Anda di halaman 1dari 17

MERANCANG DAN MENDESAIN INSTRUMEN RANAH KOGNITIF

Makalah

Dipresentasikan dalam Mata Kuliah Evaluasi

Program Studi Pendidikan Bahasa Arab

Oleh:

Nurwinanda
80400222001

Dosen Pengampu:

Prof. Dr. H. Sabaruddin Garancang, M.Ag

Prof. Dr. Hj. Misykat Malik Ibrahim, M.Si

PROGRAM PASCASARJANA
UIN ALAUDDIN MAKASSAR
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena

rahmat-Nya kita masih tetap bisa menikmati indahnya ciptaan-Nya. Shalawat

dan salam kita curahkan kepada baginda Rasulullah ‫ صلى الله عليه و سلم‬yang

telah menunjukkan kepada kita jalan yang lurus berupa ajaran agama yang

sempurna dengan bahasa yang sangat indah. Penulis akhirnya dapat

menyelesaikan makalah kami yang berjudul “merancang dan mendesain

instrumen ranah kognitif”.

Ucapan terima kasih kepada bapak Prof. Dr. H. Sabaruddin Garancang,

M.Ag, sebagai dosen pemandu kedua dan kepada semua pihak yang sudah

membantu dalam penulisan makalah dari awal hingga selesai. Tugas ini

sebagai bentuk nyata penyelesaian salah satu mata kuliah yaitu evaluasi,

penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah

membantu menyelesaikan makalah ini. Penulis sangat memahami jika makalah

ini tentu jauh dari kesempurnaan maka kritik dan saran sangat kami butuhkan

guna memperbaiki makalah-makalah di waktu-waktu mendatang.

Makassar, 10 Desember 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 2

A. Pengertian Ranah Kognitif ....................................................................... 2

B. Aspek-aspek Penilaian Ranah Kognitif .................................................... 3

C. Merancang dan Mendesain Instrumen Ranah Kognitif ............................ 5

BAB III PENUTUP............................................................................................... 13

Kesimpulan ....................................................................................................... 13

KEPUSTAKAAN ................................................................................................. 14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi peserta didik

agar dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya dengan

demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang memungkinkan untuk

berfungsi secara kuat dalam kehidupan masyarakat. Belajar adalah suatu tindakan

yang dilakukan secara sengaja oleh seseorang untuk meningkatkan kemampuan

mereka. Dengan belajar, seseorang akan mengalami perubahan dari yang tidak tahu
menjadi tahu, dari yang tidak paham menjadi paham, dari yang tidak mengalami

menjadi mengalami, dan merasakan sesuatu yang berbeda. Oleh karena itu, setiap

perubahan dalam diri seseorang disertai dengan perubahan hasil belajar. Sebelum

memulai penilaian terhadap penguasaan peserta didik, pertanyaan utama adalah apa

yang harus dinilai. Ini mengingatkan kita pada elemen-elemen yang ada dalam

proses belajar-mengajar.

Belajar dikaitkan dengan tingkat penguasaan seseorang baik dari segi

kognitif, afektif dan psikomotorik. Penulis akan membahas bidang kognitif saat

menilai proses belajar mengajar. Aspek kognitif ini paling banyak dinilai oleh guru

di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan peserta didik untuk memahami

materi pelajaran.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan latar belakang mmasalah sebelumnya, maka

masalah dirumuskan sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud dengan ranah kognitif?

2. Apa saja aspek-aspek penilaian dalam ranah kognitif?

3. Bagaimana merancang dan mendesain instrumen ranah kognitif?

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Ranah Kognitif

Ranah kognitif mencakup semua kemampuan berpikir, seperti menghafal,

memahami, mengaplikasi, menganalisis, menyintesis, dan mengevaluasi. 1

Dikatakan pula bahwa ranah kognitif adalah perubahan perilaku yang terjadi di

bidang kognitif.2 Ini mencakup kegiatan seperti menyimpan dan mengolah

informasi dalam otak, menerima stimulus eksternal melalui sensor, dan memanggil

kembali informasi saat diperlukan untuk menyelesaikan masalah. Ranah kognitif


adalah ranah yang mencakup aspek-aspek, seperti aspek intelektual atau aspek

berpikir dan nalar.3 Ini mencakup pengetahuan, pemahaman, penerapan,

penguraian, pemaduan, dan penilaian. Artinya, sejauh mana peserta didik pada level

yang lebih tinggi mampu menguraikan kembali dan memadukannya dengan

pemahaman yang telah mereka peroleh sebelumnya sebelum dievaluasi atau

diberikan pertimbangan.

Hasil belajar kognitif adalah perubahan perilaku yang terjadi dalam domain

kognitif. Tujuan pengukuran ranah kognitif adalah untuk mendapatkan informasi

yang akurat tentang seberapa jauh peserta didik mencapai tujuan instruksional pada

ranah kognitif, khususnya pada tingkat hapalan pemahaman, penerapan, analisis,

sintesa, dan evaluasi.4 Manfaat pengukuran ranah kognitif adalah untuk

meningkatkan kualitas atau meningkatkan prestasi peserta didik pada ranah

1
Dedi Rosyidi, “Teknik dan Instrumen Asesmen Ranah Kognitif,” Tasyri` : Jurnal
Tarbiyah-Syari`ah-Islamiyah 27, no. 1 (2020): h. 2, https://doi.org/10.52166/tasyri.v27i1.79.
2
Ulfah dan Opan Arifudin, “Pengaruh Aspek Kognitif, Afektif, Dan Psikomotor Terhadap
Hasil Belajar Peserta Didik,” Jurnal Al-Amar: Ekonomi Syariah, Perbankan Syariah, Agama Islam,
Manajemen dan Pendidikan 2, no. 1 (2021): h. 5.
3
Ahmad Noviansah, “Objek Assesment, Pengetahuan, Sikap dan Keterampilan,” Al-
Hikmah: Jurnal Studi Islam 1, no. 2 (2020): h. 140.
4
Ina Magdalena dkk., “Tiga Ranah Taksonomi Bloom dalam Pendidikan,” EDISI : Jurnal
Edukasi dan Sains 2, no. 1 (2020): h. 137, https://ejournal.stitpn.ac.id/index.php/edisi.

2
3

kognitif, khususnya pada tingkat hapalan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesa,

dan evaluasi.

B. Aspek-aspek Penilaian Ranah Kognitif

Aspek kognitif adalah subtaksonomi yang mengungkapkan tentang kegiatan

mental yang sering berawal dari tingkat pengetahuan sampai ke tingkat yang paling

tinggi yaitu evaluasi.5 Tujuan aspek kognitif berorientasi pada kemampuan berfikir

yang mencakup kemampuan intelektual yang lebih sederhana, yaitu mengingat,

sampai pada kemampuan memecahkan masalah yang menuntut peserta didik untuk

menghubungakan dan menggabungkan beberapa ide, gagasan, metode atau


prosedur yang dipelajari untuk memecahkan masalah tersebut, yang diuraikan

dalam penjelasan berikut.

1. C1: Pengetahuan/Hafalan/Ingatan (Knowledge)

Aspek ini adalah kemampuan seseorang untuk mengingat-ingat kembali

(recall) atau mengenali kembali tentang nama, istilah, ide, rumus-rumus, dan

sebagainya, tanpa mengharapkan kemampuan untuk menggunkannya.6

Pengetahuan atau ingatan adalah merupakan proses berfikir yang paling rendah.

2. C2: Pemahaman (Comprehension)

Kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah

mengingat dan memahaminya disebut pemahaman. Dengan kata lain, memahami

berarti memiliki pengetahuan tentang sesuatu dan kemampuan untuk

memahaminya dari berbagai sudut pandang. 7 Seorang peserta didik dianggap

memahami sesuatu apabila ia dapat menjelaskan sesuatu dengan kata-katanya

5
Sukiman, Pengembangan Sistem Evaluasi (Yogyakarta: Insan Madani, 2012), h. 60.
6
Ihwan Mahmudi et al., “Taksonomi Hasil Belajar Menurut Benyamin S. Bloom,” Jurnal
Multidisiplin Madani 2, no. 9 (2022): h. 3509, https://doi.org/10.55927/mudima.v2i9.1132.
7
Dedi Rosyidi, “Teknik dan Instrumen Asesmen Ranah Kognitif,” Tasyri` : Jurnal
Tarbiyah-Syari`ah-Islamiyah 27, no. 1 (2020): h. 3, https://doi.org/10.52166/tasyri.v27i1.79osyidi.
4

sendiri atau memberi penjelasan yang lebih rinci. Pemahaman adalah tingkat

pemikiran yang lebih tinggi daripada hafalan atau ingatan.

3. C3: Penerapan (Application)

Penerapan adalah kemampuan seseorang untuk menerapkan atau

menggunakan konsep umum, metode, tata cara, prinsip, rumus, teori, dan

sebagainya dalam konteks baru.

4. C4: Analisis (Analysis)

Analisis adalah kemampuan seseorang untuk merinci atau menguraikan

suatu bahan atau keadaan dalam bagian-bagian yang lebih kecil serta memahami
bagaimana bagian atau komponen berhubungan satu sama lain. Jenjang aplikasi

berada di bawah jenjang analisis.

5. C5: Sintesis (Syntesis)

Sintesis adalah kemampuan berfikir yang berlawanan dengan proses berfikir

yang disebut analisis. Proses memadukan komponen atau elemen secara logis

menghasilkan pola yang berstruktur atau pembentukan pola baru dikenal sebagai

sintesis. Salah satu cara terbaik untuk meningkatkan kreativitas seseorang adalah

dengan berpikir tentang sintesis. Salah satu hasil pendidikan adalah kemampuan

untuk berpikir kreatif. Ketika orang kreatif, mereka biasanya menemukan atau

membuat sesuatu.8 Jenjang analisis berada di tingkat yang lebih rendah daripada

jenjang sintesis.

6. C6: Penilaian/Penghargaan/Evaluasi (Evaluation)

Dalam taksonomi Bloom, jenjang berpikir paling tinggi adalah penilaian,

penghargaan, atau evaluasi. Di sini, penilaian atau evaluasi mengacu pada

kemampuan seseorang untuk mempertimbangkan kondisi, nilai, atau ide; misalnya,

8
Nana Sudjana, Penilaian Proses Hasil Belajar Mengajar (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 1995), h. 28.
5

jika seseorang dihadapkan pada beberapa pilihan, mereka akan mampu memilih

yang terbaik berdasarkan kriteria atau patokan mereka saat ini.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa butir soal harus

disusun dengan mempertimbangkan distribusi jenjang ranah kognitif, yaitu

mengingat (C1), memahami (C2), menerapkan (C3), menganalisis (C4),

mengkreasi (C5), dan mengevaluasi (C6). Ini karena butir soal harus proporsional,

artinya pembagian butir soal yang mudah, sedang, dan sulit harus seimbang.

C. Merancang dan Mendesain Instrumen Ranah Kognitif

1. Pilihan Ganda (Multiple Choice)


a. Memahami ujian pilihan ganda

Tes pilihan ganda adalah jenis ujian objektif yang terdiri dari sejumlah

pertanyaan atau pernyataan (item) dan sejumlah alternatif jawaban (pilihan), di

mana peserta didik diminta untuk memilih alternatif jawaban yang paling tepat.9

Kata, frasa, nama tempat, nama karakter, lambang, atau kalimat yang sudah pasti

dapat menjadi jawaban yang mungkin. Soal pilihan ganda dapat berupa kalimat

pertanyaan atau kalimat pertanyaan yang tidak lengkap berdasarkan struktur

kalimatnya. Alternatif jawaban terdiri dari pengecoh, atau distraktor, dan jawaban

benar, yang merupakan kunci jawaban. Ada berbagai pilihan jawaban ini; beberapa

menggunakan tiga pilihan yang biasanya digunakan di sekolah tingkat dasar

(SD/MI) di kelas tingkat bawah (1-3), yang lain menggunakan empat pilihan yang

biasanya digunakan di SMP/MT, dan yang terakhir menggunakan lima pilihan di

tingkat SMA/MA dan perguruan tinggi.

b. Model-model Tes Pilihan Ganda (Multiple Choice)

9
Dedi Rosyidi, “Teknik dan Instrumen Asesmen Ranah Kognitif,” Tasyri` : Jurnal
Tarbiyah-Syari`ah-Islamiyah 27, no. 1 (2020):osyidi, “Teknik dan Instrumen Asesmen Ranah
Kognitif,” h. 7.
6

Ada beberapa model soal pilihan ganda yang dapat digunakan dalam

memberikan evaluasi kepada peserta didik, yaitu:

- Model pilihan ganda biasa

- Model assosiasi

- Model melengkapi berganda

- Model hubungan antar hal

- Model analisis kasus

- Model pemakaian diagram, grafik, peta atau gambar

2. Tes dalam Bentuk Jawaban Atau Isian Singkat


a. Pengertian Tes dalam Bentuk Jawaban Atau Isian Singkat

Tes jawaban singkat adalah jenis ujian yang melibatkan kalimat pertanyaan

yang membutuhkan jawaban singkat, kalimat perintah yang harus dilakukan, atau

kalimat pernyataan yang belum selesai sehingga peserta diminta mengisikan kata

untuk melengkapi kalimat tersebut. Untuk mengetahui tingkat ingatan dan

hafalannya serta pemahaman peserta didik, jenis tes ini sangat cocok. Meskipun tes

ini dapat mencakup banyak materi, namun dibuat sedemikian rupa agar mencakup

semua materi pembelajaran.

b. Metode Tes Jawaban Singkat

Berikut ini adalah kaidah utama untuk menyusun soal jenis ini:

1) Rumusan soal harus sesuai dengan kemampuan (kompetensi dan indikator

dasar)

2) Jawaban yang benar hanya satu

3) Rumusan kalimat soal harus komunikatif

4) Rumusan soal harus menggunakan bahasa yang baik, kalimat singkat, dan

jelas sehingga mudah dipahami


7

5) Jawaban yang dituntut oleh butir berupa kata, frase, angka, simbol, tahun,

tempat, dan sejenisnya harus singkat dan pasti

6) Rumusan butir soal tidak merupakan kalimat yang belum lengkap, bagian

yang dikosongkan (perlu diisi oleh testee) maksimud dua untuk satu kalimat

soal

7) Titik-titik kosong sebagai tempat jawaban hendaknya diletakan pada akhir

atau dekat akhir kalimat daripada pada awal kalimat

3. Tes Menjodohkan

Tes bentuk menjodohkan atau memasangkan adalah jenis tes yang terdiri
dari satu set pertanyaan dan satu set jawaban. Masing-masing pertanyaan memiliki

jawaban yang disertakan dalam seri jawaban.

4. Tes uraian

a. Pengertian Tes Uraian

Metode ini adalah salah satu metode yang paling sering digunakan untuk

menilai hasil belajar adalah tes uraian. Tes uraian juga disebut sebagai tes esai

(essay test) atau tes subjektif.10 Tes subjektif terutama berkaitan dengan proses

pemeriksaan dan skor yang diberikan oleh tester (evaluator), yang lebih subjektif

dibandingkan dengan tes objektif.

b. Ciri-ciri Tes Uraian

1) Tes ini berupa pertanyaan atau perintah yang jawabannya menuntut peserta

mengorganisasikan gagasan atau materi yang telah mereka pelajari dalam

tulisan. Tes objektif berbeda dengan tes uraian, atau subjektif.

2) Kedua, soal biasanya memiliki jumlah butir terbatas, biasanya antara empat

dan sepuluh butir

10
Hellin Putri et al., “Instrumen Penilaian Hasil Pembelajaran Kognitif pada Tes Uraian
dan Tes Objektif,” Jurnal Papeda: Jurnal Publikasi Pendidikan Dasar 4, no. 2 (2022): h. 142,
https://doi.org/10.36232/jurnalpendidikandasar.v4i2.2649.
8

3) Soal biasanya dimulai dengan kata-kata seperti "jelaskan, terangkan,

uraikan, mengapa, bagaimana," dan kata-kata laian yang menuntut peserta

didik untuk memberikan uraian lebih lanjut tentang jawabannya

4) Keempat, dalam kasus di mana guru ingin menilai kemampuan menulis

peserta didik, ujian uraian digunakan. Guru biasanya mengukur kemampuan

peserta didik dalam menulis beberapa kalimat yang membentuk sebuah

cerita. Kemampuan yang diukur adalah kemampuan untuk menyampaikan

ide dengan cara yang komunikatif dan menarik

c. Jenis tes uraian


Tes bentuk uraian ini ada dua macam, yaitu tes uraian terbatas atau uraian

terstruktur dan tes uraian bebas.

1) Tes uraian terbatas, juga dikenal sebagai tes uraian terstruktur atau tes

uraian objektif, adalah jenis tes uraian yang sifat jawabannya dibatasi atau

terarah baik dari segi materi maupun jenis jawaban yang diberikan.

Penskoran pada tes uraian yang lebih singkat cenderung lebih objektif dan

konsisten.

2) Uraian bebas adalah jenis ujian uraian yang membutuhkan jawaban yang

rinci, atau jawaban panjang, yang dapat diberikan secara bebas dalam

bentuk karangan atau tulisan. Oleh karena itu, peserta ujian memiliki

kebebasan untuk menentukan jawabannya melalui tulisan. Tulisan peserta

didik yang diuji hanya dapat diskor oleh guru yang benar-benar ahli. Ini

adalah bentuk pemeriksaan yang tepat untuk digunakan apabila bertujuan

untuk:

a) Mengungkapkan perspektif peserta didikk tentang masalah sehingga

orang dapat memahami luas dan intensitasnya


9

b) Menguraikan suatu masalah yang memiliki banyak kemungkinan

jawaban, sehingga tidak ada satu solusi yang jelas

c) Mengembangkan kemampuan peserta didik untuk menganalisis

masalah dari berbagai sudut pandang

d. Pedoman tes uraian kaidah penyusunan untuk tes bentuk uraian secara

umum adalah sebagai berikut:

1) Soal harus memenuhi kompetensi dasar dan indikator kurikulum. Dengan

kata lain, soal uraian harus meminta perilaku dan materi yang akan diukur

sesuai dengan tuntutan kompetensi dasar dan indikator


2) Pertanyaan dan jawaban harus jelas dan tegas

3) Rumusan pertanyaan atau penyataan harus menggunakan kata tanya atau

kata pentih yang meminta jawaban terurai, seperti "bandingkan...", "berikan

alasan...", "uraikan..", "tafsirkan...", dan sebagainya

4) Materi yang dibahas harus sesuai dengan tingkat, jenis, dan tingkat sekolah

5) Dalam rumusan pertanyaan, jangan gunakan kata-kata seperti "siapa, kapan,

dimana, apakah, dan bila" yang tidak memerlukan penjelasan dari peserta

didik

6) Segera setelah soal uraian selesai ditulis, buat pedoman penskoran. Ini harus

mencakup kriteria atau komponen yang akan dinilai, seperti rentang skor

dan besarnya skor untuk setiap kriteria

7) Segera setelah butir-butir soal disusun, kunci jawaban harus dibuat

atau setidaknya garis besar jawaban harus disiapkan

8) Penulis butir soal harus menggunakan bahasa Indonesia yang baku dan

komunikatif sehingga mudah dipahami oleh peserta didik. Jangan gunakan

istilah atau kalimat yang bertele-tele atau tidak berfokus pada inti masalah,

karena ini akan membuat soal sulit dipahami peserta didik


10

Secara umum, ada beberapa beberapa langkah langkah yang harus ditempuh

dalam penyusunan instrument tes verbal dalam ranah kognitif, yaitu: (1)

menentukan tujuan dan kawasan tes, (2) menguraikan materi dan batasan yang akan

di ukur, (3) menyusun kisi-kisi, (4) memilih bentuk tes, (5) menentukan panjang

tes, (6) menulis soal tes. Yang akan dikaji satu persatu sebagai berikut:
1. Menentukan tujuan dan kawasan tes
Perumusan tujuan tes dapat mengacu pada fungsinya yang disusun, yaitu

formatif, sumatif, atau diagnostik. Tes yang direncanakan harus disesuaikan untuk

tujuan masing-masing evaluasi. Fungsi sumatif adalah untuk menentukan nilai

akhir program, taraf penguasaan, dan kelulusan, sedangkan fungsi formatif adalah

untuk mengukur tingkat penguasaan peserta didik. Fungsi diagnostik adalah untuk

mengidentifikasi masalah belajar yang dihadapi peserta didik atau penyebabnya.


2. Menguraikan materi tes dan kompetensi
Prinsip "memasukkan sesuatu sesuatu yang masuk dan mengeluarkan

sesuatu yang harusnya keluar" digunakan untuk menguraikan isi tes. Dengan kata

lain, penguraian isi tes bukan hanya berarti memastikan bahwa tes yang akan ditulis

tetap dalam batas-batas materi yang telah ditentukan oleh area ukur, tetapi juga

memastikan bahwa tidak ada bagian isi yang penting yang terlewatkan atau

terlupakan.
3. Menyusun kisi-kisi tes
Kisi-kisi tes atau blue print (Cetak biru) adalah deskripsi mengenai ruang

lingkup materi dan aspek kompetensi yang akan diujikan yang umumnya

dituangkan dalam sebuah matriks. Ada dua bentuk kisi-kisi yang perlu dibuat oleh

penyusun tes, yaitu: a) kisi-kisi untuk menentukan proporsial materi dan

kompetensi yang diujikan dan b) kisi-kisi untuk menentukan bentuk soal yang
11

sesuai dengan muatan materi. Dan langkah-langkah penyusunan kisi-kisi untuk

menetukan proporsi materi dan kompetensi,11 adalah sebagai berikut:

a. Mengidentifikasi pokok-pokok materi yang akan diujikan dengan

memberikan imbangan bobot untuk masing-masing bahasan

b. Mengidentifikasi tindakan ranah kognitif yang termuat dalam rumusan

indikator dan memberikan imbangan bobot masing-masing tingkatan ranah.

Dan pencapaian tingkatan ranah kognitif hendaknya disesuaikan dengan

jenjang pendidikan

c. Memasukkan ranah dan pokok-pokok materi yang telah teridentifikasi ke


dalem table spesifikasi

d. Memberikan penjelasan rinci tentang banyaknya topik dalam setiap pokok

materi dan bidang yang akan dicapai


4. Pemilihan bentuk tes
Faktor-faktor seperti tujuan ujian, jumlah peserta ujian, waktu yang tersedia

untuk memeriksa lembar jawaban, cakupan materi ujian, dan mata pelajaran yang

diujikan. Bentuk tes objektif pilihan ganda, menjodohkan isian, dan benar salah

tepat digunakan ketika jumlah peserta ujian besar, waktu koreksi singkat, dan

materi yang diujikan luas.


5. Menentukan panjang tes
Panjang tes yang dimaksud adalah jumlah soal yang ditentukan oleh waktu

yang tersedia untuk melakukan ujian dengan memerhatikan bahan yang diujikan

dan tingkat kelelahan peserta didik tes. Ada tiga hal utama yang harus

dipertimbangkan dalam menentukan jumlah soal yang diujikan, yaitu:

a. Bobot masing-masing bagian yang telah ditentukan dalam kisi-kisi

b. Keandalan yang diinginkan

11
Sukiman, Pengembangan Sistem Evaluasi, (Yogyakarta: Insan Madani, 2012), h. 82–
83.
12

c. Waktu yang tersedia

Bobot skor tiap soal bisa ditentukan sebelum tes digunakan, yaitu berdasar

tingkat kompleksitas atau kesulitannya yang kompleks atau sulit diberi bobot lebih

tinggi dibandingkan dengan yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang lebih

mudah.
6. Menulis soal
Solusi menuliskan soal-soal tes yang baik, maka kita

harus berpedoman berpedoman kepada saran-saran saran-saran penyusunan

penyusunan soal untuk tiap-tiap tiap-tiap tipe tes. Banyak tes yang ditulis

hendaknya lebih banyak dari pada soal yang diperlukan, sehingga nantinya bisa

dipilih soal-soal mana yang lebih baik.


BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Ranah kognitif mencakup kegiatan berpikir. Ada enam aspek atau jenjang

proses berpikir, mulai dari yang terendah hingga yang paling tinggi. Pengetahuan

(pengetahuan, hafalan, atau ingatan), pemahaman (pemahaman), penerapan

(penerapan), analisis (analisis), sintesis (sintesis), penilaian (penghargaan, atau

evaluasi)

Tujuan aspek kognitif berfokus pada kemampuan berpikir, yang mencakup


kemampuan memecahkan masalah. Peserta didik dapat belajar

untuk menghubungkan dan menggabungkan berbagai konsep, ide, dan teknik yang

telah mereka pelajari untuk memecahkan masalah.

Soal-soal harus disusun dengan mempertimbangkan distribusi jenjang

aspek kognitif, yaitu mengingat (C1), memahami (C2), menerapkan (C3),

menganalisis (C4), mengkreasi (C5), dan mengevaluasi (C6). Ini karena butir-butir

soal harus proporsional, yang berarti perbandingan antara tingkat mudah, sedang,

dan sulit harus seimbang.

13
KEPUSTAKAAN

Magdalena, Ina, dkk. “Tiga Ranah Taksonomi Bloom dalam Pendidikan.” EDISI :
Jurnal Edukasi dan Sains 2, no. 1 (2020): h. 132–139.
https://ejournal.stitpn.ac.id/index.php/edisi.
Mahmudi, Ihwan, Muh. Zidni Athoillah, Eko Bowo Wicaksono, dan Amir Reza
Kusuma. “Taksonomi Hasil Belajar Menurut Benyamin S. Bloom.” Jurnal
Multidisiplin Madani 2, no. 9 (2022): h. 3507–3514.
https://doi.org/10.55927/mudima.v2i9.1132.
Noviansah, Ahmad. “Objek Assesment, Pengetahuan, Sikap dan Keterampilan.”
Al-Hikmah: Jurnal Studi Islam 1, no. 2 (2020): h. 136–149.
Putri, Hellin, Desty Susiani, Nabilla Setya Wandani, dan Fia Alifah Putri.
“Instrumen Penilaian Hasil Pembelajaran Kognitif pada Tes Uraian dan Tes
Objektif.” Jurnal Papeda: Jurnal Publikasi Pendidikan Dasar 4, no. 2
(2022): h. 139–148.
https://doi.org/10.36232/jurnalpendidikandasar.v4i2.2649.
Rosyidi, Dedi. “Teknik dan Instrumen Asesmen Ranah Kognitif.” Tasyri` : Jurnal
Tarbiyah-Syari`ah-Islamiyah 27, no. 1 (2020): h. 1–13.
https://doi.org/10.52166/tasyri.v27i1.79.
Sudjana, Nana. Penilaian Proses Hasil Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 1995.
Sukiman. Pengembangan Sistem Evaluasi. Yogyakarta: Insan Madani, 2012.
Ulfah, dan Opan Arifudin. “Pengaruh Aspek Kognitif, Afektif, Dan Psikomotor
Terhadap Hasil Belajar Peserta Didik.” Jurnal Al-Amar: Ekonomi Syariah,
Perbankan Syariah, Agama Islam, Manajemen dan Pendidikan 2, no. 1
(2021): h. 1–9.

14

Anda mungkin juga menyukai