Disusun Oleh :
21108244058
3B/PGSD
2022
i
Kata Pengantar
Puji syukur senantiasa saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan laporan studi kasus mata kuliah Bimbingan
dan Konseling ini dengan tepat waktu.
Adapun tujuan dari penulisan laporan ini adalah untuk memenuhi penugasan yang
diberikan oleh Ibu Haryani, S.Pd, M.Pd.. pada mata kuliah Bimbingan dan Konseling di
Universitas Negeri Yogyakarta. Selain itu, laporan studi kasus ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan bagi pembaca dan penulis terkait Bimbingan dan Konseling.
Saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Haryani, S.Pd, M.Pd., selaku dosen mata
kuliah Bimbingan dan Konseling yang telah memberikan penugasan ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni. Saya menyadari bahwa
laporan studi kasus yang saya tulis masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, saya
mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempuraan laporan tugas ini.
Penulis
ii
Daftar Isi
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
Dalam hal ini, kegiatan penelitian yang dapat dilakukan yaitu dengan studi kasus.
Studi kasus sendiri dapat diartikan sebagai contoh kejadian sesuatu, kondisi aktual dari
keadaan tertentu, dan bisa juga dimaknai sebagai lingkungan atau kondisi tertentu tentang
orang ataupun sesuatu. Sehingga dapat disimpulkan bahwa studi kasus merupakan bagian
dari kajian yang mendalam terhadap sesuatu yang berbeda dalam suatu kelompok,
lembaga, ataupun individu tertentu. Selain itu, beberapa karakteristik pada studi kasus,
seperti mengidentifikasi kasus untuk dibuat studi lanjut, kasus yang diangkat merupakan
suatu hal yang terikat oleh tempat dan waktu,
Pada laporan ini, studi kasus yang diangkat yaitu mengenai permasalahan belajar
pada anak sekolah dasar. Dimana peran kita sebagai calon pendidik harus mulai memahami
bagaimana cara mengatasi masalah pada peserta didik nanti. Dalam studi kasus ini,
dilakukan wawancara pada anak sekolah dasar yang mengalami kesulitan belajar sehingga
mempengaruhi hasil belajar anak tersebut.
Kesulitan belajar yang dialami siswa banyak sekali ragamnya, biasanya diakibatkan
oleh empat faktor utama, yaitu dari diri sendiri, dari lingkungan sekolahnya, dari
lingkungan keluarganya, dan dari lingkungan masyarakatnya. Oleh karena itu, kita perlu
melakukan studi kasus mengapa seorang anak mengalami kesulitan belajar tersebut karena
biasanya dalam proses pembeajaran akan ditandai dengan adanya hambatan dalam
memperoleh hasil belajar yang diharapkan.
B. Tujuan
2
7. Untuk membantu klien dalam mencapai penyesuaian yang lebih baik.
8. Untuk menentukan solusi dari permasalahan yang dihadapi oleh klien sehingga tercipta
keselarasan dan kebahagiaan bagi klien.
C. Manfaat
Dalam studi kasus ini pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
observasi dan wawancara dengan klien, serta wawancara dengan orang tua dari klien.
E. Sasaran
3
F. Pelaksanaan Wawancara
Hari : Selasa
Tanggal : 29 November 2022
Tempat Wawancara : Rumah yang diobservasi (Sanggrahan Uh 1, No.506 RT:2/RW:01,
Semaki, Umbulharjo, Yogyakarta
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Data Identitas
Nama anak : Ahmad Ali Fauzan
Kelas : IV (Empat)
Umur : 10 Tahun
Asal sekolah : SD Negeri Baciro
Pekerjaan orang tua : Wiraswasta
Ciri fisik : Tubuh gemuk, tinggi, kulit putih.
5
permasalahan di mata pelajaran tertentu, selebihnya pada mata pelajaran yang lain
sudah cukup baik seperti teman-temannya. Tidak terlalu rumit hanya perlu
meningkaatkan proses pendampingan pada mata pelajaran yang dirasa susah oleh
klien tersebut.
- Latar belakang sosial behavior : Dari segi sosial klien tidak mengalami masalah,
dia mudah membaur dan bermain dengan teman sebayanya seperti sewajarnya.
Namun, pada saat mata pelajaran matematika saja merasa kurang percaya diri.
- Latar belakang minat : Dari segi minat, klien tersebut memang kurang minat di
bidang menghitung.
- Tes data : Tes data yang dilakukan pada klien di sekolah dengan cara memberikan
soal matematika hitung menghitung kepada klien, dan beragam arahan yang dapat
dilakukan oleh klien sendiri.
Tahap Awal
Membangun suatu hubungan konseling yang melibatkan orang terdekat
dari klien ( orang tua dan teman sebayanya).
Mendifinisikan masalah yang ada.
Membuat suatu penaksiran atau penjajagan.
Tahap Inti
Menjelajahi dan mengeksplorasi problematika yang dialami klien
secara lebih terperinci.
Menjaga hubungan konseling dengan klien agar tetap terpelihara.
Tahap Akhir ( Tindakan )
Konselor bersama klien membuat suatu kesimpulan mengenai hasil
proses konseling.
Membuat dan menyusun rencana tindakan yang akan dilakukan
konselor terhadap konseling berdasarkan hasil kesepakatan yang telah
terbentuk pada proses konseling sebelumnya.
Mengevaluasi jalannya proses dan hasil konseling.
6
Membuat perjanjian untuk pertemuan sebelumnya.
No Pelaksanaan Keterangan
1. Perencanaan Dengan cara mengenali gejala yang terjadi pada anak yaitu :
a. Nilai raport matematika klien sedikit lebih rendah
dibandingkan dengan mata pelajaran yang lain.
b. Klien sedikit lambat dalam hal menangkap materi
matematika seperti berhitung.
c. Pada saat berkelompok mata pelajaran matematika,
klien menjadi lebih pasif dibandingkan dengan saat
berkelompok mata pelajaran yang lain.
d. Klien terkadang merasa minder/kurang percaya diri jika
ditanya sebuah pertanyaan yang berhubungan dengan
matematika
2. Deskripsi Kasus Data identitas anak :
Nama anak : Ahmad Ali Fauzan
Kelas : IV (Empat)
Umur : 10 Tahun
Asal sekolah : SD Negeri Baciro
Pekerjaan orang tua : Wiraswasta
Ciri fisik : Tubuh gemuk, tinggi, kulit putih.
Ali merupakan siswa kelas 4 yang berasal dari SD Negeri
Baciro, Prambanan, Klaten. Saat ini sedang berusia 10 tahun
dengan ciri fisik tubuh gemuk, tinggi, kulit putih. Ali berasal
dari keluarga yang harmonis dan termasuk siswa yang disiplin.
7
Ali mempunyai permasalahan yaitu kesulitan dalam belajar
matematika. Sedikit lambat dalam hal menangkap materi
matematika. Terkadang juga merasa minder/kurang 7 percaya
diri jika ditanya sebuah pertanyaan yang berhubungan dengan
matematika. Hal ini berpengaruh pada raport yang menjadi
lebih kurang dibandingkan dengan mata pelajaran yang lain.
3. Jenis Masalah Masalah yang sedang dialami oleh anak tersebut termasuk jenis
masalah belajar, karena anak tersebut merasa kesulitan pada
mata pelajaran tertentu yaitu matematika dan sedikit agak
lambat dalam menangkap materi berhitung, namun pada
dasarnya permasalahan yang dialami oleh anak tersebut masih
dalam tahap yang wajar tidak sampai tahap yang serius.
4. Penjabaran Masalah Jenis masalah yang dialami oleh anak :
a. Masalah Belajar Pada permasalahan ini, klien
mengalami masalah belajar yaitu kesulitan dalam
menangkap materi yang berhubungan dengan
matematika. Jika diberikan pelajaran mengenai hitung
menghitung anak merasa kesulitan dan sedikit lambat
dalam memahaminya.
b. Masalah Pribadi Pada diri sendiri klien memang pada
dasarnya kurang menyukai pelajaran matematika. Klien
merasa matematika bukan mata pelajaran yang ia kuasai
dengan mudah.
5. Perkiraan kemungkinan a. Masalah Belajar
sumber penyebab - Kurangnya penguasaan materi pada mata
masalah. pelajaran matematika.
- Merasa kesulitan jika diberikan pelajaran
mengenai hitung menghitung.
b. Masalah Pribadi
Dikarenakan klien sedikit lama dalam berhitung, dan
juga dalam berkelompok pasif saat mata pelajaran
8
matematika, sehingga menyebabkan klien merasa
minder dan tingkat kepercayaan dirinya berkurang.
Padahal pada mata pelajaran yang lain siswa dikatakan
termasuk siswa yang mudah memahami materi yang
diajarkan.
6. Jenis informasi yang Informasi dikumpulkan berdasarkan hasil wawancara kepada
dikumpulkan, sumber klien (Ali), guru dan orangtua. Informasi yang dikumpulkan
informasi yang perlu berkaitan dengan masalah belajar dan masalah pribadi anak
dikumpulkan, dan tersebut.
Teknik atau alat yang
digunakan dalam
mengumpulkan
informasi.
7. Pengumpulan data Daftar Pertanyaan pada Ahmad Ali Fauzan:
(wawancara) 1. Nama kamu siapa?
Jawaban : Nama saya Ahmad Ali Fauzan biasa
dipanggil Ali.
2. Ali sekolah dimana dan kelas berapa? Jawaban : Andre
menjawab bahwa dia bersekolah di SD Negeri Baciro
dan sekarang duduk dibangku kelas 4 SD.
3. Apakah Ali punya teman disekolah maupun dirumah?
Jawaban : Ali menjawab bahwa dia mempunyai teman
baik disekolah maupun dirumah.
4. Apakah Ali sering bermain dan dimana bermainnya?
Jawaban : Ali menjawab bahwa dia jika sore sering
bermain dengan teman-temannya disekitar rumah.
5. Apakah Ali tiap hari belajar?
Jawaban : Ali menjawab bahwa dia setiap hari selalu
meluangkan waktunya untuk belajar meskipun tidak
lama, terutama pada malam hari.
6. Apakah Ali mengikuti les?
9
Jawaban : Ali menjawab bahwa dia les setiap hari rabu
dan sabtu didekat rumahnya.
7. Apa saja pelajaran yang kamu sukai?
Jawaban : Ali menjawab bahwa dia menyukai pelajaran
olahraga.
8. Apa saja pelajaran yang tidak disukai?
Jawaban : Ali menjawab bahwa dia tidak menyukai
pelajaran matematika dan merasakan kesulitan dalam
memahami mata pelajaran tersebut.
9. Apakah Ali tetap mencoba belajar mata pelajaran yang
tidak disukai tersebut?
Jawaban : Ali menjawab bahwa dia tetap berusaha
untuk mempelajari dan memahami mata pelajaran
matematika.
10. Disekolah guru mengajarkannya bagaimana kalau
materi matematika?
Jawaban : Ali menjawab bahwa disekolah gurunya
mengajarkan pelajaran matematika dengan wajarnya
seperti mata pelajaran yang lainnya.
10
Jawaban : Bentuk upaya sebagai orang tua dengan
memberi motivasi dan semangat pada anak, membantu
dalam belajar matematika dan mengupayakan jam
tambahan pada anak seperti mendaftarkan anak les
matematika agar anak diharapkan dapat lebih
memahami matematika.
4. Reaksi orang tua ketika tau Ali ketika mengetahui
anaknya merasa minder karena berhitungnya yang tidak
bisa cepat?
Jawaban : Memberi tahu Ali untuk tidak perlu merasa
minder, setiap anak punya kelebihan dan kekurangan
masing-masing yang penting tetap harus berusaha
menjadi yang terbaik dan tidak menyerah.
5. Untuk nilai dalam pelajaran sendiri Ali bagaimana?
Jawaban : Untuk saat ini nilai raport alhamdulillah
keseluruhan bagus, namun hanya matematika yang
sedikit kurang dari mata pelajaran yang lain.
11
4. Apakah kalau dirumah terkadang Ali belajar bareng
denganmu?
Jawaban : Iya, terkadang saat terdapat tugas kami
mengerjakan tugasnya secara berbarengan.
8. Penggunaan dan Menurut hasil wawancara dari klien, teman-temannya
pengolahan data menyukai beberapa sikapnya yang rajin, baik, dan disiplin.
Akan tetapi, pada mata pelajaran matematika dia cenderung
lebih pasif dari pada teman-temannya. Orang tua sudah
berusaha dengan menambah jam belajar anak yaitu dengan
penyediaan les bagi klien.
9. Sintesa dan interpretasi Pada laporan ini case conference tidak bisa dilakukan karena
data saya (orang yang melakukan studi kasus) belum mampu dan
belum mempunyai tim petugas khusus yang mempelajari setiap
kasus dari individu yang bermasalah tersebut. Akan tetapi,
sebagai orang yang melakukan studi kasus maka dapat diambil
kesimpulan bahwasannya klien (Ali) mengalami masalah
kesulitan pembelajaran tingkat rendah yaitu kurang paham
mengenai materi pelajaran matematika, kemampuan
berhitungnya bisa dikatakan sedikit dibawah dari temannya
yang kelas 4, sehingga hal itu sering membuatnya merasa
minder dan kurang percaya diri.
10. Perencanaan Pelaksanaan pertolongan berdasarkan hasil pengumpulan data
pelaksanaan :
pertolongan (tretamen) Dapat dilakukan dengan melalui teknik konseling individu
dimana disini pendekatan dengan teknik langsung, dan yang
paling berperan yaitu adalah seorang konselor.
Hal tersebut dapat dilakukan dengan langkah – langkah sebagai
berikut :
Tahap Awal
1. Membangun suatu hubungan konseling yang
melibatkan orang terdekat dari klien. Dapat
12
terpenuhnya asas-asas bimbingan dan konseling yaitu
terutama asas kerahasiaan, kesukarelaan, keterbukaan,
dan kegiatan.
2. Mendifinisikan masalah yang ada. Seorang konselor
harus memperjelas kepada anak mengenai masalah
sosial dan masalah pribadi anak tersebut.
3. Membuat suatu penaksiran atau penjajagan. Pada tahap
ini, konselor menjajagi dan menaksir kemungkinan
masalah yang dihadapi dengan memotivasi klien
supaya lebih giat belajar matematika saat dirumah
maupun disekolah bisa dari buku, tambahan les yang
disediakan orang tua maupun melalui youtube. Dan
menanamkan keberanian pada anak untuk tetap percaya
diri dan meyakinkan kalau klien pasti bisa memahami
mata pelajaran matematika dengan baik.
4. Menegoisasikan kontrak Membangun perjanjian antara
konselor dengan anak yang dikonseling berisi kontrak
waktu, kontrak tugas, dan kontrak kerjasama. Kontrak
waktu yaitu berapa lama waktu pertemuan antara
konselor dengan anak. Kontrak tugas yaitu berbagi
tugas antara konselor dengan anak tersebut sehingga
dalam proses konseling dapat berjalan dengan lancar.
Kontrak kerjasama yaitu terbentuknya kerjasama antara
konselor dengan anak yang mencakup peran dan
tanggung jawab bersama dalam hal kegiatan konseling.
Tahap Inti
1. Menjelajahi dan mengeksplorasi problematika yang
dialami klien secara lebih terperinci. Pada tahap ini,
konselor meminta kepada klien untuk menceritakan dan
menjelaskan apa yang sedang ia alami dan rasakan
dengan rinci.
13
2. Konselor melakukan reassessment (penilaian kembali).
Konselor bersama klien meninjau ulang masalah yang
sedang dihadapi kliennya yaitu dengan mencari
penyebab klien kesulitan dalam belajar matematika. 3.
Menjaga hubungan konseling dengan klien agar tetap
terpelihara. Antara konselor dengan klien harus terjalin
hubungan saling percaya dan menjaga rahasia.
Tahap Akhir (Tahap Tindakan)
1. Konselor bersama klien membuat suatu kesimpulan
mengenai hasil proses konseling. Keimpulannya yaitu
bahwa klien mengalami masalah kesulitan dalam
belajar matematika hitung menghitung. Kemampuan
menghitung perkalian dibawah seratus belum bisa cepat
seperti temannya.
2. Membuat dan menyusun rencana tindakan yang akan
dilakukan konselor terhadap konseling berdasarkan
hasil kesepakatan yang telah terbentuk pada proses
konseling sebelumnya.
Tindakannya yaitu :
1. Mencoba memberikan bimbingan dengan
menyesuikan gaya belajar klien dan juga mencoba
memberikan cara untuk belajar matematika dengan
menyenangkan dan tips dapat menghitung perkalian
atau pembagian dibawah seratus dengan cepat.
2. Memberikan suatu motivasi untuk tetap menyukai
semua mata pelajaran yang dipelajari, walaupun
merasa kesulitan tetapi harus tetap mencoba untuk
menyukainya karena apabila sudah tertanam dalam
pikiran bahwa mata pelajaran tersebut tidak disukai
klien maka tentunya juga akan berpengaruh pada
kemudahan dalam memahaminya.
14
3. Pada orangtua, konselor memberitahukan untuk
lebih mengawasi anaknya dalam belajar, membantu
anak dan mendampingi anak dalam belajarnya.
11. Evaluasi dan tindak Tindak lanjut dari usaha bantuan yang telah dilaksanakan
lanjut adalah langkah - langkahnya sebagai berikut :
1. Dengan melakukan pegamatan secara berkala terhadap
klien, dengan menanyakan bagaimana hasilnya dari
penerapan konseling yang sudah dilakukan pada klien
tersebut.
2. Dengan bentuk wawancara baik dengan anak, teman
anak tesebut , guru yang mengajar, guru les, dan orang
tua diharapkan supaya anak tersebut tetap ada yang
memperhatikan dan mengarahkannya.
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan yang telah dipaparkan diatas dari pelaksanaan studi kasus yang
dilakukan baik pada tahap pelaksanaan perencanaan, deskripsi kasus, menentukan jenis
masalah, mengembangkan ide atau konsep menjadi lebih terperinci, penjabaran dari
masalah, memperkirakan kemungkinan sumber penyebab dari masalah, mengetahui jenis
informasi yang perlu dikumpulkan, menentukan teknik dan alat yang digunakan untuk
mengumpulkan informasi atau data, penggunaan dan pengolahan data, sintesa dan
interpretasi data, membuat perencanaan pelaksanaan pertolongan, dan evaluasi serta tindak
lanjut dapat disimpulkan bahwa klien tersebut permasalahan dalam belajar, kesulitan
dalam belajar yang dimaksud adalah klien merasa kesulitan dalam menangkap materi
matematika terutama dalam hal berhitung. Permasalahan yang dialaminya tersebut
merupakan permasalahan bidang belajar dan dari segi pribadi klien. Pada permasalahan
tersebut tentunya sudah ditangani dan diberikan suatu tindakan lebih lanjut. Saat ini masih
dalam pemantauan dan upaya mengatasi permasalahannya.
B. Saran
Menurut penulis, yang utama dalam mengatasi permasalahan ini yaitu klien harus
menghilangkan rasa tidak sukanya pada matematika karena hal itu justru akan membuat
anak berpikir secara terus menerus bahwa matematika itu menyulitkan. Akan tetapi, jika
anak berpikiran matematika itu mudah tentu akan memberi efek yang bagus untuk dirinya
supaya tetap bersemangat dalam upaya memahami materi yang diajarkan. Setelah dalam
dirinya sendiri, selanjutnya diperlukan peran dari guru, guru les, dan orang tua dalam
mengatasi permasalahan tersebut. Guru sekolah dan les harus membuat suatu inovasi
supaya anak bisa menjadi menyukai mata pelajaran matematika. Agar anak merasa
kecanduan dalam belajar matematika dan tentunya dengan memberikannya secara
perlahan-lahan agar anak tidak merasa pusing. Peran orang tua disini harus ikut membantu,
16
memotivasi dan mendukung putranya dalam belajar, terutama saat belajar dirumah. Karena
disini orang tua memiliki peran sebagai guru anak pada saat dirumah. Orang tua harus
mengontrol dan mengawasi perkembangan pada anaknya tersebut.
17
Daftar Pusataka
Akbar, G. (2013). Mental Imagery Lingkungan Sosial yang Baru pada Korban
Bullying.eJournal Psikologi, 1 (1), 23-27
Creswell, John W, 2014, Penelitian Kualitatif & Desain Riset, Yogyakarta, Pustaka Pelajar
Mulyadi. 2016. Bimbingan Konseling di Sekolah & Madrasah. Jakarta: Prenada Media
Group
Prayitno. 2013. Dasar - Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rinika Cipta
Siswati dan Widayanti, C.G. ((2009)) Fenomena Bullying Di Sekolah Dasar Negeri Di
Soedjatmiko, dkk. (2013). Gambaran Bullying dan Hubungannya dengan Masalah Emosi
dan Perilaku Pada Anak Sekolah Dasar. Jurnal Sari Pediatri, Volume 15, No. 3.
Hidayat, T., & Purwokerto, U. M. (2019). Pembahasan studi kasus sebagai bagian
metodologi penelitian. Jurnal Study Kasus, 1-13.
Evi, T. (2020). Manfaat bimbingan dan konseling bagi siswa SD. Jurnal Pendidikan dan
Konseling, 2(1), 72-75.
18
Lampiran
19
20