Makalah
Oleh:
Nurwinanda
80400222001
Dosen Pengampu:
PROGRAM PASCASARJANA
UIN ALAUDDIN MAKASSAR
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dan salam kita curahkan kepada baginda Rasulullah صلى الله عليه و سلمyang
telah menunjukkan kepada kita jalan yang lurus berupa ajaran agama yang
M.Ag, sebagai dosen pemandu kedua dan kepada semua pihak yang sudah
membantu dalam penulisan makalah dari awal hingga selesai. Tugas ini
sebagai bentuk nyata penyelesaian salah satu mata kuliah yaitu evaluasi,
penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
ini tentu jauh dari kesempurnaan maka kritik dan saran sangat kami butuhkan
Penulis
i
DAFTAR ISI
Kesimpulan ....................................................................................................... 13
KEPUSTAKAAN ................................................................................................. 14
ii
BAB I
PENDAHULUAN
berfungsi secara kuat dalam kehidupan masyarakat. Belajar adalah suatu tindakan
mereka. Dengan belajar, seseorang akan mengalami perubahan dari yang tidak tahu
menjadi tahu, dari yang tidak paham menjadi paham, dari yang tidak mengalami
menjadi mengalami, dan merasakan sesuatu yang berbeda. Oleh karena itu, setiap
perubahan dalam diri seseorang disertai dengan perubahan hasil belajar. Sebelum
memulai penilaian terhadap penguasaan peserta didik, pertanyaan utama adalah apa
yang harus dinilai. Ini mengingatkan kita pada elemen-elemen yang ada dalam
proses belajar-mengajar.
kognitif, afektif dan psikomotorik. Penulis akan membahas bidang kognitif saat
menilai proses belajar mengajar. Aspek kognitif ini paling banyak dinilai oleh guru
materi pelajaran.
B. Rumusan Masalah
1
BAB II
PEMBAHASAN
Dikatakan pula bahwa ranah kognitif adalah perubahan perilaku yang terjadi di
informasi dalam otak, menerima stimulus eksternal melalui sensor, dan memanggil
penguraian, pemaduan, dan penilaian. Artinya, sejauh mana peserta didik pada level
diberikan pertimbangan.
Hasil belajar kognitif adalah perubahan perilaku yang terjadi dalam domain
yang akurat tentang seberapa jauh peserta didik mencapai tujuan instruksional pada
1
Dedi Rosyidi, “Teknik dan Instrumen Asesmen Ranah Kognitif,” Tasyri` : Jurnal
Tarbiyah-Syari`ah-Islamiyah 27, no. 1 (2020): h. 2, https://doi.org/10.52166/tasyri.v27i1.79.
2
Ulfah dan Opan Arifudin, “Pengaruh Aspek Kognitif, Afektif, Dan Psikomotor Terhadap
Hasil Belajar Peserta Didik,” Jurnal Al-Amar: Ekonomi Syariah, Perbankan Syariah, Agama Islam,
Manajemen dan Pendidikan 2, no. 1 (2021): h. 5.
3
Ahmad Noviansah, “Objek Assesment, Pengetahuan, Sikap dan Keterampilan,” Al-
Hikmah: Jurnal Studi Islam 1, no. 2 (2020): h. 140.
4
Ina Magdalena dkk., “Tiga Ranah Taksonomi Bloom dalam Pendidikan,” EDISI : Jurnal
Edukasi dan Sains 2, no. 1 (2020): h. 137, https://ejournal.stitpn.ac.id/index.php/edisi.
2
3
dan evaluasi.
mental yang sering berawal dari tingkat pengetahuan sampai ke tingkat yang paling
tinggi yaitu evaluasi.5 Tujuan aspek kognitif berorientasi pada kemampuan berfikir
sampai pada kemampuan memecahkan masalah yang menuntut peserta didik untuk
(recall) atau mengenali kembali tentang nama, istilah, ide, rumus-rumus, dan
Pengetahuan atau ingatan adalah merupakan proses berfikir yang paling rendah.
5
Sukiman, Pengembangan Sistem Evaluasi (Yogyakarta: Insan Madani, 2012), h. 60.
6
Ihwan Mahmudi et al., “Taksonomi Hasil Belajar Menurut Benyamin S. Bloom,” Jurnal
Multidisiplin Madani 2, no. 9 (2022): h. 3509, https://doi.org/10.55927/mudima.v2i9.1132.
7
Dedi Rosyidi, “Teknik dan Instrumen Asesmen Ranah Kognitif,” Tasyri` : Jurnal
Tarbiyah-Syari`ah-Islamiyah 27, no. 1 (2020): h. 3, https://doi.org/10.52166/tasyri.v27i1.79osyidi.
4
sendiri atau memberi penjelasan yang lebih rinci. Pemahaman adalah tingkat
menggunakan konsep umum, metode, tata cara, prinsip, rumus, teori, dan
suatu bahan atau keadaan dalam bagian-bagian yang lebih kecil serta memahami
bagaimana bagian atau komponen berhubungan satu sama lain. Jenjang aplikasi
yang disebut analisis. Proses memadukan komponen atau elemen secara logis
menghasilkan pola yang berstruktur atau pembentukan pola baru dikenal sebagai
sintesis. Salah satu cara terbaik untuk meningkatkan kreativitas seseorang adalah
dengan berpikir tentang sintesis. Salah satu hasil pendidikan adalah kemampuan
untuk berpikir kreatif. Ketika orang kreatif, mereka biasanya menemukan atau
membuat sesuatu.8 Jenjang analisis berada di tingkat yang lebih rendah daripada
jenjang sintesis.
8
Nana Sudjana, Penilaian Proses Hasil Belajar Mengajar (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 1995), h. 28.
5
jika seseorang dihadapkan pada beberapa pilihan, mereka akan mampu memilih
mengkreasi (C5), dan mengevaluasi (C6). Ini karena butir soal harus proporsional,
artinya pembagian butir soal yang mudah, sedang, dan sulit harus seimbang.
Tes pilihan ganda adalah jenis ujian objektif yang terdiri dari sejumlah
mana peserta didik diminta untuk memilih alternatif jawaban yang paling tepat.9
Kata, frasa, nama tempat, nama karakter, lambang, atau kalimat yang sudah pasti
dapat menjadi jawaban yang mungkin. Soal pilihan ganda dapat berupa kalimat
kalimatnya. Alternatif jawaban terdiri dari pengecoh, atau distraktor, dan jawaban
benar, yang merupakan kunci jawaban. Ada berbagai pilihan jawaban ini; beberapa
(SD/MI) di kelas tingkat bawah (1-3), yang lain menggunakan empat pilihan yang
9
Dedi Rosyidi, “Teknik dan Instrumen Asesmen Ranah Kognitif,” Tasyri` : Jurnal
Tarbiyah-Syari`ah-Islamiyah 27, no. 1 (2020):osyidi, “Teknik dan Instrumen Asesmen Ranah
Kognitif,” h. 7.
6
Ada beberapa model soal pilihan ganda yang dapat digunakan dalam
- Model assosiasi
Tes jawaban singkat adalah jenis ujian yang melibatkan kalimat pertanyaan
yang membutuhkan jawaban singkat, kalimat perintah yang harus dilakukan, atau
kalimat pernyataan yang belum selesai sehingga peserta diminta mengisikan kata
hafalannya serta pemahaman peserta didik, jenis tes ini sangat cocok. Meskipun tes
ini dapat mencakup banyak materi, namun dibuat sedemikian rupa agar mencakup
Berikut ini adalah kaidah utama untuk menyusun soal jenis ini:
dasar)
4) Rumusan soal harus menggunakan bahasa yang baik, kalimat singkat, dan
5) Jawaban yang dituntut oleh butir berupa kata, frase, angka, simbol, tahun,
6) Rumusan butir soal tidak merupakan kalimat yang belum lengkap, bagian
yang dikosongkan (perlu diisi oleh testee) maksimud dua untuk satu kalimat
soal
3. Tes Menjodohkan
Tes bentuk menjodohkan atau memasangkan adalah jenis tes yang terdiri
dari satu set pertanyaan dan satu set jawaban. Masing-masing pertanyaan memiliki
4. Tes uraian
Metode ini adalah salah satu metode yang paling sering digunakan untuk
menilai hasil belajar adalah tes uraian. Tes uraian juga disebut sebagai tes esai
(essay test) atau tes subjektif.10 Tes subjektif terutama berkaitan dengan proses
pemeriksaan dan skor yang diberikan oleh tester (evaluator), yang lebih subjektif
1) Tes ini berupa pertanyaan atau perintah yang jawabannya menuntut peserta
2) Kedua, soal biasanya memiliki jumlah butir terbatas, biasanya antara empat
10
Hellin Putri et al., “Instrumen Penilaian Hasil Pembelajaran Kognitif pada Tes Uraian
dan Tes Objektif,” Jurnal Papeda: Jurnal Publikasi Pendidikan Dasar 4, no. 2 (2022): h. 142,
https://doi.org/10.36232/jurnalpendidikandasar.v4i2.2649.
8
1) Tes uraian terbatas, juga dikenal sebagai tes uraian terstruktur atau tes
uraian objektif, adalah jenis tes uraian yang sifat jawabannya dibatasi atau
terarah baik dari segi materi maupun jenis jawaban yang diberikan.
Penskoran pada tes uraian yang lebih singkat cenderung lebih objektif dan
konsisten.
2) Uraian bebas adalah jenis ujian uraian yang membutuhkan jawaban yang
rinci, atau jawaban panjang, yang dapat diberikan secara bebas dalam
bentuk karangan atau tulisan. Oleh karena itu, peserta ujian memiliki
didik yang diuji hanya dapat diskor oleh guru yang benar-benar ahli. Ini
untuk:
d. Pedoman tes uraian kaidah penyusunan untuk tes bentuk uraian secara
kata lain, soal uraian harus meminta perilaku dan materi yang akan diukur
4) Materi yang dibahas harus sesuai dengan tingkat, jenis, dan tingkat sekolah
dimana, apakah, dan bila" yang tidak memerlukan penjelasan dari peserta
didik
6) Segera setelah soal uraian selesai ditulis, buat pedoman penskoran. Ini harus
mencakup kriteria atau komponen yang akan dinilai, seperti rentang skor
8) Penulis butir soal harus menggunakan bahasa Indonesia yang baku dan
istilah atau kalimat yang bertele-tele atau tidak berfokus pada inti masalah,
Secara umum, ada beberapa beberapa langkah langkah yang harus ditempuh
dalam penyusunan instrument tes verbal dalam ranah kognitif, yaitu: (1)
menentukan tujuan dan kawasan tes, (2) menguraikan materi dan batasan yang akan
di ukur, (3) menyusun kisi-kisi, (4) memilih bentuk tes, (5) menentukan panjang
tes, (6) menulis soal tes. Yang akan dikaji satu persatu sebagai berikut:
1. Menentukan tujuan dan kawasan tes
Perumusan tujuan tes dapat mengacu pada fungsinya yang disusun, yaitu
formatif, sumatif, atau diagnostik. Tes yang direncanakan harus disesuaikan untuk
akhir program, taraf penguasaan, dan kelulusan, sedangkan fungsi formatif adalah
untuk mengukur tingkat penguasaan peserta didik. Fungsi diagnostik adalah untuk
sesuatu yang harusnya keluar" digunakan untuk menguraikan isi tes. Dengan kata
lain, penguraian isi tes bukan hanya berarti memastikan bahwa tes yang akan ditulis
tetap dalam batas-batas materi yang telah ditentukan oleh area ukur, tetapi juga
memastikan bahwa tidak ada bagian isi yang penting yang terlewatkan atau
terlupakan.
3. Menyusun kisi-kisi tes
Kisi-kisi tes atau blue print (Cetak biru) adalah deskripsi mengenai ruang
lingkup materi dan aspek kompetensi yang akan diujikan yang umumnya
dituangkan dalam sebuah matriks. Ada dua bentuk kisi-kisi yang perlu dibuat oleh
kompetensi yang diujikan dan b) kisi-kisi untuk menentukan bentuk soal yang
11
jenjang pendidikan
untuk memeriksa lembar jawaban, cakupan materi ujian, dan mata pelajaran yang
diujikan. Bentuk tes objektif pilihan ganda, menjodohkan isian, dan benar salah
tepat digunakan ketika jumlah peserta ujian besar, waktu koreksi singkat, dan
yang tersedia untuk melakukan ujian dengan memerhatikan bahan yang diujikan
dan tingkat kelelahan peserta didik tes. Ada tiga hal utama yang harus
11
Sukiman, Pengembangan Sistem Evaluasi, (Yogyakarta: Insan Madani, 2012), h. 82–
83.
12
Bobot skor tiap soal bisa ditentukan sebelum tes digunakan, yaitu berdasar
tingkat kompleksitas atau kesulitannya yang kompleks atau sulit diberi bobot lebih
tinggi dibandingkan dengan yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang lebih
mudah.
6. Menulis soal
Solusi menuliskan soal-soal tes yang baik, maka kita
penyusunan soal untuk tiap-tiap tiap-tiap tipe tes. Banyak tes yang ditulis
hendaknya lebih banyak dari pada soal yang diperlukan, sehingga nantinya bisa
PENUTUP
Kesimpulan
Ranah kognitif mencakup kegiatan berpikir. Ada enam aspek atau jenjang
proses berpikir, mulai dari yang terendah hingga yang paling tinggi. Pengetahuan
evaluasi)
untuk menghubungkan dan menggabungkan berbagai konsep, ide, dan teknik yang
menganalisis (C4), mengkreasi (C5), dan mengevaluasi (C6). Ini karena butir-butir
soal harus proporsional, yang berarti perbandingan antara tingkat mudah, sedang,
13
KEPUSTAKAAN
Magdalena, Ina, dkk. “Tiga Ranah Taksonomi Bloom dalam Pendidikan.” EDISI :
Jurnal Edukasi dan Sains 2, no. 1 (2020): h. 132–139.
https://ejournal.stitpn.ac.id/index.php/edisi.
Mahmudi, Ihwan, Muh. Zidni Athoillah, Eko Bowo Wicaksono, dan Amir Reza
Kusuma. “Taksonomi Hasil Belajar Menurut Benyamin S. Bloom.” Jurnal
Multidisiplin Madani 2, no. 9 (2022): h. 3507–3514.
https://doi.org/10.55927/mudima.v2i9.1132.
Noviansah, Ahmad. “Objek Assesment, Pengetahuan, Sikap dan Keterampilan.”
Al-Hikmah: Jurnal Studi Islam 1, no. 2 (2020): h. 136–149.
Putri, Hellin, Desty Susiani, Nabilla Setya Wandani, dan Fia Alifah Putri.
“Instrumen Penilaian Hasil Pembelajaran Kognitif pada Tes Uraian dan Tes
Objektif.” Jurnal Papeda: Jurnal Publikasi Pendidikan Dasar 4, no. 2
(2022): h. 139–148.
https://doi.org/10.36232/jurnalpendidikandasar.v4i2.2649.
Rosyidi, Dedi. “Teknik dan Instrumen Asesmen Ranah Kognitif.” Tasyri` : Jurnal
Tarbiyah-Syari`ah-Islamiyah 27, no. 1 (2020): h. 1–13.
https://doi.org/10.52166/tasyri.v27i1.79.
Sudjana, Nana. Penilaian Proses Hasil Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 1995.
Sukiman. Pengembangan Sistem Evaluasi. Yogyakarta: Insan Madani, 2012.
Ulfah, dan Opan Arifudin. “Pengaruh Aspek Kognitif, Afektif, Dan Psikomotor
Terhadap Hasil Belajar Peserta Didik.” Jurnal Al-Amar: Ekonomi Syariah,
Perbankan Syariah, Agama Islam, Manajemen dan Pendidikan 2, no. 1
(2021): h. 1–9.
14