Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

MODEL ASUHAN KEBIDANAN

“CASE LOAD MIDWIFERY”

TUGAS KELOMPOK 5
KELAS ALIH JENJANG BPP A PASER:
HASVITA JANUARISNA

RINELDA BANDHASO

SRI PATNAWATI

LINDAWATI

SURYANTI

LIDYA IKHVIANA PUTRI

JUJU JAMILAH

ASRIAH

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

BAB II ISI

BAB III PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Konsep model Asuhan Kebidanan Continuity of Care (COC) merupakan
asuhan secara berkesinambungan dari hamil sampai dengan Keluarga Berencana (KB)
sebagai upaya penurunan AKI & AKB. Continuity of care dalam kebidanan adalah
serangkaian kegiatan pelayanan yang berkelanjutan dan menyeluruh mulai dari
kehamilan, persalinan, nifas, pelayanan bayi baru lahir serta pelayanan keluarga
berencana yang menghubungkan kebutuhan kesehatan perempuan khususnya dan
keadaan pribadi setiap individu (Homer et al., 2014).
Asuhan kebidanan yang berkesinambungan sejak masa kehamilan sampai
persalinan berkontribusi pada pengalaman kelahiran yang positif bagi perempuan.
Perempuan merasa aman, disambut, dirawat dan mendapat dukungan dari bidan dan
pendamping selama persalinan. Bidan dan perempuan berbagi tanggung jawab
bersama, sehingga menciptakan hubungan saling menghargai. Perempuan
mendapatkan rasa nyaman secara psikologis ketika bidan yang menanganinya sejak
hamil hingga pasca hamil adalah orang yang sama.
Kematian ibu dan bayi merupakan ukuran terpenting dalam menilai indicator
keberhasilan pelayananan kesehatan di Indonesia, namun pada kenyataannya ada juga
persalinan yang mengalami komplikasi sehingga mengakibatkan kematian ibu dan
bayi (Maryuani, 2011;105). Angka kematian ibu (AKI) adalah jumlah kematian
selama kehamilan atau dalam periode 42 hari setelah berakhirnya kehamilan, akibat
semua sebab yang terkait dengan atau diperberat oleh kehamilan atau penanganannya,
tetapi bukan disebabkan oleh kecelakaan atau cedera (WHO, 2014). Angka kematian
Bayi (AKB) adalah angka probabilitas untuk meninggal di umur antara lahir dan 1
tahun dalam 1000 kelahiran hidup.
Menurut World Health Organization (WHO) di dunia pada tahun 2016 Angka
Kematian Ibu (AKI) sebesar 527.000 jiwa. Sedangkan Angka Kematian Bayi (AKB)
di dunia sebesar 10.000.000 jiwa (WHO, 2016). Di Indonesia pada bulan Januari
sampai September 2016 Angka Kematian Ibu (AKI) sebesar 401 per 100.000 jiwa.

3
Berdasarkan hasil Sementara Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) tahun 2016
Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia mencapai 26 per 1000 kelahiran hidup.
Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan yang
bersifat menyeluruh dan bermutu kepada ibu dan bayi dalam lingkup kebidanan yaitu
melakukan asuhan kebidanan secara berkesinambungan (continuity of care). Hal ini
merupakan rencana strategis menteri kesehatan dari salah satu prioritas pembangunan
kesehatan pada tahun 2010-2014 adalah peningkatan kesehatan ibu, bayi, balita dan
Keluarga Berencana (KB) (Kemenkes, 2010).
Pelayanan kesehatan pada ibu hamil yaitu mengikuti program antenatal care
(ANC) terpadu. Pelayanan antenatal yang berkualitas dan sesuai standar terdiri dari :
1) Timbang berat badan
2) Ukur lingkar lengan atas (LILA)
3) Ukur tekanan darah
4) Ukur tinggi fundus uteri
5) Hitung denyut jantung janin (DJJ)
6) Tentukan presentasi janin
7) Beri imunisasi Tetanus Toksoid (TT)
8) Beri tablet tambah darah (tablet Fe 1 tablet sehari minimal 90 tablet. Setiap tablet
mengandung FeSO4 320 mg (zat besi 60 mg) asam folat 500 mg)
9) Periksa Laboratorium rutin/khusus
10) Tatalaksana/ penanganan kasus
11) KIE Efektif (Kemenkes RI, 2009).
Pada ibu bersalin yaitu dengan pertolongan persalinan dilakukan oleh tenaga
kesehatan yang terlatih dan profesional, fasilitas kesehatan yang memenuhi standar
dan penanganan persalinan sesuai standar asuhan kebidanan (60 langkah APN)
(Ambarwati, 2011:107). Pada masa nifas yaitu pelayanan pada ibu nifas sesuai
standart sekurang-kurangnya 4 kali sesuai jadwal yang dianjurkan yaitu 7 kunjungan
nifas pada 6-8 jam pasca salin, kunjungan nifas pada hari ke 6 pasca salin, kunjungan
nifas pada hari ke 14 pasca salin dan kunjungan nifas pada minggu ke 6 pasca salin,
untuk mencegah, mendeteksi dan menangani masalah-masalah yang terjadi (Sarwono,
2010:23-24).
Pelayanan kesehatan neonatus dengan melakukan kunjungan neonatus lengkap
yaitu kunjungan neonatus 1 kali pada usia 0-48 jam, kunjungan neonatus pada hari ke
3-7 dan kunjungan neonatus pada hari ke 8-28. Pelayanan pertama yang diberikan

4
pada kunjungan neonatus adalah pemeriksaan sesuai standart Manajemen Terbaru
Bayi Muda (MTBM) dan konseling perawatan bayi baru lahir termasuk ASI eksklusif
dan perawatan tali pusat. Pelayanan kesehatan pada ibu nifas dan neonatus juga
mencakup pemberian komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) kesehatan ibu nifas
dan bayi baru lahir termasuk keluarga berencana pasca salin (Kemenkes RI, 2013).
Keluarga Berencana post partum adalah melakukan tindakan Keluarga
Berencana ketika wanita baru melahirkan/ gugur kandungan di rumah sakit, atau
memberikan pengarahan agar memilih KB efektif (melakukan sterilisasi wanita atau
pria, menggunakan AKDR, menerima KB hormonal dalam bentuk KB (Suntik dan
Implan). Mereka akan terlindungi dari kehamilan karena telah menggunakan KB
efektif (Manuaba, 2010:637). Asuhan yang berkelanjutan berkaitan dengan kualitas
dan fasilitas tenaga kesehatan. Selama trimester III, kehamilan dan melahirkan sampai
enam minggu pertama postpartum. Penyediaan 8 pelayanan yang aman, fasilitasi
pilihan dan kelahiran, dan untuk menyediakan perawatan komprehensif untuk ibu dan
bayi baru lahir selama periode postpartum (Estiningtyasdkk, 2013:32).
Asuhan kebidanan secara continuity of care (COC) diberikan pada ibu, dengan
memberikan asuhan secara langsung pada ibu hamil TM III (34-36 minggu), ibu
bersalin, nifas, bayi baru lahir (BBL) dan pemilihan alat kontrasepsi. Pembatasan
masalah berdasarkan ruang lingkup asuhan kebidanan, sasaran pelayanan kebidanan.
Salah satu model pelayanan kebidanan yang sesuai dengan filosofi asuhan
kebidanan yang dapat diterapkan di Indonesia yaitu Case-load Midwifery
Model. Case-load Midwifery merupakan  model pelayanan dimana asuhan yang
dilakukan bidan masuk kedalam kemitraan professional dengan wanita hamil. Hal ini
memungkinkan untuk kesetaraan, tanggungjawab bersama, pilihan informasi,
pemberdayaan, negosiasi individu dan pemenuhan diri untuk kedua wanita dan bidan.
Perawatan tersebut berpusat pada wanita, kehamilan dan kelahiran dipandang sebagai
normal dan sehat peristiwa kehidupan dan kelangsungan perawatan dipastikan dengan
memiliki satu bidan utama sebagai pengasuh utama (Queensland Perawat Industrial
Award, 2006; Davis-Floyd, Barclay, Daviss& Tritten, 2009).
Case-load Midwifery model menawarkan kontinuitas hubungan yang lebih
besar, dengan memastikan bahwa perempuan menerima pelayanan ante, perawatan
intra dan postnatal mereka dari satu bidan atau pasangan prakteknya. Berdasarkan
Evaluasi One-to-One praktek kebidanan di Inggris menunjukkan bahwa kontinuitas
pemberi asuhan bisa meningkatkan kepuasan perempuan, memberikan bidan

5
kepuasan kerja yang lebih besar, meningkatkan otonomi mereka, dan mengurangi
tingkat intervensi. Perawatan dari bidan dikenal, atau sekelompok kecil bidan,
memungkinkan perempuan untuk mengembangkan hubungan dengan penyedia
layanan mereka. Wanita yang memiliki bidan yang sama merawat mereka selama
kehamilan, persalinan, kelahiran dan pasca kelahiran memiliki kesempatan untuk
membangun hubungan saling percaya yang meningkatkan kepercayaan diri mereka
baik pasien maupun bidan. Perawatan dari bidan dikenal sering disebut sebagai
perawatan berkesinambungan  (Continuity Of Care).
Model pelayanan Case-load Midwifery ini dapat diterapkan dengan terlebih
dahulu menyamakan standar bidan-bidan di Indonesia, yang saat ini sudah mulai di
galakkan pemerintah dan organisasi profesi dengan adanya Uji Kompetensi Bidan.
Kemudian pembuatan standar jumlah pasien yang ditangani dalam kurun waktu
tertentu misalnya 1 bulan 1 kelompok bidan melakukan pelayanan hanya 6 pasien
seperti yang dilakukan di Australia. Untuk pelaksaanan Pelayananan Case-load ini
perlu adanya dukungan dari Organisasi IBI. Dimana IBI sebagai fasilitator bidan
dalam melakukan pelayanan terhadap pasien. Sehingga jumlah pasien per kelompok
bidan sesuai dengan standar yang telah disepakati atau ditetapkan. Sekelompok bidan
melakukan pelayanan pada 6 pasien secara kompeherensif yang meliputi seluruh
standar pelayanan kebidanan.

6
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Case Load Midwifery


Continuity model of midwifery care adalah model pelayanan kebidanan
dimana seorang bidan bertugas untuk menangani wanita dari kehamilan, bersalin dan
nifas yang mana bertujuan untuk menjalin hubungan dan rasa saling percaya antara
bidan dan pasien sehingga mampu memberikan kepuasan kepada pasien .
Case load midwifery adalah asuhan kebidanan pada wanita dengan
sekelompok bidan yang sama dalam menangani seorang pasien dari awal kehamilan
sampai enam minggu setelah kelahiran. Kesinambungan asuhan kebidanan memiliki
pengalaman positif bagi perempuan. Bidan membangun hubungan yang baik dengan
perempuan mulai dari kehamilan hingga proses persalinan yang memberikan rasa
aman dan nyaman, memberikan rasa kepedulian dalam asuhan yang berdampak pada
kelahiran yang positif. Penting bagi perempuan membangun hubungan dengan para
professional (bidan/staff), perempuan menyatakan bahwa perawatan yang dipimpin
bidan memberikan kesinambungan perawatan yang lebih besar (Hunter et al., 2017).
Kualitas hubungan perempuan dan bidan dibangun selama kehamilan,
persalinan dan pasca persalinan menciptakan rasa percaya terhadap bidan sehingga
perempuan merasa percaya diri pada saat melahirkan dan mengurangi intervensi.
Perempuan lebih menyukai seseorang yang mereka kenal dan nyaman (Lunda et al.,
2018). Perempuan merasa dapat mengendalikan diri selama persalinan, bangga
terhadap diri sendiri, cemas berkurang dan cenderung memiliki pengalaman nyeri
yang positif dalam asuhan kesinambungan perawatan yang dipimpin bidan
(McLachlan et al., 2016).

B. Kelebihan:
1) Dapat diberikan dan dilakukan dirumah pasien maupun di klinik meningkatkan
hubungan saling percaya antara bidan dan pasien yang akan memungkinkan
pembentukan hubungan therapeutic.
2) Cenderung mengutamakan kepuasan pasien
3) Mampu menggambarkan asuhan yang diberikan secara berkelanjutan
4) Biaya yang dikeluarkan lebih ringan (cost efectivenes)
5) Asuhan kebidanan yang diterapkan berfokus kepada pasien (women center)

7
6) Perawatan yang diberikan dapat dilakukan di rumah pasien maupun di klinik bidan.

C. Kelemahan :
1) Pengulangan pertanyaan dan informasi pada pasien (kerja shif-shifan)
2) Asuhan yang sudah diberikan tidak bisa di follow up karena berbeda orang yang
memberikan asuhan.
3) Menggunakan banyak waktu
4) Kurang komunikatif
5) Setiap tenaga kesehatan dituntut untuk bisa memberikan semua pelayanan, baik
kehamilan, persalinan dan nifas.

D. Tantangan:
1) Untuk mencapai kepuasan pasien maka diperlukan komunikasi, kepercayaan,
keterlibatan, leadership oleh bidan
2) Harus ada kerjasama dengan lembaga terkait untuk pelayanan yang komprehensif
kepada pasien
3) Bidan dipersyaratkan untuk memahami seluruh kompetensi dalam kebidanan

E. Upaya yang harus dilakukan:


1) Komitmen dari setiap bidan yang memberikan asuhan dengan model continuity of
care
2) Menjalin kerjasama dengan tenaga kesehatan yang lain dan instansi terkait seperti
bidan melakukan kolaborasi dengan dokter SpOG yang memilik iijin dan MOU,
Laboratorium, RS dll
3) Memelihara dan meningkatkan pengetahuan serta keterampilan bidan dengan cara
mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan, seminar, pelatihan

F. Standarcare
Pelayanan yang diberikan berdasarkan prosedur atau kewenangan dan sudah menjadi
ketetapan (SOP) atau bidan yang bekerja dirumah sakit yang mengganggap bahwa
kehamilan, persalinan dan nifas adalah proses yang perlu dilakukan intervensi.

8
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Kesimpulan dari hasil pembahasan makalah ini adalah kita dapat memahami apa
yang dimaksud dengan continuity model of midwifery care : model pelayanan kebidanan
dimana seorang bidan bertugas untuk menangani wanita dari kehamilan, bersalin dan
nifas yang mana bertujuan untuk menjalin hubungan dan rasa saling percaya antara bidan
dan pasien sehingga mampu memberikan kepuasan kepada pasien.
Salah satunya adalah CaseLoad. Case load adalah : asuhan kebidanan pada wanita
dengan sekelompok bidan yang sama dalam menangani seorang pasien dari awal
kehamilan sampai enam minggu setelah kelahiran.

B. SARAN
Hendaknya dapat menjadi bahan belajar untuk mahasiswi dalam meningkatkan
pengetahuan tentang praktek konsep Continuity of care terutama case load kebidanan
yang didapati di perkuliahan. Dan juga bisa menjadi bahan pembelajaran dan acuan
untuk dapat menjadi bidan yang selalu berpegangan teguh  dalam filosofi dan asuhan
kebidanan yang komprehensif.

9
DAFTAR PUSTAKA

Camelia Hanifah Amelina, 2010. Hubungan Antara Kepuasan Konsumen dan Kualitas
Pelayanandengan Loyalitas. Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Queensland Perawat Industrial Award, 2006; Davis-Floyd, Barclay, Daviss & Tritten, 2009
Sally K Tracy. 2014. Caseload midwifery compared to standard or private obstetric care for
first time mothers in a public teaching hospital in Australia: a cross sectional study of
cost and birth outcomes. BMC Pregnancy & Childbirth

10

Anda mungkin juga menyukai