Anda di halaman 1dari 23

PENGERTIAN, KARAKTERISTIK, KLASIFIKASI, CARA MENENTUKAN, CARA

MENDIAGNOSIS, MENGATASI KESULITAN BELAJAR

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Psikologi Pendidikan

Dosen Pengampu :
Wanda Eka Jayanti, M.Pd

Disusun oleh:
Rosy Yulian 2111050089
Santri Sahid 2111050093
Sona Tika Sari 2111050100
Tri Nurhardina 2111050104

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
2021/2022

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
"Pengertian, Karakteristik, Klasifikasi, Cara Menentukan, Cara Mendiagnosis, Mengatasi
Kesulitan Belajar" selesai tepat pada waktunya.

Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Psikologi yang di berikan oleh
Dosen Pengampu. Makalah ini disusun dan dibuat agar mahasiswa memahami pengertian,
karakteristik, klasifikasi cara menentukan, cara mendiagnosis, mengatasi kesulitan belajar.

Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari masih banyak terdapat kekurangan
yang disebabkan keterbatasan kemampuan, pengetahuan dan pengalaman kami. Namun
demikian kami telah berusaha semaksimal mungkin untuk dapat mencapai hasil yang baik.

Kami mengucapkan terimakasih kepada dosen pengampu atas ilmu baru yang kami
dapatkan dari makalah ini yang merupakan salah satu ilmu yang belum pernah kamu
dapatkan sebelumnya.

Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan pengetahuan
bagi kami sendiri maupun bagi pihak yang memerlukan.

Bandar Lampung, November 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................................. i

DAFTAR ISI........................................................................................................................................... ii

BAB I ...................................................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN .................................................................................................................................. 1

A. Latar Belakang ............................................................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ....................................................................................................................... 2

C. Tujuan ......................................................................................................................................... 2

BAB II..................................................................................................................................................... 3

PEMBAHASAN ..................................................................................................................................... 3

A. Pengertian Kesulitan Belajar ....................................................................................................... 3

B. Karakteristik Kesulitan Belajar ................................................................................................... 5

C. Klasifikasi Kesulitan Belajar ...................................................................................................... 6

D. Cara Menentukan Kesulitan Belajar ........................................................................................... 7

E. Cara Mendiagnosis Kesulitan Belajar ......................................................................................... 9

F. Mengatasi Kesulitan Belajar ..................................................................................................... 11

BAB III ................................................................................................................................................. 13

PENUTUP ............................................................................................................................................ 13

A. Kesimpulan ............................................................................................................................... 13

B. Saran ......................................................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................... 14

LAMPIRAN..................................................................................................................................... 15-20

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Belajar merupakan kebutuhan dasar yang harus dimiliki setiap manusia. Belajar
mempunyai peran yang penting dalam menghadapi kehidupan karena dengan belajar kita bisa
mengerti hal – hal yang bermanfaat untuk menjalankan kehidupan agar tidak mengalami
kesulitan ataupun hambatan. Belajar merupakan tanggung jawab setiap manusia dan kualitas
hasil belajar tergantung pada kemampuan manusia itu sendiri, kegiatan belajar bertujuan
untuk membantu manusia agar memperoleh perubahan tingkah laku dalam rangka mencapai
perkembangan seoptimal mungkin. Menurut Djamarah (2002:10) “Belajar adalah proses
perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan”. Artinya, tujuan kegiatan adalah
perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan maupun sikap,
bahkan meliputi segenap aspek organisme atau pribadi.

Belajar erat kaitanya dengan dengan pendidikan karena proses belajarnya sejatinya untuk
menjadikan manusia yang berpendidikan, pendidikan sangat penting dalam menghasilkan
sumber daya manusia yang baik, seiring perkembangan zaman di butuhkan sumber daya
manusia yang baik dengan kualitas pendidikan yang baik pula semua itu bertujuan guna
menghadapi tuntutan perkembangan zaman yang sudah semakin maju.

Menurut Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional


Bab I Pasal I “Pendidikan adalah Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa,
dan negara”.

Belajar pada hakikatnya merupakan kegiatan yang dilakukan secara sadar untuk
memperoleh pengetahuan dan wawasan. Tanpa belajar manusia tidak mempunyai bekal
untuk bertahan hidup dan beradaptasi dengan kemajuan zaman dan teknologi. Melalui belajar
manusia dapat menemukan jati diri, mengetahui, mempelajari dan belajar untuk hidup
bermasyarakat. Namun dalam setiap proses kehidupan pasti selalu terjadi hambatan
begitupun juga dengan dengan belajar, tidak sedikit seseorang yang mengalami kesulitan
dalam belajar.

1
Kesulitan dalam belajar yang dialami oleh mahasiswa harus menjadi perhatian bagi
kedua belah pihak, baik guru maupun orang tua mahasiswa. Adanya kesulitan belajar pada
beberapa mahasiswa terbukti dengan pola pencapaian belajar yang rendah adapun dapat
dideteksi dengan kesalahan-kesalahan siswa dalam mengerjakan tugas maupun soal-soal tes.
Kesalahan adanya penyimpangan terhadap jawaban yang benar pada suatu butir soal.
Kesulitan belajar mahasiswa akan dapat dideteksi melalui jawaban-jawaban siswa dalam
mengerjakan suatu soal. Masalah kesulitan belajar yang sering dialami mahasiswa merupakan
masalah penting yang perlu mendapat perhatian khusus, dikatakan demikian karena kesulitan
belajar yang dialami oleh para mahasiswa akan membawa dampak negatif, baik terhadap diri
sendiri maupun terhadap lingkunganya. Hal ini termanifestasikan dalam bentuk timbulnya
kecemasan, menjadi frustasi, mogok kuliah, drop out, keinginan untuk berpindah pindah
jurusan ataupun berpindah dari kampus karena merasa malu selalu tertinggal dengan teman-
temanya dan selalu mendapatkan nilai yang kurang bagus.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas selanjutnya dapat disusun rumusan
masalah sebagai berikut:

1. Apa saja jenis kesulitan belajar yang dihadapi siswa dalam pembelajaran?

2. Apa saja faktor penyebab kesulitan belajar dalam pembelajaran?

3. Bagaimana strategi pengajar menangani kesulitan belajar siswa dalam pembelajaran?

C. Tujuan
Berdasarkan permasalahan tersebut di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengidentfikasi jenis kesulitan belajar siswa dalam pembelajaran

2. Mengetahui faktor penyebab kesulitan belajar siswa dalam pembelajaran

3. Mendeskripsikan strategi yang dilakukan pengajar untuk mengatasi siswa kesulitan belajar
dalam pembelajaran.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kesulitan Belajar

Secara harfiah kesulitan belajar merupakan terjemahan dari Bahasa Inggris “Learning
Disability” yang berarti ketidakmampuan belajar. Kata disability diterjemahkan “kesulitan”
untuk memberikan kesan optimis bahwa anak sebenarnya masih mampu untuk belajar. Istilah
lain learning disabilities adalah learning difficulties dan learning differences. Ketiga istilah
tersebut memiliki nuansa pengertian yang berbeda. Di satupihak, penggunaan istilah learning
differences lebih bernada positif, namun di pihak lain istilah learning disabilities lebih
menggambarkan kondisi faktualnya. Untukmenghindari bias dan perbedaan rujukan, maka
digunakan istilah Kesulitan Belajar.

Kesulitan belajar adalah kesulitan yang dialami oleh seseorang dalam proses
pembelajaran yang tidak dapat belajar sebagaimana mestinya. Kesulitan belajar terjadi karena
adanya ancaman, hambatan-hambatan dan gangguan dalam belajar. Kesulitan belajar terjadi
karena kesukaran mendapat perubahan tingkah laku (siswa yang bandel atau nakal).
Kesulitan belajar terjadi karena hambatan-hambatan dalam usaha memperoleh hasil belajar,
seperti siswa yang malas belajar serta tingkat IQ rendah.

Kesulitan belajar merupakan suatu kondisi dimana peserta didik tidak dapat belajar
dengan baik, disebabkan karena adanya gangguan, baik berasal dari faktor internal siswa di
batasi faktor intelegensi maupun faktor eksternal siswa. Kesulitan belajar merupakan
kekurangan yang tidak nampak secara lahiriah. Ketidak mampuan dalam belajar tidak dapat
dikenali dalam wujud fisik yang berbeda dengan orang yang tidak mengalami masalah
kesulitan belajar.

Hammill, et al.,; Kesulitan belajar adalah beragam bentuk kesulitan yang nyata dalam
aktivitas mendengarkan, bercakap-cakap, membaca, menulis, menalar, atau dalam berhitung.
Gangguan tersebut berupa gangg uan intrinsik yang diduga karena adanya disfungsi sistem
saraf pusat. Kesulitan belajar bias terjadi bersamaan dengan gangguan lain (misalnya
gangguan sensoris, hambatan sosial, dan emosional) dan pengaruh lingkungan (misalnya
perbedaan budaya atau proses pembelajaran yang tidak sesuai). Gangguan-gangguan

3
eksternal tersebut tidak menjadi factor penyebab kondisi kesulitan belajar, walaupun menjadi
faktor yang memperburuk kondisi kesulitan belajar yang sudah ada.

ACCALD (Association Committee for Children and Adult Learning Disabilities)


dalam Lovitt; Kesulitan belajar khusus adalah suatu kondisi kronis yang diduga bersumber
dari masalah neurologis, yang mengganggu perkembangan kemampuan mengintegrasikan
dan kemampuan bahasa verbal atau nonverbal. Individu berkesulitan belajar memiliki
inteligensi tergolong rata-rata atau di atas rata-rata dan memiliki cukup kesempatan untuk
belajar. Mereka tidak memiliki gangguan sistem sensoris.

NJCLD (National Joint Committee of Learning Disabilities) dala m Lerner; Kesulitan


belajar adalah istilah umum untuk berbagai jenis kesulitan dalam menyimak, berbicara,
membaca, menulis, dan berhitung. Kondisi ini bukan karena kecacatan fisik atau mental,
bukan juga karena pengaruh factor lingkungan, melainkan karena faktor kesulitan dari dalam
individu itu sendiri saat mempersepsi dan melakukan pemrosesan informasi terhadap objek
yang diinderainya. Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kesulitan belajar
merupakan beragam gangguan dalam menyimak, berbicara, membaca, menulis, dan
berhitung karena faktor internal individu itu sendiri, yaitu disfungsi minimal otak. Kesulitan
belajar bukan disebab-kan oleh faktor eksternal berupa lingkungan, sosial, budaya, fasilitas
belajar, dan lain-lain

Syaiful Bahri Djamarah (2002: 201); kesulitan belajar adalah “suatu kondisi dimana
anak didik tidak dapat belajar secara wajar, disebabkan adanya ancaman, hambatan ataupun
gangguan dalam belajar”.

Gozali dalam Psikologi Belajar, (1999: 38), mengatakan bahwa “kesulitan belajar
adalah kesukaran mendapat perubahan tingkah laku yang di inginkan meskipun latihan telah
dilakukan.

Kesulitan belajar merupakan suatu konsep multidisipliner yang digunakan dilapangan


ilmu pendidikan, psikologi, maupun ilmu kedokteran. (Irham & Wiyani, 2013: 117) belajar
merupakan suatu proses internal yang mencakup ingatan, retensi, pengolahan informasi.
Belajar merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk
bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon
(Budiningsih, 2004: 20). Kesulitan belajar adalah suatu keadaan yang menyebabkan siswa
tidak dapat belajar sebagaimana mestinya (Dalyono, 1997: 229). Menurut Hamalik, kesulitan

4
belajar adalah hal-hal atau gangguan yang mengakibatkan kegagalan atau setidaknya menjadi
gangguan yang dapat menghambat kemajuan belajar (Hamalik, 2012: 112).

B. Karakteristik Kesulitan Belajar

a. Gangguan Internal

Penyebab kesulitan belajar berasal dari faktor internal, yaitu yang berasal dari dalam anak
itu sendiri. Anak ini mengalami gangguan pemusatan perhatian, sehingga kemampuan
perseptualnya terhambat. Kemampuan perseptual yang terhambat tersebut meliputi persepsi
visual (proses pemahaman terhadap objek yang dilihat), persepsi auditoris (proses
pemahaman terhadap objek yang didengar) maupun persepsi taktil-kinestetis (proses
pemahaman terhadap objek yang diraba dan digerakkan). Faktor-faktor internal tersebut
menjadi penyebab kesulitan belajar, bukan faktor eksternal (yang berasal dari luar anak),
seperti faktor lingkungan keluarga, budaya, fasilitas, dan lain-lain.

b. Kesenjangan antara Potensi dan Prestasi

Anak berkesulitan belajar memiliki potensi kecerdasan/ inteligensi normal, bahkan


beberapa diantaranya di atas ratarata. Namun demikian, pada kenyataannya mereka memiliki
prestasi akademik yang rendah. Dengan demikian, mereka memiliki kesenjangan yang nyata
antara potensi dan prestasi yang ditampilkannya. Kesenjangan ini biasanya terjadi pada
kemampuan belajar akademik yang spesifik, yaitu pada kemampuan membaca (disleksia),
menulis (disgrafia), atau berhitung (diskalkulia).

c. Tidak Adanya Gangguan Fisik dan/atau Mental

Anak berkesulitan belajar merupakan anak yang tidak memiliki gangguan fisik dan/atau
mental.

d. Sejarah kegagalan akademik berulang kali


e. Hambatan fisik/tubuh atau lingkungan berinteraksi dengan kesulitan belajar
f. Kelainan motivasional
g. Kecemasan yang samar-samar, mirip dengan kecemasan yang mengambang
h. Perilaku berubah-ubah, dalam arti tidak konsisten dan tidak terduga
i. Penilaiaan yang keliru karena data tidak lengkap
j. Pendidikan dan pola asuh yang didapat tidak memadai

5
C. Klasifikasi Kesulitan Belajar

a. Kesulitan Belajar Perkembangan (Praakademik)

Kesulitan yang bersifat perkembangan meliputi:

1) Gangguan Perkembangan Motorik (Gerak) Gangguan pada kemampuan melakukan gerak


dan koordinasi alat gerak. Bentuk-bentuk gangguan perkembangan motorik meliputi; motorik
kasar (gerakan melimpah, gerakan canggung), motoric halus (gerakan jari jemari),
penghayatan tubuh, pemahaman keruangan dan lateralisasi (arah).

2) Gangguan Perkembangan Sensorik (Penginderaan)

Gangguan pada kemampuan menangkap rangsang dari luar melalui alat-alat indera.
Gangguan tersebut mencakup pada proses:

• Penglihatan,
• Pendengaran,
• Perabaan,
• Penciuman, dan
• Pengecap.

3) Gangguan Perkembangan Perseptual (Pemahaman atau apa yang diinderai)

Gangguan pada kemampuan mengolah dan memahami rangsang dari proses penginderaan
sehingga menjadi informasi yang bermakna. Bentuk-bentuk gangguan tersebut meliputi:

• Gangguan dalam Persepsi Auditoris, berupa kesulitan memahami objek yang


didengarkan.
• Gangguan dalam Persepsi Visual, berupa kesulitan memahami objek yang dilihat.
• Gangguan dalam Persepsi Visual Motorik, berupa kesulitan memahami objek yang
bergerak atau digerakkan.
• Gangguan Memori, berupa ingatan jangka panjang dan pendek.
• Gangguan dalam Pemahaman Konsep.
• Gangguan Spasial, berupa pemahaman konsep ruang.

4) Gangguan Perkembangan Perilaku

6
Gangguan pada kemampuan menata dan mengendalikan diri yang bersifat internal dari dalam
diri anak. Gangguan tersebut meliputi:

• ADD (Attention Deficit Disorder) atau gangguan perhatian.


• ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) atau gangguan perhatian yang
disertai hiperaktivitas
b. Kesulitan Belajar Akademik

Kesulitan Belajar akademik terdiri atas:

1) Disleksia (Kesulitan Membaca)


Disleksia atau kesulitan membaca adalah kesulitan untuk memaknai simbol, huruf,
dan angka melalui persepsi visual dan auditoris. Hal ini akan berdampak pada
kemampuan membaca pemahaman.
2) Disgrafia (Kesulitan Menulis)
Disgrafia adalah kesulitan yang melibatkan proses menggambar simbol-simbol bunyi
menjadi simbol huruf atau angka. Kesulitan menulis tersebut terjadi pada beberapa
tahap aktivitas menulis
3) Diskalkulia (Kesulitan Berhitung)
Kesulitan berhitung adalah kesulitan dalam menggunakan bahasa symbol untuk
berpikir, mencatat, dan mengkomunikasikan ide-ide yang berkaitan dengan kuantitas
atau jumlah. Kemampuan berhitung sendiri terdiri dari kemampuan yang bertingkat
dari kemampuan dasar sampai kemampuan lanjut. Oleh karena itu, kesulitan
berhitung dapat dikelompokkan menurut tingkatan, yaitu kemampuan dasar berhitung,
kemampuan dalam menentukan nilai tempat, kemampuan melakukan operasi
penjumlahan dengan atau tanpa teknik menyimp an dan pengurangan dengan atau
tanpa teknik meminjam, kemampuan memahami konsep perkalian dan pembagian.

D. Cara Menentukan Kesulitan Belajar

Kesulitan belajar siswa ditunjukkan oleh adanya hambatanhambatan tertentu untuk


mencapai hasil belajar, dan dapat bersifat psikologis, sosiologis, maupun fisiologis, sehingga
pada akhirnya dapat menyebabkan prestasi belajar yang dicapainya berada di bawah
semestinya.

7
Bila diamati, ada sejumlah siswa yang mendapat kesulitan dalam mencapai hasil
belajar secara tuntas dengan variasi dua kelompok besar. Kelompok pertama merupakan
sekelompok siswa yang belum mencapai tingkat ketuntasan, akan tetapi sudah hampir
mencapainya. Siswa tersebut mendapat kesulitan dalam menetapkan penguasaan bagian-
bagian yang sulit dari seluruh bahan yang harus dipelajari.

Kelompok yang lain, adalah sekelompok siswa yang belum mencapai tingkat
ketuntasan yang diharapkan karena ada konsep dasar yang belum dikuasai. Bisa pula
ketuntasan belajar tak bisa dicapai karena proses belajar yang sudah ditempuh tidak sesuai
dengan karakteristik murid yang bersangkutan. Jenis dan tingkat kesulitan yang dialami oleh
siswa tidak sama karena secara konseptual berbeda dalam memahami bahan yang dipelajari
secara menyeluruh. Perbedaan tingkat kesulitan ini bisa disebabkan tingkat pengusaan bahan
sangat rendah, konsep dasar tidak dikuasai, bahkan tidak hanya bagian yang sulit tidak
dipahami, mungkin juga bagian yang sedang dan mudah tidak dapat dukuasai dengan baik.

Siswa yang mengalami kesulitan belajar seperti tergolong dalam pengertian di atas
akan tampak dari berbagai gejala yang dimanifestasikan dalam perilakunya, baik aspek
psikomotorik, kognitif, konatif maupun afektif .

Beberapa perilaku yang merupakan manifestasi gejala kesulitan belajar, antara lain :

1. Menunjukkan hasil belajar yang rendah di bawah rata-rata nilai yang dicapai oleh
kelompoknya atau di bawah potensi yang dimilikinya.

2. Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang telah dilakukan. Mungkin ada siswa
yang sudah berusaha giat belajar, tapi nilai yang diperolehnya selalu rendah

3. Lambat dalam melakukan tugas-tugas kegiatan belajarnya dan selalu tertinggal dari kawan-
kawannya dari waktu yang disediakan.

4. Menunjukkan sikap-sikap yang tidak wajar, seperti: acuh tak acuh, menentang, berpura-
pura, dusta dan sebagainya.

5. Menunjukkan perilaku yang berkelainan, seperti membolos, datang terlambat, tidak


mengerjakan pekerjaan rumah, mengganggu di dalam atau pun di luar kelas, tidak mau
mencatat pelajaran, tidak teratur dalam kegiatan belajar, dan sebagainya.

6. Menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar, seperti : pemurung, mudah


tersinggung, pemarah, tidak atau kurang gembira dalam menghadapi situasi tertentu.
8
Misalnya dalam menghadapi nilai rendah, tidak menunjukkan perasaan sedih atau menyesal,
dan sebagainya.

E. Cara Mendiagnosis Kesulitan Belajar

Belajar pada dasarnya merupakan proses usaha aktif seseorang untuk memperoleh
sesuatu, sehingga terbentuk perilaku baru menuju arah yang lebih baik. Kenyataannya, para
pelajar seringkali tidak mampu mencapai tujuan belajarnya atau tidak memperoleh perubahan
tingkah laku sebagai mana yang diharapkan. Hal itu menunjukkan bahwa siswa mengalami
kesulitan belajar yang merupakan hambatan dalam mencapai hasil belajar.

Sementara itu, setiap siswa dalam mencapai sukses belajar, mempunyai kemampuan
yang berbeda-beda. Ada siswa yang dapat mencapainya tanpa kesulitan, akan tetapi banyak
pula siswa mengalami kesulitan, sehingga menimbulkan masalah bagi perkembangan
pribadinya.

Menghadapi masalah itu, ada kecendrungan tidak semua siswa mampu


memecahkannya sendiri. Seseorang mungkin tidak mengetahui cara yang baik untuk
memecahkan masalah sendiri. Ia tidak tahu apa sebenarnya masalah yang dihadapi. Ada pula
seseorang yang tampak seolah tidak mempunyai masalah, padahal masalah yang dihadapinya
cukup berat.

Atas kenyataan itu, semestinya sekolah harus berperan turut membantu memecahkan
masalah yang dihadapi siswa. Seperti diketahui, sekolah sebagai lembaga pendidikan formal
sekurangkurangnya memiliki 3 fungsi utama. Pertama fungsi pengajaran, yakni membantu
siswa dalam memperoleh kecakapan bidang pengetahuan dan keterampilan. Kedua, fungsi
administrasi, dan ketiga fungsi pelayanan siswa, yaitu memberikan bantuan khusus kepada
siswa untuk memperoleh pemahaman diri, pengarahan diri dan integrasi sosial yang lebih
baik, sehingga dapat menyesuaikan diri baik dengan dirinya maupun dengan lingkungannya.
Setiap fungsi pendidikan itu, pada dasarnya bertanggung jawab terhadap proses pendidikan
pada umumnya. Termasuk seorang guru yang berdiri di depan kelas, bertanggung jawab pula
atau melekat padanya fungsi administratif dan fungsi pelayanan siswa. Hanya memang dalam
pendidikan, pada dasarnya sulit memisahkan secara tegas fungsi yang satu dengan fungsi
yang lainnya, meskipun pada setiap fungsi tersebut mempunyai penanggung jawab masing-
masing.
9
Dalam hal ini, guru atau pembimbing dapat membawa setiap siswa kearah perkembangan
individu seoptimal mungkin dalam hubungannya dengan kehidupan sosial serta tanggung
jawab moral. Salah satu kegiatan yang harus dilaksanakan oleh guru dalam melaksanakan
tugas dan peranannya ialah kegiatan evaluasi. Dilihat dari jenisnya evaluasi ada empat, yaitu
sumatif, formatif, penempatan, dan diagnostik.

1. Diagnosis

Diagnosis merupakan upaya untuk menemukan faktor-faktor penyebab atau yang


melatarbelakangi timbulnya masalah siswa. Dalam konteks Proses Belajar Mengajar faktor-
faktor yang penyebab kegagalan belajar siswa, bisa dilihat dari segi input, proses, ataupun out
put belajarnya. W.H. Burton membagi ke dalam dua bagian faktor – faktor yang mungkin
dapat menimbulkan kesulitan atau kegagalan belajar siswa, yaitu :

(a) faktor internal; faktor yang besumber dari dalam diri siswa itu sendiri, seperti : kondisi
jasmani dan kesehatan, kecerdasan, bakat, kepribadian, emosi, sikap serta kondisi-kondisi
psikis lainnya; dan

(b) faktor eksternal, seperti : lingkungan rumah, lingkungan sekolah termasuk didalamnya
faktor guru dan lingkungan sosial dan sejenisnya.

2. Prognosis

Langkah ini untuk memperkirakan apakah masalah yang dialami siswa masih
mungkin untuk diatasi serta menentukan berbagai alternatif pemecahannya, Hal ini dilakukan
dengan cara mengintegrasikan dan menginterpretasikan hasil-hasil langkah kedua dan ketiga.
Proses mengambil keputusan pada tahap ini seyogyanya terlebih dahulu dilaksanakan
konferensi kasus, dengan melibatkan pihak-pihak yang kompeten untuk diminta bekerja sama
menangani kasus - kasus yang dihadapi.

3. Tes diagnostik

Pada konteks ini, penulis akan mencoba menyoroti tes diagnostik kesulitan belajar
yang kurang sekali diperhatikan sekolah. Lewat tes itu akan dapat diketahui letak kelemahan
seorang siswa. Jika kelemahan sudah ditemukan, maka guru atau pembimbing sebaiknya
mengetahui hal-hal apa saja yang harus dilakukan guna menolong siswa tersebut.

Tes dignostik kesulitan belajar sendiri dilakukan melalui pengujian dan studi bersama
terhadap gejala dan fakta tentang sesuatu hal, untuk menemukan karakteristik atau kesalahn-
10
kesalahan yang esensial. Tes dignostik kesulitan belajar juga tidak hanya menyangkut soal
aspek belajar dalam arti sempit yakni masalah penguasaan materi pelajaran semata,
melainkan melibatkan seluruh aspek pribadi yang menyangkut perilaku siswa.

Tujuan tes diagnostik untuk menemukan sumber kesulitan belajar dan merumuskan
rencana tindakan remidial. Dengan demikian tes diagnostik sangat penting dalam rangka
membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar dan dapat diatasi dengan segera apabila
guru atau pembinbing peka terhadap siswa tersebut. Guru atau pembimbing harus mau
meluangkan waktu guna memerhatikan keadaan siswa bila timbul gejala-gejala kesulitan
belajar.

F. Mengatasi Kesulitan Belajar

Kesulitan belajar merupakan masalah yang cukup kompleks dan sering membuat
orangtua bingung mencari penyelesaiannya. Kesulitan belajar banyak ditemukan pada anak
usia sekolah. Pola belajar anak, memang dibentuk saat di sekolah dasar. Sesuai dengan
masanya ia mengalami perkembangan mental dan pembentukan karakternya. Di masa kini
anak tidak hanya belajar menghitung, membaca, atau menghafal pengetahuan umum, tapi
juga belajar tentang tanggung jawab, skala nilai moral, skala nilai prioritas dalam
kegiatannya.

Masalah disiplin juga tidak kalah pentingnya. Anak-anak sejak kecil sudah harus
ditanamkan disiplin. Jika, tidak sangat menentukan perkembangan karakter anak tersebut. Di
dalam kebudayaan Bugis-Makassar ada istilah macanga-canga atau memandang enteng
persoalan. Sering menunda-nunda jadwal belajar.

Dalam menghadapi perilaku anak seperti ini, dalalm artikel Ibu Anak disebutkan
setidaknya ada tiga hal yang harus diperhatikan. Namun, sebelum memperhatikan hal
tersebut, orangtua hendaknya tidak mudah jatuh iba sehingga mengambil alih tugas anak.
Tentu dengan tujuan meringankan agar mereka bisa mengerjakan pekerjaan rumah misalnya.

Sekali lagi orangtua tidak dianjurkan membantu anak dengan cara mengambil alih,
tapi bagaimana menuntun anak agar pekerjaan rumah dikerjakan sendiri dalam situasi
menyenangkan.

1. Perhatikan Mood

11
Untuk mengenal mood anak, seorang ibu harus mengenal karakter dan kebiasaan belajar
anak. Apakah anak belajar dengan senang hati atau dalam keadaan kesal. Jika belajar dalam
suasana hati yang senang, maka apa yang akan dipelajari lebih cepat ditangkap. Bila saat
belajar, ia merasa kesal, coba untuk mencari tahu penyebab munculnya rasa kesal itu. Apakah
karena pelajaran yang sulit atau karena konsentrasi yang pecah. Nah di sini tugas orangtua
untuk menyenangkan hati si anak.

2. Siapkan Ruang Belajar

Kesulitan belajar anak bisa juga karena tempat yang tersedia tidak memadai. Karena itu,
coba sediakan tempat belajar untuk anak. Jika kesulitan itu muncul karena tidak tersedianya
meja, maka ajaklah anak belajar di meja makan didampingi orangtuanya. Tentu sebelum
belajar meja makan harus dibersihkan lebih dahulu.

Selain itu, saat mengajari anak ini Anda bisa melakukannya dengan menularkan cara
belajar yang baik. Misalnya bercerita kepada anak tentang bagaimana dahulu ibunya
menyelesaikan mata pelajaran yang dianggap sulit. Biasanya anak cepat larut dengan cerita
ibunya sehingga ia mencoba mencocok-cocokkan dengan apa yang dijalaninya sekarang.

3. Komunikasi

Masa kecil kita, pelajaran yang disukai tergantung bagaimana cara guru itu mengajar.
Tidak bisa dipungkiri perhatian terhadap mata pelajaran, tentu ada kaitan dengan cara guru
mengajar di kelas.

Sempatkan juga waktu dan dengarkan anak-anak bercerita tentang bagaimana cara guru
mereka mengajar di sekolah. Jika, anak Anda aktif maka banyak sekali cerita yang lahir
termasuk bagaimana guru kelas memperhatikan baju, ikat rambut, dan sepatunya. Khusus
soal komunikasi ini, biarkan anak-anak bercerita tentang gurunya. Sejak dini biasakan anak
berperilaku sportif dan pandai menyampaikan pendapatnya. Selamat mencoba.

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesulitan belajar ialah suatu keadaan dimana mahasiswa tidak dapat menyerap
pelajaran dengan sebagaimana mestinya. Faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar terdiri
dari faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang berasal dari dalam diri peserta
didik. Sedangkan, faktor eksternal berasal dari luar mahasiswa. Macam-macam kesulitan
belajar terdiri dari lima yaitu: Learning disorder, Learning disfunction, Underachiever, Slow
learner, Learning disabilities. Terdapat tujuh karakteristik dan manifestasi untuk
mendiagnosis kesulitan belajar pada diri mahasiswa. Diagnosis adalah keputusan atau
penentu mengenai hasil dari pengolahan data tentang mahasiswa yang mengalami kesulitan
belajar dan jenis kesulitan yang dialami mahasiswa. Dalam melakukan diagnosis diperlukan
adanya prosedur yang terdiri atas langkah-langkah tertentu yang diorientasikan pada
ditemukannya kesulitan belajar jenis tertentu yang dialami mahasiswa. Prosedur seperti ini
dikenal sebagai “diagnostik” kesulitan belajar.

B. Saran
Sebaiknya kita sebagai calon seorang guru yang memegang peranan penting dalam
proses pembelajaran seharusnya dapat mengerti perilaku maupun karakteristik peserta didik
agar kita dapat mengetahui jika peserta didik tersebut mengalami jenis kesulitan belajar yang
mana sehingga kita dapat mencegahnya atau berupaya membantunya untuk meminimalisir
kesulitan belajar yang dihadapin

13
DAFTAR PUSTAKA

Thahir, A. (2014). Psikologi Belajar Buku Pengantar dalam Memahami Psikologi Belajar.

Haryanto. 2010. Pengertian kesulitan belajar.

Djamarah, S.B. (2002). Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta

14
LAMPIRAN
SOAL DAN JAWABAN

Sesi 1
1. Galeh Anjar Kholi 2111050039
Soal:
Bagaimana cara mengatasi siswa yang autis?
Jawaban:
a) Buatlah suasana yang kondusif. Membuat suasana belajar mereka menjadi nyaman
dan menyenangkan
b) Atur waktu belajar yang baik. Berikan rutinitas yang harus anak lakukan secara terus
menerus. Beri tahu anak apa-apa saja yang akan dilakukan selama hari itu. Cara ini
dapat membuat melatih mereka memiliki tanggung jawab pada jam tertentu
c) Carilah cara berbicara yang efektif
d) Learn from The Learner. Anda juga perlu untuk memperhatikan mereka dapat
memahami kemampuannya. Terdapat beberapa jenis cara belajar seseorang seperti
ada lebih senang dengan visual, verbal, logika, atau musik.
e) Terima ketidakmampuan mereka tetapi jangan biarkan itu mendefinisikan mereka
f) Adaptasi proses belajarnya, bukan kurikulumnya
g) Pisahkan menjadi ke dalam beberapa tahap
h) Buat hal-hal yang harus mereka pelajari menjadi beberapa tahap.
i) Ulang secara terus menerus. Mengulang segala hal yang telah dipelajari selama
berkali-kali. Jadi, sang anak tidak melihat tugas-tugasnya sebagai tugas melainkan
sebagai rutinitas.

2. Inka Mayelda Putri 2111050045


Soal:
Sebagai seorang guru, bagaimana cara mengatasi siswa yang cenderung pasif atau kurang
aktif dalam pembelajaran?
Jawaban:
SOLUSI ATAU CARA MENGATASI SISWA PASIF:
Anak yang pasif hanya bisa menerima apa yang dia lihat dan di katakan orang padanya.
anak yang pasif harus bisa dirangsang supaya memberikan pengaruh untuk bisa

15
berinteraksi sendiri tanpa harus di minta. Sebenarnya harus di mulai dari saat anak masih
bayi dalam merangsang otak anak supaya bisa sedikit lebih aktif.
1) Guru atau orang tua sebagai contoh anak-anak dalam melakukan sesuatu yang cepat
ditiru. Maka harus memberikan contoh yang baik, memberikan pengalaman positif
kepada anak.
2) Berkomunikasi dengan baik, lebih komunikatif dengan peserta belajar.
3) Memberi dorongan atau motivasi agar anak aktif dalam melakukan suatu kegiatan.
Dengan memberikan motivasi dapat mengembangkan dan membangkitkan rasa
percaya diri anak.
4) Menciptkan kondisi dalam belajar seperti, suasana belajar yang penuh dukungan
emosional positif dengan penuh kasih sayang, adanya dukungan, ada kehangatan dan
kepedulian.
5) Memberikan kesempatan saling berinteraksi antar peserta belajar selama proses
pembelajaran. Seperti, memberi kesempatan bertanya kepada peserta belajar dengan
membuat pacingan-pancingan agar peserta belajar terdorong untuk bertanya dan
mengeluarkan pendapatnya.
6) Memberikan pertanyaan atau stimulus kepada peserta belajar dan memberikan
penghargaan kepada peserta belajar yang bisa menjawab pertanyaan. Penghargaan
yang paling kuat yaitu memberi pujian, dengan pujian peserta belajar akan merasa
senang dan menumbuhkan rasa percaya diri peserta belajar, kemudian muncul
keinginan untuk melakukan yang lebih baik lagi.
7) Menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan memberi kesempatan
bereksplorasi untuk mendorong peserta belajar agar aktif bukan hanya sekedar
menjadi pengamat pasif.
8) Pendidik menggunakan berbagai metode seperti metode diskusi, stick walking atau
talking stick, dan lain sebagainya.
9) Mengenalkan dan mengajarkan anak untuk bersikap asertif. Sikap asertif merupakan
sikap berani untuk mengungkapkan dan mempertahankan hak atau kepentingannya,
tanpa merugikan atau menyakiti orang lain.

3. Luthfiyahtunnisa 2111050055
Soal:

16
Bagaimana cara kita mengetahui dan mengatasi siswa yang mengalami kesulitan belajar
matematika atau diskalkulia?
Jawaban:
Karakteristik anak mengalami kesulitan belajar matematika meliputi,
1) kesulitan memahami konsep hubungan spasial (keruangan)
2) kesulitan dalam memahami konsep arah dan waktu
3) kesulitan dalam menulis dan menggambar, serta memahami berbagai objek terkait
himpunan objek
4) Kesulitan belajar kemampuan menghitung dan kemampuan membandingkan
5) Kesulitan mengenal dan memahami symbol
6) Kesulitan dalam bahasa dan ujaran
7) Belum menguasai keterampilan prasyarat belajar matematika.

Cara mengatasi kesulitan belajar matematika dapat menggunakan empat pendekatan


yaitu,
1) guru harus mengetahui taraf perkembangan siswanya
2) menggunakan pendekatan pembelajaran langsung yang terstruktur dan sistematis
3) siswa harus didorong untuk bertanya kepada diri sendiri sebagai strategi dalam
pemecahan masalah
4) guru memberikan bimbingan dan latihan kepada anak berkesulitan belajar
matematika.

Sesi 2

1. Imanisa Auliana 2111050043

Soal:

Bagaimana cara mengatasi siswa yang malas belajar?

Jawaban:

a) Bangun komunikasi dengan anak. Beri anak kesempatan untuk bercerita tentang apa
yang ia rasakan terhadap proses belajar, apa kendala yang ia hadapi, serta apa yang ia
inginkan untuk membantunya belajar.

17
b) Ajak anak untuk menentukan tujuan belajarnya. Sebagai contoh, jika anak ingin
menjadi arsitek, ceritakanlah tentang keterkaitan antara tugas-tugas arsitek dengan
pelajaran matematika, atau mungkin pelajaran sosial dan sejarah.
c) Kenali gaya belajar anak. Setiap anak memiliki gaya belajar yang berbeda-beda.
Sebagian anak suka belajar dengan cara membaca, sebagian lainnya dengan
mendengarkan, sementara lainnya lebih suka melalui praktek.
d) Bimbing anak untuk menyusun sistem belajarnya sendiri. Ajak anak untuk memilih
perlengkapan belajar, mengatur ruang belajar, serta menetapkan jadwal belajar.
e) Buat suasana belajar menyenangkan. Proses belajar anak dapat berlangsung di mana
pun, tidak hanya di ruang belajar saja.
f) Hargai proses belajar dan hindari terlalu fokus pada prestasi. Orang tua perlu memberi
penghargaan saat anak menunjukkan ketertarikan dan kemajuan dalam proses belajar,
sekecil apa pun. Penghargaan terhadap proses belajar, bukan pada hasil, dapat
membangun iklim belajar menyenangkan bagi anak.

2. Khusna 2111050049

Soal :

Apa saja penyebab kejenuhan dalam belajar? Dan apa solusinya

Jawaban :

Penyebab kejenuhan :

1. Tidak Fokus pada Tujuan\

2. Lingkungan Tidak Memberikan Dukungan

3. Strategi Belajar yang Asal-asalan

4. Tidak Punya Waktu Istirahat

5. Ingin Hasil yang Instant

Solusi nya :

1. Luangkan waktu untuk hal-hal yang kamu sukai

18
Melakukan hobi yang kamu sukai, merupakan salah 1 cara agar kamu tidak bosan belajar di
rumah. Kamu harus bisa meluangkan waktu untuk dirimu sendiri dengan melakukan hal-hal /
hobi yang kamu sukai. Misalnya seperti membaca novel, nonton film di Netflix, atau
memasak dengan mencoba resep masakan baru yang bisa membuat pikiranmu menjadi lebih
rileks. Kamu pun bisa mencoba kegiatan lain yang mungkin bisa menjadi hobi baru kamu.

2. Buat kelompok belajar kecil

Kamu bisa mengatasi rasa bosanmu dengan membuat kelompok belajar kecil bersama teman-
temanmu. Meskipun berkomunikasi melalui daring dan bisa saling membantu, kelompok
belajar ini juga bisa membangkitkan mood serta motivasi belajar kamu, lho! Kamu juga bisa
menjaga kesehatan mentalmu dengan berinteraksi / bersosialissasi bersama teman-teman
kamu.

3. Pilih tempat belajar yang nyaman

Kamu bisa mencari tempat nyaman dan mengganti suasana belajar kamu di rumah untuk bisa
mengatasi rasa bosan kamu selama belajar daring / online. Kamu bisa memanfaatkan area
teras dan balkon rumah kamu untuk belajar. Kalau kamu lebih nyaman belajar di dalam
kamarmu, kamu bisa mendekor meja belajarmu agar kamu bisa lebih bersemangat untuk
belajar.

4. Gunakan metode belajar yang sesuai

Kamu bisa menggunakan metode belajar seperti melihat rekaman video, membaca buku, dan
juga mendengarkan rekaman suara / voice note. Beberapa mahasiswa IBI Kesatuan lebih
senang belajar dengan mencatat Kembali, melibatkan visual baik dengan gambar, Gerakan,
ataupun suara. Metode ini dapat membuat kamu lebih mudah memahami materi dan juga
terhindar dari rasa bosan.

5. Berdoa dan ucapkan terimakasih pada diri sendiri

Dibalik kesibukan kita untuk belajar daring / online pada masa pandemi, jangan lupa
mengucap syukur pada Sang Pencipta atas nikmat yang kita terima. Jangan lupa juga ucapkan
terimakasih pada diri kamu sendiri. Berilah reward yang setimpal untuk dirimu atas kuatnya
fisik, hati, dan pikiranmu selama pandemi yang belum kunjung usai.

3. Fajar Okta Pamungkas 2111050035

19
Soal:

Jika kesulitan belajar itu timbul karena materi pelajaran/ bersifat abstrak sehingga sulit
dipahami siswa, upaya yang dilakukan guru atau anda adalah?

Jawaban:

Beberapa tips yang dapat diterapkan oleh guru, yaitu :

1. Menguatkan niat, kemauan, dan keteguhan hati

2. Belajar di tempat yang nyaman

3. Belajar sambal diiringi music

4. Olahraga dan senam otak sebelum belajar

5. Membuat jadwal belajar

6. Menggunakan metode belajar yang tepat

20

Anda mungkin juga menyukai