Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Konsep matematika berarti dunia sebagai pikiran, atribut luar biasa, mur dan baut, dan
item dalam materi dalam sains. Aritmatika dibentuk dari pengalaman manusia. Kemudian,
pada saat itu, pengalaman itu ditangani dalam pemikiran, ditangani dalam pemeriksaan
dengan pemikiran dalam konstruksi mental sehingga hingga ide-ide numerik dibingkai
sehingga ide-ide numerik yang dibentuk secara efektif tanpa henti dirasakan oleh orang lain
dan dapat dikendalikan dengan baik, maka, kemudian, gunakan bahasa penulisan aritmatika
atau numerik yang berharga di seluruh dunia (umumnya). Ide numerik didapat karena sudut
pandang, akibatnya rasionalitas menjadi alasan berkembangnya matematika.
Matematika adalah ilmu yang berkonsentrasi pada perhitungan, eksplorasi dan
penggunaan tujuan atau kemampuan berpikir, memiliki pemikiran dan otak yang masuk akal.
Sebagai mata pelajaran yang vital, tentunya ada kemampuan yang harus dimiliki oleh
kemampuan siswa. Hal ini sesuai dengan pedoman substansi pendidikan dasar dan pilihan
yang menyatakan bahwa salah satu kemampuan dalam belajar matematika adalah
menunjukkan sikap dasar, cerdas, tuntas, hati-hati, dapat diandalkan, dan ilmiah, serta tidak
mudah menyerah dalam menghadapi masalah.
Matematika amat erat hubungannya dengan cara yang paling umum dalam menangani
masalah (Ulya 2015), karena matematika adalah disiplin ilmu yang membutuhkan pemikiran
dan penalaran imajinatif dalam mencari hipotesis (Agustin dan Hartanto 2018). Kemampuan
mahasiswa dalam menangani masalah numerik merupakan bekal dalam menghadapi era
globalisasi nanti (Hermaini dan Nurdin 2020). Oleh karena itu, IPA merupakan salah satu
mata pelajaran yang diharapkan membentuk siswa yang mampu menangani masalah-masalah
baik dalam matematika maupun dalam hal-hal biasa, dengan tujuan agar ilmu pengetahuan
telah dididik dari tingkat sekolah dasar sampai ke tingkat pendidikan lanjutan.
Penelitian yang dipimpin oleh Nisrina (2018) Dalam pengalaman mendidik dan
berkembang, tidak sedikit siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami materi yang
diberikan oleh pendidik mata pelajaran. Salah satunya dalam pelajaran matematika, masih
banyak siswa yang merasa bahwa matematika adalah mata pelajaran yang sulit dan
menghindarinya. Jadi tidak sedikit siswa berprestasi yang kurang matematika. Sementara itu,
sesuai penelitian yang dipimpin oleh Yuliati (2021) kebenarannya adalah bahwa matematika
dikenal sebagai mata pelajaran yang dibenci oleh sebagian besar siswa karena dianggap
menyusahkan, menakutkan dan membuat mereka pusing dan tidak menyenangkan (Nisrina
2018 ). Hasil kajian tahun 2018 yang dipimpin oleh program internasional yang mengukur
tingkat kemajuan pendidikan di suatu negara, yakni Program for Global Student Evaluation
(PISA) menyatakan bahwa dalam klasifikasi matematika, Indonesia berada di posisi ketujuh
dari dasar (diposisikan 73 dari 79 negara) dengan skor tipikal 379 (Hermaini dan Nurdin
2020). Sejalan dengan ini, penting untuk melakukan upaya untuk lebih mengembangkan
kemampuan berpikir kritis numerik dengan melihat variabel apa yang memengaruhi
kemampuan berpikir kritis siswa.
Mengingat persepsi yang terjadi pada siswa kelas V di Daerah Banyusari di salah satu
sekolah dasar yaitu SD Negeri Banyuasih I yang menjadi contoh utama, matematika
dimasukkan sebagai mata pelajaran yang tidak dapat dilakukan oleh beberapa siswa karena
mereka merasa bahwa matematika adalah mata pelajaran yang menyusahkan, menakutkan,
membuat mereka goyah dan terdesak saat belajar matematika berlangsung atau saat
berhadapan dengan soal-soal numerik. Tantangan belajar matematika dipengaruhi oleh
masalah yang berhubungan dengan pengalaman pendidikan. Misalnya pada saat kegiatan
belajar mengajar siswa hanya duduk menyimak penjelasan guru kemudian mengerjakan soal
yang diberikan, saat pembelajaran berlangsung siswa lebih banyak diam dan ragu untuk
mengklarifikasi beberapa hal yang mendesak jika ada materi yang tidak mereka ketahui.
Entahlah, siswa kurang dinamis dalam mengerjakan soal-soal latihan dan hanya bergantung
pada teman yang sudah selesai. Kemampuan siswa untuk mengerjakan soal-soal, misalnya
ketika siswa diberi soal kata umumnya masih rendah, karena siswa sebenarnya kesulitan
untuk mengerjakan soal kata matematika, siswa sebenarnya tidak bisa mengerjakan soal kata.
Minat belajar adalah keinginan jiwa yang dinamis untuk memiliki pilihan untuk
mengakui dampak yang datang dari luar dirinya. Di dalam diri setiap individu setiap
mahasiswa pasti memiliki minat belajar yang berbeda-beda. Untuk keadaan ini, minat belajar
juga dapat memberdayakan pengembangan inspirasi belajar seseorang (Nisrina, 2018).
Menurut Hidayat dan Djamilah dalam Friantini et al., (2019) minat belajar siswa dapat
diartikan sebagai suatu kondisi siswa yang dapat menumbuhkan rasa cinta dan dapat
membangkitkan energi diri dalam menyelesaikan suatu gerakan yang dapat diperkirakan
dengan cara menikmati, tergugah, memiliki pertimbangan dan kontribusi dalam mengikuti
pengalaman pendidikan.
Minat belajar merupakan salah satu variabel signifikan yang berhubungan dengan
dominasi gagasan numerik dalam mengatasi masalah numerik. Karena minat ini akan
mendorong siswa untuk terus berusaha melacak teknik melalui acara sosial setiap
kemampuan mereka untuk memberikan rencana inventif untuk melacak jawaban untuk
mengatasi masalah numerik. Selanjutnya, siswa yang memiliki minat belajar matematika
yang tinggi akan mempelajarinya lebih dari satu kali tanpa merasa terkekang atau kesulitan
sehingga dapat menumbuhkan kemampuannya dalam menangani masalah-masalah bilangan.
Minat belajar sangat penting dalam mengatasi suatu masalah dalam masalah kata dalam
matematika, terutama untuk siswa sekolah dasar sekolah menengah. Sehubungan dengan hal
tersebut, Analis tertarik pada ujian unggulan dengan judul “Hubungan Minat Belajar
Matematika Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Sekolah Dasar”
B. Identifikasi Masalah
Dilihat dari dasar permasalahan di atas, beberapa permasalahan dapat dibedakan
berdasarkan persepsi yang telah dibuat:
1. Minat belajar siswa yang rendah terhadap sains.
2. Rendahnya kemampuan siswa dalam mengerjakan soal-soal numerik.
3. Siswa mengalami kesulitan memahami masalah cerita mengatasi masalah.
4. Sebagian besar siswa dapat melakukannya tanpa sains karena dianggap sulit.
C. Pembatasan Masalah
Dalam eksplorasi ini, membatasi masalah adalah hal mendasar. Pembatasan masalah
dalam kajian ini adalah untuk melihat hubungan antara minat belajar dengan kemampuan
mengurus soal bilangan pada siswa sekolah dasar kelas V SDN di Bunch II kecamatan
Banyusari.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah digambarkan, ahli membuat pertanyaan berikut
merinci: Apakah ada hubungan antara minat belajar dan kemampuan berpikir kritis numerik
siswa sekolah dasar?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan gambaran masalah yang telah dipaparkan di atas, maka tujuan ujian adalah
sebagai berikut: untuk menentukan hubungan antara minat belajar dan kemampuan mengatasi
masalah numerik pada siswa sekolah dasar.
F. Manfaat Penelitian
Mengingat konsekuensi dari tinjauan ini, diyakini bahwa manfaat yang akan diambil,
antara lain:
1. Keuntungan Hipotetis
Melihat konsekuensi dari kajian ini, diharapkan dapat memberikan informasi terkait
dengan pelatihan, khususnya pemanfaatan cara berpikir kritis untuk menghadapi minat
belajar matematika di sekolah dasar.
2. Keuntungan Akal Sehat
A. Untuk pengganti
Dapat memberikan kesan lain dalam pembelajaran matematika dan mempermudah
siswa dalam memahami konsep bilangan sehingga terjadi peningkatan kemampuan berpikir
kritis numerik siswa.
B. Untuk Pendidik
Pembelajaran berbasis masalah memberikan pilihan yang dapat diterapkan dalam
pembelajaran matematika untuk lebih mengembangkan kemampuan berpikir kritis numerik
C. Untuk Spesialis
memberikan pengalaman penting untuk membangun kemajuan dalam bidang
pelatihan melalui pembelajaran yang menarik dalam mengembangkan lebih lanjut
keterampilan berpikir kritis numerik siswa.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Konseptual
1. Minat Belajar
Minat merupakan alat yang sangat persuasif yang dapat membangkitkan semangat belajar
siswa dalam kurun waktu tertentu (Nisa dalam Friantini dan Winata, 2019). Minat adalah
kecenderungan atau minat individu terhadap sesuatu, baik itu barang atau gerakan, minat
berdampak pada orang. Dengan minat atau minat belajar pada siswa dapat mendorong siswa
untuk menjadi cerdas selama pengalaman yang berkembang (Tiya et al., 2018).

Ketertarikan adalah kecenderungan yang baik untuk fokus dan mengingat beberapa
latihan. Gerakan ini menggabungkan penemuan yang penting bagi siswa dan akan difokuskan
pada kesenangan yang tak henti-hentinya diikuti (Slameto dalam Sirait, 2016). Slameto dan
Asmani dalam Sirait, 2016 mengatakan bahwa minat adalah kecenderungan dan minat
terhadap sesuatu yang spesifik atau gerak, tanpa ada yang memintanya. Dengan demikian
minat erat kaitannya dengan karakter seseorang, ada kalanya minat muncul tanpa bantuan
orang lain dan harus dikembangkan. Minat adalah kecenderungan jiwa terhadap sesuatu yang
terdiri dari sensasi kesenangan, pertimbangan, kebenaran, proses berpikir dan tujuan dalam
mencapai suatu tujuan (Sirait, 2016)

Soediyanto dalam pernyataan Haryuti (2022) minat adalah suatu kerinduan atau keadaan
dimana seorang individu memusatkan perhatian pada sesuatu dan disertai dengan keinginan
untuk menyadari, memahami, mempelajari dan mendemonstrasikannya. Sementara itu
Hurlock mengatakan bahwa minat merupakan konsekuensi dari keterlibatan atau pengalaman
yang berkembang. (Haryuti, 2022) menambahkan bahwa minat adalah kerinduan yang
disertai dengan sensasi kesenangan pada latihan atau latihan yang muncul dalam diri individu
tanpa tekanan.

Lilawati dalam pernyataan Alhogbi (2017) Minat adalah bidang kekuatan untuk perhatian
yang mendalam yang digabungkan dengan perasaan gembira terhadap suatu tindakan dengan
tujuan membimbing seseorang untuk sengaja menyelesaikan gerakan tersebut. Penilaian lain
menyatakan bahwa menurut Guilford minat belajar adalah acuan yang berasal dari dalam
ilmu otak siswa saat melakukan pembelajaran dalam mengambil sesuatu dengan penuh
perhatian, disiplin serta tenang sehingga seseorang dapat melakukannya dengan efektif
(Darmawati, Wahyuddin, 2022).
Belajar adalah tindakan tunggal untuk memperoleh informasi, tingkah laku dan
kemampuan dengan menguasai bahan-bahan yang diperoleh (Cleopatra, 2015) Menurut
Robert M. Gagne belajar adalah gerakan pikiran dengan memperoleh hasil sebagai
kemampuan yang muncul karena perasaan mulai dari iklim, dan mental. siklus yang
diselesaikan oleh siswa. Jadi belajar adalah interaksi rumit yang terjadi pada semua orang dan
bertahan selamanya. Secara keseluruhan dapat dikatakan pula bahwa belajar adalah suatu
siklus yang terjadi terus-menerus, sungguh-sungguh dengan maksud bahwa sepanjang
hidupnya manusia akan menjumpai suatu pengalaman yang terus berkembang, sedangkan
salah satu makna mutakhir dari belajar menyatakan bahwa belajar adalah suatu pertemuan
yang teratur yang mendapat perubahan perilaku (Cleopatra, 2015)

Muhibbin Syah dalam Cleopatra (2015) Belajar adalah fase kemajuan dalam segala cara
bertingkah laku tunggal yang umumnya stasioner karena keterlibatan dan kerjasama dengan
iklim yang meliputi siklus mental. Belajar adalah adanya suatu peningkatan yang secara
terus-menerus dengan hal-hal yang ada dalam ingatan mempengaruhi perubahan-perubahan
dalam tingkah laku sesekali. Selanjutnya, belajar dipengaruhi oleh elemen interior sebagai isi
memori dan variabel luar sebagai perbaikan yang datang dari luar orang yang sedang belajar
(Gagne dalam Sheet et al., 2017). Belajar adalah suatu gerakan, baik fisik maupun mental,
yang menghasilkan perubahan tingkah laku baru pada orang yang belajar sebagai kapasitas
yang agak mantap dan tidak dibawa oleh perkembangan atau sesuatu yang sementara
(Hanafy, 2014). Selain itu, yang tersirat dari realisasi adalah gerakan tunggal yang kembali
secara teratur, konsisten atau konstan untuk mendapatkan kapasitas khusus untuk
menghadapi perubahan mentalitas dan perilaku yang positif dan lebih baik dari yang
diharapkan siapa pun.

Hurlock dalam pernyataannya (Kusniyawati et al., 2020) menyatakan bahwa minat


belajar merupakan penopang untuk melakukan sesuatu sesuai dengan keinginan yang
nantinya akan membawa pemenuhan. (Kusniyawati et al., 2020) melanjutkan bahwa minat
belajar merupakan perspektif utama yang dapat menimbulkan kegairahan bagi siswa untuk
melakukan latihan sehingga tujuan dapat tercapai.

Minat belajar aritmatika merupakan salah satu elemen penting yang berdampak pada
dominasi ide numerik dalam menangani masalah numerik (Holidun et al., 2018). Tanpa
adanya minat siswa, akan sulit menumbuhkan keinginan siswa untuk belajar berhitung
(Mayasari dalam Yuliati, 2021). Karena minat ini akan mendorong siswa untuk terus
mencoba mencari teknik dengan mengarahkan setiap kemampuan mereka untuk
menghasilkan rencana kreatif untuk menemukan jawaban untuk mengatasi masalah numerik
(Partayasa et al., 2020). Seperti itu, siswa yang memiliki minat tinggi terhadap ilmu
pengetahuan akan meyakinkan dirinya untuk terus menerus mempelajarinya tanpa merasa
terkekang sehingga dapat melatih kemampuannya dalam mengatasi masalah numerik.

Sesuai (Friantini et al., 2019) beberapa tanda minat belajar antara lain:

1) Adanya perasaan senang terhadap belajar

Siswa memiliki kecenderungan ceria saat belajar selesai. Perasaan senang belajar muncul
karena siswa tidak memiliki ketegangan dalam kapasitas apapun.

2) Adanya pengelompokan pertimbangan dan perenungan pada pembelajaran

Siswa yang sudah memiliki rasa senang dalam belajar, maka pada saat itu perhatian dan
jiwanya akan tertuju pada belajar. Membangun jiwa yang terlibat itu sulit. Ini harus dibantu
oleh iklim, instruktur, dan diri Anda sendiri.

3) Adanya keinginan untuk belajar

Siswa harus memiliki rasa kewajiban terhadap diri mereka sendiri, sehingga mereka memiliki
rasa kemauan untuk belajar. Kesiapan belajar harus bisa dilakukan tanpa harus ada orang
lain, atau menerima teman, agar siswa tidak merasa sendiri dan memiliki keinginan untuk
belajar.

4) ada kemauan dari dalam diri untuk dinamis dalam belajar

Siswa yang suka berkonsentrasi akan memiliki banyak pertanyaan yang muncul di benaknya.
Pertanyaan-pertanyaan ini dapat diajukan selama pembelajaran, sehingga siswa aktif dalam
mendapatkan klarifikasi tentang masalah-masalah mendesak, atau menawarkan sudut
pandang selama pembelajaran.

5) Adanya upaya yang dilakukan untuk memahami keinginan untuk maju dengan membuat
lingkungan yang bermanfaat untuk belajar bagi siswa, sehingga siswa mau belajar. Udara
harus dapat dilakukan oleh siswa yang sebenarnya dengan melihat situasi dan kondisi yang
terjadi di sekitar mereka.

Para ahli dapat menyimpulkan dari pengertian di atas bahwa minat belajar adalah
minat individu untuk melakukan suatu tindakan atau keinginan yang nantinya akan
mendapatkan pemenuhannya sendiri tanpa adanya tekanan. Dengan penanda (a) Adanya rasa
senang terhadap pembelajaran (b) Sorotan pembelajaran (c) Adanya kesiapan untuk belajar
(d) Adanya kesiapan dari dalam untuk dinamis dalam pembelajaran (e) Adanya upaya untuk
membuat rindu untuk belajar.

2. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

Kemampuan adalah kualitas karakteristik yang digerakkan oleh individu sebagai


kemampuan, kapasitas dan pengetahuan diri seseorang dalam melakukan pekerjaan atau
menindaklanjuti dengan tanggung jawab secara tepat (Afgani, 2017). Selain itu (Buyung
2007 dalam Afgani, 2017) kapasitas adalah wawasan yang teratur dan kemampuan yang
dipelajari yang diharapkan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan.

Latifah, 2018 Kapasitas adalah kemampuan tunggal untuk melakukan berbagai usaha
dalam suatu pekerjaan tertentu. Greenberg dan Barog dalam Latifah (2018) mencirikan
kapasitas sebagai kemampuan mental dan aktual untuk melakukan tugas yang berbeda.
Kapasitas adalah potensi umum yang dibutuhkan seseorang untuk menyelesaikan tanggung
jawabnya secara tepat sehubungan dengan usaha fisik dan mentalnya (Moenir, 2014).

Pemecahan Masalah merupakan siklus yang digunakan untuk mengatasi masalah


(Widjajanti dalam Sunendar, 2017). Pemecahan masalah merupakan kemampuan esensial
yang harus dikuasai oleh siswa. Kepentingan kemampuan berpikir kritis secara tegas
digarisbawahi dalam rencana pendidikan, khususnya sebagai kemampuan esensial yang harus
dibentuk dan dikoordinasikan ke dalam berbagai materi yang tepat (Sutarti Hadi, 2014).
Berpikir kritis adalah sebuah siklus, bagaimana melacak sebuah jawaban. Suatu isu bisa
dianggap sebagai sesuatu yang kurang persuasif, kerentanan yang menjadikan tantangan yang
harus bertahan atau diselesaikan (M. Jainuri, Hidayati Rais, 2019). Sumarmo dalam (Jainuri,
2014) mengimplikasikan bahwa berpikir kritis adalah tindakan menangani masalah cerita,
menjawab pertanyaan non-rutin, menerapkan matematika dalam kehidupan sehari-hari atau
keadaan yang berbeda dan mendemonstrasikan atau membuat

(Sumarmo dalam Sumartini, 2016) Berpikir kritis adalah suatu cara mengalahkan
kesulitan yang dialami untuk mencapai suatu tujuan yang ideal. (Sumartini, 2016)
mengatakan bahwa berpikir kritis merupakan suatu siklus untuk mengalahkan masalah yang
dialami untuk mencapai tujuan normal. (Branca dalam Sumartini, 2016) mengatakan bahwa
berpikir kritis dapat diuraikan dengan memanfaatkan penjabaran secara menyeluruh,
khususnya berpikir kritis sebagai tujuan, berpikir kritis sebagai siklus, dan berpikir kritis
sebagai keahlian esensial. Penyelesaian Dalam matematika, kemampuan berpikir kritis harus
dimiliki oleh siswa untuk menjawab soal-soal berbasis masalah.

Pemecahan masalah adalah semacam keahlian ilmiah yang, seperti ditunjukkan oleh
Gagne, memiliki tingkat yang lebih serius dan lebih rumit daripada jenis kemampuan ilmiah
lainnya. Gagne et al dalam kutipan dari Jainuri (2014) berpendapat bahwa menangani
masalah memerlukan pedoman yang kompleks atau prinsip tingkat yang tidak dapat
disangkal dan standar tingkat yang signifikan dapat dicapai setelah mendominasi aturan dan
ide yang khas. Polya lebih jauh mencirikan berpikir kritis sebagai usaha mencari jalan keluar
dari suatu masalah untuk mencapai suatu tujuan yang tidak segera dapat dicapai. Berpikir
kritis adalah cara atau metodologi untuk mengakui asumsi sesuai dengan strategi yang baik
dan benar. Mampu menyelesaikan soal-soal yang sulit dengan mempersiapkan segala
kemampuan yang dimiliki sehingga diharapkan siswa dapat berpikir secara mendasar,
inventif dan mahir (Febriyanti et al., 2017).

Salah satu cara untuk mengatasi masalah tersebut adalah langkah yang dikemukakan
oleh Polya, berikut beberapa tahapan untuk mengatasi masalah yang dikemukakan oleh
Polya, antara lain:

1. Cari tahu masalahnya

2. Rencanakan dan pilih metodologi berpikir kritis

3. Jalankan pengaturan

4. Survei sekali lagi

Berikut tabel Tanda Kemampuan Berpikir Kritis Numerik Menurut Polya Prihandoko
dalam Fitri Widyawati 2019.

Tabel 2.1 Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika


Tahap Pemecahan Masalah Oleh Polya Indikator

Memahami masalah Siswa siap untuk menuliskan atau menyebutkan


pengetahuan yang diberikan dari soal yang akan dikerjakan
Merencanakan masalah Siswa memiliki rencana pemecahan masalah
Melakukan rencana pemecahan masalah Siswa siap menyelesaikan dengan strategi yang digunakan
dengan hasil yang tepat
Memeriksa kembali pemecahan masalah Siswa siap untuk mengecek kebenaran hasil jawaban
Ahli membuat keputusan dari pemahaman di atas bahwa kemampuan pemecahan
masalah adalah keahlian yang mengatasi tantangan siswa dalam mengelola masalah
matematika berbasis masalah atau masalah cerita dan kemampuan berpikir kritis adalah
keterampilan yang harus dimiliki setiap siswa. Dengan penanda (1) Pelajar bersiap untuk
menulis atau mencatat informasi yang diberikan dari pertanyaan yang akan dicoret. (2 Siswa
memiliki pola berpikir kritis. (3) Siswa siap untuk menyelesaikan sistem yang digunakan
dengan hasil yang tepat. (4) Siswa siap untuk benar-benar melihat kebenaran jawaban.

B. Penelitian Yang Relevan


Selain menggunakan buku harian dan referensi penting, ilmuwan juga melihat hasil
eksplorasi masa lalu, mengingat persepsi penulis bahwa penelitian semacam ini juga telah
dilakukan oleh para ahli masa lalu.

Pertama, penelitian yang diarahkan oleh Ikha Yuliati, mahasiswa pengganti Program Studi
Pendidikan Pendidik Madrasah Ibtidaiyah Tahun 2021 di Pendirian Islam Negeri Madura
dengan judul “Keterampilan Berpikir Kritis Numerik Mempertimbangkan Keunggulan
Penguasaan Mahasiswa”

Konsekuensi dari tinjauan ini dengan konsekuensi pengujian spekulasi menyimpulkan bahwa
ada dampak besar dari minat belajar siswa pada kemampuan mereka untuk mengatasi
masalah numerik. Ditunjukkan oleh sig. 0,000 < 0,05 dan Fh = 203,459 > Ftab = 0,004. Oleh
karena itu, tugas dinamis pendidik dan wali atau penjaga siswa diharapkan dapat menyaring
keunggulan belajar siswa untuk melatih kemampuan siswa dalam menangani masalah
numerik.

Kedua, penelitian yang diarahkan oleh Darmawati, Wahyuddin dan Randy Saputra Mahmud
Mahasiswa Program Review Sekolah Matematika Tahun 2022 di Perguruan Tinggi
Muhammadiyah Makassar dengan judul “Ujian Kemampuan Berpikir Kritis Numerik
Mempertimbangkan Minat Menguasai Mahasiswa”

Konsekuensi dari tinjauan menunjukkan bahwa jika dilihat dari minat belajar, kapasitas untuk
mengatasi masalah memiliki perbedaan. Kemampuan berpikir kritis siswa kelas atas dengan
minat belajar positif dapat memenuhi semua tanda kemampuan berpikir kritis, siswa kelas
menengah dengan minat belajar positif dapat memenuhi tanda menyusun, menyelesaikan,
mengurus, dan memeriksa, dan kemampuan berpikir kritis siswa kelas rendah dengan minat
belajar positif cukup siap untuk memenuhi tanda mengatur penyelesaian, dan mengatasi
masalah.
Kondisi eksplorasi di atas dengan pengujian pencipta adalah bahwa keduanya berbicara
tentang Kemampuan Berpikir Kritis Terhadap Minat Belajar IPA. Sedangkan pembedanya
terletak pada bidang ujian, tes penelitian dan bahan yang akan digunakan saat review.
Eksplorasi yang akan dipimpin di SD Negeri Se-Bunch II Kecamatan Banyusari Kabupaten
Karawang untuk siswa kelas V akan menggunakan materi Korelasi Kecepatan, Jarak dan
Waktu.

C. Kerangka Berpikir
Kemampuan berpikir kritis merupakan keahlian yang mengalahkan tantangan siswa
dalam mengelola pernyataan numerik berbasis masalah atau soal cerita, kemampuan berpikir
kritis juga merupakan kemampuan yang harus dimiliki oleh setiap siswa. Pelajar yang
memiliki kemampuan berpikir kritis akan benar-benar ingin mengerjakan soal numerik
sendiri dan mereka akan senang saat belajar selesai.

Salah satu variabel yang berhubungan dengan kemampuan berpikir kritis adalah minat
menguasai. Dimana minat belajar berhubungan dengan kesiapan siswa untuk belajar dan
mempengaruhi dominasi pemikiran material dalam menangani masalah, karena minat akan
mendorong atau membangkitkan siswa untuk terus berusaha menelusuri teknik dengan
menerapkan segala kemampuannya untuk melahirkan rencana imajinatif mencari jawaban
untuk mengatasi masalah. Dari gambaran tersebut, terdapat keterkaitan antara minat belajar
dengan kemampuan berpikir kritis numerik siswa sekolah dasar.

D. Hipotesis Penelitian

Spekulasi adalah solusi tidak permanen untuk rencana masalah eksplorasi, di mana
definisi masalah pemeriksaan telah dinyatakan sebagai kalimat pertanyaan. Dikatakan untuk
waktu yang singkat, karena jawaban yang diberikan tergantung pada hipotesis yang
signifikan, dibandingkan dengan fakta eksperimental yang diperoleh melalui pengumpulan
informasi (Sugiyono, 2019). Spekulasi dalam ulasan ini adalah bahwa ada hubungan antara
minat belajar dan kemampuan berpikir kritis numerik siswa sekolah dasar.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian

Eksplorasi ini diarahkan di Sekolah Dasar Negeri Se-ggus yang terletak di Kawasan
Banyusari, Karawang Rule. Penjajakan ini akan dilakukan pada tahun pelajaran 2023/2024.

B. Desain dan Metode Penelitain


Strategi eksplorasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metodologi kuantitatif
dengan teknik korelasional, mengingat strategi korelasional untuk pemeriksaan kuantitatif.

Koneksi adalah metode pemeriksaan informasi terukur yang digunakan untuk


menemukan hubungan antara setidaknya dua faktor yang bersifat kuantitatif (Ibrahim et al.
2018). Strategi kuantitatif dengan tipe eksplorasi korelasional. Rencana studi ini
diperkenalkan di bawah ini.

R Y
X
Data:
X: Minat Belajar
Y : Kemampuan Berpikir Kritis Numerik
r :Hubungan Minat Belajar dengan Kemampuan Berpikir Kritis IPA Siswa Sekolah Dasar.

C. Populasi dan Sampel


a. Populasi
Suharsimi Arikunto mengungkapkan, rakyat adalah keseluruhan subjek eksplorasi.
Sementara itu, menurut Sugiyono (2013) populasi adalah spekulasi yang terdiri dari subjek-
subjek yang memiliki ciri-ciri tertentu yang masih diangkat oleh para ilmuwan untuk
dikonsentrasikan dan kemudian ditentukan. Jumlah penduduk dalam kajian ini adalah seluruh
siswa kelas 5 SD di wilayah Bunch II Banyusari dengan jumlah 133 siswa.

No Nama Sekolah Populasi Perhitungan Sampel


Sampel
1 Kelas V SDN Banyuasih 32 32/133 x 20 4
I
2 Kelas V SDN Banyuasih 16 16/133 x 20 4
II
3 Kelas V SDN Pamekaran 19 19/133 x 20 3
I
4 Kelas V SDN Pamekaran 42 42/133 x 20 5
II
5 Kelas V SDN 24 24/133 x 20 4
Gembongan I
Jumlah 133 20

b. Sampel
Arikunto (2013) Contoh adalah bagian atau wakil rakyat yang dimaksud. Sementara itu,
menurut Sugiyono (2013) contoh sangat penting untuk jumlah dan atribut yang digerakkan
oleh masyarakat. Contoh dalam penelitian ini menggunakan Straightforward Irregular
Testing. Menurut Sugiyono (2013) seharusnya bersifat lugas karena contoh individu dari
populasi diambil secara sembarangan tanpa memandang lapisan dalam populasi.

Menurut Suharsimi Arikunto, dengan asumsi jumlah mata pelajaran yang


dipertimbangkan kurang dari 100, lebih baik mengambil semuanya sehingga ujiannya adalah
studi populasi. Apalagi jika jumlah subjeknya sangat banyak, antara 10% - 15% atau 20% -
25% atau lebih dapat diambil sebagai contoh.

Mengingat hal-hal di atas, ulasan mengambil tes dengan estimasi yang menyertainya:

15/100 X 133 = 20

Dengan demikian jumlah tes dalam kajian ini adalah 15% dari keseluruhan contoh di
konsentrasi ini sebanyak 15% dari seluruh siswa kelas 5 SD Gugus II Se-Kelurahan
Banyusari, sehingga berjumlah 133 siswa, tepatnya 20 siswa.

D. Teknik Pengumpulan Data


Suharsimi Arikunto (2005) mengatakan bahwa teknik pemilahan informasi merupakan
strategi yang digunakan oleh analis untuk memperoleh informasi. Ada beberapa strategi
pemilihan informasi, antara lain: wawancara, survei, tes, persepsi, dokumentasi, dll. Dalam
ulasan ini, teknik koneksi kuantitatif digunakan sebagai tes (penggambaran) dan jajak
pendapat. Strategi pemilahan informasi dalam ulasan ini melibatkan instrumen berupa tes dan
jajak pendapat dengan variabel otonom (Minat Belajar) dan variabel dependen (Kemampuan
Berpikir Kritis Numerik). Tes ini dilakukan dengan menghadapi tes eksposisi, khusus
mengerjakannya sebagai layout. Jajak pendapat digunakan untuk menentukan seberapa besar
keinginan siswa untuk belajar.

1. Instrumen Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika


a. Definisi Konseptual
Kemampuan pemecahan masalah matematika merupakan keahlian yang harus dimiliki
siswa dalam belajar matematika dimana siswa akan mempelajari berbagai cara dalam
menangani masalah numerik. Penandanya adalah (1) Siswa siap untuk menulis atau
memperhatikan informasi yang diberikan dari pertanyaan yang akan disingkirkan. (2) Siswa
memiliki pola berpikir kritis. (3) Siswa siap menyelesaikan dengan metodologi yang
digunakan dengan hasil yang tepat. (4) Siswa dipersiapkan untuk benar-benar melihat
kebenaran jawaban.

b. Definisi Operasional
Kemampuan pemecahan masalah matematika merupakan skor penilaian dari reaksi terhadap
jawaban tentang tes yang menggambarkan kemampuan berpikir kritis numerik dengan
petunjuk-petunjuk antara lain (1) Siswa siap mencatat atau memperhatikan informasi yang
diberikan dari soal yang akan dipenggal. (2) Siswa memiliki pola berpikir kritis. (3) Siswa
siap untuk menyelesaikan dengan teknik yang digunakan dengan hasil yang tepat. (4) Siswa
siap untuk benar-benar melihat kebenaran jawaban.

c. Kisi-Kisi Instrumen
Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen

No soal No Butir
Variabeli Indikatori
Soal

Kemampuani MemahamiiMasalah
Pemecahani
Masalahi MerencanakaniMasalah
1
Matematikai 1 Melakukan Rencana PemecahaniMasalah

MemeriksaiKembali

Memahami Masalah 1
MerencanakaniMasalah

2 Melakukan Rencana PemecahanMasalah

MemeriksaiKembali

MemahamiiMasalah

MerencanakaniMasalah
1
3 Melakukan Rencana PemecahaniMasalah

Memeriksa Kembali

Memahami Masalah

Merencanakan Masalah
1
4 Melakukan Rencana PemecahaniMasalah

MemeriksaiKembali

MemahamiiMasalah

MerencanakaniMasalah
1
5 Melakukan Rencana PemecahaniMasalah

MemeriksaiKembali

MemahamiiMasalah

MerencanakaniMasalah
1
6 Melakukan Rencana PemecahaniMasalah

MemeriksaiKembali

MemahamiiMasalah

MerencanakaniMasalah
1
7 Melakukan Rencana PemecahaniMasalah

MemeriksaiKembali

MemahamiiMasalah

MerencanakaniMasalah
1
8 Melakukan Rencana PemecahaniMasalah

MemeriksaiKembali

MemahamiiMasalah 1

9 MerencanakaniMasalah

Melakukan Rencana PemecahaniMasalah

MemeriksaiKembali
MemahamiiMasalah

MerencanakaniMasalah
1
10 MelakukaniRencana PemecahaniMasalah

MemeriksaiKembali

Jumlah 10

d. Rubrik Penilaian Instrumen


Tabel 3.3 Rubrik Penskoran Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika
Skala Pemecahan Indikator Skor
Masalah
Memahami Masalah Siswa dapat menuliskan apa yang diketahui dan 5
ditanyakan dengan benar dan lengkap
Siswa dapat menuliskan apa yang diketahui dan 4
ditanyakan dengan benar mendekati jawaban yang
lengkap
Siswa dapat menuliskan apa yang diketahui dan 3
ditanyakan dengan benar, tetapi kurang lengkap
Siswa kurang tepat dalam menuliskan apa yang 2
diketahui dan ditanyakan
Siswa tidak dapat menuliskan apa yang diketahui dan 1
ditanyakan dengan benar
Menyusun Rencana Siswa dapat membuat rencana langkah-langkah 5
penyelesaian soal matematika yang diberikan dengan
benar dan lengkap
Siswa dapat membuat rencana langkah-langkah 4
penyelesaian soal matematika yang diberikan
mendekati jawaban yang lengkap
Siswa dapat membuat rencana langkah-langkah 3
penyelesaian soal yang diberikan tetapi kurang benar
dan lengkap
Siswa kurang tepat membuat rencana langkah-langkah 2
penyelesaian soal matematika yang diberikan dengan
benar dan lengkap
Siswa tidak dapat membuat rencana langkah-langkah 1
penyelesaian soal matematika yang diberikan dengan
benar dan lengkap
Melaksanakan Siswa dapat menyelesaikan soal yang ada sesuai 5
Rencana dengan langkah-langkah yang telah dibuat sejak awal
dan dapat menjawab soal dengan benar dan lengkap.
Siswa dapat menyelesaikan soal yang ada sesuai 4
dengan langkah-langkah yang telah dibuat sejak awal
dan dapat menjawab soal mendekati jawaban benar dan
lengkap.
Siswa dapat menyelesaikan soal yang ada sesuai 3
dengan langkah-langkah yang telah dibuat sejak awal
dan dapat menjawab soal dengan benar tetapi kurang
lengkap.
Siswa kurang tepat menyelesaikan soal yang ada sesuai 2
dengan langkah-langkah yang telah dibuat sejak awal
dan kurang lengkap menjawab soal dengan benar.
Siswa tidak dapat menyelesaikan soal yang ada sesuai 1
dengan langkah-langkah yang telah dibuat sejak awal
dan tidak menjawab soal dengan benar dan lengkap.
Memeriksa Kembali Siswa dapat memeriksa kembali hasil jawaban dengan 5
benar dengan lengkap dan terperinci
Siswa dapat memeriksa kembali hasil jawaban dengan 4
benar dengan benar mendekati jawaban yang lengkap
Siswa dapat memeriksa kembali hasil jawaban dengan 3
benar, tetapi kurang lengkap
Siswa kurang tepat dalam memeriksa kembali hasil 2
jawaban dengan benar dan kurang lengkap
Siswa tidak dapat memeriksa kembali hasil jawaban 1
dengan benar dan lengkap

Dari tabel di atas, analis dapat membedah keterampilan berpikir kritis. Pakar menyinggung
aturan dalam mendobraknya. Berikutnya adalah persamaan yang digunakan untuk
menentukan tingkat setiap fase pemenuhan yang diperoleh dari setiap hal.

Penghargaan = (Skor yang didapat)/(Skor Terbesar) x 100

e. Jenis Instrumen
Instrumen tes ini digunakan untuk mendapatkan informasi untuk penelitian. Menurut
Sudijono dalam Sudaryono (2016) tentang estimasi dan evaluasi, tes adalah alat atau strategi
estimasi. Cek dapat digunakan untuk mengukur berapa banyak informasi yang telah diketahui
seseorang tentang topik yang dibatasi.

Dalam ulasan ini, pengetahuan dan pemahaman karakter siswa disurvei melalui tes tertulis.
Tes yang disusun umumnya berupa soal, jumlah tes dalam matematika adalah 10 soal.

f. Perhitungan Validitas dan Reliabilitas


1. Validitas Konstruk
Uji keabsahan substansi dalam kajian ini melibatkan Master Judgment dalam
pengertiannya yang layak, yaitu pemikiran atau penilaian para ahli atau individu yang
berpengalaman dalam bidang tertentu. Ilmuwan meminta bantuan dari Pembicara Pelatihan
Guru Kelas untuk menganalisis apakah materi instrumen sesuai dengan ide yang akan
diperkirakan. Menguji legitimasi pembangunan melalui Master Judgment adalah dengan
memeriksa jaringan dan instrumen, khususnya kewajaran dengan tujuan eksplorasi dan benda
benda.

2. Validitas Isi
Uji keabsahan substansi dalam ulasan ini menggunakan Item Second Relationship. Ujian ini
diakhiri dengan mencocokkan skor setiap benda dengan skor keseluruhan. Skor lengkap
adalah jumlah, semuanya dianggap sama. Menanyakan hal-hal yang sama sekali terkait
dengan skor lengkap menunjukkan bahwa hal-hal ini dapat menawarkan bantuan dalam
mengungkap apa yang perlu Anda ungkapkan. Tes ini menggunakan tes dua langkah dengan
tingkat kepentingan 0,05. Langkah-langkah tes adalah sebagai berikut:

- Jika r hitung > r tabel (uji 2 sisi dengan sig. 0,05) maka instrumen atau item-item
soal berkorelasi signifikan terhadap skor total (dinyatakan valid)
- Jika r hitung < r tabel (uji 2 sisi dengan sig. 0,05) atau r hitung negatif,maka
instrumen atau item-item soal berkorelasi signifikan terhadap skor total
(dinyatakan tidak valid).
Data-data hasil test yang diperoleh di analisis menggunakan statistika, teknik statistik
yang digunakan adalah korelasi Product Moment . Menurut Margono (2010) Rumus
korelasi Product Moment sebagai berikut :
rxy = Koefisien korelasi

∑ x = Jumlah skor butir soal X


∑ y = Jumlah skor butir soal Y
∑ xy = Jumlah hasil kali skor kuadrat butir soal
∑ x 2 = Jumlah skor total kuadrat butir soal X
∑ y 2 = Jumlah skor total kuadrat butir soal Y
n = Jumlah responden
Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas Soal Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika
No Soal r hitung r tabel Keterangan

1 0,617 0,248 Valid

2 0,684 0,248 Valid

3 0,798 0,248 Valid

4 0,646 0,248 Valid

5 0,670 0,248 Valid

6 0,526 0,248 Valid

7 0,168 0,248 Tidak Valid

8 0,747 0,248 Valid

9 0,245 0,248 Tidak Valid

10 0,533 0,248 Valid

Dilihat dari informasi hasil tes hasil instrumen pada variabel keterampilan Berpikir Kritis
Numerik dengan contoh 40 siswa dan jumlah pertanyaan 10 diperoleh 8 kualitas yang sah dan
2 hal yang hilang dengan r tabel 0,248.

3) Reliabilitas

Suatu instrumen memiliki tingkat keandalan yang memuaskan, dengan asumsi instrumen
tersebut digunakan untuk mengukur sudut pandang yang diperkirakan beberapa kali hasilnya
adalah sesuatu yang sangat mirip atau cukup setara. Uji kualitas yang tidak tergoyahkan
dalam ulasan ini menggunakan resep Alpha Cronbach karena alat uji ini berupa soal-soal.
Persamaan Alpha Cronbach sebagai berikut:

k
Rac = ( )¿]
k−1
Keterangan:
rac = Koefisien realibilitas alpha cronbach
K = Banyak butir atau banyak pertanyaan
∑ σ b2 = Jumlah atau total varians per-butir atau item pertanyaan
σ t2 = Jumlah atau total varians
Menurut Arikunto (2006:171), keputusan reabilitas ditentukan dengan kriteria sebagai
berikut:

a. Jika nilai Cronbach’s Alpha > 0.60 maka reliabel


b. Jika nilai Cronbach’s Alpha < 0.60 maka tidak reliabel

Berdasarkan informasi dari hasil tes instrumen pada variabel keterampilan Berpikir Kritis
Numerik dengan contoh 40 siswa dan jumlah 10 pertanyaan, diperoleh 8 kualitas yang sah
dan 2 hal yang hilang dengan r tabel 0,248 dan r hitung 0,821, jadi r hitung > dari tabel r.
Akibatnya instrumen diumumkan solid dan dapat digunakan untuk pemeriksaan tambahan.

2. Instrumen Minat Belajar


a. Definisi Konseptual
Minat belajar adalah kecenderungan dan minat individu dalam mempelajari latihan lebih dari
latihan belajar lainnya tanpa paksaan dari luar. Petunjuknya adalah (a) Adanya rasa senang
terhadap pembelajaran (b) Sorotan terhadap pembelajaran (c) Adanya kesiapan untuk belajar
(d) Adanya kemampuan dari dalam diri untuk dinamis dalam belajar (e) Adanya upaya yang
dilakukan membuat rindu untuk belajar.

b. Definisi Operasional
Minat belajar merupakan skor penilaian dari reaksi terhadap jawaban tentang minat belajar
survey dengan penanda diantaranya (a) Memiliki sensasi senang dalam belajar (b)
Menitikberatkan pada belajar (c) Adanya kesiapan untuk belajar (d) ada kesiapan dari dalam
untuk dinamis dalam belajar ( e) Ada upaya yang dilakukan untuk menimbulkan kerinduan
belajar.

c. Kisi-kisi Instrumen
Pengumpulan data untuk penelitian ini juga berupa survei minat belajar matematika 20 hal,
bersama dengan rangkaian instrumen yang dibuat oleh ilmuwan.

Tabel 3.6 Kisi-kisi Instrumen


Variabel Indikator No. Butir No. Butir
Soal
(+) (-)
Minat Perasaan senang terhadap 1,3,9,10,11,28 23,31,34 8
Belajar
pembelajaran
Fokus terhadap pembelajaran 6,16,17,27,40 9,36,39 8
Kemauan untuk belajar 8,13,21,22,24 15,32,35 8
Kemauan untuk aktif dalam 12,18,19,25 7,14,30,38 8
pembelajaran
Upaya yang dilakukan untuk 2,4,5,20,26,29 33,37 8
menciptakan keinginan untuk
belajar
Jumlah 40

d. Jenis instrumen
Alat-alat dalam berbagai informasi yang digunakan dalam informasi ujian ini. sugiyono (2021)
“Poll adalah strategi pengumpulan informasi yang dilakukan dengan cara memberikan sekumpulan
pertanyaan atau penjelasan yang tersusun kepada responden untuk dibalas”. Responden dalam kajian
ini adalah siswa kelas 5 SD Se-bunch II Banyusari. Alat pencari informasi berupa survey minat
belajar matematika sebanyak 40 hal.

Jenis survei dalam penelitian ini menggunakan skala Likert. Sugiyono (2013) “Skala Likert
digunakan untuk mengkuantifikasi mentalitas, perasaan, dan pandangan seseorang atau kelompok
tentang kekhasan persahabatan”. Setiap item instrumen berbasis skala Likert menawarkan pilihan
reaksi yang berkisar dari sangat pasti hingga sangat negatif dan dapat berupa kata-kata, seperti 1)
sangat setuju 2) setuju 3) tidak pasti 4) berbeda 5) sangat bertentangan.

e. Perhitungan Validitas dan Reliabilitas


1. Validitas Konstruk
Uji keabsahan substansi dalam kajian ini melibatkan Master Judgment dalam pengertiannya yang
bermanfaat, yaitu pertimbangan atau penilaian dari para ahli atau individu yang berpengalaman dalam
bidang tertentu. Ilmuwan meminta bantuan dari penelitian otak berkonsentrasi pada guru program
untuk melihat apakah bahan instrumen sesuai dengan ide yang akan diperkirakan. Menguji keabsahan
pengembangan melalui Master Judgment adalah dengan melihat jaringan dan instrumen, terutama
kewajaran dengan tujuan pengujian dan hal-hal artikulasi.
2. Validitas Isi
Uji keabsahan substansi dalam ulasan ini menggunakan Item Second Connection. Investigasi ini
diakhiri dengan mencocokkan skor setiap benda dengan skor lengkap. Skor habis-habisan adalah
jumlah, semuanya sama. Mempertanyakan hal-hal yang pada dasarnya terkait dengan skor total
menunjukkan bahwa hal-hal ini dapat menawarkan bantuan dalam mengungkapkan apa yang perlu
Anda ungkapkan. Tes ini menggunakan tes dua langkah dengan tingkat kepentingan 0,05. Standar
pengujian adalah sebagai berikut:

- Jika r hitung > r tabel (uji 2 sisi dengan sig. 0,05) maka instrumen atau item-item soal
berkorelasi signifikan terhadap skor total (dinyatakan valid)
- Jika r hitung < r tabel (uji 2 sisi dengan sig. 0,05) atau r hitung negatif,maka instrumen
atau item-item soal berkorelasi signifikan terhadap skor total (dinyatakan tidak valid).
Data-data hasil test yang diperoleh di analisis menggunakan statistika, teknik statistik yang
digunakan adalah korelasi Product Moment . Menurut Margono (2010) Rumus korelasi Product
Moment sebagai berikut :

rxy = Koefisien korelasi

∑ x = Jumlah skor butir soal X


∑ y = Jumlah skor butir soal Y
∑ xy = Jumlah hasil kali skor kuadrat butir soal
∑ x 2 = Jumlah skor total kuadrat butir soal X
∑ y 2 = Jumlah skor total kuadrat butir soal Y
Tabel 3.7 Hasil Uji Validitas Angket Minat Belajar
No Pernyataan r hitung r tabel Keterangan

1 0,481 0,248 Valid

2 0,373 0,248 Valid

3 0,591 0,248 Valid

4 0,572 0,248 Valid

5 0,422 0,248 Valid

6 0,378 0,248 Valid

7 0,380 0,248 Valid


8 0,676 0,248 Valid

9 0,198 0,248 Tidak Valid

10 0,759 0,248 Valid

11 0,531 0,248 Valid

12 0,371 0,248 Valid

13 0,428 0,248 Valid

14 0,230 0,248 Tidak Valid

15 0,343 0,248 Valid

16 0,510 0,248 Valid

17 0,496 0,248 Valid

18 0,600 0,248 Valid

19 0,118 0,248 Tidak Valid

20 0,476 0,248 Valid

21 0,410 0,248 Valid

22 0,511 0,248 Valid

23 0,484 0,248 Valid

24 0,597 0,248 Valid

25 0,492 0,248 Valid

26 0,362 0,248 Valid

27 0,588 0,248 Valid

28 0,533 0,248 Valid

29 0,193 0,248 Tidak Valid

30 0,226 0,248 Tidak valid

31 -0,010 0,248 Tidak Valid

32 0,376 0,248 Valid

33 0,301 0,248 Valid

34 0,305 0,248 Valid

35 0,396 0,248 Valid

36 0,539 0,248 Valid

37 0,149 0,248 Tidak Valid

38 0,601 0,248 Valid


39 0,625 0,248 Valid

40 0,441 0,248 Valid

Dilihat dari keterangan hasil tes hasil instrumen terhadap variabel minat belajar (X) dengan
contoh 40 siswa dan jumlah 40 polling, diperoleh 33 sifat pokok dan 7 hal yang gugur,
penjelasan yang tidak valid tidak diubah karena tanda-tanda minat belajar masih ditanggapi
dengan hal-hal yang diproklamirkan secara sah.

3. Uji Reliabilitas
Suatu instrumen memiliki tingkat kualitas yang tidak tergoyahkan yang memuaskan, dengan
asumsi instrumen tersebut digunakan untuk mengukur perspektif yang diperkirakan beberapa kali
hasilnya adalah sesuatu yang sangat mirip atau agak setara. Uji reliabilitas dalam ulasan ini
menggunakan resep Alpha Cronbach karena instrumen eksplorasi berupa pertanyaan. Resep Alpha
Cronbach sebagai berikut:

k
rac = ( )¿]
k−1
Keterangan:
rac = Koefisien realibilitas alpha cronbach
K = Banyak butir atau banyak pertanyaan

∑ σ b2 = Jumlah atau total varians per-butir atau item pertanyaan


σ t2 = Jumlah atau total varians
Menurut Arikunto (2006:171), keputusan relibiltas ditentukan dengan kriteria sebagai berikut:
f. Jika nilai Cronbach’s Alpha > 0.60 maka reliabel
g. Jika nilai Cronbach’s Alpha < 0.60 maka tidak reliabel
Dilihat dari informasi hasil uji konsekuensi instrumen terhadap variabel minat belajar (X) dengan
contoh 40 siswa dan jumlah 40 hal survei, diperoleh 33 kualitas yang sah dan 7 hal yang turun dengan
r tabel 0,248.

A. Teknik Analisis Data


1. Statistik Deskriptif
(Sugiyono, 2021) mengatakan bahwa wawasan yang jelas digunakan untuk memeriksa
informasi dengan meringkas atau menggambarkan informasi yang telah didapat, tanpa berusaha
mencapai kesepakatan. Dalam ulasan ini, pemeriksaan faktual ekspresif digunakan untuk menentukan
atribut minat belajar aritmatika dan kemampuan menjawab soal numerik di kelas V sekolah dasar.

2. Statistik Inferensial
Investigasi informasi dilakukan untuk memutuskan apakah spekulasi itu valid atau tidak dan
untuk menjawab resep yang disarankan. Sebelum menyelesaikan pemeriksaan informasi, penting
untuk menguji penyelidikan esensial, khususnya uji biasa dan uji linearitas relaps. Sejak saat itu, resep
pendekatan hubungan digunakan untuk menguji informasi. Resep ini bertujuan untuk menentukan
apakah ada hubungan antara minat belajar (x) dan kemampuan menjawab soal-soal numerik (y) pada
siswa sekolah dasar.

a. Uji Normalitas
Tes kebiasan memiliki tujuan mempelajari bagaimana informasi disesuaikan di seluruh faktor
eksplorasi. Informasi disebarluaskan khas sangat baik dan wajar untuk digunakan dalam penelitian.
Informasi dianggap tersampaikan secara konsisten jika sig. Batasan yang lebih penting dari atau setara
dengan 0,05 (Duwi Priyatni, 2010) dalam pengujian ini menggunakan SPSS, persamaan Kolmogorov
Smirnov digunakan untuk menjalankan uji kebiasan.

b. Uji Linearitas
Uji linieritas digunakan untuk memutuskan apakah hubungan antara dua faktor bersifat langsung,
digunakan uji linieritas. Ekspansi pada skor satu variabel yang diikuti dengan ekspansi pada faktor
yang berbeda menunjukkan hubungan yang searah. Hubungan antar faktor dianggap lurus jika sig.
Linearitas di bawah 0,05 dan sig. Penyimpangan dari linearitas lebih dari 0,05. (Duwi Priyatno, 2010).
Uji linieritas digunakan untuk menentukan apakah persamaan tersebut lurus pada tingkat kepentingan
0,05 dengan bantuan SPSS.

c. Koefisien Determinasi
Koefisien assurance adalah besarnya untuk menentukan tingkat covariation antara faktor X dan
Y bila dikaitkan dengan 100 persen, dengan demikian besar koefisien assurance adalah 0 ≤ r^2 ≤ 1
dan tidak ada koefisien akhir yang negatif karena dikuadratkan.

Koefisien resep jaminan adalah sebagai berikut:

2
Kd=r ×100 %

Gambar 3.2 Rumus Koefisien Determinasi

d. Uji Korelasi
Tes spekulasi adalah untuk memutuskan apakah penemuan dari contoh dapat
disimpulkan untuk seluruh rakyat (Duwi Prayitno, 2010). Alasan penelitian ini adalah untuk
memutuskan apakah ada hubungan antara minat belajar dan kapasitas untuk menangani
masalah numerik. Relationship Examination, suatu teknik pemeriksaan, digunakan dalam
pelaksanaan review ini. Tentukan hubungan antara dua faktor menggunakan pemeriksaan
hubungan menggunakan SPSS, ahli menggunakan pemeriksaan hubungan kedua item:

rxy = N ∑ XY −¿ ¿¿
Keterangan:
r = Koefisien korelasi
∑ x = Jumlah skor dalam sebaran X
∑ Y = Jumlah seluruh skor Y
∑ xy = jumlah hasil kali skor X dengan skor Y yang berpasangan
2
∑x = jumlah skor yang dikuadratkan dalam sebaran X
2
∑ y = jumlah skor yang dikuaratkan dalam sebaran Y
N = Banyaknya subyek skor X dan skor Y yang berpasangan
Dengan memilih Analisis > Korelasi >Bivariat, memasukkan variabel X dan Y. Dan
mengklik OK (Priyatno), SPSS digunakan untuk menghitung analisis korelasi dalam
penelitian ini (Zakiyah, 2016).
e. Uji Hipotesis
Uji Hipotesis dilakukan untuk menguji apakah Hipotesis sesuai dengan penelitian atau
tidak. Uji Hipotesis yang peneliti gunakan adalah Uji T. dengan rumus :
t √ n−2
hitung=r
√1−r 2
Hasil data yang diperoleh untuk mengetahui hubungan antara Minat belajar dengan
kemampuan pemecahan masalah matematika. Adapun untuk menguji hipotesis
menggunakan kriteria sebagai berikut
Ho= µ1 < µ2
Ha = µ1> µ2
Jika t hitung< t tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya tidak ada hubungan antara
Minat belajar dengan kemampuan pemecahan masalah matematika.
Jika t hitung> t tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya ada hubungan antara minat
belajar dengan kemampuan pemecahan masalah matematika.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data Hasil Penelitian


1. Hasil Penelitian
Penelitian “Hubungan Minat Belajar Dengan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika
Siswa Sekolah Dasar” telah dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Juni 2023. Populasi
penelitian ini berjumlah 133 siswa dengan penjelasan sebagai berikut :
Tabel 4.1 Data siswa kelas V SDN Gugus 02 Kecamatan Banyusari
No Nama Sekolah Populasi Perhitungan Sampel
Sampel
1 Kelas V SDN Banyuasih 32 32/133 x 20 4
I
2 Kelas V SDN Banyuasih 16 16/133 x 20 4
II
3 Kelas V SDN Pamekaran 19 19/133 x 20 3
I
4 Kelas V SDN Pamekaran 42 42/133 x 20 5
II
5 Kelas V SDN 24 24/133 x 20 4
Gembongan I
Jumlah 133 20
Sumber : Data Sekolah
Subyek dalam kajian ini adalah 15% dari keseluruhan contoh di konsentrasi ini sebanyak
15% dari seluruh siswa kelas 5 SD Gugus II Daerah Banyusari, sehingga berjumlah 133
siswa, tepatnya 20 siswa. Daerah pemeriksaan ini berada di Daerah Banyusari, Kabupaten
Karawang. Penggambaran informasi eksplorasi menggambarkan informasi dari tanggapan
responden mengenai hubungan antara minat belajar dan kemampuan penyelesaian pernyataan
numerik siswa sekolah dasar yang ditentukan dengan bantuan program SPSS 25.0 For
Windows.

a. Minat Belajar
Informasi tentang minat belajar diperoleh melalui jajak pendapat yang dilakukan oleh 20
siswa kelas 5 SD Negeri di Bunch 02, Kecamatan Banyusari, Kabupaten Karawang. Kaidah
minat belajar dijumlahkan menjadi 33 hal. Setiap benda memiliki skor kualitas berbeda yang
telah disetujui oleh para ahli. Efek samping dari pemeriksaan recurrence appropriation untuk
variabel minat belajar dapat dilihat pada tabel terlampir:

Tabel 4.2 Analisis Distribusi Frekuensi Minat Belajar

Statistics

Minat belajar

N Valid 20

Missing 0

Mean 80.70

Median 83.00

Mode 85a

Std. Deviation 7.808

Variance 60.958

Range 28

Minimum 66

Maximum 94

Sum 1614
a. Multiple modes exist. The
smallest value is shown

Dilihat dari rubrik minat belajar 20 responden diperoleh skor tertinggi 94 dan skor terendah
66 dengan mean 80,70, tengah 83,00, metode 85a, standar deviasi 7,808, fluktuasi 60,958 dan
ruang lingkup 28.

b. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika


Informasi Kemampuan Berpikir Kritis Numerik diperoleh dari Soal Eksposisi. Legitimasi
dan ketergantungan pertanyaan eksposisi yang digunakan dalam penelitian ini diketahui.
Jumlah pertanyaan artikel pada kapasitas penanganan pernyataan numerik adalah 8
pertanyaan. Inkuiri yang telah diadili kemudian disebar ke subjek eksplorasi. Konsekuensi
dari ujian diseminasi pengulangan untuk keterampilan berpikir kritis numerik harus terlihat
pada tabel terlampir:

Tabel 4.3 Analisis distribusi frekuensi Kemampuan pemecahan masalah matematika


Statistics

Nilai Soal Kemampuan pemecahan


Masalah

N Valid 20

Missing 0

Mean 72,80

Median 73,50

Mode 68a

Std. Deviation 7,557

Variance 57,116

Range 27

Minimum 60

Maximum 87

Sum 1456

a. Multiple modes exist. The


smallest value is shown
Berdasarkan uji eksplorasi yang disampaikan kepada 20 responden, skor tertinggi adalah 87
dan skor terendah adalah 60, dengan rata-rata 72,80, tengah 73,50, metode 68a, standar
deviasi 7,557, fluktuasi 57,116 dan ruang lingkup 27.

B. Pengujian Persyaratan Analisis Data


1. Uji Normalitas
Perhitungan normalitas digunakan untuk mengetahui apakah suatu sebaran data normal.
Uji normalitas dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan rumus Kolmogrov
Smirnov dengan bantuan SPSS 25.0 For Windows. Apabila diperoleh nilai sig < 0,05 maka
data tidak berdistribusi normal. Perhitungan hasil uji normalitas dapat dilihat pada tabel 4.4.
Tabel 4.4 Uji Normalitas dengan Kolmogrov Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized
Residual

N 20

Normal Parametersa,b Mean ,0000000

Std. Deviation 4,70962145

Most Extreme Differences Absolute ,150

Positive ,120

Negative -,150

Test Statistic ,150

Asymp. Sig. (2-tailed) ,200c,d

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

c. Lilliefors Significance Correction.

d. This is a lower bound of the true significance.

Berdasarkan tabel 4.4 menunjukan bahwa nilai signifikansi pada Asymp.Sig. (2-
tailed) sebesar 0,200 lebih besar dari 0,05. Maka sesuai dengan dasar pengambilan keputusan
dalam uji normalitas Kolmogrov Smirnov diatas, dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi
normal. Dengan demikian, asumsi atau persyaratan normalitas dalam model regresi sudah
terpenuhi.
2. Uji Linieritas
Uji linieritas digunakan untuk mengetahui apakah hubungan dua variabel linier. Jika nilai
Deviation From Linierity Sig. <0,05 maka tidak ada hubungan yang linier secara signifikan
antara variabel independent dengan variabel dependent. Hasil analisis uji linieritas dapat
dilihat pada tabel 4.5.
Tabel 4.5 Uji Linieritas Kedua Variabel

ANOVA Table

Sum of Mean
Squares df Square F Sig.

Kemampuan Between (Combined) 981,867 14 70,133 3,394 ,092


pemecahan Groups
Linearity 663,770 1 663,770 32,118 ,002
masalah
matematika * Deviation from 318,097 13 24,469 1,184 ,458
Minat belajar Linearity

Within Groups 103,333 5 20,667

Total 1085,200 19

Berdasarkan analisis yang dilakukan peneliti dengan bantuan SPSS 25,0 diperoleh nilai
Deviation from linearity 0,458, Nilai yang didapat lebih besar dari 0,05. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa Hubungan Minat belajar dengan kemampuan pemecahan masalah matematika
siswa sekolah dasar ada hubungan yang linier.

3. Koefisien Determinasi

Model Summary

Adjusted R Std. Error of the


Model R R Square Square Estimate

1 ,782a ,612 ,590 4,839

a. Predictors: (Constant), Minat belajar


Berdasarkan uji koefisien determinan didapatkan bahwa nilai R square sebesar 0,612 atau 61,2
persen . Artinya besaran pengaruh variabel x dalam mempengaruhi variabel y sebesar 61,2 persen dan
sisanya sebesar 38,8 persen dipengaruhi oleh variabel lain diluar penelitian.

C. Pengujian Hipotesis
Uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan rumus korelasi Product Moment Pearson dengan
bantuan SPSS 25,0. Kriteria untuk menerima atau menolak hipotesis adalah dengan melihat perolehan
harga r atau rhitung dengan rtabel pada taraf signifikansi 5%. Apabila rhitung ≥ rtabel pada taraf
signifikasi 5%, maka Ha diterima dan Ho ditolak. Arikunto dalam Eva 2019 mengatakan bahwa
terdapat klarifikasi nilai korelasi yang digunakan untuk melihat kuat tidaknya hubungan antar variabel,
yaitu :
Tabel 4.6 Koefisien korelasi

Correlations

Kemampuan
pemecahan
masalah
Minat belajar matematika

Minat belajar Pearson Correlation 1 ,782**

Sig. (2-tailed) ,000

N 20 20

Kemampuan pemecahan Pearson Correlation ,782** 1


masalah matematika
Sig. (2-tailed) ,000

N 20 20

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Sumber : Hasil SPSS 25,0 For Windows

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa nilai keterkaitan minat belajar adalah 0,782
mengingat kaidah nilai keterhubungan pemahaman dalam jangkauan “0,600 – 0,799, dan itu
mengimplikasikan derajat keterkaitan antara minat belajar dan keterampilan berpikir kritis numerik
dimasukkan pada tingkat area kekuatan utama untuk A. Berdasarkan informasi di atas, pengujian
spekulasi dapat dilakukan dengan melihat tingkat kepentingan (p-esteem) sebagai berikut: Dalam hal
kepentingan > 0,05 maka Ho diakui dan jika kepentingan < 0,05 maka Ho ditolak Untuk keadaan ini
dapat dilihat bahwa koefisien hubungan adalah 0,782 dengan arti 0,000 Karena kepentingan benar-
benar bermaksud adanya hubungan yang positif antara keunggulan dalam belajar dan kemampuan
untuk mengurus pernyataan numerik.Setelah mendapatkan hasil bahwa ada hubungan positif yang
sangat besar antara Minat Belajar dan Kemampuan Berpikir Kritis Numerik, tahap selanjutnya adalah
menguraikan kekuatan hubungan antara minat belajar dan Kemampuan kritis numerik untuk berpikir.
Setelah diuraikan dengan tabel tingkat hubungan koefisien koneksi Sugiono, ditemukan bahwa
kekuatan hubungan antara Minat Belajar dan Keterampilan Berpikir Kritis Numerik merupakan area
kekuatan untuk a. Mengingat efek samping dari koefisien koneksi, juga dapat dilihat bahwa
hubungannya positif, menyiratkan bahwa semakin tinggi minat belajar siswa, semakin tinggi tingkat
Kemampuan Berpikir Kritis Numerik.

Perhitungan Uji Signifikansi

Koefisien Korelasi Product Moment (UJI T)

r √ n−2
th =
√ 1−r 2

782 √ 20−2
th =
√ 1−6312
3 ,31
th = = 5,338
0 , 62
Kesimpulan:
Karena koefisien hubungan positif, dapat dikatakan bahwa koefisien hubungan antara X dan
Y adalah positif dan luar biasa besar, menyiratkan bahwa semakin tinggi minat belajar,
semakin tinggi kemampuan untuk mengatasi masalah numerik.

Percakapan Hasil Eksplorasi

Tinjauan ini diharapkan dapat memutuskan apakah ada hubungan antara minat belajar dan
kemampuan menjawab soal-soal numerik di kelas 5 SD di Bunch 02, Lokal Banyusari,
Kabupaten Karawang. Berdasarkan hasil pengujian spekulasi menunjukkan bahwa terdapat
hubungan yang positif dan sangat besar antara minat belajar dengan kemampuan
mengerjakan soal-soal berhitung pada siswa kelas V SD Negeri di Banyusari 02 Kecamatan
Banyusari Kabupaten Karawang. Dari penanganan informasi yang telah dilakukan, terlihat
bahwa minat belajar dengan kemampuan berpikir kritis numerik memiliki kekuatan bidang
utama untuk a. Hal ini berarti bahwa keunggulan siswa dalam belajar memiliki bidang
kekuatan bagi siswa dengan kemampuan berpikir kritis numerik siswa.

Dilihat dari hasil pemeriksaan informasi diperoleh koefisien hubungan positif yang
menunjukkan bahwa hubungan antara minat belajar dan kemampuan berpikir kritis numerik
siswa adalah positif, yaitu nilai r_(hitung) sebesar 0,782 yang setelah dilakukan diubah
seluruhnya menjadi nilai r_(tabel) dengan jumlah 20 responden diperoleh nilai 20. 0,444.
Dilihat dari uji koefisien determinan, diketahui nilai R square sebesar 0,612 atau 61,2 persen.
Artinya pengaruh variabel x terhadap variabel y hanya sebesar 61,2 persen dan sisanya
sebesar 38,8 persen dipengaruhi oleh berbagai faktor di luar eksplorasi. Hal ini dapat
beralasan bahwa semakin tinggi keunggulan siswa dalam belajar maka semakin tinggi
kemampuan siswa dalam menangani soal-soal numerik dan sebaliknya semakin rendah minat
belajar maka semakin rendah kemampuan siswa dalam menangani soal-soal.
Dalam penelitian ini diketahui bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi kemampuan
mengatasi masalah numerik adalah minat penemuan yang dimiliki oleh siswa. Minat belajar
yang rendah menyebabkan siswa mengalami kesulitan dalam menangani suatu masalah. Hal
ini karena rendahnya minat siswa untuk mengambil membuat siswa tidak memiliki apa yang
diperlukan untuk mengatasi masalah dalam menangani masalah kata matematika. Dalam
pembelajaran aritmatika, tidak hanya menguasai konsep materi, tetapi juga menekankan
bagaimana menangani hal-hal yang berhubungan dengan sains. Dengan demikian hasil
belajar aritmatika dapat menjadi kemampuan siswa dalam memperhatikan masalah bilangan
pada materi yang sedang dipelajari. Berpikir kritis dipandang sebagai pendekatan untuk
melacak jawaban untuk keadaan baru. Masalah dalam pembelajaran matematika merupakan
pertanyaan yang harus dijawab atau dijawab. Namun, itu tidak berarti semua pertanyaan
adalah masalah. Pertanyaan yang memiliki kesulitan yang tidak dapat dipecahkan yang dapat
diurutkan sebagai masalah. Mengingat efek samping dari pemeriksaan, maka Ho
diberhentikan dan Ha diakui. Ho yang didapat dalam ulasan ini, secara khusus: ada hubungan
positif dan kritis antara minat belajar dengan kemampuan mengurus soal-soal bilangan di
kelas V SD Negeri Gugus 02 Kabupaten Banyusari Kabupaten Karawang.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan
yang signifikan antara Minat Belajar dan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika siswa kelas V
SD-Negeri se-Gugus 02 Kecamatan Banyusari Kabupaten Karawang yang ditunjukkan dengan uji
koefisien determinan didapatkan bahwa nilai R square sebesar 0,612 atau 61,2 persen dan koefisien
korelasi sebesar 0,782 pada tingkat hubungan yang kuat, dan setelah dikonversikan ke dalam nilai
r tabel dengan jumlah responden 20, diperoleh nilai sebesar 0,444, dan pada pengujian koefisien
determinan didapatkan bahwa nilai R square sebesar 0,612 atau 61,2 persen . Artinya besaran
pengaruh variabel x dalam mempengaruhi variabel y hanya sebesar 0,612 persen dan sisanya sebesar
38,8 persen dipengaruhi oleh variabel lain diluar penelitian. Maka dengan ini hipotesis Ho ditolak
dengan ketentuan t hitung> t tabel, hal ini juga diperkuat dengan taraf signifikansi 0,05 dengan dk (n-2) =

(20-2) sebesar 1,734 berarti t hitung(5,338) > t tabel (1,734), maka terdapat hubungan yang sangat
signifikan antara variable X dan Variabel Y.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini, yang menunjukkan minat belajar memiliki
hubungan yang positif dan signifikan dengan kemampuan pemecahan masalah
matematika, maka saran penulis sebagai berikut.
1. Bagi Guru
Pendidik harus dapat menciptakan lingkungan belajar yang dapat menumbuhkan keunggulan
siswa dalam belajar dan memberikan perasaan kepada siswa untuk dapat menghargai matematika
secara nyata selama pengalaman pendidikan sains dan tugas wali yang dinamis untuk membantu
pembelajaran siswa dengan penanganan. , khususnya dalam matematika.

2. Bagi Siswa
Bagi siswa kelas V SD Negeri se-Gugus 02 Kecamatan Banyusari Kabupaten Karawang
hendaknya lebih ditingkatkan minat belajar siswa pada kemampuan pemecahan masalah matematika.

3. Bagi Peneliti lain


Peneliti yang ingin meneliti tentang minat belajar dengan kemampuan pemecahan masalah
matematika, penelitian ini bisa dijadikan sebagai acuan atau referensi untuk membantu dalam
melakukan penelitian selanjutnya. Selain itu karena Peneliti berpendapat bahwa ada beberapa cara
yang bisa diteliti untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika. Salah satu
contohnya, bisa dengan merubah penelitian korelasi ini menjadi penelitian eksperimen. Dalam hal ini
juga dapat diganti beberapa variabel dalam penelitian ini sebagai rekomendasi peneliti, contohnya
bisa diganti dengan variabel dengan metode pembelajaran ataupun model pembelajaran lainnya.

Anda mungkin juga menyukai