Anda di halaman 1dari 11

EDU-MAT: Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2338-2759 (print)

https://ppjp.ulm.ac.id/journal/index.php/edumat ISSN: 2597-9051 (online)

ANALISIS KESULITAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL BERTIPE HOTS


DITINJAU DARI PERBEDAAN GENDER

Liya Puji Suciani1, Muhamad Ali Misri2, Arif Abdul Haqq3


1
Tadris Matematika IAIN Syekh Nurjati Cirebon,
2
Tadris Matematika IAIN Syekh Nurjati Cirebon
3
Tadris Matematika IAIN Syekh Nurjati Cirebon
E-mail: liyapujisuciani@mail.syekhnurjati.ac.id, alimisri@syekhnurjati.ac.id, mr.haqq@gmail.com

DOI: …………

Abstrak: Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk (1) mengetahui kesulitan siswa
dalam menyelesaikan soal bertipe HOTS ditinjau dari perbedaan gender, (2)
mengetahui faktor penyebab siswa kesulitan dalam menyelesaikan soal bertipe
HOTS ditinjau dari perbedaan gender. Metode penelitian yang digunakan adalah
deskriptif kualitatif. Penelitian ini dilaksanakan di SMAN 1 Astanajapura dengan
subjek penelitian yaitu 9 siswa kelas XI MIPA 1. Instrumen yang digunakan yaitu soal
tes dan pedoman wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesulitan yang
dialami siswa dalam mengerjakan soal bertipe HOTS ditinjau dari perbedaan gender
adalah siswa perempuan mengalami kesulitan dalam menentukan metode yang
tepat dalam menyelesaikan soal dan menentukan hasil akhir sedangkan siswa laki-
laki mengalami kesulitan dalam memahami soal sehingga sulit untuk merumuskan
masalah, menentukan metode yang tepat dalam menyelesaikan soal, dan
menentukan hasil akhir. Faktor penyebab yang membuat siswa kesulitan dalam
menyelesaikan soal bertipe HOTS adalah faktor intern atau diri siswa itu sendiri.
Siswa perempuan kurang teliti dalam membaca soal maupun menjawab soal, kurang
percaya diri dengan jawabannya sendiri, terbiasa dengan soal bentuk perhitungan
langsung, motivasi belajar kurang, dan dalam hal suka atau tidaknya pelajaran
matematika tergantung dari besar atau tidaknya nilai yang diperoleh siswa dan
materi yang dibawakan guru. Sementara itu, siswa laki-laki kurang terbiasa
mengerjakan soal dengan langkah terperinci dan urut, sangat bergantung pada
rumus, siswa menyukai soal bentuk perhitungan langsung, siswa kurang teliti dalam
membaca soal maupun menjawab soal, kurang percaya diri sehingga ragu dalam
menjawab soal, motivasi belajar siswa rendah, pelajaran matematika hanya paham
pada hari dimana pelajaran tersebut diajarkan dan tidak mengulas kembali pelajaran
tersebut di rumah, siswa laki-laki tidak begitu menyukai pelajaran matematika.

Kata kunci: hots; gender; kesulitan siswa; faktor penyebab

Abstract: This study aims to (1) know the difficulty of students in solving hots types
questions reviewed from gender differences, (2) know the factors that cause
students difficulty in solving hots type questions reviewed from gender differences.
The research method used descriptive qualitative. This research was conducted at
Senior High School 1 Astanajapura. The subject of the study was 9 students of
grade XI MIPA 1. The instruments used are test questions and interview guidelines.
The results showed that the difficulties experienced by students in working on hots
type questions reviewed from gender differences is that female students have

1
difficulty in determining the appropriate method in solving the problem and
determining the final result while male students have difficulty in understanding the
question so it is difficult to formulate the problem, determine the appropriate methods
to solve the problems, and determine the final result. Factors that make the students
difficulty in solving HOTS type problems are the internal factors or the student
themselves. Female students are less thorough in reading questions or answering
questions, lack confidence with their own answers, familiar with the form of direct
calculations, less motivation to learn, and in terms of whether or not math lessons
depend on the size or whether the value obtained by students and the material
presented by the teacher. Meanwhile, male students are less accustomed to working
on questions with detailed steps and sequences, relying heavily on formulas,
students like the problem form of direct calculation, students are less careful in
reading questions and answering questions, lack of confidence so they hesitate in
answering questions, student learning motivation is low, math lessons only
understand the day on which the lesson is taught and do not review the lesson at
home , male students don't really like math lessons.

Keywords: hots; gender; student difficulties; causal factors

PENDAHULUAN salah satu kemampuan yang harus dimiliki


Higher Order Thinking Skill diartikan oleh tiap siswa agar dapat memecahkan
sebagai keterampilan berpikir tingkat tinggi. suatu permasalahan yang bersifat
Suatu proses berpikir siswa dalam level matematis.
kognitif yang lebih tinggi dari beragam Dalam menumbuhkan dan
konsep dan metode kognitif yang mengembangkan potensi siswa, matematika
dikembangkan serta taksonomi tidak hanya hal yang berhubungan dengan
pembelajaran diantaranya metode problem berhitung saja, akan tetapi salah satu
solving, taksonomi bloom, dan taksonomi fondasi dari pelajaran matematika adalah
pembelajaran, pengajaran dan penilaian penalaran. Penalaran tidak hanya diperlukan
(Saputra, 2016, hal. 91). Namun, menurut siswa dalam belajar matematika saja
Brookhart, kemampuan berpikir tingkat tinggi maupun pelajaran lainnya tetapi sangat
terdiri dari kemampuan logika/penalaran diperlukan setiap manusia saat
(logic and reasoning), analisis (analysis), memecahkan masalah maupun saat
evaluasi (evaluation), dan kreasi (creation), mengambil keputusan. Berdasarkan hasil
pemecahan masalah (problem solving), serta observasi kepada siswa kelas XI SMAN 1
pengambilan keputusan (judgement) (Hartini, Astanajapura, diketahui bahwa siswa
Misri, & Nursuprianah, 2017, hal 84). memiliki kekurangan dalam hal kemampuan
Sementara itu menurut Dinni (2018, hal. 170) penalaran. Di mana siswa masih banyak
kemampuan berpikir tingkat tinggi adalah membutuhkan arahan secara langsung
kemampuan yang dimiliki seseorang dalam menyelesaikan suatu permasalahan
sehingga dapat menghubungkan, yang berkaitan dengan soal-soal yang rumit,
memanipulasi, dan mengubah pengetahuan juga terlihat saat siswa mengerjakan soal
serta pengalaman yang dimiliki secara kritis matematika siswa terlihat kebingungan atau
dan kreatif dalam mengambil keputusan mengalami kesulitan dalam menentukan apa
untuk menyelesaikan masalah pada situasi yang diketahui dan ditanya sehingga dengan
yang baru. Oleh karena itu, HOTS adalah hal tersebut siswa tidak dapat
menyelesaikan atau memecahkan masalah soal yang diberikan berupa soal kasus yang
matematika yang telah diberikan dengan membutuhkan pemecahan masalah mereka
baik. tidak dapat menemukan solusi, bahkan salah
dalam memahami soal. Hal tersebut
Saat proses pembelajaran di kelas dikarenakan siswa terbiasa diberikan soal
terdapat banyak karakteristik siswa yang yang tekstual dan perhitungan langsung,
berbeda-beda itu menjadi salah satu tidak terbiasa dengan soal kasus. Sehingga
penyebabnya. Menurut Fathoni karakteristik dapat dikatakan rendahnya kemampuan
siswa yang dapat berpengaruh pada penalaran matematis pada siswa
kegiatan belajar yaitu latar belakang, gaya menyebabkan rendahnya kemampuan
belajar, taraf pengetahuan, proses berpikir, berpikir tingkat tinggi pada siswa.
kronologi, usia, keyakinan, kepribadian,
tingkat kematangan, lingkungan, social Faktor yang dapat menyebabkan
ekonomi, dan lain sebagainya (Ramalisa, kemampuan berpikir rendah yaitu karena
2013, hal. 42). Perbedaan gender juga kurang terlatihnya anak Indonesia dalam
berpengaruh terhadap kemampuan menyelesaikan tes atau soal-soal yang
penalaran siswa. Menurut Susento sifatnya menuntut analisis, evaluasi, dan
perbedaan gender tidak hanya berpengaruh kreativitas, sedangkan soal-soal dengan
pada perbedaan kemampuan matematika, karakteristik tersebut yaitu soal-soal untuk
namun cara memperoleh pengetahuan mengukur HOTS (Kurniati, Harimukti, &
matematika juga terkait dengan perbedaan Jamil, 2016, hal. 143). Seseorang dengan
gender (Salmina & Nisa, 2018, hal. 43). kemampuan berpikir tingkat tinggi dapat
Gender merupakan suatu sifat yang melekat menafsirkan, menganalisis, atau
pada laki-laki maupun perempuan yang memanipulasi informasi. Siswa yang
dikonstruksi secara sosial maupun kultural memiliki kemampuan berpikir tingkat tinggi,
(Afandi, 2019, hal. 2). Oleh karena itu, dalam dapat membedakan ide/gagasan secara
memperoleh pengetahuan khususnya jelas, berargumentasi, memecahkan
matematika akan ada perbedaan jika dilihat masalah, membuat hipotesis serta
dari siswa laki-laki dan perempuan. memahami hal-hal yang kompleks menjadi
lebih jelas (Widodo, 2013, hal. 107). Oleh
Triyadi menyatakan bahwa sebab itu, dapat disimpulkan bahwa berpikir
kemampuan matematis siswa perempuan tingkat tinggi menjadi hal penting yang harus
lebih unggul dari pada siswa laki-laki dimiliki siswa agar terlahir sebagai manusia
(Salmina & Nisa, 2018, hal. 43). Pendapat yang memiliki kualitas tinggi dalam ilmu
tersebut selaras dengan hasil penelitian pengetahuan dan dikemudian hari dapat
Arkham (2014, hal. 94) bahwa dibandingkan bersaing di kancah global.
siswa perempuan ternyata penalaran adaptif
pada laki-laki cenderung kurang, dalam hal Dalam sebuah instrument tes
ini karena siswa laki-laki kurang cermat dan diperlukan indikator yang sesuai dengan
teliti saat menyelesaikan soal sehingga hasil sesuatu yang akan diteliti/dikaji. Penelitian
yang didapat cenderung kurang maksimal. yang akan dilakukan mengenai HOT, maka
indikator tersebut diambil dari karakteristik
Fakta lain yang ditemukan yaitu HOT menurut Conklin (2012, hal. 14), yaitu
siswa sulit memahami dan menjawab soal karakteristik keterampilan berpikir tingkat
yang tidak biasa mereka kerjakan meskipun tinggi terdiri dari berpikir kritis dan berpikir
bab tersebut sudah mereka pelajari. Ketika
kreatif. Dasar dari kemampuan manusia strategi, dan 4) menyimpulkan. Alasan
dalam melihat sebuah permasalahan yang penulis memilih 4 indikator adalah ingin
dihadapi secara kritis dan mencoba untuk mengetahui bagaimana cara siswa dalam
menyelesaikan atau mencari jawaban secara menjawab soal atau menuliskan jawaban,
kreatif sehingga diperoleh hal baru yang sesuai dan memenuhi indikator tidak dalam
lebih baik dan bermanfaat bagi mengontruksikan jawaban.
kehidupannya disebut berpikir kritis dan
kreatif. Sementara itu, indikator
kemampuan berpikir kreatif yang digunakan
Menurut Facione (2011, hal. 5) dalam penelitian ini adalah indikator
terdapat 6 kemampuan berpikir kritis yang kemampuan berpikir kreatif menurut
ada dalam proses pembelajaran melalui Sumarmo yakni kelancaran (fluency),
kemampuan interpretasi, analisis, evaluasi, keluwesan (flexibility), keaslian (originality),
inference, explanation, dan self-regulation. dan elaborasi (elaboration) (Nurjaman &
Penulis memilih empat dari enam indikator Sari, 2017, hal. 71). Penulis memilih
kemudian dijabarkan kembali pada tabel keempat indikator tersebut kemudian
berikut: dijabarkan kembali pada tabel berikut:

Tabel 1. Indikator Kemampuan Berpikir Kritis Tabel 2. Indikator Kemampuan Berpikir


Indikator
Kreatif
Indikator
Kemampuan Sub Skill
Kemampuan
Berpikir Kritis Subskil
Berpikir
Dapat merumuskan Kreatif
masalah dengan
Memberikan
menuliskan apa yang
Interpretasi Kelancaran gagasan/jawaban/penyelesaia
ditanyakan soal
(fluency) n masalah dengan satu sudut
dengan jelas dan
pandang/cara/jawaban.
tepat.
Memberikan
Dapat menuliskan
Keluwesan gagasan/jawaban/penyelesaia
hubungan konsep-
(flexibility) n masalah dengan dua sudut
Analisis konsep yang
pandang/cara/jawaban.
digunakan dalam
menyelesaikan soal. Memberikan jawaban dengan
Keaslian cara lama yang sudah
Dapat menuliskan
Evaluasi (originality) dimodifikasi atau cara yang
penyelesaian soal.
baru dikenal.
Dapat menarik
Elaborasi Memberikan jawaban yang
kesimpulan dari apa
Inference (elaboration) benar dan terperinci.
yang ditanyakan
secara logis.
Berdasarkan penelitian Arkham,
Pemilihan indikator tersebut Salmina & Nisa yang diperoleh, penulis
diadaptasikan dari sebuah penelitian yang tertarik melakukan sebuah penelitian dengan
dilakukan oleh Toheri, Winarso, dan Haqq judul “Analisis Kesulitan Siswa Dalam
(2020, hal. 878) bahwa critical thinking ada Menyelesaikan Soal Bertipe HOTS Ditinjau
empat indikator: 1) merumuskan masalah, 2) dari Perbedaan Gender”.
menganalisis argumen, 3) menentukan METODE
Metode penelitian yang digunakan kuat untuk mendukung pada tahap
adalah deskriptif kualitatif. Instrumen yang pengumpulan data berikutnya.
digunakan pada penelitian ini adalah
wawancara dan instrument tes. Pengambilan HASIL DAN PEMBAHASAN
sampel penelitian dilakukan dengan teknik Dari data hasil analisis (lembar
purposive sampling. Teknik pengambilan jawaban dan wawancara) terdapat 9 siswa
subjek berdasarkan pada 3 kategori siswa, yang ikut serta dalam penelitian. Peneliti
yaitu siswa berkategori HOTS tinggi, sedang, memberi inisial pada nama siswa untuk
dan rendah. Subjek penelitian yang terpilih menjaga privasi subjek dan memudahkan
yaitu sebanyak 9 siswa yang terdiri dari 4 dalam melakukan analisis data. Daftar inisial
laki-laki dan 5 perempuan dari siswa kelas XI subjek penelitian adalah sebagai berikut.
MIPA 1 di SMAN 1 Astanajapura tahun
2020/2021. Teknik pengumpulan data pada
penelitian ini adalah tes dan wawancara. Tes
dilakukan untuk memperoleh data mengenai
kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal Tabel 3. Daftar Inisial Subjek Penelitian
bertipe HOTS, sedangkan hasil wawancara Kategori
Subjek Inisial Gender
HOTS
diperoleh untuk mensinkronkan data dan
mengetahui faktor penyebab siswa kesulitan S1 FH P Tinggi
dalam menyelesaikan soal. Langkah-langkah S2 AH P Sedang
yang diambil peneliti untuk menganalisis S3 LA P Sedang
data adalah sebagai berikut: S4 RK P Rendah
S5 WA P Rendah
1. Langkah pertama, peneliti melakukan
S6 AAR L Sedang
reduksi data dengan cara menganalisis
S7 RPN L Sedang
tahap/langkah yang dilakukan siswa
S8 MMH L Rendah
kemudian dirangkum, memilih hal yang
pokok/penting dan data-data yang tidak S9 YS L Rendah
sesuai sebaiknya tidak disertakan. Dari 9 siswa tersebut jika dilihat dari
2. Langkah kedua, data hasil reduksi akan indikator critical thinking belum memenuhi.
diuraikan dalam teks yang bersifat Banyak siswa yang terbiasa dengan soal
naratif dengan tujuan menjelaskan perhitungan langsung, karena simpel dan
kesulitan yang dialami siswa dalam bisa langsung menuliskan jawabannya.
menyelesaikan soal bertipe HOT. Sehingga saat diberikan soal cerita siswa
Langkah kedua ini disebut dengan hanya terpaku pada jawaban bukan langkah
penyajian data. demi langkah yang dituliskan. Sementara itu
3. Langkah ketiga, peneliti melakukan pada indikator creative thinking, siswa hanya
verifikasi atau penarikan kesimpulan. memenuhi satu indikator saja yaitu dapat
Penarikan kesimpulan dilakukan memberikan jawaban dengan cara yang
apabila telah didapati bukti-bukti yang baru dikenal (originality).
ada setelah pengumpulan data. Namun
Berdasarkan deskripsi jawaban
Sugiyono (2017, hal. 345) menyatakan
siswa, bahwa pada keenam soal yang telah
bahwa kesimpulan awal akan berubah
diberikan, terdapat siswa yang tidak
jika bukti-bukti yang diperoleh tidak
mengerjakan beberapa soal, namun ada
juga siswa yang mengerjakan semua soal, faktornya: (1) siswa sangat bergantung pada
banyak siswa yang tidak terbiasa menuliskan rumus bukan konsepnya, ketika diberi soal
rumusan masalah, menghubungkan konsep matematika yang membutuhkan analisis
yang digunakan dalam menyelesaikan soal, dalam penyelesaiannya, siswa tidak dapat
menuliskan langkah demi langkah menjawab, (2) motivasi belajar siswa sangat
penyelesaian soal, menarik kesimpulan juga rendah, karena siswa mengakui bahwa
memberikan alasan pada kesimpulan yang dalam 1 minggu hanya 2 jam waktu yang
diberikan. Ada siswa yang tidak paham digunakan untuk belajar, (3) siswa terbiasa
dengan isi soal, pertanyaan atau maksud belajar dalam SKS (Sistem Kebut Semalam)
soal, karena itu ada yang keliru, kurang untuk menghadapi ulangan, (4) pelajaran
tepat, dan bahkan salah dalam menjawab. matematika hanya paham pada hari di mana
Namun dari deskripsi jawaban 9 siswa, pelajaran tersebut diajarkan dan tidak
bahwa siswa laki-laki sangat tidak dapat mengulas kembali pelajaran tersebut di
menjawab keenam soal tersebut, sedangkan rumah, (5) siswa mengaku tidak menyukai
siswi perempuan ada yang dapat menjawab pelajaran matematika, karena menurutnya
keenam soal meskipun jawaban yang terlalu banyak rumus dan tidak hafal semua.
diberikan yang belum tepat.
3. S3: Perempuan
Deskripsi kesulitan serta faktor- Kesulitan: (1) mengumpulkan informasi
faktor yang dialami siswa laki-laki dan kemudian menghitung total biaya pembuatan
perempuan adalah sebagai berikut. baju, (2) menentukan perbedaan keuntungan
suatu penjualan, (3) Menentukan
1. S1: Perempuan
metode/cara yang tepat pada soal. Faktor-
Kesulitan: (1) menentukan perbedaan faktornya: (1) Siswa mengatakan bahwa soal
keuntungan suatu penjualan, (2) HOTS terasa sulit untuk dikerjakan, karena
Menentukan metode yang tepat dalam di sekolah tidak diajarkan mengenai soal
penyelesaian soal. Faktor-faktornya: (1) HOTS, (2) Siswa terbiasa dengan soal
Siswa kurang teliti dan kurang percaya diri perhitungan langsung, karena soal cerita
dengan jawaban yang sudah dituliskan, (2) membutuhkan analisis sedangkan soal
Takut ditanya oleh guru, sedangkan siswa perhitungan langsung dapat langsung ia
tidak bisa menjawab, (3) Siswa takut dengan selesaikan, (3) siswa kurang teliti dalam
guru yang galak, (4) Dalam hal suka atau membaca dan menjawab soal, (4) siswa
tidaknya dengan pelajaran matematika, bergantung pada rumus, (5) dalam hal suka
tergantung dari besar atau tidaknya nilai atau tidaknya pada pelajaran matematika
yang diperoleh siswa dan materi yang tergantung dari materi matematika, (6)
dibawakan guru. Motivasi belajar siswa rendah, karena hanya
belajar 2 kali dalam seminggu, itu pun tidak
2. S6: Laki-laki
konsisten.
Kesulitan: (1) merumuskan masalah
4. S7: laki-laki
dengan menguraikan setiap informasi yang
terdapat pada soal, (2) menentukan metode Kesulitan: Siswa kurang paham dengan
yang tepat dalam menjawab soal, (3) soal yang diberikan, akhirnya hanya
Menentukan perbedaan biaya produksi dari mengerjakan tiga soal saja. Faktor-faktornya:
kedua tipe kue, (4) menentukan perbedaan (1) siswa kurang percaya diri sehingga ragu
keuntungan suatu penjualan. Faktor- dalam menjawab soal, (2) kurang telitinya
siswa dalam membaca dan menjawab soal, Kesulitan: Siswa kurang paham dengan
(3) siswa kurang menyukai pelajaran soal yang diberikan, sehingga hanya 2 soal
matematika, karena lebih menyukai yang dapat dikerjakan. Faktor-faktornya: (1)
pelajaran bahasa inggris. dalam membaca maupun menjawab soal
siswa kurang teliti, (2) siswa sangat
5. S2: Perempuan
bergantung pada rumus matematika, (3)
Kesulitan: (1) menentukan total biaya Siswa lebih menyukai soal bentuk
pada proses pembuatan baju, (2) perhitungan langsung.
menentukan perbedaan biaya dari kedua
Beberapa perbandingan kesulitan
tipe kue, (3) menentukan metode atau cara
siswa dalam menyelesaikan soal bertipe
dalam menjawab soal. Faktor-faktornya: (1)
HOTS adalah sebagai berikut:
siswa terbiasa dengan bentuk soal, (2)
Motivasi belajar siswa kurang, (3) Dalam hal 1. Laki-laki
suka atau tidaknya pelajaran matematika
tergantung pada guru yang menjelaskan Siswa laki-laki terdapat pada kategori
materi. siswa berkemampuan sedang dan rendah.
Namun, pada kedua kategori tersebut
6. S8: Laki-laki
terdapat kesulitan yang sama yaitu sebagai
Kesulitan: siswa kurang paham dengan berikut.
soal yang diberikan, sehingga hanya 2 soal
yang dapat dikerjakan. Faktor-faktornya: (1) Merumuskan masalah
siswa terbiasa dengan bentuk soal
Siswa laki-laki kesulitan dalam menguraikan
perhitungan langsung, (2) siswa bergantung
informasi yang terdapat pada soal, padahal
pada rumus matematika, sehingga jika diberi
langkah ini sangat penting dan berpengaruh
soal analisis, siswa tidak dapat
pada tahap selanjutnya. Kesulitan ini terjadi
menjawabnya, (3) kurang teliti dalam
karena siswa tidak mampu merubah kalimat
membaca soal dan menjawab soal, (4)
soal menjadi sebuah model matematika.
motivasi belajar siswa kurang, (5) dalam hal
Seperti siswa tidak menguraikan informasi
suka atau tidaknya pelajaran matematika
dan langkah-langkah penyelesaian soal.
tergantung pada paham atau tidaknya saat
Seluruh siswa laki-laki tidak menuliskan
pembelajaran berlangsung dan rumus yang
diketahui dan ditanyakan dari soal tersebut.
dijelaskan.
7. S4 & S5: Perempuan Menentukan metode yang tepat dalam
menyelesaikan soal
Kesulitan: Siswa kurang paham dengan
soal yang diberikan, sehingga hanya 2 soal Siswa laki-laki hanya dapat menyelesaikan 2
yang dapat dikerjakan. Faktor-faktornya: (1) soal dari keenam soal. Siswa laki-laki tidak
siswa kurang teliti dalam membaca maupun dapat menjawab keempat soal lainnya
menjawab soal, (2) siswa terbiasa dengan karena tidak paham dengan maksud soal.
bentuk soal perhitungan langsung, (3) Kesulitan ini terjadi karena siswa bingung
motivasi belajar siswa kurang, (4) dalam hal harus menggunakan metode atau cara yang
suka atau tidaknya pelajaran matematika tepat dalam menyelesaikan soal.
tergantung pada rumus yang dipahami.
Menentukan hasil akhir
8. S9: laki-laki
Kesulitan ini terjadi dikarenakan jawaban tidaknya pelajaran matematika tergantung
yang diperoleh tidak sesuai dengan yang dari besar atau tidaknya nilai yang diperoleh
diminta oleh soal. Ini disebabkan siswa tidak siswa dan materi yang dibawakan guru.
mengecek kembali lembar jawabannya.
Siswa laki-laki
2. Perempuan
Sementara itu, faktor-faktor yang
Siswa perempuan terdapat pada membuat siswa laki-laki kesulitan dalam
kategori siswa berkemampuan tinggi, menyelesaikan soal HOTS yaitu: kurang
sedang, dan rendah. Namun, dari ketiga terbiasa mengerjakan soal dengan langkah
kategori terdapat kesulitan yang sama yaitu terperinci dan urut, siswa sangat
sebagai berikut. bergantung pada rumus sehingga ketika
diberi soal matematika yang membutuhkan
Menentukan metode yang tepat dalam analisis dalam penyelesaiannya siswa tidak
menyelesaikan soal dapat menjawab, siswa menyukai soal
bentuk perhitungan langsung, kurang teliti
Ada beberapa siswa perempuan yang tidak
dalam membaca soal maupun menjawab
mengerjakan soal level C6 yang dinilai sulit.
soal, siswa kurang percaya diri sehingga
Kesulitan ini terjadi karena siswa bingung
ragu dalam menjawab soal, motivasi belajar
harus menggunakan cara atau metode yang
siswa rendah karena siswa hanya belajar
mana dalam menyelesaikan soal.
pada saat menjelang ulangan dengan
Menentukan hasil akhir sistem kebut semalam (SKS), pelajaran
matematika hanya paham pada hari dimana
Kesulitan ini terjadi karena siswa tidak pelajaran tersebut diajarkan dan tidak
mengecek kembali apa yang diminta dari mengulas kembali pelajaran tersebut di
soal sehingga jawaban yang diperoleh tidak rumah, siswa laki-laki tidak begitu menyukai
sesuai. pelajaran matematika karena menurutnya
terlalu banyak rumus untuk dihafal.
Sebagian besar faktor penyebab yang
membuat siswa kesulitan dalam Dari hasil dan pembahasan, dapat
menyelesaikan soal bertipe HOTS adalah disimpulkan bahwa kesulitan siswa dan
faktor intern atau diri siswa itu sendiri. faktor-faktor penyebab siswa kesulitan
Deskripsi faktor-faktor tersebut yaitu sebagai dalam menyelesaikan soal bertipe HOTS
berikut. pada tiap siswa berbeda-beda. Hal tersebut
disebabkan karena cara memperoleh
Siswa Perempuan
pengetahuan dan penyerapan materi dari
Berdasarkan analisis hasil wawancara, tiap siswa berbeda. Dalam hal ini sejalan
faktor-faktor yang membuat siswa dengan pendapat Susento bahwa
perempuan kesulitan dalam menyelesaikan perbedaan kemampuan dan cara
soal HOTS yaitu: siswa kurang teliti dalam memperoleh pengetahuan matematika
membaca soal maupun menjawab soal, terkait dengan perbedaan gender (Salmina
siswa kurang percaya diri dengan & Nisa, 2018, hal. 43).
jawabannya sendiri, siswa terbiasa dengan
Dari hasil analisis data, lebih banyak
soal bentuk perhitungan langsung, motivasi
siswa perempuan yang dapat mengerjakan
belajar siswa rendah, dalam hal suka atau
soal dibandingkan siswa laki-laki. Selain itu
dilihat dari penulisan jawaban dan cara matematis yang lebih unggul dibandingkan
menjawab, siswa perempuan lebih jelas siswa laki-laki. Ini dikarenakan kurang
dalam memaparkan jawaban dibandingkan cermat dan telitinya siswa laki-laki saat
siswa laki-laki. Maka sesuai dengan menyelesaikan soal sehingga hasil yang
penelitian Arkham, Salmina & Nisa bahwa diperoleh pun kurang maksimal.
siswa perempuan memiliki kemampuan

PENUTUP terbiasa mengerjakan soal dengan langkah


Berdasarkan data yang diperoleh terperinci dan urut, sangat bergantung pada
dan dianalisis, terkait kesulitan siswa dan rumus sehingga ketika diberi soal
faktor-faktor penyebab dalam matematika yang membutuhkan analisis
menyelesaikan soal bertipe HOTS ditinjau dalam penyelesaiannya siswa tidak dapat
dari perbedaan gender pada siswa kelas XI menjawab, siswa menyukai soal bentuk
MIA 1 SMAN 1 Astanajapura, dapat perhitungan langsung, siswa kurang teliti
disimpulkan bahwa: dalam membaca soal maupun menjawab
soal, kurang percaya diri sehingga ragu
Kesulitan Siswa dalam Menyelesaikan soal dalam menjawab soal, motivasi belajar
HOTS Ditinjau dari Perbedaan Gender siswa rendah karena siswa hanya belajar
Siswa perempuan mengalami pada saat menjelang ulangan dengan
kesulitan dalam menentukan metode yang sistem kebut semalam (SKS), pelajaran
tepat dalam menyelesaikan soal dan matematika hanya paham pada hari dimana
menentukan hasil akhir, sedangkan siswa pelajaran tersebut diajarkan dan tidak
laki-laki mengalami kesulitan dalam mengulas kembali pelajaran tersebut di
memahami soal sehingga sulit untuk rumah, siswa laki-laki tidak begitu menyukai
merumuskan masalah, menentukan metode pelajaran matematika karena menurut
yang tepat dalam menyelesaikan soal, mereka terlalu banyak rumus untuk dihafal.
menentukan hasil akhir.
DAFTAR RUJUKAN
Faktor-faktor Penyebab dalam Journal
Afandi, A. (2019). Bentuk-Bentuk Perilaku
Menyelesaikan Soal Bertipe HOTS
Bias Gender. Lentera: Journal of Gender
Sebagian besar faktor yang membuat and Children Studies, 1-18.
siswa kesulitan dalam menyelesaikan soal
bertipe HOTS adalah faktor intern atau diri Conklin, W. (2012). Higher Order Thinking
siswa itu sendiri. Siswa perempuan kurang Skills to Develop 21 Century Learners.
teliti dalam membaca soal maupun Huntington Beach: Shell Education.
menjawab soal, kurang percaya diri dengan
Dinni, H. N. (2018). HOTS (High Order
jawabannya sendiri, terbiasa dengan soal
Thinking Skills) dan Kaitannya dengan
bentuk perhitungan langsung, motivasi
Kemampuan Literasi Matematika. Prosiding
belajar kurang, dan dalam hal suka atau
Seminar Nasional Matematika, 170-176.
tidaknya pelajaran matematika tergantung
dari besar atau tidaknya nilai yang diperoleh Facione, P. A. (2011). Critical Thinking:
siswa dan materi yang dibawakan guru. What It Is and Why It Counts. Insight
Sementara itu, siswa laki-laki kurang Assesment, 1-28.
Hartini, T., Misri, M. A., & Nursuprianah, I. Saputra, H. (2016). Pengembangan Mutu
(2017). Pemetaan HOTS Siswa Pendidikan Menuju Era Global: Penguatan
Berdasarkan Standar Pisa dan Timss Untuk Mutu Pembelajaran dengan Penerapah
Meningkatkan Mutu Pendidikan. Jurnal HOTS (Higher Order Thinking Skills).
Eduma, 83-92. Bandung: SMILE's Publishing.

Kurniati, D., Harimukti, R., & Jamil, N. A. Sugiyono. (2017). Metode Penelitian.
(2016). Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Bandung: Alfabeta.
Siswa SMP Di Kabupaten Jember Dalam
Menyelesaikan Soal Berstandar PISA. Thesis/Disertation
Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan, Arkham. (2014). Penalaran Adaptif Siswa
142-155. Dalam Menyelesaikan Soal Cerita
Matematika Materi Bangun Ruang di SMP
Nurjaman, A., & Sari, I. P. (2017). The Negeri 4 Surabaya Berdasarkan Perbedaan
Effect Of Problem Posing Approach Gender. Surabaya: UIN Sunan Ampel.
Towards Students' Mathematical
Disposition, Critical & Creative Thinking
Ability Based On School Level. Infinity:
Journal of Mathematics Education, 69-76.

Ramalisa, Y. (2013). Proses Berpikir Kritis


Siswa SMA Tipe Kepribadian Thinking
Dalam Memecahkan Masalah Matematika.
Jurnal Edumatica, 42-47.

Salmina, M., & Nisa, S. K. (2018).


Kemampuan Penalaran Matematis siswa
Berdasarkan Gender Pada Materi Geometri.
Jurnal Numeracy, 41-48.

Toheri, Winarso, W., & Abdul Haqq, A.


(2020). Where Exactly for Enchance Critical
and Creative Thinking: The Use of Problem
Posing or Contextual Learning. European
Journal of Educational Research, 877-887.

Widodo, S. A. (2013). Analisis Kesalahan


dalam Pemecahan Masalah Divergensi Tipe
Membuktikan pada Mahasiswa Matematika.
Jurnal Pendidikan dan Pengajaran, 106-
113.

Books, Chapters in Books, Reports, etc.


Anggito, A., & Setiawan, J. (2018).
Metodologi Penelitian Kualitatif. Sukabumi:
CV Jejak.

Anda mungkin juga menyukai