Anda di halaman 1dari 16

MINI RISET

PENGUKURAN DAN ASSESMENT PEMBELAJARAN FISIKA


“Analisis Soal HOT dan HOTS”

NAMA : FRANSISKUS MANDALAHI

NIM : 4182121011

KELAS : FISIKA DIK C 2018

DOSEN PENGAMPU : SABANI,S.Pd.,M.Pd.

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

PENDIDIKAN FISIKA

2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya  panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia yang dilimpahkan-Nya kepada penulis, sehingga dapat
menyelesaikan tugas ini.

Adapun yang menjadi judul tugas saya adalah “Mini Riset”. Tujuan saya  menulis
makalah ini yang utama untuk memenuhi tugas dari dosen pembimbing saya “Bapak Sabani,
S.Pd., M.Pd.”dalam mata kuliah “PengukurandanAssesmentPembelajaranFisika” dan
diharapkan pembaca dapat memahami dan mengerti tentang teknik samping serta dapat
memahami faktor dan hal-hal yang berhubungan dengan buku ini.

Saya menyadari sepenuhnya bahwa didalam Mini Riset ini terdapat kekurangan dan
jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu saya berharap adanya saran dan usulan demi
perbaikan Mini Riset yang telah saya buat dimasa yang akan datang, mengingat tidak ada
sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Medan, 27 Mei 2020

FRANSISKUS MANDALAHI
4182121011

i
DAFTAR ISI

Kata pengantar.....................................................................................................................i
Daftar Isi..............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...............................................................................................................1
1.2 Permasalahan.................................................................................................................1
1.3 Tujuan...........................................................................................................................1
BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS
2.1Kajian teori.....................................................................................................................2
2.2Hipotesis.........................................................................................................................4
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian..........................................................................................................5
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian..............................................................................................................6
4.2 Pembahasan...................................................................................................................10
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan....................................................................................................................12
5.2 Saran..............................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kemampuan peserta didik dapat diketahui dari hasil pengujian. Pengujian dilakukan
menggunakan alat ukur/instrumen berupa tes maupun non-tes. Alat ukur yang baik akan
menghasilkan data yang baik. Guru dapat mengetahui kemampuan siswa dengan tepat
jika alat ukur yang digunakan merupakan alat ukur yang baik. Arikunto (2008: 57)
menyatakan bahwa suatu tes dapat dikatakan baik apabila memenuhi lima persyaratan,
yaitu: validitas, reliabilitas, objektivitas, praktikabilitas dan ekonomis. Berdasar pendapat
Arikunto di atas, kriteria minimal suatu alat ukur yang baik adalah alat ukur tersebut
harus valid dan reliabel. Selain valid dan reliabel, tes dikatakan baik jika daya pembeda,
tingkat kesulitan dan analisis pengecoh (soal pilihan ganda) juga baik.
Kemampuan berpikir tingkat tinggi telah menjadi salah satu prioritas dalam
pembelajaran fisika. Tuntutan kompetensi pengetahuan, bahwa peserta didik diharapkan
mampu memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan.
Begitu juga pada kompetensi inti, keterampilan peserta didik diharapkan mampu
mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif
dan kreatif, serta mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan. Permendikbud.
Nomor 23 tahun 2016 menjelaskan penilaian hasil belajar oleh pendidik terhadap
kompetensi pengetahuan meliputi tingkatan kemampuan dimensi pengetahuan kognitif
yang terdiri dari: pengetahuan faktual, pengetahuan konseptual, pengetahuan prosedural,
dan pengetahuan metakognitif
Salah satu potensi diri peserta didik yang perlu ditingkatkan adalah kecerdasan
sebagaimana tersirat dalam undang-undang tersebut. Kecerdasan peserta didik dapat
ditingkatkan salah satunya dengan cara mengembangkan keterampilan berpikir peserta
didik dalam menyelesaikan persoalan. Keterampilan berpikir sangat penting dalam
mendeskripsikan dan menjelaskan fenomena fisika. Ada banyak konsep yang dipelajari di
dalam fisika yang dapat dijumpai secara nyata dalam kehidupan sehari-hari, satu
diantaranya adalah konsep getaran. Karakteristik konsep getaran yang bersifat abstrak
sehingga memerlukan keterampilan berpikir tinggi untuk memahami teori-teori dan
membandingkannya dengan gejala di kehidupan sehari-hari.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah karakteristik instrumen asesmen HOTS Fisika
2. Bagaimanakah validitas dan reliabilitas instrumen asesmen HOTS Fisika
3. Kemampuan berpikir tingkat tinggi atau HOTS fisika
1.3. Tujuan
1. Menciptakan kemampuan Berpikir Kritis
2. Menciptakan Kemampuan Berpikir Kreatif
3. Menciptakan Kemampuan Memecahkan Masalah

1
BAB II
KAJIAN TEORI

2.1 Kajian Teori

Asesmen merupakan kegiatan untuk mengumpulkan informasi dalam bentuk fakta,


yang dilakukan sengaja, sistematis yang digunakan untuk menilai kompetensi siswa.
Asesmen dalam pendidikan merupakan proses pengumpulan data atau informasi tentang hasil
belajar siswa, maka data yang telah diperoleh akan diproses ulang menjadi menentukan atau
mengukur prestasi hasil belajar siswa (Safitri, Sari, & Wahyuni, 2017). Penilaian membantu
pendidik untuk membuat keputusan tentang kebutuhan siswa, dan panduan tentang rencana
pembelajaran program. Penilaian adalah bagian integral dari program pembelajaran
(Kurniawati & Sukardiyono, 2019). Asesmen dapat digunakan untuk mengidentifikasi
kelemahan dan meningkatkannya tingkat keterampilan siswa dengan mengadopsi kegiatan
pembelajaran yang mendorong keterampilan HOT (Gulistan Mohammed Saido, Saedah Siraj,
Abu Bakar Nordin, & Omed Saadallah Al-Amedy, 2015). Asesmen tes yang digunakan
sebagian besar hanya berupa soalsoal pada level C1 mengingat (remember), C2 memahami
(understand), dan C3 menerapkan (apply). Sehingga peserta didik tidak terbiasa menjawab
soal pada level C4 menganalisis (analyze), C5 mengevaluasi (evaluate), dan C6 menciptakan
(create). Maka perlu dikembangkan asesmen sampai pada level HOT untuk memperbaiki
proses pembelajaran sehingga dapat merekontruksi kemampuan problem solving.

BERPIKIR KREATIF

Berpikir kreatif oleh Munandar (Ibrahim, 2011: 126) disebut juga berpikir divergen,
yaitu berpikir untuk memberikan macam-macam kemungkinan jawaban benar ataupun cara
terhadap suatu masalah berdasarkan informasi yang diberikan dengan penekanan pada
keragaman jumlah dan kesesuaian. Guilford dalam Ibrahim (2011: 126) menyatakan ada lima
ciri kemampuan berpikir kreatif, yaitu kelancaran (fluency), keluwesan (flexibility), keaslian
(originality), penguraian (elaboration), dan perumusan kembali (redefinition).

Berbicara mengenai keterampilan berpikir, maka taksonomi Bloom dianggap sebagai


dasar bagi keterampilan berpikir tingkat tinggi, pemikiran ini didasarkan bahwa beberapa
jenis pembelajaran memerlukan proses kognisi yang lebih dari pada yang lain, tetapi
memiliki manfaatmanfaat lebih umum (Heong, 2011). Berlandaskan taksonomi Bloom
tersebut, maka terdapat tiga aspek dalam ranah kognitif yang menjadi bagian dari
keterampilan berpikir tingkat tinggi. Ketiga aspek itu adalah aspek menganalisa (C4), aspek
mengevaluasi (C5), dan aspek mencipta (C6) (Anderson, 2001). Kemampuan analisis
merupakan kemampuan seseorang untuk menentukan bagian-bagian dari suatu masalah dan
menunjukkan hubungan antar bagian tersebut dengan materi tersebut secara keseluruhan.
Kemampuan evaluasi adalah kegiatan membuat penilaian yang berdasarkan kriteria dan
standar tertentu (Anderson, 2001).

Kemampuan kreasi/mencipta adalah kemampuan untuk mengkombinasikan elemen-


elemen untuk membentuk sebuah struktur yang baru dan unik, merancang cara, dan
menemukan jawaban lebih dari satu (multiple solutions) (Brookhart, 2010). Untuk

2
mengetahui kemampuan berpikir tingkat tinggi seseorang, maka diperlukan suatu penilaian.
Untuk melaksanakan penilaian, guru memerlukan instrumen penilaian dalam bentuk soal-
soal, baik untuk menguji aspek pengetahuan, sikap, maupun keterampilan. Instrumen
penilaian yang digunakan guru untuk menguji hasil belajar peserta didik pada aspek
pengetahuan biasanya diambil dari berbagai buku atau kumpulan soal-soal ujian. Soal dapat
berupa uraian, pilihan ganda, isian singkat dan lainlain.

Bentuk tes atau soal yang digunakan dalam tes sumatif ini biasanya berupa tes tertulis,
yaitu soal bentuk objektif (objective test). Soal objektif adalah soal atau tes di mana informasi
atau jawaban yang dibutuhkan untuk menjawab soal telah tersedia. Soal bentuk objektif
terdiri dari beberapa jenis, salah satunya adalah tes pilihan ganda. Pilihan ganda adalah salah
satu soal yang jawabannya harus dipilih dari beberapa jawaban yang telah disediakan.
Kelebihan dari soal pilihan ganda yaitu mempunyai cakupan materi yang lebih luas pada soal
yang akan diujikan, mempunyai tingkat validitas dan reliabilitas yang lebih tinggi
dibandingkan dengan soal uraian atau essay, pada bagian pengerjaannya pun cenderung lebih
mudah, guru dapat mengukur berbagai ranah kognitif, untuk penilaian dapat lebih mudah dan
cepat serta bersifat objektif. Selain dari kelebihan, terdapat juga beberapa kelemahan dari soal
pilihan ganda. Kelemahan dari soal pilihan ganda yaitu cara membuat soal pilihan ganda ini
memerlukan waktu yang banyak, jawaban siswa belum tentu menunjukkan hasil yang
sebenarnya karena peluang siswa dalam menebak jawaban masih cukup besar, sulit untuk
mengukur kemampuan berpikir siswa, dan mempunyai kesulitan dalam menentukan jawaban
yang logis serta homogen.

Azwar (2009: 5) memaparkan bahwa validitas berasal dari kata validity yang
mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan
fungsi ukurnya. Suatu tes atau instrumen pengukur dapat dikatakan mempunyai validitas
yang tinggi apabila alat tersebut menjalankan fungsi ukurnya sesuai dengan
maksuddilakukannya pengukuran tersebut. (2) Reliabilitas. Masidjo (1995: 208) memaparkan
bahwa reliabilitas adalah taraf kemampuan tes dalam menunjukkan konsistensi hasil
pengukurannya yang diperlihatkan dalam taraf ketepatan dan ketelitian hasil. (3) Daya
Pembeda. Masidjo (1995: 196) menyatakan bahwa daya pembeda adalah taraf jumlah
jawaban benar siswa yang tergolong kelompok (pandai = upper group) berbeda dari siswa
yang tergolong kelompok bawah (kurang pandai = lower group) untuk suatu item. (4)
Tingkat kesukaran. Sulistyorini (2009: 176) menjelaskan bahwa tingkat kesulitan merupakan
kemampuan siswa untuk menjawab soal dengan kriteria soal mudah, sedang, dan sukar.
Widoyoko (2014: 165) mengungkapkan bahwa tingkat kesukaran yang baik pada suatu tes
adalah 25% mudah, 50% sedang, dan 25% sukar. (5) Analisis Pengecoh. Purwanto (2009: 75)
memaparkan bahwa pengecoh (distractor) adalah pilihan yang bukan merupakan kunci
jawaban.Arikunto (2012: 234) memaparkan bahwa pengecoh dapat berfungsi dengan baik
apabila pengecoh tersebut mempunyai daya tarik bagi peserta tes yang kurang memahami
materi.

2.2 Hipotesis

3
Ennis (dalam Devi, 2011) menyatakan bahwa “indikator tersebut antara lain
memfokuskan pada pertanyaan, menganalisis argumen, mempertimbangkan yang dapat
dipercaya, mempetimbangkan laporan observasi, membandingkan kesimpulan, menentukan
kesimpulan, mempertimbangkan kemampuan induksi, menilai, mendefinisikan konsep,
mendefinisikan asumsi, dan mendeskripsikan”.

4
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan pedoman bagi peneliti tentang bagaimana langkah-


langkah suatu penelitian dilakukan yang digunakan untuk menemukan, membuktikan dan
mengembangkan pengetahuan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif.
Metode kualitatif merupakan salah satu metode untuk menggambarkan dan mengungkap
fenomena atau kejadian yang terjadi di lapangan secara alamiah. Sedangkan desain penelitian
yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain penelitian deskriptif. Desain penelitian
deskriptif ini merupakan suatu teknik penelitian dengan cara menggambarkan secara umum
fakta-fakta yang ditemukan, kemudian dianalisis berdasarkan teori-teori yang berkaitan
dengan permasalahan yang akan diteliti, dengan tujuan memperoleh jawaban dari
permasalahan yang diteliti.
Setelah data terkumpul, langkah selanjutnya adalah melakukan pengolahan terhadap
data tersebut. Untuk analisis data yang diperoleh melalui observasi, selanjutnya
diinterpretasikan agar dapat menjawab permasalahan penelitian. Data hasil wawancara,
dibuat ke dalam transkrip hasil wawancara dan langkah selanjutnya dilakukan reduksi data
dengan cara mengambil dan mencatat informasi sesuai dengan permasalahan penelitian.
Pengolahan data melalui studi dokumentasi, dilakukan dengan cara mengidentifikasi dan
menganalisis kecocokan soal dengan kriteria pengembangan soal HOT (High Order
Thinking) dan HOTS (High Order Thinking Skills), setelah itu diperoleh gambaran apakah
soal tersebut sesuai atau tidak dengan kriteria pengembangan soal HOT (High Order
Thinking) dan HOTS (High Order Thinking Skills). Kemudian pengolahan data hasil
observasi, dari hasil penggabungan data itulah yang kemudian digunakan oleh peneliti
sebagai data yang pasti digunakan untuk dapat menjawab rumusan masalah.
Uji validitas soal berfungsi untuk mengetahui valid atau tidaknya tes pilihan ganda
beralasan yang digunakan pada instrumen asesmen HOT dan HOTS. Karena kemampuan
berpikir tingkat tinggi memiliki karakteristik untuk menyelesaikan masalah khusus dan
solusinya adalah hasil pemikiran dan alasan yang diberikan (Budiarti, Suparmi, Sarwanto, &
Harjana, 2017).
Sedangkan uji reliabilitas menunjukan bahwa suatu instrumen yang memiliki taraf
kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap (Arikunto, 2012:
100).

5
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini menyajikan tentang instrumen tes hasil pengembangan, yaitu
karakteristik instrumen yang telah dikembangkan dalam kegiatan pembelajaran. Proses
pembelajaran dengan model Inkuiri Terbimbing akan melatih kemampuan berpikir tingkat
tinggi peserta didik peserta didik. Pembelajaran yang melibatkan peserta didik dalam
menemukan permasalahan dan menyusun hipotesis, langkah ini akan melatih peserta didik
dalam hal menganalisis, mengevaluasi dan berkreasi untuk merumuskan masalah.
Menentukan teknik observasi, melakukan observasi, menyimpulkan hasil observasi dan
melaporkan, juga mengembangkan daya nalar peserta didik untuk menganalisis data,
mengevaluasi dan menyimpulkan hasil eksperimennya.

SOAL HOT
1. 1 1 1 1 3+2+1 6
= + + = = =1
Rp 2 3 6 6 6
1
=1 , Rp=1 Ω
Rp
Kuat Arus total (i) :
v 12
I = = =12 A
Berdasarkan gambar di atas, jika besar R 1
tegangan listrik adalah 12 V, maka urutan nilai Perbandingan Kuat arus:
kuat arus yang tepat dari kecil ke besar adalah I ₁ : I ₂ : I ₃= 1 : 1 : 1 = 1 : 1 : 1
R₁ R₂ R₃ 2 3 6
I₁:I₂:I₃ = 3:2:1
3
I ₁= ( 12 )=6 A
2
2
I ₂= ( 12 )=4 A
6
1
I ₃= ( 12 )=2 A
6
Maka,urutan kuat arus yang tepat adalah
I3,I2 kemudian I1.
2. Dua buah baterai dengan ggl dan hambatan ε : Σε : 4+2Σε :4+2
dalam berbeda dihubungkan secara seri satu -2=3
sama lain. Selanjutnya keduanya dihubungkan ε 1 ε 2=Σε ∆ ε=4+ 2−2=4
secara seri pula dengan suatu hambatan luar
sehingga besar arus listrik dalam rangkaian
tersebut adalah 4 ampere. Kalau sekarang
polaritas salah satu baterai dibalik, maka besar
arus listrik dalam rangkaian berkurang menjadi
2 ampere. Dengan demikian besar
perbandingan ggl kedua baterai tadi adalah

6
3. Sebuah amperemeter mempunyai hambatan
dalam 0,9Ω dan batas ukur maksimum 100
mA. Agar amperemeter dapat digunakan untuk
mengukur arus 1 A maka pada amperemeter
perlu dipasang resistor ....

4. Regional I, II dan III - Sebuah amperemeter


mempunyai hambatan 18Ω dan berdaya ukur
10 mA. Agar daya ukur amperemeter menjadi
100 mA, harus dipasang hambatan....

5. Suatu galvanometer dengan hambatan dalam R=rᵈ( n−1)=rᵈ (n-1)


Rg ingin dijadikan voltmeter. Galvanometer
tersebut menunjukkan skala penuh saat arus Vlama=Rᵍ · Iᵍ
yang melaluinya sebesar Ig. Jika voltmeter R=Rᵍ ( V −1 )=( V −RᵍIᵍ )
yang dirancang diharapkan dapat RᵍIgIgIg Ig Ig Ig
menunjukkan skala penuh pada pengukuran V-Rᶢ IgIg
tegangan sebesar V, maka hambatan depan
yang harus dipasang secara seri dengan
galvanometer tersebut harus berharga ....

Soal HOTS
1. 8 buah muatan listrik 4 diantaranya
sebesar + 5 C dan 4 lainnya adalah − 5 C
tersusun hingga membentuk suatu kubus
yang memiliki sisi sepanjang r. 

Kenapa nol?  Jarak masing-masing muatan ke titik P


adalah sama dan besar muatan juga sama, separuh
positif dan separuh lagi negatif sehingga jika
dimasukkan angkanya hasilnya adalah nol.

Tentukan besar potensial listrik di titik P


yang merupakan titik berat kubus !

2. Tiga buah muatan membentuk segitiga Nilai masing-masing gaya harus dicari terlebih
sama sisi seperti gambar berikut. Jarak dahulu.
antar ketiga muatan masing-masing
adalah 10 cm. 
Jika Q1 = + 1 C, Q2= Q3 = − 2 C  dan k =
9 x 109 N m2 C− 2  maka  besar resultan Angka 18 x 1011 N namakan saja  X  untuk

7
gaya Coulomb pada muatan Q1 ! mempermudah perhitungan selanjutnya.

3. Sebuah partikel bermassa m dan Jika ditinjau gaya-gaya yang bekerja pada partikel
bermuatan negatif diam melayang
maka ada gaya gravitasi/ gaya berat yang arahnya ke
diantara dua keping sejajar yang
berlawanan muatan.  bawah. Karena partikel melayang yang berarti terjadi
keseimbangan gaya-gaya, maka pastilah arah gaya
listriknya ke atas untuk mengimbangi gaya berat.

Jika g adalah percepatan gravitasi bumi Muatan negatif berarti arah medan listrik E
dan Q adalah muatan partikel tentukan berlawanan dengan arah gaya listrik F sehingga arah
nilai kuat medan listrik E antara kedua
keping dan jenis muatan pada keping Q ! E adalah ke bawah dan keping P adalah positif (E
"keluar dari positif, masuk ke negatif"), keping Q
negatif.
Untuk mencari besar E :
F listrik = W
qE = mg
E = (mg)/q 

4. Perhatikan gambar berikut ! 3 buah a) Paralel antara kapasitor X dan Y didapatkan


kapasitor X, Y dan Z disusun seperti kapasitor ekivalennya namakan Cxy :
gambar. 
Cxy = cx + cy
Cxy = 6 + 6 = 12 F

Sekarang rangkaian menjadi lebih sederhana yaitu


terdiri dari Cxy yang diseri dengan Cz yang
menghasilkan kapasitas pengganti namakan Ctot : 

Jika saklar S ditutup tentukan :  1/ Ctot = 1/ Cxy+1/ Cz


a) Nilai kapasitas kapasitor pengganti 1/ Ctot = 1/ 12 +1/ 12 = 2/ 12
rangkaian Ctot = 6 F
b) Muatan yang tersimpan dalam
rangkaian b) Muatan yang tersimpan dalam rangkaian namakan
c) Muatan yang tersimpan dalam Qtot
kapasitor Z menurut prinsip rangkaian seri
d) Beda potensial ujung-ujung kapasitor Z Qtot = ctot X Vtot = 144 C
e) Beda potensial ujung- ujung kapasitor c) Muatan yang tersimpan dalam kapasitor Z

8
X namakan Qz

Untuk rangkaian kapasitor seri berlaku : 


Qxy = Qz = Qtot
Qz =144 C
d) Beda potensial ujung-ujung kapasitor Z namakan
Vz

VZ= QZ / CZ = 144 / 12 = 12 Volt


e) Beda potensial ujung-ujung kapasitor X dan
kapasitor Y adalah sama karena dirangkai paralel 

VZ= vxy = Qxy / Cxy = 144 / 12 = 12 Volt

WZ = ½ cZ V 2Z= ½(12)(12)2 = 864 Joule

5. Dibawah ini contoh peristiwa yang terjadi Dik: Mmobil = 750 kg


dalam kehidupan sehari-hari Vmobil = 50 km/j=14m/s
1. sebuah mobil sedan bermassa 750 Mbola = 1.5 kg
kg bergerak drngan kecepatan 50 F = 50N
km/jam ∆t = 0.3 s
2. sebuah bola kaki bermassa 1,5 kg V = 0 m/s
mula mula dima kemudian di M peluru = 0,15 kg
sepak dengan gaya 50 N. selang Ek = 250 J
waktu kaki pemain bola mengenai Dit: urutan momentum dari kecil ke besar…?
bola 0.3 s Jawab
3. sebuah peluru bermassa 150 g 1. p = m.v
bergerak menumbuk sebuah papan = 750.14
dengan ek 250 j =10500 kg m/s
Urutkan besar momentum dari yang 2. F.∆t = m bola (v2-v1)
paling kecil ke paling besar 50N. 0,3s = p2-p1
15 kg m/s = p2-0
P2 = 15 kg m/s
p2
3. ek =
2m
p2
250 J =
2. 0,15
2
P = 250 J. 0,3 kg
P2 = 75 kg2m2/s2
P = 5√ 3 kg m/s

Urutan besar momentum dari yang paling kecil ke


yang paling besar adalah kejadian no 3,2, dan 1.

4.2 Pembahasan

9
Kemudian setelah dianalisis kesesuaiannya dengan kriteria pengembangan soal HOT
(High Order Thinking) dan HOTS (High Order Thinking Skills), langkah selanjutnya yang
dilakukan adalah menilai tingkat kesesuaiannya. Dari keseluruhan butir soal yang sudah
dianalisis tadi dengan menggunakan pedoman analisis berbentuk kriteria pengembangan soal
HOT dan HOTS, dapat diketahui soal mana saja yang dinilai baik, cukup baik, kurang baik,
atau tidak baik. Berikut adalah tabel hasil analisis soal secara keseluruhan.

Tabel Hasil Analisis Soal secara Keseluruhan

No Soal Kriteria Penilaian Nilai


Soal no 1 Memfokuskan pada pertanyaan Baik 6
Soal no 2 Membandingkan kesimpulan Baik 7
Soal no 3 Mendefinisikan asumsi Cukup Baik 3
Soal no 4 Menilai Baik 5
Soal no 5 Memfokuskan pada pertanyaan Cukup Baik 5
Soal no 6 Mendefinisikan konsep Baik 10
Soal no 7 Memfokuskan pada pertanyaan Baik 10
Soal no 8 Menganalisis argumen Cukup Baik 8
Soal no 9 Menilai Cukup Baik 8
Soal no 10 Mendefinisikan konsep Baik 10
Jumlah Nilai 72
Rata-Rata 7,2

HOTS (High Order Thinking Skills) merupakan kemampuan berpikir yang


mengujikan pada tingkat yang lebih tinggi, dalam artian tidak hanya mengujikan pada aspek
ingatan atau hapalan saja, namun menguji sampai pada aspek analisis, sintesis, dan evaluasi.
Hal ini sejalan dengan pendapat Alice Thomas dan Glenda yang menyebutkan bahwa HOTS
(High Order Thinking Skills) atau berpikir tingkat tinggi adalah suatu pencapaian
kemampuan berpikir menuju kepada pemikiran yang lebih tinggi tingkatannya. Maksud dari
pemikiran yang lebih tinggi tingkatannya tersebut adalah pemikiran yang lebih dari sekedar
pengulangan fakta-fakta.

Keberhasilan implementasi asesmen HOT untuk merekonstruksi kemampuan


problem solving siswa membutuhkan pertimbangan yang matang, teknik pengajaran, dan
komitmen untuk berpusat pada siswa. Keterampilan berpikir tingkat tinggi adalah teknik
belajar mengajar terbaik dan dengan memvariasikan skenario siswa dapat menggunakan
keterampilan yang baru mereka peroleh. HOT sangat penting untuk merekonstruksi
kemampuan problem solving siswa sehingga dapat meningkatkan kualitas pendidikan
(Mainali, 2013).Oleh karena itu, diperlukan latihan soal yang dapat memacu strategi problem
solving siswa agar terlatih dan dapat hasil yang maksimal. Asesmen HOT melalui bentuk soal
pilihan ganda beralasan dengan tipe soal C4 menganalisis (analyze), C5 mengevaluasi
(evaluate), dan C6 (create) sangat perlu dikembangkan sebagai salah satu alternatif guru
untuk merekonstruksi kemampuan problem solving siswa, sehingga siswa lebih terlatih
dalam mengerjakan bentuk soal pilihan ganda beralasan dengan tipe soal C4 menganalisis

10
(analyze), C5 mengevaluasi (evaluate), dan C6 (create) untuk memperoleh prestasi yang lebih
tinggi.

Dari hasil analisis 10 butir soal, 5 butir soal HOT dan 5 Butir soal HOTS terdapat 3
soal yang masuk pada kriteria memfokuskan pada pertanyaan, yakni soal nomor 1 dan soal
nomor 5 dan soal nomor 6. Kemudian terdapat 1 soal yang masuk pada kriteria menganalisis
argumen, yakni soal nomor 8. Terdapat 1 soal yang masuk pada kriteria membandingkan
kesimpulan, yaitu pada soal nomor 2. Dari 10 butir soal, ditemukan 2 soal yang masuk pada
kriteria menentukan Menilai, yaitu pada soal nomor 4 dan nomor 9. Dari keseluruhan jumlah
soal, ditemukan 2 soal yang termasuk ke dalam kriteria mendefinisikan konsep, yakni pada
soal nomor 4, dan soal nomor 10.

Dari keseluruhan hasil analisis yang dilakukan terhadap 10 butir soal diperoleh 6
butir soal yang dinyatakan masuk pada kriteria penilaian baik, 4 butir soal yang dinyatakan
masuk pada kriteria penilaian cukup baik. Jumlah total dari hasil penilaian adalah sebesar 72,
dengan rata-rata nilai sebesar 7,2. Rata-rata nilai ini jika dilihat dari kriteria penilaian.

Analisis Validitas

Suatu tes dikatakan valid apabila tes tersebut benar-benar mengukur apa yang
dimaksudkan untuk diukur. Pengertian validitas ini dapat dilihat dari dua segi, yaitu (1) bila
dalam penyususunan suatu tes, penyusun berusaha memilih soal-soal yang secara logis
diperkirakan mengukur apa yang mau diukur baik menurut pertimbangan sendiri maupun
setelah bertukar pikiran dengan orang-orang lain atua bahkan ahli-ahli di bidang pengetahuan
yang bersangkutan, (2) bila suatu tes dipergunakan, maka validitasnya bisa diukur dengan
memperbandingkan hasil-hasil pengukurannya dengan hasil pengukuranpengukuan lainnya.
(Joni, 1984: 35). Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik korelasi biserial.
Korelasi biserial digunakan untuk menghitung validitas setiap item. (Arikunto, 1986: 70).

Analisis Reliabilitas

Reliabilitas adalah salah satu hal yang penting dalam menganalisis setiap bulir.
Reliabilitas setiap bulir suatu model tes adalah derajat tingkat kemantapan dan keterandalan
tes itu secara keseluruhan. Tes yang reliabel selalu memberikan hasil yang sama bila
dicobakan kepada kelompok yang sama dalam waktu yang berbeda. (Kartawidjaja, 1987:
125). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode belah dua atau split-half method.
Pembelahan dilakukan dengan cara membagi dua sama banyakbutir soal berdasar nomor soal
genap dan ganjil yang selanjutnya disebut belahan ganjil-genap.

HOTS atau HOT dikelompokkan menjadi empat kategori, yaitu membuat keputusan,
pemecahan masalah, berpikir kreatif, dan berpikir kritis. Dalam berpikir kritis terdapat
beberapa keterampilan yang dapat dikembangkan dan dapat digunakan sebagai acuan dalam
membuat soal yang mengujikan siswa pada tingkat yang lebih tinggi, yaitu memfokuskan
pada pertanyaan, menganalisis argumen, membandingkan kesimpulan, menilai,
mendefinisikan konsep.

11
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan terhadap soal objektif tes, berupa soal HOT
pilihan ganda diperoleh 3 butir soal yang memenuhi kriteria pengembangan soal HOT (High
Order Thinking ) dan 2 butir soal yang kurang memenuhi kriteria HOT (High Order Thinking
). Dari ke 5 butir soal HOT yang memenuhi kriteria pengembangan soal (High Order
Thinking ) tersebut, terdapat 3 butir soal yang termasuk pada kriteria penilaian baik, dua butir
soal yang termasuk pada kriteria penilaian cukup baik,Dan analisis pada soal HOTS dalam
bentuk Essay diperoleh 3 butir soal juga yang memenuhi kriteria HOTS, dan 2 butir soal yang
kurang memenuhi kriteria HOTS. Secara keseluruhan setelah dilakukan analisis dengan
menggunakan pedoman analisis soal berbentuk kriteria pengembangan HOT (High Order
Thinking ) dan menentukan kriteria penilaian terhadap masing-masing soal, maka diperoleh
jumlah nilai sebesar 72. Setelah dihitung rata-rata nilainya, diperoleh rata-rata nilai sebesar
7,2.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang diuraikan diperoleh simpulan


bahwa asesmen HOT dikembangkan dalam bentuk soal pilihan ganda beralasan dengan hasil
uji validitas serta uji reliabilitas menunjukkan bahwa instrumen asesmen HOT valid dan
reliabel. Asesmen HOT yang dikembangkan memuat strategi untuk merekonstruksi
kemampuan problem solving dengan memenuhi empat aspek, yaitu (1) aspek mengenali
masalah (2) aspek merencanakan strategi (3) aspek menerapkan strategi dan (4) aspek
mengevaluasi solusi.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan menunjuk bahwa perlu adanya
pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan HOTS peserta didik. Selain itu peneliti
selanjutnya diharapkan dapat

12
Daftar Pustaka

Chandra E.,Dkk.2018.PENGEMBANGAN INSTRUMEN ASESMEN HOTS FISIKA SMA.


Jurnal Lentera Pendidikan Pusat Penelitian LPPM UM METRO Vol. 3. No. 1
hal : 11-25

Amelia, M.2016.ANALISIS SOAL TES HASIL BELAJAR HIGH ORDER THINKING


SKILLS (HOTS).Jurnal Penelitian (Edisi Khusus PGSD). Volume 20, No. 2, hlm.
123-13

Saepulrohman,A.,Dkk. 2015.ANALISIS HOTS ( HIGH ORDER THINKING SKILLS )


PADA SOAL OBJEKTIF TES DALAM MATA PELAJARAN ILMU
PENGETAHUAN SOSIAl.hal:187-195

Subali., Maulani.2019.Analisis Kemampuan Rekonstruksi Problem Solving Siswa Melalui


Asesmen Higher Order Thinking (HOT) Siswa SMA.Unnes Physics Education
Journal. Vol 8 (3). Hal:320-332

13

Anda mungkin juga menyukai