PROPOSAL
DISUSUN OLEH :
NURUL IZZA
NIM : A1I 117 108
KENDARI
2020
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan bagian yang sangat penting dalam proses pembangunan
suatu bangsa dan negara, karena tanpa didukungnya pendidikan tidak mungkin
pembangunan suatu bangsa dan negara dapat berkembang dengan baik. Kita dapat
melihat contohnya yaitu perkembangan antara desa dengan kota, dimana kota bisa
dianggap lebih berkembang dari pada desa dikarenakan sistem pembangunan yang
dipimpin oleh orang-orang terpelajar. Pendidikan itu sebenarnya harus didapatkan oleh
setiap lapisan masyarakat agar pembangunan suatu bangsa dan negara itu dapat berjalan
dengan baik.
Hal tersebut juga terlihat dalam UUD 1945 pasal 31 yang menyatakan bahwa
setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan (Amandemen UUD 1945, Bab XIII
tentang Pendidikan dan Kebudayaan). Pernyataan dalam pasal 31 itu sekaligus
merupakan landasan dan jaminan bagi setiap warga negara Indonesia untuk memperoleh
pendidikan tanpa membedakan suku, agama, dan golongan.
Matematika adalah suatu ilmu yang sudah dipelajari mulai dari TK, SD, SMP,
hingga SMA, Perlunya mata pelajaran matematika ini untuk membekali siswa berfikir
logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif serta kemampuan bekerja sama. Kompetensi
tersebut diperlukan agar siswa dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola dan
memanfaatkan informasi sehingga bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari, namun
sebagian besar siswa menganggap matematika itu tergolong pelajaran yang sulit, bahkan
tidak sedikit siswa yang menghindari pelajaran matematika, hal demikian terjadi karena
siswa kurang memahami konsep dalam matematika ketika mempelajari matematika itu
sendiri, siswa lebih mengenal bahwa matematika adalah hal yang rumit, berhubungan
dengan lambang-lambang yang abstrak bahkan operasi matematika yang menakutkan.
Minat belajar terdiri dari dua kata yakni minat dan belajar, dua kata ini beda arti,
untuk itu penulis akan mendefinisikan satu persatu. Menurut (Gie, 2004, Slameto, 2010,
Asmani, 2009 dalam sirait, 2016:37) minat mempunyai peranan dalam “Melahirkan
perhatian yang serta merta, memudahkan terciptanya pemusatan perhatian, dan mencegah
gangguan perhatian dari luar”. Kemudain “Interest is persisting tendency to pay attention
to and enjoy same activities and or content.” (“Minat adalah kecenderungan yang tetap
untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan.”) Kegiatan ini termasuk belajar
yang diminati siswa akan diperhatikan terus menerus yang disertai rasa senang. “Minat
adalah rasa lebih suka dan ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas tertentu, tanpa ada
yang menyuruh.” Demikian di dalam jiwa seseorang yang memperhatikan sesuatu ia
mulai dengan menaruh minat terhadap hal itu. Minat itu erat hubungannya dengan
kepribadian seseorang; ketiga fungsi jiwa: kognisi, emosi dan konasi terdapat dalam
minat kadang minat itu timbul dengan sendirinya, dan kadang-kadang perlu diusahakan.
Ada tujuh aspek yang termuat dalam kemampuan pemahaman matematis, yaitu
menginterpretasikan, memberikan contoh, mengklasifikasikan, merangkum, menduga,
membandingkan, dan menjelaskan. Seperti yang jelaskan Alfeld (Sariningsih, 2014:154),
bahwa memahami matematika dapat dilakukan melalui hal sebagai berikut: (a)
Menjelaskan konsep-konsep matematis dan fakta-fakta dalam bentuk k onsep dan fakta
yang lebih sederhana, (b) Secara mudah dapat membuat kaitan yang logis antara fakta-
fakta dan konsep-konsep, (c) Ketika menemui sesuatu konsep yang baru (baik didalam
atau diluar konsep matematis) maka ia dapat mengenal keterkaitannya dengan konsep
yang sudah dipahaminya, (d) Dapat mengidentifikasi bahwa prinsip-prinsip matematika
berkaitan dengan dunia kerja.
Ketakutann banyak pelajar di tanah air pada mata pelajaran matematika itu
terlihat dari hasil survei Programme For International Student Assessment (PISA). Studi
yang dilakukan organisasi kerja sama ekonomi dan pembangunan (OECD) terhadap anak
usia 15 tahun pada 2015, menepatkan pelajar Indonesia ada di peringkat ke-63 dari 72
negara. Meski faktanya seperti itu, bukan berarti anak-anak Indonesia tak punya
kemampaun menaklukkan matematika. Buktinya, pada International Mathematics
Contest Singapore (IMCS) 2017, tim Indonesia mampu meraih 14 emas, 26 perak dan 50
perunggu.
Berdasarkan dari kenyataan di atas, dapat terlihat bahwa belajar matematika tidak
hanya menghafal namun juga memahami permasalahannya. Hal ini berkaitan dengan
kemampuan pemahaman matematis siswa dalam aktivitas belajar. Dimana siswa dituntut
bernalar, menerima informasi, mengolah informasi, mengaitkan suatu konsep dengan
konsep yang lain serta menyelesaikan
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang, maka permasalahan dalam penelitian ini,
Adakah hubungan minat belajar dengan kemampuan pemahaman matematis siswa kelas
VIII semester genap SMPN 28 mataoleo?
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian dapat memberikan sumbangsih dan dapat digunakan sebagai
kerangka acuan, bahan kajian, dan pengembangan penelitian bidang Pendidikan
matematika, khususnya minat belajar serta kaitannya dengan kemampuan
pemahaman matematis siswa.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi siswa, dapat memperoleh pengalaman baru mengenai cara belajar yang
dapat meningkatkan kemampuan pemahaman matematisnya.
b. Bagi guru, untuk mengetahui sejauh mana kemampuan pemahaman matematis di
tinjau dari minat belajar, serta sebagai bahan evaluasi untuk pembelajaran
selanjutnya.
c. Bagi sekolah, sebagai bahan acuan untuk memberikan bimbingan yang tepat
terhadap siswa dalam pembelajaran matematika sehingga dapat meningkatkan
kualitas pembelajaran.
d. Bagi peneliti, sebagai pembelajaran dan pengetahuan tentang bagaimana
kemampuan pemahaman matematis siswa serta menambah wawasan dan sebagai
pengalaman untuk mengembangkan penelitian selanjutnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teoritis
1. Hakikat Matematika
Matematika merupakan salah satu bidang studi yang dijarkan di Sekolah. Baik
Sekolah dasar, Sekolah Mengengah Pertama dan Sekolah Menengah Umum. Seorang
guru yang akan mengajarkan matematika kepada siswanya, hendaklah mengetahui dan
memahami objek yang akan diajarkannya, yaitu matematika. Untuk menjawab
pertanyaan “Apakah matematika itu ?” tidak dapat dengan mudah dijawab. Hal ini
dikarenakan sampai saat ini belum ada kepastian mengenai pengertian matematika karena
pengetahuan dan pandangan masing-masing dari para ahli yang berbeda-beda. Ada yang
mengatakan bahwa matematika adalah ilmu tentang bilangan dan ruang, matematika
merupakan bahasa simbol, matematika adalah bahasa numerik, matematika adalah ilmu
yang abstrak dan deduktif, matematika adalah metode berpikir logis, matematika adalah
ilmu yang mempelajari hubungan pola, bentuk dan struktur, matematika adalah ratunya
ilmu dan juga menjadi pelayan ilmu yang lain (Rahmah, 2013:1).
Kata matematika berasal dari perkataan Latin mathematika yang mulanya diambil
dari perkataan Yunani mathematike yang berarti mempelajari. Perkataan itu mempunyai
asal katanya mathema yang berarti pengetahuan atau ilmu (knowledge, science). Kata
mathematike berhubungan pula dengan kata lainnya yang hampir sama, yaitu mathein
atau mathenein yang artinya belajar (berpikir). Jadi, berdasarkan asal katanya, maka
perkataan matematika berarti ilmu pengetahuan yang didapat dengan berpikir (bernalar).
Matematika lebih menekankan kegiatan dalam dunia rasio (penalaran), bukan
menekankan dari hasil eksperimen atau hasil observasi matematika terbentuk karena
pikiran-pikiran manusia, yang berhubungan dengan idea, proses, dan penalaran
(Russeffendi ET, 1980 :148). Matematika terbentuk dari pengalaman manusia dalam
dunianya secara empiris. Kemudian pengalaman itu diproses di dalam dunia rasio, diolah
secara analisis dengan penalaran di dalam struktur kognitif sehingga sampai terbentuk
konsep-konsep matematika supaya konsepkonsep matematika yang terbentuk itu mudah
dipahami oleh orang lain dan dapat dimanipulasi secara tepat, maka digunakan bahasa
matematika atua notasi matematika yang bernilai global (universal). Konsep matematika
didapat karena proses berpikir, karena itu logika adalah dasar terbentuknya matematika.
B. Minat Belajar
minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa terikatan pada suatu hal atau aktivitas,
tanpa ada yang menyuru. Hal ini menujukan bahwa minat dapat menjadi motivasi yang
mendorong seorang untuk melakukan apa yang diinginkan. Minat mempunyai peranan
yang sangat penting dalam perkembangan belajar siswa. Siswa yang menaruh minat pada
suatu bidang tertentu, maka akan berusaha lebih keras dalam menekunin bidang tersebut
dibanding siswa yang tidak menaruh minat. minat adalah kecenderungan yang tetap untuk
memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminta siswa,
diperhatikan terus-menerus yang disertai rasa senang dan diperoleh rasa kepuasan. Lebih
lanjut dijelaskan minat adalah suatu rasa suka dan ketertarikan pada suatu hal atau
aktivitas, tanpa ada yang menyuruh (Slameto Dalam Fadillah, 2016:116).
Menurut Elizabeth Hurlock, ada tujuh ciri minat, yang masing-masing dalam hal
ini tidak dibedakan antara ciri minat secara spontan maupun terpola (Susanto dalam
Fadillah, 2016:117):
Minat belajar siswa adalah suatu perasaan tertarik dan suka terhadap suatu hal
yang sedang dipelajari yang muncul dari diri sendiri (Flora Siagian, 2015). Minat belajar
pada seorang individu dapat ditumbuhkan oleh dirinya sendiri atau bisa juga dipengaruhi
oleh orang atau sesuatu diluar dirinya misalnya, guru tua, teman, buku, media cetak,
media elektonik juga hal lainnya (Hendriana, Rohaeti, & Sumarmo, 2017). Pembelajaran
yang menyenangkan serta tidak monoton juga memberikan kebebasan kepada semua
siswa untuk menyampaikan ide-ide yang dimiliki dapat menambah minat belajar pada
siswa itu sendiri (Lestari, 2015). Banyak cara yang dapat dilakukan dan diterapkan pada
proses pembelajaran agar menjadi menarik dan tidak monoton yaitu dengan
menggunakan media dalam pembelajarannya (flora, hendriana, dkk, & lestari dalam
manalu, dkk 2019:64) .
Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 58 Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Pertama/Madrasah
Tsanawiyah tertuang bahwa dalam menghadapi kompleksitas permasalahan pendidikan
matematika di sekolah, hal pertama kali yang harus dilaksanakan yaitu menumbuhkan
minat siswa terhadap matematika.
Minat belajar matematika merupakan faktor penting yang mempengaruhi
penguasaan konsep matematika siswa, minat sangat erat hubungannya dengan belajar,
belajar tanpa minat akan terasa membosankan. Peserta didik yang berminat terhadap
kegiatan belajar akan berusaha lebih keras dibandingkan peserta didik yang kurang
berminat. Minat yang tinggi terhadap suatu mata pelajaran, memungkinkan peserta didik
memberikan perhatian yang tinggi terhadap mata pelajaran itu sehingga memungkinkan
pula memiliki prestasi yang tinggi. Maka untuk mencapai prestasi yang tinggi disamping
kecerdasan, minat juga perlu ditingkatkan, sebab tanpa minat kegiatan belajar tidak
efektif. Seseorang yang tidak berminat mempelajari sesuatu tidak akan berhasil dengan
baik, tetapi sesorang yang memiliki minat terhadap objek masalah maka dapat diharapkan
bahwa hasilnya akan baik
setiap orang memiliki minat belajar yang berbeda-beda. Minat belajar siswa
terhadap mata pelajaran matematika akan mendorong siswa untuk belajar materi pada
mata pelajaran tersebut. Sikap siswa yang berminat kepada mata pelajaran tertentu akan
tampak termotivasi terus tekun belajar, berbeda dengan siswa yang sikapnya hanya
menerima saja terhadap materi yang diberikan.
Hardwinoto dan Setiabudhi (Lestari, 2015:120) menginformasikan bahwa minat
siswa terhadap matematika akan bertambah apabila ia dapat memahami dan meyelesaikan
soal matematika degan mudah. Seseorang siswa yang mampu memperoleh nilai terbaik
dalam ulangan matematika, prestasi tersebut secara langsung akan memberi rasa bangga,
yang dengan rasa bangga tersebut terbentuk minat untuk mencapai nilai yang lebih baik,
selanjutnya keinginan tersebut akan memacu lahinrnya minat belajar.
Adapun indikator minat belajar berdasarkan Brown (Rahmawati, Dkk, 2019:387)
diantanya adalah:
a) Perasaan senang;
b) Adanya rasa ketertarikan;
c) Keterlibatan dalam belajar;
d) Rajin belajar dan mengerjakan tugas;
e) Tekun dan disiplin dalam belajar; serta memiliki
f) jadwal belajar
Belajar dengan minat akan mendorong peserta didik untuk belajar lebih baik
daripada tanpa minat. Minat ini timbul apabila siswa tertarik akan sesuatu karena sesuai
dengan kebutuhannya atau merasakan bahwa sesuatu yang akan dipelajarinya dirasakan
bermakna bagi dirinya. Namun, bila minat itu tidak disertai usaha yang baik, maka
belajar juga sulit untuk berhasil (Rusyan dalam Marfuah dalam Kartika, 2014:28).
a. Pemahaman mekanikal yang dicirikan oleh mengingat dan menerapkan rumus secara
rutin dan menghitung secara sederhana.
b. Pemahaman induktif yaitu menerapkan rumus atau konsep dalam kasus sederhana
atau dalam kasus serupa.
c. Pemahaman rasional yaitu membuktikan kebenaran suatu rumus dan teorema.
d. Pemahaman intuitif yaitu memperkirakan kebenaran dengan pasti (tanpa ragu-ragu)
sebelum mennganalisis lebih lanjut.
Selanjutnya pollatsek (Herdian dalam sariningsih, 2014:154) membedakan dua
tingkat pemahaman yaitu:
a. Pemahaman komputasional yaitu dapat menerapkan rumus dalam perhitungan
sederhana dan mengerjakan perhitungan secara algoritmik.
b. Pemahaman fungsional yaitu dapat mengaitkan satu konsep/prinsip dengan konsep
atau prinsip lainnya, dan menyadari proses yang dikerjakannya.
Sedangkan Copeland (Herdian dalam sariningsih, 2014:154) menggolongkan
pemahaman dalam dua jenis yaitu :
a. Knowing how to yaitu mengerjakan suatu perhitungan secara rutin/algorotmik.
Kemampuan ini tergolong pada kemampuan berfikir tingkat rendah.
b. Knowing yaitu mengerjakan suatu perhitungan secara sadar. Kemampuan ini
tergolong pada berfikir matematik tingkat tinggi.
Kemudian skemp (Herdian dalam sariningsih, 2014:154) membedakan dua jenis
tingkat pemahaman sebagai berikut :
1. Penelitian yang dilakukan oleh Awaliyah dan Fitriana pada tahun 2018
menyimpulkan bahwa (1) Terdapat hubungan yang signifikan antara minat belajar
terhadap kemampuan penalaran matematik siswa SMP kelas IX pada materi
lingkaran; (2) Kontribusi/pengaruh minat belajar terhadap kemampuan penalaran
matematik siswa SMP kelas IX positif yaitu sebesar 74,64% sedangkan sisanya
25,36% dipengaruhi oleh faktor lain.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Cahyani, Wulandari, Rohaeti, Dan Fitrianna pada
tahun 2018 menyimpulkan bahwa adanya hubungan antara minat belajar terhadap
kemampuan pemahaman matematis.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Yasir pada tahun 2019 menyimpulkan bahwa adanya
pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap peningkatan
kemampuan pemahaman matematis siswa.
E. Kerangka Pikiran
BAB III
METODE PENELITIAN
Keterangan :
X : Variabel bebas adalah minat belajar siswa kelas VIII SMPN 28 Mataoleo
Y : Variabel terikat adalah kemampuan pemahaman siswa kelas VIII SMPN 28 Mataoleo
R : Hubungan antara minat belajar dengan kemampuan pemahaman matematis siswa
kelas VIII SMPN 28 Mataoleo
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMPN 28 Mataoleo yang berlokasi di Jl. Poros
Kasipute-Lora KM 11 Desa Toli-Toli. Bombana dan sasaran penelitian adalah siswa
kelas VIII SMPN 28 Mataoleo. Waktu penelitian dilaksanakan pada semester genap
yakni tahun ajaran 2020/2021 pada materi Teorema phytagoras.
rxy = koefisien korelasi antara skor butir soal (X) dan total skor (Y)
Y = total skor
N = jumlah soal
b. Jika rxy ≤ rtabel dengan α=0,05 maka intem tersebut tidak valid
Butir soal yang valid digunakan dalam penelitian ini sedangkan butir soal yang tidak
valid tidak digunakan. Perhitungan koefisien validitas tiap butir soal juga dapat di
2. Reliabilitas
Instrumen yang baik selain valid juga harus reliabel. Reliabilitas instrumen
merujuk pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen itu cukup dapat dipercaya untuk
digunakan sebagai alat pengumpul data. Instrumen dikatakan reliabel apabila mampu
menghasilkan ukuran yang relatif tetap meskipun dilakukan berulang kali. Instrumen
yang reliabel berarti instrumen yang digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek
yang sama, akan menghasilkan data yang sama. Untuk mengetahui tingkat reliabilitas
pada soal tes kemampuan pemahaman matematis dengan bentuk soal uraian, digunakan
2
n ∑S
r11 = (
n−1() 1− 2 t
St )
Keterangan:
S2t =∑ X 2−¿ ¿ ¿
Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes dengan nilai reliabilitas
minimal kategori sedang.
Me=
∑ xi
n
(Sugiyono, 2015:36)
Keterangan :
Me = mean (rata-rata)
∑ = epsilon (baca jumlah)
xi = nilai x ke i sampai n
n = jumlah individu
b. Median (Me)
Median adalah salah satu penjelasan kelompok yang didasarkan atas nilai tengah
dari kelompok data yang telah disusun urutannya dari yang terkecil sampai yang terbesar
atau sebaliknya.
c. Modus (Mo)
Modus merupakan teknik penjelasan kelompok yang didasarkan atas nilai yang
sering muncul dalam kelompok tersebut.
d. Standar Deviasi (SD)
Standar deviasi atau simpangan baku dari data yang telah diperoleh dapat dihitung
dengan rumus :
a=√ ∑ f i ¿ ¿ ¿ ¿
(Sugiyono, 2015: 57)
Keterangan :
a = Simpangan baku populasi
∑ fi = Jumlah data/sampel
xi = Varians sampel
x́ = Rata-rata
n = Jumlah sampel
e. Tabel Distribusi Frekuensi
Distribusi frekuensi diperoleh dengan menggunakan perhitungan interval kelas,
rentang data, dan panjang kelas. Langkah pertama dalam membuat tabel distribusi
frekuensi adalah menentukan kelas interval dengan rumus Sturges seperti berikut:
Keterangan :
μ = Mean
σ = Deviasi Standar
2. Analisis Inferensial
Uji persyaratan analisis menggunakan statistik inferensial yang dilakukan
sebelum uji hipotesis pada penelitian, hal ini agar hasil analisis data benarbenar memiliki
tingkat keterpercayaan yang tinggi. Uji ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah data
berdistribusi normal dan apakah hubungan antar variabelnya linier. Apabila kedua
prasyarat terpenuhi maka dapat dilanjutkan dengan statistik parametrik, namun apabila
tidak terpenuhi maka dapat menggunakan statistik non-parametrik. Adapun uji
persyaratan analisis di bawah ini:
a. Uji Normalitas
Uji Normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data yang didapatkan dari
pengumpulan data variabel bebas (minat belajar) dan variabel terikat (hasil belajar)
berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan bantuan
program komputer SPSS dengan rumus kolmogorof-smirnov.
Hipotesis yang akan diuji adalah :
H0 : Data berdistribusi dengan normal
H1 : Data berdistribusi tidak normal
Kriteria uji dengan SPSS adalah :
Jika nilai signifikansi > α = 0,05 maka H0 diterima
Jika nilai signifikansi ≤ α = 0,05 maka H0 ditolak
b. Uji Linearitas
Uji linieritas yang dimaksud adalah suatu prosedur yang digunakan untuk
mengetahui hubungan linier atau tidaknya antara variabel bebas (minat belajar) dan
variabel terikat (kemampuan pemahaman matematis) pada penelitian ini. variabel bebas
dan variabel terikat dikatakan berhubungan linear apabila bila kenaikan skor variabel
bebas diikuti oleh kenaikan variabel terikat. Uji linieritas pada penelitian ini dilakukan
dengan menggunakan test of linearity dengan bantuan program komputer SPSS
Hubungan antar variabel linier atau tidak. dapat dilakukan memperhatikan nilai
signifikansinya, jika nilai signifikansi >0,05 (Sig >0,05) maka hubungan antar variabel
dikatakan linier.
3. Uji Hipotesis
Uji hipotesis dilakukan setelah data hasil penelitian memenuhi syarat uji
normalitas dan uji linieritas. Analisis uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan
analisis korelasi product moment. Uji hipotesis ini dimaksudkan untuk mengetahui
hubungan antara variabel bebas (minat belajar) dan variabel terikat (hasil bela).
Penghitungan uji hipotesis penelitian ini dibantu menggunakan program komputer SPSS.
Setelah ditemukan harga rhitung kemudian dibandingkan dengan rtabel dengan taraf
signifikansi 5%, maka hipotesis diterima apabila rhitung lebih besar dari rtabel sedangkan