DOSEN PENGAMPU :
AMANDA SYAHRI NASUTION, S.Pd.,M.Pd
DISUSUN OLEH :
SHAKILA (221434136)
ECA FATHANAH (221434060)
KELAS IV
i
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
segenap kekuatan dan kesanggupan, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas ini.
Dalam tugas ini, penyusun menyampaikan rasa terima kasih kepada dosen pembimbing
mata kuliah Evaluasi Pembelajaran Matematika yang telah memperkenankan kami
menyelesaikan tugas ini tepat waktu.
Tak ada karya manusia yang benar-benar sempurna, demikian pula dengan tugas ini.
Saran dan kritik yang membangun begitu kami harapkan untuk menjadikan tugas ini tidak
hanya sekedar ide yang berujung pada sebuah gagasan tertulis, namun menjadi sebuah
kreativitas dan ungkapan nyata yang bermanfaat.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR-------------------------------------------------------------------------------------------------------1
DAFTAR ISI------------------------------------------------------------------------------------------------------------------ 2
BAB I.---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------3
PENDAHULUAN------------------------------------------------------------------------------------------------------------3
A. Latar Belakang------------------------------------------------------------------------------------------------------3
B. Rumusan Masalah--------------------------------------------------------------------------------------------------4
C. Tujuan Masalah-----------------------------------------------------------------------------------------------------5
BAB II.--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------6
PEMBAHASAN--------------------------------------------------------------------------------------------------------------6
PEMECAHAN MASALAH-----------------------------------------------------------------------------------------------6
A. Definisi Masalah Matematis-------------------------------------------------------------------------------------6
B. Hakikat Pemecahan Masalah------------------------------------------------------------------------------------7
C. Langkah-Langkah Pemecahan Masalah Matematika------------------------------------------------------9
D. Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah----------------------------------------------------------------10
E. Mengukur Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis-----------------------------------------------11
F. Kemampuan Awal Matematika--------------------------------------------------------------------------------12
G. Pemahaman Konsep----------------------------------------------------------------------------------------------12
H. Pengembangan Instrumen Pemahaman Konsep-----------------------------------------------------------15
BAB III.-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------17
PENUTUP--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------17
A. Kesimpulan---------------------------------------------------------------------------------------------------------17
DAFTAR PUSTAKA------------------------------------------------------------------------------------------------------18
ii
BAB I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemampuan pemecahan masalah matematis adalah suatu keterampilan pada diri
peserta didik agar mampu menggunakan kegiatan matematik untuk memecahkan masalah
dalam matematika, masalah dalam ilmu lain dan masalah dalam kehidupan sehari-hari
(Soedjadi, 1994:36). Kemampuan pemecahan masalah amatlah penting dalam matematika,
bukan saja bagi mereka yang di kemudian hari akan mendalami atau mempelajari
matematika, melainkan juga bagi mereka yang akan menerapkannya dalam bidang studi lain
dan dalam kehidupan sehari-hari (Russefffendi, 2006: 341).
Salah satu tujuan mata pelajaran matematika di tingkat Sekolah Menengah Pertama
(SMP) dalam Standar Isi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah agar peserta
didik memiliki kemampuan memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami
masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang
diperoleh. Dilihat dari tujuan tersebut pemecahan masalah merupakan bagian dari kurikulum
matematika yang cukup penting dalam proses pembelajaran matematika.
Matematika adalah pelajaran yang penting, karena matematika berkaitan erat dengan
kehidupan manusia. Niss (Hadi, 2005: 3) menyatakan salah satu alasan utama diberikannya
matematika kepada siswa-siswa di sekolah adalah untuk memberikan kepada individu
pengetahuan yang dapat membantu mereka mengatasi berbagai hal dalam kehidupan, seperti
pendidikan atau pekerjaan, kehidupan pribadi, kehidupan sosial dan kehidupan sebagai warga
negara. Namun, pentingnya pendidikan matematika tidak sejalan dengan kualitas pendidikan
terjadi di sekolah. Marpaung (2004) menyatakan kualitas pendidikan matematika Indonesia
dalam skala nasional masih kurang memuaskan. Hal ini terlihat pada rendahnya kualitas
kemampuan matematis siswa yang tercermin dari hasil survey Internasional The Trend
Internasional Mathematics and Science Study (TIMSS) dan Programme for International
Student Assesment (PISA) pada tahun 2011, Indonesia hanya menduduki urutan ke-38 dengan
skor 386 dari 42 negara (Driana, 2012). Mencermati hasil tersebut, sudah sepatutnya para
pendidik memiliki kemampuan untuk memilih metode yang tepat dalam pembelajaran
matematika, sehingga siswa dapat berperan lebih aktif selama proses pembelajaran serta
dapat memahami konsep yang sedang dipelajari.
Kemampuan pemahaman ini merupakan hal yang sangat fundamental. Dengan
memahami konsep siswa dapat mencapai pengetahuan prosedural matematis. Menurut
Purwanto (1994: 44), pemahaman adalah tingkat kemampuan yang mengharapkan siswa
mampu memahami arti atau konsep, situasi serta fakta yang diketahuinya. Kemampuan
memahami konsep juga dapat diartikan sebagai kemampuan menangkap pengertian-
pengertian seperti mampu mengungkapkan suatu materi yang disajikan dalam bentuk lain
yang dapat dipahami, mampu memberikan interpretasi, dan mampu mengklasifikasikannya.
Memahami konsep matematika menjadi syarat untuk dapat menguasai matematika.
Pada setiap pembelajaran, selalu diawali dengan pengenalan konsep agar siswa memiliki
bekal dasar yang baik untuk mencapai kemampuan dasar yang lain seperti penalaran,
komunikasi, koneksi, dan pemecahan masalah. Jika pemahaman konsepnya baik, siswa tidak
sekedar mengetahui atau mengingat sejumlah konsep yang dipelajari, tetapi mampu
mengungkapkan kembali dalam bentuk lain yang mudah dimengerti. Siswa juga dapat
memberikan interpretasi data dan mampu mengaplikasikan konsep yang sesuai dengan
struktur kognitif yang dimilikinya.
Dewasa ini banyak persoalan yang dihadapi oleh guru matematika maupun oleh siswa
dalam proses pembelajaran matematika. Masalah yang dimaksud antara lain siswa tidak
memahami konsep matematika karena materi pelajaran yang dirasakan siswa terlalu abstrak
dan kurang menarik. Hal ini sangat wajar terjadi karena metode penyampaian materi hanya
terpusat pada guru sementara siswa cenderung pasif, di sisi lain siswa juga tidak diberi
kesempatan berkreasi untuk menemukan sendiri kemampuan pemahaman konsep
matematisnya. Siswa menjadi takut untuk mengemukakan idenya dan merasa enggan untuk
mengajukan pertanyaan, meskipun guru sering meminta siswa untuk bertanya jika ada hal-hal
yang belum jelas atau kurang dimengerti.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka rumusan
masalah yang diangkat pada makalah ini adalah :
1. Apa yang dimaksud dari masalah matematis?
2. Apa yang dimaksud dari pemecahan masalah?
3. Apa saja langkah-langkah pemecahan masalah itu?
4. Bagaimana mengukur kemampuan pemecahan masalah matematis?
5. Apa yang dimaksud pemahaman konsep?
6. Apa saja indikator pemahaman konsep?
7. Bagaimana pengembangan instrumen pemahaman konsep?
C. Tujuan Masalah
Tujuan yang akan dicapai dari penyusunan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui kemampuan pemecahan masalah dalam matematika.
2. Untuk mengetahui langkah-langkah apa saja dalam pemecahan masalah.
3. Untuk mengetahui bagaimana cara mengukur pemecahan masalah matemati
4. Untuk mengetahui apa yang dimaksud pemahaman konsep.
5. Untuk mengetahui indikator dari pemahaman konsep
6. Untuk mengetahui bagaimana pengembangan instrumen pemahaman konsep itu.
BAB II.
PEMBAHASAN
1 Tidak ada identifikasi Tidak ada strategi Tidak ada penjelasan dan
unsur penyelesaian masalah interpretasi.
2 Identifikasi unsur ada Strategi penyelesaian Penjelasan dan interpretasi
namun salah masalah ada namun salah ada namun salah
3 Identifikasi unsur kurang Strategi penyelesaian Penjelasan dan interpretasi
lengkap masalah kurang lengkap ada namun salah kurang
lengkap
4 Identifikasi unsur benar Strategi penyelesaian Penjelasan dan interpretasi
kurang lengkap masalah benar namun kurang lengkap
kurang lengkap
5 Identifikasi unsur lengkap Strategi penyelesaian Penjelasan dan interpreatsi
dan benar masalah lengkap dan benar. lengkap dan benar
Skor Maksimal Skor Maksimal Skor Maksimal
4 4 4
G. Pemahaman Konsep
Paham berarti mampu menjelaskan sesuatu yang dipahami meskipun itu disajikan
dalam bentuk yang berbeda. Purwanto (1994: 44) menyatakan bahwa pemahaman adalah
tingkat kemampuan yang mengharapkan siswa mampu memahami arti atau konsep, situasi
serta fakta yang diketahuinya. Sedangkan Ernawati (2003: 8) mengemukakan bahwa yang
dimaksud dengan pemahaman adalah kemampuan menangkap pengertian-pengertian seperti
mampu mengungkapkan suatu materi yang disajikan dalam bentuk lain yang dapat dipahami,
mampu memberikan interpretasi dan mampu mengklasifikasikannya sehingga dapat diambil
kesimpulan bahwa pemahaman adalah kemampuan memahami suatu pola serta
mengintepretasikannya dan menggunakannya dalam bentuk lain.
Pengertian konsep menurut Ruseffendi (1998: 157) adalah suatu ide abstrak yang
memungkinkan kita untuk mengklasifikasikan atau mengelompokkan objek atau kejadian itu
merupakan contoh dan bukan contoh dari ide tersebut. Menurut Gagne dalam Suherman, dkk.
(2003: 33), dalam belajar matematika ada dua objek yang dapat diperoleh siswa, yaitu objek
langsung dan objek tak langsung. Objek tak langsung yaitu kemampuan menyelidiki,
memecahkan masalah, belajar mandiri, bersikap positif terhadap matematika, dan mengetahui
bagaimana semestinya belajar. Sedangkan objek langsung berupa fakta, keterampilan, konsep
dan aturan. Jadi, berdasarkan uraian di atas, konsep merupakan ide atau gagasan yang
diperoleh oleh siswa.
Konsep matematika menurut Bell (1978: 108) dapat diartikan sebagai suatu ide abstrak
tentang suatu objek atau kejadian yang dibentuk dengan memandang sifat- 16 sifat yang sama
dari sekumpulan objek, sehingga seseorang dapat mengelompokkan atau mengklasifikasikan
objek atau kejadian sekaligus menerangkan apakah objek tersebut merupakan contoh atau
bukan contoh dari pengertian tersebut. Sebuah konsep matematika dapat dipelajari melalui
mendengarkan, melihat, menangani, dan berdiskusi.
Memahami suatu konsep pembelajaran akan memudahkan siswa untuk menyelesaikan
masalah meskipun bentuk masalah diubah. Hal ini sejalan dengan Hamalik (2002: 164) yang
menjelaskan bahwa konsep dapat berguna dalam suatu pembelajaran, yaitu untuk mengurangi
kerumitan, membantu siswa mengidentifikasi obyek-obyek yang ada, membantu mempelajari
sesuatu yang lebih luas dan lebih maju, dan mengarahkan siswa kepada kegiatan
instrumental.
Pembelajaran dengan pemahaman konsep sering menjadi bahan kajian yang sangat luas
dan mendalam dalam penelitian pendidikan. Dahar (1988:95) menyatakan bahwa belajar
konsep merupakan hasil utama pendidikan. Kemampuan memahami konsep menjadi
landasan untuk berpikir dan menyelesaikan masalah atau persoalan. Konsep-konsep itu akan
melahirkan teorema atau rumus. Agar konsep-konsep atau teorema-teorema dapat
diaplikasikan ke situasi yang lain, perlu adanya keterampilan menggunakan konsep-konsep
atau teorema-teorema tersebut.
Jadi, dapat kita simpulkan bahwa pemahaman konsep adalah kemampuan menafsirkan
konsep-konsep, memperkirakan, mengerti dan memahami sesuatu setelah sesuatu itu
dipelajari serta mampu menangkap arti dan makna tentang hal yang dipelajari itu.
Langkah-langkah dalam menanamkan suatu konsep berdasarkan penggabungan
beberapa teori belajar Bruner menurut Hudoyo (2003:123) antara lain teori konstruksi, teori
notasi, teori kekontrasan dan variasi serta teori konektivitas adalah sebagai berikut ini :
1. Pengajar memberikan pengalaman belajar berupa contoh-contoh yang
berhubungan dengan suatu konsep matematika dari berbagai bentuk yang
sesuai dengan struktur kognitif peserta didik.
2. Peserta didik diberikan dua atau tiga contoh lagi dengan bentuk pertanyaan.
3. Peserta didik diminta memberikan contoh-contoh sendiri tentang suatu konsep
sehingga dapat diketahui apakah peserta didik sudah mengetahui dan
memahami konsep tersebut.
4. Peserta didik mencoba mendefinisikan konsep tersebut dengan bahasanya
sendiri.
5. Peserta didik diberikan lagi contoh mengenai konsep dan bukan konsep.
6. Peserta didik diberikan drill untuk memperkuat konsep tersebut.
Konsep-konsep merupakan pilar-pilar pembangun untuk berpikir yang lebih tinggi.
Dengan mengenal konsep dan struktur yang tercakup dalam bahan yang sedang dibicarakan,
mahasiswa akan memahami materi yang harus dikuasainya itu, ini menunjukkan bahwa
materi yang mempunyai pola atau struktur tertentu akan lebih mudah dipahami dan
diingatnya (Erman dkk., 2003:43).
Menurut Depdiknas (Fadjar, 2009:13), indikator kemampuan pemahaman konsep
sebagai berikut:
1. Menyatakan ulang sebuah konsep;
2. Mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu (sesuai dengan
konsepnya);
3. Memberi contoh dan non contoh dari konsep;
4. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis;
5. Mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup dari konsep;
6. Menggunakan prosedur atau operasi tertentu;
7. Mengaplikasikan konsep atau algoritma pemecahan masalah.
1 Tidak ada Tidak ada Tidak ada prosedur Tidak ada algoritma
pengklasifikasian penyajian konsep operasi pemecahan masalah
obyek
2 Ada Penyajian konsep Prosedur operasi Algoritma pemecahan
pengklasifikasian ada namun salah namun salah masalah ada namun
obyek namun salah salah
3 Pengklasifikasian Penyajian konsep Prosedur operasi Algoritma pemecahan
obyek kurang kurang lengkap kurang lengkap masalah kurang
lengkap lengkap
4 Pengklasifikasian Penyajian konsep Prosedur operasi Algoritma pemecahan
obyek benar kurang benar namun benar namun masalah benar kurang
lengkap kurang lengkap kurang lengkap lengkap
5 Pengklasifikasian Penyajian konsep Prosedur operasi Algoritma pemecahan
obyek lengkap dan lengkap dan benar. lengkap dan benar masalah lengkap dan
benar benar.
Skor Maksimal Skor Maksimal Skor Maksimal Skor Maksimal
4 4 4 4
Branca, N.A. 1980. Problem Solving as A Goal, Proccess and Basic Skill. Dalam Krulik &
RE. Reys (ed). Problem Solving in School Mathematic. Virginia: NCTM Inc.
Depdiknas. 2006. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Jakarta: Depdiknas.
Fauzan, Ahmad. 2011. Modul 1 Evaluasi Pembelajaran Matematika: Pemecahan Masalah
Matematika. Evaluasimatematika.net: UNP.
Gagne, R.M. 1992. The Condition of Learning and Theory of Instruction. New York:
Rinehart and Winston.
Isrok’atun. 2006. Pembelajaran Matematika dengan Strategi Kooperatif Tipe STAD Siswa
SMP Negeri di Bandung melalui Pendekatan Pengajuan Masalah. Bandung: Tesis
SPs UPI. Tidak diterbitkan.
NCTM. 1989. Curriculum and Evaluation Standars for School Mathematics. Reston, VA:
NCTM.
Polya, G. 1985. How to Solve it: A New Aspect of Mathematic Method (2nd ed. ). Princenton,
New Jersey: Princenton University Press.
Rothstein & Pamela. 1990. Educational Psychology. New York: Mc. Graw Hill Inc.
Ruseffendi, ET. 1991a. Pengantar Matematika Modern dan Masa Kini untuk Guru dan
PGSD D2 Seri Kedua. Bandung: Tarsito.
Ruseffendi, ET. 1991b. Pengantar Matematika Modern dan Masa Kini untuk Guru dan
PGSD D2 Seri Kelima. Bandung: Tarsito.
Soleh, Muhammad. 1998. Pokok-Pokok Pengajaran Matematika di Sekolah. Jakarta: Pusat
Perbukuan, Depdikbud.
Sujono (1988). Pengajaran Matematika untuk Sekolah Menengah. Jakarta: Proyek
Pengembangan LPTK, Depdikbud
Sumarmo, U, Dedy, E dan Rahmat (1994). Suatu Alternatif Pengajaran untuk Meningkatkan
Pemecahan Masalah Matematika pada Guru dan Siswa SMA. Laporan Hasil
Penelitian FPMIPA IKIP Bandung