Anda di halaman 1dari 13

Proposal Penelitian

Analisis Toxic Friendship Di Xl MIPA 1

Disusun oleh:
Nur Aina Amalia
Shifa Shauqiah . Mufti

KELAS: Xl MIPA 1

SMA NEGERI 113 JAKARTA


Jl. Al. Baidho l NO.10, RT. 10/RW 9, Lubang Buaya, Kec Cipayung,
Timur, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 1381
Lembar Persetujuan

Judul: Analisis Toxic Friendship Di 11 MIPA 1


Penyusunan: 11941 Nur Aina Amalia
11947 Shifa Shauqiah Mufti

Pembimbing
Guru Mata Pelajaran
Bahasa Indonesia

DRA. ELFITRIANA KASPY

NIP.19640215199003200
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmat-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian berjudul
“Toxic Friendship di 11MIPA 1” tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan proposal penelitian ini adalah untuk menghindari dan
memfilterisasi suatu pertemanan agar terhindari dari pergaulan yang merugikan diri
sendiri dan lingkungan sekitar
Pada kesempatan ini, penulis hendak menyampaikan terima kasih kepada semua
pihak yang telah memberi dukungan moril maupun materi sehingga proposal
penelitian ini dapat selesai. Ucapan terimakasih ini penulis tunjukan kepada :
1. Ibu guru Dra. Elfitriana Kaspy selaku guru Bahasa Indonesia yang telah
mendidik dan membimbing selama masa menulis proposal penelitian ini
2. Murid siswa dan siswi kelas 11 mipa 1 atas kesempatan bantuan yang
diberikan kepada penulis dalam melakukan penelitian dan memperoleh
informasi yang di perlukan selama penulisan ini proposal penelitian ini
Meskipun telah berusaha menyelesaikan proposal penelitian ini sebaik mungkin,
penulis menyadari bahwa proposal penelitian ini masih menyadari bahwa proposal
penelitian ini masih ada kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari para pembaca guna menyempurnakan segala
kekurangan dalam penyusun proposal penelitian ini
Akhir kata, penulis berharap semoga proposal penelitian ini berguna bagi para
pembaca dan pihak pihak lain yang berkepentingan.

Jakarta,22 Januari 2023

Nur Aina Amalia


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Manusia adalah makhluk sosial dan juga makhluk individu, seperti yang
dikemukakan oleh Soekanto (1994: 124) sejak lahir manusia sudah mempunyai dua
hasrat atau keinginan pokok yaitu keinginan untuk menjadi satu dengan manusia
lain yang berbeda di sekelilingnya (yaitu masyarakat), dan keinginan untuk
menjadi satu dengan suasana alam sekelilingnya.

Terlahir sebagai makhluk sosial, menjadikan siswa dan siswi sebagai


makhluk yang bergantung satu sama lain. Membangun persahabatan merupakan
sesuatu yang harus dihayati sebagai wujud nyata bahwa manusia memang makhluk
sosial. Terkadang teman yang dekat dan datang kepada Anda silih berganti.
Meskipun begitu, tak jarang juga ada yang berhasil membangun pertemanan
bertahun-tahun. Menghabiskan waktu dengan teman dekat memang menghasilkan
banyak cerita.Menurut Dariyo bahwa Remaja memiliki kebutuhan intrinsik dalam
interaksi sosial, yaitu memiliki teman dan persahabatan yang berkualitas.

Mereka menjalani banyak hal penting dalam perkembangan dan fungsi


sosial, termasuk prestasi belajar. Remaja cenderung memilih teman karena
kecocokan dalam beberapa aspek seperti variabel demografi (usia, jenis kelamin,
ras, dan status sosial ekonomi), dan variabel reputasi (populasi dan prestasi
akademik), kepribadian, aktivitas, kepercayaan, dan sikap pertemanan atau
persahabatan (Friendship) yaitu hubungan yang erat antara seseorang dengan yang
lainnya. Teman memiliki pengaruh besar pada perilaku.
1.2 Rumusan Masalah
Dalam hubungan persahabatan komunikasi sangat diperlukan. Tujuan
tujuan berkomunikasi dalam persahabatan itu untuk mengenal watak satu sama lain,
menjaga hubungan persahabatan, mengubah sikap dan perilaku dan saling
membantu saat menghadapi masalah. Saat menjalani suatu hubungan persahabatan
tanpa berkomunikasi pasti akan terjadi di miscommunication yang berdampak
terjadinya konflik. Gottman & Parker (Santrock, 2003: 227) menyatakan bahwa
relasi pertemanan remaja mempunyai 6 fungsi yaitu companionship, seseorang
yang bersedia menghabiskan waktu dengan mereka dan ikut bergabung dalam
aktivitas yang sama. Stimulation, yaitu memberikan informasi yang menarik,
kegembiraan, dan hiburan bagi remaja itu sendiri. Physical support, yaitu karena
teman menyediakan waktu, sumber daya, dan pertolongan, Ego support karena
teman menyediakan pengharapan akan dukungan, dorongan, dan umpan balik yang
membantu remaja untuk mempertahankan kesan bahwa diri mereka itu kompeten,
atraktif, serta membuat seorang individu berharga. Social comparison bahwa teman
menyediakan informasi tentang di mana diri mereka berada jika dibandingkan
dengan orang lain, atau mereka berada dalam posisi yang tepat. Intimacy/ affection
yaitu karena teman menyatakan suatu hubungan yang hangat, dekat, dapat
dipercaya, dan melibatkan self disclosure.

Aura negatif yang mereka sebarkan tak jarang membuat teman lain pada
circle tersebut “teracuni” dan membenarkan apapun yang tidak selalu benar asalkan
keluar dari mulut salah satu teman pada circle tersebut. Pertemanan seperti ini
membuat kita menjadi lelah. Lelah membenci orang, lelah selalu 9 berprasangka
buruk. Padahal tidak semua hal tersebut benar. Dan kebanyakan tidak (sama sekali
tidak) berhubungan dengan hidup kita. Sebuah riset yang dilakukan University of
notre Dame menemukan fakta bahwa kekuatan struktur ikatan pertemanan dapat
membuktikan seperti apa kesehatan yang dimiliki seseorang.

Sabrina Michelle Maxwell menyebutkan dalam disertasinya (2015: 42)


bahwa Toxic behavior ditandai oleh perilaku “menyebalkan” yang cenderung
memancing konflik antar pihak. Maxwell menjajarkan Toxic behavior dengan tiga
ciri kepribadian patologis yang biasa disebut “karakter gelap” atau Dark Triad,
yakni narsisisme (narsis), psikopatik (tindakan beresiko tinggi), dan
machiavellianisme (penjilat). Perilaku komunikasi toxic yang memiliki pola
komunikasi dengan berbahasa dan tindakan buruk tersebut turut tentunya
memengaruhi perilaku komunikasi mereka, baik komunikasi verbal dan
komunikasi nonverbal. Perilaku komunikasi yang berlangsung, hampir selalu
melibatkan penggunaan lambanglambang verbal dan nonverbal secara bersama-
sama .Toxic friendship dapat disadari saat persahabatan yang kita jalankan selalu
membuat kita merasa buruk atau negatif. Bukannya bersifat mendukung, sebaliknya
toxic friendship membuat kita tidak berdaya. Parahnya lagi terkadang kita malah
membiarkan saja terjadi padahal lama-kelamaan toxic friendship membuat kita
merasa tersiksa, stres bahkan bisa memengaruhi fisik kita. Kita tidak boleh
membiarkan kan hal ini terjadi dan terjebak dalam circle toxic friendship.

1.3 Tujuan Penelitian


Pada penelitian ini, peneliti tertarik meneliti pada siswa dan siswi di kelas
XI Mipa 1 yang menjalin pertemanan secara berkelompok dengan teman
sebayanya, bersantai bersama di kantin dan berjalanjalan bersama. Mereka biasanya
memanfaatkan waktu istirahat untuk berkumpul bersama. Pada lingkungan sekolah,
disinilah tempat terjadinya proses interaksi antar individu, proses belajar mengajar,
Tempat bertemunya kelompok teman sebaya yang dianggap layak untuk seseorang.
Pada lingkungan inilah ilmu pengetahuan serta pengalaman yang diperoleh para
siswa dan siswi yang yang dapat membentuk karakteristik kepribadian seseorang
menjadi baik atau buruk Berdasarkan penjelasan di atas, penulis merasa tertarik
untuk melakukan penelitian dengan judul “Toxic Friendship di XI Mipa 1”
1.4 Konstribusi Penelitian
Tujuan dari penelitian ini mengidentifikasi dan menganalisis hubungan
tidak sehat dalam komunikasi interpersonal di kalangan remaja. Toxic Relationship
sebagai hubungan yang tidak berdampak pada terjadinya konflik internal.
Hubungan seperti ini sangat rentan membuat penderitanya menjadi tidak produktif,
gangguan jiwa, sehingga bisa memicu luapan emosi yang berujung pada kekerasan.
jenis toxic relationship, dapat dikategorikan menjadi beberapa bentuk, yaitu:
hubungan yang tidak sehat dengan teman (toxic friendship), orang tua/keluarga
(toxic parenting), kekasih/pacar, dan orang tua yang selingkuh sehingga
mempengaruhi mental anak.

1.5 Defisi Opersional

Toxic friends kerap muncul pada beberapa kelompok persahabatan.


Perilaku komunikasi toxic friendship dengan teman sebaya memiliki pola
komunikasi dengan berbahasa dan tindakan buruk, tentunya dapat memengaruhi
perilaku komunikasi mereka, baik komunikasi secara verbal maupun nonverbal.
Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui perilaku komunikasi Toxic
Friendship dengan teman sebaya melalui pesan verbal dan nonverbal dan Untuk
mengetahui dampak perilaku komunikasi Toxic Friendship dengan teman sebaya
pada siswa SMAN 113 JAKARTA. Penelitian ini menggunakan pendekatan
kualitatif deskriptif yaitu peneliti berusaha mengungkapkan suatu realita atau fakta
fenomena sosial.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori


Toxic Friendship “ knowing the rules and dealing with the friends who
breaks them” menuliskan bahwa seorang teman yang beracun seringkali
mendatangi seseorang bila sedang membutuhkan sesuatu saja serta, mengisolasi
seseorang dari kawan-kawannya yang lain, selalu merasa iri ,memfitnah orang lain
demi menjadi ekslusivitas pertemanan dan hobby berkompetesi.
Toxic Friendship adalah persahabatan yang merusak dan berbahaya, serta
bersifat satu arah persahabatan semua tidak ada saling berbagi , tidak ada kasih
saying hanya memikirkan sendiri , menguntungkan satu pihak dan selalu berusaha
membuat segala hal berakhir.
Ada beberapa kesamaan bahwasannya Toxic Friendship merupakan
persahabatan yang beracun, dan membahayakan dan hanya menguntungkan disatu
pihak saja. Bahkan dalam persahabatan beracun ini seseorang datang pada saat ada
butuhnya saja, yang menyebabkan kecemasan, stress bahkan depresi serta merubah
pola pandangan sosial.

2.2 Hipotesis

2.2.1 Ada pengaruh Toxic Friendship terdapat persepsi sosial pada anak kelas
MIPA 1

2.2.2 Tidak ada pengaruh Toxic Friendship terhadap persepsi sosial pada masa
anak kelas MIPA 1
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan metode
deskriptif.

3.2 Populasi dan Sampel

3.2.1. Populasi
Populasi adalah seluruh individu yang dimaksudkan untuk diteliti dan yang
nantinya akan dikenai generalisasi. Generalisasi adalah suatu cara pengambilan
kesimpulan terhadap kelompok individu yang lebih luas jumlahnya berdasarkan
data yang diperoleh dari kelompok individu yang sedikit jumlahnya.

3.2.2. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti, Arikunto
(2006:139). Penetapan sampel yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
jenis metode random sampling. Teknik sampling ini diberi
nama demikian karena di dalam pengambilan sampelnya, peneliti "mencampur”
subjek-subjek di dalam populasi sehingga semua subjeksubjek dalam populasi
dianggap sama. Dalam penelitian ini jumlah sampel
adalah 100 orang.

3.3 Teknik Pengelola Data

3.3.1. Observasi Penelitian


Observasi, adalah teknik mengumpulkan data yang dilakukan oleh
penelitiuntuk melakukan pengamatan langsung terhadap Perilaku Komunikasi
Toxic Friendship dengan teman sebaya.
3.3.2. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan oleh
dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang
diwawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan.Metode
interview atau wawancara yaitu alat pengumpulan informasi dengan cara
mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara lisan juga.Pihak
yang akan diwawancarai untuk kegiatan ini adalah para siswa kelas 11ataupun guru
untuk memperoleh informasi yang dipergunakan dalam melengkapi data terkait
kegiatan pembelajaran daring di SMAN 113 Jakarta.

3.3.3. Dokumentasi

Metode ini digunakan peneliti untuk memperoleh data mengenai kebijakan


pemerintah, dan kegiatan belajar mengajar daring di sekolah tersebut.keadaan
sekolahnya baik sarana maupun prasarana dan siswa Dokumen disini bisa berupa
foto dan wawancara. Instrumen penelitian iniutamanya adalah peneliti sendiri
dibantu dengan alat pendukung seperti gadget dan buku catatan untuk melengkapi
data. Dokumentasi, dari asal kata dokumen yang artinya barang-barang tertulis.

3.3.4. Instrumen penelitian

Dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrumen utama atau alat


penelitian adalah peneliti itu sendiri. Peneliti sebagai instrumen utama bisa dibantu
oleh instrumen-instrumen pendukung seperti angket, wawancara, observasi
maupun dokumentasi. Dalam pembuatan instrumen pada penelitian ini peneliti
mendiskusikannya dengan guru dan peneliti menggunakan tiga instrumen
penelitian yakni pedoman wawancara, pedoman observasi, dan pedoman
dokumentasi.

key instrumen : peneliti sendirilah yang berperan sebagai alat utama dalam
penelitian.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian Perilaku komunkasi Toxic friendship dengan
teman sebaya pada siswa SMAN 113 yang telah dikemukakan dalam pembahasan,
maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Perilaku komunikasi Toxic friendship dengan teman sebaya dapat terjadi


disebabkan beberapa faktor yaitu rasa percaya diri, tantangan keakraban,
memahami isyarat, depresi, dan kepribadian. Toxic friendship adalah jenis
hubungan persahabatan yang beracun. Hubungan persahabatan terjalin yang hanya
menguntungkan di salah satu pihak. Perilaku komunikasi Toxic friendship yang
terjadi di SMAN 113 yaitu pengkritik, tidak ada empati, keras kepala, dan selalu
bergantung yang disampaikan secara verbal dan non verbal. Perilaku komunikasi
toxic friendship dapat dipengaruhi oleh faktor biologis dan faktor sosiopsikologis.

2. Dampak dari Perilaku komunikasi Toxic friendship dengan teman sebaya di


SMAN113 yaitu kompetisi berlebih, kecemburuan, balas dendam, kemarahan,
penghianatan, depresi, dan insecure (rasa tidak aman)serta terdapat 2 macam respon
yang didapatan oleh peneliti yaitu secara verbal dan nonverbal.

4.2 Saran
1. Persahabatan yang baik berfungsi sebagai a. Companionship, b.Stimulation,
c.Physical Support, d. ego support, e. Sosial Comparison, d.Intimacy/ affection.
2. Saat kelompok pertemanan (circle friendship) terdapat seseorang yang
berperilaku toxic, segera bicarakan dan perbaiki. Jika persahabatan sudah
berdampak buruk pada diri anda segera tinggalkan toxic friends tersebut.
DAFTAR PUSAKA

Remaja” Jurnal Psikologi Indonesia. Vol. 5. No. 2. Tahun 2016. 138.


https://doi.org/10.30996/persona.v5i02.730

Lestari, Suci, “Pengaruh Literasi Akidah Akhlak Dan Teman Sebaya Terhadap
AkhlakSiswa”, 116, Alkarim https://doi.org/10.30821/ansiru.v3i1.5484.s740
Listia, Wan Nova, “Anak Sebagai Mahluk Sosial”, Bunga Rampai Usia Emas Vol.
1 No.
1 (2015), 14. https://doi.org/10.24114/jbrue
Monalisa, Daharis, Dan Syahniar, “Kontribusi Kecerdasan Emosional Dan Persepsi
Sosial Terhadap Interaksi Sosial Mahasiswa Serta Implikasinya Dalam
Bimbingan Dan Konseling”, Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia 2, no. 2
(2016): 1-10. https://doi.org/10.29210/02016143
Nikolas F. Wuryaningrat, Aditya Pandowo, Ldya I. Kumajas. “Persepsi Sosial
Masyarakat Sulawesi Utara Disaat Pandemic Covid 19” Jurnal Inovasi Bisnis
Dan Manajemen Indonesia Vol. 4 No. 1. Tahun 2020. 22
https://doi.org/10.31842/jurnalinobis.v4i1.163
Nurhadi Yasin, “Dinamika Perkembangan Pondok Pesantren Modern”, Jurnal
Pendidikan
Islam 2, No. 2 (2019): 131-142 https://doi.org/10.21274/taalum.2013.1.1.49-62
94
Reza Iredho Fani, “Toxic Friendship In Islamic Psychology Persepective” 2020.
https://doi.org/10.33367/psi.v5i1.1042
Riana Monalisa Tamara, “Peranan Lingkungan Sosial Terhadap Pembentukan
Sikap
Peduli Lingkungan Peserta Didik Di SMA Negeri Kabupaten Cianjur”, Jurnal
Pendidikan Geografi 16, No. 1 (2016): 44-55
https://doi.org/10.17509/gea.v16i1.3467
White Suzzane Degges Dan Tieghem Judy Pochel Van. 2015. Toxic Friendship
“Knowing The Rules And Dealing With The Friends Who Break Them”. 34.
https://doi.org/10.5860/choice.194705

Anda mungkin juga menyukai