PENDAHULUAN
A. Definisi Konseptual
1. Minat Belajar
Minat merupakan alat yang sangat persuasif yang dapat membangkitkan semangat belajar
siswa dalam kurun waktu tertentu (Nisa dalam Friantini dan Winata, 2019). Minat adalah
kecenderungan atau minat individu terhadap sesuatu, baik itu barang atau gerakan, minat
berdampak pada orang. Dengan minat atau minat belajar pada siswa dapat mendorong siswa
untuk menjadi cerdas selama pengalaman yang berkembang (Tiya et al., 2018).
Ketertarikan adalah kecenderungan yang baik untuk fokus dan mengingat beberapa
latihan. Gerakan ini menggabungkan penemuan yang penting bagi siswa dan akan difokuskan
pada kesenangan yang tak henti-hentinya diikuti (Slameto dalam Sirait, 2016). Slameto dan
Asmani dalam Sirait, 2016 mengatakan bahwa minat adalah kecenderungan dan minat
terhadap sesuatu yang spesifik atau gerak, tanpa ada yang memintanya. Dengan demikian
minat erat kaitannya dengan karakter seseorang, ada kalanya minat muncul tanpa bantuan
orang lain dan harus dikembangkan. Minat adalah kecenderungan jiwa terhadap sesuatu yang
terdiri dari sensasi kesenangan, pertimbangan, kebenaran, proses berpikir dan tujuan dalam
mencapai suatu tujuan (Sirait, 2016)
Soediyanto dalam pernyataan Haryuti (2022) minat adalah suatu kerinduan atau keadaan
dimana seorang individu memusatkan perhatian pada sesuatu dan disertai dengan keinginan
untuk menyadari, memahami, mempelajari dan mendemonstrasikannya. Sementara itu
Hurlock mengatakan bahwa minat merupakan konsekuensi dari keterlibatan atau pengalaman
yang berkembang. (Haryuti, 2022) menambahkan bahwa minat adalah kerinduan yang
disertai dengan sensasi kesenangan pada latihan atau latihan yang muncul dalam diri individu
tanpa tekanan.
Lilawati dalam pernyataan Alhogbi (2017) Minat adalah bidang kekuatan untuk perhatian
yang mendalam yang digabungkan dengan perasaan gembira terhadap suatu tindakan dengan
tujuan membimbing seseorang untuk sengaja menyelesaikan gerakan tersebut. Penilaian lain
menyatakan bahwa menurut Guilford minat belajar adalah acuan yang berasal dari dalam
ilmu otak siswa saat melakukan pembelajaran dalam mengambil sesuatu dengan penuh
perhatian, disiplin serta tenang sehingga seseorang dapat melakukannya dengan efektif
(Darmawati, Wahyuddin, 2022).
Belajar adalah tindakan tunggal untuk memperoleh informasi, tingkah laku dan
kemampuan dengan menguasai bahan-bahan yang diperoleh (Cleopatra, 2015) Menurut
Robert M. Gagne belajar adalah gerakan pikiran dengan memperoleh hasil sebagai
kemampuan yang muncul karena perasaan mulai dari iklim, dan mental. siklus yang
diselesaikan oleh siswa. Jadi belajar adalah interaksi rumit yang terjadi pada semua orang dan
bertahan selamanya. Secara keseluruhan dapat dikatakan pula bahwa belajar adalah suatu
siklus yang terjadi terus-menerus, sungguh-sungguh dengan maksud bahwa sepanjang
hidupnya manusia akan menjumpai suatu pengalaman yang terus berkembang, sedangkan
salah satu makna mutakhir dari belajar menyatakan bahwa belajar adalah suatu pertemuan
yang teratur yang mendapat perubahan perilaku (Cleopatra, 2015)
Muhibbin Syah dalam Cleopatra (2015) Belajar adalah fase kemajuan dalam segala cara
bertingkah laku tunggal yang umumnya stasioner karena keterlibatan dan kerjasama dengan
iklim yang meliputi siklus mental. Belajar adalah adanya suatu peningkatan yang secara
terus-menerus dengan hal-hal yang ada dalam ingatan mempengaruhi perubahan-perubahan
dalam tingkah laku sesekali. Selanjutnya, belajar dipengaruhi oleh elemen interior sebagai isi
memori dan variabel luar sebagai perbaikan yang datang dari luar orang yang sedang belajar
(Gagne dalam Sheet et al., 2017). Belajar adalah suatu gerakan, baik fisik maupun mental,
yang menghasilkan perubahan tingkah laku baru pada orang yang belajar sebagai kapasitas
yang agak mantap dan tidak dibawa oleh perkembangan atau sesuatu yang sementara
(Hanafy, 2014). Selain itu, yang tersirat dari realisasi adalah gerakan tunggal yang kembali
secara teratur, konsisten atau konstan untuk mendapatkan kapasitas khusus untuk
menghadapi perubahan mentalitas dan perilaku yang positif dan lebih baik dari yang
diharapkan siapa pun.
Minat belajar aritmatika merupakan salah satu elemen penting yang berdampak pada
dominasi ide numerik dalam menangani masalah numerik (Holidun et al., 2018). Tanpa
adanya minat siswa, akan sulit menumbuhkan keinginan siswa untuk belajar berhitung
(Mayasari dalam Yuliati, 2021). Karena minat ini akan mendorong siswa untuk terus
mencoba mencari teknik dengan mengarahkan setiap kemampuan mereka untuk
menghasilkan rencana kreatif untuk menemukan jawaban untuk mengatasi masalah numerik
(Partayasa et al., 2020). Seperti itu, siswa yang memiliki minat tinggi terhadap ilmu
pengetahuan akan meyakinkan dirinya untuk terus menerus mempelajarinya tanpa merasa
terkekang sehingga dapat melatih kemampuannya dalam mengatasi masalah numerik.
Sesuai (Friantini et al., 2019) beberapa tanda minat belajar antara lain:
Siswa memiliki kecenderungan ceria saat belajar selesai. Perasaan senang belajar muncul
karena siswa tidak memiliki ketegangan dalam kapasitas apapun.
Siswa yang sudah memiliki rasa senang dalam belajar, maka pada saat itu perhatian dan
jiwanya akan tertuju pada belajar. Membangun jiwa yang terlibat itu sulit. Ini harus dibantu
oleh iklim, instruktur, dan diri Anda sendiri.
Siswa harus memiliki rasa kewajiban terhadap diri mereka sendiri, sehingga mereka memiliki
rasa kemauan untuk belajar. Kesiapan belajar harus bisa dilakukan tanpa harus ada orang
lain, atau menerima teman, agar siswa tidak merasa sendiri dan memiliki keinginan untuk
belajar.
Siswa yang suka berkonsentrasi akan memiliki banyak pertanyaan yang muncul di benaknya.
Pertanyaan-pertanyaan ini dapat diajukan selama pembelajaran, sehingga siswa aktif dalam
mendapatkan klarifikasi tentang masalah-masalah mendesak, atau menawarkan sudut
pandang selama pembelajaran.
5) Adanya upaya yang dilakukan untuk memahami keinginan untuk maju dengan membuat
lingkungan yang bermanfaat untuk belajar bagi siswa, sehingga siswa mau belajar. Udara
harus dapat dilakukan oleh siswa yang sebenarnya dengan melihat situasi dan kondisi yang
terjadi di sekitar mereka.
Para ahli dapat menyimpulkan dari pengertian di atas bahwa minat belajar adalah
minat individu untuk melakukan suatu tindakan atau keinginan yang nantinya akan
mendapatkan pemenuhannya sendiri tanpa adanya tekanan. Dengan penanda (a) Adanya rasa
senang terhadap pembelajaran (b) Sorotan pembelajaran (c) Adanya kesiapan untuk belajar
(d) Adanya kesiapan dari dalam untuk dinamis dalam pembelajaran (e) Adanya upaya untuk
membuat rindu untuk belajar.
Latifah, 2018 Kapasitas adalah kemampuan tunggal untuk melakukan berbagai usaha
dalam suatu pekerjaan tertentu. Greenberg dan Barog dalam Latifah (2018) mencirikan
kapasitas sebagai kemampuan mental dan aktual untuk melakukan tugas yang berbeda.
Kapasitas adalah potensi umum yang dibutuhkan seseorang untuk menyelesaikan tanggung
jawabnya secara tepat sehubungan dengan usaha fisik dan mentalnya (Moenir, 2014).
(Sumarmo dalam Sumartini, 2016) Berpikir kritis adalah suatu cara mengalahkan
kesulitan yang dialami untuk mencapai suatu tujuan yang ideal. (Sumartini, 2016)
mengatakan bahwa berpikir kritis merupakan suatu siklus untuk mengalahkan masalah yang
dialami untuk mencapai tujuan normal. (Branca dalam Sumartini, 2016) mengatakan bahwa
berpikir kritis dapat diuraikan dengan memanfaatkan penjabaran secara menyeluruh,
khususnya berpikir kritis sebagai tujuan, berpikir kritis sebagai siklus, dan berpikir kritis
sebagai keahlian esensial. Penyelesaian Dalam matematika, kemampuan berpikir kritis harus
dimiliki oleh siswa untuk menjawab soal-soal berbasis masalah.
Pemecahan masalah adalah semacam keahlian ilmiah yang, seperti ditunjukkan oleh
Gagne, memiliki tingkat yang lebih serius dan lebih rumit daripada jenis kemampuan ilmiah
lainnya. Gagne et al dalam kutipan dari Jainuri (2014) berpendapat bahwa menangani
masalah memerlukan pedoman yang kompleks atau prinsip tingkat yang tidak dapat
disangkal dan standar tingkat yang signifikan dapat dicapai setelah mendominasi aturan dan
ide yang khas. Polya lebih jauh mencirikan berpikir kritis sebagai usaha mencari jalan keluar
dari suatu masalah untuk mencapai suatu tujuan yang tidak segera dapat dicapai. Berpikir
kritis adalah cara atau metodologi untuk mengakui asumsi sesuai dengan strategi yang baik
dan benar. Mampu menyelesaikan soal-soal yang sulit dengan mempersiapkan segala
kemampuan yang dimiliki sehingga diharapkan siswa dapat berpikir secara mendasar,
inventif dan mahir (Febriyanti et al., 2017).
Salah satu cara untuk mengatasi masalah tersebut adalah langkah yang dikemukakan
oleh Polya, berikut beberapa tahapan untuk mengatasi masalah yang dikemukakan oleh
Polya, antara lain:
3. Jalankan pengaturan
Berikut tabel Tanda Kemampuan Berpikir Kritis Numerik Menurut Polya Prihandoko
dalam Fitri Widyawati 2019.
Pertama, penelitian yang diarahkan oleh Ikha Yuliati, mahasiswa pengganti Program Studi
Pendidikan Pendidik Madrasah Ibtidaiyah Tahun 2021 di Pendirian Islam Negeri Madura
dengan judul “Keterampilan Berpikir Kritis Numerik Mempertimbangkan Keunggulan
Penguasaan Mahasiswa”
Konsekuensi dari tinjauan ini dengan konsekuensi pengujian spekulasi menyimpulkan bahwa
ada dampak besar dari minat belajar siswa pada kemampuan mereka untuk mengatasi
masalah numerik. Ditunjukkan oleh sig. 0,000 < 0,05 dan Fh = 203,459 > Ftab = 0,004. Oleh
karena itu, tugas dinamis pendidik dan wali atau penjaga siswa diharapkan dapat menyaring
keunggulan belajar siswa untuk melatih kemampuan siswa dalam menangani masalah
numerik.
Kedua, penelitian yang diarahkan oleh Darmawati, Wahyuddin dan Randy Saputra Mahmud
Mahasiswa Program Review Sekolah Matematika Tahun 2022 di Perguruan Tinggi
Muhammadiyah Makassar dengan judul “Ujian Kemampuan Berpikir Kritis Numerik
Mempertimbangkan Minat Menguasai Mahasiswa”
Konsekuensi dari tinjauan menunjukkan bahwa jika dilihat dari minat belajar, kapasitas untuk
mengatasi masalah memiliki perbedaan. Kemampuan berpikir kritis siswa kelas atas dengan
minat belajar positif dapat memenuhi semua tanda kemampuan berpikir kritis, siswa kelas
menengah dengan minat belajar positif dapat memenuhi tanda menyusun, menyelesaikan,
mengurus, dan memeriksa, dan kemampuan berpikir kritis siswa kelas rendah dengan minat
belajar positif cukup siap untuk memenuhi tanda mengatur penyelesaian, dan mengatasi
masalah.
Kondisi eksplorasi di atas dengan pengujian pencipta adalah bahwa keduanya berbicara
tentang Kemampuan Berpikir Kritis Terhadap Minat Belajar IPA. Sedangkan pembedanya
terletak pada bidang ujian, tes penelitian dan bahan yang akan digunakan saat review.
Eksplorasi yang akan dipimpin di SD Negeri Se-Bunch II Kecamatan Banyusari Kabupaten
Karawang untuk siswa kelas V akan menggunakan materi Korelasi Kecepatan, Jarak dan
Waktu.
C. Kerangka Berpikir
Kemampuan berpikir kritis merupakan keahlian yang mengalahkan tantangan siswa
dalam mengelola pernyataan numerik berbasis masalah atau soal cerita, kemampuan berpikir
kritis juga merupakan kemampuan yang harus dimiliki oleh setiap siswa. Pelajar yang
memiliki kemampuan berpikir kritis akan benar-benar ingin mengerjakan soal numerik
sendiri dan mereka akan senang saat belajar selesai.
Salah satu variabel yang berhubungan dengan kemampuan berpikir kritis adalah minat
menguasai. Dimana minat belajar berhubungan dengan kesiapan siswa untuk belajar dan
mempengaruhi dominasi pemikiran material dalam menangani masalah, karena minat akan
mendorong atau membangkitkan siswa untuk terus berusaha menelusuri teknik dengan
menerapkan segala kemampuannya untuk melahirkan rencana imajinatif mencari jawaban
untuk mengatasi masalah. Dari gambaran tersebut, terdapat keterkaitan antara minat belajar
dengan kemampuan berpikir kritis numerik siswa sekolah dasar.
D. Hipotesis Penelitian
Spekulasi adalah solusi tidak permanen untuk rencana masalah eksplorasi, di mana
definisi masalah pemeriksaan telah dinyatakan sebagai kalimat pertanyaan. Dikatakan untuk
waktu yang singkat, karena jawaban yang diberikan tergantung pada hipotesis yang
signifikan, dibandingkan dengan fakta eksperimental yang diperoleh melalui pengumpulan
informasi (Sugiyono, 2019). Spekulasi dalam ulasan ini adalah bahwa ada hubungan antara
minat belajar dan kemampuan berpikir kritis numerik siswa sekolah dasar.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Eksplorasi ini diarahkan di Sekolah Dasar Negeri Se-ggus yang terletak di Kawasan
Banyusari, Karawang Rule. Penjajakan ini akan dilakukan pada tahun pelajaran 2023/2024.
R Y
X
Data:
X: Minat Belajar
Y : Kemampuan Berpikir Kritis Numerik
r :Hubungan Minat Belajar dengan Kemampuan Berpikir Kritis IPA Siswa Sekolah Dasar.
b. Sampel
Arikunto (2013) Contoh adalah bagian atau wakil rakyat yang dimaksud. Sementara itu,
menurut Sugiyono (2013) contoh sangat penting untuk jumlah dan atribut yang digerakkan
oleh masyarakat. Contoh dalam penelitian ini menggunakan Straightforward Irregular
Testing. Menurut Sugiyono (2013) seharusnya bersifat lugas karena contoh individu dari
populasi diambil secara sembarangan tanpa memandang lapisan dalam populasi.
Mengingat hal-hal di atas, ulasan mengambil tes dengan estimasi yang menyertainya:
15/100 X 133 = 20
Dengan demikian jumlah tes dalam kajian ini adalah 15% dari keseluruhan contoh di
konsentrasi ini sebanyak 15% dari seluruh siswa kelas 5 SD Gugus II Se-Kelurahan
Banyusari, sehingga berjumlah 133 siswa, tepatnya 20 siswa.
b. Definisi Operasional
Kemampuan pemecahan masalah matematika merupakan skor penilaian dari reaksi terhadap
jawaban tentang tes yang menggambarkan kemampuan berpikir kritis numerik dengan
petunjuk-petunjuk antara lain (1) Siswa siap mencatat atau memperhatikan informasi yang
diberikan dari soal yang akan dipenggal. (2) Siswa memiliki pola berpikir kritis. (3) Siswa
siap untuk menyelesaikan dengan teknik yang digunakan dengan hasil yang tepat. (4) Siswa
siap untuk benar-benar melihat kebenaran jawaban.
c. Kisi-Kisi Instrumen
Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen
No soal No Butir
Variabeli Indikatori
Soal
Kemampuani MemahamiiMasalah
Pemecahani
Masalahi MerencanakaniMasalah
1
Matematikai 1 Melakukan Rencana PemecahaniMasalah
MemeriksaiKembali
Memahami Masalah 1
MerencanakaniMasalah
MemeriksaiKembali
MemahamiiMasalah
MerencanakaniMasalah
1
3 Melakukan Rencana PemecahaniMasalah
Memeriksa Kembali
Memahami Masalah
Merencanakan Masalah
1
4 Melakukan Rencana PemecahaniMasalah
MemeriksaiKembali
MemahamiiMasalah
MerencanakaniMasalah
1
5 Melakukan Rencana PemecahaniMasalah
MemeriksaiKembali
MemahamiiMasalah
MerencanakaniMasalah
1
6 Melakukan Rencana PemecahaniMasalah
MemeriksaiKembali
MemahamiiMasalah
MerencanakaniMasalah
1
7 Melakukan Rencana PemecahaniMasalah
MemeriksaiKembali
MemahamiiMasalah
MerencanakaniMasalah
1
8 Melakukan Rencana PemecahaniMasalah
MemeriksaiKembali
MemahamiiMasalah 1
9 MerencanakaniMasalah
MemeriksaiKembali
MemahamiiMasalah
MerencanakaniMasalah
1
10 MelakukaniRencana PemecahaniMasalah
MemeriksaiKembali
Jumlah 10
Dari tabel di atas, analis dapat membedah keterampilan berpikir kritis. Pakar menyinggung
aturan dalam mendobraknya. Berikutnya adalah persamaan yang digunakan untuk
menentukan tingkat setiap fase pemenuhan yang diperoleh dari setiap hal.
e. Jenis Instrumen
Instrumen tes ini digunakan untuk mendapatkan informasi untuk penelitian. Menurut
Sudijono dalam Sudaryono (2016) tentang estimasi dan evaluasi, tes adalah alat atau strategi
estimasi. Cek dapat digunakan untuk mengukur berapa banyak informasi yang telah diketahui
seseorang tentang topik yang dibatasi.
Dalam ulasan ini, pengetahuan dan pemahaman karakter siswa disurvei melalui tes tertulis.
Tes yang disusun umumnya berupa soal, jumlah tes dalam matematika adalah 10 soal.
2. Validitas Isi
Uji keabsahan substansi dalam ulasan ini menggunakan Item Second Relationship. Ujian ini
diakhiri dengan mencocokkan skor setiap benda dengan skor keseluruhan. Skor lengkap
adalah jumlah, semuanya dianggap sama. Menanyakan hal-hal yang sama sekali terkait
dengan skor lengkap menunjukkan bahwa hal-hal ini dapat menawarkan bantuan dalam
mengungkap apa yang perlu Anda ungkapkan. Tes ini menggunakan tes dua langkah dengan
tingkat kepentingan 0,05. Langkah-langkah tes adalah sebagai berikut:
- Jika r hitung > r tabel (uji 2 sisi dengan sig. 0,05) maka instrumen atau item-item
soal berkorelasi signifikan terhadap skor total (dinyatakan valid)
- Jika r hitung < r tabel (uji 2 sisi dengan sig. 0,05) atau r hitung negatif,maka
instrumen atau item-item soal berkorelasi signifikan terhadap skor total
(dinyatakan tidak valid).
Data-data hasil test yang diperoleh di analisis menggunakan statistika, teknik statistik
yang digunakan adalah korelasi Product Moment . Menurut Margono (2010) Rumus
korelasi Product Moment sebagai berikut :
rxy = Koefisien korelasi
Dilihat dari informasi hasil tes hasil instrumen pada variabel keterampilan Berpikir Kritis
Numerik dengan contoh 40 siswa dan jumlah pertanyaan 10 diperoleh 8 kualitas yang sah dan
2 hal yang hilang dengan r tabel 0,248.
3) Reliabilitas
Suatu instrumen memiliki tingkat keandalan yang memuaskan, dengan asumsi instrumen
tersebut digunakan untuk mengukur sudut pandang yang diperkirakan beberapa kali hasilnya
adalah sesuatu yang sangat mirip atau cukup setara. Uji kualitas yang tidak tergoyahkan
dalam ulasan ini menggunakan resep Alpha Cronbach karena alat uji ini berupa soal-soal.
Persamaan Alpha Cronbach sebagai berikut:
k
Rac = ( )¿]
k−1
Keterangan:
rac = Koefisien realibilitas alpha cronbach
K = Banyak butir atau banyak pertanyaan
∑ σ b2 = Jumlah atau total varians per-butir atau item pertanyaan
σ t2 = Jumlah atau total varians
Menurut Arikunto (2006:171), keputusan reabilitas ditentukan dengan kriteria sebagai
berikut:
Berdasarkan informasi dari hasil tes instrumen pada variabel keterampilan Berpikir Kritis
Numerik dengan contoh 40 siswa dan jumlah 10 pertanyaan, diperoleh 8 kualitas yang sah
dan 2 hal yang hilang dengan r tabel 0,248 dan r hitung 0,821, jadi r hitung > dari tabel r.
Akibatnya instrumen diumumkan solid dan dapat digunakan untuk pemeriksaan tambahan.
b. Definisi Operasional
Minat belajar merupakan skor penilaian dari reaksi terhadap jawaban tentang minat belajar
survey dengan penanda diantaranya (a) Memiliki sensasi senang dalam belajar (b)
Menitikberatkan pada belajar (c) Adanya kesiapan untuk belajar (d) ada kesiapan dari dalam
untuk dinamis dalam belajar ( e) Ada upaya yang dilakukan untuk menimbulkan kerinduan
belajar.
c. Kisi-kisi Instrumen
Pengumpulan data untuk penelitian ini juga berupa survei minat belajar matematika 20 hal,
bersama dengan rangkaian instrumen yang dibuat oleh ilmuwan.
d. Jenis instrumen
Alat-alat dalam berbagai informasi yang digunakan dalam informasi ujian ini. sugiyono (2021)
“Poll adalah strategi pengumpulan informasi yang dilakukan dengan cara memberikan sekumpulan
pertanyaan atau penjelasan yang tersusun kepada responden untuk dibalas”. Responden dalam kajian
ini adalah siswa kelas 5 SD Se-bunch II Banyusari. Alat pencari informasi berupa survey minat
belajar matematika sebanyak 40 hal.
Jenis survei dalam penelitian ini menggunakan skala Likert. Sugiyono (2013) “Skala Likert
digunakan untuk mengkuantifikasi mentalitas, perasaan, dan pandangan seseorang atau kelompok
tentang kekhasan persahabatan”. Setiap item instrumen berbasis skala Likert menawarkan pilihan
reaksi yang berkisar dari sangat pasti hingga sangat negatif dan dapat berupa kata-kata, seperti 1)
sangat setuju 2) setuju 3) tidak pasti 4) berbeda 5) sangat bertentangan.
- Jika r hitung > r tabel (uji 2 sisi dengan sig. 0,05) maka instrumen atau item-item soal
berkorelasi signifikan terhadap skor total (dinyatakan valid)
- Jika r hitung < r tabel (uji 2 sisi dengan sig. 0,05) atau r hitung negatif,maka instrumen
atau item-item soal berkorelasi signifikan terhadap skor total (dinyatakan tidak valid).
Data-data hasil test yang diperoleh di analisis menggunakan statistika, teknik statistik yang
digunakan adalah korelasi Product Moment . Menurut Margono (2010) Rumus korelasi Product
Moment sebagai berikut :
Dilihat dari keterangan hasil tes hasil instrumen terhadap variabel minat belajar (X) dengan
contoh 40 siswa dan jumlah 40 polling, diperoleh 33 sifat pokok dan 7 hal yang gugur,
penjelasan yang tidak valid tidak diubah karena tanda-tanda minat belajar masih ditanggapi
dengan hal-hal yang diproklamirkan secara sah.
3. Uji Reliabilitas
Suatu instrumen memiliki tingkat kualitas yang tidak tergoyahkan yang memuaskan, dengan
asumsi instrumen tersebut digunakan untuk mengukur perspektif yang diperkirakan beberapa kali
hasilnya adalah sesuatu yang sangat mirip atau agak setara. Uji reliabilitas dalam ulasan ini
menggunakan resep Alpha Cronbach karena instrumen eksplorasi berupa pertanyaan. Resep Alpha
Cronbach sebagai berikut:
k
rac = ( )¿]
k−1
Keterangan:
rac = Koefisien realibilitas alpha cronbach
K = Banyak butir atau banyak pertanyaan
2. Statistik Inferensial
Investigasi informasi dilakukan untuk memutuskan apakah spekulasi itu valid atau tidak dan
untuk menjawab resep yang disarankan. Sebelum menyelesaikan pemeriksaan informasi, penting
untuk menguji penyelidikan esensial, khususnya uji biasa dan uji linearitas relaps. Sejak saat itu, resep
pendekatan hubungan digunakan untuk menguji informasi. Resep ini bertujuan untuk menentukan
apakah ada hubungan antara minat belajar (x) dan kemampuan menjawab soal-soal numerik (y) pada
siswa sekolah dasar.
a. Uji Normalitas
Tes kebiasan memiliki tujuan mempelajari bagaimana informasi disesuaikan di seluruh faktor
eksplorasi. Informasi disebarluaskan khas sangat baik dan wajar untuk digunakan dalam penelitian.
Informasi dianggap tersampaikan secara konsisten jika sig. Batasan yang lebih penting dari atau setara
dengan 0,05 (Duwi Priyatni, 2010) dalam pengujian ini menggunakan SPSS, persamaan Kolmogorov
Smirnov digunakan untuk menjalankan uji kebiasan.
b. Uji Linearitas
Uji linieritas digunakan untuk memutuskan apakah hubungan antara dua faktor bersifat langsung,
digunakan uji linieritas. Ekspansi pada skor satu variabel yang diikuti dengan ekspansi pada faktor
yang berbeda menunjukkan hubungan yang searah. Hubungan antar faktor dianggap lurus jika sig.
Linearitas di bawah 0,05 dan sig. Penyimpangan dari linearitas lebih dari 0,05. (Duwi Priyatno, 2010).
Uji linieritas digunakan untuk menentukan apakah persamaan tersebut lurus pada tingkat kepentingan
0,05 dengan bantuan SPSS.
c. Koefisien Determinasi
Koefisien assurance adalah besarnya untuk menentukan tingkat covariation antara faktor X dan
Y bila dikaitkan dengan 100 persen, dengan demikian besar koefisien assurance adalah 0 ≤ r^2 ≤ 1
dan tidak ada koefisien akhir yang negatif karena dikuadratkan.
2
Kd=r ×100 %
d. Uji Korelasi
Tes spekulasi adalah untuk memutuskan apakah penemuan dari contoh dapat
disimpulkan untuk seluruh rakyat (Duwi Prayitno, 2010). Alasan penelitian ini adalah untuk
memutuskan apakah ada hubungan antara minat belajar dan kapasitas untuk menangani
masalah numerik. Relationship Examination, suatu teknik pemeriksaan, digunakan dalam
pelaksanaan review ini. Tentukan hubungan antara dua faktor menggunakan pemeriksaan
hubungan menggunakan SPSS, ahli menggunakan pemeriksaan hubungan kedua item:
rxy = N ∑ XY −¿ ¿¿
Keterangan:
r = Koefisien korelasi
∑ x = Jumlah skor dalam sebaran X
∑ Y = Jumlah seluruh skor Y
∑ xy = jumlah hasil kali skor X dengan skor Y yang berpasangan
2
∑x = jumlah skor yang dikuadratkan dalam sebaran X
2
∑ y = jumlah skor yang dikuaratkan dalam sebaran Y
N = Banyaknya subyek skor X dan skor Y yang berpasangan
Dengan memilih Analisis > Korelasi >Bivariat, memasukkan variabel X dan Y. Dan
mengklik OK (Priyatno), SPSS digunakan untuk menghitung analisis korelasi dalam
penelitian ini (Zakiyah, 2016).
e. Uji Hipotesis
Uji Hipotesis dilakukan untuk menguji apakah Hipotesis sesuai dengan penelitian atau
tidak. Uji Hipotesis yang peneliti gunakan adalah Uji T. dengan rumus :
t √ n−2
hitung=r
√1−r 2
Hasil data yang diperoleh untuk mengetahui hubungan antara Minat belajar dengan
kemampuan pemecahan masalah matematika. Adapun untuk menguji hipotesis
menggunakan kriteria sebagai berikut
Ho= µ1 < µ2
Ha = µ1> µ2
Jika t hitung< t tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya tidak ada hubungan antara
Minat belajar dengan kemampuan pemecahan masalah matematika.
Jika t hitung> t tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya ada hubungan antara minat
belajar dengan kemampuan pemecahan masalah matematika.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
a. Minat Belajar
Informasi tentang minat belajar diperoleh melalui jajak pendapat yang dilakukan oleh 20
siswa kelas 5 SD Negeri di Bunch 02, Kecamatan Banyusari, Kabupaten Karawang. Kaidah
minat belajar dijumlahkan menjadi 33 hal. Setiap benda memiliki skor kualitas berbeda yang
telah disetujui oleh para ahli. Efek samping dari pemeriksaan recurrence appropriation untuk
variabel minat belajar dapat dilihat pada tabel terlampir:
Statistics
Minat belajar
N Valid 20
Missing 0
Mean 80.70
Median 83.00
Mode 85a
Variance 60.958
Range 28
Minimum 66
Maximum 94
Sum 1614
a. Multiple modes exist. The
smallest value is shown
Dilihat dari rubrik minat belajar 20 responden diperoleh skor tertinggi 94 dan skor terendah
66 dengan mean 80,70, tengah 83,00, metode 85a, standar deviasi 7,808, fluktuasi 60,958 dan
ruang lingkup 28.
N Valid 20
Missing 0
Mean 72,80
Median 73,50
Mode 68a
Variance 57,116
Range 27
Minimum 60
Maximum 87
Sum 1456
Unstandardized
Residual
N 20
Positive ,120
Negative -,150
Berdasarkan tabel 4.4 menunjukan bahwa nilai signifikansi pada Asymp.Sig. (2-
tailed) sebesar 0,200 lebih besar dari 0,05. Maka sesuai dengan dasar pengambilan keputusan
dalam uji normalitas Kolmogrov Smirnov diatas, dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi
normal. Dengan demikian, asumsi atau persyaratan normalitas dalam model regresi sudah
terpenuhi.
2. Uji Linieritas
Uji linieritas digunakan untuk mengetahui apakah hubungan dua variabel linier. Jika nilai
Deviation From Linierity Sig. <0,05 maka tidak ada hubungan yang linier secara signifikan
antara variabel independent dengan variabel dependent. Hasil analisis uji linieritas dapat
dilihat pada tabel 4.5.
Tabel 4.5 Uji Linieritas Kedua Variabel
ANOVA Table
Sum of Mean
Squares df Square F Sig.
Total 1085,200 19
Berdasarkan analisis yang dilakukan peneliti dengan bantuan SPSS 25,0 diperoleh nilai
Deviation from linearity 0,458, Nilai yang didapat lebih besar dari 0,05. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa Hubungan Minat belajar dengan kemampuan pemecahan masalah matematika
siswa sekolah dasar ada hubungan yang linier.
3. Koefisien Determinasi
Model Summary
C. Pengujian Hipotesis
Uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan rumus korelasi Product Moment Pearson dengan
bantuan SPSS 25,0. Kriteria untuk menerima atau menolak hipotesis adalah dengan melihat perolehan
harga r atau rhitung dengan rtabel pada taraf signifikansi 5%. Apabila rhitung ≥ rtabel pada taraf
signifikasi 5%, maka Ha diterima dan Ho ditolak. Arikunto dalam Eva 2019 mengatakan bahwa
terdapat klarifikasi nilai korelasi yang digunakan untuk melihat kuat tidaknya hubungan antar variabel,
yaitu :
Tabel 4.6 Koefisien korelasi
Correlations
Kemampuan
pemecahan
masalah
Minat belajar matematika
N 20 20
N 20 20
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa nilai keterkaitan minat belajar adalah 0,782
mengingat kaidah nilai keterhubungan pemahaman dalam jangkauan “0,600 – 0,799, dan itu
mengimplikasikan derajat keterkaitan antara minat belajar dan keterampilan berpikir kritis numerik
dimasukkan pada tingkat area kekuatan utama untuk A. Berdasarkan informasi di atas, pengujian
spekulasi dapat dilakukan dengan melihat tingkat kepentingan (p-esteem) sebagai berikut: Dalam hal
kepentingan > 0,05 maka Ho diakui dan jika kepentingan < 0,05 maka Ho ditolak Untuk keadaan ini
dapat dilihat bahwa koefisien hubungan adalah 0,782 dengan arti 0,000 Karena kepentingan benar-
benar bermaksud adanya hubungan yang positif antara keunggulan dalam belajar dan kemampuan
untuk mengurus pernyataan numerik.Setelah mendapatkan hasil bahwa ada hubungan positif yang
sangat besar antara Minat Belajar dan Kemampuan Berpikir Kritis Numerik, tahap selanjutnya adalah
menguraikan kekuatan hubungan antara minat belajar dan Kemampuan kritis numerik untuk berpikir.
Setelah diuraikan dengan tabel tingkat hubungan koefisien koneksi Sugiono, ditemukan bahwa
kekuatan hubungan antara Minat Belajar dan Keterampilan Berpikir Kritis Numerik merupakan area
kekuatan untuk a. Mengingat efek samping dari koefisien koneksi, juga dapat dilihat bahwa
hubungannya positif, menyiratkan bahwa semakin tinggi minat belajar siswa, semakin tinggi tingkat
Kemampuan Berpikir Kritis Numerik.
r √ n−2
th =
√ 1−r 2
782 √ 20−2
th =
√ 1−6312
3 ,31
th = = 5,338
0 , 62
Kesimpulan:
Karena koefisien hubungan positif, dapat dikatakan bahwa koefisien hubungan antara X dan
Y adalah positif dan luar biasa besar, menyiratkan bahwa semakin tinggi minat belajar,
semakin tinggi kemampuan untuk mengatasi masalah numerik.
Tinjauan ini diharapkan dapat memutuskan apakah ada hubungan antara minat belajar dan
kemampuan menjawab soal-soal numerik di kelas 5 SD di Bunch 02, Lokal Banyusari,
Kabupaten Karawang. Berdasarkan hasil pengujian spekulasi menunjukkan bahwa terdapat
hubungan yang positif dan sangat besar antara minat belajar dengan kemampuan
mengerjakan soal-soal berhitung pada siswa kelas V SD Negeri di Banyusari 02 Kecamatan
Banyusari Kabupaten Karawang. Dari penanganan informasi yang telah dilakukan, terlihat
bahwa minat belajar dengan kemampuan berpikir kritis numerik memiliki kekuatan bidang
utama untuk a. Hal ini berarti bahwa keunggulan siswa dalam belajar memiliki bidang
kekuatan bagi siswa dengan kemampuan berpikir kritis numerik siswa.
Dilihat dari hasil pemeriksaan informasi diperoleh koefisien hubungan positif yang
menunjukkan bahwa hubungan antara minat belajar dan kemampuan berpikir kritis numerik
siswa adalah positif, yaitu nilai r_(hitung) sebesar 0,782 yang setelah dilakukan diubah
seluruhnya menjadi nilai r_(tabel) dengan jumlah 20 responden diperoleh nilai 20. 0,444.
Dilihat dari uji koefisien determinan, diketahui nilai R square sebesar 0,612 atau 61,2 persen.
Artinya pengaruh variabel x terhadap variabel y hanya sebesar 61,2 persen dan sisanya
sebesar 38,8 persen dipengaruhi oleh berbagai faktor di luar eksplorasi. Hal ini dapat
beralasan bahwa semakin tinggi keunggulan siswa dalam belajar maka semakin tinggi
kemampuan siswa dalam menangani soal-soal numerik dan sebaliknya semakin rendah minat
belajar maka semakin rendah kemampuan siswa dalam menangani soal-soal.
Dalam penelitian ini diketahui bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi kemampuan
mengatasi masalah numerik adalah minat penemuan yang dimiliki oleh siswa. Minat belajar
yang rendah menyebabkan siswa mengalami kesulitan dalam menangani suatu masalah. Hal
ini karena rendahnya minat siswa untuk mengambil membuat siswa tidak memiliki apa yang
diperlukan untuk mengatasi masalah dalam menangani masalah kata matematika. Dalam
pembelajaran aritmatika, tidak hanya menguasai konsep materi, tetapi juga menekankan
bagaimana menangani hal-hal yang berhubungan dengan sains. Dengan demikian hasil
belajar aritmatika dapat menjadi kemampuan siswa dalam memperhatikan masalah bilangan
pada materi yang sedang dipelajari. Berpikir kritis dipandang sebagai pendekatan untuk
melacak jawaban untuk keadaan baru. Masalah dalam pembelajaran matematika merupakan
pertanyaan yang harus dijawab atau dijawab. Namun, itu tidak berarti semua pertanyaan
adalah masalah. Pertanyaan yang memiliki kesulitan yang tidak dapat dipecahkan yang dapat
diurutkan sebagai masalah. Mengingat efek samping dari pemeriksaan, maka Ho
diberhentikan dan Ha diakui. Ho yang didapat dalam ulasan ini, secara khusus: ada hubungan
positif dan kritis antara minat belajar dengan kemampuan mengurus soal-soal bilangan di
kelas V SD Negeri Gugus 02 Kabupaten Banyusari Kabupaten Karawang.
BAB V
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan
yang signifikan antara Minat Belajar dan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika siswa kelas V
SD-Negeri se-Gugus 02 Kecamatan Banyusari Kabupaten Karawang yang ditunjukkan dengan uji
koefisien determinan didapatkan bahwa nilai R square sebesar 0,612 atau 61,2 persen dan koefisien
korelasi sebesar 0,782 pada tingkat hubungan yang kuat, dan setelah dikonversikan ke dalam nilai
r tabel dengan jumlah responden 20, diperoleh nilai sebesar 0,444, dan pada pengujian koefisien
determinan didapatkan bahwa nilai R square sebesar 0,612 atau 61,2 persen . Artinya besaran
pengaruh variabel x dalam mempengaruhi variabel y hanya sebesar 0,612 persen dan sisanya sebesar
38,8 persen dipengaruhi oleh variabel lain diluar penelitian. Maka dengan ini hipotesis Ho ditolak
dengan ketentuan t hitung> t tabel, hal ini juga diperkuat dengan taraf signifikansi 0,05 dengan dk (n-2) =
(20-2) sebesar 1,734 berarti t hitung(5,338) > t tabel (1,734), maka terdapat hubungan yang sangat
signifikan antara variable X dan Variabel Y.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini, yang menunjukkan minat belajar memiliki
hubungan yang positif dan signifikan dengan kemampuan pemecahan masalah
matematika, maka saran penulis sebagai berikut.
1. Bagi Guru
Pendidik harus dapat menciptakan lingkungan belajar yang dapat menumbuhkan keunggulan
siswa dalam belajar dan memberikan perasaan kepada siswa untuk dapat menghargai matematika
secara nyata selama pengalaman pendidikan sains dan tugas wali yang dinamis untuk membantu
pembelajaran siswa dengan penanganan. , khususnya dalam matematika.
2. Bagi Siswa
Bagi siswa kelas V SD Negeri se-Gugus 02 Kecamatan Banyusari Kabupaten Karawang
hendaknya lebih ditingkatkan minat belajar siswa pada kemampuan pemecahan masalah matematika.