Anda di halaman 1dari 30

PROPOSAL SKRIPSI

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANIZER TIPE


EXPOSITORY TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP SISWA PADA POKOK
BAHASAN DINAMIKA ROTASI KELAS XI DI SMA NEGERI 10 KOTA
JAMBI

NAMA : LODIANA SIAHAAN


NIM : A1C319093

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS KEGURUAN ILMU DAN PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2021
ii

Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah ............................................................................................ 3
1.3 Batasan Masalah.................................................................................................. 3
1.4 Rumusan Masalah ............................................................................................... 3
1.5 Tujuan Penelitian ................................................................................................ 3
1.6 Manfaat Penelitian .............................................................................................. 3
1. Manfaat Teoritis ................................................................................................ 3
2. Manfaat Praktis ................................................................................................. 4
BAB II KAJIAN TEORITIK ..................................................................................... 5
2.1 Model Pembelajaran Advance Organizer ........................................................... 5
2.1.1 Konsep Dasar Model Pembelajaran Advance Organizer ............................. 5
2.1.2 Langkah-Langkah Model Pembelajaran Advance Organizer ...................... 7
2.1.4 Model Pembelajaran Advance Organizer Tipe Expository .......................... 8
2.2 Pemahaman Konsep ............................................................................................ 9
2.3 Materi Dinamika Rotasi .................................................................................... 10
1. Momen Gaya/ Torsi (τ) ................................................................................... 10
2. Momen Inersia (I) ........................................................................................... 10
2.3 Penelitian Yang Relevan ................................................................................... 14
2.4 Kerangka Berpikir ............................................................................................. 17
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................................... 21
3.1 Jenis Penelitian .................................................................................................. 21
3.2 Waktu dan Tempat ............................................................................................ 21
3.3 Variabel Penelitian ............................................................................................ 21
3.4 Populasi dan Sampel ......................................................................................... 22
3.5 Instrumen Data ................................................................................................. 22
3.6 Teknik Pengumpulan Data ............................................................................... 23
3.5 Teknik Analisis Data ......................................................................................... 24
Daftar Pustaka ........................................................................................................... 26
1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pendidikan merupakan salah satu ilmu yang bertujuan untuk meningkatkan
kualitas suatu kehidupan seseorang. Menurut Waroka (2020:218) pendidikan adalah
salah satu kebutuhan yang diperlukan oleh setiap indiividu untuk menjadikan individu
tersebut berguna bagi banyak orang. Pendidikan tentu tidak terlepas dari dari proses
pembelajaran. Salah satu proses pembelajaran tersebut adalah pada mata pelajaran
Fisika.
Fisika merupakan salah satu ilmu eksakta yang dapat dikatakan sulit. Purwanti
& Manurung (2015:57) menyatakan bahwa soal-soal mata pelajaran Fisika kebanyakan
adalah soal hitungan sehingga siswa memerlukan kemampuan dalam berhitung. Dalam
setiap materi Fisika yang akan selalu berhubungan dari materi kelas X sampai materi
kelas XII di Sekolah Menengah Atas. Oleh karena itu diperlukan pula kemampuan
untuk siswa memahami konsep materi sebelumnya untuk dapat memahami materi
selanjutnya.
Pemahaman konsep merupakan kemampuan yang sangat diperlukan oleh peserta
didik. Pemahaman konsep sangat penting untuk melatih kemampuan siswa dalam
menyelesaikan suatu masalah yang berkaitan dengan konsep yang dimiliki (Hamdani,
2012:76-79). Dalam artian siswa tersebut harus memahami terlebih dahulu konsep-
konsep materi pelajaran sebelumnya untuk memahami konsep yang baru agar siswa
tidak merasa kesulitan.
Berdasarkan hasil wawancara salah satu guru fisika di SMAN 10 Kota Jambi
bahwa terdapat siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar minumum (KKM).
Dimana KKM untuk mata pelajaran fisika kelas XI adalah 70. Guru menjelaskan
bahwa sebenarnya masing-masing siswa berbeda-beda ada yang memahami konsep
ada juga yang kurang memahami konsep. Selain itu dalam menyelesaikan tipe HOTS
untuk siswa cukup kesulitan. Siswa yang telah memahami konsep fisika sedikit sekali
kebanyakan dari siswa ketika diberikan materi masih sedikit sekali pengetahuannya.
2

Rendahnya pemahaman konsep oleh siswa menyebabkan mereka akan sulit


untuk menerima pengetahuan baru yang disampaikan oleh guru. Rismayanti
(2020:184) menyatakan bahwa kemampuan pemahaman konsep siswa Indonesia masih
dikategorikan rendah. Berdasarkan hasil penelitian Glourlay (2017) dalam Aristawati
(2018:1) melalui percobaan pemetaan konsep menunjukkan bahwa sebagian besar
siswa mengalami miskonsepsi dalam belajar fisika, hal ini dikarenakan pemahaman
konsep mereka yang masih cenderung rendah.
Pemahaman konsep yang cenderung rendah tersebut dipengaruhi oleh model
pembelajaran yang diterapkan guru di dalam kelas. Hasil penelitian Sasmita (2019:63)
menjelaskan bahwa hal-hal yang yang menyebabkan kemampuan pemahaman konsep
adalah cara guru menyampaikan materi pelajaran dan guru lebih berfokus kepada cara
penyelesaian soal tanpa menanamkan konsep dasar materi tersebut. Padahal konsep
dasar merupakan hal penting sebagai landasan bagi siswa menerima konsep materi
baru.
Dalam mengatasi permasalahan di atas maka diperlukan model pembelajaran
yang sesuai agar pemahaman konsep siswa terhadap suatu materi dapat terwujud. Salah
satu model pembelajaran tersebut adalah model pembelajaran advance organizer.
Model pembelajaran advance organizer menurut Erina (2019:8) merupakan salah satu
model pembelajaran yang mempunyai kerangka dalam bentuk ringkasan konsep-
konsep dasar yang harus dipelajari sebelum masuk materi baru. Penerapan advance
organizer ini difungsikan sebagai jembatan untuk membantu siswa dapat
menghubungan konsep lama dengan konsep baru sehingga siswa dapat lebih mudah
memahami materi yang akan dipelajari..
Tipe-tipe model pembelajaran advance organizer terbagi atas dua bagian yaitu
ekspository advance organizer dan comparative advance organizer. Ekspository
advance organizer direncanakan jika akan menjelaskan suatu gagasan umum yang
memiliki beberapa bagian yang saling berhubungan dan bertujuan untuk membantu
memperluas pemahaman konsep (Parenta, 2020). Contoh dari penerapan pada tipe ini
pada pembelajaran fisika adalah jika kita ingin menjelaskan konsep tentang dinamika
3

rotasi maka siswa harus terlebih dahulu memahami konsep kesetimbangan dan konsep
tersebut juga berkaitan dengan Hukum 1 Newton.
Berdasarkan permasalahan di atas maka peneliti tertarik untuk meneliti
“Identifikasi Pengaruh Model Pembelajaran Advance Organizer tipe Expository
Terhadap Pemahaman Konsep Siswa Pada Mata Pelajaran Fisika Kelas XI di SMAN
10 Kota Jambi”
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan permasalahan yang telah dipaparkan di latar belakang maka dapat
diidentifikasi beberapa masalah yaitu kesulitan siswa dalam belajar fisika, hasil belajar
yang rendah, rendahnya pemahaman konsep terhadap materi fisika.

1.3 Batasan Masalah


Berdasarkan identifikasi masalah di atas maka perlu adanya pembatasan masalah
agar tidak terjadi pembahasan yang tidak terarah yaitu rendahnya pemahaman konsep
terhadap materi fisika dan model pembelajaran.

1.4 Rumusan Masalah


Berdasarkan pembatasan masalah penelitian di atas maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah apakah ada pengaruh positif dan signifikan model
pembelajaran advance organizer tipe expository terhadap pemahaman konsep siswa
pada pokok bahasan dinamika rotasi kelas XI di SMAN 10 Kota Jambi

1.5 Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah penelitian di atas maka tujuan dari penelitian ini
adalah apakah ada pengaruh positif dan signifikan model pembelajaran advance
organizer tipe expository terhadap pemahaman konsep siswa pada pokok bahasan
dinamika rotasi kelas xi di sman 10 kota jambi

1.6 Manfaat Penelitian


1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai pedoman kegiatan peneitian relevan
yang selanjutnya. Sebagai karya ilmiah, penelitian ini dapat memberikan kontribusi
4

bagi perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya mengenai pengaruh pembelajaran


remedial terhadap ketuntasan belajar siswa kelas XI di SMA Negeri 10 Kota Jambi.

2. Manfaat Praktis
1) Bagi Guru
Penelitian ini dapat memberikan kontribusi bagi guru untuk menambah wawasan
dan pengetahuan yang lebih luas dan dapat mempermudah guru saat mengambil
tindakan dalam meningkatkan pemahaman konsep siswa terhadap materi pelajaran
fisika
2) Bagi Peneliti
Adapun manfaat penelitian ini untuk berkontribusi bagi perkembangan ilmu
pengetahuan serta wawasan mengenai cara meningkatkan pemahaman konsep materi
fisika melalui model pembelajaran.
5

BAB II KAJIAN TEORITIK

2.1 Model Pembelajaran Advance Organizer


2.1.1 Konsep Dasar Model Pembelajaran Advance Organizer
Konsep model pembelajaran menurut Gunarto (2013) menjelaskan bahwa model
pembelajaran merupakan suatu perencanaan atau pola yang digunakan sebagai
pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas. Model pembelajaran mengacu
pada pendekatan pembelajaran yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan
pengajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran dan
pengelolaan kelas. Ada berbagai macam model pembelajaran yang dikembangkan oleh
para ahli. Salah satu model pembelajaran tersebut adalah model pembelajaran advance
organizer.
Advance organizer merupakan model pembelajaran yang dipelajari dan
dikembangkan oleh pelopor aliran kognitif yaitu David Ausbel. Dia juga mengemukan
teori belajar bermakna. Definisi dari belajar bermakna yaitu proses mengaitkan
informasi baru dengan konsep-konsep yang berhubungan dan terdapat dalam struktur
kognitif peserta didik. Model pembelajaran advance organizer digunakan untuk
meningkatkan kemampuan siswa dalam memperoleh informasi baru melalui ringkasan
konsep dasar tentang apa yang dipelajari dan kaitannya dengan materi yang telah ada
dalam struktur kognitif siswa tersebut (Parenta, 2020).
Struktur kognitif siswa dapat diperkuat dan kemampuan mengingat informasi
baru dapat ditingkatkan melalui penerapan model pembelajaran advance organizer
(Hatika, 2016:114). Pada model pembelajaran ini dilakukan dengan membimbing
peserta didik untuk memperkuat struktur-struktur yang telah dimiliki melalui
pengalaman belajar mereka seperti mengamati benda-benda, tampilan video/gambar,
peta konsep, dan lain sebagainya (Tasiwan, 2014:45).
Advance organizers present a coherent overview of the relationships among the
concepts to be learned. Itshould provide a schematic framework with proximally
superordinate categories that subsume the concepts. The advance organizer is shown
to students before the concepts are presented Which mean is (artinya) advance
6

organizer menyajikan gambaran umum yang koheren tentang hubungan antara konsep-
konsep yang akan dipelajari. Pada model ini harus menyediakan kerangka konsep yang
ditunjukkan kepada siswa sebelum konsep baru disajikan) (Chew, 2021:3)
Menurut Wiley (2007) advance organizer are general overviews or conceptual
model of informations presented to learners immediately prior to receiving new
information. Dalam artian model pembelajaran advance organizer merupakan
gambaran umum atau model konseptual dari informasi yang disajikan kepada peserta
didik segera sebelum menerima informasi baru. Model pembelajaran advance
organizer mampu meningkatkan kemampuan kognitif siswa karena model ini
mendukung siswa agar mudah menghubungkan pengetahuan baru dengan konsep yang
telah ada pada struktur kognitif siswa sehingga tercipta pembelajaran bermakna
(Amanah, 2017: 85).
Menurut Nugraha (2021:97) model pembelajaran advance organizer membantu
para guru untuk memberi materi pelajaran tanpa mengulang kembali tentang materi
pelajaran yang diberikan saat itu karena siswa telah memahami materi yang telah
diajarkan tersebut. Advance organizer merupakan suatu materi yang ditujukan untuk
mengawali pembelajaran sebelum masuk ke materi yang baru (Mardhiah, 2016:137).
Penerapan model pembelajaran advance organizer membuat belajar yang
biasanya dengan menghafal menjadi bermakna karena pada model pembelajaran ini
dijelaskan konsep yang relevan yang ada dalam struktur kognitif siswa sehingga siswa
mudah memahami konsep materi yang diajarkan oleh guru dengan efektif dan efisien.
Dalam memahami konsep agar efektif dan efisien diperlukan perencanaan
pembelajaran yang terstruktur dan sistematis agar terwujus proses pembelajaran yang
bermakna. Jadi proses pembelajaran tidak sekedar menghadal konsep yang ada namun
juga berusahan mengaitkan konsep tersebut untuk menghasilkan pemahaman yang
menyeluruh sehingga apa yang telah dipelajari oleh siswa tidak mudah dilupakan
(Hutajulu, 2017:23).
Berdasarkan pemaparan di atas maka dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran advance organizer merupakan model pembelajaran yang bertujuan untuk
memperkuat pondasi pengetahuan peserta didik terhadap materi tertentu dan
7

meningkatkan pengetahuan tersebut dengan baik. Selain itu dengan penerapan model
pembelajaran advance organizer dapat menciptakan pembelajaran yang bermakna.
Dimana pada proses pembelajaran ini siswa dibantu untuk mengingat kembali konsep
materi yang pernah mereka pelajari sebelumnya.

2.1.2 Langkah-Langkah Model Pembelajaran Advance Organizer


Langkah-langkah melakukan model pembelajaran advance organizer adalah
sebagai berikut (Putri, 2018:35) :
1. Penyajian adcance organizer (pengorganisir awal), yaitu guru menyampaikan
tujuan pembelajaran terlebih dahulu kepada siswa kemudian guru memberi
contoh yang berhubungan dengan materi pelajaran yang baru lalu guru
mengaitkan materi baru dengan materi sebelumnya.
2. Penyajian bahan belajar, yaitu bahan belajar disajikan guru melalui presentasi
dimana bahan belajar tersebut telah disusun oleh guru secara logis agar siswa
dapat memahami materi baru dengan mudah.
3. Memperkuat struktur kognitif siswa, yaitu dengan melakukan kegiatan seperti
tanya jawab dengan siswa mengenai materi pelajaran yang telah dibahas.

Adapun tahap-tahap model pembelajaran advance organizer menurut


Aunurrahman (2009) di antaranya sebagai berikut :
Tahap Tingkah laku guru
1. menjelaskan panduan 1. Menjelaskan tujuan pembelajaran
pembelajaran/penyajian 2. Mempresentasikan panduan pembelajaran advance
advance organizer organizer
3. Menumbuhkan kesadaran pengetahuan dan pengalaman
siswa yang relevan
2. menjelaskan materi 1. Menjelaskan materi pembelajaran
dan tugas-tugas 2. Membangkitkan perhatian siswa
pembelajaran 3. Mengatur secara eksplisit tugas-tugas
4. Menyusun susunan logis materi pembelajaran
8

3. penguatan organisasi 1. Menggunakan prinsip-prinsip secara terintegrasi


kognitif 2. Meningkatkan keaktifan aktivitas pembelajaran
3. Mengembangkan pendekatan kritis guna memperjelas
materi pembelajaran
Berdasarkan sintaks model pembelajaran advance organizer di atas maka dapat
disimpulkan bahwa langkah-langkah model pembelajaran tersebut diawali dengan
menjelaskan tujuan pembelajaran. Dimana tujuan pembelajaran tersebut adalah
harapan yang hendak dicapai oleh siswa selama proses pembelajaran. Setelah itu
mempresentasikan panduan pembelajaran advance organizer serta menjelaskan kaitan
konsep materi baru dengan konsep materi sebelumnya atau mengingatkan kembali
materi-materi sebelumnya yang berkaitan dengan materi baru.
Tahap yang kedua adalah kegiatan menjelaskan materi pembelajaran. Penjelasan
tersebut dimulai dengan menjelaskan konsep atau definisi dari materi yang dipelajari
seperti makna dari simbol-simbol atau rumus-rumus. Pada tahap ini guru juga
memberikan contoh soal dan latihan soal kepada peserta didik. Dalam menjelaskan
materi pembelajaran siswa pun perlu diperhatikan apakah menyimak penjelasan dari
guru atau tidak. Contoh cara membangkitkan perhatian siswa seperti memberikan
pertanyaan kepada peserta didik. Kemudian guru memberikan tugas pembelajaran
yang disesuiakan materi yang dipelajari.
Tahap ketiga adalah mengintegrasikan setiap materi pelajaran. Adapun caranya
dapat dilakukan dengan memberikan contoh fenomena dalam kehidupan sehari-hari
yang berkaitan dengan materi pembelajaran. Dengan fenomena yang dikaitkan dengan
materi tersebut siswa menjadi tidak mudah lupa dari ingatan siswa. Kemudian
meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar

2.1.4 Model Pembelajaran Advance Organizer Tipe Expository


Menurut Rahayu et al (2010:497) pembelajaran menggunakan advance organizer
dapat membuat belajar bersifat hafalan menjadi bermakna dengan cara menjelaskan
hubungan konsep baru dengan konsep relevan yang ada dalam struktur kognitif siswa
agar siswa dapat memahami konsep lebih efektif dan efisien. Tipe dari model
9

pembelajaran advance organizer terbagi atas 2 yaitu tipe expository dan tipe
comparative. Model pembelajaran advance organizer tipe expository menyajikan
konsep dasar pada tingkat abstraksi tertinggi dan mungkin juga di beberapa konsep
yang lebih rendah (Joyce, 2003).

2.2 Pemahaman Konsep


Pemahaman merupakan terjemahan dari istilah understanding yang diartikan
sebagai penyerapan arti suatu materi yang dipelajari. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (2008) pemahaman berasal dari kata “paham” yang berarti benar. Jika
seseorang mengerti dan mampu menjelaskan kembali sesuatu dengan benar, maka
orang terebut dapat dikatakan telah paham atau memahami (Suryani, 2019). Menurut
Susanto (2015) pemahaman berarti pengaitan antara skema yang ada dengan informasi
yang diterima.
Menurut Yolanda (2020) memahami artinya mengetahui mengenai sesuatu dan
dapat melihatnya dari berbagai segi. Understanding is always an act, as the verbal from
that expresses it suggests, Which mean is (artinya) pemahaman selalu merupakan
tindakan, seperti yang ditunjukkan oleh bentuk verbal yang mengungkapkannya
(Delfino, 2006). Konsep adalah buah pemikiran seseorang atau sekelompok seseorang
yang dinyatakan dalam definisi sehingga menghasilkan pengetahuan yang meliputi
prinsip, hukum, atau teori (Yulisa, 2020:38). A concept is a single frame representating
a single type of individual, with this frame manifesting itself as different generic
situation (Barsalou et al, 1999:30), Which mean is (artinya) konsep adalah kerangka
tunggal yang mewakili satu jenis individu, dengan kerangka ini memanifestasikan
dirinya sebagai model khusus yang berbeda dalam situasi umum yang berbeda.
Pemahaman konsep adalah faktor yang penting dalam setiap kegiatan
pembelajaran (santrock, 2011:295 dalam radiusman, 2020:1). Menurut Fahrudhin et al
(2018) pemahaman konsep lebih penting daripada sekedar menghafal. Karena jika
hanya sekedar menghafal tanpa memahami konsep maka akan kesulitan untuk
menyelesaikan masalah dengan bentuk yang lebih kompleks.
10

2.3 Materi Dinamika Rotasi


Materi yang dipakai berdasarkan silabus dalam Kurikulum 2013 yang terdapat
pada buku Setyawan (2020).
Dinamika rotasi adalah ilmu yang mempelajari tentang gerak rotasi (berputar)
dengan memperhatikan aspek penyebabnya, yaitu momen gaya. Momen gaya atau
yang lebih dikenal dengan torsi ini akan menyebabkan terjadinya percepatan sudut.
Suatu benda dikatakan melakukan gerak rotasi (berputar) jika semua bagian benda
bergerak mengelilingi poros atau sumbu putar. Sumbu putar benda terletak pada
salah satu bagian dari benda tersebut.

1. Momen Gaya/ Torsi (τ)


Momen gaya atau torsi (τ) merupakan besaran vektor yang mengakibatkan benda
berotasi atau berputar.
𝝉 = 𝒓 × 𝑭 atau 𝝉 = 𝒓 𝑭 sin 𝜃
Dimana :
τ = Momen Gaya (Nm)
F = Gaya yang bekerja (N)
r = Lengan Momen (m)
θ = sudut yang terbentuk antara garis kerja gaya F terhadap lengan momen r
2. Momen Inersia (I)
Momen inersia (I) merupakan besaran yang menyatakan ukuran
kecenderungan benda untuk tetap mempertahankan keadaannya (kelembaman).
Pada gerak rotasi, momen inersia juga dapat menyatakan ukuran kemampuan
benda untuk mempertahankan kecepatan sudut rotasinya. Benda yang sukar
berputar atau benda yang sulit dihentikan saat berputar memiliki momen inersia
yang besar, dan sebaliknya.
Momen inersia didefnisikan sebagai hasil kali antara massa partikel dan
kuadrat jarak partikel dari sumbu rotasi. Secara matematis, momen inersia dapat
dirumuskan sebagai berikut.

𝐼 = 𝑚 𝑟2
11

Dimana :
I = Momen inersia (kgm2)
m = massa partikel (kg)
r = jarak partikel dari sumbu pusat rotasi (m)

3. Hubungan antara Momen Gaya (τ), Momen Inersia (I) dan Percepatan Sudut
(α)
Untuk mendapatkan hubungan antara Momen Gaya (τ), Momen Inersia (I)
dan Percepatan Sudut (α), maka kita dapat menganlogikan dengan menerapkan
hukum Newton II translasi, yaitu :

∑𝐹=𝑚.𝑎
𝐹=𝑚.𝑎
𝐹 = 𝑚 . (𝑟. 𝛼)
𝐹. 𝑟 = 𝑚 . 𝑟 (𝑟. 𝛼) 𝐹. 𝑟
= 𝑚 . 𝑟2. 𝛼
Diperoleh
𝜏=𝐼.𝛼 atau ∑τ=𝐼.𝛼
disebut Hukum Newton II Gerak rotasi
Dimana :
τ = Momen Gaya (N.m)
I = Momen Inersia (kg.m2)
α = Percepatan Sudut (rad/s2)

4. Energi Kinetik Rotasi (Ekrot)


Benda yang berputar pada poros nya memiliki suatu bentuk energi yang
disebut energi kinetik rotasi (Ekrot). Persamaan energi kinetik rotasi ini dapat
diturunkan dari konsep energi kinetik translasi yaitu :

𝟏
𝑬𝒌 𝑻𝒓𝒂𝒏𝒔 = 𝒎 𝒗𝟐
𝟐
12

Gerak Menggelinding
Perhatikan gambar berikut !

Pada gambar di atas, suatu benda bergerak menggelinding, maka benda tersebut
melakukan gerak translasi (memiliki v) sekaligus gerak rotasi memiliki (ῳ). Oleh
karena itu, energi kinetik yang dimiliki benda juga terdiri atas energi kinetik
translasi dan rotasi, sehingga diperoleh :

𝐸𝑘𝑡𝑜𝑡 = 𝐸𝑘𝑡𝑟𝑎𝑛𝑠 + 𝐸𝑘𝑟𝑜𝑡

1 1
𝐸𝑘𝑡𝑜𝑡 = 𝑚 . 𝑣 2 + 𝐼 . 𝜔2
2 2

Hukum Kekekalan Energi Mekanik pada Gerak Menggelinding


Benda yang mengalami gerak menggelinding pasti terjadi pada lantai yang kasar,
sehingga pada lantai tersebut bekerja gaya gesekan (fg). Pada kasus ini, gaya
gesekan(fg) dapat dimasukkan dalam gaya yang terdapat pada dalam diri sistem gerak,
sehingga akan berlaku Hukum Kekekalan Energi Mekanik, dengan memasukkan Ekrot
sebagai variabel tambahan pada Energi Kinetik total. Perhatikan gambar kejadian
berikut !
13

Dalam kasus ini Hukum Kekekalan Energi Mekanik dapat ditulis :

𝐸𝑀𝐴 = 𝐸𝑀𝐵
𝐸𝑃𝐴 + 𝐸𝐾𝐴 = 𝐸𝑃𝐵 + 𝐸𝐾𝐵
𝐸𝑃𝐴 + (𝐸𝐾𝐴.𝑡𝑟𝑎𝑛𝑠 + 𝐸𝐾𝐴.𝑟𝑜𝑡 ) = 𝐸𝑃𝐵 + (𝐸𝐾𝐵 .𝑡𝑟𝑎𝑛𝑠 + 𝐸𝐾𝐵.𝑟𝑜𝑡 )
1 1 1 1
𝑚. 𝑔. ℎ𝐴 + ( 𝑚. 𝑣𝐴2 + 𝐼. 𝜔𝐴2 ) = 𝑚. 𝑔. ℎ𝐵 + ( 𝑚. 𝑣𝐵2 + 𝐼. 𝜔𝐵2 )
2 2 2 2
5. Momentum Sudut (L)
Momentum sudut (L) didefinisikan sebagai perkalian silang antara vektor momentum
linear benda p dan vektor posisi r.

𝑳=𝒓×𝒑
Secara matematis, penurunan persamaan momentum sudut L dapat berawal dari
konsep momentum linier p, dan dapat ditulis:

𝒑=𝑚.𝒗
Dengan menganggap benda bergerak rotasi, maka kecepatan linier benda dapat
ditulis 𝒗 = 𝒓. 𝝎 , sehingga diperoleh :
𝒑 = 𝑚 . (𝒓. 𝝎)
𝒑. 𝒓 = 𝑚. 𝒓. (𝒓. 𝝎)
𝑳 = 𝑚. 𝒓𝟐. 𝝎
Sehingga momentum sudut L persamaannya dapat ditulis :
𝑳 = 𝐼. 𝜔
Dimana :
L : Momentum sudut (kg. m2/s)
I : Momen inersia benda (kg.m2)
ῳ : Kecepatan sudut (rad/s)
14

Hukum Kekekalan Momentum Sudut


Hukum kekekalan momentum linier menyatakan bahwa jika pada suatu
sistem tidak ada resultan gaya yang bekerja (ΣF = 0) momentum linier sistem adalah
kekal (konstan). Pada gerak rotasi jika tidak ada resultan momen gaya/torsi (Στ =
0) maka juga akan berlaku hukum kekekalan momentum sudut, sehingga secara
konseptual dapat ditulis :

𝐿1 = 𝐿2

𝐼1. 𝜔1 = 𝐼2. 𝜔2

Hukum Kekekalan Momentum Sudut berbunyi :


“Jika tidak ada resultan momen gaya luar yang bkerja pada sitem (Στ = 0), maka
momentum sudut didtem adalah kekal (konstan)”
2.3 Penelitian Yang Relevan
Adapun penelitian yang relevan dengan penelitian ini yang telah dijurnalkan
yaitu sebagai berikut :
1. Pengaruh pembelajaran model advance organizer terhadap hasil belajar biologi
siswa pada konsep protista (Nuri Shabania, 2015). Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh penerapan model advance organizer terhadap hasil belajar
biologi siswa pada konsep protista. Penelitian ini dilaksanakan di SMAN 9 Kota
Tangerang. Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu dengan
desain pretest-posttest control group design. Pengambilan sampel dilakukan
dengan menggunakan teknik cluster random sampling. Sampel penelitian
berjumlah 40 orang untuk kelas eksperimen dan 40 orang untuk kelas kontrol.
Pengambilan data menggunakan instrumen berupa tes pilihan ganda dan angket.
Analisis data menggunakan uji-t, data hasil perhitungan perbedaan rata-rata
posttest kedua kelompok diperoleh nilai t-hitung sebesar 3,087, sedangkan t-tabel
dengan taraf signifikansi 5% dan derajat kebebasan (df) = 78 sebesar 1,67, maka
dapat dikatakan bahwa t-hitung > t-tabel yang berarti bahwa hipotesis alternatif
(Ha) diterima dan hipotesis nol (H0) ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat
15

pengaruh yang signifikan dalam penggunaan model advance organizer terhadap


hasil belajar biologi siswa pada konsep protista.
2. Pengaruh model pembelajaran advance organizer terhadap keterampilan berpikir
kritis dan sikap ilmiah peserta didik kelas x materi protista sma negeri 15 bandar
lampung (Vivi Noviana Sari, 2017). Penelitian ini merupakan penelitian quasy
experimental design dengan rancangan posttest only control design. Populasi
penelitian ini adalah peserta didik kelas X SMAN 15 Bandar Lampung. Sampel
yang digunakan sebanyak 2 kelas yang dipilih dengan teknik acak kelas, yaitu
kelas X IPA 3 sebagai kelas eksperimen dengan penerapan model pembelajaran
advance organizer dan kelas X IPA 2 sebagai kelas kontrol dengan model direct
instruction (model pembelajaran langsung). Teknik pengumpulan data yang
digunakan adalah test berbentuk uraian untuk mengukur keterampilan berpikir
kritis dan untuk mengukur sikap ilmiah menggunakan lembar skala sikap ilmiah
biologi berdasarkan indikator berpikir kritis dan indikator sikap ilmiah, wawancara
dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah uji-t. Hasil
pengujian hipotesis yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa terdapat
pengaruh yang signifikan model pembelajaran advance organizer terhadap
keterampilan berpikir kritis dan sikap ilmiah biologi peserta didik kelas X di
SMAN 15 Bandar Lampung. Hal ini dapat dilihat dari perhitungan menggunakan
independent T-test diperoleh tingkat signifikan 0,000 < α = 0,05. Sehingga H0
ditolak dan H1 diterima
3. Pengaruh model pembelajaran inkuiri terhadap pemahaman konsep IPA siswa
kelas IV SD N 1 bumiayu tahun pelajaran 2019/2020 (Resti Juwanita, 2019).
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya beberapa kendala proses pembelajaran
IPA antara lain proses pembelajaran IPA masih menerapkan pembelajaran yang
klasikal (Teacher Centered), strategi pembelajaran kurang menarik, kurang
dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari, sehingga strategi yang digunakan masih
kurang tepat. Masih rendahnya pemahaman siswa pada materi IPA dan hasil
belajar siswa pada mata pelajaran IPA masih rendah. Tujuan penelitian ini adalah
mendeskripsikan pengaruh model pembelajaran inkuiri terhadap pemahaman
16

konsep IPA siswa kelas IV SDN 1 Bumi Ayu.Jenis penelitian yang digunakan
yaitu penelitian Quasi Eksperimental denganTheNonequivalent Pretest-Posttest
Control Group Design. Pada penelitian ini sampel yang digunakan berjumlah 45
siswa dengan penjabaran 25 siswa sebagai kelompok eksperimen yang
menerapkan model pembelajaran inkuiri, sedangkan kelas kontrol berjumlah 20
siswamenerapkan model pembelajaran konvensional. Teknik pengumpulan data
untuk pemahaman konsep IPA berupa pretest dan posttest kemudian dianalisis
dengan uji-t, sebelumnya data tersebut diuji prasyarat dengan uji normalitas dan
uji homogenitas. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan hasil
uji-t pretest diperoleh nilai Sig.(2- tailed) sebesar 0,159 > 0,05 yang berarti bahwa
Ho diterima, sedangkan posttest diperoleh nilai Sig.(2-tailed) sebesar 0,040 > 0,05.
Maka, dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak yang berarti bahwa terdapat perbedaan
yang signifikan antara pemahaman konsep siswa kelas ekperimen dan siswa kelas
kontrol. Berdasarkan uji perbedaan nilai prestest kedua kelas tidak terdapat
perbedaan kemampuan awal siswa kelas eksperimen dan siswa kelas kontrol.
Sedangkan untuk uji N-Gain TernormalisasiPada kelas eksperimen
diperolehkategori N-Gain sedang berjumlah 13 siswa, 2 siswa dengan kategori
tetap, 2 siswa dengan kategori tinggi dan 8 siswa dengan kategori rendah, dengan
rata-rata nilai N-Gain 0,38 pada kategori “sedang”. Pada kelas kontrol diperoleh
kategori N-Gain 2 siswa dengan kategori tetap, 9 siswa dengan kategori sedang,
dan 9 siswa dengan kategorirendah, dengan rata-rata nilai N-Gain 0,29 dengan
kategori “rendah”. Artinya bahwa pemahaman konsep kelompok eksperimen
dikategorikan sedang dan kontrol dikategorikan rendah.Jadi pembelajaran inkuiri
berpengaruh terhadap pemahaman konsep IPA siswa SDN 1 Bumi Ayu Tahun
Pelajaran 2019/2020.
4. Pengaruh model pembelajaran advance organizer terhadap pemahaman konsep
dan keterampilan berfikir kritis (Dinda Yuti Muti, 2021). Penelitian ini Bertujuan
untuk mengetahui bahwa terdapat perbedaan pengaruh model Advance Organizer
terhadap pemahaman konsep dan keterampilan berfikir kritis peserta didik Pada
Materi Perubahan Lingkungan pada peserta didik kelas X semester genap di
17

SMAN 3 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2017/2018. Penelitian ini dilaksanakan


di SMA Negeri 3 Bandar Lampung. Jenis Penelitian adalah kuantitatif dengan
metode quasi eksperimen (eksperimen semu). Sampel sebagai kelas eksperimen
diambil pada siswa kelas XI IPA 1dan sebagai kelas kontrol XI IPA 4, pengaruh
antara kelas eksperimen dan kelas kontrol setelah memperoleh pembelajaran
dilakukan perhitungan dengan rumus N gain. Hasil penelitian Rata-rata
kemampuan pemahaman konsep kelas eksperimen sebesar 58.4960 dan rata-rata
kemampuan pemahaman konsep kelas kontrol 43.0460 maka pemahaman konsep
dengan model pembelajaran Advance Organizer lebih baik daripada kemampuan
pemahaman konsep peserta didik dengan menggunakan model pembelajaran
konvensional pada pokok bahasan perubahan lingkungan.

2.4 Kerangka Berpikir


Kerangka berpikir merupakan model konseptual tentangbagaimana teori
berhubungaan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang
penting. Kerangka berpikir yang baik akan menjelaskan secara teoritis pertautan antar
variabel yang akan diteliti (Sugiyono, 2020). Berikut kerangka berpikir pada penelitian
ini:
18

Dalam melakukan penelitian ini peneliti menentukan topik penelitian yaitu


pemahaman konsep. Peneliti mengambil topik penelitian tersebut karena masih banyak
siswa yang belum memahami konsep materi fisika. Dalam mengatasi hal tersebut maka
diperlukan model pembelajaran yang sesuai dengan permasalahan tersebut serta dapat
disesuaikan dengan kondisi atau karakteristik siswa. Setelah itu peneliti melakukan
studi literatur. Metode studi literatur adalah serangkaian kegiatan yang berkenaan
dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca, dan mencata serta mengelola
bahan penulisan (Simbolon, . Penulis mendapat referensi dari jurnal-jurnal yang telah
terbit di Google Scholar serta buku model pembelajaran karangan Bruce Joyce dan
Marsha Weil edisi 5 yang berjudul Models Of Teaching.
19

Adapun model pembelajaran yang ditentukan oleh peneliti yaitu model


pembelajaran advance organizer. Model pembelajaran tersebut menekankan konsep
materi yang disajikan secara terstruktur. Model pembelajaran advance organizer
terdapat 2 tipe yaitu tipe expository dan tipe comparative. Di antara kedua tipe model
pembelajaran tersebut peneliti memilih tipe expository. Dimana Ekspository advance
organizer direncanakan jika akan menjelaskan suatu gagasan umum yang memiliki
beberapa bagian yang saling berhubungan dan bertujuan untuk membantu memperluas
pemahaman konsep.
Pemahaman konsep merupakan tingkat kemampuan kognitif C2 pada taksonomi
Bloom. Kemampuan konsep sangat penting bagi peserta didik agar terciptanya
pembelajaran bermakna. Belajar bermakna dapat terwujud ketika peserta didik mampu
mengaitkan konsep materi yang sebelumnya telah dipelajari dengan konsep materi
yang akan dipelajari. Ketika pembelajaran bermakna tercipta maka proses
pembelajaran di dalam kelas menjadi menyenangkan. Hal tersebut karena peserta didik
dapat memahami konsep materi dengan mudah dan lebih termotivasi untuk mau
mempelajarinya lebih dalam lagi.
Setelah peneliti melakukan studi literatur tersebut selanjutnya dilakukan
penelitian ke lapangan untuk studi pendahuluan. Studi pendahuluan yang dilakukan
oleh peneliti adalah wawancara dengan salah satu guru fisika di SMAN 10 Kota Jambi.
Pertanyaan wawancara tersebut disusun secara terstruktur sesuai dengan indikator
variabel pemahaman konsep dan sintaks atau langkag-langkah model pembelajaran
advance organizer. Indikator dari variabel pemahaman konsep tersebut diantaranya
menafsirkan, memberi contoh, mengklasifikasikan, menarik kesimpulan,
membandingkan, dan menjelaskan. Sedangkan untuk sintaks model pembelajaran
advance organizer tersebut ada 3 tahap yaitu penyajian advance organizer, pemberian
bahan ajar, dan penguatan struktur kognitif peserta didik.
Setelah melakukan studi pendahuluan peneliti mengidentifikasi permasalahan
yang terdapat di sekolah tersebut. Berdasarkan permasalahan yang telah diidentifikasi
peneliti merencanakan penelitian ke lapangan untuk melakukan eksperimen.
Eksperimen yang dimaksud adalah menerapkan model pembelajaran di dalam 1 kelas.
20

Adapun sampel yang ditentukan oleh peneliti adalah sebanyak 2 kelas dengan masing-
masing kelas terdiri atas 36 siswa. Kelas yang pertama sebagai kelas eksperimen dan
kelas yang kedua adalah kelas kontrol. Kelas eksperimen tersebut adalah kelas yang
dimana peneliti menerapkan model pembelajaran advance organizer tersebut di kelas.
Sedangkan kelas kontrol adalah kelas yang tidak diberi perlakuan berupa penerapan
model pembelajaran tersebut. Tujuan dari jenis ekperimen ini adalah untuk melihat
perbedaan hasil belajarnya nanti dan dilihat apakah terdapat pengaruh model
pembelajaran tersebut.
Setelah melakukan ekperimen tersebut peneliti mengumpulkan data berupa hasil
dari soal tes uraian. Sedangkan untuk lembar observasi peneliti mengamati sambil
melakukan proses pembelajaran bagaimana respon siswa di dalam kelas. Soal tes
uraian digunakan untuk mengetahui tingkat pemahaman konsep siswa. Soal tersebut
disusun berdasarkan indikator dari pemahaman konsep.
Data yang telah dikumpulkan tersebut selanjutnya dianalisis. Analisis data yang
digunakan adalah analisis data statistik deskriptif. Setelah dilakukan perhitungan
dengan menggunakan software SPSS. Hasil perhitungan tersebut akan
diinterpretasikan. Berdasarkan hasil perhitungan dan penginerpretasian terhadap data
yang didapat maka peneliti dapat menarik kesimpulan apakah terdapat pengaruh model
pembelajaran advance organizer tipe expository terhadap pemahaman konsep siswa
pada pokok bahasan dinamika rotasi.
21

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah kuantitaif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang
datanya berupa angka-angka dan analisisnya menggunakan statistik. Metode kuantitatif
disebut metode ilmiah karena telah memenuhi kaidah-kaidah ilmiah yaitu konkrit,
obyektif, terukur, rasional, dan sistematis. Selain itu dengan metode ini dapat
ditemukan dan dikembangkan berbagai iptek baru. Penelitian ini menggunakan
posttest-only control design yaitu desain yang terdapat dua kelompok yang masing-
masing dipilih secara random (R) dimana kelompok pertama diberi perlakuan atau
yang disebut kelompok eksperimen dan kelompok lainnya tidak diberi perlakukan atau
yang disebut kelompok kontrol (Sugiyono, 2020). Perlakuan ini dapat digambarkan
dalam desain sebagai berikut :

𝑹 × 𝑶𝟐
𝑹 𝑶𝟐
Gambar 3.1 Posttest-only control design

3.2 Waktu dan Tempat


Penelitian ini dilakukan di SMAN 10 Kota Jambi pada semester ganjil tahun
ajaran 2022/2023.

3.3 Variabel Penelitian


Variabel penelitian merupakan konsep yang memiliki nilai bervariasi (Mukhdid,
2021). Adapun jenis-jenis variabel penelitian diantaranya variabel bebas, variabel
terikat, variabel moderator, variabel intervening, dan variabel kontrol. Pada penelitian
ini dugunakan 2 jenis variabel yaitu variabel independen (bebas) dan variabel dependen
(varibel terikat). Menurut Tarjo (2021) variabel bebas merupakan variabel yang
mempengarui variabel terikat sedangkan variabel terikat merupakan variabel yang
dipengaruhi oleh variabel bebas. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model
pembelajaran advance organizer tipe expository sedangkan variabel terikatnya adalah
pemahaman konsep siswa. Oleh karena dalam penelitian ini bertujuan untuk melihat
22

apakah model pembelajaran advance organizer tipe expository ini akan mempengaruhi
pemahaman konsep siswa.

3.4 Populasi dan Sampel


Populasi adalah universum. Universum itu dapat berupa orang, benda, gejala,
atau wilayah yang ingin diketahui oleh peneliti (Danim, 2003). Menurut Sugiyono
(2001) dalam Adiputra, dkk (2021) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri
atas objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Sampel
adalah bagian dari keseluruhan populasi yang diteliti, dijadikan responden dan
dipandang sifat-sifatnya dapat mewakili keseluruhan populasi yang ada (Sudarmanto,
dkk, 2021).
Metode pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah secara
probabilitas yaitu simple random sampling. Pengambilan sampel acak sederhana
(simple random sampling) adalah pengambilan sampel dari populasi secara acak tanpa
memperhatikan strata yang ada dalam populasi dari setiap anggota memiliki
kesempatan yang sama untuk dijadikan sampel (Suharyadi & Purwanto, 2009).
Berdasarkan metode pengambilan sampel yang digunakan maka sampel
penelitian ini adalah siswa kelas XI MIPA 3 dan XI MIPA 4 di SMA Negeri 10 Kota
Jambi dengan jumlah anggota masing-masing kelas adalah 36 siswa.

3.5 Instrumen Data


Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa tes. Soal tes
tersebut diberikan dalam bentuk uraian. Instrumen tes ini diberikan pada kelas
ekperimen dan eksperimen kontrol. Instrumen tes tersebut digunakan untuk
memperoleh data kuatitatif berupa kemampuan siswa dalam memahami konsep pada
pokok bahasan dinamika rotasi. Instrumen tes diberikan setelah dilakukan perlakukan
pada salah satu kelas yaitu kelas eksperimen. Adapun kisi-kisi soal disusun
berdasarkan indikator pemahaman konsep. Indikator pemahaman konsep yang
dimaksud adalah sebagai berikut (Suryani, 2019) sebagai berikut :
23

Indikator Kriteria
Peserta didik mampu mengubah kalimat ke gambar,
Menafsirkan
gambar ke kalimat, angka ke kalimat, atau kalimat
(interpreting)
ke angka.

Peserta didik mampu memberikan contoh mengenia


Memberi contoh
konsep secara umum dan peserta didik mampu
(exemplifying)
mengidentifikasi ciri-ciri khusus

Peserta didik mampu menggolongkan konsep


Mengklasifikasikan
umumnya dan mampu mengidentifikasi ciri—ciri
(classifying)
umumnya

Menarik inferensi Peserta didik mampu memberikan kesimpulan logis


(inferring) dari informasi yang disajikan

Membandingkan Peserta didik mampu menunjukkan persamaan dan


(comparing) perbedaan antara dua atau lebih objek

Menjelaskan Peserta didik mampu menjelaskan hubungan sebab


(explaining) akibat antar bagian

3.6 Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan teknik tes. Teknik
tes digunakan untuk mengukur tingkat kemampuan kognitif siswa yaitu pemahaman
konsep. Tes tersebut berupa soal posttest. Instrumen tes yang digunakan untuk
mengukur pemahaman siswa adalah tes uraian. Tes uraian merupakan tes yang
jawaban dari pertanyaannya bersifat uraian atau pembahasan (Zaim, 2016). Melalui tes
uraian maka peneliti dapat mengetahi tingkat pemahaman siswa terhadap suatu materi
karena pada tes uraian siswa dituntut untuk memberikan penjelasan atas jawaban yang
mereka pilih. Masing-masing item soal diberi bobot skor 2 jika jawaban benar daan
skor 0 jika jawaban salah. Ranah kognitif yang diukur dalam tes ini adalah pada tingkat
C2 (memahami) yaitu pemahaman konsep.
24

Instrumen non tes yang digunakan untuk melihat tingkat keberhasilan proses
pembelajaran menggunakan model advance organizer tipe expository berupa lembar
observasi. Observasi di sini berarti mengamati. Observasi merupakan kegiatan yang
dilakukan secara langsung khususnya tenaga pendidik dalam mengumpulkan data-data
yang dibutuhkan untuk menilai peserta didik (Ariani,2020). Lembar observasi
digunakan untuk mengetahui kegiatan proses pembelajaran dengan model
pembelajaran advance organizer yang dilakukan oleh guru dan siswa.
3.5 Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan kegiatan yang dilakukan setelah data dari seluruh
responden atau sumber data lainnya terkumpul (Sugiyono, 2020). Analisis data diawali
dengan melakukan uji persyaratam analisis di antaranya uji normalitas dan
homogenitas. Setelah itu dilakukan dengan pengujian hipotesis.
1. Uji Normalitas
Pada uji normaltitas ini menggunakan rumus uji Liliefors. Adapun langkah-
langkah pengujian normalitas adalah sebagai berikut (Nuryadi, 2017):
i. Data pengamatan x1, x2,x3,…..xn dijadikan bilangan baku z1,z2, z3,…zn
𝑥𝑖 −𝑥̅
dengan menggunakan rumus (dengan x dan s masing-masing
𝑠

merupakan rata-rata dan simpangan baku)


ii. Untuk setiap bilangan baku ini dengan menggunakan daftar distribusi
normal baku. Kemudian dihitung peluang 𝐹(𝑧𝑖 ) = 𝑃(𝑧 − 𝑧𝑖 )
iii. Selanjutnya dihitung proporsi z1, z2, z3,….zn yang lebih kecil atau sama
dengan z. jika proporsi ini dinyatakan oleh 𝑆(𝑧𝑖 ) maka :
𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎 𝑧1 , 𝑧2 , … 𝑧𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑠𝑧1
𝑆(𝑧𝑖 ) =
𝑛
iv. Hitung selisih 𝐹(𝑧𝑖 ) − 𝑆(𝑧𝑖 ), kemudian tentukan harga mutlaknya.
v. Ambil harga yang paling besar diantara harga-harga mutlak selisih
tersebut,misal harga tersebut 𝐿0 .
25

vi. Untuk menerima atau menolak hipotesis nol (𝐻0 ) dilakukan dengan cara
membandingkan 𝐿0 ini dengan nilai kritis L yang terdapat da;am tabel
untuk taraf yang dipilih.
2. Uji Homogenitas
Tujuan dilakukannya uji homogenitas adalah. Untuk perhitungan uji
homogenitas peneliti menggunakan uji Levene. Uji Levene dilakukan dengan
menggunakan sofware SPPS. Adapun langkah-langkah menghitungnya
adalah sebagai berikut (Nuryadi, 2017) :
i. Memasukkan data variabel yang disusun dalam satu kolom. Setelah
variabel pertama dimasukkan, dilanjutkan dengan variabel keuamulai dari
baris kosong setelah variabel pertama.
ii. Membuat pengkodean kelas dengan cara membuat variabel baru yang telah
diberi label 1 untuk variabel pertama dan label 2 untuk variabel kedua.
iii. Cara menghitung uji Levne dengan SPSS adalah dengan memilih menu:
analyze, descriptive statistics, explore.
iv. Pada jendela yang terbukamasukan variabel yang akan dihitung
homogenitasnya oada bagian dependent list, dan kode kelas pada bagian
factor list. Kemudian pilih tombol plots dan pilih levene test untuk
untransformed
v. Pilih tombol continue kemudian dipilih OK
vi. Cara menafsirkan uji levene ini adalah jika nilai levene statistics > 0,05
maka dapat dikatakan bahwa variasi data adalah homogen.

:
26

Daftar Pustaka

Amanah, P. D., Harjono, A., & Gunada Wayan. (2017). Kemampuan Pemecahan
Masalah Dalam Fisika Dengan Pembelajaran Generatif Berbantuan Scaffolding
Dan Advance Organizer. Jurnal Pendidikan Fisika Dan Teknologi, 3(1), 84-91.

Ariani, & Yetti. (2020). Model Penilaian Kelas Online Pada Pembelajaran
Matematika. Sleman: Deepublish Publisher.

Bruce, J., & Weil, M. (2003). Models Of Teaching. New Delhi: Prentice-Hallof India.

Delfino, R. (2006). What Are We Understand Gracia To Mean. New York: New York
University Press.

Gourlay, H. (2017). Learning About A Level Physics Students' Understanding Of


Particle Physics Using Concept Mapping. Iop Science, 52, 1-9.

Gunarto. (2013). Model Dan Metode Pembelajaran Di Sekolah. Semarang: Unissula.

Hamdani, D., Kurniati , E., & Sakti, I. (2012). Pengaruh Model Pembelajaran Generatif
Dengan Menggunakan Alat Peraga Terhadap Pemahaman Konsep Cahaya
Kelas Viii Di Smp Negeri Kota Bengkulu. Jurnal Exacta, 10(1), 79-88.

Hatika, R. (2016). Peningkatan Hasil Belajar Fisika Dengan Menerapkan Model


Pembelajaran Advance Organizer Berbantu Animasi Koumputer. Jurnal
Pendidikan Fisika Indonesia, 113-117.

Hutajulu, M. (2017). Pembelajaran Matematika Melalui Pendekatan Keterampilan


Metakognitif Dengan Model Advance Organizer Untuk Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Kritis Matematik Siswa Sma. Jes-Mat, 3(1), 21-32.

Hutajulu, M. (2017). Pembelajaran Matematika Melalui Pendekatan Keterampilan


Metakognitif Dengan Model Advance Organizer Untuk Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Kritis Matematika Siswa Sma. Jes-Mat, 3(1):21-32.
27

Mardhiah, A. (2016). Penggunaan Model Pembelajaran Advance Organizer Dalam


Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Struktur Atom. Lantaida
Journal, 4(2), 136-140.

Nugraha, A., & Altaftazani, D. H. (2021). Pembelajaran Memahami Jenis-Jenis


Pekerjaan Pada Siswa Sekolah Dasar Kelas Iv Dengan Menggunakan Model
Pembelajaran Advance Organizer. Journal Of Elementary Education, 4(1), 96-
102.

Nuryadi, D. (2017). Dasar-Dasar Statistik Penelitian. Yogyakarta: Sibuku Media.

Pardede, A. (2021). Meminimalkan Kesulitan Belajar Matematika Dengan Pendekatan


Konstruktivis. Jurnal Global Edukasi, 4(6): 327-334.

Parenta. (2020). Model Pembelajaran Advance Organizer Collaboration. Gowa:


Penerbit Aksara Timur.

Putri, Z. (2018). Penerapan Model Advance Organizer Pada Pembelajaran Seni Tari Di
Sma Negeri 3 Pariaman. E-Jurnal Sendratasik, 6(2), 32-38.

Rahayu, S., Widodo, A. T., & Supartono. (2010). Pengembangan Model Pembelajaran
Advance Organizer Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa.
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, 4(1).

Sasmita , D., Utami, C., & Prihatiningtyas, N. (2019). Pemahaman Konsep Matematis
Siswa Dengan Model Pembelajaran Generatif Berbantuan Alat Peraga Puzzle
Phytagoras. Jurnal Variabel, 2(2), 62-68.

Setyawan, H. (2020). Modul Pembelajaran Sma : Dinamika Rotasi & Keseimbangan


Benda Tegar. Sarolangun: Direktorat Sma.

Simbolon, D. (2020). Literature Review Untuk Penelitian Kesehatan. Yogyakarta:


Bintang Pusaka Madani.

Suryani, E. (2019). Katalog Dalam Terbitan (Kdt) Perpustakaan Nasional Republik


Indonesia Analisis . Semarang: Cv. Pilar Nusantara.
28

Susanto, A. (2015). Pemahaman Pemecahan Masalah Berdasar Gaya Kognitif Ed 1.


Yogyakarta: Penerbit Deepublish.

Tasiwan, Nugroho, & Hartono. (2014). Analisis Tingkat Motivasi Siswa Dalam
Pembelajaran Ipa Model Advance Organizer Berbasis Proyek. Jurnal
Pendidikan Ipa Indonesia, 3(1), 43-50.

Waroka , F., Ansori, I., & Rahman, A. (2020). Pengembangan Lembar Kerja Peserta
Didik Berdasarkan Keragaman Capung Di Persawahan Kualo Bukit Aceh Kota
Bengkulu. Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran Biologi, 4(2): 218-226.

Yolanda, D. D. (2020). Pemahaman Konsep Matematika Dengan Metode Discovery .


Indonesia: Guepedia.

Yulisa, Hakim, L., & Lia, L. (2020). Pengaruh Video Pembelajaran Fisika Terhadap
Pemahaman Konsep Siswa Smp. Jurnal Luminous, 1(1), 37-44.

Anda mungkin juga menyukai