Abstrak
Kata Kunci : Kemampuan berpikir statistik, Kreativitas berpikir siswa dalam matematika.
PENDAHULUAN
Untuk melakukan aktivitas berpikir ilmiah yang baik, secara mendasar harus
didukung oleh perangkat berpikir ilmiah seperti bahasa, logika, matematika, dan statistika.
Dilihat dari pola pikirnya, sains merupakan perpaduan antara penalaran deduktif dan induktif.
Berpikir dengan menggunakan logika induktif erat kaitannya dengan penarikan kesimpulan
umum dari kasus-kasus individual dalam praktik. Sebaliknya, berpikir dengan menggunakan
logika deduktif membantu Anda menarik kesimpulan dari hal-hal umum ke hal-hal individu
yang spesifik (Suriasumantri, 2003: 213).
Walaupun statistika tergolong muda dibandingkan dengan matematika, namun saat ini
statistika telah berkembang sangat pesat terutama dalam kurun waktu 50 tahun terakhir.
Statistika adalah pengetahuan yang memungkinkan kita menarik kesimpulan secara induktif
berdasarkan kebetulan. Statistika merupakan bidang ilmu tersendiri yang mempunyai filosofi
berbeda dengan matematika. Meskipun matematika memainkan peran penting dalam
penalaran deduktif, statistik memainkan peran penting dalam penalaran induktif. Matematika
disebut deduktif karena bermula dari aksioma dan teorema dan mengarah pada
pertimbangan, model, dan pembuktian baru berdasarkan aksioma dan teorema yang sudah
ada. Statistik menawarkan pilihan analisis yang berbeda dan juga dapat mencapai kesimpulan
yang berbeda dari situasi dan data yang sama. Hal ini memerlukan penalaran induktif,
bekerja dengan pengacakan, menarik kesimpulan yang tepat, dan menafsirkan hasil yang
diperoleh.
Pada hakikatnya, proses berpikir diperlukan bagi kita masing-masing untuk
menjalankan aktivitas sehari-hari. Setiap orang membutuhkan proses berpikir untuk bertahan
dalam lanskap yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif saat ini. Hal ini diperlukan
agar seseorang mempunyai kesempatan memperoleh, memilih, dan mengolah informasi.
Keterampilan ini memerlukan pemikiran kritis, sistematis, logis, dan kreatif serta
kemampuan berkolaborasi secara efektif. Menurut Robert Epstein (Machrus, 2012: 2),
Psikolog mengatakan bahwa setiap orang memiliki kemampuan kreatif. Oleh karena itu, tidak
ada alasan untuk mengatakan, “Saya bukan orang yang kreatif”. Kita hanya tidak
mengembangkan potensi kreatif kita. Kreativitas muncul ketika seseorang dengan sengaja
mencoba sesuatu, mengembangkan potensi dan kemampuannya secara maksimal dan
akhirnya terbiasa berkreasi.
Salah satu fokus tujuan pembelajaran matematika adalah agar siswa memperoleh
keterampilan berpikir kreatif untuk mengembangkan berpikir kreatif dalam matematika.
Pengembangan kemampuan berpikir kreatif pada pembelajaran matematika juga didukung
oleh pemerintah dalam pedoman kurikulum 2006. Pedoman Kurikulum 2006 menyatakan
bahwa matematika harus diajarkan kepada semua siswa mulai dari sekolah dasar hingga
seterusnya untuk mengembangkan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis dan kritis.
Begitu pula kreativitas dan kemampuan kolaboratif.
Selain itu, salah satu prinsip kegiatan belajar mengajar pada Kurikulum 2006 adalah
mendorong kreativitas siswa. Oleh karena itu, kurikulum menekankan pentingnya
menumbuhkan kreativitas siswa dalam mengembangkan kemampuan berpikirnya.
Pengembangan kreativitas dan kemampuan berpikir kreatif siswa terjadi melalui kegiatan
kreatif dalam pembelajaran matematika. Meskipun kreativitas dapat dianggap sebagai produk
pemikiran kreatif, kegiatan kreatif adalah kegiatan pembelajaran yang bertujuan untuk
meningkatkan atau menonjolkan kreativitas siswa.
Menurut Ruseffendi (1991: 239), kreativitas siswa tumbuh ketika dilatih melalui
eksplorasi, penelitian, penemuan, dan pemecahan masalah. Keterampilan berpikir kreatif
berkembang paling baik ketika siswa menjadi pemikir yang mandiri, percaya diri, dan
memiliki keberanian untuk mengajukan ide-ide baru. Kemampuan berpikir kreatif juga dapat
dikembangkan melalui pembelajaran terencana guru dimana siswa dilatih untuk
mengeksplorasi segala kemampuan yang ada dalam dirinya.
Dalam pembelajaran matematika, penekanannya tidak hanya pada kemampuan
berhitung, mengolah dan menganalisis serta kemampuan memecahkan masalah saja, tetapi
juga pada sikap dan kemampuan menerapkan matematika dalam rangka mengembangkan
keterampilan komunikasi sehari-hari untuk masa depan. Anda akan menghadapinya di masa
depan. Pembelajaran matematika harus dirancang sedemikian rupa sehingga mempunyai
potensi untuk mendorong pemikiran kreatif siswa dalam matematika.
Perkembangan berpikir kreatif harus berjalan seiring dengan perkembangan cara
menilai atau mengukurnya. Oleh karena itu, pembelajaran matematika akan berjalan lancar
jika terus dilakukan. Sing (Munandar, 1992: 56), mendefinisikan kreativitas matematika
sebagai proses pembentukan hipotesis tentang sebab dan akibat dalam situasi matematika,
menguji hipotesis tersebut, mengujinya kembali, membuat perubahan, dan pada akhirnya
mengkomunikasikan hasilnya. Melalui proses pembelajaran matematika yang
berkesinambungan, siswa menjadi terbiasa mengoptimalkan proses berpikirnya.
Secara khusus, menurut Krutetskii (Siswono, 2007: 8), kreativitas matematika
mengacu pada penguasaan matematika secara mandiri dan kreatif dalam pembelajaran
matematika, perumusan masalah matematika sederhana secara mandiri, dan cara pemecahan
masalah. metode, dan bukti teorema. Penurunan rumus independen dan penemuan metode
pemecahan masalah non-standar.
Berpikir kreatif harus didorong sepanjang pelajaran matematika. Selain itu, bidang
pemecahan masalah matematika memerlukan pemikiran kreatif dalam penciptaan
(perumusan), interpretasi, dan penyelesaian model dan rencana pemecahan masalah. Oleh
karena itu, diperlukan metode dan cara berpikir yang tepat untuk meningkatkan kemampuan
berpikir kreatif siswa dalam pembelajaran matematika.
Keterampilan berpikir kreatif yang buruk juga dapat berkontribusi terhadap rendahnya
prestasi akademik siswa. Menurut Wahyudin (1999: 223), salah satu penyebab rendahnya
prestasi siswa di kelas matematika adalah proses pembelajaran yang belum optimal. Dalam
proses pembelajaran, guru sendiri biasanya sibuk menjelaskan apa yang telah disiapkannya.
Begitu pula dengan siswa sendiri yang sibuk menjadi penerima informasi yang baik.
Akibatnya, siswa hanya meniru apa yang dilakukan guru tanpa maksud atau pemahaman apa
pun, dan ketika memecahkan suatu masalah, mereka percaya bahwa melakukan persis seperti
yang ditunjukkan sudah cukup. Hal ini dapat mengakibatkan siswa kurang mampu
memecahkan masalah dengan menggunakan pilihan lain, yang mungkin disebabkan oleh
kurangnya fleksibilitas, yang merupakan komponen kunci dari keterampilan berpikir kreatif.
Fakta menunjukkan bahwa keterampilan berpikir kreatif dan maknanya dalam matematika
kurang mendapat perhatian sama sekali. Oleh karena itu, pendidikan matematika saat ini
memerlukan perhatian lebih terhadap keterampilan tersebut.
Pengembangan kemampuan berpikir statistika merupakan salah satu fokus
pembelajaran matematika dan diharapkan dapat meningkatkan kreativitas siswa dalam
pembelajaran matematika. Menurut Suriasumantri (2003: 167), berpikir statistika merupakan
bagian dari alat berpikir ilmiah dan mencakup bagian dari berpikir logis dan sistematis.
Dalam mempelajari statistika sangat penting untuk menguasai keterampilan karena
mempelajari statistika merupakan syarat utama untuk mengetahui keterampilan berpikir
statistika. Menguasai konsep berpikir statistika akan membantu siswa dalam memahami
matematika.
Dengan mempelajari matematika, siswa diharapkan dapat mengembangkan
kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif. Sebagaimana menurut oleh
H.G. Wells (Suriasumantri, 2003: 215), berpikir statistik suatu saat akan menjadi kebutuhan
manusia seperti halnya membaca dan menulis. Oleh karena itu, melalui kemampuan berpikir
statistika dalam pembelajaran matematika diharapkan siswa akan terpacu untuk
menggunakan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, dan kreatif, serta kemampuan
menarik kesimpulan dan menyederhanakan permasalahan.
Berdasarkan hasil studi tersebut, maka peneliti akan mencoba menggunakan
kemampuan berpikir statistik untuk merangsang kreativitas berpikir siswa dalam matematika,
yang dirumuskan dengan judul penelitian: “Pengaruh Kemampuan Berpikir Statistik
Terhadap Kreativitas Berpikir Siswa Dalam Matematika” studi kasus di kelas XI Teknik
Instalasi Tenaga Listrik 1 SMK Negeri 2 Bandar Lampung.
METODE
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan
sifat studi kasus. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode ex-post facto.
Penelitian ini mendeskripsikan pengaruh keterampilan penalaran statistik terhadap berpikir
kreatif siswa pada mata pelajaran Matematika Kelas XI Teknik Instalasi Tenaga Listrik 1
SMK Negeri 2 Bandar Lampung. Penelitian ini mengukur bagaimana variabel X
(kemampuan penalaran statistik) mempengaruhi variabel Y (kreativitas berpikir siswa dalam
matematika). Oleh karena itu, hasil penelitian ini hanya berlaku untuk siswa kelas XI Teknik
Instalasi Tenaga Listrik 1 SMK Negeri 2 Bandar Lampung, artinya tidak digeneralisasikan
untuk semua siswa di SMK Negeri 2 Bandar Lampung bahkan di sekolah-sekolah lainnya.
Populasi yang diharapkan untuk penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X, XI, dan
XII SMK Negeri 2 Bandar Lampung. Karena keterbatasan waktu, sumber daya keuangan dan
tenaga peneliti, maka hanya bisa diambil empat kelas yaitu Kelas XI dengan jumlah siswa
120 orang.
Peneliti mengambil sampel 1 dari 4 kelas dengan menggunakan teknik non-
probability sampling dan teknik purposive sampling, yaitu teknik yang menentukan sampel
dari aspek tertentu (Sugiyono, 2009: 118). Pertimbangan ini berbasis pada guru. Observasi ini
berdasarkan guru matematika SMK Negeri 2 Bandar Lampung yang mempunyai pengalaman
mengajar. Ia mempertimbangkan pengambilan sampel sesuai kriteria tertentu. Sampel yang
dipilih untuk penelitian di Kelas XI SMK Negeri 2 Bandar Lampung adalah Teknologi
Instalasi Tenaga Listrik 1 Kelas XI yang berjumlah 30 siswa.
Alat penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes deskriptif. Instrumen
diuji untuk mengetahui keefektifannya dan memperoleh data yang valid dan akurat.
Instrumen penelitian berupa tes deskriptif pada awalnya diujikan pada subjek manusia. Hasil
yang diperoleh dianalisis menggunakan uji validitas dan reliabilitas. Setelah instrumen
ditentukan valid dan reliabel, dilakukan penelitian terhadap kelas sampel dan diperoleh data
penelitian.
Data yang terkumpul dianalisis menggunakan uji normalitas dan digunakan rumus
Kolmogorov-Smirnov untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal. Setelah dilakukan
uji normalitas, langkah selanjutnya adalah melakukan uji homogenitas untuk memeriksa
apakah sampel mempunyai sifat homogen. Selanjutnya melakukan uji regresi linier untuk
melihat apakah terdapat hubungan linier antara kedua variabel. Setelah dilakukan uji
linieritas regresi, langkah selanjutnya adalah mencari persamaan regresi linier (analisis
regresi) yang berbentuk Y =a+bx . Kemudian kita dapat mencari koefisien determinasi ( R2
) untuk mengetahui persentase varians keterampilan penalaran statistik dan pengaruh
berpikir kreatif siswa. Terakhir, dilakukan uji hipotesis untuk menjawab pertanyaan luas
apakah kemampuan penalaran statistik (X) berpengaruh terhadap berpikir kreatif siswa (Y).
B. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dalam penelitian ini menggunakan uji Levene Test. Hasil
yang diperoleh dari hasil SPSS dengan menggunakan uji Levene Test, dapat dilihat
pada tabel di bawah ini:
Berdasarkan nilai signifikan pada baris Linearity sebesar 0,000. Hal ini
mengindikasikan bahwa antara variabel kemampuan berpikir statistik dengan variabel
kreativitas berpikir siswa terdapat hubungan yang linear, karena nilai signifikansi
kurang dari 0,05
D. Persamaan Regresi
Analisis regresi diperoleh hasil sebagai berikut.
Diketahui nilai sig. dari konstanta = 0,000 < 0,05 . Dengan demikian
persamaan regresi untuk kedua variabel tersebut adalah: = 34,901 + 0,552 . Dari
persamaan tersebut dapat dijelaskan apabila seorang siswa tidak mempunyai
kemampuan berpikir statistik, diperkirakan kreativitas berpikir siswa tersebut hanya
sebesar 34,901
E. Uji Kebaikan Model
Uji ini digunakan untuk mengetahui seberapa besar kontribusi variabel
kemampuan berpikir statistik ( X ) mempengaruhi variabel kreativitas berpikir siswa (
Y ).
Koefisien determinasi dapat dilihat pada R Square sebesar 0,378 atau 37,8%.
Hal ini menunjukkan adanya kontribusi dari kemampuan berpikir statistik ( X )
terhadap kreativitas berpikir siswa (Y ) sebesar 37,8% sedangkan sisanya sebesar
62,2% lainnya dijelaskan oleh variabel lain di luar variabel yang digunakan dalam
penelitian ini.
F. Uji Hipotesis
Uji hipotesis didapat sebagai berikut.
Berpikir statistik merupakan bagian dari berpikir matematis, namun berpikir statistik
tidak sama dengan berpikir matematis. Jika matematika berperan penting dalam penalaran
deduktif, maka keterampilan penalaran statistik berperan penting dalam penalaran induktif.
Dengan mempelajari terutama materi matematika yang berkaitan dengan statistika dan
probabilitas, diharapkan pengembangan keterampilan berpikir statistika akan mendorong
kreativitas siswa.
Hasil analisis persamaan regresi kedua variabel ini menunjukkan persamaan
Y =34,901+ 0,552 X . Persamaan tersebut berarti siswa tanpa kemampuan penalaran statistik
mempunyai kreativitas berpikir sebesar 34,901. Koefisien regresi sebesar 0,552
menunjukkan bahwa setiap peningkatan keterampilan penalaran statistik mempengaruhi
kreativitas berpikir siswa dengan faktor sebesar 0,552.
Hasil tersebut serupa dengan hasil riset C.J. Wild & M. Pfannkuch (2004) yang
menyatakan bahwa “…The usual panacea for "teaching" students to think statistically is,
with apologies to Marie-Antoinette, "let them do projects". Although this enables students to
experience more of the breadth of statistical activity, experience is not enough. The
cornerstone of teaching in any area is the development of a theoretical structure with which
to make sense of experience, to learn from it and transfer insights to others…”. Dijelaskan
bahwa cara terbaik mengajar siswa untuk berpikir statistik menurut Marie-Antoinette adalah
“biarkan mereka melakukan proyek” karena hal ini memungkinkan siswa untuk mengalami
hal lebih dari semua kegiatan statistik, karena pengalaman tidaklah cukup, namun landasan
mengajar dan pengembangan struktur teoritis lah yang dapat digunakan untuk memahami
pengalaman belajar itu sendiri agar mampu mentransfer wawasan yang didapat kepada orang
lain.
Hal ini pula dijelaskan oleh S. Imtiaz A dalam jurnalnya (2002) bahwa “…Creative
thinking in statistical thinking is about looking at possibilities in understanding objects or
phenomena. It generally involves describing objects or phenomena, making projections on
what is likely to happen in observed objects or phenomena with movements in time and
space, and taking actions about objects or phenomena in order to move them in a desired
direction…”.
Artinya, berpikir kreatif dalam konteks berpikir statistik meliputi mengidentifikasi
cara-cara memahami objek atau fenomena (biasanya gambar), menarik kesimpulan tentang
apa yang terjadi pada objek yang diamati, dan menangkap objek tersebut, artinya melakukan
tindakan untuk menggerakkan sesuatu. Atau bergerak ke arah yang diinginkan.
Berdasarkan teori diatas, pengembangan berpikir kreatif siswa melalui keterampilan
berpikir statistika dapat dilakukan dengan memberikan beberapa contoh atau soal-soal
matematika yang berhubungan dengan statistika, probabilitas, atau soal-soal matematika
lainnya Masu. Karena semakin banyak siswa mengerjakan proyek dan mengerjakan berbagai
jenis masalah statistik dan matematika, semakin banyak pengalaman kreatif yang mereka
perlukan untuk memahami masalah terbuka lainnya.
Berdasarkan hasil analisis regresi, kemampuan penalaran statistik merupakan salah
satu unsur yang menunjang berpikir kreatif siswa dalam pembelajaran matematika ketika
memasuki bahan ajar statistika dan probabilitas. Siswa yang memiliki kemampuan berpikir
statistika yang baik cenderung lebih baik dalam menyelesaikan permasalahan matematika
yang diberikan oleh gurunya, sehingga memasukkan materi santai setelah materi statistika
dapat membantu mengembangkan berpikir kreatif yang baik. Namun, siswa yang tidak dapat
berpikir dengan baik akan kesulitan mengembangkan pemikiran kreatif meskipun dihadapkan
pada banyak contoh soal probabilitas yang berasal dari teori statistik.
Hal ini menunjukkan bahwa konsep dasar statistika merupakan pengetahuan dan
keterampilan dasar yang perlu dikuasai terlebih dahulu sebelum mempelajari materi yang
selanjutnya. Artinya, siswa tingkat lanjut sudah menguasai konsep dasar statistika dengan
baik, dan siswa mampu menyelesaikan soal-soal matematika, baik soal statistika, soal
peluang, maupun soal matematika lainnya yang diberikan oleh guru.
Skor mean kemampuan berpikir statistik dari penelitian ini menunjukkan rata-rata
sebesar 65,29, yang artinya bahwa secara keseluruhan kemampuan siswa dalam berpikir
statistik dapat dikategorikan cukup. Pada variabel kreativitas berpikir siswa dalam
matematika menunjukkan skor mean sebesar 70,96, hal ini dapat diartikan bahwa kreativitas
berpikir siswa-siswi SMK Negeri 2 Bandar Lampung masuk kedalam kategori kreatif.
Dalam penelitian ini, diperoleh nilai sebesar 4,413, sehingga t hitung > t tabel (4,413 >
2,037). Dengan menggunakan bantuan program SPSS diperoleh nilai signifikan t sebesar
0,000 < 0,05, ini menjelaskan bahwa H a diterima dan H 0 ditolak, artinya terdapat pengaruh
kemampuan berpikir statistik (X) terhadap kreativitas berpikir siswa dalam matematika (Y).
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dideskripsikan, dianalisis dan dibahas sesuai
dengan ketentuan, maka penelitian yang berjudul “Pengaruh Kemampuan Berpikir Statistik
terhadap Kreativitas Berpikir Siswa dalam Matematika” (Studi Kasus di Kelas XI IPA MAN
2 Kota Cirebon) diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Kemampuan berpikir statistik siswa memiliki rata-rata sebesar 65,29, dengan skor
minimum 50.00 dan skor maximum 85.00. Simpangan baku sebesar 7,71 dan median
sebesar 65,00. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tingkat kemampuan berpikir statistik
siswa kelas XI MAN 2 Kota Cirebon secara keseluruhan tergolong “cukup”.
2. Tingkat kriteria kreativitas berpikir siswa kelas XI MAN 2 Kota Cirebon dalam
matematika diketahui secara keseluruhan termasuk kedalam kategori kreatif. Hal ini
dikarenakan kreativitas berpikir siswa dalam matematika memiliki rata-rata nilai tes
sebesar 70,96 dan simpangan baku sebesar 6,92 dengan median 70,83. Kriteria kreatif
ini berarti siswa mampu menunjukkan satu jawaban yang baru dengan cara
penyelesaian yang berbeda (fleksibel) meskipun tidak fasih, dalam kata lain membuat
berbagai jawaban yang baru walaupun tidak menggunakan cara yang berbeda. Selain
itu, siswa mampu menyelesaikan masalah yang berbeda dengan lancar (fasih)
meskipun langkahnya masih belum terinci.
3. Berdasarkan hasil uji regresi, diperoleh koefisien determinasi sebesar 37,8% dengan
persamaan regresi yaitu .. Hal ini menunjukkan bahwa setiap ada peningkatan
kemampuan berpikir statistik, maka akan mempengaruhi kreativitas berpikir siswa
sebesar 0,552 kali, sedangkan koefisien determinasi sebesar 37,8% dapat diartikan
sebagai besarnya pengaruh kemampuan berpikir statistik terhadap kreativitas berpikir
siswa dalam matematika dan sisanya sebesar 62,2% lainnya dijelaskan oleh variabel
lain di luar variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Jadi, dapat disimpulkan
bahwa kemampuan berpikir statistik berpengaruh terhadap kreativitas berpikir siswa
dalam matematika.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Syed Imtiaz. 2002. Statistical Inferences and Creative Thinking (Creative Thinking
And Statistics). [Online]. Tersedia:
http://www.onislam.ac.id/english/shariah/contemporaryissues/scientificdomain-statistically/
416864.doc
Amirrulah, Imam. 2011. Matematika dan Statistika Sebagai Sarana Berpikir Ilmiah. Jurnal
Makalah. [Online].Tersedia:
http://imam201131014.esaunggul.ac.id/files/makalah/page.4.doc.
Depdiknas. 2006. Kurikulum 2006. Standar Kompetensi Mata Pelajaran Matematika Sekolah
Menengah Atas. Jakarta: Depdiknas.
Mahmudi, Ali. 2008. Pemecahan Masalah dan Berpikir Kreatif. Makalah. Disampaikan Pada
Konferensi Nasional Matematika (KNM) XIV Universitas Sriwijaya Palembang, 24-27 Juli
2008. [Online]. Tersedia: http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Ali%20Mahmudi,
%20S.Pd,%20M.Pd,%20Dr./Makalah%2001%20KNM%20UNSRI%202008%20Pemecahan
%20Masalah%20&%20Berpikir%20Kreatif.pdf
Martadiputra dan Didi Suryadi. 2012. Peningkatan Kemampuan Berpikir Statistis Mahasiswa
S1 Melalui Pembelajaran MEAs yang Dimodifikasi. Bandung: Jurnal Ilmiah Program Studi
Matematika STKIP Siliwangi Bandung.
[Online]:Tersedia:http://publikasi.stkipsiliwangi.ac.id/files/2012/08/Bambang-Avip.pdf
Riduwan dan Sunarto. 2007. Pengantar Statistik untuk Penelitian Pendidikan, Sosial,
Ekonomi, Komunikasi dan Bisnis. Bandung: Alfabeta.
Semiawan, Conny, dkk. 2009. Memupuk Bakat dan Kreativitas Siswa Sekolah Menengah.
Jakarta: Gramedia.
Shaleh, Abdul Rahman. 2004. Psikologi Suatu Pengantar dalam Perspektif Islam. Jakarta:
Kencana.
Siregar, Syofian. 2010. Statistika Deskriptif Untuk Penelitian. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Sudijono, Anasa. 1996. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Suherman, Erman dan Yaya Sukjaya. 1990. Petunjuk Praktis untuk Melaksanakan Evaluasi
Pendidikan Matematika. Bandung: Wijayakusumah.
Wahyudin. 1999. Kemampuan Guru Matematika, Calon Guru Matematik, dan Siswa dalam
Mata Pelajaran Matematika. Bandung: PPS IKIP Bandung.
Yuli, Tatag Eko Siswono. 2007. Penjenjangan Kemampuan Berpikir Kreatif dan Identifikasi
Tahap Berpikir Kreatif Siswa dalam Memecahkan dan Mengajukan Masalah Matematika.