Anda di halaman 1dari 7

TERAPI KELOMPOK TERAPEUTIK REMAJA MENURUNKAN

SIKAP AGRESIF SISWA DI SMAN 1 NGAGLIK SLEMAN


DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
Sutejo1, Sulistiyawati2
1SJurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkkes Yogyakarta, decsuthe@yahoo.com
2
Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Surakarta, jellistya@yahoo.com

ABSTRAK

Masa remaja merupakan periode transisi menuju masa dewasa yang mengalami perubahan biologis,
intelektual, psikososial, spiritual, bahasa dan emosional. Tugas perkembangan psikososial remaja yaitu
identitas versus kebingungan peran. Perilaku kekerasan yang dilakukan oleh remaja baik secara fisik
maupun verbal merupakan manifestasi dari sikap agresif remaja yang mengalami masalah kesehatan jiwa.
Terapi kelompok terapeutik merupakan psikoterapi yang dapat membantu remaja untuk memenuhi
kebutuhannya secara positif, bermakna bagi kelompok sebaya dan pembentukan identitas diri. Tujuan
Penelitian adalah mengetahui pengaruh terapi kelompok terapeutik remaja terhadap sikap agresif pada
siswa SMAN 1 Ngaglik Sleman Propinsi DIY. Penelitian: Jenis penelitian ini quasi experiment pretest-
posttest with control group design. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMAN 1 Ngaglik Sleman.
Sampel pada penelitian ini ditetapkan secara random sampling yang sesuai dengan kriterai inklusi dan
ekslusi terdiri dari 31 responden kelompok intervensi dan 31 responden kelompok kontrol. Variabel bebas
berupa pemberian terapi kelompok terapeutik remaja sebanyak 7 sesi. Variabel terikat berupa sikap
agresif. Instrumen atau alat ukur data yang digunakan adalah kuesioner. Analisis data menggunakan
analisis Wilcoxon Signed Rank Test pada taraf signifikan 5% (p=0,05). Hasil Penelitian: Rerata sebelum
diberikan terapi kelompok terapeutik remaja pada kelompok kontrol yaitu 55,39 dan sesudah yaitu 58,23
dengan nilai p-value = 0,046 < 0,05. Rerata sebelum diberikan terapi kelompok terapeutik remaja pada
kelompok intervensi yaitu 55,94 dan sesudah yaitu 52,32 dengan p-value = 0,008 < 0,05. Hasil uji
statistik didapatkan nilai p-value = 0,285 > 0,05. Kesimpulan: Tidak ada perbedaan yang signifikan sikap
agresif siswa di SMAN 1 Ngaglik Sleman di Propinsi DIY yang diberikan dengan yang tidak diberikan
terapi kelompok terapeutik remaja.

Kata Kunci: Logoterapi Kelompok, Makna Hidup, Panti Rehabilitasi, Residen NAPZA

ABSTRACT

Adolescence is a period of transition to adulthood undergoing biological, intellectual, psychosocial,


spiritual. Linguistic and emotional change. The task of psychosocial development of adolescents is
identitiy versus role confusion. Violent behavior commited by adolescents both physically and verbally is
a manifestation of aggresive attitude of adolescents who experience mental health problems. Therapeutic
group therapy is a psychitherapy that can help adolescents to meet their needs in a positive, meaningful
way for peer group and identitiy formation. To determine the effect of therapeutic group intervention on
adolescents aggressive attitude in Senor Haigh School 1 Ngaglik Sleman Province DIY. Research: This
type of quasi-experimental research with pretest-posttest control group design. The population in this
study is adolescents in Senior Haigh School 1 Ngaglik Sleman. Samples in this study are set by random
sampling with conforms to the inclusi and exclusion criteria a consisting of 31 respondents intervention
group and 22 respondents control group. The independent variable form of therapeutic group
intervention on adolescents. The dependent variable in the form of the aggressive attitude. Instrument or
measuring instrument data used is quesionare. Analysis of data using analysis Wilcoxon Signed Rank
Test the significant level 5% (p=0,05). Results: Mean before given therapeutic group intervention on
adolescents in the control group is 55.39 and after 58.23 with p-value = 0.046 <0.05. Mean before given
therapeutic group intervention on adolescents in the intervention group is 55.94 and after 52.32 with p-
value = 0.008 < 0.05. Statistical test results obtained p-value = 0.285 > 0.05. Conclution: not significant
difference between the aggressive attitude in the Senor Haigh School 1 Ngaglik Sleman Province DIY is
given to those not given therapeutic group intervention on adolescents.

Keywords: Adolescents, Aggressive Attitude, Therapeutic Group Intervention

Konas Jiwa XVI Lampung 183


Pendahuluan
Remaja atau masa adolescent adaah suatu fase Tahap usia remaja tidak lepas dari perilaku
perkembangan yang dinamis dalam kehidupan menyimpang yang semakin lama semakin serius.
seorang individu. Masa remaja merupakan periode Perilaku kekerasan yang dilakukan oleh remaja
transisi antara masa remaja dan masa dewasa serta tidak hanya secara fisik malainkan juga secara
mengalami perubahan secara biologis, intelektual, verbal. Perilaku agresif secara verbal lebih banyak
psikososial, ekonomi. Perubahan pada masa remaja dan sering dilakukan oleh remaja. Mereka
memiliki implikasi untuk memahami berbagai mengancam pada objek yang tidak nyata, mengacu
resiko kesehatan yang biasa dialami oleh remaja pada perhatian, bicara keras serta menunjukkan
(Wong, 2008). Menurut UU RI nomor 136 ayat 1 adanya delusi atau pikiran paranoid (Yosef, 2007).
tentang kesehatan remaja yang berisi upaya Upaya yang dapat dilakukan untuk menangani
pemeliharaan kesehatan remaja harus ditujukan masalah perkembangan pada remaja yaitu melalui
untuk mempersiapkan menjadi orang dewasa yang pendekatan terapi kelompok. Terapi kelompok
sehat dan produktif, baik secara sosial maupun teraputik merupakan pilihan yang tepat dan
ekonomi (KepMenKes, 2009). penting bagi semua umur. Mereka menjadi mampu
belajar antara satu sama lain sesuai
Menurut World Health Organization (WHO) perkembangannya (Wood, 2009). Selain itu remaja
memperkirakan bahwa jumlah remaja didunia pada dapat memenuhi kebutuhannya secara positif,
tahun 2010 mencapai ± 1,2 milyar. Berdasarkan bermakna bagi kelompok sebaya dan pembentukan
sensus penduduk pada tahun 2010, jumlah identitas diri (Stuart, 2009).
penduduk di Indonesia sebayak 237,6 juta
diantaranya adalah remaja. Besarnya penduduk Metode Penelitian
remaja akan berpengaruh dari perkembangan aspek
sosial, ekonomi maupun demografi baik saat ini Jenis penelitian yang dilakukan adalah quasi
maupun dimasa yang akan datang (BKKBN, experiment dengan rancangan pretest-posttest
2011). Sikap agresif remaja termasuk tawuran with control group design. Rancangan penelitian
antar pelajar dianggap cara yang paling benar dapat digambarkan sebagai berikut
untuk menyelesaikan masalah-masalah dengan
teman sebayanya. Data anak yang tersebar di 16 Pre Test Post Test
Lembaga Pemasyarakatan (LAPAS) di Indonesia O1
ditemukan 6.505 anak yang berhadapan dengan X O2
hukum ke pengadilan dan 4.6522 anak diantaranya
saat ini ditahan di LAPAS. Jumlah ini mungkin Kelompok Intervensi
lebih besar karena laporan ini bersumber dari O3 O4
laporan 29 Balai Pemasyarakatan (BAPAS) dari 62 Kelompok Kontrol
BAPAS di Indonesia. Berdasarkan laporan
tersebut, hanya kurang dari 10 persen anak yang Keterangan :
berhadapan dengan hukum dikenakan tindakan O1 : Sikap agresif pada kelompok intervensi
yaitu dikembalikan kepada negara melalu sebelum pemberian terapi kelompok terapeutik
Kementerian Sosial atau orang tua. remaja (pre test)
O2 : Sikap agresif pada kelompok intervensi
Tugas perkembangan psikososial remaja yaitu setelah pemberian terapi kelompok terapeutik
identitas versus kebingungan peran. Saat remaja remaja (post test)
mencoba banyak peran berbeda terkait O3 : Sikap agresif pada kelompok kontrol sebelum
hubungannya dengan teman sebaya, keluarga dan pemberian terapi kelompok terapeutik remaja (pre
masyarakat maka mereka akan mengembangkan test)
sensasi individual dirinya sendiri. Jika remaja tidak O4 : Sikap agresif pada kelompok kontrol setelah
berhasil membentuk sensasi dirinya sendiri, maka pemberian terapi kelompok terapeutik remaja (post
mereka akan mengalami kebingungan atau difusi test)
peran (Kyle & Susan, 2014).

Konas Jiwa XVI Lampung 184


Penelitian dilaksanakan di SMAN 1 Ngaglik Sleman data dengan menggunakan Wilcoxon Signed Rank
dengan jumlah populasi 541 siswa yang terdiri dari Test pada taraf signifikan 5% (p=0,05).
kelas X = 187, XI = 179, XII = 175. Kriteri inklusi
dalam penelitian ini adalah : siswa kelas XI,
bersedia menjadi responden. Sedangkan kriteria
ekslusi dalam penelitin ini yaitu siswa yang saat Hasil dan Pembahasan
penelitian sedang tidak masuk sekolah karena
sakit/izin. Sampel dalam penelitian ini adalah Hasil penelitian menjelaskan bahwa sebagian besar
pasien yang memenuhi kriteria inklusi yang responden berjenis kelamin perempuan yaitu pada
diambil random sampling. Besar sampel kelompok intervensi yaitu 17 orang (54,83%) dan
berdasarkan rumus proporsi dengan harga pada kelompok kontrol yaitu 21 orang (67,74%).
proporsi di populasi 12 %, nilai kesalahan absolut Peran peer dengan perilaku seksual remaja putri
10 % dan perkiraan proporsi drop out 10 % lebih banyak dimiliki dibandingkan remaja laki-
didapatkan sampel 31 orang untuk kelompok laki (Putri, 2011). erdapat hubungan antara peran
intervensi dan 31 responden untuk kelompok kontrol kelompok teman sebaya dengan sikap agresif
yang diambil dengan teknik random sampling. remaja. Faktor yang mlatarbelakangi perilaku
agresif remaja mayoritas adalah laki-laki (Rina,
Pemberian Terapi Kelompok Terapeutik Remaja 2011). Laki-laki cenderung lebih agresif dari
dalam penelitian ini sebanyak tujuh sesi yaitu sesi perempuan (Lestari, 2008). Anak perempuan
satu pengkajian dan diskusi perkembangan remaja, menunjukkan agresif verbal dan tidak langsung
sesi dua stimulasi perkembangan biologis/fisik sedangkan anak laki-laki menunjukkan sikap
dan psikoseksual, sesi tiga stimulasi perkembangan agresif fisik secara langsung. Anak perempuan
kognitif dan bahasa, sesi empat stimulasi cenderung bersifat lebut, penuh kasih sayang dan
perkembangan moral dan spiritual, sesi lima simpatik sehingga jarang menunjukkan perilaku
stimulasi perkembangan emosi dan psikososial, agresif (Bimo, 2011).
sesi enam stimulasi perkembangan bakat dan
kreatifitas serta sesi tujuh evaluasi manfaat dan Tabel 1
stimulasi yang dilakukan. Pengumpulan data Sikap Agresif Sebelum dan Sesudah diberikan
menggunakan kuesioner sikap agresif berdasarkan Terapi Kelompok Terapeutik Remaja pada
hasil adopsi penelitian sebelumnya yang dikur Kelompok Kontrol di SMAN 1 Ngaglik Sleman
diukur dengan skala data ordinal dengan jumlah Provinsi DIY, Oktober - November 2017
pernyataan sebanyak 27 item (Setyaningsih, 2014). (n = 31)

Jalannya penelitian diawali dengan menyusun Mean


modul Terapi Kelompok Terapeutik Remaja z P-value
Sebelum Sesudah
berdasarkan literatur maupun hasil penelitian
terkait. Pemberian Terapi Kelompok Terapeutik 55,39 58,23 -2,000 0,046
dilakukan oleh peneliti sendiri. Langkah
selanjutnya adalah menentukan enumerator Berdasarkan tabel 1 didapatkan data bahwa rerata
yaitu mahasiswa keperawatan untuk membantu sikap agresif remaja sebelum diberikan Terapi
dalam proses pengumpulan data yang Kelompok Terapeutik pada kelompok kontrol yaitu
sebelumnya sudah dilakukan persamaan persepsi 55,39 dan sesudah yaitu 58,23. Ada perbedaan
terlebih dahulu. Perlakuan pada kelompok yang signifikan sebelum dan sesudah pada
intervensi, setelah dilakukan pre test peneliti kelompok kontrol dengan p-value = 0,046 < 0,05.
melakukan Terapi Kelompok Terapeutik Remaja Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian
sebanyak tujuh sesi. Setelah intervensi selesai besar sikap agresif remaja masuk dalam kategori
peneliti melakukan post test untuk menilai sikap sedang. Hasil uji statistik menujukkan peningkatan
agresif setelah diberilakan Terapi Kelompok sekor serta ada perbedaan yang signifikan sebelum
Terapeutik Remaja. Pada kelompok kontrol dan sesudah pada kelompok kontrol. Sikap agresif
pelaksanaan pretest dan post test dilakukan pada penelitian ini dikategorikan menjadi tiga
bersamaan dengan kelompok intervensi. Analisa yaitu agresif rendah, agresif sedang dan agresif
tinggi. Agresif merupakan suatu serangan yang
Konas Jiwa XVI Lampung 185
dilakukan oleh suatu individu kepada individu lain, yaitu 55,94 dan sesudah yaitu 52,32. Ada
obyek lain atau bahkan pada diri sendiri perbedaan yang signifikan sebelum dan sesudah
(Hudaniyah & Dayaksini, 2009). Sikap agresif pada kelompok intervensi dengan nilai p-value =
yang dilakukan remaja cenderung karena remaja 0,008 < 0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
ingin diakui, dihargai dan diterima sebagai sahabat sebagian besar sikap agresif sebelum dan sesudah
oleh teman sebayanya (Mustikaningsih, 2015). dilakukan Terapi Kelompok Terapeutik Remaja
Agresif merupakan segala bentuk perilaku yang masuk dalam kategori sedang. Hasil uji statistik
bertujuan untuk menyakiti orang lain baik secara menujukkan penurunan skor serta ada perbedaan
fisik maupun psikologis (Berkowitz, 2006). yang signifikan sebelum dan sesudah pada
kelompok intervensi. Remaja sendiri tidak bisa
Remaja identik dengan sikap agresif karena dipisahkan dengan bentuk perilaku kekerasan baik
dipengaruhi banyak hal tidak terkecuali karena secara fisik maupun verbal. Agresif secara verbal
contoh langsung yang didapatkan dari lingkungan lebih banyak dan sering dilakukan oleh remaja
mereka. Masa remaja merupakan tahapan usia (Yosef, 2007). Fase perkembangan usia remaja
dimana mereka rentan dan mudah terpengaruh oleh merupakan pencapaian identitas versus
kelompoknya. Hal itu menjadi faktor pendukung kebingungan peran. Keberhasilan menyelesaikan
ketika tindak agresif remaja dilakukan secara tahapan ini akan membantu remaja dalam
bersama-sama secara berkelompok karena merasa mencapai pribadi yang patuh dan setia terhadap
senasib dan jiwa solidaritas tinggi. Banyak faktor orang lain serta cita-citanya (Potter & Perry, 2009).
yang mempengaruhi sikap agresif antara lain
faktor sosial, usia, personal, kebudayaan, Terapi kelompok terapeutik adalah terapi yang
siuasional, sumber daya dan media masa. Faktor fokus utamanya untuk mencegah gangguan dengan
tersebut memiliki pengaruh yang saling mengajarkan cara yang efektif untuk mengatasi
mendukung terhadap tinggi rendahnya sikap stress emosional pada suatu situasi atau krisis
agresif seseorang. Ada hubungan negatif yang perkembangan (Towsend, 2009). Salah satu tujuan
signifikan antara perilaku agresif remaja dan dari terapi tersebut yaitu mendorong pola perilaku
perilaku agresif. Semakin rendah harga diri remaja baru bagi remaja dalam membantu memecahkan
maka semakin tinggi kecenderungan perilaku masalah dalam kelompok dan konflik antar
agresif terjadi. Apabila dianalisa lebih lanjut kelompok melalui cara verbal dan non verbal.
berdasarkan hasil penelitian pada kelompok Indikasi pelaksaan Terapi Kelompok Terapeutik
kontrol kecenderungan sikap agresif sedang pada Remaja yaitu membantu mereka untuk mengatasi
remaja dikarenakan sulitnya pengawasan secara berbagai kesulitan dengan orang tua dan tekanan
terus menerus atau kontrol diri remaja pada saat kelompok teman sebaya serta meyelesaikan
mereka berada dilingkungan sekolah oleh orang permasalahan komunikasi dengan lingkungan
tua (Buwono, 2007). rumah, sekolah dan sosial.

Tabel 2 Terapi kelompok dilakukan dengan sangat


Sikap Agresif Sebelum dan Sesudah diberikan bersahabat, relaks, saling berbagi, terbuka dan
Terapi Kelompok Terapeutik Remaja pada tanpa tekanan dari lingkungan (Fleitmen, 2016).
Kelompok Intervensi di SMAN 1 Ngaglik Terapi Kelompok Terapeutik Remaja merupakan
Sleman Provinsi DIY, Oktober - November pilihan ideal dan penting pada kelompok ini.
2017 (n = 31) Remaja menjadi mampu belajar antar satu dengan
yang lain sesuai perkembangan mereka, dapat
Mean membantu remaja dalam memenuhi kebutuhannya
z P-value secara positif, bermakna bagi kelompok sebaya
Sebelum Sesudah
dan pembentukan identitas diri (Stuart, 2009).
55,94 52,32 -2,673 0,008
Identitas diri remaja meningkat secara bermakna
Berdasarkan tabel 2 didapatkan data bahwa rerata setelah dilakukan Terapi Kelompok Terapeutik.
sikap agresif remaja sebelum diberikan Terapi Pembentukan identitas diri merupakan aspek
Kelompok Terapeutik pada kelompok intervensi sentral dari tugas perkembangan pada masa remaja

Konas Jiwa XVI Lampung 186


yang membantu dalam mencapai perkebangan Terapi Kelompok Terapeutik dapat memberikan
dimasa dewasa (Bahari, dkk., 2010). Terapi kesepatan kepada remaja untuk mengekspresikan
Kelompok Terapeutik membantu remaja emosi atau permasalahan perilaku agresif serta
memenuhi kebutuhannya yakni tugas saling memberikan umpan balik terhadap perilaku
perkembangan sesuai tahapan usia secara positif yang lebih dapat diterima (Jhonson, 1995). Terapi
(Stuart & Laraia, 2005). Kemampuan Kelompok Terapeutik dapat membantu remaja
perkembangan diri remaja mengalami peningkatan untuk bejar mengasihi, menyayangi dan mencegah
dikarenakan Terapi Kelompok Terapeutik yang perilaku emosi secara berlebihan. Terapi
dilaksanakan meliputi materi yang berisi tentang Kelompok Terapeutik Remaja yang diberikan
stimulasi biologis, psikologis, psikoseksual, moral, selama kurun waktu dua minggu mampu
spiritual, kognitif, bahasa, psikososial, emosi, meningkatkan secara bermakna terhadap kontrol
bakat dan kreativitas sehingga sangat tepat jika marah. Terapi Kelompok Terapeutik yang
mampu memberikan pengaruh yang bermakna dilakukan sebanyak 10 sesi dengan lama waktu 60-
dalam meingkatkan kemampuan perkembangan 70 menit persesi pada remaja dengan masalah
diri remaja (Bahari, dkk., 2010). perilaku menunjukkan penurunan sikap agresif dan
impulsif dibanding dengan kelompok kontrol
Tabel 3 (Wood, 2009).
Perbedaan Sikap Agresif Remaja pada pada
Kelompok Kontrol dan Kelompok Intervensi di Kesimpulan
SMAN 1 Ngaglik Sleman Propinsi DIY
Oktober - November 2017 Berdasarkan hasil penelitian, dapat dirumuskan
(n = 62) kesimpulan bahwa sebagian besar sikap agresif
remaja dilakukan oleh perempuan dan masuk
Kelompok N Mean SD SE P-value dalam kategori sedang. Ada perbedaan yang
Intervensi 31 54,35 10,18 1,83 0,285 signifikan sikap agresif sebelum dan sesudah
Kontrol 31 57,10 10,17 1,83 Terapi Kelompok Terapeutik Remaja pada
kelompok kontrol di SMAN 1 Ngaglik Sleman
Berdasarkan tabel 3 didapatkan data bahwa nilai Propinsi DIY. Ada perbedaan yang signifikan
mean perbedaan skor sikap agresif remaja antara sikap agresif sebelum dan sesudah Terapi
antara sebelum dan sesudah Terapi Kelompok Kelompok Terapeutik Remaja pada kelompok
Terapeutik pada kelompok intervensi yaitu (54,35) intervensi di SMAN 1 Ngaglik Sleman Propinsi
dan kontrol (57,10). Hasil uji statistik didapatkan DIY. Tidak ada perbedaan yang signifikan sikap
nilai 0,285 maka dapat disimpulkan tidak ada agresif sebelum dan sesudah Terapi Kelompok
perbedaan yang signifikan antara sikap agresif Terapeutik Remaja antara kelompok intervensi dan
remaja pada kelompok intervensi dan kelompok kelompok kontrol di SMAN 1 Ngaglik Sleman
kontrol sebelum dan sesudiah diberikan Terapi Propinsi DIY.
Kelompok Terapeutik. Walapun tidak ada
perbedaan namun secara nilai skoring terlihat Berdasarkan hasil penelitian, saran kepada remaja
bahwa pada kelompok intervensi terjadi penurunan di SMAN 1 Ngaglik Sleman diharapkan tetap
nilai agresif remaja dibandingkan pada kelompok mempertahankan kemampuan perkembangan
kontrol. Kemampuan perkembangan emosi remaja psikososial yang sudah tercapai sesuai dengan
ada perbedaan yang bermakna antara sebelum dan tahapan usianya serta mampu mengendalikan sikap
setelah dilakukan Terapi Kelompok Terapeutik agresif melalui kegiatan positif baik dilingkungan
dibandingkan dengan kelompok kontrol. Hal sekolah maupun dirumah. Guru di SMAN 1
tersebut menjelaskan bahwa Terapi Kelompok Ngaglik Sleman diharapkan melakukan
Terapeutik berpengaruh dalam meningkatkan pendampingan secara intensif khususnya guru
kemampuan perkembangan emosional remaja Bimbingan Konseling pada siswa yang cenderung
sehingga dapat mengendalikan keinginan dan memiliki sikap agresif tinggi. Kerjasama dengan
mengontrol kemarahan dalam melakukan perilaku lintas sektor (Kepolisian, TNI, Puskesmas) perlu
agresif (Bahari, dkk., 2010). dioptimalkan melalui kegiatan edukasi mengenai
masalah perilaku remaja yang berdampak pada hal

Konas Jiwa XVI Lampung 187


negatif. Peneliti selanjutnya dapat mengembangan KepMenKes. (2009). Undang-undang kesehatan
penelitian lebih lanjut dengan menganalisa faktor- dan Rumah Sakit. Yogyakarta: Nuha
faktor yang mempengaruhi sikap agresif remaja Medika.
melalui pendekatan penelitian berdasarkan Kyle, T & Susan, C. (2014). Buku ajar
wawancara sehingga dapat mengkaji lebih dalam keperawatan pediatrik. Edisi 2. Volume 1.
terkait permasalahan yang dialami oleh remaja. Jakarta: EGC.
Lestari, P.F. (2008). Problem focus coping dan
Daftar Pustaka perilaku agresif remaja ditinjau dari jenis
kelamin. http://psychology.uii.ac.id. Diakses
Ali, M & Asrori, M. (2009). Psikologi remaja pada 18 Oktober 2017.
perkembangan peserta didik. Jakarta: PT. Maryatun, S. (2014). Pengaruh terapi kelompok
Bumi Aksara. Terapeutik terhadap perkembangan remaja
Anantasari. (2006). Menyikapi perilaku agresif di panti sosial marsudi putra Dharmapala
anak. Yogyakarta: Kanisius. Inderalaya. Jurnal Keperawatan
Atkinson, R.L., Atkinson, E.C & Hilgard, E.R., Sriwijaya.Volume 1. Nomor 1. Juli 2014.
(2009). Pengantar psikologi. Edisi 8. Jilid 12-20.
kedua. Alih bahasa : Taufiq, N. Jakarta: Mustikaningsih, A. (2015). Pengaruh fungsi
Erlangga. kelompok teman sebaya terhadap perilaku
Bahari, K., Keliat, B.A., Gayatri, D & Daulima, agresivitas siswa di SMAN 3 Klaten.
N.H.C., (2010). Pengaruh terapi kelompok http://eprints.uny.ac.id. Diakses pada 15
terapeutik terhadap perkembangan identitas Oktober 2017.
diri remaja di kota malang. Jurnal Potter, P.A & Perry, A.G., (2009). Fundamental of
Kesehatan. 8(2)2010:80-84. nursing. 7th ed. Alih bahasa : Nggie, F.A.
Bimo, W. (2011). Teori-teori psikologi sosial. Jakarta: Salemba Medika.
Yogyakarta: Andi Press. Puspitasari, R.D. (2016). Hubungan peran
Berkowitz, L. (2006). Emotional behavior: kelompok teman sebaya dengan sikap
Mengenali perilaku dan tindak kekerasan agresif pada remaja kelas XI di SMAN 1
disekitar kita. Alih bahasa : Susianti. Ngaglik 1 Sleman Yogyakarta. Skripsi.
Jakarta: PPM Anggota IKAPI. Tidak dipublikasikan. PSIK Fakultas Ilmu
BKKBN. (2011). Kajian profil penduduk remaja Kesehatan Universitas Aisyiyah Yogyakarta.
(10-24). www.bkkbn.go.id pada tanggal 8 Putri, U.P. (2011). Hubungan peer group dengan
Desember 2016. perilaku seksual remaja di SMK Cikarang
Buwono, S.A. (2007). Perilaku agresif ditinjau dari Barat. Jurnal Psikologi. Fakultas Psikologi
harga diri pada remaja yang dibina di Balai UPI Jakarta. Vol 2. No 2. 10-15.
Pemasyarakatan (BAPAS) Semarang. Rawlins, R.P., Williams, S.R & Beck, C.K. (1998).
Skripsi dipublikasikan. Fakultas Psikologi Mental health psychiatric nursing: A
Universitas Soegijapranata. Semarang. holostic life cycle approach. 3th ed. St
Chaplin, C.P., (2002). Kamus lengkap psikologi. Louis: Mosby Year Book.
Alih bahasa : Kartini & Kartono. Jakarta: Rina. (2011). Faktor-faktor yang melatarbelakangi
Rajawali Press. perilaku agresif pada remaja kelas II,III di
Desmita. (2005). Psikologi perkembangan remaja. SMP Pahlawan Toha Bandung. Jurnal
Bandung: Rosdakarya. Kesehatan Prima. Vol 3. No 2. Desember
Fleitmen, M. Group therapy for adolesecents (ages 2017. 18-25.
13-18). December 10, 2016. Setyaningsih, S.P. (2014). Hubungan perilaku
http://www.revitalizing religiusitas dengan sikap agresif pada siswa
psychiatry.com/contactUs.html SMK PIRI Sleman. Skripsi. Tidak
Hudaniah & Dayaksini, T. (2009). Psikologis dipublikasikan. PSIK Fakultas Ilmu
sosial. Edisi revisi. Malang: UMM Press. Kesehatan Universitas Aisyiyah Yogyakarta.
Jhonson, B.S., (1995). Child, adolescence and Stuart, G.W., (2009). Principles and practice of
family psychiatric nursing. Philadelphia: JB psychiatric nursing. 9th ed. St. Louis :
Lippincot Company. Mosby.

Konas Jiwa XVI Lampung 188


Stuart, G.W & Laraia, M.T., (2005). Pschiatric
nursing principles and practice. 8th ed. S.
Louis: Mosby.
Sumiati, dkk. (2009). Kesehatan jiwa remaja &
konseling. Jakarta: Trans Info Media.
Towsend, M.C. (2009). Psychiatic mental health
nursing: Concepts of care in evidance-
based practice. Philadelphia : FA Davis
Company.
Widyarini, N. (2009). Psikologi populer: Relasi
orang tua dan anak. Jakarta: PT Elek Medio
Komputindo.
Willis, S. (2012). Remaja dan masalahnya.
Bandung: Alfabeta.
Wood, D. (2009). Group therapy for adolescents:
clinical paper. December 15, 2016.
http://www.mental-health-matters.com.
Wong, D.L., (2008). Buku Ajar Keperawatan
Pediatrik. Jakarta: EGC.
Yosef, I. (2007). Keperawatan jiwa. Bandung: PT.
Refika Aditama.

Konas Jiwa XVI Lampung 189

Anda mungkin juga menyukai