Anda di halaman 1dari 33

DESKRIPSI KESALAHAN KONSEP SISWA DALAM MENGONSTRUKSI

KONSEP TRIGONOMETRI BERDASARKAN TEORI ASIMILASI DAN

AKOMODASI PADA SISWA KELAS X MA-BPD IHA-KULUR

PROPOSAL SKRIPSI

Disusun oleh :

Nama : Asmaun Latupeirissa


NIM : 160303057

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS ILMU

TARBIYAH DAN KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

(IAIN) AMBON

2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .............................................................................................................. i


BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 7
D. Manfaat Penelitian ........................................................................................ 7
E. Definisi Istilah ............................................................................................... 8
BAB II PEMBAHASAN
A. Hakikat Matematika........................................................................................10
1. Definisi Matematika..................................................................................10
2. Karakteristik Matematika..........................................................................12
B. Konstruksi Konsep Matematika......................................................................14
1. Bentuk kesalahan Konstruksi Konsep.......................................................16
a. Pseudo Construction..............................................................................16
b. Lubang Konstruksi................................................................................18
c. Mis Analogical construction..................................................................19
d. Mis Analogical construction..................................................................20
C. Teori Asimilasi dan Akomodasi.....................................................................21
1. Proses Asimilasi........................................................................................21
2. Proses Akomodasi.....................................................................................22
D. Ruang lingkup Materi.....................................................................................23
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian..............................................................................................25
B. Subjek Penelitian...........................................................................................25
C. Instrumen Penelitian......................................................................................25
D. Keabsahan Data ............................................................................................26

i
E. Teknik Pengumpulan Data..............................................................................26
D. Teknik Analisis Data....................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................29

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang mempunyai peranan

penting dalam dunia pendidikan. Didalam pelaksanaan pendidikan, matematika

diajarkan di institusi-institusi pendidikan, baik ditingkat dasar (SD/MI), menengah

pertama (SMP/MTs), menengah atas (SMA/MA), hingga perguruan tinggi. Salah

satu karakteristik matematika adalah mempunyai objek kajian yang bersifat abstrak.

Sifat abstrak ini menyebabkan banyak siswa mengalami kesulitan dalam menghayati

dan memahami konsep-konsep matematika1.

Hal yang sangat menarik dalam belajar matematika adalah bagaimana siswa

mengonstruksi konsep matematika dan membangun pengetahuan melalui pengaitan

satu konsep dengan konsep lain. Proses membangun pengetahuan dalam konteks

belajar matematika dilakukan secara terus menerus sehingga menjadi pengetahuan

bagi siswa. Pengetahuan yang terbentuk dapat digunakan untuk membangun konsep

baru atau digunakan untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Dalam pelajaran

matematika kesalahan mempelajari suatu konsep terdahulu akan berpengaruh

terhadap pemahaman konsep selanjutnya karena matematika merupakan pelajaran

1
Soedjadi, Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia: Konstatasi Keadaan Masa Kini dan
Harapan Masa Depan, ( Jakarta: Dirjen Dikti Departemen Pendidikan Nasional, 2000), 13

1
yang terstruktur.2 Oleh karena itu memahami konsep matematika merupakan salah

satu hal yang terpenting dalam belajar matematika.

Pemahaman terhadap suatu konsep dalam matematika membuat siswa lebih

mudah dalam menyelesaikan masalah karena siswa akan mampu mengaitkan serta

memecahkan masalah dengan berbekal konsep yang sudah dipahaminya3. Namun jika

siswa kurang memahami atau bahkan salah dalam mengonstruksi suatu konsep yang

diberikan maka siswa akan mengalami kesulitan dalam menyelesaikan masalah

matematika yang dia hadapi.

Pemahaman konsep dimulai dari mengkonstruksi konsep. Salah satu cara

mengkonstruksi konsep adalah dengan belajar, artinya pengetahuan akan terbentuk

apabila siswa melakukan proses konstruksi secara aktif.4 Sehingga dalam belajar

matematika, proses mengkonstruksi konsep matematika dan mengkaitkan suatu

konsep dengan konsep yang lainnya merupakan suatu hal yang menarik. 5 Konsep-

konsep di dalam matematika saling berhubungan dan berurutan secara utuh. Belajar

matematika seharusnya mengonstruksi konsep yang ada sehingga siswa membangun

sendiri pengetahuan yang dimiliki secara aktif dalam proses belajar.6

2
Sopamena Patma & Mastuti, Ajeng Gelora, Analisis Kesalahan Berpikir Pseudo Siswa
Dalam Mengkonstruksi Konsep Limit Fungsi Pada Siswa Kelas XII Ipa Sma Negeri 11 Ambon,
Prosiding SEMNAS Matematika & Pendidikan Matematika IAIN Ambon, 2018, 209
3
Op.cit.,h, 129
4
Subanji, Teori Kesalahan Konstruksi Konsep dalam Pemecahan Masalah Matematika,
(Malang : Universitas Negeri malang, 2015), 1
5
Subanji, Teori Defragmentasi Struktur Berpikssir dalam Mengonstruksi konsep dan
Pemecahan Masalah Maematika, (Malang : Universitas Negeri malang, 2015), 1
6
Suparno, Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget, (Jogjakarta. Kanisius, 2001), 36

2
Dalam belajar proses siswa mengkonstruksi sendiri pengetahuanya yang

disebut dengan proses konstruksi. Proses konstruksi ini terjadi ketika siswa

mengeluarkan ide-ide yang dimilikinya untuk membentuk sebuah skemata atau

kerangka kognitif. Menurut Subanji (2015: 1) peran guru disini adalah memotivasi,

memfasilitasi, memberi stimulus, dan menciptakan lingkungan untuk siswa sehingga

siswa bisa merasa senang dan tertantang untuk mengonstruksi ide mereka sendiri.

Sehingga pemberian tantangan ini menjadi hal penting dalam proses belajar.

Pembentukan skema ini bisa dilihat dengan menggunakan kerangka Piaget, yaitu

asimilasi dan akomodasi. Dalam membangun pengetahuan inilah nantinya siswa akan

melalui proses berfikir asimilasi akomodasi.

Menurut Shadiq dan Mustajab (2011: 48) pengertian asimilasi adalah suatu

proses dimana suatu informasi atau pengalaman baru dimasukkan dan memperkuat

kerangka kognitif yang sudah ada dibenak siswa. Akomodasi adalah suatu proses

perubahan atau pengembangan kerangka kognitif yang sudah ada dibenak siswa

sebagai akibat dari informasi atau pengalaman yang baru dialami siswa. Disimpulkan

bahwa teori asimilasi akomodasi mampu menggambarkan proses berpikir siswa

bagaimana dia mampu membedakan satu stimulus dengan stimulus lainnya yang

terjadi dilingkungan sekitar secara intelektual, sehingga skemata yang nantinya akan

dimiliki semakin berkembang. Dengan adanya berbagai macam pengalaman baru

tersebut maka pengetahuan yang terbentuk juga akan semakin dalam dan kuat.7
7
Aprellisa Marga, Sonya (2017), Analisis Kesalahan Siswa Dalam Konstruksi Konsep
Aljabar Berdasarkan Teori Asimilasi Akomodasi. Skripsi Thesis, Universitas Muhammadiyah
Ponorogo.

3
Penelitian yang dilakukan oleh Danty Rahmasantika Dengan Judul Analisis

Kesalahan Siswa Pada Operasi Hitung Pecahan Berdasarkan Tingkat Kecerdasan

Siswa. Dalam penelitiannya 13,3% siswa salah dalam menyelesaikan soal disebabkan

karena kurangnya pemahaman konsep.

Kesalahan konsep juga ditemukan dalam penelitian yang diteliti oleh

Muhammad Sa’duddien Khair tentang Kesalahan Konsep dan Prosedur Siswa dalam

Menyelesaikan Soal Persamaan Ditinjau dari Gaya Berpikir. Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ditemukan kesalahan

konsep eksponensial dan konsep logaritma pada semua gaya berpikir, kesalahan

konsep persamaan linear pada tiga gaya berpikir dan kesalahan konsep persamaan

kuadrat pada satu gaya berpikir.

Penelitian lain juga diteliti oleh Widi Wulansari tentang Analisis Kesalahan

Konsep Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Ujian Nasional Matematika Sd. Hasil

penelitian menunjukkan (1) atribut yang mendasari butir soal ada 67 atribut; (2)

materi yang menyebabkan siswa banyak melakukan kesalahan adalah materi geometri

dan pengukuran; (3) jenis kesalahan tertinggi pada kesalahan prosedur, kesalahan

konsep, dan kesalahan penafsiran; (4) letak kesalahan konsep yang dominan adalah

konsep dasar arithmetic, konsep dasar bilangan, konsep dasar geometri dan

pengukuran, konsep dasar statistika; (5) penyebab utama kesalahan konsep adalah

tidak menerapkan operasi hitung dengan tepat, tidak memahami konsep bilangan

4
berpangkat, tidak menerapkan rumus, konsep, atau sifat-sifat bangun dengan tepat;

tidak memahami konsep rata-rata, median, dan modus.

Kemudian berdasarkan observasi yang peneliti lakukan pada 32 siswa kelas

X MIA MA-BPD IHA-KULUR dengan memberikan soal tes konstruksi konsep

sin 15
trigonometri, yaitu berapa nilai . Hasil tes menunjukan 30 siswa yang masih
cos 15

salah dalam menjawab soal. Kesalahan disebabkan karena ketidaktahuan siswa dalam

memahami konsep Trigonometri. Ada juga yang menyelesaikan dengan mencoret 15

sin
pada penyebut dan pembilang sehingga diperoleh . namun setelah peneliti
cos

melakukan intervensi dengan memberikan konsep dasarnya dan memberikan

kesempatan siswa menyelesaikan ulang soalnya. Hasil tes mengalami perkembangan

dari mulanya hanya 2 yang menjawab benar menjadi 16 yang menjawab benar.

Dari permasalahan di atas faktor utama kegagalan siswa dalam menyelesaikan

masalah matematika adalah kesalahan atau keliru dalam memahami konsep. Masih

banyak siswa yang belum bisa memahami suau konsep dengan baik.

Sejalan dengan itu berdasarkan observasi juga yang saya lakukan di kelas X

MA-BPD Iha-Kulur yaitu masih banyak siswa hanya terfokus pada hafalan rumus

untuk menyelesaikan masalah Matematika. Siswa berpikir hanya dengan

menghafalkan rumus bisa menemukan solusi dari permasalahan. Padahal, hal itu

belum tentu bisa terealisasikan. Hal ini bisa dilihat dari jawaban siswa. Dalam

5
jawaban, siswa memang menuliskan rumus dengan benar. Namun siswa menjawab

soal dengan tidak sistematis dan tidak menggunakan konsep yang diajarkan oleh

guru. Serta tidak menuliskan langkah- langkah pengerjaan secara lengkap. Selain itu,

banyak siswa yang menjadikan matematika adalah momok dari seluruh mata

pelajaran yang ada. Adanya hal seperti itu, menjadikan siswa terlalu terbebani dan

cenderung menganggap matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang sulit.

Berdasarkan uraian diatas, maka penyelidikan terhadap konstruksi konsep

yang dibangun siswa dalam mengonstruksi konsep trigonometri merupakan hal yang

penting dilakukan oleh seorang guru apakah konsep yang diterima sudah dapat

terkonstruksi dengan benar oleh siswa. Dengan menganalisis setiap kesalahan siswa

dalam menjawab soal, guru dapat menelusuri kesalahan yang terjadi, oleh karena itu

peneliti tertarik meneliti tentang “Deskripsi Kesalahan Konsep Siswa dalam

Mengonstruksi Konsep Trigonometri pada siswa kelas X MA-BPD IHA-

KULUR”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah bagaimana Kesalahan Konsep Siswa dalam Mengonstruksi Konsep

Trigonometri pada siswa kelas X MA-BPD IHA-KULUR?

C. Tujuan Penelitian

6
Sesuai dengan permasalahan diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah

untuk mendeskeskripsi Kesalahan Konsep Siswa dalam Mengonstruksi Konsep

Trigonometri pada siswa kelas X MA-BPD IHA-KULUR.

D. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan praktis sebagai

salah satu alternatif dalam upaya perbaikan pembelajaran antara lain:

1. Bagi Siswa Siswa

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan materi yang harus

dikuasai dan diperhatikan oleh siswa terutama pada materi trigonometri,

sehingga siswa dapat menghindari konstruksi konsep trigonometri yang salah dan

bentuk kesalahan yang sering terjadi pada saat mengerjakan soal.

2. Bagi Guru

Hasil penelitian diharapkan dapat menambah pengetahuan bagi guru tentang

proses konstruksi konsep trigonometri, mengetahui kemampuan siswa dalam

menyelesaikan soal Trigonometri, serta kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh

siswa, sehingga guru mampu mendeteksi kesalahan dalam membuat koneksi

matematis yang dibangun siswa untuk mempersiapkan metode yang sesuai serta

cocok agar bisa mengurangi kesalahan yang sering dilakukan siswa.

3. Bagi Sekolah

Agar sekolah lebih mengamati kemampuan siswanya dan mendukung

sepenuhnya hal-hal yang dapat mengembangkan kemampuan siswanya.

4. Bagi peneliti Sendiri

7
Dapat meningkatkan pengetahuan dalam melakukan penelitian. Dan dapat

sebagai referensi agar dapat diterapkan di sekolah lain maupun dikembangkan untuk

perkembangan siswanya.

E. Definisi Istilah

Untuk menghindari kemungkinan terjadinya penafsiran yang berlainan dan

menimbulkan ketidakjelasan dalam mengambil kesimpulan dan penilaian dalam

penelitian ini, maka perlu diberikan definisi tentang istilah-istilah yang digunakan.

Adapun definisi tersebut diantaranya adalah:

1. Kesalahan Konstruksi Konsep

Menurut Subanji ( 2015:93), kesalahan Konstruksi Konsep yang dimaksud

adalah

a. Pseudo Construction

Pseudo construction merupakan kesalahan konstruksi konsep yang

dilakukan siswa disebabkan oleh hasil konstruksi konsep matematika

berbeda dengan apa yang dituliskan.

b. Lubang Konstruksi

Lubang konstruksi merupakan kesalahan konstruksi konsep yang dialami

siswa disebabkan oleh struktur berpikir yang terbentuk dalam proses

konstruksi konsep tidak utuh (Subanji, 2015:93).

c. Mis-analogical Construction

8
Suatu kesalahan konstruksi konsep yang terjadi karena siswa salah dalam

mengonstruksi konsep akar, pangkat, dan fungsi.

d. Mis-logical Construction

Merupakan suatu kesalahan yang terjadi karena terjadinya kesalahan dalam

berfikir logis.

BAB II

9
KAJIAN PUSTAKA

A. Hakekat Matematika

1. Definisi Matematika

Untuk mendeskripsikan definisi matematika, para matematikawan belum

pernah mencapai satu titik “puncak” kesepakatan yang “sempurna”. Matematika

termasuk salah satu disiplin ilmu yang memiliki kajian sangat luas, sehingga

masing-masing ahli bebas mengemukakan pendapatnya tentang matematika

berdasarkan sudut pandang, kemampuan, pemahaman, dan pengalamannya

masing-masing.

Pada umumnya orang awam hanya akrab dengan satu cabang matematika

elementer yang disebut aritmatika atau ilmu hitung. Istilah matematika berasal dari

Yunani, yaitu “mathein” atau “manthenein”, yang artinya “mempelajari”. Mungkin

juga, kata tersebut erat hubungannya dengan kata Sansekerta “medha” atau

“widya” yang artinya “kepandaian”, “ketahuan”, atau “inteligensi”. Dalam

bukunya, Andi Hakim Nasution tidak menggunakan istilah “ilmu pasti” dalam

menyebut istilah ini. Kata “ilmu pasti” merupakan terjemahan dari bahasa

Belanda “wiskunde”. Kemungkinan besar bahwa kata “wis” ini ditafsirkan

sebagai “pasti”, karena di dalam bahasa Belanda ada ungkapan “wis an zeker”:

“zeker” berarti “pasti”, tetapi “wis” disini lebih dekat artinya ke “wis” dari

kata “wisdom” dan “wissenscaft”, yang erat hubungannya dengan “widya”.

10
Karena itu, “wiskunde” sebenarnya harus diterjemahkan sebagai “ilmu tentang

belajar” yang sesuai dengan arti “mathein” pada matematika

Matematika menurut Ruseffendi adalah bahasa simbol, ilmu deduktif

yang tidak menerima pembuktian secara induktif, ilmu tentang pola keteraturan, dan

struktur yang terorganisasi, mulai dari unsur yang tidak didefiniskan ke unsur yang

didefinisikan, ke aksioma atau postulat, dan akhirnya ke dalil. Sedangkan menurut

Johson dan Myklebust matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi praktisnya

untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan sedangkan

fungsi teoritisnya adalah untuk memudahkan pemikiran James dan James

mengatakan dalam kamus matematikanya bahwa matematika adalah ilmu tentang

logika mengenai bentuk, susunan, besaran dan konsep-konsep berhubungan lainnya

yang jumlahnya banyak yang terbagi dalam tiga bidang, yakni aljabar, analisis dan

geometri. Johnson dan Rising mengatakan bahwa matematika itu adalah pola berpikir

dan pola mengorganisasikan pembuktian yang logic

Dalam pandangan formalis, matematika adalah pemeriksaan aksioma

yang menegaskan struktur abstrak menggunakan logika simbolik dan notasi

matematika. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), matematika

didefinisikan sebagai ilmu tentang bilangan, hubungan antara bilangan dan

prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai

bilangan.

Dari beberapa pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa matematika

11
adalah ilmu tentang bilangan yang berfungsi untuk mengekspresikan hubungan-

hubungan kuantitatif dan keruangan dengan menggunakan logika simbolik. Adapun

matematika itu sendiri terbagi dalam tiga bidang, yakni aljabar, analisis dan geometri.

Setelah memahami penjelasan diatas, maka tidak akan sempurna apabila tidak

mengetahui dan memahami apa itu karakteristik matematika. Untuk itu, pada

point selanjutnya akan dikaji mengenai karakteristik matematika.

2. Karakteristik Matematika

Setelah membaca dan memahami uraian tentang definisi matematika,

seolah olah tampak bahwa matematika merupakan pribadi yang mempunyai

beragam corak penafsiran dan pandangan. Tetapi, di balik keragaman itu semua,

dalam setiap pandangan matematika terdapat beberapa ciri matematika yang

secara umum telah disepakati bersama. Diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Memiliki Objek Kajian yang Abstrak

Matematika memiliki objek kajian yang bersifat abstrak, walaupun

tidak setiap yang abstrak adalah matematika. Sementara beberapa

matematikawan menganggap objek matematika itu “konkret” dalam

pikiran mereka, maka kita dapat menyebut objek matematika sebagai objek

mental atau pikiran.

b. Bertumpu pada Kesepakatan

12
Simbol-simbol dan istilah-istilah dalam matematika merupakan

sebuah kesepakatan atau konvensi. Kesepakatan yang amat mendasar dalam

matematika adalah aksioma (postulat, pernyataan pangkal yang tidak perlu

pembuktian) dan konsep primitif (pengertian pangkal yang tidak perlu

didefinisikan).

c. Berpola Pikir Deduktif

Matematika merupakan pengetahuan yang memiliki pola pikir

deduktif. Pola pikir deduktif secara sederhana dapat dikatakan sebagai

pemikiran yang berpangkal dari hal yang bersifat umum kemudian

diterapkan atau diarahkan kepada hal yang bersifat khusus.

d. Konsisten dalam Sistemnya

Terdapat berbagai macam sistem dalam matematika yang dibentuk

dari beberapa aksioma dan memuat beberapa teorema. Ada sistem-sistem

yang berkaitan, ada pula sistem-sistem yang dapat dipandang lepas satu

dengan lainnya. Namun, dalam masing-masing sistem tersebut berlaku

konsistensi. Artinya, dalam setiap sistem tidak boleh terdapat kontradiksi.

Konsistensi tersebut baik dalam makna maupun dalam hal nilai

kebenarannya.

e. Memiliki Simbol yang Kosong Arti

Simbol-simbol yang membentuk kalimat dalam matematika biasa

disebut model matematika. Model matematika dapat berupa persamaan,

13
pertidaksamaan, maupun fungsi. Selain itu, ada pula model matematika

yang berupa gambar, seperti bangun-bangun geometrik, grafik, maupun

diagram. Jadi, secara umum, model atau simbol matematika sesungguhnya

kosong dari arti. Ia akan bermakna sesuatu bila kita mengaitkannya dengan

konteks tertentu.

f. Memerhatikan Semesta Pembicaraan

Sehubungan dengan kosongnya arti dari simbol-simbol matematika

maka kita harus memerhatikan konteks pembicaraannya. Benar salahnya

atau ada tidaknya penyelesaian suatu soal atau masalah tergantung pada

semesta pembicaraannya. 8

B. Konstruksi Konsep Matematika

Menurut Sumardyono (2004:32), konsep adalah ide abstrak yang dapat

digunakan untuk menggolongkan atau mengkategorikan sekumpulan objek, apakah

objek tertentu merupakan contoh konsep atau bukan. Sedangkan Suparno (dalam

Mutmainah, 2013:5) menjelaskan bahwa konsep adalah satuan arti yang mewakili

sejumlah objek, misalnya benda-benda atau kejadian-kejadian yang mewakili

kesamaan ciri khas yang memungkinkan manusia berpikir dan dapat mempermudah

manusia dalam berkomunikasi. Konstruksi konsep berasal dari dua kata yaitu

konstruksi dan konsep yang berarti bangunan konsep sehingga mengkonstruksi

konsep berarti membangun konsep. Maksudnya adalah kegiatan aktif membentuk


8
Bibit Wahyuningtiyas, analisis kemempuan berpikir analogi siswa dalam menyelesaikan
soal bangun ruang sisi lengkung pada kelas IX-F SMP Negeri 1 Durenan Trenggalek Tahun ajaran
2016/2017, skripsi, (Tulungagung;IAIN), 2016/2017, h., 16-20

14
suatu pengetahuan atau konsep baru. Konstruksi konsep saling terkait antara satu

konsep dengan konsep lainnya. Menurut Syarifuddin, dkk (2014:18) dalam

pembelajaran matematika siswa secara aktif mengonstruksi pengetahuan matematika.

Pengetahuan matematika akan lebih baik jika siswa mampu mengkonstruksi melalui

pengalaman yang telah mereka miliki sebelumnya. Untuk itu, keterlibatan siswa

secara aktif sangat penting dalam kegiatan pembelajaran. Dalam hal ini pembelajaran

matematika merupakan pembentukan pola pikir dalam penalaran suatu hubungan

antara suatu konsep dengan konsep yang lainnya. Dalam proses mengonstruksi,

asimilasi dan akomodasi senantiasa berlangsung selama proses belajar siswa.

Bagaimana siswa mengonstruksi pengetahuan, menjadi hal penting dalam teori

belajar.

Salah satu pandangan tentang bagaimana siswa belajar, khususnya

mengonstruksi pengetahuan adalah Teori Konstruktivisme. Konstruktivisme

merupakan sebuah teori yang mempelajari bagaimana seseorang belajar. Teori ini

lebih memandang bagaimana belajar itu berlangsung. Suatu saat siswa bisa secara

optimal mengonstruksi pengetahuan (disebut siswa konstruktif), pada saat yang lain

tidak konstruktif. Karena itu belajar hafalan pun merupakan sebuah konstruksi, tetapi

“konstruksi yang lemah” (Subanji, 2015:16). Konstruksi lemah nampak sekali dari

perilaku siswa yang mudah lupa dalam belajar dan tidak bisa memanfaatkan materi

yang dipelajari untuk memecahkan masalah. Dalam hal ini yang diingat oleh siswa

15
hanya prosedur menyelesaikan soal, ketika soal diubah (meskipun sedikit) siswa

sudah tidak mampu menyelesaikannya.

Dari beberapa pendapat yang telah diuraikan dapat disimpulkan bahwa

konstruksi konsep matematika adalah suatu kegiatan aktif yang dilakukan untuk

memperoleh atau membangun suatu konsep dalam matematika.

1. Bentuk Kesalahan Konstruksi Konsep Matematika

Menurut Subanji (2015:86) dalam bukunya yang berjudul “Teori

Kesalahan Konstruksi Konsep dan Pemecahan Masalah Matematika” membagi

bentuk kesalahan konstruksi konsep siswa menjadi lima, yaitu sebagai berikut.

a. Pseudo Construction

Pseudo construction merupakan kesalahan konstruksi konsep yang

dilakukan siswa disebabkan oleh hasil konstruksi konsep matematika berbeda

dengan apa yang dituliskan. Menurut Subanji (2015:86) kesalahan pseudo

construction yang dilakukan oleh siswa dapat dibedakan menjadi dua, yaitu

pseudo construction “benar” dan pseudo construction “salah”. Siswa seolah-

olah memberikan hasil jawaban yang benar, namun ketika ditelusuri ternyata

salah disebut sebagai pseudo construction “benar”. Sedangkan pseudo

construction ”salah” adalah jawaban yang ditulis siswa salah, namun setelah

ditelusuri penyebab Pseudo construction yang dijabarkan meliputi pseudo

construction “benar” dan pseudo construction “salah”. Untuk mengetahui

16
pseudo construction yang dilakukan siswa adalah dengan meminta siswa

mengungkapkan alasan mengenai jawaban yang dikerjakan. Berdasarkan

penelitian yang dilakukan oleh Subanji (2015:88) yang memberikan

permasalahan aljabar pada siswa “2 x+3 x=5 x dan siswa memilih untuk

menjawab benar, dari jawaban siswa tersebut nampak benar, namun ketika

dilakukan wawancara ternyata siswa melakukan kesalahan dalam

menjustifikasi jawabannya. Siswa menyatakan bahwa “2 x+3 x=5 x adalah

benar karena diilustrasikan sebagai benda seperti “buku” dan “jeruk”. Siswa

tidak menginterpretasikan 2 x+3 x sebagai bilangan dan tidak memperhatikan

sifat dari operasi penjumlahan, tetapi siswa memisalkan sebagai sebuah benda

yang berbeda. Berdasarkan permasalahan tersebut siswa mengalami

konstruksi berpikir semu yang disebut sebagai pseudo construction benar.

Sedangkan contoh kesalahan konstruksi konsep yang dilakukan siswa

berupa pseudo construction “salah” ditandai dengan jawaban siswa yang

salah, tetapi setelah dilakukan refleksi siswa mampu memperbaiki

kesalahannya. Berdasarkan penelitian Subanji (2015:91) menjelaskan bahwa

pseudo construction “salah” terjadi pada masalah perhitungan waktu, yaitu

ketika siswa diberikan pertanyaan berikut: “Andi bekerja kelompok dirumah

Beni Selama 2 jam. Andi pukul pulang 17.00. pukul berapa andi mulai belajar

kelompok?”

17
Siswa dapat memberikan jawaban yang benar, yaitu Andi mulai

belajar kelompok di rumah Beni pada pukul 15.00. Namun, ketika dimintai

alasan dan menuliskan dalam model matematika, siswa tidak dapat menjawab

dan menuliskannya.

b. Lubang Konstruksi

Lubang konstruksi merupakan kesalahan konstruksi konsep yang

dialami siswa disebabkan oleh struktur berpikir yang terbentuk dalam proses

konstruksi konsep tidak utuh (Subanji, 2015:93). Untuk mengetahui adanya

lubang konstruksi yang dialami siswa dapat ditelusuri melalui jawaban tes

tulis siswa dan wawancara yang mendalam. Siswa dapat menyelesaikan soal

yang ada dengan benar, namun proses konstruksi yang ada dalam pikiran

siswa ada yang tidak sesuai atau siswa mengalami kesalahan dalam

mengonstruksi konsep yang mengakibatkan konsep tidak terbentuk secara

utuh, hal ini disebut sebagai lubang konstruksi.

Contoh siswa yang mengalami lubang konstruksi adalah ketika siswa

dihadapkan pada pernyataan “2 x+3 y =5 xy Siswa mengetahui bahwa

pernyataan tersebut salah, namun ketika ditelusuri alasan dalam menjawab

soal nampak siswa mengonstruksi variabel x dan y bukan merupakan suatu

bilangan tetapi lebih ke benda yang berbeda yang tidak dapat dijumlahkan.

Konstruksi konsep penjumlahan bentuk aljabar yang dimiliki siswa masih

belum utuh sesuai dengan makna sesungguhnya. Terdapat bagian tertentu

18
yang belum terkonstruksi atau ada yang kosong dari makna, meskipun siswa

dapat menjawab soal yang diberikan. Dengan demikian siswa mengalami

kesalahan konstruksi konsep matematika yaitu lubang konstruksi.

c. Mis-analogical Construction

Suatu kesalahan konstruksi konsep yang terjadi karena siswa salah

dalam mengonstruksi konsep akar, pangkat, dan fungsi. Dalam konstruksi

akar dan pangkat, siswa menganggap bahwa operasi dalam bilangan akar dan

pangkat sama dengan operasi biasa. Salah satu contoh kesalahan konstruksi

konsep pada masalah akar yaitu terjadi saat siswa diberi soal tes terkait

dengan penjumlahan akar.

Dalam penelitian Subanji (2015:102) memberikan contoh kasus

kesalahan konstruksi konsep yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal

penjumlahan bentuk aljabar yaitu pada saat siswa menilai pernyataan

√ 3+ √ 3= √ 6 dan pernyataan √ x+ √ y =√ xy Siswa menganggap bahwa kedua


pernyataan tersebut memiliki makna yang sama dengan bukan akar, sehingga

berlaku sifat penjumlahan seperti penjumlahan bilangan bulat. Jawaban √6


dapat dituliskan ke bentuk lain, yaitu √ 3+ √ 3 atau √ 5+ √ 1 Dalam penyelesaian

soal ini terdapat proses analogi akar yang memiliki sifat yang sama dengan

operasi bilangan biasa. Sehingga siswa mempresentasikan √ 3+ √ 3 sebagai


penjumlahan 3 + 3. Siswa menganggap kedua bentuk tersebut merupakan

19
bentuk yang analog. Sehingga hasilnya sama. Siswa tidak memiliki

pengetahuan yang dapat digunakan untuk mengonstruksi konsep akar dari

suatu bilangan positif yang hasilnya adalah bilangan positif.

Penyebab terjadinya mis-analogical construction adalah siswa

menganggap bahwa penjumlahan dalam akar dan penjumlahan yang tidak

memiliki akar memiliki operasi penjumlahan yang sama. Siswa tidak

memahami sifat akar, bahwa sifat tidak seperti sifat bilangan biasa.

d. Mis-logical Construction

Merupakan suatu kesalahan yang terjadi karena terjadinya kesalahan

dalam berfikir logis. Kesalahan konstruksi konsep yang dialami siswa

dikarenakan siswa kurang paham terhadap soal yang diberikan. Menurut

Subanji (2015:104) contoh kasus kesalahan dalam mengonstruksi berpikir

logis adalah ketika siswa diberi pernyataan berkaitan dengan soal yang

menuntut siswa untuk berpikir secara logis, yaitu misalkan ada tiga bilangan

bulat x . y dan z . Jika x ˂ z dan y ˂ z maka x= y Siswa tidak dapat

mengonstruksi bahwa banyak alternatif yang terjadi ketika x ˂ z dan y ˂ z,

x dan y merupakan nilai tunggal dan tidak ada alternatif lain, maka siswa

menyimpulkan bahwa x= y Hal ini diperkuat dengan hasil wawancara yang

dilakukan Subanji (2015:14) bahwa siswa konsisten dalam melakukan

kesalahan dalam mengonstruksi berpikir logis, yaitu siswa membuat

kesimpulan x= y dengan alasan bahwa y dan z sama-sama lebih besar dar x

20
maka x= y . Berdasarkan kesalahan yang dilakukan, maka siswa mengalami

kesalahan konstruksi konsep matematikabentuk mislogical construction.9

C. Teori Asimilasi dan Akomodasi

1. Proses Asimilasi

Proses asimilasi adalah proses penyatuan (pengintegrasian) informasi

baru ke struktur kognitif yang sudah ada dalam benak individu. Proses ini

didasarkan atas kenyataan bahwa setiap saat manusia mengasimilasikan

informasi-informasi yang sampai kepadanya, dimana kemudian informasi-

informasi tersebut dikelompokkan ke dalam istilah-istilah yang sebelumnya

telah seseorang ketahui. Penjelasan di atas dapat diartikan bahwa proses

asimilasi adalah penginterpretasian pengalaman-pengalaman baru dalam

hubungannya dengan skema-skema yang telah ada atau yang telah peserta

didik ketahui sebelumnya. Misalnya dalam pembelajaran materi teorema

Phytagoras, guru menjelaskan bahwa rumus dasar Phytagoras adalah a2 + b2 =

c2, dimana c adalah sisi miring sedangkan a dan b adalah sisi pembentuk siku-

siku atau sisi-sisi di depan sisi miring, kerangka kognitif siswa telah

berkembang dan berubah. Kerangka kognitif siswa telah berkembang dengan

diketahuinya rumus Phytagoras, namun juga telah berubah dengan adanya

pemberian nama sebagai simbol untuk sisi-sisi pada segitiga siku-siku.

9
Subanji, Teori Kesalahan Konstruksi Konsep dalam Pemecahan Masalah Matematika,
(Malang : Universitas Negeri malang, 2015),

21
Siswa dikatakan melakukan proses berpikir secara asimilasi jika ia

mampu menyelesaikan masalahnya sendiri. Hal ini dikarenakan siswa

memiliki pengalaman yang sama atau hampir sama dengan masalah/soal yang

diberikan, atau juga karena siswa mampu menyesuaikan permasalahan baru

yg didapatkannya dengan pengetahuan yang sudah didapatkan sebelumnya.

Asimilasi ini tidak menyebabkan skema atau pengetahuan siswa sebelumnya

berubah, tetapi mengembangkan skema yang sudah terbentuk

2. Proses Akomodasi

Proses Akomodasi Akomodasi adalah menciptakan langkah baru atau

memperbarui, atau menggabung-gabungkan istilah lama untuk menghadapi

tantangan baru. Dengan kata lain, proses akomodasi adalah permodifikasian

skema-skema yang ada untuk mencocokannya dengan situasi-situasi baru

yang tidak sesuai dengan skema yang sudah ada. Dalam proses ini dapat pula

terjadi pemunculan skema yang baru dan belum pernah diketahui siswa.

Dalam contoh pembelajaran Phytagoras, saat siswa melihat nama baru yang

digunakan sebagai simbol sisi-sisi segitiga yang berbeda dengan nama

sebelumnya, adalah contoh mengakomodasi simbol baru itu pada skema awal

siswa.

Sedangkan siswa dikatakan melakukan proses berpikir secara

akomodasi jika ia tidak mampu memahami sendiri maksud dari soal yang

diberikan. Hal ini disebabkan karena sebelumnya siswa belum pernah

mengerjakan soal sejenis, dengan kata lain pengalaman siswa tidak sesuai

22
dengan perintah yang diberikan. Akomodasi terjadi ketika skema harus

dimodifikasi, atau skema baru harus dibuat untuk menerangkan pengalaman

yang baru saja ia terima.

Melalui kedua proses penyesuaian tersebut, sistem kognisi seseorang berubah

dan berkembang sehingga bisa meningkat dari satu tahap ke tahap yang lebih tinggi.

Proses penyesuaian tersebut dilakukan seseorang karena ia ingin mencapai keadaan

ekuilibrium, yaitu keadaan seimbang antara struktur kognisi dengan pengalaman

dalam lingkungan. Seseorang akan selalu berupaya agar keadaan seimbang tersebut

selalu tercapai dengan menggunakan kedua proses penyesuaian di atas.

pengetahuannya.10

D. Ruang Lingkup Materi

1. Perbandingan Trigonometri

a. Perbandingan trigonometri pada segitiga siku-siku

1. Panjang sisi-sisi suatu segitiga


A
α

b
c

β γ
B a C

10
Aprellisa Marga, Sonya (2017), Analisis Kesalahan Siswa Dalam Konstruksi Konsep Aljabar
Berdasarkan Teori Asimilasi Akomodasi. Skripsi Thesis, Universitas Muhammadiyah Ponorogo.

23
Panjang sisi dihadapan sudut α dinamakan a

Panjang sisi dihadapan sudut β dinamakan b


Panjang sisi dihadapan sudut γ dinamakan c
Panjang sisi-sisi sebuah segitiga siku-siku mempunyai hubungan
c 2 = a 2 + b2
2. Besar sudut pada segitiga
0
Jumlah ketiga sudut dalam segitiga adalah α+ β+ γ=180
3. Perbandingan pada sisi-sisi segitiga
depan b
a. sin β = miring = c
samping a
β= =
b. cos miring c
depan b
β= =
c. tan samping a
samping a
β= =
d. cotg depan b
miring c
β= =
e. sec samping a
miring c
β= =
f. csc depan b

Dari perbandingan diatas diperoleh hubungan rumus :

1
β=
Cotg tan β
1
β=
Sec cos β
1
β=
Csc sin β

24
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis Penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian ini bertujuan untuk

mendeskripsikan Kesalahan Konsep Siswa dalam Mengonstruksi Konsep

Trigonometri pada siswa kelas X MA-BPD IHA-KULUR”

B. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas siswa kelas X MA-BPD IHA-KULUR”

yang terdiri dari 2 kelas dengan jumlah siswa sebanyak 64, selanjutnya dari 64 orang

kemudian diberikan tes dan dan diwawancara satu persatu sampai informasi yang

dibutuhkan sesuai dengan yang diinginkan. Peneliti mengambil 2 kelas agar nantinya

waktu penelitian bisa lebih banyak.

C. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini

meliputi:.

1. Instrumen Utama

25
Instrumen utama dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri hal ini

disebabkan karena peneliti melakukan wawancara seara mendalam terhadap

subjek untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan dalam pengumpulan data.

2. Instrumen penelitian

a) Soal Tes

Tes yang digunakan berupa tes uraian, tes dilakukan dengan satu tahap

yakni tes untuk mengetahui Kesalahan Konsep Siswa dalam Mengonstruksi

Konsep Trigonometri pada siswa kelas X MA-BPD IHA-KULUR

b) Pedoman Wawancara

Untuk mengumpulkan data lisan dari sumber atau subjek penelitian secara

langsung.

c) Catatan Lapangan

Catatan lapangan dalam penelitian ini digunakan sebagai pelengkap data

untuk merangkum perubahan-perubahan ketika proses penelitian

berlangsung.

D. Keabsahan data

Dalam penelitian ini keabsahan suatu data dapat dilakukan melalui triangulasi

data. Triangulasi data adalah teknik pemeriksaan keabsahan data dengan

26
memanfaatkan sesuatu yang lain. Diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau

sebagai pembanding terhadap data itu.11

E. Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi

Observasi adalah pengamatan yang dilakukan secara langsung terhadap

objek yang peneliti lakukan pada peserta didik.

2. Tes

Tes digunakan untuk memperoleh data dalam proses pemecahan masalah

matematika siswa yang akan digunakan untuk melihat Kesalahan Konsep Siswa

dalam Mengonstruksi Konsep Trigonometri pada siswa kelas X MA-BPD IHA-

KULUR. Jumlah soal yang diberikan sebanyak 2 butir soal uraian.

3. Wawancara

Wawancara berfungsi untuk menggali informasi sebanyak-banyaknya

terkait masalah yang diberikan. Tujuan dari wawancara teresebut adalah untuk

mengetahui Kesalahan Konsep Siswa dalam Mengonstruksi Konsep

Trigonometri

F. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini berupa data hasil observasi, hasil tes,

dan hasil wawancara. Dalam penelitian ini digunakan teknik analisis data deskriptif

kualitatif dengan tahapan-tahapan sebagai berikut:

Lexy J.Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif; Edisi Revisi (Bandung:PT. Remaja


11

Rosdakarya.2014), hlm 330

27
1. Reduksi data

Reduksi data adalah suatu bentuk analisis yang menajamkan,

menggolongkan, mengarahkan, membuang data yang tidak perlu, dan

mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa sehingga kesimpulan finalnya

dapat ditarik dan diverifikasi. Reduksi data yang bertujuan untuk memfokuskan

pada hal-hal yang akan diteliti yaitu menganalisis jawaban siswa yang telah

dipilih sebagai subjek penelitian

2. Penyajian data

Penyajian data adalah sekumpulan informasi tersusun yang memberi

kemungkinan penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dalam tahap ini

data yang berupa hasil pekerjaan siswa disusun menurut urutan objek penelitian.

Kegiatan ini memunculkan dan menunjukkan kumpulan data atau informasi yang

terorganisasi dan terkategori yang memungkinkan suatu penarikan kesimpulan

atau tindakan.

Tahap penyajian data dalam penelitian ini meliputi:

a. Menyajikan hasil pekerjaan siswa yang telah dipilih sebagai subjek

penelitian,

b. Menyajikan hasil wawancara.

3. Menarik simpulan atau verifikasi

Verifikasi adalah sebagian dari satu kegiatan dari konfigurasi yang utuh

sehingga mampu menjawab pertanyaan penelitian dan tujuan penelitian. Dengan

28
cara membandingkan hasil pekerjaan siswa dan hasil wawancara maka dapat

ditarik kesimpulan letak berpikir logis siswa.

DAFTAR PUSTAKA

Aprellisa Marga, Sonya (2017), Analisis Kesalahan Siswa Dalam Konstruksi Konsep


Aljabar Berdasarkan Teori Asimilasi Akomodasi. Thesis, Universitas
Muhammadiyah Ponorogo.
Bibit Wahyuningtiyas, analisis kemempuan berpikir analogi siswa dalam
menyelesaikan soal bangun ruang sisi lengkung pada kelas IX-F SMP
Negeri 1 Durenan Trenggalek Tahun ajaran 2016/2017, skripsi,
(Tulungagung;IAIN), 2016/2017
Lexy J.Moleong, (2014), Metodologi Penelitian Kualitatif; Edisi Revisi
(Bandung:PT. Remaja Rosdakarya.
Muhammad Thobroni & Arif Mustofa, (2013), Belajar dan pembelajaran,
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media
Patma Sopamena & Ajeng Gelora Mastuti, (2018), Analisis Kesalahan Berpikir
Pseudo Siswa Dalam Mengkonstruksi Konsep Limit Fungsi Pada Siswa
Kelas XII Ipa Sma Negeri 11 Ambon, Prosiding SEMNAS Matematika &
Pendidikan Matematika IAIN Ambon, 2018, 209

29
Soedjadi, (2000), Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia: Konstatasi Keadaan
Masa Kini dan Harapan Masa Depan, ( Jakarta: Dirjen Dikti Departemen
Pendidikan Nasional
Subanji, (2015), Teori Kesalahan Konstruksi Konsep dalam Pemecahan Masalah
Matematika, (Malang : Universitas Negeri malang
Subanji, Teori Defragmentasi Struktur Berpikssir dalam Mengonstruksi konsep dan
Pemecahan Masalah Maematika, (Malang : Universitas Negeri malang,
2015),

30

Anda mungkin juga menyukai