Anda di halaman 1dari 6

Bahaya Perilaku Toxic di Kalangan Remaja

Tasya Sofiatul Afrida Nasution1, Arif Widiyantiko2,Aditya Putra Mahensa3


1,2,3
Universitas Islam Riau, Universitas Islam Riau, Universitas Islam Riau
3
Program Studi Kriminologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Islam Riau
*e-mail: tasyaafrida.02@gmail.com
Abstract  Cambria, Bold, 10 pt
Abstract A maximum of 150 Indonesian words printed in italics with Cambria 10 point. The
abstract should be clear, descriptive and should provide a brief overview of community service
issues undertaken / researched. Abstracts include reasons for the selection of topics or the
importance of research topics / community service, methods of research / devotion and outcome
summary. The abstract should end with a comment about the importance of the result or a brief
conclusion.

Keywords: 3-6 keywords

Abstrak  Cambria, Bold, 10 pt


Abstrak Maksimal 150 kata berbahasa Indonesia dicetak miring dengan Cambria 10 point. Abstrak
harus jelas, deskriptif dan harus memberikan gambaran singkat masalah pengabdian masyarakat yang
dilakukan/diteliti. Abstrak meliputi alasan pemilihan topik atau pentingnya topik pengabdian
masyarakat, metode pengabdian dan ringkasan hasil. Abstrak harus diakhiri dengan komentar tentang
pentingnya hasil atau kesimpulan singkat.

Kata kunci: 3-6 kata kunci

1. PENDAHULUAN
Remaja adalah waktu manusia berumur belasan tahun. Pada masa remaja manusia tidak
dapat disebut sudah dewasa tetapi tidak dapat pula disebut anak-anak. Masa remaja
adalah masa peralihan manusia dari anak-anak menuju dewasa. Akan tetapi dimasa ini
banyak sekali hal-hal yang terjadi dan akan mempengaruhi tumbuh kembang dari
Remaja tersebut apabila Remaja berada di Lingkungan yang disebut beracun atau biasa
di sebut toxic.

Seseorang bisa dianggap menjadi racun ketika ia menebarkan sesuatu yang negatif ke
lingkungan sekitarnya. Seringkali Toxic People ditemukan melalui media sosial. Namun,
dalam kehidupan nyata juga banyak. Brennan, MD menjelaskan bahwa toxic adalah
perilaku negatif yang sifatnya mengecewakan. Melanjutkan, orang toxic biasanya
berhadapan dengan trauma dan tingkat stres yang tinggi. Perilaku toxic, menurut Dan
Brennan, MD, atau yang disebut toxicity bukanlah kelainan mental, tapi lebih
disebabkan kepada persoalan mental, yang menyebabkan orang menunjukkan sikap
toxic. Itu artinya perilaku toxic bisa datang dari dalam diri sendiri, terlepas dari toxic
relationship, yang juga marak diujarkan oleh warganet di media sosial. Sedikit
menyinggung tentang toxic relationship, dari penjelasan Dan Brennan, MD, bisa
dipahami bahwa penyebab toxic relationship juga datang dari permasalahan mental,
yang terjadi dalam sebuah hubungan.

Biasanya, kriteria toxic people ini adalah orang-orang yang sangat sulit merasakan


bahagia. Hidupnya dibayang-bayang rasa tidak puas, sering mengeluh dan merasa resah.
Mungkin beberapa dari kamu pernah berada di dalam lingkungan yang penuh dengan
toxic people alias teman-teman yang ‘beracun.’
Untuk mengetahui Lebih rinci terkait Toxic pada remaja ini, Kami melakukan sebuah
penelitian sekaligus Sosialisasi ke salah satu Sekolah yang ada di Pekanbaru

2. METODE
Ada beberapa tahap tahap rangkaian dalam pelaksanaan kegiatan pengabdian ini, adapun yaitu
tahap persiapan dan pelaksanaan. Kami bersama melakukan pengamatan observasi terhadap kondisi
lingkungan, seperti lokasi, jumlah target anak, dan beberapa lainnya. Pada Tahap ini dilakukan
indentifikasi bagaimana pengaruh toxic sangat besar dilingkungan remaja saat ini dan bagaimana
cara seorang remaja menjadi lebih cermat dalam menghadapi lingkungan nya. Selanjutnya tahap
pelaksanaan pengabdian, tim pengabdi melakukan kegiatan sosialisasi atau penyuluhan dengan
Pencegahan toxic bagi lingkungan remaja di SMA N 5 Kota Pekanbaru, Prvinsi Riau. Pelaksanaan
pengabdian dilakukan dengan melakukan pendekatan terhadap siswa-siswi SMA N 5 Kota Pekanbaru
dalam acara sosialisasi atau penyuluhan tersebut. Metode yang digunakan adalah metode
presentase dan diskusi dengan harapan siswa-siswi lebih terbuka dan menumbuhkan argumen
masing-masing, sehingga dapat menerapkan dalam kehidupan sehari-hari mereka. Tingkat
ketercapaian sosialisasi ini dapat dilihat dari kemampuan siswa siswi menjawab quiz dan
berpendapat terkait beberapa fenomena yang didiskusikan.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk menambah pengetahuan terkait pentingnya menghindari
lingkungan yang beracun dan akan menjadi penghambat seseorang kedepan. Pengertian toxic adalah
orang-orang yang miliki sifat beracun. Biasanya miliki kepribadian yang terkenal akan menyusahkan
serta memberikan dampak negatif pada orang sekitarnya. Bahkan, bisa saja kita sendiri juga
terkadang miliki sifat toxic tersebut. Arti toxic adalah merujuk pada seseorang yang susah merasakan
kebahagiaan, suka memandang orang lain miliki sifat yang buruk, hidupnya penuh dengan rasa
curiga, suka mengeluh serta jarang merasakan kepuasaan. Sifat toxic yang dimiliki seseorang ini juga
dapat menular kepada orang lainnya. Hal itu dikarenakan sifat toxic ini akan dapat merusak suasana
yang menyenangkan akan menjadi suasana yang tak menyenangkan. Baik itu di dalam perbuatannya
ataupun ucapan yang dilakukan oleh orang-orang toxic ini. hal itu biasanya juga akan membuat
orang-orang sakit hati ataupun lelah secara fisik ataupun emosionalnya.
Adapun 3 Jenis Toxic adalah
1. Pertemanan
Bahaya toxic friendship dalam media dapat mempengaruhi pola perilaku anak dalam
berteman. Secara tidak langsung anak akan mengikuti pola pertemanan yang kurang
sehat tersebut dan mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari dan menjadi
kebiasaan hingga dewasa, yang dapat merugikan tidak hanya orang lain namun juga
dengan dirinya sendiri.
Tidak ada cara yang paten untuk memprediksi seorang teman akan berubah menjadi
sahabat positif yang bisa diandalkan atau sebaliknya sahabat negatif yang akan
menyebabkan kekacauan emosional atau bahkan lebih buruk dari itu. Sejatinya sahabat
negatif atau berbahaya tidak mudah dikenali, maka dari itu penting untuk mengenali
beberapa dari jenis teman yang berputar dalam isu utama seperti rasa percaya, empati,
kejujuran, kerahasiaan, dan kompetisi. Mulai waspada dan teliti pada batasan-batasan
yang bisa saja memungkinkan menjadi negatif atau berbahaya.
Yager (2006:29- 31) menyebutkan bahwa toxic friendship disebut juga persahabatan
semu. Toxic friendship adalah jenis persahabatan yang merusak dan berbahaya, serta
bersifat satu arah. Persahabatan semu tidak ada saling berbagi, tidak ada kebersamaan,
tidak ada kasih sayang hanya memikirkan diri sendiri, menguntungkan satu pihak dan
selalu berusaha membuat segala hal berakhir dengan buruk.
2. Percintaan
Toxic relationship adalah hubungan yang tidak sehat untuk diri sendiri dan orang lain.
Orang yang pernah mengalami hubungan yang merugikan akan merasakan konflik
internal. Konflik batin ini dapat menyebabkan kemarahan, depresi, atau kecemasan.
Hubungan yang beracun membuat sulit untuk menjalani hidup yang produktif dan sehat
(https://pijarpsikologi.org/). Hubungan keracunan dapat berupa kekerasan fisik,
kekerasan emosional dan kekerasan seksual.
faktor yang menyebabkan orang masih mempunyai harapan yaitu kebulatan tekad
seperti masih ingin mempertahankan hubungannya walaupun sudah mengetahui bahwa
pasangannya toxic. Kemudian faktor selanjutnya pathways thinking yaitu orang yang
mengalami toxic relationship bagi dirinya masih mempunyai harapan untuk mengubah
pasangan kearah yang lebih baik dan tidak akan melakukan hal yang tidak diinginkan
kembali.
Hubungan beracun ini dapat tergambar dari mulai adanyaa kekerasan dalam pacaran
Ada tiga tingkat kekerasan dalam pacaran, pertama yaitu kekerasan verbal dan
emosional. Tingkat kedua adalah kekerasan seksual. Tingkat terakhir adalah kekerasan
fisik (Astari & Santosa, 2019).
3. Game Online
Perilaku negatif bermain game online biasa disebut toxic, dianggap sebagai suatu
fenomena dimana seseorang yang berperilaku untuk mengintimidasi atau meremehkan
orang lain, tidak mendukung, menguras tenaga, tidak menghargai, tidak puas, dan
merasa paling bisa sehingga menganggap gamers lain tidak setara dengan
kemampuannya.
Perilaku Toxic yang sering terjadi di kalangan Gamers dengan cara mengirim pesan
offensive dan sengaja membantu tim lawan serta merusak game dan pertandingan
dengan tindakan yang seharusnya tidak perlu dilakukan juga merupakan perilaku toxic
(Shores et al., 2014).
Penggunaan kata “racun” sendiri sebagai bentuk penggambaran tentang bahayanya
perilaku tersebut jika terus dilakukan dan jelas perilaku tersebut berdampak tidak
hanya pada diri sendiri melainkan berdampak juga pada orang lain dan lingkungan
(Blackburn & Kwak, 2014).

Setelah dilakukannya pengabdian di SMA N 5 Pekanbaru maka didapatkan hasil dilapangan,


yaitu sebagai berikut :
1. Para siswa SMA N 5 Peknbaru secara umum telah mengetahui pemaknaan
lingkungan beracun seperti apa.
2. Para siswa kebanyakan takut untuk keluar dari zona yang dirasa sebenarnya
beracun.
3. Para siswa mengerti akan pentingnya kesehatan mental dan pikiran tetapi belum
menerapkannya dengan baik di kehidupannya.

Melihat permasalahan diiatas, maka tim pengabdian melakukan beberapa hal, sebagai berikut :
1. Memberikan edukasi atau pemahaman kepada siswa-siswi khususnya siswa-siswi
kelas 11 IPS 4 DAN 11 IPS 1 SMA N 5 Pekanbaru terkait dengan bagaimana
bersikap terhadap lingkungan yang dirasa beracun
2. Melakukan sosialisasi kepada para siswa mengenai bahaya perilaku toxic bagi
remaja dengan harapan dapat menerapkan dalam keseharian nya.
Gambar 1. Proses pelaksanaan

Gambar 2. Foto bersama perwakilan anggota kelas


Gambar 3. Penyerahan pelakat Setelah Pelaksanaan Kegiatan

4. KESIMPULAN
Dari hasil kegiatan pengabdian maka diperleh hasil sebagai berikut :

1. Para siswa SMA N 5 Pekanbaru secara umum telah mengetahui makna dari kalimat
Toxic
2. Para siswa belum sepenuhnya bisa memilah mana hal yang sebenarnya pemicu
kehidupan yang beracun
3. Para siswa mengerti akan pentingnya kesehatan mental tetapi belum menerapkan
dengan baik di kehidupannya.

Penerapan pola hidup sehat dan dikelilingi hal yang positif sangat penting terutama bagi
generasi muda. Maka, dengan adanya pengabdian ini, diharapkan para siswa dapat
mengaplikasikan point-point baik yang disebutkan dalam kehiudpannya.

UCAPAN TERIMA KASIH


Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Kasmanto Rinaldi S.H., M.Si yang
telah memberikan tanggung jawab ini kepada penulis sehingga bias merealisasikan ini langsung
kelapangan. Juga penulis mengucapkan terimakasih kepada SMA N 5 Pekanbaru yang telah
memberikan kesempatan kepada kami serta mempercayakan siswa-siswinya kepada kami,
sehingga dengan adanya program pengabdian masyarakat ini kami dapat memberikan edukasi
bahaya perilaku toxic di kalangan remaja sehingga kedepannya anak khusunya siswa siswi SMA
N 5 Pekanbaru dapat menerapkan hal hal positif untuk diri sendiri didalam kehidupannya
dikarenakaan, mereka adalah generasi penerus bangsa, sehingga hal ini perlu untuk dilakukan.
Ucapan terima kasih juga kami sampaikan kepada para pihak yang turut hadir dalam proses
pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat ini.

DAFTAR PUSTAKA
Astari, C. (2019). Hubungan antara kualitas komunikasi keluatga dan persepsi tentang abusive
relationship
dengan perilaku kekerasan dalam pacaran kelompok usia dewasa muda. Statistical Field
Theor, 53(9),
1689– 1699.
Anggraini,2008. Kekerasan Emosional Dalam Pacaran Ditinjau Dari Konsep Diri Remaja.
Tersedia http://eprints.unika.ac.id/ 1974/1/03.40. 0243_dian_Vitania_a.pdf(diakses 3
Januari 2018. 21:06)
Annisa Rifka. (2008). Kekerasan dibalik Cinta. Yogyakarta: Rifka Annisa Women’s Crisis
Center.
Dian Ungki Yunita Dewi. 2008. Atas Nama Cinta (Sebuah Studi Kasus tentang Mahasiswi Korban
Kekerasan
dalam Pacaran). Skripsi. Yogyakarta. Universitas Negeri Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai