Anda di halaman 1dari 31

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI

TINGKAT MOTIVASI DAN GAYA BELAJAR PADA SISWA KELAS VII


DI MTS MUHAMMADIYAH ALFATAH NANGAHALE

PROPOSAL

Oleh

ENDAH SARI
2019.01.01.002

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
IKIP MUHAMMADIYAH MAUMERE
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa yang
dianugerahkan kepada kita semua, sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan proposal Perbandingan Hasil Belajar Matematika Ditinjau Dari Tingkat
Motivasi dan Gaya Belajar Pada Siswa Kelas VII MTs Muhammadiyah Alfatah
Nangahale, sebagai salah satu syarat dalam memperoleh gelar sarjana.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu selama proses penyusunan proposal ini :
1. Bapak Erwin Prasetyo, S.T, M.Pd selaku Rektor IKIP Muhammadiyah
Maumere
2. Wakil Rektor I IKIP Muhammadiyah Maumere dan Ibu Wahyuningsi , S.si,
M.Pd selaku wakil Rektor II IKIP Muhammadiyah Maumere.
3. Bapak Vinsensius Herianto Ndori selaku Ketua Prodi Pendidikan Matematika
4. Ibu Wahyuningsi S.si.M.Pd selaku pembimbing satu
5. Ibu Agnesia Bergita Anomeisa ,S.Pd.M.Pd.selaku pembimbing dua
6. Semua pihak yang telah membantu penulis menyelesaikan proposal ini
khususnya segenap keluarga tercinta.
Akhir kata, dengan segala kerendahan hati penulis ucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang terlibat, dengan harapan semoga penelitian ini
bermanfaat bagi semua pihak.

Maumere, Juli 2022


Penulis

Endah Sari

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan menjadi kebutuhan manusia sebagai pembuktian fitrahnya
bahwa manusia adalah pembelajar untuk memahami tanda-tanda kebesaran
ciptaan Allah SWT. Pendidikan hadir disetiap aspek kehidupan manusia
sebagai wadah dalam membentuk pribadi yang lebih baik. Pribadi yang lebih
baik merupakan pribadi yang mempunyai kecerdasan intelektual dan
kecerdasan spiritual serta keterampilan lainnya. Hal ini sejalan dengan definisi
pendidikan yang tertuang di dalam UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 pasal 1
ayat 1 yang berbunyi, “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.
Belajar pastinya mempunyai suatu instansi khusus untuk belajar yaitu
sekolah yang di dalamnya terdapat sistem-sistem yang mengatur peserta didik
dalam belajar (Rahmayanti, 2016). Belajar sangatlah penting karena dengan
belajar siswa akan mengalami perubahan tingkah laku baik secara langsung
maupun tidak langsung dengan pengalaman yang di peroleh di dalam proses
belajar tersebut (Hidayat, Ismaimuza, & Sukayasa, 2016). Belajar merupakan
proses perubahan di dalam diri seseorang yang menghasilkan perubahan
tingkah laku karena adanya suatu interaksi antar sesama maupun lingkungan
dengan praktik maupun pengalaman. Perubahan tingkah diantaranya adalah
perubahan pada ranah kognitif, afektif dan psikomotor (Sari & Sunarno, 2018).
Belajar berkaitan erat dengan konsep pembelajaran yaitu belajar untuk
memperoleh informasi, mengingat dan menggunakan informasi, tugas,
perubahan pribadi, pengembangan kompetensi sosial, dan belajar tidak terikat
oleh ruang dan waktu (Adiputra & Mujiyati, 2017).

1
Belajar membutuhkan konsistensi untuk mendapatkan manfaat dan
prestasi dalam belajar (Heriyati, 2017). Setiap orang memang mudah dalam
belajar, tapi kebanyakan orang terkadang mengalami kesulitan untuk
konsistensi dalam belajar, hal ini dipengaruhi oleh sejauh mana tingkat
motivasi belajar siswa (Setyaningsih, Setiani, & Jayadi, 2019). Kebiasaan
belajar akan menumbuhkan motivasi belajar dan akan menjadi pemicu
timbulnya minat dalam belajar. Siswa dalam belajar akan mempunyai
kesenangan ataupun kecondongan terhadap salah satu mata pelajaran yang
dipelajariny. Oleh karena itu minat belajar siswa dapat diarahkan dan
dibimbing lebih intensif oleh guru agar mampu memberikan prestasi didalam
minatnya. Hal ini senada dengan apa yang dijelaskan Lomu & Widodo (2018)
dalam penelitiannya bahwa prestasi belajar dan disiplin belajar dipengaruhi
faktor motivasi belajar. Ketika siswa termotivasi dalam belajar maka siswa
tersebut akan belajar segenap tenaga berusaha semaksimal mungkin untuk
mencapai apa yang di menjadi tujuannya (Andriani, 2019)
Proses pembelajaran disekolah yang setiap harinya dihadiri oleh siswa dan
guru didalam kelas, siswa hadir didalam kelas tidak menjamin mereka ingin
belajar, ada dari siswa hadir kesekolah hanya ingin mendapatkan uang saku
dari orang tua dan ingin berkumpul dengan temannya, hal ini menjadi tanggung
jawab guru untuk memastikan siswa mempunyai motivasi dalam belajar karena
dalam pembelajaran faktor yang sangat penting adalah motivasi belajar (Lina
& Meri, 2017). Kemampuan guru mengelolaan pembelajaran dan menerapkan
strategi pembelajaran akan berdampak baik terhadap motivasi belajar siswa,
dan hal ini dapat memastikan motivasi belajar siswa (Santyasa, 2017). Salah
satu contoh yang bisa dilakukan guru dalam upaya memastikan motivasi siswa
adalah menciptakan suasana yang menyenangkan, berilah pujian pada setiap
keberhasilan siswa dan menciptakan persaingan dan kerjasama (Setiawan,
2019).
Motivasi belajar dapat diartikan sebagai kekuatan siswa yang
menimbulkan adanya kemauan dalam melaksanakan kegiatan belajar
(Suprihatin Siti, 2015). Motivasi belajar yang tinggi sangatlah penting bagi
2
siswa, dengan motivasi yang tinggi siswa akan bersemangat dalam mengikuti
pelajaran. Sebaliknya siswa yang mempunyai motivasi rendah akan bermalas-
malasan untuk mengikuti pelajaran (Adiputra & Mujiyati, 2017). Keteladanan
siswa disetiap aspek baik partisipasi dalam pelajaran, rajin masuk sekolah,
sopan santun kepada guru dan teman sebaya serta tekun dalam menghadapi
tugas adalah salah satu contoh siswa yang mempunya motivasi belajar yang
tinggi (Suprihatin Siti, 2015)
Motivasi belajar siswa pada dasarnya tidak akan sama kuatnya (Ahmad,
2018). Motivasi yang berasal dari dalam diri siswa yang biasanya siswa ini
tidak bergantung pada faktor yang ada diluar dirinya dan pastinya siswa ini
mempunyai kemauan yang kuat dalam belajar sedangkan motivasi yang berasal
dari luar diri siswa yang biasanya kemauan dalam belajar sangat bergantung
pada faktor yang ada luar diri siswa. Realitanya pengaruh motivasi eksternal
pada siswa dalam proses belajar sering terjadi dikarenakan siswa melakukan
interaksi dengan lingkungan sebagai proses pencarian jati diri (Rahmawati,
2016). Peran guru dalam kondisi ini sangatlah penting untuk menjadi sosok
bagi siswa dalam menumbuhkan motivasi belajarnya (Heriyati, 2017). Guru
dalam menentukan metode pelajaran yang akan digunakan hendaknya disesuai
dengan materi yang diajarkan dikarenakan hal itu sangat mempengaruhi
motivasi belajar siswa (Masni, 2015).
Motivasi belajar berkenaan dengan kondisi mental siswa yang bisa
diarahkan yang dapat menggerakkan siswa berupa tindakan, maka dari itu
penting bagi guru untuk memberikan dorongan motivasi kepada siswa dalam
belajar agar proses belajar mengajar berjalan sesuia tujuan. Tumbuhnya
motivasi dalam diri siswa muncul secara alamiah atas dasar keinginan dari
siswa atau dikarenakan adanya dorongan dari luar diri siswa. Disini lingkungan
pembelajaran yang sangat berperan dalam memberikan motivasi belajar
(Fauziyatun, 2014). Meningkatkan motivasi belajar siswa bukan hanya
tanggung jawab seorang guru, akan tetapi menjadi tanggung jawab keluarga,
dan masyarakat sebagai bentuk kerjasama berbagai elemen yang mampu
mempengaruhi siswa serta mendukung keberhasilan siswa. Hal tersebut adalah
3
salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi motivasi belajar siswa (Yunas,
Tsabit Bisma, 2018). Guru yang mempunyai peran besar sebagai motivator
terhadap motivasi belajar siswa harus memperhatikan dan mempertimbangkan
dua faktor motivasi belajar yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik.
Dua faktor ini sangat perlu diperhatiakan untuk mengoptimalkan peran guru
dalam memberi motivasi belajar siswa untuk meningkatkan prestasi belajar dan
menangani masalah-masalah dalam pembelajaran (Rima, 2016). Motivasi
sangat berpengaruh dalam pembelajaran tetapi untuk meningkatkan motivasi
belajar siswa membutuhkan orang lain dan dirinya (Rahmayanti, 2016).
Seorang pendidik perlu mengetahui bahwa sesulit apapun materi pelajaran
yang diberikan kepada siswa, ketika siswa mempunyai motivasi belajar maka
siswa tersebut akan mengikuti pelajaran dengan senang dan gembira (Lomu &
Widodo, 2018). Siswa akan optimis dalam setiap pemecahan masalah yang
dihadapi dengan berusaha mencari solusi-solusi. Oleh karena itu proses belajar
mengajar akan berhasil ketika siswa tidak mudah putus asa untuk mencari
solusi dari setiap masalah, dan tujuan dari pembelajaran akan tercapai secara
maksimal. Kondisi ini bisa terjadi ketika peran motivasi didalam diri siswa
baik dan lingkungan belajar yang mendukung. Sebenarnya ada beberapa
motivasi belajar yang dapat dimanfaatkan oleh para pendidik agar siswa senang
dalam belajar yaitu memberikan ulangan pada materi pelajaran, memberikan
hadiah pada siswa yang berprestasi, pendidik mengetahui hasil mata pelajaran,
dan memberikan pujian kepada siswa yang berprilaku baik, dari beberapa
pemanfaatan motivasi belajar diatas masih banyak motivasi belajar yang lain
bisa digunakan pendidik, pada intinya dalam pemanfaatan motivasi belajar
tersebut harus disesuaikan dengan kondisi dan kbutuhan siswa (Sulastri &
Benedictus, 2016).
Motivasi belajar adalah salah satu faktor utama agar siswa aktif dalam
mengikuti pembelajaran, sehingga siswa dapat mengikuti pembelajaran dengan
baik, dan tujuan pembelajaran tercapai serta hasil yang diperoleh juga optimal.
Kurangnya motivasi belajar yang dimiliki siswa pada kegiatan pembelajaran
akan berdampak buruk bagi siswa itu sendiri (Lina & Meri, 2017).
4
Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya
manusia. Sedangkan kualitas sumber daya manusia ditentukan oleh kualitas
pendidikannya. Jadi, secara tidak langsung kemajuan suatu bangsa sangat
ditentukan oleh kualitas pendidikannya. Kualitas pendidikan salah satunya
ditentukan oleh hasil belajar di satuan pendidikan. Menurut Susanto (2013),
hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan
belajar. Hasil belajar merupakan faktor penting yang mempengaruhi kualitas
pendidikan.Sehingga suatu bangsa pasti akan melakukan berbagai upaya untuk
meningkatkan hasil belajar.
Di dunia internasional, pendidikan di indonesia masih dinilai rendah.
Berdasarkan peringkat Programme for International Student Assesment (PISA)
tahun 2015 yang diikuti sebanyak 70 negara, Indonesia menduduki peringkat
62. Meskipun peringkat tersebut naik dari PISA sebelumnya, namun capaian
tersebut masih dibawah rata-rata negara-negara OECD. Skor Indonesia untuk
Matematika hanya 386 sedangkan rata-rata negara-negara OECD yaitu 490
(Guria, 2015).Rendahnya hasil belajar matematika di Indonesia juga
disebabkan oleh rendahnya hasil belajar di masing-masing daerah di Indonesia.
Belajar matematika menunjukkan bahwa kualitas pendidikan di Indonesia juga
masih rendah. Oleh karena itu, hasil belajar yang rendah menjadi permasalahan
yang penting yang harus diperhatikan.
Hasil belajar yang rendah menunjukkan adanya usaha yang belum
maksimal atau kebijakan yang kurang tepat dalam pembelajaran matematika.
Menurut Suryabrata (2010), faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar
yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang
berasal dari dalam diri, meliputi faktor fisiologis dan faktor psikologi.
Sedangkan faktor eksternal berasal dari luar diri, meliputi faktor nonsosial dan
faktor sosial. Faktor dari dalam peserta didik yang menyebabkan rendahnya
hasil belajar matematika diantaranya yaitu motivasi belajar siswa.
Menurut Farhan & Retnawati (2014), motivasi merupakan suatu stimulus
yang memberikan kekuatan (energi) kepada seseorang untuk melaksanakan
suatu aktivitas yang mengarahkannnya agar tepat pada tujuan yang diharapkan.
5
Perannya dalam hal penumbuhan gairah, merasa senang dan semangat untuk
belajar. Tinggi rendahnya motivasi belajar seseorang sangat menentukan
keberhasilan belajar. Bahkan seseorang yang cerdas juga dapat gagal karena
kurangnya motivasi belajar. Sehingga penumbuhan motivasi belajar harus
selalu diperhatikan guna mencapai hasil belajar yang optimal.
Selain faktor diatas, hasil belajar juga dipengaruhi oleh keunikan personal
individu anak. Setiap individu memiliki keunikan tersendiri dan tidak pernah
ada yang mempunyai pengalaman hidup yang sama persis. Sehingga dapat
dipastikan bahwa gaya belajar pada masing-masing individu juga berbeda
(Ghufron & Risnawita, 2012). Sebagian orang, senang belajar dengan ruangan
terang, sedang sebagian senang dengan ruangan suram. Ada orang yang belajar
sambil mendengarkan musik, tapi ada juga orang yang tidak dapat belajar jika
suasana ramai. Dengan gaya belajar yang sesuai maka hasil belajar yang baik
juga mudah dicapai. Gaya belajar menentukan cara belajar yang paling mudah
dan menemukan strategi yang tepat untuk mencapai tujuan pembelajaran yang
telah ditentukan. Dengan demikian gaya belajar sebagai salah satu karakteristik
peserta didik berpengaruh secara teoritis terhadap hasil belajar (Marzoan,
Setyosari, Ulfa & Kuswandi, 2016).
Untuk mengatasi rendahnya hasil belajar, diperlukan upaya untuk
meningkatkan kualitas pendidikan baik dari faktor internal maupun eksternal
peserta didik. Salah satu bentuk upaya peningkatan kualitas pendidikan yaitu
dengan selalu melakukan pembaharuan pendidikan. Beberapa bentuk
pembaharuan pendidikan antara lain dengan perubahan kurikulum, sumber
belajar, pengembangan model pembelajaran, pemberian motivasi belajar dan
lain sebagainya.Untuk meningkatkan motivasi belajar, dapat dilakukan dengan
berbagai cara. Dalam kegiatan belajar mengajar, guru harus berusaha
menghindari hal-hal yang monoton dan membosankan bagi peserta didik.
Dengan suasana kelas yang menarik, peserta didik akan lebih termotivasi
dalam belajar. Selain itu, peningkatan motivasi belajar dapat dilakukan dengan
memberikan penghargaan kepada siswa. Penghargaan tersebut dapat berupa
pujian, tambahan nilai, hadiah atas keberhasilannya. Sehingga peserta didik
6
akan terdorong untuk melakukan usaha lebih keras untuk mencapai hasil
belajar yang optimal.
Selain peningkatan motivasi belajar, rendahnya hasil belajar matematika
juga dapat diatasi dengan menggunakan gaya belajar yang sesuai pada siswa.
Sering dijumpai seseorang yang berprestasi baik di sekolah menengah atas,
namun di perguruan tinggi prestasinya menurun dan bahkan gagal. Sebagian
besar dari mereka tidak menyadari penyebab mereka gagal. Kegagalan mereka
kemungkinan besar disebabkan oleh ketidakcocokan antara gaya belajar siswa
dengan gaya mengajar gurunya. Hal ini terkait dengan peran guru dalam proses
pembelajaran. Dengan mengetahui gaya belajar pada masing-masing individu,
guru dapat memilih model pembelajaran sesuai sehingga dapat meningkatkan
efektivitasnya dalam belajar. Gaya belajar yang sesuai akan membuat siswa
nyaman, senang dan mudah dalam belajar. Sehingga siswa akan dengan mudah
memahami informasi yang sedang ia pelajari.
Dengan motivasi belajar yang tinggi dan penggunaan gaya belajar yang
tepat, hasil belajar matematika siswa diharapkan akan akan meningkat.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti ingin melakukan peneltian terkait hasil
belajar matematika ditinjau dari tingkat motivasi dan gaya belajar pada siswa
kelas VII di MTs Muhammadiyah Alfatah Nangahale.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, dapat diidentifikasi
menjadi enam permasalahan, antara lain :
1. Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah.
2. Hasil belajar matematika siswa masih rendah.
3. Kegiatan pembelajaran yang kurang menarik bagi siswa.
4. Rendahnya hasil belajar matematika dipengaruhi oleh beberapa faktor.
5. Motivasi belajar siswa masih rendah.
6. Gaya belajar siswa belum sesuai.

7
C. Pembatasan Masalah
Faktor yang mempengaruhi hasil belajar matematika siswa dibatasi pada
motivasi dan gaya belajar siswa. Ditinjau dari tingkat motivasi belajar siswa,
jika ada perbedaan hasil belajar matematika siswa dengan motivasi belajar
tinggi dan rendah, maka tingkat motivasi belajar merupakan salah satu faktor
yang mempengaruhi hasil belajar matematika.
Sedangkan jika ditinjau dari gaya belajar, siswa yang memiliki gaya
belajar berbeda-beda mungkin juga memperoleh hasil belajar matematika yang
berbeda-beda. Maka gaya belajar juga merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi hasil belajar matematika siswa. Selain itu, peneliti juga ingin
mengetahui apakah ada pengaruh antara tingkat motivasi dan gaya belajar
terhadap hasil belajar matematika.
D. Rumusan Masalah
Permasalahan ini dapat dirumuskan menjadi tiga.
1. Bagaiamanakah gaya belajar siswa Kelas VII Mts Muhammadiyah Alfatah
Nangahale ?
2. Bagaiamanakah motivasi belajar siswa Kelas VII Mts Muhammadiyah
Alfatah Nangahale ?
3. Bagaiamanakah hasil belajar belajar siswa Kelas VII Mts Muhammadiyah
Alfatah Nangahale ?
E. Tujuan Penelitian
1. Menganalisis dan menguji perbedaan yang signifikan hasil belajar
matematika ditinjau dari tingkat motivasi belajar siswa.
2. Menganalisis dan menguji perbedaan yang signifikan hasil belajar
matematika ditinjau dari gaya belajar siswa.
3. Menganalisis dan menguji interaksi yang signifikan antara tingkat motivasi
belajar siwa dan gaya belajar siswa terhadap hasil belajar matematika.

8
F. Manfaat Penelitian
1. Segi Teoritis
Diharapkan dapat dimanfaatkan untuk melengkapi dan mengembangkan
teori sebelumnya tentang hasil belajar matematika, motivasi dan gaya
belajar.
2. Segi Praktis
a. Bagi Guru
Memberikan bahan pertimbangan dalam pembelajaran sehingga
pembelajaran dapat disesuaikan dengan kecenderungan gaya belajar
yang dimiliki siswa.
b. Bagi Sekolah
Memberikan informasi dalam upaya meningkatkan hasil belajar
matematika siswa.

9
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Deskripsi Teori
1. Hasil Belajar
a. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar terdiri dari dua kata, yaitu hasil dan belajar.
Pengertian hasil berarti suatu perolehan akibat dilakukannya suatu
aktivitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya input secara
fungsional. Begitu juga dalam pendidikan, setelah melalui proses
belajar siswa berubah pengetahuan maupun perilakunya dibanding
sebelumnya
Hasil belajar ini berkaitan dengan pencapaian individu setelah
melalui proses yang panjang, yakni proses belajar dalam rangka
berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya dengan tujuan untuk
mengalami perubahan, baik perubahan pengetahuan, sikap, maupun
keterampilan yang dimiliki oleh seorang individu. Dalam hal ini,
terdapat peran serta guru yaitu menyiapkan instrument yang dapat
mengumpulkan dan menyimpulkan tentang data keberhasilan belajar
siswa sesuai dengan tujuan yang telah direncanakan sebelumnya.
Berdasarkan data tersebut guru dapat mengembangkan dan
memperbaiki program pembelajaran. Dalam menentukan instrumen
tentu saja diperlukan racangan instrumen beserta kriteria-kriteria
keberhasilan yang telah ditetapkan. Kriteria sangat diperlukan agar
jelas apa saja yang harus dikerjakan siswa dalam mempelajari materi
atau isi pembelajaran. Secara sederhana, hasil belajar adalah sesuatu
yang diperoleh oleh individu setelah melalui kegiatan belajar. Karena
belajar sendiri adalah suatu proses individu dalam memperoleh
perubahan dalam dirinya, Ahmad Susanto (2013).

10
Menurut Nana Syaodih Sukmadinata (2011), Hasil belajar atau
achievement merupakan realisasi atau pemekaran dari kecakapan-
kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang.
Penguasaan hasil belajar seseorang dapat dilihat dari perilakunya. Baik
perilaku dalam bentuk penguasaan pengetahuan, ketermpilan berfikir
maupun keterampilan motorik. Hampir sebagian terbesar dari kegiatan
atau perilaku yang diperlihatkan seseorang merupakan hasil belajar. Di
sekolah hasil belajar ini dapat dilihat dari penguasaan siswa akan mata
pelajaran yang ditempuhnya.
Dari uraian di ataas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah
suatu pencapaian individu setelah melalui proses yang panjang, yakni
proses belajar dalam rangka berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya
dengan tujuan untuk mengalami perubahan, baik perubahan
pengetahuan, sikap, maupun keterampilan yang dimiliki oleh seorang
individu.
b. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Seorang guru harus memahami faktor-faktor yang mempengaruhi
hasil belajar siswa, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Faktorfaktor yang mempengaruhi hasil belajar dibagi menjadi
2 ,Gunawan (2018), yaitu : 1) Faktor internal yaitu faktor yang berasal
dari dalam diri individu. Faktor internal yang mempengaruhi hasil
belajar terdiri dari intelegensi, minat, motivasi, gaya belajar, dan
kesiapan belajar. 2) Faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar
individu. Faktor eksternal yang mempengaruhi hasil belajaran terdiri
dari faktor keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan sosial di
masyarakat.
c. Pengukuran hasil Belajar
Pengukuran adalah proses pemberian angka atau usaha
memperoleh deskripsi numerik dari suatu tingkatan dimana seorang
peserta didik telah mencapai karakteristik tertentu. Menurut Benjamin
S. Bloom dalam Sudjana (2012),ada tiga ranah hasil belajar yaitu
11
kognitif, afektif, dan pesikomotorik. Penilaian atau pengukuran hasil
belajar jika dilihat dari segi alatnya,dapat dibedakan menjadi 2 yaitu
Tes dan Non Tes. Tes adalah cara (yang dapat digunakan) atau
prosedur (yang perlu ditempuh) dalam rangka pengukuran dan
penilaian di bidang pendidikan yang berbentuk pemberian tugas atau
serangkaian tugas baik berupa pertanyaan-pertanyaan yang harus
dijawab atau perintah-perintah yang harus dikerjaan, sehingga dari
hasil yang diperoleh dapat dihasilkan nilai yang melambangkan
tinngkah laku atau prestasi seseorang. Kemudian nilai tersebut dapat
dibandingkan dengan nilainilai lainnya atau dibandingkan dengan nilai
standar tertentu,Ahmad Sudjono (2012).
2. Hasil Belajar Matematika
Hasil belajar matematika merupakan suatu puncak proses belajar,
hasil belajar tersebut terjadi karena evaluasi guru. Jika dikaitkan dengan
belajar matematika, maka hasil belajar matematika adalah suatu hasil yang
diperoleh siswa dalam menekuni dan mempelajari matematika. Nana
Sudjana,( 2008). Berdasarkan uraian-uraian sebelumnya, maka dapat
diketahui bahwa hasil belajar matematika merupakan suatu hasil yang
dicapai oleh peserta didik setelah melalui proses belajar yaitu proses
mental untuk memahami arti dan maksud dari lambang-lambang dan cara
memanipulasi lambang-lambang tersebut yang kompleks menjadi
sederhana berdasarkan asumsi dasar aksioma, dalil-dalil dan teorema yang
sudah dibuktikan sebelumnya. Belajar dalam hal ini peserta didik yang
berhasil mengalami perubahan dari segi perilaku, pengetahuan, maupun
potensi yang dimiliki dalam bidang matematika.
Penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-
hasil belajar yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu. Hal ini
mengisyaratkan bahwa objek yang dinilainya adalah hasil belajar
siswa.Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku
seperti telah dijelaskan di muka.Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam
pengertian yang luas mencakup bidang kognitif, efektif dan psikomotoris.
12
Oleh sebab itu, dalam penilaian hasil belajar, peranan tujuan
intruksional yang berisi kemampuan dan tingkah laku yang diinginkan
dikuasai siswa menjadi unsur penting sebagai dasar dan acuan penilaian
(Nana Sudjana, 2008).
3. Motivasi Belajar
a. Pengertian Motivasi
Kata motivasi sangat sering didengar dalam kehidupan sehari-hari.
Banyak sekali, bahkan sudah umum orang menyebut dengan “motif”
untuk menunjukkan mengapa seseorang itu berbuat sesuatu. Kata
“motif”, diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang
untuk melakukan sesuatu (Sardiman A.M, 2007).Motif dapat dikatakan
sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk
melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan
(Sardiman A.M, 2007).Berawal dari kata “motif” itu, maka motivasi
dapat diartikan sebagai daya penggerak yang dapat menjadi aktif.
Motif menjadi pada saat-saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk
mencapai tujuan yang sangat mendesak. Dalam kegiatan belajar
mengajar, apabila ada seorang peserta didik, misalnya tidak berbuat
sesuatu yang tidak seharusnya dikerjakan, maka harus diselidiki sebab-
sebabnya (Prof. Dr. S. Nasution.M.A, 2010). Berawal dari kata “motif”
itu, maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang dapat
menjadi aktif. Motif menjadi pada saat-saat tertentu, terutama bila
kebutuhan untuk mencapai tujuan yang sangat mendesak. Dalam
kegiatan belajar mengajar, apabila ada seorang peserta didik, misalnya
tidak berbuat sesuatu yang tidak seharusnya dikerjakan, maka harus
diselidiki sebab- sebabnya (Prof. Dr. S. Nasution.M.A, 2010).
Sedangkan Menurut Drs. Moh. Uzer Usman, (2011), Motivasi
merupakan daya dalam diri untuk mendorongnya melakukan sesuatu,
atau menyebabkan kesiapannya untuk memulai rangkaian tingakah
laku atau perbuatan. Motivasi dapat timbul dari dalam individu
maupun dari luar, hal ini akan diuraikan sebagai berikut :
13
1. Motivasi Instrinsik, yaitu ingin mencapai tujuan yang terkandung
dalam proses belajar. Jenis motivasi ini sebab terjadi dari dalam
individu tanpa paksaan orang lain, melainkan atas kemauan sendiri.
Misalnya anak muda ingin belajar karena ingin mendapatkan ilmu.
Oleh karena itu ia rajin belajar agar mendapatkan ilmu (Drs. Moh.
Uzer Usman, 2011)
2. Motivasi Ekstrinsik, yaitu jenis motivasi yang timbul dari pengaruh
luar individu. Apakah dari ajakan orang lain, suruhan, paksaan
sehingga dengan kondisi yang demikian akhirnya ia mau melakukan
sesuatu atau belajar, karena di suruh atau dipaksa orang lain (Prof.
Dr. H. Djaali, 2012).
b. Fungsi Motivasi Dalam Belajar
Berkaitan dengan kegaiatan belajar motivasi sangat berperan
penting dalam kegiatan belajar. Motivasi tidaka hanya digunakan oleh
para pelajar namun pendidik, pekerja dan pada karyawanpun juga
membutuhkan motivasi. Motivasi memiliki fungsi sebagai berikut,
(Purwa Atmaja Prawira, 2013).:
1. Motivasi bersifat mengarahkan dan mengatur tingkah laku.
Motivasi dalam kehidupan nyata sering digambarkan sebagai,
pembimbing, pengarah,dan pengoreintasi suatu tujuan tertentu dari
individu. Tingkah laku individu dikatakan bermotif jika bergerak
menuju ke arah tertentu. Dengan demikian suatu motif dipastikan
memiliki arah tujuan, tertentu, mengandung ketekunan dan
kegigihan dalam bertindak. Tidak dapat dimungkiri jika suatu
tingkah laku yang bermotif itu bersifat komplek karena struktur
keadaan yang ada telah menentukan tingkah laku individu yang
bersangkutan
2. Motivasi sebagai penyeleksi tingakah laku individu. Motif di
punyai pada diri individu sehingga membuat individu yang
bersangkutan bertindak secara terarah kepada suatu tujuan yang
telah terpilih yang telah diniatkan oleh individu tersebut. Dengan
14
pernyataan lain, motif, membuat individu menghindari dari
perilaku yang tidak terarah atau buyar.dalm bertingkah laku guna
mencapai tujuan tertentu yang telah di rencanakan.
c. Bentuk-Bentuk Motivasi Belajar
Di dalam kegiatan belajar peranan motivasi sangat diperlukan.
Dengan motivasi, peserta didik dapat mengembangkan aktivitas dan
inisiatif, dapat mengarahkan dan memelihara ketekunan dalam
melakukan kegiatan belajar (Miftah Thoha, 2008).Dalam kegiatan itu
perlu diketahui bahwa cara dan jenis menumbuhkan motivasi
bermacam-macam. Tetapi untuk motivasi ekstrinsik kadang tepat, dan
kadang kurang sesuai. Hal ini para pendidik harus berhati-hati dalam
menumbuhkan dan memberi motivasi bagi kegiatan belajar para
peserta didik. Ada beberapa cara untuk menumbuhkan motivasi belajar
peserta didik antara lain (Sardiman A.M, 2008).
a. Memberi Angka / Nilai
Angka dalam hal ini adalah sebagai nilai pada kegiatan
belajarnya Banyak peserta didik yang belajar untuk mencapai
angka-angka yang baik. Sehingga yang dikejar peserta didik dan
dicapai dalam ujian adalah nilai yang baik pada raport mereka.
Angka yang baik itu bagi para peserta didik adalah sebagai motivasi
yang sangat kuat. Tetapi ada juga, bahkan banyak peserta didik
yang hanya belajar untuk naik kelas saja. Oleh karena itu, langkah
selanjutnya yang harus dicapai oleh pendidik adalah bagaimana cara
memberikan angka yang sesuai dengan standar kemampuannya,
tidak hanya sekedar kognitif saja tetapi juga harus melihat
ketrampilan dan afeksinya.
b. Hadiah
Hadiah juga dapat dikatakan sebagai motivasi, tetapi tidaklah
selalu demikian. Karena hadiah untuk suatu pekerjaan, mungkin
tidak akan menarik bagi seseorang yang tidak senang dalam
pekerjaan tersebut. Sebagai contoh hadiah yang diberikan untuk
15
peserta didik yang mendapatkan nilai baik,mungkin tidak terlalu
menarik bagi peserta didik yang tidak mendapatkan nilai yang baik.
Bentuk pemberian hadiah akan sangat mudah meningkatkan
motivasi belajar peserta didik, namun pendidik tidak boleh
membiasakan dengan pemberian hadiah terus menerus, dikarenakan
pemberian hadiah akan membuat peserta didik menjadi bergantung
semata-mata demi hadiah bukan karena keinginan untuk belajar.
c. Pujian
Apabila ada peserta didik yang sukses dan berhasil
menyelesaikan tugas dengan baik, perlu diberikan pujian sebagai
motivasi yang positiv bagi peserta didik. Dengan pujian ini peserta
didik akan merasa senang dan dapat meningkatkan gairah belajar
peserta didik. Dengan dipuji biasanya peserta didik merasa bahwa
usaha belajar yang telah ia timbulkan tidak sia-sia dan membuat
semangat peserta didik semakin besar dalam proses pembelajaran
yang akan berpengaruh pada pembelajaran dikemudian hari.
4. Gaya Belajar
a. Pengertian Gaya Belajar
Gaya belajar adalah gaya yang konsisten yang dilakukan oleh
seorang murid dalam menangkap stimulus atau informasi, cara
mengingat berfikir dan memecahkan soal (Prof. Dr. S. Nasution, M. A,
2011). Dengan gaya belajar, peserta didik akan lebih mudah
memahami pelajaran. Sebagian peserta didik lebih suka pendidik
mereka mengajar dengan cara menulis pelajaran di papan tulis lalu
memahaminya (Dr. Hamzah B. Uno, M.Pd, 2008) . Dengan
mengetahui gaya belajar peserta didiknya, pendidik dapat
menyesuaikan gaya mengajarnya dengan kebutuhan peserta didiknya,
sehingga peserta didik semuanya dapat memperoleh cara yang efektif
baginya. Khususnya jika dengan menggunakan penagajaran individual,
gaya belajar peserta didik dapat diketahui. Agar dapat memperhatikan
gaya belajar peserta didik, pendidik harus menguasai ketrampilan
16
dalam berbagai dalam mengajar dan harus sanggup menjalankan
berbagai peranan, misalnya sebagai ahli bahan pengajaran, dan sumber
informasi. Ia harus sanggup menggunakan metode belajar yang paling
serasi, menurut gaya belajar masing- masing individu (Dr. Arief S.
Sadiman.M,Sc, 2008).
Dari definisi gaya belajar diatas maka, dapat disimpulkan bahwa
gaya belajar adalah suatu proses belajar yang menyenangkan dan
sangat disukai peserta didik dalam menangkap stimulus dan
membantunya dalam proses belajar, sehingga dapat menumbuhkan
motivasi dalam pembelajaran yang menyenangkan serta hasil belajar
yang maksimal sesuai dengan kebutuhan yang diinginkan.
b. Macam-macam Gaya Belajar
Secara umum gaya belajar manusia dibedakan ke dalam tiga
kelompok besar, yaitu gaya belajar visual, gaya belajar auditorial dan
gaya belajar kinestetik.
1. Gaya Belajar Visual
Berdasarkan arti katanya, Gaya belajar visual adalah gaya
belajar dengan cara melihat, mengamati, memandang, dan
sejenisnya. Kekuatan gaya belajar ini terletak pada indera
penglihatan. Bagi orang yang memiliki gaya ini, mata adalah alat
yang paling peka untuk menangkap setiap gejala atau stimulus
(rangsangan) belajar. Gaya belajar ini menjelaskan bahwa kita
harus melihat dulu buktinya untuk kemudian bisa mempercayainya
(Dr. Hamzah B. Uno,M. Pd ).
2. Gaya belajar auditorial
Gaya belajar auditorial adalah gaya belajar dengan cara
mendengar. Orang dengan gaya belajar ini, lebih dominan dalam
menggunakan indera pendengaran untuk melakukan aktivitas
belajar. Dengan kata lain, ia mudah belajar, mudah menangkap
stimulus atau melalui alat indera pendengaran (telinga). Orang

17
dengan gaya belajar auditorial memiliki kekuatan pada
kemampuannya untuk mendengar .
3. Gaya belajar kinestik
Gaya belajar kinestetik adalah gaya belajar dengan cara
bergerak, bekerja, dan menyentuh. Maksudnya ialah belajar dengan
mengutamakan indera perasa dan gerakan-gerakan fisik. Orang
dengan gaya belajar ini lebih mudah menangkap pelajaran apabila
ia bergerak, meraba, atau mengambil tindakan. Misalnya, ia baru
memahami makna halus apabila indera perasanya telah merasakan
benda yang halus.Individu yang bertipe ini, mudah mempelajari
bahan yang berupa tulisan- tulisan, gerakan-gerakan, dan sulit
mempelajari bahan yang berupa suara atau penglihatan. Selain itu,
belajar secara kinestetik berhubungan dengan praktik atau
pengalaman belajar secara langsung. Dari pengertian di atas dapat
di ambil kesimpulan bahwa orang yang menggunakan gaya belajar
kinestetik memperoleh informasi dengan mengutamakan indera
perasa dan gerakan- gerakan fisik. Individu yang mempunyai gaya
belajar kinestetik mudah menangkap pelajaran apabila ia bergerak,
meraba, atau mengambil tindakan. Selain itu dengan praktik atau
pengalaman belajar secara langsung (Dr. Hamzah B. Uno,M. Pd).
4. Media Pembelajaran Penunjang Gaya Belajar
Media pembelajaran yang dapat digunakan untuk membantu
pendidik dalam menunjang gaya belajar peserta didik sebagai
berikut (Pof. Dr. Oemar Hamalik, 2006).
a. Media pembelajaran berbasis visual contohnya : video, film,
grafik, gambar, foto, lukisan.
b. Media pembelajaran berbasis audio contohnya : radio, listening,
lagu, dan cerita.
c. Media pembelajaran berbasis kinestetik contohnya : praktek,
peragaan, dan penemuan.

18
5. Prinsip Gaya Belajar Yang Ideal
Prinsip dasar gaya belajar yang ideal yang digunakan ketika
proses pembelajaran sebagai berikut (Pof. Dr. Oemar Hamalik,
2006).
a) Pembelajaran melibatkan seluruh pikiran dan tubuh.
b) Pembelajaran berarti berkreasi bukan berkonsumsi.
c) Kerjasama membantu proses pembelajaran.
d) Pembelajaran berlangsung pada banyak tingkatan secara
simultan.
e) Belajar berasal dari mengerjakan pekerjaan itu sendiri dengan
umpan balik.
f) Emosi positif sangat membantu pembelajaran.
B. Kajian Penelitian Yang Relevan
Rahayu yang meneliti dengan judul perbedaan gaya belajar dan pilihan
karir yang congruent dan incongruent terhadap prestasi belajar siswa kelas XI
SMK Negeri Salatiga. Populasi siswa kelas XI SMK Negeri I Salatiga tahun
pelajaran 2003/2004 dengan subyek penelitian seluruh siswa sejumlah 279
orang . Pengumpulan data menggunakan Kolb’s Learning Style Inventory
tahun 1985, dan Vocational Preferens Inventory tahun 1973. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa : a) sebagian besar siswa kelas XI SMK Negeri I Salatiga
mempunyai gaya belajar divergen (36,91%), gaya belajar asimilasi (23,65%),
gaya belajar accomodator (23,65%), gaya belajar converger (18,63%), b) ada
perbedaan prestasi belajar siswa kelas XI SMK Negeri I Salatiga dengan gaya
belajar divergen incongruent pada jurusan sekretaris, akuntansi dan penjualan
sebesar α 1% = 4,85, c) ada perbedaan prestasi belajar siswa kelas XI SMK 14
Negeri I Salatiga dengan gaya belajar asimilasi incongruent pada jurusan
sekretaris, akuntansi dan penjualan dengan nilai observasi (Fo) sebesar 50,47
yang jauh lebih besar dari nilai F tabel untuk α 1% = 4,995, d) Prestasi belajar
tertinggi diraih oleh siswa kelas XI SMK Negeri I Salatiga dengan gaya
belajar asimilasi, convergen, divergen dan accommodator .

19
Hasil penelitian Gunartomo (2003), tentang pengaruh kreativitas
kognitif, motivasi belajar dan kecemasan terhadap prestasi belajar matematika
siswa MTs N Grabag Magelang tahun 2002/2003. Populasi sebanyak 858 dan
sampel 214 siswa (20%). Indeks prestasi belajar diperoleh dari nilai murni
matematika ulangan umum semester gasal yang di dapat dari guru bidang
studi matematika di sekolah tersebut. Instrumen yang digunakan terdiri : a)
instrumen kreatifitas kognitif sebanyak 25 item, b) instrumen motivasi belajar
sebanyak 66 item, dan c) instrumen kecemasan sebanyak 10 item. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa dari hasil analisis regresi motivasi belajar
berpengaruh positif dan signifikan terhadap prestasi belajar matematika
sebesar (0,645)
Dari beberapa sumber yang disebutkan diatas , maka peneliti tertarik
untuk meneliti terkait perbandingan hasil belajar matematika ditinjau dari
tingkat motivasi dan gaya belajar pada siswa kelas VII Mts Muhammadiyah
Allfatah Nangahale .
C. Kerangka Berpikir
Matematika merupakan mata pelajaran yang penting dan juga
mempunyai peranan penting, baik dalam kehidupan akademis maupun
kehidupan sehari-hari. Namun ternyata matematika dirasakan merupakan hal
yang sulit oleh banyak orang, tidak hanya para siswa saja. Hal ini juga karena
objek kajian yang dipelajari oleh matematika bersifat abstrak (fakta, konsep,
operasi, prinsip), terdapat pemecahan masalah, serta adanya pengertian konsep
matematika yang masih lemah dan belum bermakna bagi siswa.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi tinggi dan rendahnya prestasi
belajar siswa, termasuk di dalamnya faktor intern dan faktor ekstern. Faktor-
faktor tersebut sering kali menjadi penghambat dan pendukung keberhasilan
siswa. Motivasi dan gaya belajar merupakan faktor intern yang terdapat dalam
diri siswa yang dapat mendukung hasil belajar matematika yang mereka
hadapi.

20
Motivasi dan gaya belajar yang diteliti dalam penelitian ini adalah
Motivasi dan gaya belajar dalam kegiatan hasil belajar matematika. Apabila
siswa memiliki Motivasi yang tinggi dalam kegiatan pembelajaran
matematika, maka dapat diramalkan siswa tersebut akan mempunyai rasa
ingin tahu yang lebih besar untuk memahami segala permasalahan yang ada
dalam pelajaran matematika . siswa cenderung rajin mencari informasi dalam
mempelajari matematika secara luas dan mendalam. Siswa akan bertindak
secara kreatif untuk menghadapi tugas-tugas pelajaran matematika yang baik
dan benar. Begitu juga dengan gaya belajar, apabila guru menyesuaikan
metode belajarnya dengan gaya belajar siswa, kemungkinan siswa akan
mendapatkan prestasi belajar matematika yang optimal. Siswa akan dengan
mudah menyerap, memahami dan mengolah segala informasi dalam
pembelajaran matematika dengan baik.
Uraian di atas dapat digunakan sebagai arahan berpikir, bahwa antara
motivasi dan gaya belajar matematika siswa secara bersama-sama terdapat
hubungan yang positif dalam meningkatkan hasil belajar matematika siswa.
D. Hipotesis
Agar dalam penelitian dapat terarah, maka dirumuskan pendugaan
terlebih dahulu terhadap penyebab terjadinya masalah yaitu hipotesis.
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian, yang
kebenarannya masih harus diuji secara empiris . Berdasarkan rumusan
masalah yang dikemukakan tersebut maka hipotesis pada penelitian ini adalah
“Terdapat pengaruh yang signifikan antara gaya belajar dan motivasi peserta
didik terhadap hasil belajar matematika di MTS Muhammadiyah Alfatah
Nangahale”.

21
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian


1. Tempat Penelitian
Tempat penelitian ini dilaksanakan di MTS Muhammadiyah Alfatah
Nangahale berlokasi di Jl. Mesjid An-Nur, Desa Nangahale, Kecamatan
Talibura, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur.
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2022/2023 di
MTS Muhammadiyah Alfatah Nangahale
Bulan
No. Jenis Kegiatan
Agust
Juni
Mei

sept

nov
Juli

des
1. Konsultasi judul √ okt

2. Penyusunan
proposal
penelitian dan √ √ √ √ √ √ √ √
instrumen
penelitian
2. Pelaksanaan
penelitian
3. Menganalisis data
4. Pembuatan
laporan penelitian
5. Pertanggungjawab
an penelitian

22
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Menurut Sugiono (2018) Populasi adalah wilayah generalisasi
yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulannya.
2. Sampel
Menurut Sugiyono (2018) sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Teknik pengambilan
yang digunakan pada penelitian ini yaitu jenis teknik sampling jenuh.
Menurut Sugiono (2018) sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel
bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel.
Berdasarkan hal tersebut sampel yang digunakan dalam penelitian
ini yaitu semua anggota populasi siswa kelas VIII Mts Muhammadiyah
Alfatah Nangahale yang berjumlah 45 orang yang terdiri dari 20 siwa laki-
laki dan 25 siswa perempuan.

C. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian korelasi. Korelasi adalah hubungan
antara dua variable atau lebih (Hartono, 2009). Korelasi dalam penelitian ini
terdiri dari dua variabel bebas satu variabel terikat. Variabel bebas
(independen) dalam penelitian ini adalah gaya belajar dan motivasi belajar
siswa, sedangkan variabel terikatnya (dependen) adalah prestasi belajar..
D. Teknik Pengumpulan Data
1. Angket
Yaitu dengan cara membuat suatu daftar pertanyaan tertentu yang
diberikan kepada responden yang dijadikan sampel. Pertanyaan
berhubungan dengan variabel:
a. Variabel gaya belajar, jumlah butir instrumen angket gaya belajar
terdiri dari pernyataan positif dan negatif mempunyai opsi jawaban 5
pilihan (selalu, sering, kadang-kadang, jarang, tidak pernah).
23
b. Variabel motivasi belajar, jumlah butir instrumen angket motivasi
terdiri dari pernyataan positif dan negatif yang mempunyai ops
jawaban 5 pilihan (sangat setuju, setuju, tidak setuju, sangat tidak
setuju).
c. Butir intrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data
menggunakan skala likert dengan pedoman penskoran sebagai berikut:

No Altenatif Pilihan ( + ) Pernyataan (-)


(+) (-)

1 Sangat Setuju (SS) 4 1


2 Setuju (S) 3 2
3 Tidak Setuju (TS) 2 3
4 Sangat Tidak Setuju 1 4
(STS)
Sumber: Riduwan 2009
2. Dokumentasi
Teknik ini digunakan untuk memperoleh data prestasi belajar
matematika siswa dengan cara melihat rekapitulasi nilai hasil semester dari
dokumentasi pada guru bidang studi matematika.
E. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan statistik deskriptif.
Menurut Sugiyono (2018) statistik deskriptif adalaah statistik yang digunakan
untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan
data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa membuat kesimpulan
yang berlaku untuk umum atau generalisasi.
1. Uji Validitas Instrumen
Uji validitas dilakukan untuk mengetahui validitas tidaknya instrumen
yang digunakan yaitu dengan menganalisis per butir item, untuk
menganalisis item tersebut digunakan validitas isi. Dalam penelitian ini
digunakan koefisien validitas isi -Aiken’s v untuk menentukan
kevalidan instrumen oleh validator.

Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :


24
V= dimana

Keterangan :

V = koefisien validitas isi

r = skor yang diberikan oleh validator

= skor terendah yang diberikan

n = banyaknya validator

c = skor tertinggi yang diberikan

Adapun interpretasi hasil perhitungan validitas merujuk pada tabel

berikut:

Interval Interprestasi

0,00 - 0,199 Sangat tidak valid

0,20 – 0,399 Tidak valid

0,40 – 0,599 Kurang valid

0,60 – 0,7 99 Valid

0,80 -1,00 Sangat valid

Sumber: (Sugiyono, 2017)

Setelah instrumen angket divalidasi oleh validator, maka instrumen

yang valid dapat digunakan untuk penelitian.

25
2. Uji Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan

masalah penelitian. Oleh karena itu rumusan masalah penelitian

biasanya disusun dalam bentuk kalimat pertanyaan ( Sugiyono, 2018).

Teknik analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis

penelitian ini adalah menggunakan analisis regresi ganda. Regresi

ganda merupakan uji regresi yang digunakan untuk mencari pengaruh

dua variabel prediktor atau untuk mencari hubungan fungsional dua

variabel prediktor atau lebih terhadap variabel kriteriumnya, atau untuk

meramalkan dua variabel prediktor atau kebih terhadap kriteriumnya

(Hartono, 2011). Dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel

prediktor yaitu variabel gaya belajar dan motivasi belajar sedangkan

variabel kriteriumnya (variabel terikat) adalah hasil belajar.

Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

Y = a + b1.X1 + b2X2

Dimana a : Konstanta

Y : Prestasi Belajar

X1 : Gaya Belajar

X2 : Motivasi Belajar

b1,2 : Koefisien Regresi

Untuk menentukan nilai-nilai pada regresi ganda untuk dua

variabel bebas dapat ditentukan sebagai berikut:

∑ ∑ − ∑ ∑
26
∑ ∑ – ∑
=


= − ∑ − ∑
∑ ∑ − ∑ ∑

∑ akan
Adapun hipotesis yang di– uji∑ dalam penelitian ini adalah
hubungan variabel gaya belajar dengan hasil belajar (X1 dan Y), motivasi
belajar dengan hasil belajar (X2 dengan Y), hubungan secara simultan
anatara gaya belajar dan motivasi belajar dengan hasil belajar. Untuk lebih
jelasnya sebagai berikut :

a. Ha : Ada hubungan gaya belajar dengan hasil belajar

matematika siswa MTs Muhammadiyah Alfatah Nangahale

Kecamatan Talibura.

b. Ho : Tidak ada hubungan gaya belajar dengan hasil belajar matematika

siswa MTs Muhammadiyah Alfatah Nangahale Kecamatan

Talibura.

c. Ha : Ada hubungan motivasi belajar dengan hasil belajar

matematika siswa MTs Muhammadiyah Alfatah Nangahale

Kecamatan Talibura.

d. Ho : Tidak ada hubungan motivasi belajar dengan hasil belajar

matematika siswa MTs Muhammadiyah Alfatah Nangahale

Kecamatan Talibura.

e. Ha : Ada hubungan secara simultan antara gaya belajar dan

motivasi belajar Matematika dengan hasil belajar

matematika siswa MTs Muhammadiyah Alfatah Nangahale

Kecamatan Talibura.

27
f. Ho : Tidak ada hubungan secara simultan antara gaya belajar dan

motivasi belajar Matematika dengan hasil belajar matematika

siswa MTs Muhammadiyah Alfatah Nangahale Kecamatan

Talibura.

28
DAFAR PUSTAKA

Emda, A. (2018). Kedudukan Motivasi Belajar Siswa Dalam Pembelajaran.


Lantanida Journal, 5(2), 172. https://doi.org/10.22373/lj.v5i2.2838

Heriyati, H. (2017). Pengaruh Minat dan Motivasi Belajar Terhadap Prestasi


Belajar Matematika. Jurnal Ilmiah Pendidikan MIPA, 7(1), 22–32.
https://doi.org/10.30998/formatif.v7i1.1383

Heriyati, H. (2017). Pengaruh Minat dan Motivasi Belajar Terhadap Prestasi


Belajar Matematika. Jurnal Ilmiah Pendidikan MIPA, 7(1), 22–32.
https://doi.org/10.30998/formatif.v7i1.1383

Sugiyanto. Kontribusi Gaya Belajar dan Motivasi Berprestasi terhadap Prestasi


Akademik Siswa Kelas XI SMA Negeri 10 Semarang. Yogyakarta: Prodi
BK UNY.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung:


Penerbit Alfabeta.

29

Anda mungkin juga menyukai