Anda di halaman 1dari 22

DRAFT PROPOSAL

Nama : Sindi Pratiwi

Nim : 105361101819

Kelas : Matematika 2019 A

Judul : Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa pada


Materi Matriks Ditinjau dari Gaya Belajar Berdasarkan Teori
APOS pada Kelas XI SMA Negeri 2 Selayar

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Matematika adalah mata pelajaran yang telah diajarkan sejak
Sekolah Dasar sampai ke Perguruan Tinggi. Selain dalam dunia
pendidikan peranan matematika juga sangat penting dalam perkembangan
teknologi saat ini. Oleh karena itu matematika sebagai ilmu pengetahuan
perlu diajarkan untuk mempermudah manusia dalam beraktivitas.
Yuwono, Mulya & Rosita (2018) mengatakan bahwa matematika
dalam kehidupan sehari-hari memiliki peran yang penting, baik dalam
membantu siswa untuk belajar mengkaji suatu masalah secara logika dan
sistematis maupun dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga pembelajaran
matematika diutamakan di sekolah untuk melatih siswa berpikir kritis,
sistematis dan berkemampuan untuk memecahkan masalah. Dalam
matematika kemampuan pemecahan masalah sangat diperlukan, tidak
hanya untuk mereka yang akan mempelajari matematika secara mendalam,
tetapi juga untuk mereka yang kemudian akan menerapkannya ke dalam
bidang studi lain, serta ke dalam kehidupan sehari-hari. Mawaddah &
Anisah (2015) mengemukakan kemampuan pemecahan masalah
matematis adalah kemampuan untuk mengidentifikasi hal-hal yang

1
diketahui, ditanya, dan hal lain yang diperlukan serta mampu menyusun ke
dalam model matematika, memilih strategi yang sesuai, menjelaskan hasil
dan memeriksanya kembali. Kemampuan pemecahan masalah matematis
adalah salah satu kemampuan penting yang tidak bisa diabaikan dalam
pembelajaran matematika sehingga menjadi hal yang tak bisa dipisahkan
dalam aktivitas matematika. Dari penjabaran tersebut, kemampuan ini
menuntut siswa untuk menggunakan pengetahuannya dalam memecahkan
masalah pada pembelajaran matematika.
Pentingnya kemampuan pemecahan masalah matematis dalam
pelajaran matematika dimana siswa berupaya mencari jalan keluar yang
dilakukan dalam mencapai tujuan, juga memerlukan kesiapan, kreatifitas,
pengetahuan dan kemampuan serta aplikasinya dalam kehidupan sehari-
hari. Agar tujuan pembelajaran matematika tercapai, salah satunya dengan
memiliki aspek yang efektif.
Gaya belajar juga merupakan salah satu aspek yang perlu
mendapatkan perhatian untuk meningkatkan kemampuan pemecahan
matematis karena jika seseorang mengetahui gaya belajarnya maka orang
tersebut akan melakukan langkah-langkah penting yang membuatnya
mudah dalam belajar. Gaya belajar merupakan cara belajar yang disukai
individu untuk menyerap, mengatur dan mengolah informasi atau
pengetahuan baru dalam pembelajaran melalui persepsi yang berbeda.
Guru perlu memperhatikan seberapa jauh pemahaman siswa dalam
mempelajari suatu materi. Untuk mengetahui seberapa jauh pemahaman
siswa maka perlu dilakukan analisis tingkat pemahaman yang diharapkan
dapat membantu guru untuk mengambil langkah yang tepat dalam
menentukan suatu metode atau strategi yang akan digunakan dalam proses
pembelajaran sehingga dapat meningkatkan kemampuan siswanya dalam
memahami materi yang diajarkannya.
Analisis yang dapat digunakan untuk mengetahui seberapa jauh
pemahaman matematis siswa yaitu Teori APOS. Dubinsky menyatakan
bahwa teori APOS dapat digunakan sebagai suatu alat analisis untuk

2
mendeskripsikan perkembangan skema seseorang pada suatu topik
matematika yang merupakan totalitas dari pengetahuan yang terkait secara
sadar atau tidak sadar terhadap topik tersebut. Teori APOS membedakan
tingkat pemahaman mejadi 4 tingkatan yaitu: aksi, proses, objek dan
skema.
Oleh karena itu pemecahan masalah matematis menjadi salah satu
faktor dalam tercapainya tujuan pendidikan matematika. Matematika
merupakan mata pelajaran yang ada pada setiap tingkat jenjang
pendidikan. Hal itu menunjukkan bahwa betapa pentingnya peranan
matematika dalam dunia pendidikan dan perkembangan teknologi saat ini.
Matematika juga mempunyai peranan penting dalam kehidupan sehari-hari
maupun dalam membantu bidang ilmu lainnya.
Berdasarkan uraian diatas maka peneliti ingin melakukan
penelitian yang berjudul ”Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematis Siswa pada Materi Matriks Ditinjau dari Gaya Belajar
Berdasarkan Teori APOS pada Kelas XI SMA Negeri 2 Selayar”

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukankan, maka
rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu: Bagaimana kemampuan
pemecahan masalah siswa dalam menyelesaikan soal matriks ditinjau dari
gaya belajar berdasarkan teori APOS pada kelas XI SMA Negeri 2
Selayar?

C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kemampuan
pemecahan masalah matematis siswa dalam menyelesaikan soal matriks
ditinjau dari gaya belajar berdasarkan teori APOS pada kelas XI SMA
Negeri 2 Selayar.

3
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai
berikut :
a. Bagi guru
Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk mengetahui
kemampuan pemecahan masalah dalam menyelesaikan soal matriks
ditinjau dari gaya belajar berdasarkan teori APOS, sehingga guru
diharapkan untuk memahami dan megarahkan peserta didiknya dalam
belajar matematika.
b. Bagi siswa
Siswa dapat mengetahui seberapa besar kemampuan pemecahan
masalah matematis ditinjau dari gaya belajar berdasrkan teori APOS
dalam pembelajaran matematika, sehingga dapat meningkatkan
motivasi dalam belajar.
c. Bagi peneliti
Dapat menambah pengetahuan dan pengalaman dalam proses
pembelajaran terkait kemampuan pemecahan masalah matematis
ditinjau dari gaya belajar berdasrkan teori APOS dan juga dapat
digunakan sebagai bekal mengajar matematika nantinya.
d. Bagi peneliti lain
Peneliti dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai
kemampuan pemecahan masalah siswa dan sebagai referensi untuk
melakukan penelitian serupa serta dapat dijadikan pedoman pustaka
untuk penelitian lebih lanjut.

4
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Pustaka
1. Analisis
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia oleh Untara (2013) analisis
adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa atau sesuatu untuk
mengetahui keadaan yang sebenarnya. Dalam kamus Bahasa
indonesia kontemporer karangan Peter dan Yenni Salim (2002) analisis
adalah proses pemecahan masalah yang dimulai dengan hipotesis
sampai terbukti kebenarannya. Berdasarkan pendapat para ahli, dapat
disimpulkan bahwa analisis adalah penyelidikan terhadap suatu
peristiwa yang bertujuan untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya
dari sebab yang ada.

2. Kemampuan Pemecahan Masalah


Kemampuan merupakan kesanggupan, kecakapan atau kekuatan
yang dimiliki seseorang dalam menyelesaikan suatu masalah. Dengan
kata lain kemampuan adalah kapasitas seorang individu untuk
mengerjakan berbagai tugas dalam suatu pekerjaannya.
Menurut Hudojo pemecahan masalah merupakan proses yang
ditempuh seseorang untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya
(Saputri dan Helti Lygia Mampouw, 2018). Selain itu, pemecahan
masalah dapat diartikan sebagai suatu cara atau strategi untuk
mewujudkan harapan sesuai dengan prosedur yang baik dan benar,
mampu mengatasi soal-soal yang sulit dengan cara mengerahkan
segala kemampuan yang dimiliki siswa untuk dapat berfikir kritis,
kreatif dan efisien (Yulianto, dkk. 2019). Sedangkan menurut Polya
(1985) mengartikan pemecahan masalah sebagai suatu usaha mencari
jalan keluar dari suatu kesulitan guna mencapai suatu tujuan yang tidak
segera dapat dicapai.

5
Jadi dapat disimpulkan bahwa kemampuan pemecahan masalah
adalah kesanggupan individu dalam menyelesaikan masalah dengan
cara mengerahkan segala kemampuan yang dimiliki siswa.
Sebagaimana Dewey, Polya (1985) pun menguraikan proses yang
dapat dilakukan pada setiap langkah pemecahan masalah. Proses
tersebut terangkum dalam empat langkah berikut: (1) memahami
masalah (understanding the problem), (2) merencanakan penyelesaian
(devising a plan), (3) melaksanakan rencana (carrying out the plan), (4)
memeriksa proses dan hasil (looking back).

3. Teori APOS
Teori APOS adalah teori yang dikembangkan oleh Dubinsky
(2000) dengan mengadopsi teori Piaget tentang abstraksi reflektif.
APOS adalah kependekan dari aksi (Action), proses (Process), objek
(Object), dan skema (Schema), yang merupakan 4 langkah atau
tahapan kontruksi mental dalam pemecahan masalah. Penjelasan dari
tahapan teori APOS yaitu sebagai berikut :
a) Aksi (Action)
Maksudnya siswa dapat melakukan aksi ketika ia dapat
menuliskan hal yang diketahui dan ditanya pada soal serta
melakukan suatu transformasi.
b) Proses (Process)
Di tahap selanjutnya siswa dapat menentukan metode yang
tepat dalam menyelesaikan persoalan matematika.
c) Objek (Object)
Objek merupakan tahapan dimana siswa telah melakukan
aktivitas prosedural (aksi) dan proses sehingga siswa dapat
menemukan hal lainnya dari aktivitas tersebut.

6
d) Skema (Schema)
Tahap skema dilakukan apabila siswa dapat menggabungkan
seluruh tahapan aksi, proses, dan objek dalam menyelesaikan
masalah.

4. Gaya Belajar
Gaya belajar adalah kecenderungan cara atau teknik seseorang
untuk mempermudah dirinya memproses informasi dalam rangka
melakukan perubahan (Soenarjadi, 2014). Menurut DePorter dan
Hernacki (2008) menyatakan bahwa gaya belajar seseorang adalah
kombinasi dari bagaimana dia menyerap, dan kemudian mengatur serta
mengolah informasi. Menurut Nasution (2008), cara merespon dan
memakai perangsang-perangsang yang diperoleh siswa ketika belajar
dinamakan gaya belajar. Setiap individu memiliki gaya belajar yang
berbeda diantaranya ada yang belajar dengan cara membaca,
mendengarkan, dan menemukan. Gaya belajar berdasarkan cara
menerima informasi siswa dibagi kedalam tiga tipe yaitu gaya belajar
dengan tipe visual, gaya belajar dengan tipe kinestetik, dan gaya
belajar dengan tipe auditorial. Berikut adalah pembahasan tentang tiga
gaya belajar :
a) Gaya Belajar Visual
Gaya belajar ini berfokus pada indera penglihatan untuk
mengamati dan mempelajari objek seperti gambar, tulisan, atau
video.
b) Gaya Belajar Auditori
Gaya belajar ini menekankan pada suara dibanding tulisan.
Biasanya siswa lebih suka mendengarkan materi yang disampaikan
dosen tanpa harus menulisnya.
c) Gaya Belajar Kinestetik
Gaya belajar ini mengacu pada visual namun lebih detail
berupa gerakan. Orang yang memakai gaya ini biasanya belajar

7
dengan cara melakukan sesuatu atau terlibat langsung dengan
sebuah persoalan.

5. Matriks
a) Pengertian Matriks
Matriks adalah susunan bilangan kompleks atau elemen-elemen
yang disusun dalam baris dan kolom sehingga membentuk jajaran
persegi panjang. Jika matriks tersusun atas m baris dan n kolom,
maka dikatakan matriks tersebut ukuran (berordo) m × n.
Penulisan matriks biasanya menggunakan huruf kapital dan tebal
seperti A, B, C, dan seterusnya. Sedangkan, penulisan matriks
beserta ukurannya (matriks dengan m baris dan n kolom )
adalah Am × n , Bm × n dan seterusnya.(Dinda Pratiwi M.Pd, 2017)
Bentuk Umum dari Am × n adalah:

Aij disebut elemen A yang terletak pada baris i dan kolom j.

b) Jenis-jenis Matriks
 Matriks nol, matriks yang seluruh elemennya adalah bilangan
nol.
Contoh :

A= ( 00 0 0
0 0 )
 Matriks baris, matriks yang hanya memiliki satu baris, berordo
1 × j.
Contoh :
B=( 1 2 −1 )

8
 Matriks kolom, matriks yang hanya memiliki satu kolom,
berordo i × 1.
Contoh :

C= ( 23)
 Matriks persegi, matriks yang banyaknya baris sama dengan
banyaknya kolom, berordo i × i.
Contoh :

D= (−21 35)
 Matriks diagonal, matriks persegi yang semua elemennya
nol, kecuali pada diagonal utamanya.
Contoh :

( )
2 0 0
E= 0 7 0
0 0 3
 Matriks segitiga atas, matriks persegi yang semua elemen di
bawah diagonal utamanya adalah nol.
Contoh :

( )
1 7 5
F= 0 2 4
0 0 1
 Matriks segitiga bawah, matriks persegi yang semua elemen di
atas diagonal utamanya adalah nol.
Contoh :

( )
2 0 0
G= 4 3 0
11 8 5
 Matriks identitas, matriks persegi yang elemen pada diagonal
utamanya adalah satu, sedangkan elemen lainnya adalah nol.
Contoh :

9
( )
1 0 0
I= 0 1 0
0 0 1
Dua matriks dikatakan sama (A=B) apabila mempunyai ordo
yang sama dan elemen-elemen yang letaknya sama
(bersesuaian) besarnya sama.

c) Operasi pada Matriks


 Penjumlahan dan Pengurangan Matriks
Syarat penjumlahan dan pengurangan matriks yaitu : jika
terdapat dua matriks, misal matriks A dan B, yang
memiliki ordo sama, maka elemen-elemen yang seletak dapat
dijumlahkan atau dikurangkan. Jumlah matriks A dan matriks
B dapat dinyatakan dengan A+B, sedangkan selisih matriks A
dan matriks B dapat dinyatakan dengan (A–B). (Fauziyyah,
2020)
Contoh :

A= ( ad b c
e f) (
, B=
g h i
j k l )
A+ B=(ad+g+ j b +h c+i
e+ k f +l)
A−B=(
f −l )
a−g b−h c−i
d−j e−k

 Perkalian Scalar pada Matriks


Pada operasi perkalian skalar, sebuah matriks dikalikan
dengan bilangan skalar. Jika diketahui A merupakan suatu
matriks dan K merupakan bilangan real, maka hasil perkalian K
dengan matriks A adalah matriks yang diperoleh dengan
mengalikan setiap elemen A dengan K.
Contoh :

10
( ) ( )( )
a b a b k .a k .b
A= c d , KA=k × c d = k . c k . d
e f e f k .e k . f

 Perkalian Dua Matriks


Berbeda dengan perkalian skalar yang hanya mengalikan
setiap elemen matriks dengan bilangan skalar, perkalian dua
matriks memiliki aturan tersendiri. Syarat dua buah matriks,
misal matriks A dan matriks B dapat dikalikan jika banyaknya
kolom matriks A sama dengan banyaknya baris matriks B.
Bentuk perkalian antar matriks secara umum, yaitu :

Ai × m × B m ×n=C i ×n

Untuk mencari hasil kali matriks A dengan matriks B ialah


dengan mengalikan elemen pada baris-baris matriks A dengan
elemen pada kolom-kolom matriks B, kemudian jumlahkan
hasil perkalian antara baris dan kolom tersebut.
Contoh matriks :

A= ( ac bd) , B=( eh f
i
g
j )
A × B= (ca..ee++bd .. hh a . f +b .i a . g+ b . j
c . f + d .i c . g+d . j )

B. Penelitian Relevan
1. Penelitian yang dilakukan oleh I Gusti Ayu Sinta Inastuti, Sri
Subarinah, Eka Kurniawan, Amrullah “Analisis Kemampuan
Pemecahan Masalah Pola Bilangan Ditinjau dari Gaya Belajar”
diperoleh hasil bahwa dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
kemampuan pemecahan masalah pada materi pola bilangan siswa
ditinjau dari gaya belajar. Metode yang digunakan dalam penelitian ini

11
yaitu angket, tes, dan wawancara. Hasil penelitian menunjukkan siswa
memiliki gaya belajar visual sebanyak 26 orang, auditorial sebanyak
24 orang dan kinestetik sebanyak 16 orang. Subjek yang diambil
adalah masing – masing 2 orang dari gaya belajar yang diteliti,
kemudian subjek diberikan tes uraian materi pola bilangan dan
dilakukan wawancara. Berdasarkan hasil analisis tahapan kemampuan
pemecahan masalah, siswa dengan gaya belajar visual dan auditorial,
sudah mampu mencapai tahap memahami soal/masalah, merancang
dan memilih strategi penyelesaian, dan menyelesaikan masalah dengan
model matematika, namun belum mencapai tahap memeriksa kembali
penyelesaian yang didapat. Siswa dengan gaya belajar kinestetik sudah
mampu mencapai tahap memahami soal/masalah, namun belum
mampu mencapai tahap merancang dan memilih strategi penyelesaian,
menyelesaikan masalah dengan model matematika, dan memeriksa
kembali penyelesaian yang didapat. Hal tersebut menunjukkan bahwa
kemampuan pemecahan masalah siswa dengan gaya belajar visual dan
auditorial lebih baik dibandingkan siswa dengan gaya belajar
kinestetik.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Dewi Nadhila Ashri, Etika
Khaerunnisa “Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
Berdasarkan Teori APOS Ditinjau dari Self Efficacy Siswa” diperoleh
hasil bahwa subjek penelitian berjumlah 6 siswa yang terdiri dari dua
siswa dari masing-masing kategori self efficacy. Penelitian ini
menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan metode deksriptif.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan angket,
tes, dan wawancara dengan instrumen angket yang berupa pernyataan-
pernyatan mengenai self efficacy dan tes yang terdiri dari dua soal
pemecahan masalah materi persamaan kuadrat. Hasil penelitian
menyatakan bahwa siswa dengan self efficacy tinggi memiliki
kemampuan pemecahan masalah matematis sampai tahap skema, siswa
self efficacy sedang memiliki kemampuan pemecahan masalah sampai

12
tahap objek, sedangkan siswa dengan self efficacy rendah memiliki
kemampuan pemecahan masalah hanya sampai tahap aksi.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Rofi Rhyana Dwi Anggraini, Aan
Hendroanto “Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika
Siswa Kelas VIII Ditinjau dari Gaya Belajar” diperoleh hasil bahwa
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pemetaan gaya
belajar kelas VIIIA serta untuk mengetahui profil kemampuan
pemecahan masalah siswa kelas VIIIA SMP Muhammadiyah 2
Godean ditinjau dari gaya belajar.Penelitian ini merupakan penelitian
kualitatif deskriptif, dengan subjek penelitian yaitu sebanyak 27 siswa
selanjutnya diambil 6 orang siswa kelas VIIIA yang masingmasing
type gaya belajar diwakili oleh 2 orang siswa. Teknik pengambilan
data menggunakan angket gaya belajar, tes kemampuan pemecahan
masalah, dan wawancara. Teknik analisis data meliputi reduksi data,
penyajian data, dan penarikan kesimpulan.Hasil dari penelitian ini
menunjukkan bahwa dari 27 siswa terdapat 16 (59%) siswa bergaya
belajar visual, 4 (15%) siswa gaya belajar auditorial, 5 (19%) siswa
gaya belajar kinestetik, dan 2 (7%) diantaranya campuran.
Kemampuan penyelesaian masalah pada siswa visual mampu
melaksanakan hingga tahap ketiga polya (pemahaman masalah,
penyusunan rencana, dan melaksanakan rencana), siswa auditorial
mampu melaksanakan tahap hingga tahap ketiga (pemahaman
masalah, penyusunan rencana, dan melaksanakan rencana), namun
subjek A2 tidak melaksanakan tahap 2 yaitu penyusunan rencana,
siswa kinestetik melaksanakan hingga ke tahap 3 (pemahaman
masalah, penyusunan rencana, dan melaksanakan rencana). Ketiga
subjek sama-sama tidak melaksanakan tahap 4 yaitu memeriksa
kembali.
4. Penelitian yang dilakukan oleh Intan Nur Fauziyah Al-Hamzah,
Subhan Ajiz Awalludin “Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematis Ditinjau dari Gaya Belajar Siswa di Masa Pandemi

13
COVID-19” diperoleh hasil bahwa subjek yang digunakan adalah
siswa kelas VII Muhammadiyah Daarul Arqam Depok berjumlah 30
siswa, dimana nantinya akan ada 3 siswa yang dipilih sesuai dengan
gaya belajarnya. Peneliti mengumpulkan data penelitian berupa angket,
tes dan pedoman wawancara. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan
bahwa tipe gaya belajar visual, mampu memahami masalah, mampu
merencanakan masalah, mampu menyelesaikan masalah, dan mampu
memeriksa kembali. Tipe gaya belajar auditorial, mampu memahami
masalah, kurang mampu merencanakan masalah, kurang mampu
menyelesaikan masalah, dan kurang mampu memeriksa kembali. Tipe
gaya belajar kinestetik, mampu memahami masalah, kurang mampu
merencanakan masalah, mampu menyelesaikan masalah, dan kurang
mampu memeriksa kembali.
5. Penelitian yang dilakukan oleh Rizqa Rahmatiya, Asih Miatun
“Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Ditinjau dari
Resiliensi Matematis Siswa SMP” diperoleh hasil bahwa siswa kelas
VII-B SMP Negeri 160 Jakarta. Subjek penelitian ini sebanyak 2 orang
yang diambil menggunakan teknik purposive sampling. Instrumen
penelitian yang digunakan yaitu tes kemampuan pemecahan masalah
matematis, kuesioner resiliensi matematis dan pedoman wawancara.
Validasi data menggunakan triangulasi waktu. Analisis data
menggunakan metode perbandingan tetap (constant comparative
method) dengan langkah: (1) reduksi data dan kategorisasi; (2)
penyajian data; dan (3) penarikan kesimpulan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa siswa yang memiliki resiliensi matematis tinggi
memiliki kemampuan pemecahan masalah matematis yang baik,
karena mampu mencapai langkah-langkah yang sistematis dan adanya
rasa percaya diri dalam memecahkan masalah. Sedangkan siswa yang
memiliki resiliensi sedang masih kurang dalam kemampuan
pemecahan masalah matematisnya, karena belum mampu mencapai
langkah-lagkah yang sistematis dalam kemampuan pemecahan

14
masalah matematis, kurang teliti dan cendrung menyerah bila
dihadapkan soal yang sulit.

15
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah
penelitian kualitatif deskriptif. Penelitian kualitatif adalah jenis penelitian
yang mengeksplorasi dan memahami makna di sejumlah individu atau
sekelompok orang yang berasal dari masalah sosial atau kemanusiaan.
Penelitian kualitatif berarti penelitian akan berusaha untuk
membuat gambaran umum secara sistematis, akurat, dan faktual mengenai
suatu fakta, sifat, hingga hubungan antarfenomena yang diteliti sedangkan
penelitian deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status
sekelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran,
ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang dengan tujuan untuk
membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan
akurat.
Menurut Sugiyono (2019) metode penelitian kualitatif adalah
metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme yang
digunakan untuk meneliti objek dengan kondisi yang alamiah (keadaan
riil, tidak disetting atau dalam keadaan eksperimen) di mana peneliti
adalah instrumen kuncinya.

B. Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di SMA Negeri 2 Selayar yang
berlokasi di Jl. Bontosinde No. 5 Batangmata, Kelurahan Batangmata,
Kec. Bontomatene, Kab. Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan.

C. Subjek dan Objek Penelitian


Cara memperoleh subjek penelitian dimulai dengan memberikan tes
angket gaya belajar lalu mengelompokkan siswa kedalam gaya
belajarnya masing-masing, kemudian mengambil 1 orang dari masing-

16
masing gaya belajar. Dilakukan pemberian tes dan wawancara sampai
data yang dikumpulkan sudah cukup sehingga dapat ditarik kesimpulan
dan kualitas kemampuan pemecahan masalah dapat dideskripsikan.
Adapun objek penelitian yaitu kelas XI SMA Negeri 2 Selayar.

D. Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilakukan secara bertahap dan sesuai dengan prosedur
penelitian. Adapun tahap pelaksanaan penelitian sebagai berikut :
1. Tahap persiapan
a. Bertemu dengan kepala sekolah untuk meminta izin melakukan
penelitian di SMA Negeri 2 Selayar.
b. Bertemu dengan guru mata pelajaran matematika kelas XI untuk
mengidentifikasi siswa yang nantinya menjadi subjek penelitian
serta menentukan waktu pelaksanaan penelitian.
c. Menyusun dan menyiapkan instrumen penelitian.
2. Tahap pelaksanaan
a. Memberikan instrumen berupa tes kemampuan pemecahan
masalah kepada siswa kelas XI SMA Negeri 2 Selayar yaitu
subjek penelitian.
b. Melakukan wawancara kepada siswa yang mewakili subjek.
3. Tahap analisis data
Tahap analisis data merupakan tahap dimana peneliti
menganalisis semua data yang telah dikumpulkan untuk mengetahui
kemampuan pemecahan masalah matematis ditinjau dari gaya belajar
berdasarkan teori APOS.

E. Instrumen Penelitian
Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri
atas instrumen utama, yaitu peneliti sendiri dan instrumen pendukung
yaitu sebagai berikut:
a) Angket

17
Angket yang digunakan adalah kuesioner berbentuk pernyataan
untuk menganalisis gaya belajar masing-masing siswa yaitu visual,
auditori, dan kinestetik.
b) Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
Tes kemampuan pemecahan masalah matematis dalam penelitian
ini berupa soal pengoperasian pada materi matriks. Tes ini digunakan
untuk memperoleh data kemampuan pemecahan masalah matematis
siswa kelas XI SMA Negeri 2 Selayar sesuai dengan langkah
pemecahan masalah Polya yang disusun berdasarkan indikator yang
ada.
c) Pedoman Wawancara
Pedoman wawancara berfungsi sebagai acuan atau
pedoman bagi peneliti sehingga wawancara menjadi terarah.
Subjek penelitian yang diteliti adalah siswa kelas XI SMA
Negeri 2 Selayar yang akan diwawancarai berdasarkan hasil
pekerjaan yang mereka tulis ketika menjawab tes kemampuan
pemecahan masalah matematis sebelum digunakan instrumen
akan divalidasi oleh ahli.

F. Teknik Pengumpulan Data


Dalam penelitian ini pengumpulan data yang digunakan
adalah sebagai berikut:
a) Angket
Angket ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran
mengenai gaya belajar siswa. Pemberian kuesioner (angket)
dilakukan sebelum pelaksanaan tes. Pada penelitian ini
kuesioner (angket) gaya belajar yang digunakan kemudian
disebarkan untuk diisi oleh siswa kelas XI SMA Negeri 2
Selayar.
b) Tes
Tes digunakan untuk memperoleh data kemampuan

18
pemecahan masalah matematis siswa. Dalam penelitian ini, tes
diberikan kepada siswa berupa soal essay yang setiap soalnya
mampu mengukur kemampuan pemecahan masalah matematis
siswa.
c) Wawancara
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara tanya jawab secara langsung antara
subjek dan peneliti. Wawancara pada penelitian ini adalah
wawancara tidak terstruktur, dilaksanakan untuk
mendapatkan gambaran dasar kemampuan pemecahan
masalah siswa yang sudah diperoleh dari tes tertulis.
Selanjutnya pertanyaan wawancara berkembang sesuai
dengan jawaban yang mereka tulis pada saat menjawab tes
kemampuan pemecahan masalah matematis.

G. Teknik Analisis Data


Teknik analisis data yang digunakan adalah model Miles,
Hubberman, & Saldana (2014), menyebutkan analisis data dalam
penelitian kualitatif meliputi langkah-langkah sebagai berikut :
1. Kondensasi Data
Kondensasi data merujuk pada proses pemilihan,
penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data yang
mendekati keseluruhan bagian dari catatan-catatan lapangan
yang terutulis, transkip wawancara, dan dokumen-dokumen.
2. Penyajian Data
Penyajian data digunakan dengan memunculkan
kemampuan data yang sudah terorganisir, berkategori dan
memungkinkan untuk dilakukan penarikan kesimpulan. Data
yang disajikan berupa hasil pekerjaan siswa, hasil wawancara
dan hasil analisis kemampuan siswa dalam memecahkan
masalah pada materi matriks berdasarkan teori APOS.

19
3. Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan pada penelitian ini diperoleh
dengan cara membandingkan analisis hasil pekerjaan siswa
dan wawancara yang menjadi subjek, sehingga dapat
diketahui kemampuan pemecahan masalah menurut APOS.

H. Keabsahan Data
Keabsahan data diperoleh menggunakan triangulasi.
Adapun triangulasi yang digunakan yaitu triangulasi metode.
Triangulasi metode untuk menguji kredibilitas data dengan cara
mengecek data kepada sumber yang sama dengan metode yang
berbeda, misalnya data diperoleh dengan tes, wawancara, lalu
dicek dengan observasi, dokumentasi atau kuesioner (Sugiyono,
2017).
Triangulasi metode dalam penelitian ini yaitu dengan cara
membandingkan data hasil tes dengan data hasil wawancara.
Keabsahan data diuji melalui pengecekan data pada subjek.
Kedua data dibandingkan untuk dianalisis lebih lanjut untuk
menarik suatu kesimpulan.

20
DAFTAR PUSTAKA

DePorter, B. dan Hernacki (2008) Quantum Learning: Membiasakan Belajar


Nyaman dan Menyenangkan. Bandung: Kaifa.

Dinda Pratiwi M.Pd, D. (2017). Pengertian Matriks. Aljabar Linier, Cet.I.


VC.Gemilang. https://www.bachtiarmath.com/2020/04/materi-lengkap-
matriks-sma.html

Dubinsky, E. (2000). APOS: A Constructivist Theory of Learning in


Undergraduate Mathematics Education Research.

Fauziyyah, R. (2020). “Operasi pada Matriks: Penjumlahan, Pengurangan dan


Perkalian.” Kompas.Com.
https://www.kompas.com/skola/read/2020/10/31/132527269/operasi-pada-
matriks-penjumlahan-pengurangan-dan-perkalian.

Mawaddah, S., & Anisah, H. (2015). “Kemampuan Pemecahan Masalah


Matematis Siswa Pada Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan
Model Pembelajaran Generatif (Generative Learning) Di SMP. EDU-MAT
Jurnal Pendidikan Matematika, 3(2), 166–175.

Miles, M. B., Hubberman, A.M., & Saldana, J. (2014). Qualitative Data Analysis:
A Methods Sourcebook (3rd ed.). California: SAGE Publications.

Nasution (2008) Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar.


Jakarta: Bumi Aksara.

Peter & Yenny Salim. 2002. Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer. Jakarta:
Modern English Press.

Polya, G. (1985). How To Solve It, A New Aspect of Mathematical Method (2


Ed). New Jersey: Princeton University Press.

Saputri, J. R., & Mampouw, H. L. (2018). Kemampuan pemecahan masalah

21
dalam menyelesaikan soal materi pecahan oleh siswa SMP ditinjau dari
tahapan Polya. Math Didactic: Jurnal Pendidikan Matematika, 4(2), 146–
154. https://doi.org/10.33654/math.v4i2.104

Soenarjadi (2014) “Profil Masalah Geometri Siswa MTs Ditinjau dari Perbedaan
Gaya Belajar dan Perbedaan Gender.” https://docplayer.info/31244770-
Profil-pemecahan-masalah-geometri-siswa-mts-ditinjau-dari-perbedaangaya-
belajar-dan-perbedaan-gender.html [25 Juni 2019]

Sugiyono. (2017). Metode penelitian: kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Bandung.


Alfabeta.

Sugiyono (2019). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung :


Alphabet.

Untara, W. 2013. Kamus Besar Indonesia. Lengkap & Praktis. Yogyakarta:


Indonesia Tero.

Yulianto, G. D., Suastika, I. K., & Fayeldi, T. (2019). Analisis Kemampuan


Pemecahan Masalahmatematika Berdasarkan Langkah Polya Pada Materi
Sistempersamaan Linear Dua Variabel Kelas Viii Smp Pgri 4 Kalipare
Malang. Pi: Mathematics Education Journal, 2(1), 7–13.
https://doi.org/10.21067/pmej.v2i1.2810

Yuwono, Mulya, & Rosita. (2018). Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah


Matematika Dalam Menyelesaikan Soal Cerita Berdasarkan Prosedur Polya.
Jurnal Tadris Matematika, 8.5.2017, 2003–2005.

22

Anda mungkin juga menyukai