Anda di halaman 1dari 22

HUBUNGAN MINAT BELAJAR DENGAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN

MATEMATIS SISWA KELAS VIII SEMESTER GENAP SMPN 28


MATAOLEO TAHUN AJARAN 2020/2021

PROPOSAL

DISUSUN OLEH :
NURUL IZZA
NIM : A1I 117 108

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya penulis
dapat menyelesaikan penulisan proposal yang berjudul “ Hubungan Minat Belajar Dengan
kemampuan pemahaman Matematis Siswa Kelas Viii Semester Genap Smpn 28
Mataoleo Tahun Ajaran 2020/2021”. proposal ini disusun sebagai salah satu syarat guna
memperoleh gelar Sarjana Strata 1 (S1) Pendidikan Matematika Jurusan Pendidikan
Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Halu Oleo.

proposal ini dapat diselesaikan berkat bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan, baik secara
moril maupun materil.
Penulis menyadari penulisan skripsi ini masih terdapat kekurangan sehingga
memerlukan perbaikan dan penyempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat diharapkan. Semoga skripsi ini dapat memberi manfaat bagi para pembaca
dan semua pihak yang terkait.

Kendari, 2020

penulis
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan bagian yang sangat penting dalam proses
pembangunan suatu bangsa dan negara, karena tanpa didukungnya pendidikan
tidak mungkin pembangunan suatu bangsa dan negara dapat berkembang dengan
baik. Kita dapat melihat contohnya yaitu perkembangan antara desa dengan
kota, dimana kota bisa dianggap lebih berkembang dari pada desa dikarenakan
sistem pembangunan yang dipimpin oleh orang-orang terpelajar. Pendidikan itu
sebenarnya harus didapatkan oleh setiap lapisan masyarakat agar pembangunan
suatu bangsa dan negara itu dapat berjalan dengan baik.

Hal tersebut juga terlihat dalam UUD 1945 pasal 31 yang menyatakan
bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan (Amandemen UUD
1945, Bab XIII tentang Pendidikan dan Kebudayaan). Pernyataan dalam pasal
31 itu sekaligus merupakan landasan dan jaminan bagi setiap warga negara
Indonesia untuk memperoleh pendidikan tanpa membedakan suku, agama, dan
golongan.

Matematika adalah suatu ilmu yang sudah dipelajari mulai dari TK, SD,
SMP, hingga SMA, Perlunya mata pelajaran matematika ini untuk membekali
siswa berfikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif serta kemampuan
bekerja sama. Kompetensi tersebut diperlukan agar siswa dapat memiliki
kemampuan memperoleh, mengelola dan memanfaatkan informasi sehingga
bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari, namun sebagian besar siswa
menganggap matematika itu tergolong pelajaran yang sulit, bahkan tidak sedikit
siswa yang menghindari pelajaran matematika, hal demikian terjadi karena
siswa kurang memahami konsep dalam matematika ketika mempelajari
matematika itu sendiri, siswa lebih mengenal bahwa matematika adalah hal yang
rumit, berhubungan dengan lambang-lambang yang abstrak bahkan operasi
matematika yang menakutkan.

Minat belajar matematika merupakan faktor penting yang mempengaruhi


penguasaan konsep matematika siswa, minat sangat erat hubungannya dengan
belajar, belajar tanpa minat akan terasa membosankan. Peserta didik yang
berminat terhadap kegiatan belajar akan berusaha lebih keras dibandingkan
peserta didik yang kurang berminat. Minat yang tinggi terhadap suatu mata
pelajaran, memungkinkan peserta didik memberikan perhatian yang tinggi
terhadap mata pelajaran itu sehingga memungkinkan pula memiliki prestasi
yang tinggi. Maka untuk mencapai prestasi yang tinggi disamping kecerdasan,
minat juga perlu ditingkatkan, sebab tanpa minat kegiatan belajar tidak efektif.
Seseorang yang tidak berminat mempelajari sesuatu tidak akan berhasil dengan
baik, tetapi sesorang yang memiliki minat terhadap objek masalah maka dapat
diharapkan bahwa hasilnya akan baik

Minat belajar menurut (Friantini, Dkk, 2019) adalah dorongan-dorongan


dari dalam diri siswa secara psikis dalam mempelajari sesuatu dengan penuh
kesadaran, ketenangan, dan kedisiplinan sehingga menyebabkan individu
secara aktif dan senang untuk melakukannya. minat belajar siswa dapat
diartikan sebagai suatu keadaan siswa yang dapat menumbuhkan rasa suka dan
dapat membangkitkan semangat diri dalam melakukan suatu kegiatan yang
dapat diukur melalui rasa suka, tertarik, memiliki perhatian dan keterlibatan
dalam mengikuti proses pembelajaran. menyatakan minat belajar siswa
merupakan rasa ketertarikan siswa terhadap belajar di mana siswa tersebut ingin
mendalami, maupun melakukan sehingga terjadi perubahan pada diri siswa
tersebut.

Minat belajar terdiri dari dua kata yakni minat dan belajar, dua kata ini
beda arti, untuk itu penulis akan mendefinisikan satu persatu. Menurut (Gie,
2004, Slameto, 2010, Asmani, 2009 dalam sirait, 2016) minat mempunyai
peranan dalam “Melahirkan perhatian yang serta merta, memudahkan
terciptanya pemusatan perhatian, dan mencegah gangguan perhatian dari luar”.
Kemudain “Interest is persisting tendency to pay attention to and enjoy same
activities and or content.” (“Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk
memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan.”) Kegiatan ini termasuk
belajar yang diminati siswa akan diperhatikan terus menerus yang disertai rasa
senang. “Minat adalah rasa lebih suka dan ketertarikan pada suatu hal atau
aktivitas tertentu, tanpa ada yang menyuruh.” Demikian di dalam jiwa seseorang
yang memperhatikan sesuatu ia mulai dengan menaruh minat terhadap hal itu.
Minat itu erat hubungannya dengan kepribadian seseorang; ketiga fungsi jiwa:
kognisi, emosi dan konasi terdapat dalam minat kadang minat itu timbul dengan
sendirinya, dan kadang-kadang perlu diusahakan.

Selanjutnya menurut (Lestari dan Mokhammad, 2017, Darmadi, 2017


dalam Friantini, 2019) indikator dari minat belajar adalah 1) perasaan senang, 2)
ketertarikan untuk belajar, 3) menunjukkan perhatian saat belajar, 4)
keterlibatan dalam belajar. Sedangkan indiktor minat belajar adalah 1) adanya
pemusatan perhatian, perasaan dan pikiran dari subjek terhadap pembelajaran
karena adanya ketertarikan, 2) adanya perasaan senang terhadap pembelajaran,
3) adanya kemauan dan kecenderungan pada diri subjek untuk terlihat aktif
dalam pembelajaran serta untuk mendapat hasil yang terbaik baik. Dari
beberapa indikator tersebut dapat disimpulkan bahwa indikator minat belajar
adalah 1) adanya perasaan senang terhadap pembelajaran, 2) adanya pemusatan
perhatian dan pikiran terhadap pembelajaran, 3) adanya kemauan untuk belajar,
4) adanya kemauan dari dalam diri untuk aktif dalam pembelajaran, 5) adanya
upaya yang dilakukan untuk merealisasikan keinginan untuk belajar.

Kemampuan pemahaman matematis (KPM) penting untuk dimiliki


siswa, karena kemampuan tersebut merupakan prasyarat seseorang untuk
memiliki kemampuan pemecahan masalah matematis (KPMM), ketika
seseorang belajar matematika agar dapat/mampu memahami konsep-konsep,
maka saat itulah orang tersebut mulai merintis kemampuan-kemampuan berpikir
matematis yang lainnya, salah satunya adalah kemampuan pemecahan masalah
matematis. pemahaman matematis penting dimiliki siswa karena diperlukan
untuk menyelesaikan masalah matematika, masalah dalam disiplin ilmu lain, dan
masalah dalam kehidupan sehari-hari, yangmerupakan visi pengembangan
pembelajaran matematika untuk memenuhi kebutuhan masa kini. (Sumarmo
dalam Sariningsih, 2014).

Ada tujuh aspek yang termuat dalam kemampuan pemahaman


matematis, yaitu menginterpretasikan, memberikan contoh, mengklasifikasikan,
merangkum, menduga, membandingkan, dan menjelaskan. Seperti yang jelaskan
Alfeld (Sariningsih, 2014), bahwa memahami matematika dapat dilakukan
melalui hal sebagai berikut: (a) Menjelaskan konsep-konsep matematis dan
fakta-fakta dalam bentuk k onsep dan fakta yang lebih sederhana, (b) Secara
mudah dapat membuat kaitan yang logis antara fakta-fakta dan konsep-konsep,
(c) Ketika menemui sesuatu konsep yang baru (baik didalam atau diluar konsep
matematis) maka ia dapat mengenal keterkaitannya dengan konsep yang sudah
dipahaminya, (d) Dapat mengidentifikasi bahwa prinsip-prinsip matematika
berkaitan dengan dunia kerja.

Kemampuan pemahaman matematis merupakan salah satu tujuan


penting dalam pembelajaran. Kemampuan pemahaman matematis memberikan
pengertian bahwa materi-materi yang diajarkan kepada siswa bukan hanya
sebagai hafalan, namun lebih dari itu menekankan pada pemahaman, dimana
dengan pemahaman siswa dapat lebih mengerti akan konsep materi pelajaran itu
sendiri. Pemahaman merupakan terjemahan dari istilah understanding yang
diartikan sebagai penyerapan arti suatu materi yang dipelajari. Menurut Van de
Walle “pemahaman dapat didefinisikan sebagai ukuran kualitas dan kuantitas
hubungan suatu pengetahuan yang sudah ada.” Pemahaman matematis juga
merupakan salah satu tujuan dari setiap materi yang disampaikan oleh guru,
sebab guru merupakan pembimbing siswa untuk mencapai konsep yang
diharapkan. Hal ini sesuai dengan Hudoyo yang menyatakan: “tujuan mengajar
adalah agar pengetahuan yang disampaikan dapat dipahami peserta didik”.

Rendahnya minat siswa Indonesia untuk mempelajari matematika


ditunjukkan dengan rendahnya prestasi yang diraih oleh siswa Indonesia. Data
dari UNESCO menyatakan bahwa peringkat matematika siswa Sekolah
Menengah Pertama Indonesia berada di deretan 34 dari 38 negara (Asosiasi
Guru Matematika Indonesia, 2008, h.1).

Ketakutann banyak pelajar di tanah air pada mata pelajaran matematika


itu terlihat dari hasil survei Programme For International Student Assessment
(PISA). Studi yang dilakukan organisasi kerja sama ekonomi dan pembangunan
(OECD) terhadap anak usia 15 tahun pada 2015, menepatkan pelajar Indonesia
ada di peringkat ke-63 dari 72 negara. Meski faktanya seperti itu, bukan berarti
anak-anak Indonesia tak punya kemampaun menaklukkan matematika.
Buktinya, pada International Mathematics Contest Singapore (IMCS) 2017, tim
Indonesia mampu meraih 14 emas, 26 perak dan 50 perunggu.
Namun disayangkan, kemampuan pemahaman yang menjadi salah satu
bagian penting justru faktanya masih rendah.Telah banyak berbagai studi, baik
dari skala nasional maupun pada skala internasional yang menunjukkan bahwa
prestasi Indonesia terutama dalam pemahaman masih sangat
memprihatinkan.Pada tahun 2011, Indonesia hanya mampu mengumpulkan 386
point dari skor rata-rata 500 point. Dalam tes yang dilaksanakan Trends In
International Mathematics an Science Study (TIMSS), peserta Indonesia masih
lemah dalam menyelesaikan soal-soal yangberkaitan dengan mengaplikasikan
objek, menjelaskan keterkaitan konsep, menggunakan, memanfaatkan, dan
memilih prosedur atau operasi tertentu. Hal tersebut berkaitan dengan
pemahaman konsep matematis siswa, maka hasil dari TIMSS dapat menunjukan
masih rendahnya pemahaman konsep matematis siswa yang dimiliki oleh siswa
SMP di Indonesia (Herdiana, 2015: 4). (Herdiana, E (2015).Perbedaan
Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa Antara yang Mendapatkan
Project Based Learning dengan yang Mendapatkan Discoveri Learning.Skripsi
Matematika STKIP Garut.)

Semua data di atas menjelaskan lemahnya minat belajar dan kemampuan


pemahaman matematis siswa Indonesia.

Kenyataannya yang terdapat di lapangan, ada siswa yang belum mampu


memahami permasalahan matematika sekalipun permasalahan yang diberikan
berkenaan dengan materi yang sudah dipelajari. Hal ini juga dapat dilihat pada
hasil tes PISA (Program for International Student Assessment) tahun 2015,
bahwa kemampuan matematika siswa indonesia berada pada tingkat yang
rendah bahkan 42.3% siswa belum mencapai level 1 dari 6 level kecakapan
untuk bidang matematika dan sains serta membuat negara indonesia berada
pada posisi 69 dari 76 negara peserta,2 pada tahun yang sama TIMSS (Trends
in International Mathematics and Science Study) dan PIRLS (progress in
international reading literacy) International Study Center melaporkan Indonesia
berada pada posisi 36 dari 49 negara juga melaporkan bahwa siswa indonesia
yang mengikuti olimpiade matematika di Boston. hasil ini merupakan suatu hal
yang sangat membuat kita prihatin dan tidak bisa disepelekan karena
pendidikan merupakan sektor terpenting yang mempengaruhi kualitas sumber
daya manusia.
Kemampuan pemahaman matematis merupakan kemampuan yang sangat
penting dan harus dimiliki siswa dalam belajar matematika. Pentingnya
memiliki kemampuan pemahaman matematis karena kemampuan tersebut
tercantum dalam tujuan pembelajaran matematika yang terdapat di dalam
Kurikulum Matematika KTSP 2006 dan Kurikulum 2013 (Hendriana, dkk dalam
Cahyani, 2018). Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang melakukan
penyederhanaan dan tematik-integratif, serta menambah jam pelajaran yang
bertujuan untuk mendorong siswa agar mampu melakukan observasi, bertanya,
bernalar dan mengkomunikasikan apa yang mereka peroleh atau mereka ketahui
setelah menerima materi pelajaran. Dalam kurikulum 2013 dinyatakan bahwa
mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua siswa mulai dari
sekolah dasar untuk membekali siswa kemampuan berpikir logis, analitis,
sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama.

Kemampuan siswa dalam memahami dan menyerapkan pelajaran masih


kurang, karena siswa biasanya hanya menghafal rumus dan hanya mengikuti
langkah-langkah yang diajarin oleh guru tanpa memahami cara dalam mengubah
soal cerita ke dalam bentuk matematis. Siswa biasanya bisa menjawab soal
cerita yang di buat oleh guru sama persis, namun beda angka atau nilai yang ada
dalam soal tersebut. Sehingga, ketika soalnya diubah maka siswa tidak bisa
menjawabnya lagi karena mereka hanya terpaku dan menghafal pada contoh soal
yang diajarin oleh guru.

Berdasarkan dari kenyataan di atas, dapat terlihat bahwa belajar


matematika tidak hanya menghafal namun juga memahami permasalahannya.
Hal ini berkaitan dengan kemampuan pemahaman matematis siswa dalam
aktivitas belajar. Dimana siswa dituntut bernalar, menerima informasi,
mengolah informasi, mengaitkan suatu konsep dengan konsep yang lain serta
menyelesaikan

Rendahnya kemampuan pemahaman matematis siswa tentunya di


sebabkan oleh banyak faktor. Berdasarkan uraian di atas, peneliti menduga
adanya hubungan antara kemampuan pemahaman matematis dan minat belajar
siswa karena minat belajar dapat mempengaruhi kemampuan pemahaman
matematis siswa. Hal ini sejalan dengan faktor yang pertama menurut pendapat
Daniyati & Sugiman (Cahyani, dkk 2018) menyatakan bahwa minat belajar
berkaitan erat dengan prestasi belajar dan pemahaman matematis siswa, minat
merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi usaha yang dilakukan
seseorang. Hal tersebut memungkinkan bahwa minat belajar pun bisa
mempengaruhi kemampuan pemahaman matematis siswa.

Anak-anak malas, tidak balajar, gagal karena tidak ada minat. Bila
seorang siswa tidak memiliki minat dan perhatian yang besar terhadap objek
yang dipelajari maka sulit diharapkan siswa tersebut akan tekun dan
memperoleh hasil yang baik dari belajarnya. Sebaliknya, apabila siswa tersebut
belajar dengan minat dan perhatian besar terhadap objek yang dipelajari, maka
hasil yang diperoleh lebih baik. Diharapkan melalui EQ dan minat belajar dapat
bersinergi dan saling menunjang siswa untuk mempertahankan dan
meningkatkan kemampuan pemahaman matematis siswa.

Berdasarkan wawancara singkat peneliti dengan guru matematika kelas


VIII SMPN 28 Mataoleo yang dilakukan secara virtual diperoleh bahwa minat
belajar siswa cukup tinggi hal ini dibuktikan setiap harinya antusias hadir tepat
waktu disekolah dan siap untuk mengikuti pelajaran sesuai dengan jadwal yang
telah ditentukan. Dan Kemampuan pemahaman matematis siswa kelas VIII pada
SMPN 28 Mataoleo jika dirata-ratakan berada pada kategori sedang, meskipun
ada beberapa siswa yang menonjol dalam hal kecepatan memahami materi yang
diajarkan, dan minat belajar sangat mempengaruhi kemampuan matematis
siswa.

Berdasarkan uraian diatas menunjukkan bahwa adanya hubungan antara


minat belajar dengan pemahaman matematis siswa, dan hasil observasi awal
yang tidak sejalan dengan penelitian-penelitian sebelumnya, dimana hasil
observasi awal mengatakan bahwa minat belajar siswa SMPN 28 Mataoleo
memiliki minat belajar yang tinggi dengan kemampuan pemahaman yang
tergolong sedang, sedangkan hasil penelitian-penelitian yang telah dilakukan
sebelumnya yaitu rata-rata siswa Indonesia memiliki minat belajar yang rendah
begitu pula kemampuan pemahaman matematisnya masih tergolong rendah ,
peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian tentang kemampuan pemahaman
matematis siswa dengan judul “ Hubungan minat belajar dengan kemampuan
pemahaman matematis siswa kelas VIII semester genap SMPN 28 mataoleo
Tahun ajaran 2020/2021.”

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang, maka permasalahan dalam penelitian
ini, Adakah hubungan minat belajar dengan kemampuan pemahaman matematis
siswa kelas VIII semester genap SMPN 28 mataoleo?

C. Tujuan Penelitian

Sejalan dengan rumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk


mengetahuan hubungan minat belajar dengan kemampuan pemahaman
matematis siswa kelas VIII semester genap SMPN 28 mataoleo.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian dapat memberikan sumbangsih dan dapat digunakan
sebagai kerangka acuan, bahan kajian, dan pengembangan penelitian bidang
Pendidikan matematika, khususnya minat belajar serta kaitannya dengan
kemampuan pemahaman matematis siswa.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi siswa, dapat memperoleh pengalaman baru mengenai cara belajar
yang dapat meningkatkan kemampuan pemahaman matematisnya.
b. Bagi guru, untuk mengetahui sejauh mana kemampuan pemahaman
matematis di tinjau dari minat belajar, serta sebagai bahan evaluasi
untuk pembelajaran selanjutnya.
c. Bagi sekolah, sebagai bahan acuan untuk memberikan bimbingan yang
tepat terhadap siswa dalam pembelajaran matematika sehingga dapat
meningkatkan kualitas pembelajaran.
d. Bagi peneliti, sebagai pembelajaran dan pengetahuan tentang bagaimana
kemampuan pemahaman matematis siswa serta menambah wawasan dan
sebagai pengalaman untuk mengembangkan penelitian selanjutnya.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teoritis

1. Hakikat Matematika

Matematika merupakan salah satu bidang studi yang dijarkan di Sekolah.


Baik Sekolah dasar, Sekolah Mengengah Pertama dan Sekolah Menengah
Umum. Seorang guru yang akan mengajarkan matematika kepada siswanya,
hendaklah mengetahui dan memahami objek yang akan diajarkannya, yaitu
matematika. Untuk menjawab pertanyaan “Apakah matematika itu ?” tidak
dapat dengan mudah dijawab. Hal ini dikarenakan sampai saat ini belum ada
kepastian mengenai pengertian matematika karena pengetahuan dan pandangan
masing-masing dari para ahli yang berbeda-beda. Ada yang mengatakan bahwa
matematika adalah ilmu tentang bilangan dan ruang, matematika merupakan
bahasa simbol, matematika adalah bahasa numerik, matematika adalah ilmu
yang abstrak dan deduktif, matematika adalah metode berpikir logis, matematika
adalah ilmu yang mempelajari hubungan pola, bentuk dan struktur, matematika
adalah ratunya ilmu dan juga menjadi pelayan ilmu yang lain (Rahmah, 2013).

Kata matematika berasal dari perkataan Latin mathematika yang mulanya


diambil dari perkataan Yunani mathematike yang berarti mempelajari. Perkataan
itu mempunyai asal katanya mathema yang berarti pengetahuan atau ilmu
(knowledge, science). Kata mathematike berhubungan pula dengan kata lainnya
yang hampir sama, yaitu mathein atau mathenein yang artinya belajar (berpikir).
Jadi, berdasarkan asal katanya, maka perkataan matematika berarti ilmu
pengetahuan yang didapat dengan berpikir (bernalar). Matematika lebih
menekankan kegiatan dalam dunia rasio (penalaran), bukan menekankan dari
hasil eksperimen atau hasil observasi matematika terbentuk karena pikiran-
pikiran manusia, yang berhubungan dengan idea, proses, dan penalaran
(Russeffendi ET, 1980 :148). Matematika terbentuk dari pengalaman manusia
dalam dunianya secara empiris. Kemudian pengalaman itu diproses di dalam
dunia rasio, diolah secara analisis dengan penalaran di dalam struktur kognitif
sehingga sampai terbentuk konsep-konsep matematika supaya konsepkonsep
matematika yang terbentuk itu mudah dipahami oleh orang lain dan dapat
dimanipulasi secara tepat, maka digunakan bahasa matematika atua notasi
matematika yang bernilai global (universal). Konsep matematika didapat karena
proses berpikir, karena itu logika adalah dasar terbentuknya matematika.

B. Minat Belajar

minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa terikatan pada suatu hal atau
aktivitas, tanpa ada yang menyuru. Hal ini menujukan bahwa minat dapat
menjadi motivasi yang mendorong seorang untuk melakukan apa yang
diinginkan. Minat mempunyai peranan yang sangat penting dalam
perkembangan belajar siswa. Siswa yang menaruh minat pada suatu bidang
tertentu, maka akan berusaha lebih keras dalam menekunin bidang tersebut
dibanding siswa yang tidak menaruh minat. minat adalah kecenderungan yang
tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang
diminta siswa, diperhatikan terus-menerus yang disertai rasa senang dan
diperoleh rasa kepuasan. Lebih lanjut dijelaskan minat adalah suatu rasa suka
dan ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh
(Slameto Dalam Fadillah, 2016).

Menurut Elizabeth Hurlock, ada tujuh ciri minat, yang masing-masing


dalam hal ini tidak dibedakan antara ciri minat secara spontan maupun terpola
(Fadillah, 2016):

1. Minat tumbuh bersamaan dengan perkembangan fisik dan mental. Minat


di semua bidang berubah selama terjadi perubahan fisik dan mental,
misalnya perubahan minat dalam hubungannya dengan perubahan usia.
2. Minat tergantung pada kegiatan belajar, misalnya kesiapan belajar
merupakan salah satu penyebab meningkatnya minat seseorang.
3. Minat tergantung pada kesempatan belajar, misalnya kesempatan belajar
merupakan fakot yang sangat berharga, sebab tidak semua orang dapat
menikmatinya.
4. Perkembangan minat mungkin terbatas. Misalnya keterbatasan ini
mungkin dikarenakan keadaan fisik yang tidak memungkinkan
5. Minat dipengaruhi budaya, misalnya budaya sangat memengaruhi sebab
jika budaya sudah mulai luntur mungkin minat juga ikut luntur.
6. Minat berbobot emosional, misalnya minat berhubungan dengan
perasaan senang yang akhirnya dapat diminatinya.
7. Minat berbobot egosentris, misalnya jika seseorang senang terdapat
sesuatu, maka akan timbul hasrat untuk memilikinya.

Aspek-aspek yang digunakan dalam mengukur minat terhadap


matematika berdasarkan kepada Hidi dan Mitchell (Kartika, 2014) yaitu: aspek
ketertarikan, aspek keberartian, aspek keterlibatan.

a. Aspek Ketertarikan Aspek dimana siswa menyenangi atau menyukai


pelajaran matematika.
b. Aspek Keberartian Aspek dimana siswa menilai manfaat matematika
bagi dirinya.
c. Aspek Keterlibatan Aspek dimana siswa merasa terlibat dan
berpartisipasi secara aktif dalam proses belajar matematika.
Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui
interaksi dengan lingkungannya. Belajar bersifat aktif, siswa sebagai peserta
didik tidak akan mampu merubah prilaku jika ia tidak aktif mengikuti setiap
proses yang berlangsung. Menurut Suhendri (2011) unsur yang penting dalam
belajar matematika adalah kemandirian belajarnya. Hal ini disebabkan sumber
belajar yang tidak hanya berpusat pada guru. Sumber belajar yang lainnya yaitu
lingkungan, media sosial, buku, dll. Orang yang mempunyai kreatifitas yang
tinggi cenderung mereka akan merasa pembelajaran yang mereka dapat dari
guru masih kurang sehingga mereka mencari informasi yang ada di luar. Dengan
informasi baru yang mereka dapat dari luar akan menambah ilmu pengetahuan
yang mereka dapatkan. Oleh karena itu, kemandirian belajar siswa sangat
penting dalam kegiatan belajar matematika. Namun nyatanya dilapangan
berbeda dengan kenyataan masih banyak siswa yang bergantung pada sumber
yang diberikan oleh guru saja. Mereka tidak mempunyai inisiatif untuk belajar
padahal mereka mempunyai buku materi pelajaran atau LKS yang dapat
dipelajari sendiri di luar sekolah. Serta sebagian besar siswa ketika ada tugas
yang diberikan oleh guru mereka saling bergantung kepada temannya yang lain.
Selain itu juga bisa dilihat pada saat ulang harian atau ujian semester mereka
saling mencuri kesempatan untuk bisa mendapatkan jawaban.

Minat belajar siswa adalah suatu perasaan tertarik dan suka terhadap
suatu hal yang sedang dipelajari yang muncul dari diri sendiri (Flora Siagian,
2015). Minat belajar pada seorang individu dapat ditumbuhkan oleh dirinya
sendiri atau bisa juga dipengaruhi oleh orang atau sesuatu diluar dirinya
misalnya, guru tua, teman, buku, media cetak, media elektonik juga hal lainnya
(Hendriana, Rohaeti, & Sumarmo, 2017). Pembelajaran yang menyenangkan
serta tidak monoton juga memberikan kebebasan kepada semua siswa untuk
menyampaikan ide-ide yang dimiliki dapat menambah minat belajar pada siswa
itu sendiri (Lestari, 2015). Banyak cara yang dapat dilakukan dan diterapkan
pada proses pembelajaran agar menjadi menarik dan tidak monoton yaitu
dengan menggunakan media dalam pembelajarannya (flora, hendriana, dkk, &
lestari dalam manalu, dkk 2019) .
Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia Nomor 58 Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 Sekolah Menengah
Pertama/Madrasah Tsanawiyah tertuang bahwa dalam menghadapi kompleksitas
permasalahan pendidikan matematika di sekolah, hal pertama kali yang harus
dilaksanakan yaitu menumbuhkan minat siswa terhadap matematika.
Minat belajar matematika merupakan faktor penting yang mempengaruhi
penguasaan konsep matematika siswa, minat sangat erat hubungannya dengan
belajar, belajar tanpa minat akan terasa membosankan. Peserta didik yang
berminat terhadap kegiatan belajar akan berusaha lebih keras dibandingkan
peserta didik yang kurang berminat. Minat yang tinggi terhadap suatu mata
pelajaran, memungkinkan peserta didik memberikan perhatian yang tinggi
terhadap mata pelajaran itu sehingga memungkinkan pula memiliki prestasi yang
tinggi. Maka untuk mencapai prestasi yang tinggi disamping kecerdasan, minat
juga perlu ditingkatkan, sebab tanpa minat kegiatan belajar tidak efektif.
Seseorang yang tidak berminat mempelajari sesuatu tidak akan berhasil dengan
baik, tetapi sesorang yang memiliki minat terhadap objek masalah maka dapat
diharapkan bahwa hasilnya akan baik
setiap orang memiliki minat belajar yang berbeda-beda. Minat belajar
siswa terhadap mata pelajaran matematika akan mendorong siswa untuk belajar
materi pada mata pelajaran tersebut. Sikap siswa yang berminat kepada mata
pelajaran tertentu akan tampak termotivasi terus tekun belajar, berbeda dengan
siswa yang sikapnya hanya menerima saja terhadap materi yang diberikan.
Hardwinoto dan Setiabudhi (Lestari, 2015) menginformasikan bahwa
minat siswa terhadap matematika akan bertambah apabila ia dapat memahami
dan meyelesaikan soal matematika degan mudah. Seseorang siswa yang mampu
memperoleh nilai terbaik dalam ulangan matematika, prestasi tersebut secara
langsung akan memberi rasa bangga, yang dengan rasa bangga tersebut
terbentuk minat untuk mencapai nilai yang lebih baik, selanjutnya keinginan
tersebut akan memacu lahinrnya minat belajar.
Adapun indikator minat belajar berdasarkan Brown (Rahmawati, Dkk,
2019) diantanya adalah:
a) Perasaan senang;
b) Adanya rasa ketertarikan;
c) Keterlibatan dalam belajar;
d) Rajin belajar dan mengerjakan tugas;
e) Tekun dan disiplin dalam belajar; serta memiliki
f) jadwal belajar
Belajar dengan minat akan mendorong peserta didik untuk belajar lebih
baik daripada tanpa minat. Minat ini timbul apabila siswa tertarik akan sesuatu
karena sesuai dengan kebutuhannya atau merasakan bahwa sesuatu yang akan
dipelajarinya dirasakan bermakna bagi dirinya. Namun, bila minat itu tidak
disertai usaha yang baik, maka belajar juga sulit untuk berhasil (Rusyan dalam
Marfuah dalam Kartika, 2014).

C. Kemampuan Pemahaman matematis

Menurut Driver (Aini 2014) mendefinisikan pemahaman sebagai


kemampuan untuk menjelaskan suatu situasi atau suatu tindakan. Dari definisi
tersebut terdapat tiga aspek pemahaman, yaitu: kemampuan mengenal,
kemampuan menjelaskan, dan kemampuan menarik kesimpulan. Dalam
penelitian ini, kemampuan mengenal diartikan sebagai kemampuan dalam
memahami maksud dari permasalahan yang ada pada soal. Kemampuan
menjelaskan diartikan sebagai kemampuan memberi alasan (argument) dalam
setiap langkah penyelesaian masalah. Sedangkan kemampuan menarik
kesimpulan diartikan sebagai kemampuan dalam mengambil keputusan langkah
apa yang harus dilakukan untuk menyelesaikan permasalahan tersebut, serta
menentukan hasil akhir.
Menurut Skemp (Ferdianto, dkk, 2014) pemahaman matematis
didefinisikan sebagai kemampuan yang mengaitkan notasi dan simbol
matematika yang relevan dengan ideide matematika dan mengkombinasikannya
ke dalam rangkaian penalaran logis.
Menurut NCTM (2000), untuk mencapai pemahaman yang bermakna
maka pembelajaran matematika harus diarahkan pada pengembangan
kemampuan koneksi matematik antar berbagai ide, memahami bagaimana ide-
ide matematik saling terkait satu sama lain sehingga terbangun pemahaman
menyeluruh, dan menggunakan matematik dalam konteks di luar matematika.
Pemahaman matematis diterjemahkan dari istilah mathematical
understanding merupakan kemampuan matematis yang sangat penting dan harus
dimiliki siswa dalam belajar matematika. Rasional pentingnya pemilikan
kemampuan pemahaman matematis di antaranya adalah kemampuan tersebut
tercantum dalam tujuan pembelajaran matematika Kurikulum Matematika SM
(KTSP 2006 dan Kurikulum 2013) dan dalam NCTM (1989). Pernyataan
tersebut sesuai dengan pendapat Hudoyo (Hendriana, dalam Mulyani, dkk,
2018) yang menyatakan: ”Tujuan mengajar matematika adalah agar pengetahuan
yang disampaikan dapat dipahami peserta didik”. Pendidikan yang baik adalah
usaha yang berhasil membawa siswa kepada tujuan yang ingin dicapai yaitu agar
bahan yang disampaikan dipahami sepenuhnya oleh siswa.
Alfeld (dalam Alan, dkk., 2017) menyatakan bahwa seseorang siswa
dikatakan sudah memiliki kemampuan pemahaman matematis jika ia sudah
dapat melakukan hal-hal berikut ini:
a. Menjelaskan konsep-konsep dan fakta-fakta matematika dalam
istilah konsep dan fakta matematika yang telah ia miliki.
b. Dapat dengan mudah membuat hubungan logis diantara konsep dan
fakta yang berbeda tersebut.
c. Menggunakan hubungan yang ada kedalam sesuatu hal yang baru
(baik di dalam atau diluar matematika) berdasarkan apa yang ia
ketahui.
d. Mengidentifikasi prinsip-prinsip yang ada dalam matematika
sehingga membuat segala pekerjaannya berjalan dengan baik.
pemahaman matematis adalah pengetahuan siswa terhadap konsep,
prinsip, prosedur dan kemampuan siswa menggunakan strategi penyelesaian
terhadap suatu masalah yang disajikan. Seseorang yang telah memiliki
kemampuan pemahaman matematis berarti orang tersebut telah mengetahui apa
yang dipelajarinya, langkahlangkah yang telah dilakukan, dapat menggunakan
konsep dalam konteks matematika dan di luar konteks matematika.

Salah satu tujuan pembelajaran matematika adalah untuk meningkatkan


kemampuan pemahaman matematis siswa. Pembelajaran matematika adalah
suatu proses kompleks dan dinamis. Kebanyakan para pengajar matematika
menginginkan siswa untuk dapat memahami informasi yang diajarkan maupun
informasi yang mereka peroleh sendiri. Pemahaman dalam pembelajaran
matematika membutuhkan lebih dari sekedar kemampuan untuk mengingat
maupun mengingat suatu prosedur. NCTM (National Council of Teacher of
Mathematics) tahun 2000 menyebutkan bahwa pemahaman matematis
merupakan aspek yang sangat penting dalam prinsip pembelajaran matematika
dan mendefinisikan pemahaman yaitu mendefinisikan konsep secara verbal dan
tulisan; membuat contoh dan non contoh; mempresentasikan suatu konsep
dengan model, diagram dan simbol; mengubah suatu bentuk representasi ke
bentuk representasi yang lain; mengenal berbagai makna dan interpretasi
konsep; mengidentifikasi sifat-sifat suatu konsep dan mengenal syarat-syarat
yang menentukan suatu konsep; membandingkan dan membedakan konsep-
konsep (Sari, dkk., dalam Windayanti, dkk., 2020). Kemampuan pemahaman ini
merupakan hal pokok yang mendasari siswa untuk bisa mengembangkan
kemampuan matematis lainnya. Pemahaman yang diperoleh dapat
menumbuhkan gagasan-gagasan matematik seperti : menafsirkan, memberikan
contoh, menerapkan, membuat model, menalar, serta merangsang timbuhlnya
kemampuan berpikir kreatif dan kritis.

Skemp (dalam Windayanti, dkk., 2020) mengklasifikasikan kemampuan


pemahaman matematis menjadi tiga kategori, antara lain pemahaman
instrumental (instrumental understanding), pemahaman relasional (relational
understanding), dan pemahaman logis (logical understanding).

Pemahaman instrumental (instrumental understanding) adalah


kemampuan seseorang menggunakan prosedur matematis untuk menyelesaikan
suatu masalah tanpa mengetahui mengapa prosedur itu digunakan. Pemahaman
instrumental suatu konsep matematik berarti suatu kemampuan untuk
membedakan sejumlah konsep yang saling terpisah dan sekedar hafal rumus dan
mampu untuk melakukan perhitungan sederhana. Pemahaman instrumental
memungkinkan siswa untuk menyelesaikan permasalahan rutin/sederhana dan
melakukan perhitungan dasar sehingga siswa belum mampu untuk
menyelesaikan masalah-masalah baru yang berkaitan dengan rumus yang
dihafalnya.

Pemahaman relasional (relational understanding) adalah kemampuan


seseorang menggunakan prosedur matematis dengan penuh kesadaran
bagaimana dan mengapa prosedur itu digunakan. Pemahaman relasional berarti
siswa dapat melakukan perhitungan-perhitungan yang lebih bermakna dan dapat
menyelesaikan masalah yang lebih luas serta dapat menentukan relasi antar
konsep yang telah diketahuinya.

Pemahaman logis (logical understanding) berkaitan erat dengan


meyakinkan diri sendiri dan meyakinkan orang lain. Dengan kata lain, siswa
dapat mengkonstruksi sebuah bukti sebelum ide-ide yang dimilikinya
dipublikasikan secara formal atau informal sehingga membuat siswa tersebut
merasa yakin untuk membuat penjelasan kepada siswa yang lain. Pada jenis
pemahaman ini, siswa tidak hanya mengetahui mengapa dan bagaimana konsep
digunakan, tetapi mereka juga dapat menjelaskan alasannya kepada orang lain.

Kemampuan pemahaman matematis adalah kemampuan menyerap dan


memahami ide-ide matematika. Adapun kemampuan pemahaman yang penulis
ambil dalam penelitian ini adalah indikator dari Depdiknas (Supriatna, dkk,
2018) antara lain: . Dengan indikator sebagai berikut:
1) Menyatakan ulang sebuah konsep
2) Mengklarifikasi objek-objek menurut sifat-sifat tertentu (sesuai dengan
konsepnya)
3) Menerapkan konsep secara algoritma.
4) Memberi contoh dan non contoh dari konsep yang dipelajari.
5) Menyajikan konsep dalam berbagai macam bentuk representasi matematika
6) Menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu
7) Mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup suatu konsep.

D. Penelitian Yang Relevan

1. Penelitian yang dilakukan oleh Awaliyah dan Fitriana pada tahun 2018
menyimpulkan bahwa (1) Terdapat hubungan yang signifikan antara minat
belajar terhadap kemampuan penalaran matematik siswa SMP kelas IX pada
materi lingkaran; (2) Kontribusi/pengaruh minat belajar terhadap
kemampuan penalaran matematik siswa SMP kelas IX positif yaitu sebesar
74,64% sedangkan sisanya 25,36% dipengaruhi oleh faktor lain.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Cahyani, Wulandari, Rohaeti, Dan Fitrianna
pada tahun 2018 menyimpulkan bahwa adanya hubungan antara minat
belajar terhadap kemampuan pemahaman matematis.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Yasir pada tahun 2019 menyimpulkan bahwa
adanya pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap
peningkatan kemampuan pemahaman matematis siswa.

E. Kerangka Pikiran

Pemahaman matematis merupakan aspek yang sangat penting dalam


prinsip pembelajaran matematika. Siswa dalam belajar matematika harus disertai
dengan pemahaman sehingga setiap pembelajaran matematika harus memiliki
unsur pemahaman matematisnya.
Minat adalah suatu rasa lebih suka pada suatu hal atau aktivitas, tanpa
ada yang menyuruh. Minat sangat erat kaitannya dengan rasa suka atau tidak
suka seseorang terhadap sesuatu. Minat belajar adalah kecenderungan yang
teteap untuk memperhatikan dan mengenang suatu materi. Minat belajar dan
kemampuan pemahaman matematis siswa adalah dua hal yang saling
membutuhkan. Belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif permanen
yang dilandasi tujuan untuk mencapai tujuan tertentu.
Pengaruh minat belajar terhadap pemahaman matematis siswa
dimungkinkan terjadi perbedaan antara yang memiliki minat terhadap pelajaran
tertentu dengan yang tidak memiliki minat terhadap pelajaran tertentu khususnya
Matematika. Hal ini mungkin dapat terjadi karena kemampuan siswa dalam
menyerap materi pelajaran yang sesuai dengan minatnya dan yang tidak
berminat sama sekali dengan pelajaran itu berbeda. Ini akan berpengaruh kepada
pemahaman Matematis siswa.
Hal ini sejalan dengan faktor yang pertama menurut pendapat Daniyati &
Sugiman (Cahyani, dkk 2018) menyatakan bahwa minat belajar berkaitan erat
dengan prestasi belajar dan pemahaman matematis siswa, minat merupakan
salah satu faktor yang dapat mempengaruhi usaha yang dilakukan seseorang.
Hal tersebut memungkinkan bahwa minat belajar pun bisa mempengaruhi
kemampuan pemahaman matematis siswa.

Dengan demikian, tinggi rendahnya kemampuan pemahaman matematis


siswa sangat didukung oleh minat belajar siswa.

F. Hipotesis Penelitian

Dari uraian diatas, peneliti mencoba mengajukan hipotesis sebagai


berikut:
1. Ada hubungan antara minat belajar dengan kemampuan pemahaman
matematis siswa kelas VIII SMPN 28 Mataoleo.
2. Tidak ada hubungan antara minat belajar dengan kemampuan
pemahaman matematis siswa kelas VIII SMPN 28 Mataoleo
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian


Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif dengan pengujian hipotesis
menggunakan metode korelasi pruduct moment. Penelitian ini dimaksudkan
untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara dua variabel, yaitu
variabel bebas (minat belajar) dengan variabel terikat (kemampuan pemahaman
matematis).

Minat Belajar Kemampuan Pemahaman


R
Matematis (Y)
(X)

Gambar 1. Desain penelitian

Keterangan :
X : Variabel bebas adalah minat belajar siswa kelas VIII SMPN 28 Mataoleo
Y : Variabel terikat adalah kemampuan pemahaman siswa kelas VIII SMPN 28
Mataoleo
R : Hubungan antara minat belajar dengan kemampuan pemahaman matematis
siswa kelas VIII SMPN 28 Mataoleo
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMPN 28 Mataoleo yang berlokasi di Jl.
Poros Kasipute-Lora KM 11 Desa Toli-Toli. Bombana dan sasaran penelitian
adalah siswa kelas VIII SMPN 28 Mataoleo.

2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap yakni tahun ajaran 2020/2021.

C. Subyek dan Obyek


1. Subyek

Anda mungkin juga menyukai