putting susu pecah-

pecah atau terbelah, perasaan sedih, Merasa kurang mampu dalam

merawat bayinya, Gangguan penglihatan (Rabun senja).

Hasil : Ibu mengerti dan akan segera kembali apabila ada tanda-tanda

tersebut.

4. Menjelaskan kepada ibu tentang ASI ekslusif dan posisi menyusui yang

benar serta usahakan pada saat bayi minum susu bagian yang hitam

pada payudara (aerola) harus masuk semua ke mulut bayi.

5. Menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan daerah genetalianya untuk

mencegah infeksi.

Hasil : Ibu mengerti

6. Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi yaitu

sayur-sayuran, buah-buahan, lauk pauk bervariasi dan minum air yang

banyak minimal 8 gelas per hari untuk memulihkan tenaga ibu pasca

persalinan dan memperlancar produksi ASI.

Hasil : Ibu mengerti


171

7. Menganjurkan ibu untuk selalu memperhatikan kebutuhan bayi akan ASI.

Hasil : Ibu mengerti

8. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup dan mengurangi aktivitas

yang berat agar kondisinya cepat pulih.

9. Menganjurkan ibu untuk kontrol 1 minggu lagi atau jika sewaktu-waktu

ada keluhan.

Hasil : Ibu akan kembali kontrol

10. Menginformasikan kepada ibu akan ada kunjungan ulang pada tanggal

24 Februari 2020

Hasil : Ibu mengerti dan bersedia

ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS KUNJUNGAN KE III

Tanggal : 24 Februari 2020


Jam : 09.00 WIT
Tempat : Rumah ibu

A. Data Subjektif

1. Ibu mengatakan tidak ada keluhan, ibu makan 3x sehari porsi dihabiskan

minum 6-9gelas sehari, tidak ada makanan pantangan.

2. Ibu mengatakan bayinya sudah menyusu dengan aktif dan ASI yang

keluar sudah banyak.

3. Ibu mengatakan BAK dan BAB sudah lancar

4. Ibu mengatakan masih keluar darah berwarna kecoklatan dari

kemaluanya

B. Data Objektif

1. Keadaan umum :Baik, Kesadaran :Composmentis

2. Tanda-tandavital
172

Tekanan Darah:110/80 mmHg, Suhu :36,5ºC, Nadi :72x/menit,

Pernafasan :18x/menit

3. Pemeriksaan fisik : mata: konjungtiva tidak pucat, sclera tidak iktrus,

payudara : pengeluaran ASI mulai banyak dan tidak bengkak, abdomen :

pertengahan pusat simpisis, kontraksi keras, dan kandung kemih kosong,

genetalia : lochea serosa, normal, tidak berbau, perineum : tidak ada

odema

C. Analisa

PIII A0 post partum 2 minggu

D. Penatalaksanaan

1. Menjelaskan kepada ibu tentang kondisi kesehatanya sekarang bahwa

ibu dalam keadaan sehat.

Hasil : Ibu telah mengetahui hasil pemeriksaan

2. Mengobservasi tanda-tanda vital, TFU dan perdarahan serta pengeluaran

lochea.

Hasil : Hasil pemeriksaan dalam batas normal.

3. Memastikan tidak adanya tanda-tanda bahaya masa nifas, dan

menganjurkan kepada ibu agar segera menghubungi jika mengalami

tanda-tanda seperti: Kelelahan dan sulit tidur, Demam, Nyeri atau panas

pada saat buangair kecil, Sakit kepala yang terus-menerus, Nyeri pada

daerah perut, Perdarahan, Keluar cairan vagina yang berbau,

Pembengkakan payudara, berwarna merah dan sakit, putting susu

pecah-pecah atau terbelah,Perasaan sedih, Merasa kurang mampu

dalam merawat bayinya, Gangguan penglihatan (rabun senja).


173

Hasil : ibu mengerti dan akan segera kembali apabila ada tanda-tanda

tersebut.

4. Menjelaskan Menjelaskan kepada ibu tentang ASI ekslusif dan posisi

menyusui yang benar serta usahakan pada saat bayi minum susu bagian

yang hitam pada payudara (areola) harus masuk semua ke mulut bayi.

Hasil : Ibu mengerti

5. Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi yaitu

sayur-sayuran, buah-buahan, lauk pauk bervariasi dan minum air yang

banyak minimal 8 gelas per hari untuk memulihkan tenaga ibu pasca

persalinan dan memperlancar produksi ASI

Hasil : Ibu mengerti

6. Menganjurkan ibu untuk selalu memperhatikan kebutuhan bayi akan ASI.

Hasil : Ibu mengerti

7. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup dan mengurangi aktivitas

yang berat yang membuatkany cepat lelah agar kondisinya cepat pulih.

Hasil : Ibu mengerti

8. Memberikan KIE pada ibu tentang alat – alat kontrasepsi dan

menganjurkan ibu untuk menggunakan kontrasepsi.

Hasil : Ibu mengerti

ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS KUNJUNGAN KE IV

Tanggal : 20 Maret 2020


Jam : 11. 00 WIT
Tempat : Rumah ibu

A. Data Subjektif
174

Ibu mengatakan sudah merasa lebih sehat, dan tidak ada tanda bahaya

masa nifas yang di rasakan.

B. Data Objektif

1. Keadaan umum : Baik , Kesadaran : Composmentis

2. Tanda - tanda vital

Tekanan Darah: 110/80 mmHg, Suhu : 36,5ºC, Nadi : 72x/menit,

Pernafasan : 20x/menit,

3. TFU : tidak teraba lagi

4. Genetalia : lochea serosa, tidak berbau, masih memakai pembalut,

perinium : tidak ada odema

B. Analisa

PIII A0 post partum 6 minggu

C. Penatalaksanaan

1. Memberitahukan hasil pemeriksaan pada ibu bahwa masa nifasnya normal

Hasil : Ibu mengerti

2. Mengingatkan ibu untuk tetap menyusui bayinya agar tidak terjadi

pembengkakan pada payudara dan bayi tetap mendapat nutrisi.

Hasil : Ibu mengerti

3. Menganjurkan ibu untuk tetap mengkonsumsi makanan yang bergizi

sehingga produksi ASI lancar.

Hasil : Ibu mengerti

4. Menganjurkan ibu untuk tetap menjaga kebersihan diri terutama daerah

perineum yaitu dibersihkan dengan sabun dan air bersih, mengganti

pembalut setiap kali terasa basah, mandi 2 kali sehari dan gosok gigi setiap

selesai makan.
175

Hasil : Ibu mengerti

5. Menganjurkan ibu untuk menggunakan alat kontrasepsi.

Hasil : Ibu mau menggunakan alat kontrasepsi suntik 3 bulan karena ibu

sudah pernah menggunakannya dan tidak ada keluhan selama

penggunaan.

ASUHAN KEBIDANAN KELUARGA BERENCANA PADA NY X

Tanggal : 23 Maret 2020

Jam : 10.00 WIT

A. Data Subjektif

1. Identitas

Nama Ibu : Ny. X

Umur : 37 tahun

Kebangsaan : Indonesia

Agama : Islam

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : IRT

Alamat : Soahuku

2. Ibu mengatakan ingin menggunakan alat kontrasepsi suntik 3 bulan karena

kibu sudah pernah menggunakanya setelah melahirkan anak pertama. dan

kedua

B. Data Objektif

1. Keadaan umum : Baik, kesadaran : komposmentis

2. Tanda – tanda vital : TD : 110/80 mmHg, N : 78x/m, S : 36,5°C, P: 22x/m


176

B. Analisa

Ny X calon akseptor KB

C. Penatalaksanaan

1. Menginformasikan hasil pemeriksaan pada ibu.

Ibu mengerti

2. KIE tentang keuntungan dan kerugian dari alat kontrasepsi suntik 3 bulan.

Ibu mengerti dengan penjelasan yang di berikan

3. Melakukan penyuntikan alat kontrasepsi 3 bulan.

Hasil : Sudah di lakukan

4. Memberikan kartu akseptor.

Kartu sudah di berikan

5. Menganjurkan ibu datang kembali pada tanggal 4 Juli 2020 namun apabila

ada keluhan yang di rasakan ibu boleh datang kapan saja.

Hasil : Ibu mengerti.

B. Pembahasan

Asuhan kebidanan komprehensif merupakan pelayanan yang utama

yang diberikan secara menyeluruh mulai dari masa kehamilan, persalinan,

nifas sampai bayi baru lahir dan terkait dengan keluarga berencana. Tujuan

asuhan kebidanan komprehensif adalah memonitor dan mendeteksi

kesehatan ibu dan janin selama kehamilan, persalinan, nifas, BBL, dan

terkait dengan penggunaan kontrasepsi yang dilakukan secara berkelanjutan

sesuai dengan manajemen asuhan kebidanan dan mendokumentasikannya

dalam bentuk SOAP (Kemenkes RI, 2015).


177

Pada bab ini, penulis akan membahas Asuhan Kebidanan Komprehensif

dimulai dari kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir dan KB. Asuhan

kebidanan komprehensif diberikan pada Ny. X umur 37 tahun GIII PII A0

yang dilakukan sejak usia kehamilan 28 minggu, bersalin, nifas dan bayi

baru lahir. Asuhan dimulai dari tanggal 07 Desember 2019 sampai dengan

23 MARET 2020 di Puskesmas Perawatan Amahai . Asuhan yang diberikan

menggunakan metode 7 langkah varney dan SOAP yaitu pengkajian data

subjektif dan objektif, menganalisis data dan melaksanakan asuhan.

1. Kehamilan

Pada tanggal 10 Desember 2020 penulis bertemu dengan Ny. X di

Puskesmas Masohi. Data subjektif yang diperoleh penulis yaitu Ny. X.

umur 37 tahun hamil anak ke tiga dan tidak pernah keguguran. Ibu

mengatakan haid terakhirnya tanggal 11-05-2019 dan saat ini usia

kehamilannya 7 bulan.

Selama hamil, Ny. X sudah melakukan pemeriksaan kehamilan

sebanyak 4 kali di Puskesmas Peratawan Amahai , yang terdiri dari 1 kali

pada trimester pertama, 1 kali pada trimester ke dua dan 2 kali pada

trimester ketiga. Menurut Kemenkes RI (2013) untuk menghindari resiko

komplikasi pada kehamilan dan persalinan, anjurkan setiap ibu hamil untuk

melakukan kunjungan antenatal komprehensip yang berkualitas minimal 4

kali, yaitu 1 kali pada trimester I, 1 kali pada trimester II dan 2 kali pada

trimester III. Dalam hal ini tidak terdapat kesenjangan antara kunjungan

yang ibu lakukan dengan teori, dimana ibu telah melakukan kunjungan

selama 4 kali selama hamil..


178

Ny. X mulai merasakan gerakan anaknya pada usia kehamilan 4 bulan

(16 minggu). Hal ini sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa

Gerakan janin mulai dapat dirasakan pada minggu ke-16 sampai minggu

ke-20 kehamilan Gerakan janin yang dirasakan ibu bertujuan untuk

mengkaji kesejahteraan janin (Handayani, 2017). Pada minggu ke enam

belas, sistem musculoskeletal janin sudah matang. Sistem syaraf mulai

melakukan kontrol, pembuluh darah berkembang dengan cepat, tangan

janin dapat menggenggam, dan kaki menendang dengan aktif

(Walyani, 2015).

Saat peneliti melakukan pengukuran antropometri didapatkan

peningkatan berat badan

Untuk mengetahui letak dan presentasi janin dapat digunakan palpasi

menurut Leopold yang terdiri dari: Leopold I untuk menentukan tingginya

fundus uteri dan mengetahui bagian yang terdapat dalam fundus, Leopold

II untuk menentukan batas samping rahim kanan dan kiri, Leopold III untuk

menentukan bagian terbawah janin dan bagian bawah janin sudah masuk

PAP atau belum, dan Leopold IV untuk menentukan seberapa bagian

bawah janin masuk PAP. Untuk mengetahui apakah janin dalam keadaam

sehat, maka dilakukan pemeriksaan DJJ. Denyut jantung janin, normalnya

120-160 kali permenit. Apabila kurang dari 120 x/menit disebut bradikardi,

sedangkan lebih dari 160 x/menit disebut takikardi (Walyani, 2015). Setelah

dilakukan palpasi pada Ny. S dari awal kunjungan sampai akhir kehamilan

ditemukan bahwa presentasi janinnya adalah kepala dan DJJ yang

didengar selama pemantauan kehamilan berada dalam batas normal. Hal

ini menunjukkan tidak ada kesenjangan antara teori dan praktek.


179

Ny. X mempunyai kadar hemoglobin pada kunjungan pemeriksaan

kehamilan (tanggal 10 Desember 2019) sebesar 11 gr/dl yang berarti

bahwa ibu hamil normal.

Setelah peneliti melakukan pengumpulan data subyektif dan obyektif,

selanjutnya penulis melakukan analisis data. Berdasarkan data-data yang

terkumpul dari anamnesa, pemeriksaan fisik pemeriksaan khusus

kebidanan secara inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi tidak temukan

adanya masalah, dengan demikian kehamilan Ny. X kehamilan

berlangsung normal.

Standar minimal asuhan antenatal adalah 10 T yaitu pengukuran tinggi

badan dan berat badan, pengukuran tekanan darah, pengukuran LILA,

pengukuran tinggi rahim, penentuan letak janin dan perhitungan DJJ,

penentuan status imunisasi TT, pemberian tablet tambah darah, tes

laboraturium, konseling atau penjelasan, dan tata laksana atau

mendapatkan pengobatan (Kemenkes 2015). Pada saat asuhan diberikan

kepada Ny. S tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktek. Asuhan

yang diberikan pada ibu antara lain: menyampaikan hasil pemeriksaan

pada ibu, menjelaskan ketidaknyamanan selama trimester III dan cara

mengatasinya, menjelaskan pada ibu akan pentingnya mengkonsumsi obat

tambah darah, menjelaskan tanda-tanda bahaya kehamilan,

mendiskusikan dengan ibu tentang persiapan persalinan yang harus ibu

lakukan, menjelaskan tentang tanda-tanda persalinan, menganjurkan ibu

untuk makan dan minum teratur, serta istirahat yang cukup dan

menjadwalkan kunjungan berikutnya. Hal ini sesuai dengan teori yang

mengatakan bahwa perencanaan yang dilakukan pada asuhan kebidanan


180

kunjungan ulang antara lain: menjelaskan dan memberikan nasihat kepada

ibu mengenai ketidaknyamanan yang dialami ibu, nutrisi, pemberian ASI,

KB, latihan/olahraga ringan, istirahat, pertumbuhan janin, persiapan

kelahiran/kegawatdaruratan, tanda-tanda bahaya, dan menjadwalkan

kunjungan berikutnya (Kemenkes, 2015)

2. Bersalin

Pada tanggal 10 Februari 2020 Jam : 11.30 Wit, ibu mengatakan

keluar lendir bercampur darah dari jalan lahir dan perut terasa kencang-

kencang sejak pukul 00.35 WIT serta tidak ada cairan yang keluar dari jalan

lahir. Menurut Marmi (2015) tanda-tanda timbulnya persalinan (inpartu) adalah

terjadinya his persalinan, keluarnya lendir bercampur darah pervaginam,

kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya dan adanya dilatasi dan

effacement. Oleh karena itu, tanda-tanda persalinan yang dialami oleh Ny. X

sesuai dengan teori dan tidak ada kesenjangan. Pada pukul 11.35 WIT

Peneliti melakukan pemeriksaan VT dan dari hasil pemeriksaan diketahui

bahwa ibu telah memasuki tahapan persalinan pada kala I fase aktif dengan

pembukaan serviks yaitu 7 cm dan kontraksi yang cenderung menetap yaitu

4x dalam 10 menit dan lamanya 45 detik. Peneliti melakukan pemantauan lagi

pada pukul 11.35 sampai 14.35 WIT adanya kemajuan pada pembukaan

serviks 10 cm dengan kontraksi 4x dalam 10 menit dan lamanya 45 detik.

Pada pukul 14.55 Wit ketuban pecah,. Persalinan normal adalah persalinan

yang terjadi pada kehamilan aterm (bukan premature atau postmatur),

mempunyai onset yang spontan (tidak diinduksi), selesai setelah 4 jam dan

sebelum 24 jam sejak awal awitannya (bukan partus presipitatus atau partus

lama), mempunyai janin (tunggal) dengan presentasi verteks (puncak kepala)


181

dan oksiput pada bagian anterior pelvis, terlaksana tanpa bantuan artificial

(seperti forceps), tidak mencakup komplikasi (seperti perdarahan hebat), dan

mencakup pelahiran plasenta yang normal (Marmi, 2015). Pada Ny. X

mengalami persalinan normal, Hal ini sesuai dengan teori sebab ibu menjalani

persalinan yang normal yaitu Menurut Lockhart (2015), kala I diukur dari awal

persalinan yang asli hingga dilatasi serviks yang lengkap. Durasi kala I

berkisar dari 6 hingga 18 jam pada primipara dan dari 2 hingga 10 jam pada

multipara. Yang ditemukan pada Ny. X sesuai dengan teori, sehingga tidak

terjadi kesenjangan antara teori dan praktek. Lama kala I pada Ny. X adalah 3

jam yaitu dari pukul 11.35 WIT sampai pukul 14.35 WIT.

Pada kasus Ny. X lama kala II adalah 15 menit. Pada pukul 15.20 WIT

ibu melahirkan bayi perempuan dan tidak ada laserasi. Hal ini menunjukkan

adanya kesenjangan antara teori dan praktek, sebab kala II yang terjadi tidak

lebih dari 1 jam. Hal tersebut sesuai dengan teori yaitu Kala II disebut juga

dengan kala pengeluaran. Kala ini dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm)

sampai bayi lahir. Proses ini berlangsung selama 2 jam pada primigravida dan

1 jam pada multigravida (Marmi, 2015).

Kala III dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta yang

berlangsung tidak lebih dari 30 menit (Marmi, 2015). Lama kala III pada kasus

Ny. X adalah 15 menit, yang berarti tidak ada kesenjangan antara teori dan

praktek. Menurut Manuaba (2015), kala IV dimaksud untuk melakukan

observasi karena perdarahan postpartum paling sering terjadi pada 2 jam

pertama. Observasi yang dilakukan adalah tingkat kesadaran, kontraksi

uterus, jumlah kehilangan darah, dan pemeriksaan tanda-tanda vital (Marmi,

2015). Kala IV yang dilakukan pada kasus Ny. S sudah sesuai dengan teori,
182

sebab penulis melakukan observasi 2 jam post partum dan hasil pemantauan

terlampir dalam partograf. Saat persalinan, Ny. X sepenuhnya menjalani

persalinan yang normal, dikarenakan Ny. X tidak mengalami penyulit kala I. Ini

sesuai dengan teori menurut Marmi (2015) yang mengatakan, persalinan

normal adalah persalinan yang terjadi pada kehamilan aterm (bukan

premature atau postmatur), mempunyai onset yang spontan (tidak diinduksi),

selesai setelah 4 jam dan sebelum 24 jam sejak awal awitannya (bukan partus

presipitatus atau partus lama), mempunyai janin (tunggal) dengan presentasi

verteks (puncak kepala) dan oksiput pada bagian anterior pelvis, terlaksana

tanpa bantuan artificial (seperti forceps), tidak mencakup komplikasi (seperti

perdarahan hebat), dan mencakup pelahiran plasenta yang normal.

Selanjutnya, kala I-kala IV berlangsung secara normal dan diberikan asuhan

sesuai dengan 60 langkah APN. Selain itu juga, penulis memberikan asuhan

kebidanan kala I, seperti menggunakan partograf dalam pemantauan

kemajuan persalinan, mengajarkan ibu teknik relaksasi ketika ada kontraksi,

membantu ibu untuk mencoba posisi yang nyaman, menganjurkan ibu makan

dan minum selama persalinan, menganjurkan ibu untuk berkemih saat ibu

ingin berkemih, mengajurkan ibu untuk mandi agar lebih segar, serta

menyiapkan persalinan. Menurut Marmi (2015), partograf harus digunakan

untuk semua ibu dalam fase aktif kala I, tanpa melihat apakah persalinan

tersebut normal atau dengan komplikasi. Dalam memberikan asuhan

kebidanan kala I, hendaknya bidan memberikan asuhan sayang ibu seperti

memberikan dukungan emosional, membantu pengaturan posisi, memberi

cairan dan nutrisi, keleluasaan untuk ke kamar mandi secara teratur, dan

melakukan pencegahan infeksi (Marmi, 2015). Selain itu, persiapan persalinan


183

juga harus sudah dilakukan selama pemantuan kemajuan persalinan, yaitu

menyiapkan ruangan dan persiapan perlengkapan (Marmi, 2015).

Selanjutnya, selama kala II-kala IV, peneliti melaksanakan pertolongan

persalinan sesuai dengan 60 langkah APN.

3. BBL

Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan 37-

42 minggu dan berat lahir 2500 gram-4000 gram, lahir langsung menangis

dan tidak ada kelainan congenital (cacat bawaan) yang berat (Rahardjo,

2015). By Ny. X lahir cukup bulan dengan umur kehamilan 39 minggu, lahir

spontan pada tanggal 10 Februari 2020 pukul 15.05 WIT di Puskesmas

Amahai , bayi menangis spontan, kuat, tonus otot positif, warna kulit

kemerahan, jenis kelamin perempuan, labia minora dan labia mayora lengkap,

anus positif, berat badan saat lahir 3200 gram, panjang badan 49 cm, lingkar

kepala 35 cm, lingkar dada 34 cm. Hal ini sesuai dengan teori dan tidak ada

kesenjangan.

Asuhan kebidanan yang dilakukan pada bayi baru lahir antara lain:

melakukan pencegahan infeksi, menjaga kehangatan bayi, membersihkan

jalan nafas, memotong dan merawat tali pusar, melakukan penilaian awal,

IMD, memberikan vitamin K, pemberian salep mata, pemberian imunisasi Hb

0, pemantauan bayi baru lahir, dan pemeriksaan fisik bayi baru lahir (Ilmiah,

2015). Segera setelah bayi lahir, penulis melakukan penilaian dengan cepat

dan hasilnya adalah bayi menangis kuat, gerakan otot aktif, serta warna kulit

kemerahan, sehingga penulis langsung meletakkan bayi di atas perut ibu,

segera mengeringkan, memakaikan topi dan membungkus badan bayi kecuali

tali pusat, mengganti kain yang basah dengan kain atau handuk bersih dan
184

kering, kemudian tali pusat dijepit kira-kira 3 cm dari pangkal dengan penjepit

tali pusat dan memotong tali pusat dengan jarak 2 cm dari penjepit tali pusat,

kemudian bayi diberikan pada Ny. X untuk mendekap bayinya dan

memfasilitasi IMD. Salep mata, vitamin K dan Hb 0 segera diberikan setelah

bayi lahir. Dari hasil pemeriksaan fisik, By. Ny. X dalam keadaan sehat dan

tidak mengalami cacat bawaan.

Selanjutnya, peneliti memberikan asuhan pada By. Ny. X sebanyak 4 kali

yaitu saat bayi lahir , bayi berumur 6 jam, 6 hari, dan 28 hari. Sesuai dengan

jadwal kunjungan neonatal dilaksanakan minimal 3 kali, yaitu pertama pada 6

jam-48 jam setelah lahir, kedua pada hari ke 3-7 setelah lahir, dan ketiga pada

hari ke 8-28 setelah lahir (Kemenkes, 2015).

4. Nifas

Selama kunjungan masa nifas mulai dari 6 jam post partum, 6 hari, 2

minggu dan 6 minggu post partum tidak ditemukan adanya masalah apapun.

Personal hygiene ibu baik dan ibu tidak memiliki masalah pada masa laktasi.

Ibu menyusui bayinya setiap 2 jam dan ibu tidak memberikan makanan dan

minuman tambahan. Ibu juga tidak memiliki pantangan terhadap makanan

apapun.

Jadwal kunjungan masa nifas minimal 4 kali yaitu pertama 6 jam-3 hari

setelah melahirkan, kedua hari ke 4-28 hari setelah melahirkan dan ketiga 2

minggu hari setelah melahirkan dan keempat pada 6 minggu post partum.

(Kemenkes, 2015). Oleh sebab itu, tidak ditemukan kesenjangan antara teori

dan praktek. Pada kunjungan post partum 6 jam, ibu mengeluh perutnya

masih terasa mules dan teraba kerastidak ada perdarahan dan ada

pengeluaran darah berwarna merah kehitaman. Keluhan tersebut


185

menandakan bahwa kontraksi uterus ibu baik dan involusi uterus berjalan

dengan baik. Sedangkan pengeluaran darah berwarna merah kehitaman

merupakan pengeluaran lochea rubra. Lochea rubra memiliki warna merah

kehitaman dengan cirri-ciri, terdiri dari sel desidua, verniks caseosa, rambut

lanugo, sisa mekonium dan sisa darah, serta terjadi pada hari 1-3 setelah

melahirkan (Nugroho, 2015). perubahan masa nifas yang terjadi pada Ny. S

sesuai dengan teori dan tidak ada kesenjangan (Nugroho, 2015).

Masa nifas adalah masa yang dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir

ketika alatalat ndungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas

berlangsung selama kira-kira 6 minggu atau 42 hari, namun secara

keseluruhan akan pulih dalam waktu 3 hari (Nurjanah, 2013). Jadwal

kunjungan pelayanan kesehatan ibu nifas dilaksanakan minimal 4 kali, yaitu

pertama 6 jam-3 hari setelah melahirkan, kedua hari ke 6 hari setelah

melahirkan, ketiga 2 minggu setelah melahirkan dan keempat 6 minggu

setelah melahirkan (Kemenkes, 2015). Penulis melakukan kunjungan masa

nifas selama 4 kali, yaitu 6 jam, 6 hari post partum, 2 minggu, dan 6 minggu.

Hal ini sudah sesuai dengan teori yang ada.

5. KB

Setelah 6 minggu masa nifas, Ny. X memutuskan menggunkan

kontrasepsi suntik 3 bulan. Menurut Saifuddin (2015), seorang wanita yang

sedang menyusui dapat menggunakan jenis KB yang mengandung hormon

progestin sebab KB ini mempunyai keuntungan diantaranya tidak mempunyai

pengaruh terhadap produksi ASI. Asuhan yang diberikan adalah menjelaskan

efek samping serta untung dan rugi dari penggunaan kontrasepsi suntik 3
186

bulan. Melakukan penyuntikan depo medroxyprogesteron pada ibu secara IM.

Menjadwalkan kunjungan ulang pada tanggal


186

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Setelah penulis melakukan Asuhan kebidanan Komprehensif dengan

menggunakan metode 7 langkah varney dan SOAP pada Ny X yang dimulai

dari kehamilan, persalinan,bayi baru lahir, nifas dan KB yang di mulai dari

tanggal 07 Desember 2019 – 23 Maret 2920 maka dapat penulis simpulkan

sebagai berikut :

1. Penulis mampu melakukan asuhan kebidanan pada ibu hamil Ny. X di

Wilayah Kerja Puskesmas Perawatan Amahai dengan menggunakan

pendokumentasian 7 langkah Varney. Pemeriksaan Antenatal Care

sebanyak 4 kali dengan standar minimal asuhan antenatal care 10T

sampai akhir kunjungan masalah teratasi dan kebutuhan terpenuhi.

2. Ibu bersalin pada tanggal 10 Februari 2020 dengan usia kehamilan 39

minggu. Dimana kala I fase aktif berlangsung selama 3 jam dengan

pembukaan 7 cm (pukul 11.35 WIT – 14.35 WIT), kala II 20 menit

dengan normal, kala III 15 menit dengan normal dan kala IV berlangsung

selama 2 jam. Persalinan Ny X berlangsung normal dari kala I sampai

dengan kala IV.

3. Bayi lahir normal pada tanggal 10 Februari 2020 pukul 15.05 WIT, BB

3200 gr, PB : 49 cm. Kunjungan neonatus dilakukan 4 kali yaitu setelah

lahir, pada 6 jam, 6 hari, 14 hari dan 28 hari dan pada akhir kunjungan

keadaan bayi sehat tidak terdapat tanda- tanda bahaya bayi baru lahir.

4. Kunjungan pada masa nifas dilakukan 4 kali, yaitu 6 jam postpartum, 6

hari postpartum, 2 minggu postpartum dan 6 minggu postpartum. Hasil

186
187

evaluasi masa nifas, involusio dan laktasi berjalan normal, tidak terdapat

tanda bahaya masa nifas sampai akhir kunjungan kebutuhan ibu

terpenuhi.

5. Ibu memilih alat kontrasepsi suntik 3 bulan dengan alasan tidak

menggangu produksi ASI dan ibu sudah pernah menggunakannya

B. Saran

1. Bagi peneliti

Meningkatkan keterampilan dalam melaksanakan asuhan kebidanan

komprehensif sesuai standar kebidanan sehingga dapat mengaplikasikan

dalam praktik klinik

2. Untuk Klien

a. Diharapkan kepada ibu hamil untuk tetap memperhatikan waktu

kunjungan Ante Natal Care di Puskesmas, sehingga mendapatkan

pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan ibu hamil.

b. Diharapkan kepada ibu nifas untuk tetap memperhatikan personal

hygiene, gizi ibu nifas dan pemberian ASI esklusif, serta

memperhatikan perawatan bayi baru lahir, dan menggunakan alat

kontrasepsi.

3. Untuk Bidan

Meningkatkan kualitas pelayanan terutama pada kehamilan, persalinan,

nifas serta bayi baru lahir secara baik, sehingga tindakan yang dilakukan

sesuai dengan perkembangan ilmu berdasarkan standar pelayanan kebi

Anda mungkin juga menyukai