Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH

PENGARUH BUDAYA TEGUR SAPA SISWA KELAS


XII DI SMA SANTA URSULA JAKARTA

Makalah ini Dibuat sebagai Syarat Mengikuti


Ujian Sekolah: Ujian Praktik dan Ujian Tertulis
Tahun Ajaran 2023 – 2024

ISABELLA CHELSEA SERGIUS


KELAS XII MIPA 4

SEKOLAH MENENGAH ATAS SANTA URSULA


JAKARTA
2023
PENGARUH BUDAYA TEGUR SAPA DALAM KELAS XII DI SMA
SANTA URSULA JAKARTA

I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sebagai salah satu aspek dari kehidupan sosial, budaya tegur sapa
memiliki peran yang penting dalam membentuk hubungan yang
harmonis antar individu dan kelompok. Dalam konteks pendidikan,
sekolah memainkan peran yang sangat penting sebagai wadah
pembentukan karakter dan norma sosial bagi para siswa. Jenjang kelas
XII merupakan tahap terakhir pendidikan menengah bagi siswa
sebelum memasuki tahap baru dalam kehidupan mereka, seperti
perguruan tinggi atau karir profesional. Siswa harus
mempertimbangkan pilihan jurusan yang akan diambil di perguruan
tinggi, mengikuti kursus untuk melancarkan proses pembelajaran, dan
tidak lupa untuk mengikuti segala alur KBM (Kegiatan Belajar
Mengajar) di sekolah. Proses tersebut tentu melibatkan penelitian,
konsultasi dengan guru dan guru BK di sekolah, serta pendaftaran ke
berbagai perguruan tinggi sesuai dengan minat dan kemampuan.
Dalam suasana belajar yang semakin kompleks, beragam, dan penuh
tekanan, budaya tegur sapa menjadi fondasi untuk membangun
atmosfer positif. Hal tersebut juga memberikan kesempatan bagi siswa
untuk berbagi pengalaman dan pengetahuan. Saat hubungan antar
siswa maupun siswa dengan guru semakin akrab, siswa dapat secara
nyaman untuk bertanya, bertukar pendapat, ataupun mencari
bimbingan.

Pada dasarnya, bertegur sapa merupakan sesuatu yang tidak dapat


dihindari dalam kehidupan sosial dan bermasyarakat. Cara menyapa
akan memengaruhi hubungan dengan sesama (Uno, Mien R., 2010:20).
Namun, seiring dengan perkembangan zaman, telah mengalami
perubahan atau penurunan kesadaran dalam penerapannya. Mengingat
bahwa selama dua tahun ketika pandemi COVID-19 melanda,

1
masyarakat menghabiskan sebagian besar bahkan sepanjang waktu di
rumah. Masyarakat semakin terpaku kepada gadget dan media sosial
yang lebih mudah dan cepat diakses sehingga memperkuat pola
komunikasi di dalam dunia maya. Hal tersebut menyebabkan
komunikasi langsung antar-individu menjadi berkurang. Tidak
terkecuali kepada siswa yang bersekolah di SMA Santa Ursula Jakarta,
yang mungkin terpapar pada pola komunikasi yang kurang baik atau
kurang memperhatikan norma-norma sopan santun dalam interaksi
sehari-hari.

Setelah COVID-19 mulai mereda, kegiatan belajar mengajar secara


luring pun mulai dilakukan kembali. SMA Santa Ursula Jakarta
sebagai lembaga pendidikan yang bertanggung jawab terhadap
pembentukan karakter siswa menyadari pentingnya memelihara
budaya tegur sapa di antara siswa. Ketika pandemi mulai mereda dan
kegiatan belajar mengajar secara tatap muka kembali dilaksanakan,
sekolah ini menjadikan tegur sapa sebagai salah satu nilai yang
ditekankan. Tidak hanya dengan kata-kata, tetapi juga dengan body
language yang mencerminkan rasa hormat dan kesopanan. Gerakan
dan sikap ini merupakan ungkapan rasa hormat dan kesopanan dalam
interaksi sosial. Setiap negara memiliki beragam sapaan dengan gerak
tubuh yang berbeda, warga negara Barat kerap menyapa dengan
gerakan saling berpelukan. Windi Astriningrum berpendapat bahwa
masyarakat Indonesia memiliki berbagai jenis sapaan dan gerak tubuh.
Ketika berpapasan di tengah jalan, biasanya akan saling menunduk,
membungkuk, ataupun memantukkan kepala sambil melontarkan
sapaan kecil (2018:90). Semua budaya sepakat bahwa cara yang sopan
adalah menyapa seseorang yang kamu temui. Caranya bisa berbeda-
beda, tetapi prinsipnya tetap sama (Uno, Mien R., 2010:12).

Dari latar belakang yang sudah dipaparkan, maka penulis


mengambil judul “Pengaruh Budaya Tegur Sapa Siswa Kelas XII di

2
SMA Santa Ursula Jakarta” dengan harapan untuk menyoroti
pentingnya budaya tegur sapa di lingkungan pendidikan kelas XII.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan sebelumnya,
maka fokus masalah yang akan dibahas dalam makalah penelitian ini
dapat dirumuskan sebagai berikut:
a. Mengapa SMA Santa Ursula Jakarta membiasakan budaya tegur
sapa kepada siswa-siswanya?
b. Bagaimana dampak dari budaya tegur sapa terhadap hubungan
sosial dan suasana belajar di kelas XII SMA Santa Ursula Jakarta?

1.3. Tujuan
Tujuan penulisan makalah penelitian ini adalah:
a. Mengetahui tujuan dari pembiasaan budaya tegur sapa di SMA
Santa Ursula Jakarta.
b. Menilai dan menganalisis dampak dari budaya tegur sapa terhadap
hubungan sosial dan suasana belajar di kelas XII SMA Santa
Ursula Jakarta.
c. Sebagai syarat memenuhi Ujian Sekolah Kelas XII SMA Santa
Ursula Jakarta.

1.4. Metode Pengumpulan Data


Dalam penelitian ini, metode pengumpulan data yang digunakan
adalah wawancara.

II. PEMBIASAAN BUDAYA TEGUR SAPA DI SMA SANTA URSULA


JAKARTA
2.1. Definisi Budaya Tegur Sapa
Menurut Abdul Chaer (2010), tegur sapa adalah ujaran atau tuturan
santun yang digunakan untuk menyapa seseorang saat bertemu ataupun
berpapasan di suatu tempat, baik saling kenal maupun tidak kenal.

3
Pengertian tegur-sapa dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia sendiri
adalah ucapan untuk menyapa (mengajak bercakap-cakap). Dalam
tradisi masyarakat Jawa, bertegur sapa disebut juga sebagai sapa aruh.
Tuturan sapa aruh yang dilakukan masyarakat Jawa berpedoman pada
unggah-ungguh yang berlaku. Walaupun hanya dengan sepatah atau
dua patah kata kegiatan sapa aruh dapat membangkitkan rasa
persaudaraan (Endraswara, 2010). Masyarakat Jawa melakukan
kegiatan sapa aruh ketika bertemu dengan mitra tutur dalam peristiwa
tutur yang informal maupun formal. Namun, dalam peristiwa tutur
informal jauh lebih bervariasi bentuknya. Sebagian orang menganggap
kegiatan sapa aruh hanya basa-basi, padahal dari kebiasaan inilah dapat
dilihat karakter masyarakat Jawa yang sesungguhnya yaitu ramah,
peduli dengan sesama, toleransi, dan santun.

Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat hidup


seorang diri saja, manusia perlu membangun hubungan dengan sesama
di lingkungan sekitar. Mengingat fakta tersebut, budaya tegur sapa
muncul sebagai salah satu aspek budaya yang cukup menonjol dalam
masyarakat Indonesia. Budaya tegur sapa menjadi pilar penting dalam
mengajarkan nilai-nilai sopan santun dan merupakan cerminan dari
rasa hormat terhadap orang lain melalui salam atau sapaan. Tegur sapa
melibatkan interaksi baik secara verbal maupun non-verbal.

2.2. Dampak Budaya Tegur Sapa


Praktik budaya tegur sapa dapat meningkatkan kualitas komunikasi
di dalam kelas. Siswa mempelajari bagaimana cara berbicara dengan
sopan, mendengarkan dengan baik, dan menanggapi dengan bijaksana.
Mereka mengembangkan keterampilan komunikasi yang membantu
meningkatkan pemahaman mereka terhadap materi pelajaran dan
memfasilitasi diskusi yang konstruktif.

4
Sebagaimana yang diungkapkan oleh Dr. Muhammad Saibani
Wiyanto, ada sebuah penelitian yang dilakukan mengenai praktik sapa
menyapa. Penelitian tersebut memperlihatkan bahwa salam dan tegur
sapa ternyata memiliki peran yang penting dalam lingkungan
pendidikan, khususnya di Pulau Jawa, Indonesia. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa penggunaan kata-kata salam merupakan bentuk
tuturan yang menekankan kedekatan antara yang memberi salam dan
yang menerima salam (Wiyanto, 2022).

Dalam suasana belajar yang penuh rasa hormat, siswa merasa


nyaman untuk berpartisipasi, bertanya, dan berbagi pemikiran mereka,
menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pembelajaran yang
berpusat pada siswa. “Having a personal connection with students can
increase class participation and enthusiasm based on a greater mutual
respect between professor and students.” Berdasarkan tips yang
diambil dari laman Faculty Focus, memiliki kedekatan dengan siswa
dapat meningkatkan partisipasi dan antusiasme siswa dalam
pembelajaran. Ketika merasa diterima dan dihargai oleh guru, siswa
cenderung lebih termotivasi untuk berpartisipasi aktif dalam proses
pembelajaran. Hal tersebut menciptakan lingkungan yang kondusif
bagi pembelajaran yang berpusat pada siswa, sehingga mereka merasa
nyaman untuk bertanya, berbagi pemikiran, dan berinteraksi dengan
guru.

Praktik tegur sapa juga merupakan pengajaran etika dan


penghargaan yang kuat. Para siswa belajar untuk menghormati orang
lain, menghargai perbedaan, dan merasa tanggung jawab terhadap
lingkungan belajar mereka. Menurut Dale Atkins dan Amanda
Salzhauer (2018), “Children who are raised in a culture where giving
and compassion are valued become happier and more positively
enganged with those around them. They are less likely to treat others
disrespectfully.” Nilai-nilai tersebut yang akan membantu siswa dalam

5
menghadapi berbagai situasi dalam kehidupan di luar sekolah,
membentuk karakter masing-masing individu sebagai manusia yang
beretika dan bertanggung jawab.

Dengan demikian, budaya tegur sapa memiliki dampak yang


mendalam dalam membentuk karakter siswa, meningkatkan kualitas
komunikasi, dan menciptakan lingkungan belajar yang positif. Ini
adalah pondasi yang kuat untuk pendidikan yang holistik dan
pembentukan individu yang berkualitas.

2.3. Pentingnya Pembiasaan Tegur Sapa di Sekolah


Pembiasaan budaya tegur sapa di SMA Santa Ursula Jakarta adalah
salah satu aspek penting dalam menciptakan lingkungan sekolah yang
inklusif dan bersahabat. Tegur sapa yang hangat dan ramah dapat
meningkatkan kesejahteraan emosional siswa, mempromosikan
toleransi, dan memperkuat ikatan antara anggota komunitas sekolah.
Dengan budaya tegur sapa, saluran komunikasi akan lebih terbuka dan
hambatan antara sesama siswa maupun antar siswa dan guru dalam
proses belajar-mengajar bisa berkurang.

Selain dampak positif pada hubungan sosial, budaya tegur sapa


juga memiliki implikasi dalam proses pembelajaran. Lingkungan
belajar yang inklusif akan terbentuk, di mana setiap individu merasa
diterima dan dihargai tanpa memandang latar belakang atau
karakteristik pribadi. Dikutip dari laman High Speed Training, “A
supportive learning environment is built using communication: you
should get to know your students well, and show them that they are
safe from judgement or humiliation in your classroom.”

Lingkungan belajar yang baik dibentuk melalui komunikasi,


bagaimana guru dan siswa berinteraksi satu sama lain. Ketika guru
mengambil langkah-langkah untuk mengenal siswa dengan baik, hal

6
ini menciptakan suasana di mana siswa merasa dihargai dan
diperhatikan.

2.4. Nilai-Nilai SERVIAM


Sebagai sekolah Katolik yang berada di bawah asuhan para suster
Ursulin, SMA Santa Ursula Jakarta memegang teguh prinsip
SERVIAM. Mengutip dari laman resmi Sekolah Santa Ursula Jakarta,
SERVIAM merupakan motto untuk setiap anggota komunitas sekolah
di bawah asuhan para suster Ursulin Uni Roma dengan arti Saya
Mengabdi yang diperkenalkan St. Jean Martin pada tahun 1931.
“Nilai-nilai dasar pendidikan Ursulin yang berpusat pada SERVIAM
adalah nilai-nilai yang menjadi pedoman anggota komunitas sekolah
Ursulin dalam menjalankan peran dan tugas mereka, bahkan menjadi
jati diri sebagai anggota komunitas sekolah Ursulin.” Nilai-nilai dasar
pendidikan Ursulin di antaranya adalah:
a) Cinta & Belas Kasih
Perilaku yang digerakkan oleh kesadaran kognitif dan
afektif seseorang untuk berbuat baik kepada sesama manusia.
b) Integritas
Nilai yang menunjukkan keselarasan dan pendirian yang
teguh antara pikiran, perkataan, dan perbuatan.
c) Keberanian & Ketangguhan
Sikap dan perilaku yang teguh, bijaksana, dan tanpa rasa
takut untuk menjalankan prinsip-prinsip kebenaran, bahkan
dalam situasi yang sulit, dilematis, atau kritis.
d) Persatuan
Nilai yang menekankan hidup bersama dengan dipenuhi
akan keserasian, toleransi, kepedulian terhadp sesama, sehati,
dan keterikatan antara individu.
e) Totalitas
Nilai yang menggerakkan seseorang untuk memberikan diri
sepenuhnya dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab.

7
f) Pelayanan
Tanpa pamrih, mempunyai sikap siap sedia untuk
memberikan bantuan dan berbagi.

Gambar 2.1. Nilai-Nilai Dasar Pendidikan Ursulin


(Sumber : SMA Santa Ursula Jakarta)

III. DAMPAK BUDAYA TEGUR SAPA TERHADAP HUBUNGAN SOSIAL


DAN SUASANA BELAJAR DI KELAS XII SMA SANTA URSULA
JAKARTA
3.1. Rasa Nyaman Dalam Menerapkan Budaya Tegur Sapa
Rasa nyaman dalam menerapkan budaya tegur sapa merupakan
perasaan positif yang timbul ketika seseorang merasa diterima dalam
berinteraksi sosial dengan orang lain. Kenyamanan merupakan dasar
yang kuat untuk menerapkan budaya tegur sapa, karena dengan rasa
nyaman tersebut, siswa dapat berpartisipasi dalam komunikasi dengan

8
bebas tanpa ketakutan atau kecemasan sosial yang berlebih. Sebuah
wawancara penulis dengan salah seorang siswa kelas XII di SMA
Santa Ursula Jakarta mengungkapkan bagaimana praktik budaya tegur
sapa menciptakan rasa kenyamanan dalam interaksi sosial.

“Nyaman, karena dengan menyapa siswa lain yang saya temui


di sekolah, saya dapat menjadi lebih dekat dengan mereka.
Secara tidak langsung, itu membuat kami menjadi semakin
nyaman satu sama lain seiring berjalannya waktu. So, if you
want to get closer with someone, trik yang paling manjur
adalah dengan menyapa dan small talk juga kalau berpapasan
dengan mereka di lorong sekolah.”1

Menyapa dan menciptakan obrolan kecil dengan teman-teman di


lorong sekolah dapat mempererat hubungan sosial dan membuat
orang-orang merasa lebih dekat satu sama lain seiring berjalannya
waktu. Bahkan, narasumber 5 memberikan tips jika ingin memulai
hubungan dengan seseorang. Hal ini menunjukkan pentingnya inisiatif
dalam menjalin hubungan sosial.

Pandangan lain diberikan oleh narasumber 3, menggarisbawahi


akan adanya teman yang responsif. Respon yang positif saat disapa
meningkatkan rasa percaya diri dan keberanian. Ketika seseorang
merasa bahwa usaha mereka untuk berinteraksi dihargai dan
mendapatkan tanggapan yang positif, hal tersebut akan meyakinkan
mereka untuk terus berkomunikasi.

“Bergantung pada situasinya, sih, menurut saya. Kebanyakan


yang saya sapa biasanya akan membalas sapaan yang saya
berikan, sehingga saya tidak merasa canggung atau
sejenisnya. Akan tetapi, ada pula situasi di mana sapaan saya
1
Narasumber 5, siswa kelas XII SOSIAL 1 SMA Santa Ursula Jakarta, Wawancara, di Lorong
Beriman SMA Santa Ursula Jakarta, pada tanggal 14 September 2023.

9
tidak dibalas. Hal tersebut dapat membuat saya merasa malu,
tidak nyaman, dan awkward. Keberadaan teman yang
responsif dapat membuat saya merasa nyaman dalam
berinteraksi di sekolah.”2

Pandangan narasumber 3 juga menunjukkan bahwa budaya tegur


sapa yang efektif bukan hanya tentang cara berbicara, tetapi juga
tentang cara mendengarkan dan merespons. Respons positif dari
orang lain memperkuat dan memperluas budaya sopan santun ini,
menciptakan lingkungan yang lebih inklusif dan mendukung di mana
individu merasa nyaman untuk berpartisipasi dalam interaksi sosial.
Dapat dilihat bahwa komunikasi dua arah sangat penting untuk
menciptakan kenyamanan dalam berinteraksi. Teman-teman yang
merespons dengan baik dapat menjadi dukungan sosial yang penting
dan menciptakan lingkungan yang lebih inklusif dan mendukung di
mana individu merasa nyaman untuk berpartisipasi dalam interaksi
sosial.

3.2. Pandangan Siswa Terhadap Pembiasaan Tegur Sapa


Untuk melestarikan budaya tegur sapa, Sekolah Santa Ursula
Jakarta mengadakan sebuah kegiatan yang dinamakan sebagai sapa
pagi. Sapa pagi dilakukan oleh para petugas untuk menyambut dan
menerapkan 3S (Senyum, Salam, Sapa) kepada masyarakat sekolah
yang memasuki gerbang. Mereka juga bertugas untuk memeriksa
kelengkapan seragam para siswa dan mengingatkan teman-teman agar
tetap mematuhi tata tertib sekolah. Selain itu, guru-guru selalu
mengingatkan para murid untuk tidak lupa memberikan sapaan kepada
guru.

2
Narasumber 3, siswa kelas XII MIPA 3 SMA Santa Ursula Jakarta, Wawancara, di Lorong
Ceria SMA Santa Ursula Jakarta, pada tanggal 2 Agustus 2023.

10
Gambar 3.2.1. Sapa Pagi di SMA Santa Ursula Jakarta
(Diambil oleh Lucia Joana kelas XII MIPA 4)

Gambar 3.2.2. Para Guru Ikut Bertugas


(Diambil oleh Lucia Joana kelas XII MIPA 4)

Narasumber 5 menyoroti bahwa praktik tegur sapa tidak hanya


bertujuan untuk membentuk karakter yang baik di dalam lingkungan
sekolah, tetapi juga menciptakan citra positif bagi instansi pendidikan
itu sendiri.

11
“Sekolah yang membiasakan kami untuk bertegur sapa
memang terkadang terasa seperti pemaksaan, tetapi kebiasaan
untuk menyapa memang sepatutnya diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari. Kalau kita sering menyapa orang-orang
di sekitar kita, entah di lingkungan perguruan tinggi ataupun di
dunia kerja, orang-orang pasti akan memberikan pandangan
yang baik, bahwa alumni SMA Santa Ursula mempunyai etika
yang baik dan sopan. Seperti yang sebelumnya saya katakan
juga, dengan sering menyapa orang yang kita temui, dapat
membentuk jaringan pergaulan yang lebih luas.”3

Dengan sering menyapa orang lain di sekitar, baik di perguruan


tinggi maupun di dunia kerja, alumni dapat membangun reputasi
sebagai individu yang memiliki etika yang baik dan sopan. Pandangan
dari narasumber 5 menciptakan pemahaman lebih mengenai nilai
jangka panjang dari budaya tegur sapa. Budaya tegur sapa tidak hanya
menjadi norma, melainkan juga menjadi investasi untuk masa depan,
terutama sebagai alat jejaring sosial. Ketika siswa memasuki perguruan
tinggi, lingkup pergaulan akan menjadi lebih luas dan beragam.
Mengenal kakak tingkat atau mahasiswa semester atas melalui tegur
sapa yang ramah dan sopan bisa menjadi langkah awal dalam
membangun hubungan yang baik, mereka dapat memberikan panduan,
wawasan, bahkan memberikan rekomendasi.

Begitu pula di dunia kerja, praktik tegur sapa dapat membantu


dalam membangun hubungan yang baik antar rekan kerja Dengan
menerapkan budaya tegur sapa di lingkungan kerja, akan tercipta
atmosfer yang lebih harmonis antar rekan kerja, di mana orang-orang
merasa nyaman untuk berkolaborasi bersama, produktivitas akan
meningkat, dan tercipta lingkungan kerja yang menyenangkan.

3
Narasumber 5, siswa kelas XII SOSIAL 1 SMA Santa Ursula Jakarta, Wawancara, di Lorong
Beriman SMA Santa Ursula Jakarta, pada tanggal 14 September 2023.

12
Kemungkinan akan konflik dan perseteruan antar rekan kerja pun
dapat diminimalisir.

Dalam wawancara yang dilakukan dengan narasumber 4, dia


berbagi pengalaman dan pandangannya.4

“.... Tindakan kecil seperti menyapa dengan sopan dapat


menciptakan hubungan yang positif dengan orang lain, dalam
kasus ini, guru.”

Menurutnya, tindakan sederhana tersebut adalah cara yang efektif


untuk membangun kedekatan dan hubungan yang baik antara siswa
dan guru. Tidak hanya menunjukkan rasa hormat kepada guru, tetapi
juga membantu dalam proses belajar-mengajar. Dia percaya bahwa
dengan memberikan salam atau tegur sapa yang sopan kepada guru-
guru, mampu menciptakan suasana yang nyaman dan menyenangkan
dalam kelas.

3.3. Dampak Budaya Tegur Sapa Terhadap Rasa Solidaritas dan


Kebersamaan di SMA Santa Ursula Jakarta
Penerapan budaya tegur sapa di SMA Santa Ursula Jakarta secara
signifikan berdampak pada hubungan sosial yang terjalin di antara
siswa dan suasana belajar di dalam kelas. Dengan saling memberi
salam, menggunakan bahasa sopan, dan menghormati satu sama lain,
para siswa di kelas XII belajar untuk melihat sesama siswa sebagai
teman sekelas yang patut dihargai, menciptakan atmosfer yang ramah
dan penuh toleransi di mana setiap siswa merasa diterima dan diakui.

“Menurut saya, budaya tegur sapa ini memunculkan rasa trust.


Kalau sudah ada trust itu tadi, pasti akan lebih comfortable

4
Narasumber 4, siswa kelas XII MIPA 4 SMA Santa Ursula Jakarta, Wawancara, di XII MIPA
4 SMA Santa Ursula Jakarta, pada tanggal 2 Agustus 2023.

13
untuk mengobrol. Prinsip saya pribadi, jika dia berperilaku
baik kepada saya, maka saya harus berperilaku lebih baik lagi.
Tercipta pula rasa dekat satu sama lain. Dengan itu, rasa
kebersamaan dan solidaritas antar-siswa dapat meningkat lebih
cepat.”5

Berdasarkan hasil wawancara dengan narasumber 1, siswa akan


cenderung merasa lebih nyaman dalam berinteraksi dan berkomunikasi
ketika frekuensi menyapa meninggi. Hal tersebut menciptakan
lingkungan di mana siswa merasa nyaman dan percaya untuk
mengemukakan pendapat, bertanya, bekerjasama, dan berpartisipasi
dalam proses belajar bersama. Kepercayaan ini juga menciptakan
kesan bahwa setiap siswa dihargai dan diakui, sehingga memperkuat
rasa solidaritas antar siswa. Pendapat sejalan juga dikemukakan oleh
Narasumber 3.6

“Saling menyapa secara teratur membantu memperkuat ikatan


antar siswa dan merasa lebih dekat satu sama lain. Dengan
saling menyapa, kita dapat lebih mengenal satu sama lain,
sehingga jika bertemu di lain waktu, kita pasti merasa lebih
nyaman untuk berbicara dan bersosialisasi.”

3.4. Implementasi Nilai-Nilai SERVIAM


Penerapan praktik tegur sapa sejalan dengan nilai-nilai SERVIAM
yang mengutamakan pembentukan karakter yang baik. Dengan
menginternalisasi nilai-nilai budaya tegur sapa, siswa dilatih untuk
menjadi individu yang peduli, hormat, dan bertanggung jawab, yang
siap melayani dan berkontribusi positif dalam masyarakat.

5
Narasumber 1, siswa kelas XII MIPA 1 SMA Santa Ursula Jakarta, Wawancara, di Aula SMP
Sekolah Santa Ursula Jakarta, pada tanggal 31 Juli 2023.
6
Narasumber 3, siswa kelas XII MIPA 3 SMA Santa Ursula Jakarta, Wawancara, di Lorong
Ceria SMA Santa Ursula Jakarta, pada tanggal 2 Agustus 2023.

14
Hampir semua siswa kelas XII SMA Santa Ursula Jakarta yang
penulis wawancarai secara konsisten menegaskan bahwa budaya tegur
sapa mencerminkan dua nilai SERVIAM yang paling kuat, yaitu cinta
dan belas kasih, serta persatuan. Narasumber 2, seorang siswa dari
kelas XII MIPA 2, berpendapat bahwa menyapa merupakan salah satu
wujud cinta yang ditunjukkan melalui kepedulian terhadap orang lain.
Ia meyakini bahwa dengan menyapa dengan senyuman, kita mampu
menyebarluaskan energi positif kepada orang-orang di sekitar.

“Menyapa juga merupakan salah satu bentuk cinta berupa


kepedulian terhadap orang lain. Saya pun yakin jika kita
menyapa dengan senyuman juga akan menebarkan energi
positif bagi orang-orang di sekeliling kita.” 7

Didukung pula oleh pernyataan Narasumber 6 yang merupakan


Wakil Ketua BP OSIS SMA Santa Ursula Jakarta 2023/2024 dari kelas
XII SOSIAL 2.8

“Iya, budaya tegur sapa mencerminkan nilai-nilai SERVIAM,


khusunya cinta dan belas kasih serta persatuan. Praktik ini
menyebarkan belas kasih kepada sesama dengan hal kecil dan
secara langsung membangun rasa solidaritas antar sesama.
Selain itu, budaya tegur sapa dapat memperkuat nilai
persatuan, karena melalui tindakan kecil ini, kita juga
membangun hubungan yang positif di antara anggota sekolah.”

Kegiatan sapa menyapa tidak hanya dilakukan sebagai rutinitas


semata, melainkan sebagai cerminan dari nilai-nilai SERVIAM yang
memiliki pengaruh besar di kalangan seluruh warga sekolah. Dalam

7
Narasumber 2, siswa kelas XII MIPA 2 SMA Santa Ursula Jakarta, Wawancara, di kelas XII
MIPA 4 SMA Santa Ursula Jakarta, pada tanggal 2 Agustus 2023.
8
Narasumber 6, siswa kelas XII SOSIAL 2 SMA Santa Ursula Jakarta, Wawancara, di kelas
XII SOSIAL 2 SMA Santa Ursula Jakarta, pada tanggal 9 Agustus 2023.

15
budaya sekolah ini, saling menyapa dengan sopan dan ramah
mencerminkan rasa cinta, kepedulian, serta semangat kebersamaan
terhadap sesama—yang berkontribusi dalam membangun hubungan
yang positif dan menjaga persatuan di lingkungan sekolah.

3.5. Hambatan Dalam Mengimplementasikan Budaya Tegur Sapa


Dalam mengimplementasikan budaya tegur sapa dalam kehidupan
sehari-hari di sekolah, tidak dipungkiri bahwa terdapat beberapa
tantangan yang perlu diatasi—baik dari siswa, guru, dan karyawan
sekolah. Salah satu tantangan utama adalah ketidakpartisipan beberapa
siswa dalam praktik tegur sapa. Berdasarkan wawancara dengan
Narasumber 2, diketahui bahwa beberapa murid seringkali
mengalihkan pandangan atau berpura-pura sibuk dengan tujuan untuk
menghindar dari interaksi sosial.9 Mengalihkan pandangan terjadi
dikarenakan adanya pemikiran yang berkembang di kalangan siswa
bahwa kegiatan menyapa tidak perlu dilakukan jika tidak terjadi
kontak mata antara kedua belah pihak.

“.... Jika siswa, saya rasa masih banyak yang terkesan sombong
sebab masih saja ada yang mengalihkan pandangannya, pura-
pura sibuk berbicara dengan orang lain, dan lainnya dengan
tujuan untuk menghindar. Saya pun merasa jika tidak ada
kontak mata di antara kami, maka saya tidak menyapanya.
Bahkan, guru-guru seringkali mengalihkan pandangannya dan
tidak bertampang ramah, sehingga saya sering tidak jadi
menyapa.”

Guru-guru mempunyai peran krusial dalam membimbing murid


untuk melaksanakan praktik tegur sapa. Akan tetapi, seperti yang
disampaikan oleh Narasumber 2, ada kasus di mana guru-guru tidak

9
Narasumber 2, siswa kelas XII MIPA 2 SMA Santa Ursula Jakarta, Wawancara, di kelas XII
MIPA 4 SMA Santa Ursula Jakarta, pada tanggal 2 Agustus 2023.

16
memberikan contoh yang seharusnya diberikan. Narasumber 5 juga
menambahkan pendapat sejalan.

“.... ada juga faktor lain seperti bagaimana persepsi kita


terhadap guru itu sendiri, ada beberapa guru yang memang
sudah diketahui oleh banyak siswa bahwa mereka sering tidak
membalas sapaan, sehingga teman-teman pun enggan untuk
menyapa.”10

Praktik tegur sapa dapat memengaruhi interaksi siswa dengan guru,


serta antar sesama siswa. Namun, melalui wawancara dengan
Narasumber 1, terungkap adanya tantangan sosial yang muncul.
Digambarkan bahwa terdapat lingkaran sosial yang terbentuk
berdasarkan tingkat ekonomi dan popularitas yang tentunya menjadi
hambatan besar dalam menerapkan budaya tegur sapa.11 Beberapa
siswa mungkin merasa malu, gengsi, atau takut untuk menyapa,
terutama jika mereka belum terbiasa dengan interaksi sosial yang
bersifat ramah di luar lingkaran sosial mereka.

“Dari saya sendiri, terdapat rasa malu, gengsi, dan takut,


karena sebelumnya belum pernah menyapa setiap kenalan yang
dijumpai. Lalu, seperti yang ada di sekolah-sekolah pada
umumnya, ada circle yang didasarkan pada tingkat ekonomi
dan popularitas. The wealthy hangs out with the wealthy, and
the poor hangs out with the poor. Meskipun pernah masuk
dalam kelas, kegiatan, kelompok, dan kepanitiaan yang sama,
saat berpapasan, akan menjadi orang asing. Beberapa dari
mereka juga terkadang ada yang menatap sinis, sehingga

10
Narasumber 5, siswa kelas XII SOSIAL 1 SMA Santa Ursula Jakarta, Wawancara, di
Lorong Beriman SMA Santa Ursula Jakarta, pada tanggal 14 September 2023.
11
Narasumber 1, siswa kelas XII MIPA 1 SMA Santa Ursula Jakarta, Wawancara, di Aula
SMP Sekolah Santa Ursula Jakarta, pada tanggal 31 Juli 2023.

17
membuat kurang nyaman untuk menyapa. Hal seperti itu dapat
menjadi hambatan yang besar pula.”

Budaya tegur sapa yang diterapkan di SMA Santa Ursula


Jakarta juga dapat dianggap sebagai persiapan bagi siswa untuk
kehidupan di masyarakat. Dengan pembiasaan praktik ini, siswa
menjadi lebih mampu berinteraksi dengan orang lain secara efektif
dan menghargai nilai-nilai budaya yang penting dalam kehidupan
sehari-hari mereka. Dengan demikian, upaya sekolah dalam
membentuk budaya tegur sapa yang positif di lingkungan belajar
memainkan peran penting dalam membentuk individu-individu
yang beretika, sopan, dan siap untuk berkontribusi dalam
masyarakat secara positif.

IV. PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap
pengaruh budaya tegur sapa pada siswa kelas XII di SMA Santa Ursula
Jakarta, dapat ditarik beberapa kesimpulan penting. Pertama,
pembiasaan budaya tegur sapa di SMA Santa Ursula Jakarta memiliki
tujuan dalam membentuk lingkungan sekolah yang inklusif dan
bersahabat. Melalui tegur sapa yang hangat dan ramah, sekolah
berupaya meningkatkan kesejahteraan emosional dan toleransi antar
siswa, serta menciptakan ikatan yang erat antar anggota sekolah.
Kedua, budaya tegur sapa yang diterapkan di SMA Santa Ursula
Jakarta mencerminkan nilai-nilai SERVIAM, khususnya cinta dan
belas kasih serta persatuan, yang menjadi landasan utama dalam
hubungan antarindividu.

Selain itu, dari budaya tegur sapa sangat nyata terlihat dalam
hubungan sosial dan suasana belajar di kelas XII SMA Santa Ursula
Jakarta. Murid belajar untuk melihat sesamanya sebagai teman sekelas

18
yang patut dihargai, menciptakan atmosfer yang ramah, penuh
toleransi, dan kenyamanan. Mereka juga merasa lebih dekat satu sama
lain, yang menguatkan rasa kebersamaan dan solidaritas antar-siswa.
Tegur sapa menciptakan saluran komunikasi yang terbuka dan
membantu mengatasi hambatan dalam proses belajar-mengajar. Praktik
tegur sapa berkontribusi pada peningkatan kualitas komunikasi, dengan
siswa belajar berbicara dengan sopan, mendengarkan dengan baik, dan
merespons dengan bijaksana.

Praktik tegur sapa juga berperan penting dalam membentuk


karakter siswa, mengajarkan nilai-nilai seperti rasa hormat, keakraban,
kepedulian terhadap sesama, penghargaan, tanggung jawab, serta
meningkatkan kualitas komunikasi dan atmosfer belajar yang positif.
Setelah lulus dari sekolah ini pun, siswa memiliki bekal karakter yang
kuat berkat pembiasaan budaya tegur sapa. Dengan demikian, budaya
tegur sapa di SMA Santa Ursula Jakarta memiliki dampak positif yang
luas pada kehidupan dan perkembangan siswa.

4.2. Saran
Adapun beberapa saran yang dapat dijadikan acuan bagi lembaga,
pembaca, dan peneliti berikutnya. Diharapkan semua masyarakat dapat
lebih memahami mengenai budaya tegur sapa yang sepatutnya
dilestarikan. Tidak sekadar mengetahuinya saja, tetapi juga
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan keluarga pun
memiliki peran yang sangat penting, keluarga merupakan lingkungan
pertama di mana anak-anak belajar mengenai nilai-nilai dan norma
sosial. Orangtua dapat memainkan peran utama dalam mengajarkan
anak-anak tentang pentingnya menyapa dengan sopan dan
menghormati orang lain.

Kedua, sekolah perlu memberikan pelatihan ataupun workshop


mengenai komunikasi efektif atau kegiatan Character Building

19
mengenai sopan santun. Selain itu, sekolah juga diharapkan
mensosialisasikan tentang budaya tegur sapa, tidak hanya kepada
murid, tetapi juga para guru yang berada di garda terdepan dalam
membentuk karakter siswa. Dalam upaya meningkatkan rasa
kepedulian, kepekaan, dan pembentukan karakter siswa, sekolah dapat
mengadakan kegiatan sosial dan pengabdian masyarakat yang
melibatkan siswa untuk berinteraksi dengan masyarakat luas.

Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan dapat mengaplikasikan


metode penelitian yang lebih mendalam, seperti survei dan wawancara
yang lebih luas dengan lebih banyak narasumber yang bervariasi.
Meskipun hasil wawancara dengan siswa kelas XII dari SMA Santa
Ursula Jakarta telah memberikan wawasan yang berharga tentang
praktik budaya tegur sapa di sekolah tersebut, melibatkan narasumber
dari berbagai tingkat sekolah dan latar belakang sosial yang berbeda
dapat memperluas cakupan penelitian. Disarankan pula agar penelitian
selanjutnya juga mempertimbangkan untuk melibatkan narasumber
dari kalangan guru, orangtua, dan staf sekolah. Pendekatan tersebut
dapat memberikan perspektif yang lebih lengkap tentang bagaimana
budaya tegur sapa diterapkan dan diintegrasikan dalam pendidikan dari
berbagai sudut pandang. Dengan demikian, penelitian selanjutnya
dapat memberikan pemahaman yang lebih komprehensif.

Selain itu, penelitian dapat difokuskan pada pengukuran dampak


praktik tegur sapa terhadap prestasi akademik siswa atau
pengembangan karakter. Peneliti selanjutnya juga disarankan untuk
membandingkan implementasi budaya tegur sapa di berbagai sekolah
baik negeri maupun swasta untuk memahami variasi dalam pendekatan
dan hasilnya.

20
DAFTAR PUSTAKA

Astriningrum, Windi. 2018. High Tech High Impact: Menelisik Pengaruh


Teknologi Bagi Anak-Anak. Jakarta: Anak Hebat Indonesia.

Atkins, Dale, Amanda Salzhauer. 2018. The Kindness Advantage: Cultivating


Compassionate and Connected Children. Amerika Serikat: Health
Communications Incorporated.

Budiman, Arif. 4 Agustus 2021. Budayakan Karakter “3S” di Lingkungan


Sekolah. Jateng Pos. Diakses pada 27 Agustus 2023.
https://jatengpos.co.id/budayakan-karakter-3s-di-lingkungan-sekolah/arif/

Chaer, Abdul. 2010. Kesantunan Berbahasa. Jakarta: Rineka Cipta.

Endraswara, Suwardi. 2010. Etika Hidup Orang Jawa: pedoman beretiket


dalam menjalani kehidupan sehari-hari.

KOMPASIANA. Lunturnya Budaya Tegur Sapa di Sekolah. Kompasiana.com.


https://www.kompasiana.com/suerwansuerwan8306/63c93c3579342c090a
4d6652/lunturnya-budaya-tegur-sapa-di-sekolah

Mustikasari, Santi. 22 Agustus 2022. Membudayakan 3S (Senyum, Salam, dan


Sapa) di Lingkungan Sekolah. Cerita Pendidikan Indonesia. Diakses pada
17 Agustus 2023. https://edoostory.id/story/detail/26488/membudayakan-
3s-senyum-salam-dan-sapa-di-lingkungan-sekolah

Sekolah Santa Ursula Jakarta. SERVIAM. Diakses pada 4 Agustus 2023.


http://santaursulajakarta.sch.id/sma/index.php/galeri-foto/serviam#

Uno, Mien Rachman. 2010. Buku Pintar Etiket untuk Remaja: Kiat Sukses
Memasuki Pergaulan Modern. Indonesia: Penerbit PT Gramedia Pustaka
Utama.

Wiyanto, Muhammad Saibani, et al. 2022. Broadening the Sociolinguistics


Perspectives. Lima Aksara.

21
LAMPIRAN

Transkrip Wawancara dengan Narasumber 1


Siswa XII MIPA 1 SMA Santa Ursula Jakarta

Wawancara 1
Tempat : Sekolah Santa Ursula Jakarta di Aula SMP
Waktu : 31 Juli 2023

P Apakah Anda sering menyapa teman-teman, guru, maupun


karyawan yang dijumpai di sekolah?
N Kepada teman-teman ataupun guru yang saya kenali dengan baik, pasti
akan selalu saya sapa. Namun, jika sekadar mengetahui nama tanpa
memiliki hubungan yang dekat dengan mereka, ada rasa gengsi.
P Apakah Anda merasa nyaman, jika menyapa teman-teman yang
ditemui di sekolah? Mengapa?
N Saat menyapa teman-teman di sekolah, kita pasti akan disapa kembali dan
itu membuat saya merasa cukup nyaman.
P Bagaimana pandangan Anda terhadap sekolah yang membiasakan
murid untuk selalu menyapa teman, guru, ataupun karyawan?
N Menurut saya, tindakan sekolah cukup bagus. Dengan hadirnya
pembiasaan sapa-menyapa, murid dapat saling mengenal satu sama lain
dan merasa diakui. Bagi diri saya sendiri, hal tersebut membuat saya
merasa diakui.
P Apakah praktik tegur sapa masih kuat, dihargai, dan dijalankan
dengan baik di kalangan siswa SMA Santa Ursula Jakarta?
Mengapa?
N Dari yang saya perhatikan dan alami sendiri, praktik tegur sapa kurang
dijalankan dengan baik. Siswa SMA Santa Ursula Jakarta menerapkan
tegur sapa tersebut kepada teman ataupun yang dikenal dengan baik.
Selain itu, tidak semua yang disapa akan menyapa kembali dengan baik,
antara menyapa kembali dengan pandangan yang kurang nyaman, ataupun
berpura-pura tidak mendengar.
P Bagaimana dampak budaya tegur sapa terhadap rasa kebersamaan
dan solidaritas di antara siswa di SMA Santa Ursula Jakarta?
N Menurut saya, budaya tegur sapa ini memunculkan rasa trust. Kalau
sudah ada trust itu tadi, pasti akan lebih comfortable untuk mengobrol.
Prinsip saya pribadi, jika dia berperilaku baik kepada saya, maka saya
harus berperilaku lebih baik lagi. Tercipta pula rasa dekat satu sama lain.
Dengan itu, rasa kebersamaan dan solidaritas antar-siswa dapat meningkat
lebih cepat.
P Apakah budaya tegur sapa mencerminkan nilai-nilai SERVIAM?
N Iya, ada nilai cinta kasih dan persatuan. It feels more stronger.
P Apakah ada tantangan atau hambatan dalam menerapkan praktik
tegur sapa di lingkungan SMA Santa Ursula Jakarta? Jelaskan.
N Dari saya sendiri, terdapat rasa malu, gengsi, dan takut, karena
sebelumnya belum pernah menyapa setiap kenalan yang dijumpai. Lalu,
seperti yang ada di sekolah-sekolah pada umumnya, ada circle yang
didasarkan pada tingkat ekonomi dan popularitas. The wealthy hangs out
with the wealthy, and the poor hangs out with the poor. Meskipun pernah
masuk dalam kelas, kegiatan, kelompok, dan kepanitiaan yang sama, saat
berpapasan, akan menjadi orang asing. Beberapa dari mereka juga
terkadang ada yang menatap sinis, sehingga membuat kurang nyaman
untuk menyapa. Hal seperti itu dapat menjadi hambatan yang besar pula.
P Apakah ada pengalaman atau cerita menarik yang ingin Anda
bagikan terkait pengalaman dalam menerapkan budaya tegur sapa
di sekolah?
N Pengalaman ini sudah agak lama. Jadi, ada seseorang di depan saya yang
menyapa, tentu saja saya sapa balik. Namun, saat semakin berjalan
berdekatan, saya baru menyadari bahwa di belakang ada orang lain yang
merupakan orang yang sebenarnya disapa.

Transkrip Wawancara dengan Narasumber 2


Siswa XII MIPA 2 SMA Santa Ursula Jakarta

Wawancara 2
Tempat : SMA Santa Ursula Jakarta di kelas XII MIPA 4
Waktu : 2 Agustus 2023

P Apakah Anda sering menyapa teman-teman, guru, maupun


karyawan yang dijumpai di sekolah?
N Ya, saya sering menyapa teman-teman, guru, maupun karyawan yang saya
temui di sekolah.
P Apakah Anda merasa nyaman, jika menyapa teman-teman yang
ditemui di sekolah? Mengapa?
N Tentu, saya merasa nyaman. Dengan menyapa, persaudaraan dan
kebersamaan, serta penerapan sopan santun begitu terasa. Hubungan satu
sama lain pun akan terasa lebih akrab ataupun lebih saling mengenal.
P Bagaimana pandangan Anda terhadap sekolah yang membiasakan
murid untuk selalu menyapa teman, guru, ataupun karyawan?
N Dengan sekolah yang membiasakan murid untuk selalu menyapa
masyarakat sekolah, saya setuju. Hal tersebut dapat meningkatkan rasa
kekeluargaan di sekolah, dan itu juga termasuk bentuk menghormati

23
orang lain maupun orang yang lebih tua.
P Apakah praktik tegur sapa masih kuat, dihargai, dan dijalankan
dengan baik di kalangan siswa SMA Santa Ursula Jakarta?
Mengapa?
N Praktik tegur sapa tentu masih kuat, dihargai, dan dijalankan dengan baik
di kalangan siswa SMA Santa Ursula sebab guru dan karyawan masih
selalu menyapa dan membalas sapaan siswa. Meskipun begitu, memang
ada beberapa guru yang jika lewat masih membuang muka dan baru
menyapa jika disapa murid lebih dahulu. Kadang pula, di antara murid-
murid yang tidak terlalu akrab, mereka tidak saling bertegur sapa karena
takut merasa canggung dan dianggap sok dekat.
P Bagaimana dampak budaya tegur sapa terhadap rasa kebersamaan
dan solidaritas di antara siswa di SMA Santa Ursula Jakarta?
N Menurut saya, sangat berdampak kepada rasa kebersamaan dan
solidaritas. Praktik tegur sapa mencerminkan persaudaraan, keakraban,
serta saling menghormati antara satu dengan lainnya.
P Apakah budaya tegur sapa mencerminkan nilai-nilai SERVIAM?
N Tentu, terutama dalam core values cinta dan belas kasih sebab menurut
saya menyapa juga merupakan salah satu bentuk cinta berupa kepedulian
terhadap orang lain. Saya pun yakin jika kita menyapa dengan senyuman
juga akan menebarkan energi positif bagi orang-orang di sekeliling kita.
P Apakah ada tantangan atau hambatan dalam menerapkan praktik
tegur sapa di lingkungan SMA Santa Ursula Jakarta? Jelaskan.
N Pasti ada tantangan ataupun hambatan dalam mempraktikkan budaya
tegur sapa di lingkungan SMA Santa Ursula jakarta, baik itu dari siswa,
karyawan, maupun guru-guru sendiri. Jika siswa, saya rasa masih banyak
yang terkesan sombong sebab masih saja ada yang mengalihkan
pandangannya, pura-pura sibuk berbicara dengan orang lain, dan lainnya
dengan tujuan untuk menghindar. Saya pun merasa jika tidak ada kontak
mata di antara kami, maka saya tidak menyapanya. Bahkan, guru-guru
seringkali mengalihkan pandangannya dan tidak bertampang ramah,
sehingga saya sering tidak jadi menyapa.
P Apakah ada pengalaman atau cerita menarik yang ingin Anda
bagikan terkait pengalaman dalam menerapkan budaya tegur sapa
di sekolah?
N Sebenarnya saya awalnya tidak menyapa karyawan atau bahkan tidak
menyadari adanya bapak karyawan di sekolah. Tetapi saat tahun lalu hasil
tatting yang telah saya buat berminggu-minggu ternyata hilang tanpa saya
sadari. Lalu saat saya bertanya ke guru piket, guru piket pun mengarahkan
saya untuk bertanya ke karyawan dan ternyata bapak karyawan yang
menemukannya. Sejak saat itu saya menyadari adanya bapak karyawan

24
dan menyapa mereka.

Transkrip Wawancara dengan Narasumber 3


Siswa XII MIPA 3 SMA Santa Ursula Jakarta

Wawancara 3
Tempat : SMA Santa Ursula Jakarta di Lorong Ceria
Waktu : 2 Agustus 2023

P Apakah Anda sering menyapa teman-teman, guru, maupun


karyawan yang dijumpai di sekolah?
N Iya, saya sering menyapa teman-teman, guru, dan karyawan di sekolah.
Saya berusaha untuk menjaga komunikasi yang baik dengan orang-orang
di sekitar saya.
P Apakah Anda merasa nyaman, jika menyapa teman-teman yang
ditemui di sekolah? Mengapa?
N Bergantung pada situasinya, sih, menurut saya. Kebanyakan yang saya
sapa biasanya akan membalas sapaan yang saya berikan, sehingga saya
tidak merasa canggung atau sejenisnya. Akan tetapi, ada pula situasi di
mana sapaan saya tidak dibalas. Hal tersebut dapat membuat saya merasa
malu, tidak nyaman, dan awkward. Keberadaan teman yang responsif
dapat membuat saya merasa nyaman dalam berinteraksi di sekolah.
P Bagaimana pandangan Anda terhadap sekolah yang membiasakan
murid untuk selalu menyapa teman, guru, ataupun karyawan?
N Saya pikir, tindakan yang diambil oleh sekolah merupakan langkah yang
bagus untuk mendukung dan meningkatkan ke-solid-an di antara warga
sekolah.
P Apakah praktik tegur sapa masih kuat, dihargai, dan dijalankan
dengan baik di kalangan siswa SMA Santa Ursula Jakarta?
Mengapa?
N Menurut pengalaman saya, praktik tegur sapa masih kuat di kalangan
siswa SMA Santa Ursula Jakarta. Setiap kali saya menyapa seseorang,
saya selalu mendapatkan balasan yang ramah, saya rasa itu sudah
menunjukkan bahwa praktik ini dijalankan dengan baik di sekolah kami.
P Bagaimana dampak budaya tegur sapa terhadap rasa kebersamaan
dan solidaritas di antara siswa di SMA Santa Ursula Jakarta?
N Budaya tegur sapa memiliki dampak positif pada rasa kebersamaan dan
awal mula solidaritas di antara siswa di SMA Santa Ursula Jakarta. Saling
menyapa secara teratur membantu memperkuat ikatan antar siswa dan
merasa lebih dekat satu sama lain. Dengan saling menyapa, kita dapat
lebih mengenal satu sama lain, sehingga jika bertemu di lain waktu, kita

25
pasti merasa lebih nyaman untuk berbicara dan bersosialisasi.
P Apakah budaya tegur sapa mencerminkan nilai-nilai SERVIAM?
N Iya, budaya tegur sapa mencerminkan nilai-nilai SERVIAM, yaitu
persatuan, cinta, dan belas kasih. Cinta kasih dapat diperoleh dengan
memberikan perhatian melalui tegur sapa dan berbagi senyum.
Komunikasi yang baik juga memperkuat persatuan di antara warga
sekolah.
P Apakah ada tantangan atau hambatan dalam menerapkan praktik
tegur sapa di lingkungan SMA Santa Ursula Jakarta? Jelaskan.
N Tantangan yang mungkin timbul dalam menerapkan praktik tegur sapa
adalah ketika kita mencoba untuk menyapa seseorang baik itu guru,
teman, maupun karyawan, namun tidak mendapatkan respon atau balasan.
Hal ini pasti membuat kita merasa malu atau sungkan untuk menyapa
yang lain karena takut akan penolakan atau pengabaian.
P Apakah ada pengalaman atau cerita menarik yang ingin Anda
bagikan terkait pengalaman dalam menerapkan budaya tegur sapa
di sekolah?
N Daripada menarik, pengalaman ini menyenangkan bagi saya. Saya pernah
disapa oleh seseorang yang sebetulnya tidak terlalu saya kenal, tetapi
mereka mengenal nama saya. Padahal, kami belum pernah berbicara
sebelumnya. Untuk saya sendiri, disapa terlebih dahulu dapat membuat
orang merasa diperhatikan, diakui, dan dihargai.

Transkrip Wawancara dengan Narasumber 4


Siswa XII MIPA 4 SMA Santa Ursula Jakarta

Wawancara 4
Tempat : SMA Santa Ursula Jakarta di kelas XII MIPA 4
Waktu : 2 Agustus 2023

P Apakah Anda sering menyapa teman-teman, guru, maupun


karyawan yang dijumpai di sekolah?
N Iya, tetapi terkadang tidak juga. Saya cenderung menyapa teman-teman
yang saya kenal. Namun, jika saya tidak mengenal seseorang dengan baik
atau jika mereka terlihat sibuk, saya tidak selalu menyapa mereka.
P Apakah Anda merasa nyaman, jika menyapa teman-teman yang
ditemui di sekolah? Mengapa?
N Saya merasa nyaman saat menyapa teman-teman yang sudah saya kenal
karena itu membuat suasana sekolah lebih ramah dan hangat. Saling
menyapa bisa memperkuat hubungan sosial di antara kami. Namun,
kadang-kadang saya bisa merasa sedikit canggung atau tidak nyaman saat

26
harus menyapa teman-teman yang belum saya kenal dengan baik. Selain
itu, saat saya merasa bahwa mereka sedang tidak ingin diganggu atau jika
situasinya tidak mendukung untuk menyapa.
P Bagaimana pandangan Anda terhadap sekolah yang membiasakan
murid untuk selalu menyapa teman, guru, ataupun karyawan?
N Menurut saya, itu adalah hal yang baik. Membiasakan murid untuk
menyapa teman, guru, dan karyawan di sekolah merupakan cara yang
baik untuk membangun sikap yang ramah dan mencegah sikap
superioritas. Guru, serta para karyawan terutama, seharusnya tidak kita
pandang rendah, dan sikap hormat harus tetap dijaga.
P Apakah praktik tegur sapa masih kuat, dihargai, dan dijalankan
dengan baik di kalangan siswa SMA Santa Ursula Jakarta?
Mengapa?
N Sejauh yang saya lihat, masih. Meskipun begitu, tidak semua siswa
menjalankannya dengan baik, ada yang memilih untuk tidak terlalu aktif
dalam kegiatan sapa menyapa.
P Bagaimana dampak budaya tegur sapa terhadap rasa kebersamaan
dan solidaritas di antara siswa di SMA Santa Ursula Jakarta?
N Budaya tegur sapa dapat menguatkan hubungan antar-siswa dan
meningkatkan perasaan kebersamaan serta solidaritas. Juga, membantu
menciptakan lingkungan sekolah yang lebih harmonis.
P Apakah budaya tegur sapa mencerminkan nilai-nilai SERVIAM?
N Ya, budaya tegur sapa dapat mencerminkan nilai-nilai SERVIAM. Dengan
menyapa teman, guru, dan karyawan dengan sopan dan ramah, siswa
menunjukkan persatuan dalam komunitas sekolah. Sikap yang baik dan
penuh belas kasih dalam berinteraksi dengan orang lain juga
mencerminkan nilai-nilai SERVIAM yang dianut oleh sekolah.
P Apakah ada tantangan atau hambatan dalam menerapkan praktik
tegur sapa di lingkungan SMA Santa Ursula Jakarta? Jelaskan.
N Salah satu tantangan yang mungkin dihadapi dalam menerapkan praktik
tegur sapa di lingkungan SMA Santa Ursula Jakarta adalah situasi di mana
orang-orang mungkin terlalu sibuk atau terburu-buru. Baik guru,
karyawan, maupun muridnya yang saya temui ataupun kadang saya sapa,
mereka tidak memperhatikan lingkungan sekitar sehingga tidak
berkesempatan untuk berhenti sejenak dan menyapa dengan baik. Selain
itu, ada juga situasi di mana kami tidak saling kenal atau tidak tahu nama
satu sama lain, yang bisa membuat kami saling enggan untuk menyapa.
P Apakah ada pengalaman atau cerita menarik yang ingin Anda
bagikan terkait pengalaman dalam menerapkan budaya tegur sapa
di sekolah?
N Pernah suatu saat, saya bertemu dengan seorang guru SD di koridor

27
sekolah tanpa menggunakan nametag. Saya tidak tahu siapa dia, tetapi
saya memutuskan untuk menyapa dengan sopan. Beberapa minggu
kemudian, ketika saya bertemu dengannya lagi, dia mengenali saya dan
berbicara dengan ramah. Itu membuat saya menyadari betapa pentingnya
sikap sopan dan tegur sapa, bahkan ketika kita berinteraksi dengan orang
yang belum kita kenal dengan baik. Tindakan kecil seperti menyapa
dengan sopan dapat menciptakan hubungan yang positif dengan orang
lain, dalam kasus ini, guru.

Transkrip Wawancara dengan Narasumber 5


Siswa XII SOSIAL 1 SMA Santa Ursula Jakarta

Wawancara 5
Tempat : SMA Santa Ursula Jakarta di Lorong Beriman
Waktu : 14 September 2023

P Apakah Anda sering menyapa teman-teman, guru, maupun


karyawan yang dijumpai di sekolah?
N Saya berusaha untuk menyapa teman, guru, dan karyawan ketika berada
di sekolah. Namun, keaktifan saya dalam menyapa tergantung pada mood
saya pada saat itu. Ada kalanya saya menyapa dengan hangat, terutama
kepada teman-teman ataupun guru yang saya kenal dengan baik.
Sementara pada waktu lain, jika mood saya sedang kurang baik, saya
mungkin lebih acuh tak acuh dengan pura-pura tidak melihat atau hanya
menganggukkan kepala sebagai tanda penghormatan. Overall, saya tetap
berusaha untuk tetap menjalin interaksi sosial di sekolah.
P Apakah Anda merasa nyaman, jika menyapa teman-teman yang
ditemui di sekolah? Mengapa?
N Nyaman, karena dengan menyapa siswa lain yang saya temui di sekolah,
saya dapat menjadi lebih dekat dengan mereka. Secara tidak langsung, itu
membuat kami menjadi semakin nyaman satu sama lain seiring
berjalannya waktu. So, if you want to get closer with someone, trik yang
paling manjur adalah dengan menyapa dan small talk juga kalau
berpapasan dengan mereka di lorong sekolah.
P Bagaimana pandangan Anda terhadap sekolah yang membiasakan
murid untuk selalu menyapa teman, guru, ataupun karyawan?
N Menurut saya, itu merupakan hal yang baik, walaupun agak memaksa,
tetapi kebiasaan untuk menyapa memang sepatutnya diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari. Terlebih lagi di masa depan nanti, kita sebagai
“model” dari SMA Santa Ursula tentu harus memberikan image yang
baik. Kalau kita sering menyapa orang-orang di sekitar kita, entah di

28
lingkungan perguruan tinggi ataupun di dunia kerja, orang-orang pasti
akan memberikan pandangan yang baik, bahwa alumni SMA Santa Ursula
mempunyai etika yang baik dan sopan. Seperti yang sebelumnya saya
katakan juga, dengan sering menyapa orang yang kita temui, dapat
membentuk jaringan pergaulan yang lebih luas.
P Apakah praktik tegur sapa masih kuat, dihargai, dan dijalankan
dengan baik di kalangan siswa SMA Santa Ursula Jakarta?
Mengapa?
N Tidak, berdasarkan apa yang saya amati selama ini. Melihat teman-teman
saya, ada cukup banyak yang tidak menyapa guru, dan karyawan
khususnya. Berbagai alasan dapat menjadi faktor, tetapi sejauh yang saya
ketahui, antara mereka tidak menyukai guru tersebut, menganggap tidak
penting atau menganggap rendah karyawan-karyawan di sekolah, atau
memang tidak mengenali. Selain itu, ada juga faktor lain seperti
bagaimana persepsi kita terhadap guru itu sendiri, ada beberapa guru yang
memang sudah diketahui oleh banyak siswa bahwa mereka sering tidak
membalas sapaan, sehingga teman-teman pun enggan untuk menyapa.
P Bagaimana dampak budaya tegur sapa terhadap rasa kebersamaan
dan solidaritas di antara siswa di SMA Santa Ursula Jakarta?
N Budaya tegur sapa memberikan dampak yang positif terhadap rasa
solidaritas, sih. Hal tersebut membantu kita merasa lebih akrab dan
nyaman satu dengan yang lain.
P Apakah budaya tegur sapa mencerminkan nilai-nilai SERVIAM?
N Iya.
P Apakah ada tantangan atau hambatan dalam menerapkan praktik
tegur sapa di lingkungan SMA Santa Ursula Jakarta? Jelaskan.
N Beberapa hambatan dalam menerapkan budaya tegur sapa mungkin
termasuk lupa atau terlalu sibuk. Kembali lagi dengan apa yang saya
katakan sebelumnya, bahwa ada beberapa siswa yang merasa bahwa
kehormatan guru hanya ketika berada di dalam kelas. Terlebih lagi,
bapak-bapak karyawan yang tidak mengajar kami, mereka seringkali
menganggap rendah para karyawan. Ketika ingin menyapa guru, banyak
siswa yang melihat sifat dari guru tersebut, apakah beliau friendly atau
tidak.
P Apakah ada pengalaman atau cerita menarik yang ingin Anda
bagikan terkait pengalaman dalam menerapkan budaya tegur sapa
di sekolah?
N Saat saya menyapa seorang guru, guru tersebut ternyata mengenali saya
dan menyapa dengan ramah, bahkan beliau mengetahui siapa kekasih
saya dan mempunyai rekaman mengenai saya dan kekasih saya yang
sedang bersama. Menurut saya, ini pengalaman lucu yang

29
menggambarkan bagaimana budaya tegur sapa dapat menciptakan
momen-momen yang menyenangkan dan lucu di sekolah. Hal seperti ini
bisa membuat suasana di sekolah lebih ceria.

Transkrip Wawancara dengan Narasumber 6


Siswa XII SOSIAL 2 SMA Santa Ursula Jakarta

Wawancara 6
Tempat : SMA Santa Ursula Jakarta di kelas XII SOSIAL 2
Waktu : 9 Agustus 2023

P Apakah Anda sering menyapa teman-teman, guru, maupun


karyawan yang dijumpai di sekolah?
N Iya, saya berusaha untuk memberi senyuman atau menyapa dengan
memanggil nama Ibu/Bapak guru, karyawan, dan teman.
P Apakah Anda merasa nyaman, jika menyapa teman-teman yang
ditemui di sekolah? Mengapa?
N Saya merasa nyaman menyapa teman-teman di sekolah, karena saya
merasa dekat dengan mereka. Meskipun bukan merupakan orang yang
tidak terlalu saya kenal, saya tetap senang menyapa, karena membawa
rasa persahabatan atau perikatan di sekolah.
P Bagaimana pandangan Anda terhadap sekolah yang membiasakan
murid untuk selalu menyapa teman, guru, ataupun karyawan?
N Saya setuju dengan pandangan bahwa menyapa merupakan suatu hal yang
penting untuk menjaga sopan santun serta membangun perhubungan yang
baik antarsesama. Kebiasaan untuk menegur-sapa memang seharusnya
ditanamkan sejak dini, dimulai dari masa sekolah.
P Apakah praktik tegur sapa masih kuat, dihargai, dan dijalankan
dengan baik di kalangan siswa SMA Santa Ursula Jakarta?
Mengapa?
N Saya merasa praktik tegur sapa masih dijalankan di SMA Santa Ursula
Jakarta. Namun, belakangan ini, ada beberapa situasi di mana beberapa
siswa mungkin lupa atau segan untuk menyapa para guru dan karyawan
yang mereka temui. Saya mendapatkan beberapa keluh kesah dari guru-
guru yang merasa kurang dihargai dengan tidak disapa.
P Bagaimana dampak budaya tegur sapa terhadap rasa kebersamaan
dan solidaritas di antara siswa di SMA Santa Ursula Jakarta?
N Praktik tegur sapa dapat membangun rasa solidaritas, karena dari yang
mulanya tidak saling mengenal menjadi semakin dekat dengan menyapa
setiap hari dengan hal-hal kecil, seperti senyuman. Hal tersebut akan
membuat orang-orang yang disapa pun merasa lebih dihargai dan diakui.

30
P Apakah budaya tegur sapa mencerminkan nilai-nilai SERVIAM?
N Iya, budaya tegur sapa mencerminkan nilai-nilai SERVIAM, khusunya
cinta dan belas kasih serta persatuan. Praktik ini menyebarkan belas kasih
kepada sesama dengan hal kecil dan secara langsung membangun rasa
solidaritas antar sesama. Selain itu, budaya tegur sapa dapat memperkuat
nilai persatuan, karena melalui tindakan kecil ini, kita juga membangun
hubungan yang positif di antara anggota sekolah.
P Apakah ada tantangan atau hambatan dalam menerapkan praktik
tegur sapa di lingkungan SMA Santa Ursula Jakarta? Jelaskan.
N Terkadang, saya menemukan teman atau siswa lain yang ditegur guru
akibat tidak menyapa. Hal tersebut dapat membuat guru merasa perilaku
siswa tersebut tidak sopan. Jika hal ini terjadi terlalu sering, maka rasa
persatuan diantara guru dengan murid SMA Santa Ursula Jakarta bisa
menurun.
P Apakah ada pengalaman atau cerita menarik yang ingin Anda
bagikan terkait pengalaman dalam menerapkan budaya tegur sapa
di sekolah?
N Saya memiliki pengalaman yang menyenangkan terkait budaya tegur sapa
di sekolah. Setiap kali saya menyapa guru, teman, atau karyawan di
sekolah, mereka selalu merespons dengan senyuman atau ucapan selamat
pagi. Ini membuat suasana di pagi hari menjadi lebih baik dan
membangkitkan semangat untuk memulai hari belajar. Saya merasa
bahwa saling menyapa di sekolah menciptakan lingkungan yang positif
dan ramah, yang membuat seluruh masyarakat sekolah merasa lebih dekat
satu sama lain.

Transkrip Wawancara dengan Narasumber 7


Siswa XII BAHASA SMA Santa Ursula Jakarta

Wawancara 7
Tempat : SMA Santa Ursula Jakarta di belakang meja Pak Suryo
Waktu : 3 Agustus 2023

P Apakah Anda sering menyapa teman-teman, guru, maupun


karyawan yang dijumpai di sekolah?
N Iya, terutama guru dan karyawan yang saya jumpai.
P Apakah Anda merasa nyaman, jika menyapa teman-teman yang
ditemui di sekolah? Mengapa?
N Ya, karena saya merasa menyapa orang yang kita kenal merupakan salah
satu bentuk basic manner seseorang.
P Bagaimana pandangan Anda terhadap sekolah yang membiasakan

31
murid untuk selalu menyapa teman, guru, ataupun karyawan?
N Saya sangat menghargai pendekatan sekolah dalam membiasakan murid
untuk menyapa satu sama lain. Kebiasaan ini merupakan etika dasar yang
sering diabaikan di banyak sekolah lainnya. Hal ini membantu
menciptakan lingkungan sekolah yang lebih ramah dan menghargai.
P Apakah praktik tegur sapa masih kuat, dihargai, dan dijalankan
dengan baik di kalangan siswa SMA Santa Ursula Jakarta?
Mengapa?
N Ya, praktik tegur sapa di Santa Ursula masih berjalan dengan sangat baik
karena saya pribadi masih merasakannya dalam interaksi sehari-hari di
sekolah. Ketika di sekolah dan menyapa guru maupun teman-teman, saya
selalu mendapatkan sambutan balik dari mereka.
P Bagaimana dampak budaya tegur sapa terhadap rasa kebersamaan
dan solidaritas di antara siswa di SMA Santa Ursula Jakarta?
N Praktik tegur sapa merupakan salah satu upaya untuk membangun
kebersamaan dan solidaritas keluarga SMA Santa Ursula karena bisa lebih
saling mengenal satu sama lain dan juga menghindari adanya sikap
senioritas antara adik kelas dan kakak kelas.
P Apakah budaya tegur sapa mencerminkan nilai-nilai SERVIAM?
N Iya, nilai cinta dan belas kasih, serta persatuan.
P Apakah ada tantangan atau hambatan dalam menerapkan praktik
tegur sapa di lingkungan SMA Santa Ursula Jakarta? Jelaskan.
N Meskipun saya berusaha untuk sering menyapa, terkadang saya
mengalami ketidaknyamanan atau keraguan dalam menyapa. Saya
khawatir, apakah saya terlihat canggung atau bahkan salah menyapa
orang.
P Apakah ada pengalaman atau cerita menarik yang ingin Anda
bagikan terkait pengalaman dalam menerapkan budaya tegur sapa
di sekolah?
N Tidak ada pengalaman khusus yang ingin saya bagikan terkait
pengalaman dalam menerapkan budaya tegur sapa di sekolah saat ini.
Namun, saya percaya bahwa setiap interaksi sederhana seperti menyapa
guru, teman, atau karyawan di sekolah memunculkan dampak positif
dalam menciptakan lingkungan belajar yang ramah dan penuh kasih di
SMA Santa Ursula Jakarta.

32

Anda mungkin juga menyukai