Anda di halaman 1dari 38

RUANG LINGKUP EVALUASI PENDIDIKAN

Mata Kuliah : Evaluasi Pendidikan

Dosen Pengampu : Richa Putri Aprilia,S.Pd., M.Pd.

Disusun oleh :

Sem.IV/ PAI I

Alfi Azhari (1811010202)


Andi Syuhada (1811010143)
Khofifah Nur Fitriani (1811010046
Meri Tri Riyanti (1811010170)
Nissa Arsytha (1811010236
Siti Khoiriah (1811010206)

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG

2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat,hidayat dan inayah-Nya kepada kita semua khususnya kepada penulis,
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas
kelompok mata kuliah Evaluasi Pendidikan. Sholawat serta salam tak lupa kita
sanjungkan kepada nabi besar Muhammad Saw yang kita nantikan syafaatnya di
yaumil kiamat nanti.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan


kesalahan serta kendala yang di hadapi penulis baik dalam penulisan maupun
dalam penyajian nya. Untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat
diharapakan,semoga msakalah ini dapat bermanfaat untuk kita semua. Demikian
pesnulis menyusun dan menyajikan makalah ini,semoga makalah ini dapat
bermanfaat dan menambah ilmu pengetahuan baik bagi penulis maupun pembaca.

Bandar Lampung, 23 Februari 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR................................................................................ ii
DAFTAR ISI............................................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................... 1
A.Latar Belakang Masalah............................................................... 1
B.Rumusan Masalah........................................................................ 1
C.Tujuan Penulisan.......................................................................... 1
D.Manfaat Penulisan........................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN............................................................................ 3
A. Pengertian Ruang Lingkup evaluasi pembelajaran 3
B. Prinsip-prinsip evaluasi pendidikan 10
C. Pengertian evaluasi hasil belajar 11
D. Prinsip-prinsip dasar evaluasi hasil belajar 13
E. Domain hasil belajar (kognitif, afektif, psikomotorik). 14
F. Taksonomi sebagai dasar menyusun evaluasi 20
G. Prosedur evaluasi pembelajaran 38
BAB III PENUTUP.................................................................................... 29
A.Kesimpulan.................................................................................. 29
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 30

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Evaluasi mempunyai arti yang berbeda untuk guru yang berbeda. Berikut
beberapa arti yang telah secara luas dapat diterima oleh para guru dilapangan.
Evaluasi merupakan proses yang menentukan kondisi, dimana suatu tujuan telah
dapat dicapai. Definisi ini menerangkan secara langsung hubungan evaluasi
dengan tujuan suatu kegiatan yang mengukur derajat, di mana suatu tujuan dapat
dicapai. Sebenarnya evaluasi juga merupakan proses memahami, memberi arti,
mendapatkan, dan mengomunikasikan suatu informasi bagi keperluan
pengambilan keputusan.

Dalam evaluasi selalu mengandung proses. Proses evaluasi harus tepat


terhadap tipe tujuan yang biasanya dinyatakan dalam bahasa perilaku.
Dikarenakan tidak semua perilaku dapat dinyatakan dengan alat evaluasi yang
sama, maka evaluasi menjadi salah satu hal yang sulit dan menantang, yang harus
disadari oleh para guru. Menurut Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003
tentang sistem pendidikan nasional pasal 57 ayat (1), evaluasi dilakukan dalam
rangka pengendalian mutu pendidikan secara nasional sebagai bentuk
akuntabilitas penyelenggara pendidikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan,
diantaranya terhadap peserta didik, lembaga, dan program pendidikan.

B.Rumusan Masalah

1. Apa saja ruang lingkup evaluasi pembelajaran?


2. Bagaimana prinsip-prinsip evaluasi pendidikan?
3. Apa pengertian evaluasi hasil belajar?
4. Bagaimana prinsip-prinsip dasar evaluasi hasil belajar?
5. Bagaimana domain hasil belajar (kognitif, afektif, psikomotorik)?

1
6. Bagaimana penjelasan taksonomi sebagai dasar menyusun evaluasi?
7. Bagaimana prosedur evaluasi pembelajaran?

C.Tujuan Penulisan

Merujuk kepada latar belakang dan rumusan masalah, maka terdapat


tujuan penulisan, antara lain sebagai berikut :

1. Mengetahui ruang lingkup evaluasi pembelajaran


2. Mengetahui prinsip-prinsip evaluasi pendidikan
3. Mengetahui pengertian evaluasi hasil belajar
4. Mengetahui prinsip-prinsip dasar evaluasi hasil belajar
5. Mengetahui domain hasil belajar (kognitif, afektif, psikomotorik)
6. Mengetahui taksonomi sebagai dasar menyusun evaluasi
7. Mengetahui Prosedur evaluasi pembelajaran.

D. Manfaat Penulisan

Adapun manfaat yang diperoleh antara lain sebagai berikut :

1. Penulis dan pembaca mengetahui dan mampu memahami ruang lingkup


evaluasi pembelajaran.
2. Penulis dan pembaca mengetahui dan mampu memahami prinsip-prinsip
evaluasi pendidikan.
3. Penulis dan pembaca mengetahui dan mampu memahami pengertian
evaluasi hasil belajar
4. Penulis dan pembaca mengetahui dan mampu memahami prinsip-prinsip
dasar evaluasi hasil belajar
5. Penulis dan pembaca mengetahui dan mampu memahami domain hasil
belajar (kognitif, afektif, psikomotorik)
6. Penulis dan pembaca mengetahui dan mampu memahami taksonomi
sebagai dasar menyusun evaluasi
7. Penulis dan pembaca mengetahui dan mampu memahami Prosedur
evaluasi pembelajaran.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Ruang Lingkup Evaluasi Pembelajaran

Ruang lingkup evaluasi pembelajaran mencakup semua aspek


pembelajaran, baik dalam domain kognitif, afektif maupun psikomotor.
Domain kognitif merupakan domain yang menekankan pada pengembangan
kemampuan dan keterampilan intelektual. Domain afektif adalah domain yang
berkaitan dengan pengembangan perasaan, sikap, nilai dan emosi, sedangkan
domain psikomotor berkaitan dengan kegiatan keterampilan motorik.

1. Ruang Lingkup Evaluasi Pembelajaran Dalam Perspektif Domain


Hasil Belajar.

Menurut Benyamin S.Bloom, dkk (1956) hasil belajar dapat


dikelompokkan ke dalam tiga domain, yaitu kognitif, afektif dan psikomotor.
Setiap domain disusun menjadi beberapa jenjang kemampuan. Adapun rincian
domain tersebut adalah sebagai berikut :
a. Domain kognitif (cognitive domain). Domain ini memiliki enam
jenjang kemampuan, yaitu:
1) Pengetahuan (knowledge), yaitu jenjang kemampuan yang
menuntut peserta didik untuk dapat mengenali atau mengetahui
adanya konsep, prinsip, fakta dan lain sebagainya.
2) Pemahaman (comprehension), yaitu jenjang kemampuan yang
menuntut peserta didik untuk memahami atau mengerti tentang
materi pelajaran yang disampaikan guru dan dapat
memanfaatkannya.
3) Penerapan (application), yaitu jenjang kemampuan yang
menuntut peserta didik untuk menggunakan ide-ide umum, tata

3
cara ataupun metode, prinsip dan teori-teori dalam situasi baru
dan konkrit.
4) Analisis (analysis), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut
peserta didik untuk menguraikan suatu situasi atau keadaan
tertentu.
5) Sintesis (synthesis), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut
peserta didik untuk menghasilkan sesuatu yang baru dengan
cara menggabungkan berbagai faktor.
6) Evaluasi (evaluation), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut
peserta didik untuk dapat mengevaluasi suatu situasi, keadaan,
pernyataan atau konsep berdasarkan kriteria tertentu.
b. Domain afektif (affective domain), yaitu internalisasi sikap yang
menunjuk ke arah pertumbuhan batiniah dan terjadi bila peserta didik
menjadi sadar tentang nilai yang diterima, kemudian mengambil sikap
sehingga menjadi bagian dari dirinya dalam membentuk nilai dan
menentukan tingkah laku. Domain afektif terdiri atas beberapa jenjang
kemampuan, yaitu:
1) Kemauan menerima (receiving), yaitu jenjang kemampuan yang
menuntut peserta didik untuk peka terhadap eksistensi fenomena
atau rangsangan tertentu.
2) Kemauan menanggapi/menjawab (responding), yaitu jenjang
kemampuan yang menuntut peserta didik untuk tidak hanya
peka pada suatu fenomena tetapi juga bereaksi terhadap salah
satu cara.
3) Menilai (valuing), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut
peserta didik untuk menilai suatu objek, fenomena atau tingkah
laku tertentu secara konsisten.
4) Organisasi (organization), yaitu jenjang kemampuan yang
menuntut peserta didik untuk menyatukan nilai-nilai yang
berbeda, memecahkan masalah, membentuk suatu sistem nilai.

4
c. Domain psikomotor (psychomotor domain), yaitu kemampuan peserta
didik yang berkaitan dengan gerakan tubuh atau bagian-bagiannya,
mulai dari gerakan yang sederhana sampai dengan gerakan yang
kompleks. Kata kerja operasional yang digunakan harus sesuai dengan
kelompok keterampilan masing-masing, yaitu :
1) Muscular or motor skill, yang meliputi: mempertontonkan gerak,
menunjukkan hasil, melompat, menggerakkan, menampilkan.
2) Manipulations of materials or objects, yang meliputi: mereparasi,
menyusun, membersihkan, menggeser, memindahkan,
membentuk.
3) Neuromuscular coordination, yang meliputi : mengamati,
menerapkan, menghubungkan, menggandeng, memadukan,
memasang, memotong, menarik dan menggunakan.

2. Ruang Lingkup Evaluasi Pembelajaran Dalam Perspektif Sistem


Pembelajaran.
Ruang lingkup evaluasi pembelajaran hendaknya bertitik tolak dari
tujuan evaluasi pembelajaran itu sendiri. Secara keseluruhan, ruang
lingkup evaluasi pembelajaran adalah:
a. Program pembelajaran, yang meliputi:
1) Tujuan pembelajaran umum atau kompetensi dasar, yaitu target
yang harus dikuasai peserta didik dalam setiap pokok
bahasan/topik.
2) Isi/materi pembelajaran, yaitu isi kurikulum yang berupa
topik/pokok bahasan dan sub topik/sub pokok bahasan beserta
rinciannya dalam setiap bidang studi atau mata pelajaran.
3) Metode pembelajaran, yaitu cara guru menyampaikan materi
pelajaran, seperti metode ceramah, tanya jawab, diskusi,
pemecahan masalah, dan sebagainya.
4) Media pembelajaran, yaitu alat-alat yang membantu untuk
mempermudah guru dalam menyampaikan isi/materi pelajaran.

5
5) Sumber belajar, yang meliputi : pesan, orang, bahan, alat, teknik,
dan latar.
6) Lingkungan, terutama lingkungan sekolah dan lingkungan
keluarga.
7) Penilaian proses dan hasil belajar, baik yang menggunakan tes
maupun non-tes.
b. Proses pelaksanaan pembelajaran :
1) Kegiatan, yang meliputi : jenis kegiatan, prosedur pelaksanaan
setiap jenis kegiatan, sarana pendukung, efektifitas dan efisiensi,
dan sebagainya.
2) Guru, terutama dalam hal : menyampaikan materi, kesulitan-
kesulitan guru, menciptakan suasana pembelajaran yang
kondusif, menyiapkan alat-alat dan perlengkapan yang
diperlukan, membimbing peserta didik, menggunakan teknik
penilaian, menerapkan disiplin kelas, dan sebagainya.
3) Peserta didik, terutama dalam hal : peran serta peserta didik
dalam kegiatan belajar dan bimbingan, memahami jenis kegiatan,
mengerjakan tugas-tugas, perhatian, keaktifan, motivasi, sikap,
minat, umpan balik, dan lain sebagainya.
4) Hasil pembelajaran, baik untuk jangka pendek (sesuai dengan
pencapaian indikator), jangka menengah (sesuai dengan target
untuk setiap bidang studi/mata pelajaran), dan jangka panjang
(setelah peserta didik terjun ke masyarakat).
3. Ruang Lingkup Evaluasi Pembelajaran dalam Perspektif Penilaian
Proses dan Hasil Belajar

a. Sikap :
1) Apakah sikap peserta didik sudah sesuai dengan apa yang
diharapkan ?

6
2) Bagaimanakah sikap peserta didik terhadap guru, mata pelajaran,
orang tua, suasana madrasah, lingkungan, metode dan media
pembelajaran ?
3) Bagaimana sikap dan tanggung jawab peserta didik terhadap
tugas-tugas yang diberikan oleh guru di sekolah ?
b. Pengetahuan dan pemahaman peserta didik terhadap bahan
pelajaran :
1) Apakah peserta didik sudah mengetahui dan memahami tugas-
tugasnya sebagai warga negara, warga masyarakat, warga
sekolah, dan sebagainya ?
2) Apakah peserta didik sudah mengetahui dan memahami tentang
materi yang telah diajarkan ?
c. Kecerdasan peserta didik :
1) Apakah peserta didik sampai taraf tertentu sudah dapat
memecahkan masalah-masalah yang dihadapi, khususnya dalam
pelajaran ?
2) Bagaimana upaya guru meningkatkan kecerdasan peserta didik ?
d. Perkembangan jasmani/kesehatan :
1) Apakah jasmani peserta didik sudah berkembang secara
harmonis ?
2) Apakah peserta didik sudah dapat membiasakan diri hidup
sehat?
e. Keterampilan :
1) Apakah peserta didik sudah terampil membaca Al-Quran,
menulis dengan huruf Arab, dan berhitung ?
2) Apakah peserta didik sudah terampil menggunakan tangannya
untuk menggambar, olah raga, dan sebagainya ?
4. Ruang Lingkup Evaluasi Pembelajaran Dalam Perspektif Penilaian
Berbasis Kelas.
Sesuai dengan petunjuk pengembangan Kurikulum Berbasis
Kompetensi yang dikeluarkan oleh Departemen Pendidikan Nasional

7
(2004), maka ruang lingkup penilaian berbasis kelas adalah sebagai
berikut:
a. Kompetensi Dasar Mata Pelajaran
Kompetensi dasar pada hakikatnya adalah pengetahuan,
keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang direfleksikan dalam kebiasaan
berfikir dan bertindak.
b. Kompetensi Rumpun Pelajaran
Rumpun pelajaran merupakan kumpulan dari mata pelajaran atau
disiplin ilmu yang lebih spesifik.
c. Kompetensi Lintas Kurikulum
Kompetensi lintas kurikulum merupakan kompetensi yang harus
dicapai melalui seluruh rumpun pelajaran dalam kurikulum.
d. Kompetensi Tamatan
Kompetensi tamatan merupakan pengetahuan, keterampilan, sikap
dan nilai-nilai yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan
bertindak setelah peserta didik menyelesaikan jenjang pendidikan
tertentu.
e. Pencapaian Keterampilan Hidup
Penguasaan berbagai kompetensi dasar, kompetensi lintas
kurikulum, kompetensi rumpun pelajaran dan kompetensi tamatan
melalui berbagai pengalaman belajar dapat memberikan efek positif
(nurturan effects) dalam bentuk kecakapan hidup (life skills).

8
Secara keseluruhan, ruang lingkup evaluasi pembelajaran dapat dilihat

Kognitif

Domain Hasil Belajar Afektif

Psikomotor

Program
Pembelajaran

Sistem Proses Pelaksanaan


Pembelajaran Pembelajaran

Hasil Pembelajaran
R uang Lingkup Evalu asi
Pem belajaran

Sikap

Pengetahuan dan
Pemahaman

Proses dan Hasil


Kecerdasan
Belajar

Perkembangan
Jasmani

Keterampilan

Kompetensi Dasar
Mata Pelajaran

Kompetensi rumpun
Pelajaran

Penilaian Berbasis Kompetensi Lintas


Kelas Kurikulum

Kompetensi
Tamatan

Keterampilan Hidup

9
pada gambar berikut ini:

10
B. Prinsip - Prinsip Evaluasi Pendidikan

Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam melakukan evaluasi.


Terdapat tujuh prinsip yang menjadi faktor pendukung atau penunjang dalam
melakukan evaluasi sebagaimana dikutip oleh Sudjiono dan Suke Silverius
akan diuraikan sebagai berikut:

1. Prinsip Kesinambungan (Continuity)

Yang dimaksud dengan prinsip ini yaitu bahwa kegiatan evaluasi hasil
belajar yang baik adalah evaluasi yang dilaksanakan secara terus menerus
(kontinuitas). Artinya guru harus selalu memberikan evaluasi kepada siswa
sehingga kesimpulan yang diambil akan lebih tepat.

Dengan evaluasi hasil belajar yang dilaksanakan secara teratur, terencana,


dan terjadwal itu, maka dimungkinkan bagi evaluator untuk memperoleh
informasi yang dapat memberikan gambaran mengenai kemajuan maupun
perkembangan peserta didik dari awal mula mengikuti program pendidikan
sampai pada saat-saat mereka mengakhiri program pendidikan yang mereka
tempuh itu.

2. Prinsip Keseluruhan (Comprehensive)


Yang dimaksud dengan prinsip keseluruhan atau menyeluruh
bahwa evaluasi hasil belajar dapat dikatakan terlaksana dengan baik
apabila evaluasi tersebut dilaksanakan secara bulat, utuh, dan menyeluruh,
mencakup keseluruhan aspek tingkah laku siswa, baik aspek berpikir
(cognitive domain), aspek nilai atau sikap (affective domain), dan aspek
keterampilan (psychomotor domain) yang ada pada masing-masing siswa.
3. Prinsip Objektivitas (Objectivity)
Prinsip objektifitas ini terutama berhubungan dengan alat evaluasi
yang digunakan, maksudnya alat evaluasi yang digunakan hendaklah
mempunyai tingkat kebebasan dari subjektivitas atau bias pribadi guru
yang mengganggu. Suatu evaluasi dikatakan memiliki objektivitas apabila

11
dalam pelaksanaannya tidak ada faktor subjektif yang mempengaruhi baik
yang mencakup bentuk evaluasi maupun dari pihak evaluator itu sendiri.
4. Prinsip Validitas (Validity) dan Reliabilitas (Reliability)
Validitas atau kesahihan merupakan suatu konsep yang menyatakan
bahwa alat evaluasi yang dipergunakan benar-benar dapat mengukur apa
yang hendak diukur. Validitas merupakan ketepatan. Sedangkan
reliabilitas atau ketetapan. Artinya hasil dari suatu evaluasi yang dilakukan
menunjukkan suatu ketetapan ketika diberikan kepada para siswa yang
sama dalam waktu yang berlainan.
5. Prinsip Penggunaan Kriteria
Penggunaan kriteria yang diperlukan dalam evaluasi ini adalah
pada saat memasuki tingkat pengukuran, baik pengukuran dengan
menggunakan standar mutlak (penilaian acuan patokan) maupun
pengukuran dengan standar relatif (penilaian acuan norma).
6. Prinsip Kegunaan
Prinsip kegunaan ini menyatakan bahwa evaluasi yang dilakukan
hendaklah merupakan sesuatu yang bermanfaat, baik bagi siswa maupun
bagi pelaksana. Kemafaatan ini diukur dari aspek waktu, biaya, dan
fasilitas yang tersedia maupun jumlah siswa yang akan mengikutinya.
7. Prinsip Praktikabilitas (Practicability)
Suatu evaluasi dikatakan memiliki praktik abilitas yang tinggi
apabila evaluasi tersebut bersifat praktis (mudah dilaksanakan), dan
mudah pengadministrasiannya (mudah pemeriksaannya dan dilengkapi
dengan petunjuk-petunjuk yang jelas).1

C. Pengertian Evaluasi Hasil Belajar

Secara etimologi “evaluasi” berasal dari bahasa Inggris yaitu evaluation


dari akar kata value yang berarti nilai atau harga. Secara terminologi,
beberapa ahli memberikan pendapat tentang pengertian evaluasi diantaranya :
Edwind dalam Ramayulis mengatakan bahwa evaluasi mengandung
1
Mukhtar dan Samsu, Evaluasi Yang Sukses, Jakarta:PT Nimas Multima, 2008, hal.61.

12
pengertian suatu tindakan atau proses dalam menentukan nilai sesuatu. M.
chabib Thoha, mendefinisikan evaluasi merupakan kegiatan yang terencana
untuk mengetahui keadaan objek dengan menggunakan instrument dan
hasilnya dibandingkan dengan tolak ukur untuk memperoleh kesimpulan.

Menurut Mehrens dan Lehmann, evaluasi adalah proses merencanakan,


memperoleh, dan menyediakan informasi yang sangat diperlukan untuk
membuat alternative-alternatif keputusan. Kemudian Norman E. Gronlund,
evaluasi adalah suatu proses yang sistematis untuk menentukan atau
membuat sampai sejauh mana tujuan-tujuan pengajaran telah dicapai oleh
siswa. Lalu Suharsimi Arikunto juga berpendapat, bahwa evaluasi adalah
kegiatan menilai dalam kegiatan pendidikan yang berorientasi pada proses
perkembangan kemajuan.

Dengan demikian berdasarkan definisi evaluasi oleh para ahli diatas dapat
disimpulkan bahwa evaluasi hasil belajar adalah suatu proses yang sistematis
untuk mengukur dan menilai kemampuan siswa dalam menguasai bahan-
bahan yang telah disampaikan melalui proses pembelajaran dengan
memberikan skor atau nilai tertentu.2

Pengertian evaluasi secara umum dapat diartikan sebagai proses sistematis


untuk menentukan nilai sesuatu. Untuk menentukan nilai sesuatu dengan cara
membandingkan dengan kriteria, evaluator dapat langsung membandingkan
dengan kriteria umum, dapat pula melakukan pengukuran terhadap sesuatu
yang dievaluasi kemudian membandingkan dengan kriteria tertentu. Dalam
pengertian lain antara evaluasi, pengukuran, dan penilaian merupakan
kegiatan yang bersifat hirarki. Artinya ketiga kegiatan tersebut dalam
kaitannya dengan proses pembelajaran tidak dapat dipisahkan satu sama lain
dan pelaksanaannya harus dilaksanakan secara berurutan.3

D. Prinsip-Prinsip Dasar Evaluasi Hasil Belajar

2
Muhammad Ramli, “Evaluasi Pendidikan”, (Banjarmasin, 2008), hlm.1.
3
Ibid, hlm.259.

13
Terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam melakuka
evaluasi, diantaranya:

1. Keterpaduan
Evaluasi merupakan komponen intelegensi dalam program
pengajaran disamping tujuan intruksionalnya dan materi, serta metode
mengajar, karena itu perencanaan evaluasi harus sudah ditetapkan pada
waktu menyusun suatu pengajaran sehingga dapat disesuaikan secara
harmonis.
2. Keterlibatan siswa
Prinsip ini berkaitan erat dengan metode belajar CBSA (Cara
Belajar Siswa Aktif) yang menuntut keterlibatan siswa secara aktif, siswa
mutlak untuk dapat mengetahui sejauh mana siswa berhasil dalam
kegiatan belajar mengajar yang dijalani secara aktif, siswa membutuhkan
evaluasi.
3. Koherensi
Dengan prinsip koherensi dimaksudkan evaluasi harus dikaitkan
dengan materi pengajaran yang sudah disajikan dan sesuai dengan ranah
kemampuan yang hendak diukur. Tidak dapat dibenarkan menyusun alat
evaluasi hasil belajar atau evaluasi pencapaian belajar yang mengukur
bahan yang belum disajikan dalam kegiatan belajar mengajar.
4. Pedagogis
Disamping sebagai alat penilai hasil atau pencapaian belajar,
evaluasi juga perlu diterapkan sebagai upaya perbaikan sikap dan tingkah
laku ditinjauh dari segi pedagogis. Evaluasi dan hasilnya dapat dipakai
sebagai alat motivasi untuk siswa dalam kegiatan belajarnya.
Hasil evaluasi hendaknya dirasakan sebagai ganjaran yakni sebagai
penghargaan bagi yang berhasil tetapi metupakan hukuman bagi yang
tidak berhasil.

5. Akuntabilitas

14
Sejauh mana keberhasilan program pengajaran perlu disampaikan
kepada pihak-pihak yang berkepentingan dengan pendidikan sebagai
laporan pertanggung jawaban. Pihak-pihak yang dimaksud antara lain
orang tua, calon majikan, masyarakat lingkungan pada umumnya, dan
lembaga pendidikan itu sendiri. Pihak-pihak ini perlu mengetahui keadaan
kemajuan siswa agar dapat dipertimbangkan kemanfaatannya.4

E. Domain Hasil Belajar (Kognitif, Afektif, Psikomotorik).


1. Objek Evaluasi
Objek evaluasi pendidikan adalah segala sesuatu yang berhubungan
dengan kegiatan atau proses pendidikan yang dijadikan titik pusat
perhatian untuk memperoleh informasi.
a. Input

Input adalah bahan mentah yang dimasukan kedalam transformasi.


Dalam dunia sekolah maka yang dimaksud dengan bahan mentah adalah
calon sisiwa yang baru akan memasuki sekolah. Sebelum memasuki
sebuah tingkat sekolah (instansi), maka calon siswa itu dinilai dulu
kemampuannya. Dengan penilain itu ingin diketahui apakah kelak ia
akan mampu mengikuti pelajaran dan akan melaksanakan tugas-tugas
yang akan diberikan kepadanya.5

Input pendidikan adalah segala sesuatu yang harus ada dan tersedia
karena dibutuhkan untuk berlangsungnya suatu proses. Segala sesuatu
yang dimaksud adalah berupa sumberdaya, perangkat-perangkat lunak
serta harapan-harapan untuk memandu bagi nerlangsungnya proses.6
Input sumberdaya berupa:
1) Input sumberdaya manusia, meliputi: kepala sekolah, guru,
karyawan, dan siswa.
4
Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, cet:II,(Bandung: CV. Pustaka Setia,1999), hlm.
141-143
5
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009),
hlm.4
Dismenum, Peningkatan Mutu Pendidikan Berbasis Sekolah: Suatu Konsepsi Otonomi
6

Sekolah, (Jakarta: Depdikbud,1999), hlm.108

15
2) Input sumberdaya nonmanusia, meliputi: peralatan, perlengkapan,
uang, bahan, dan lain-lain.
Input perangkat lunak yaitu yang meliputi: struktur organisasi
sekolah, peraturan perundang-undangan, deskripsi tugas, program
pendidikan, dan lain-lain. Jadi, dapat disimpulkan bahwa input
pendidikan adalah segala sesuatu yang harus tersedia karenya dibutuhkan
untuk berlangsungnya proses. Segala sesuatu itu berupa sumberdaya
manusia dan sumberdaya nonmanusia sebagai berlangsungnya proses
pendidikan.
b. Proses Pendidikan (Transformasi)
Proses pendidikan merupakan berubahnya sesuatu menjadi sesuatu
yang lain. Sesuatu yang berpengaruh terhadap proses disebut input,
sedangkan sesuatu hasil dari proses disebut output. Dalam pendidikan
(tingkat sekolah) proses yang dimaksud adalah proses pengambilan
keputusan, proses pengelolaan kelembagaan, proses pengelolaan
program, proses belajar mengajar, da proses monitoring dan evaluasi,
dengan catatan bahwa proses belajar mengajar memiliki tingkat
kepentingan tinggi dibandingkan dengan proses-proses yang lain.7
Proses akan dikatakan memiliki mutu yang tinggi apabila
pengkoordinasian dan penyerasian serta pemanduan input (guru, siswa,
kurikulum, uang, peralatan, dan lain-lain) dilakukan secara harmonis,
sehingga mampu menciptakan situasi pembelajaran yang menyenangkan
(enjoyable learning), mampu mendorong dan motivasi minat belajar, dan
benar-benar mampu memperdayakan peserta didik. Output Pendidikan
Output pendidikan adalah kinerja sekolah. Kinerja sekolah dapat
dikukur dari kualitasnya, efektivitasnya, produktifitasnya, kualitas
kehidupan kerjanya, dan moral kerjanya.
Output sekolah dikatakan berkualitas/bermutu tinggi jika prestasi
sekolah, menunjukan pencapaian yang tinggi dalam hal sebagai berikut:
1) Prestasi akademik, dapat berupa niali ulangan umum, UNAS,
karya ilmiah, lomba akademik
7
Ibid, hlm.108

16
2) Prestasi non akademik, seperti misalnya IMTAQ, kejujuran,
kesopanan, olahraga, kesenian, keterampilan kejujuran dan
kegiatan ekstrakulikuler lainnya. Mutu sekolah dipengaruhi oleh
banyak tahapan kegiatan yang saling berhubungan (proses) seperti
misalnya perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan.
Output dalam pendidikan dapat disimpulkan bahwa output
pendidikan adalah hasil atau tolak ukur darinsebuah proses pendidikan
yang akan menentukan baik, buruk atau berhasil atau tidak berhasil dari
pelaksanaan program pendidikan itu sendiri.
2. Domain Hasil Belajar
Usman (2001) menyatakan bahwa hasil belajar yang dicapai oleh
siswa sangat erat kaitannya dengan rumusan tujuan instruksional yang
direncanakan guru sebelumnya yang dikelompokan kedalam tiga kategori,
yakni domain kognitif, afektif, dan psikomotorik.
a. Domain Kognitif
Domain kognitif merupakan ranah (domain) yang membahas
tujuan pembelajaran (instructional) yang ada hubungannya dengan
proses mental. Proses mental tersebut dapat berupa pemahaman
terhadap pengetahuan, menyebutkan, pengenalan, dugaan, dan lain
sebagainya.
1) Pengetahuan (knowledge).
Jenjang yang paling rendah dalam kemampuan kognitif
meliputi pengingatan tentang hal-hal yang bersifat khusus atau
universal, mengetahui metode dan proses, pengingatan terhadap
suatu pola, struktur atau seting. Dalam jenjang ini, seseorang
dituntut untuk dapat mengenali atau mengetahui adannya suatu
konsep, fakta, atau istilah tanpa harus mengerti atau dapat
menggunakannya.
2) Pemahaman (comprehension).
Jenjang setingkat diatas pengetahuan ini akan meliputi
penerimaan dalam komunikasi secara akurat, menempatkan hasil
komunikasi dalam bentuk penyajian yang berbeda,

17
mereorganisasikannya secara setingkat tanpa merubah pengertian
dan dapat mengeksporasikan. Dalam jenjang ini, siswa dituntut
untuk memahami atau mengerti apa yang diajarkan, mengetahui
apa yang sedang dikomunikasikan, dan dapat memanfaatkan isinya
tanpan keharusan untuk menghubungkan dengan hal-hal lain.
Kemampuan ini dapat dijabarkan menjadi tiga bentuk, yaitu
menerjemahkan (translation), menginterpretasi (interpretation),
dan mengekstrapolasi (extrapolation). Penerapan (application)
Kemampuan seorang siswa untuk menjabarkan kembali
sebuah pengetahuan berupa rumus, ide, prinsip, hakikat, teori
hipotesis, atau konsep dalam situasi dan setting kehidupan nyata.
Pengukuran kemampuan ini umumnya menggunakan pendekatan
pemecahan masalah (problem solving), dan melalui pendekatan ini,
siswa dihadapkan pada suatu masalah yang perlu dipecahkan
dengan menggunakan pengetahuan yang telah dimilikinya.
3) Analisa (analysis)
Jenjang yang keempat ini akan menyangkut terutama
kemampuan anak dalam merinci, membandingkan, menguraikan,
menjabarkan, mereduksi, mengelompokkan sejumlah pengetahuan
atau data yang ia peroleh sehingga menjadi satu bagian, kategori,
rumus, hubungan atau kelompok yang terinci, sehingga struktur
keseluruhan atau organisasi pengetahuan dapat dipahami dengn
baik yang dinyatakan dengan penganalisisan bagian-bagian pokok
atau komponen-komponen dasar dengan hubungan antara bagian-
bagian itu.
4) Sintesis (synthesis)
Jenjang yang sudah satu tingkat lebih sulit dari analisa ini
adalah meliputi anak untuk menaruhkan/menempatkan bagian-
bagian atau elemen satu/bersama sehingga membentuk suatu
keseluruhan yang koheren.
5) Evaluasi (evaluation)

18
Jenjang ini adalah yang paling atas atau yang dianggap
paling sulit dalam kemampuan pengetahuan anak didik. Disini
akan meliputi kemampuan anak didik dalam pengambilan
keputusan atau dalam menyatakan pendapat tentang nilai suatu
tujuan, idea, pekerjaan, pemecahan masalah, metoda, materi dan
lain-lain.8
Kriteria yang harus digunakan untuk mengadakan evaluasi
ini dapat bersifat intern dan ekstern. Kriteria intern adalah kriteria
yang berasal dari situasi atau keadaan yang dievaluasi itu sendiri.
Sedangkan kriteria ekstern adalah kriteria yang berasal dari luar
keadaan atau situasi yang dievaluasi tersebut.
b. Domain Afektif

Ranah afektif merupakan wilayah tujuan pembelajaran


(instructional) yang ada hubungannya dengan sikap, sifat, perilaku,
perasaan, nilai.

1) Penerimaan (receiving)
Mencakup kepekaan terhadap rangsangan dan ketersediaan
untuk memperhatikan, biasanya dinyatakan dengan memperhatikan
sesuatu, walaupun perhatian itu masih bersifat pasif.
2) Partisipasi (responding)
Dalam jenjang ini kesediaan atau kerelaan siswa untuk
memperhatikan suatu kegiatan secara aktif serta turut berpartisipasi
dalam kegiatan tersebut, yang dinyatakan dengan memberikan suatu
reaksi terhadap rangsangan yang diberikan tersebut.
3) Penilaian/Penentuan Sikap (valuing)
Mencakup kemampuan siswa dalam memberikan penilaian
terhadap sesuatu yang diamati, dilihat, rasakan, dan hadapi, serta
mampu memposisikan diri sesuai dengan penilaian itu.
4) Organisasi (organization)

8
Asep Jihad dan Abdul Haris, Evaluasi Pembelajaran, (Yogyakarta:Multi Pressindo,
2012), hlm.17

19
Dalam jenjang ini anak didik membentuk suatu sistem nilai
sebagai pedoman dan pegangan dalam kehidupan, yang dinyatakan
dalam suatu perangkat nilai.
5) Pembentukan Pola Hidup (watak).
Pada tingkat terakhir sudah ada internalisasi, nilai-nilai telah
mendapatkan tempat pada diri individu, diorganisir kedalam suatu
sistem yang bersifat internal, memiliki kontrol perilaku.
c. Domain Psikomotorik
Ranah psikomotorik merupakan ranah sebagai perpaduan,
hubungan atau koordinasi antara proses mental (otak), dan fisik
(jasmaniah). Ranah psikomotorik bekerja atas intruksi pikiran
melalui kerja otot. Kerja otot ini dapat dimanifestasikan dalam
wujud keterampilan (skill).
1) Persepsi (perception)
Mencakup kemampuan mengadakan pembedaan yang akurat
mengenai dua stimulus atau lebih, yang didasarkan pada cirri fisik
yang khas pada masing-maing stimulus tersebut, yang dinyatakan
dengan adanya suatu reaksi yang menunjukan kesadaran akan
stimulus dan perbedaan antara stimulus-stimulus yang ada.
2) Kesiapan (set)
Mencakup kemampuan siswa untuk menempatkan diri dalam
kondisi akan memulai suatu gerakan atau rangkaian gerakan yang
dinyatakan dalam bentuk kesiapan fisik dan mental.
3) Gerakan Terbimbing (guided response)
Mencakup kemampuan siswa dalam melakukan suatu rangkaian
gerak-gerik atau ritme, sesuai apa yang diberikan seorang guru,
yang dinyatakan dengan aktifitas gerakan anggota tubuh sesuai
dengan contoh yang telah diberikan.
4) Gerakan yang Terbiasa (mechanical response)
Mencakup kemampuan siswa untuk melakukan suatu gerak-
gerik dengan lancar, tanpa harus mempedulikan atau

20
memperhatikan contoh yang telah diberikan sebelumnya, karena ia
telah mendapat gerakan latihan secara mekanis yang cukup.
5) Gerakan yang Kompleks
Mencakup kemampuan dalam melakukan aktivitas bentuk
keterampilan, yang terdiri atas berbagai komponen, dengan lancar,
tepat, dan efisien.
6) Kreativitas
Mencakup kemampuan untuk melahirkan pola gerak-gerik yang
baru yang dilakukan atas prakarsa atau inisiatif sendiri. Pada tahap
ini siswa benar-benar telah mampu menunjukan suatu gerakan
yang terpola dan terbimbing, sebagai wuud atau refleksi atas
keterampilan, kepercayaan, kemampuan diri yang dimiliki oleh
siswa.9

F. Taksonomi Sebagai Dasar Menyusun Evaluasi


1. Pengertian Taksonomi
Kata “taksonomi” diambil dari bahasa yunani “tassein” yang berarti
untuk mengelompokan dan “nomos” yang berati aturan. Taksonomi dapat
diartikan sebagai pengelompokan suatu hal berdasrkan hieraki (tingkatan)
tertentu. Dimana taksonomi yang lebih tinggi bersifat lebih umum dan
taksonomi yang lebih rendah besifat lebih spesifik.
Dalam pendidikan, taksonomi dibuat untuk mengklasifikasikan tujuan
pendidikan. Dalam hal ini, tujuan pendidikan dibagi menjadi beberapa
domain, yaitu: kognitif, afektif, dan psikomotor. Dari setiap ranah tersebut
dibagi kembali menjadi beberapa kategori dan subkategori yang berurutan
secara hirarkis (bertingkat), mulai dari tingkah laku yang sederhana sampai
tingkah laku yang paling kompleks. Tingkah laku dalam setiap tingkat
diasumsikan menyertakan juga tingkah laku dari tingkat yang lebih rendah.
Taksonomi ini pertama kali disusun oleh Benjamin S. Bloom dan kawan-
kawan pada tahun 1956, sehingga sering pula disebut sebagai "Taksonomi
9
Muhtar dan Samsu, Evaluasi Yang Sukses Pedoman Mengukur Kinerja Pembelajaran,
(Jakarta: PT Nimas Multima, 2008), hlm.36

21
Bloom". Jadi taksonomi (bloom) adalah pengklasifikasian tujuan pendidikan
dengan menyajikannya dalam bentuk hirarki. Tujuan penyajian ke dalam
bentuk system klasifikasi hirarki ini dimaksudkan untuk mengkategorisasi
hasil perubahan pada diri siswa sebagai hasil buah pembelajaran.
Menurut Bloom perilaku individu dapat diklasifikasikan ke dalam 3
(tiga) ranah, yaitu:
a. Ranah kognitif; ranah yang berkaitan aspek-aspek intelektual atau
berfikir/nalar, di dalamnya mencakup: pengetahuan (knowledge),
pemahaman (comprehension), penerapan (application), penguraian
(analysis), memadukan (synthesis), dan penilaian (evaluation)
b. Ranah afektif; ranah yang berkaitan aspek-aspek emosional, seperti
perasaan, minat, sikap, kepatuhan terhadap moral dan sebagainya, di
dalamnya mencakup: penerimaan (receiving/attending), sambutan
(responding), penilaian (valuing), pengorganisasian (organization),
dan karakterisasi (characterization)
c. Ranah psikomotor; ranah yang berkaitan dengan aspek-aspek
keterampilan yang melibatkan fungsi sistem syaraf dan otot
(neuronmuscular system) dan fungsi psikis. Ranah ini terdiri dari :
kesiapan (set), peniruan (imitation), membiasakan (habitual),
menyesuaikan (adaptation) dan menciptakan (origination). Taksonomi
ini merupakan kriteria yang dapat digunakan oleh guru untuk
mengevaluasi mutu dan efektivitas pembelajarannya.
2. Perbedaan Revisi Taksonomi
Pada 1990-an, Lorin Anderson merevisi taksonomi Bloom karena
mencerminkan berbagai bentuk pemikiran yang merupakan proses aktif
yang membutuhkan kata kerja yang lebih akurat. Pada awalnya Bloom
mengklasifikan tujuan kognitif dalam enam level, yaitu pengetahuan
(knowledge), pemahaman (comprehension), aplikasi (apply), analisis
(analysis), sintesis (synthesis), dan evaluasi (evaluation) dalam satu
dimensi, maka Anderson dan Kratwohl merevisinya menjadi dua dimensi,
yaitu proses dan isi/jenis.

22
Pada dimensi proses, terdiri atas mengingat (remember),
memahami (understand), menerapkan (apply), menganalisis (analyze),
menilai (evaluate), dan berkreasi (create). Sedangkan pada dimensi isinya
terdiri atas pengetahuan faktual (factual knowlwdge), pengetahuan
konseptual (conceptual knowledge), pengetahuan prosedural (procedural
knowledge), dan pengetahuan metakognisi (metacognitive knowledge).
Tingkat taksonomi Lorin Anderson sebagai berikut ( Pickard , 2007) :
a. Mengingat       : kemampuan siswa untuk mengingat atau
mengingat informasi.
b. Memahami      : kemampuan untuk menjelaskan ide-ide atau
konsep.
c. Menerapkan    : kemampuan untuk menggunakan informasi
dengan cara baru
d. Menganalisis   : kemampuan untuk membedakan antara bagian
yang berbeda.
e. Mengevaluasi  : kemampuan untuk membenarkan sikap atau
keputusan.
f. Menciptakan   : kemampuan untuk menciptakan produk baru atau
sudut pandang
Jadi perbedaan taksonomi (bloom) dengan revisi taksonomi
(bloom) terletak pada pengklasifikasian tujuan dari taksonominya.

3. Tujuan Pembelajaran Taksonomi

Tingkatan-tingkatan tujuan tidak selaras dengan tingkatan-


tingkatan nilai-nilai. Taksonomi Bloom merupakan hasil kelompok penilai
di Universitas yang terdiri dari B.S Bloom Editor M.D Engelhart, E Frust,
W.H. Hill dan D.R Krathwohl, yang kemudian di dukung oleh Ralp W.
Tyler. Bloom merumuskan tujuan-tujuan pendidikan pada 3 tingkatan
yaitu :
a. Ranah kognitif

23
Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental
(otak). Menurut Bloom, segala upaya yang menyangkut aktivitas otak
adalah termasuk dalam ranah kognitif.  Ranah kognitif berhubungan
dengan kemampuan berfikir, termasuk didalamnya kemampuan
menghafal, memahami, mengaplikasi, menganalisis, mensintesis, dan
kemampuan mengevaluasi.
Tujuan aspek kognitif berorientasi pada kemampuan berfikir
yang mencakup kemampuan intelektual yang lebih sederhana, yaitu
mengingat, sampai pada kemampuan memecahkan masalah yang
menuntut siswa untuk menghubungakan dan menggabungkan
beberapa ide, gagasan, metode atau prosedur yang dipelajari untuk
memecahkan masalah tersebut.
 Dalam ranah kognitif itu terdapat enam aspek atau jenjang proses
berfikir, mulai dari jenjang terendah sampai dengan jenjang yang
paling tinggi. Keenam jenjang atau aspek yang dimaksud adalah:
1) Pengetahuan
Mencakup ingatan akan hal-hal yang pernah dipelajari dan
disimpan dalam ingatan. Pengetahuan yang disimpan dalam
ingatan, digali pada saat dibutuhkan melalui bentuk ingatan yang
mengingat (recall) atau mengenal kembali (recognition).
2) Pemahaman
Mencakup kemampuan untuk menangkap makna dan arti dari
bahan yang dipelajari. Adanya kemampuan ini dinyatakan dalam
menguraikan isi pokok dari suatu bacaan, mengubah data yang
disajikan dlam bentuk tertentu kedalam bentuk lain, seperti rumus
matematika kedalam bentuk kata-kata, membuat perkiraan tentang
kecenderungan yang nampak dalma data tertentu seperti dalam
grafik.

3) Penerapan

24
Mencakup kemampuan untuk menerapkan suatu kaidah atau
metode bekerja pada suatu khasus atau problem yang kongkrit dan
baru. Kemampuan ini setingkat lebih tinggi dari pada kemampuan,
karena memahami suatu kaidah belum tentu membawa
kemampuan untuk menerapkannya terhadap suatu khasus atau
problem baru.
4) Analisis
Mencakup kemampuan untuk merinci suatu kesatuan ke dalam
bagian-bagian, sehingga struktur keseluruhan atau organisasinya
dapat dipahami dengan baik.
5) Sintesis
Mencakup kemampuan untuk membentuk suatu kesatuan atau
pola baru. Adanya kemampuan ini dinyatakan dalam membuat
suatu rencana, seperti penyusunan satuan pelajaran atau proposal
penelitian ilmiah, dalam mengembangkan suatu skema
dasarsebagai pedoman dalam memberikan ceramah dan lain
sebagainya.
6) Evaluasi
Mencakup kemampuan untuk membentuk suatu pendapat
mengenai sesuatu atau beberapa hal, bersama dengan pertanggung
jawaban pendapat itu, berdasarkan penilaian tertentu.
b.      Ranah afektif
Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan
nilai. Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat,
sikap, emosi, dan nilai. Ciri-ciri hasil belajar afektif akan tampak pada
peserta didik dalam berbagai tingkah laku. Seperti: perhatiannnya
terhadap mata pelajaran pendidikan agama Islam, kedisiplinannya
dalam mengikuti mata pelajaran agama disekolah, motivasinya yang
tinggi untuk tahu lebih banyak mengenai pelajaran agama Islam yang
di terimanya, penghargaan atau rasa hormatnya terhadap guru

25
pendidikan agama Islam dan sebagainya. Beberapa tingkatan dalam
ranah afektif adalah sebagai berikut:
1) Penerimaan
Mencakup kepekaan akan adanya suatu perangsang dan
kesediaan untuk memperhatikan rangsangan itu, seperti buku
pelajaran atau penjelasan yang diberikan oleh guru. Kesediaan itu
dinyatakan dalam memperhatikan sesuatu, seperti memandang
gambar yang dibuat dipapan tulis atau mendengarkan jawaban
teman sekelas atas pertanyaan guru. Namun perhatian itu masih
pasif.
2) Partisipasi
Mencakup kerelaan untuk memperhatikan secara aktif dan
berpartisipasi dalam suatu kegiatan. Kesediaan itu dinyatakan
dalam memberikan suatu reaksi terhadap rangsangan yang
disajikan, seperti membacakan dengan suara nyaring bacaan ang
ditunjukan atau menunjuan minat dengan membawa pulang buku
bacaan yang ditawarkan.
3) Penilaian
Mencakup kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap
sesuatu dan membawa diri sesuai dengan penilaian itu.
Kemampuan itu dinyatakan dalam suatu perkataan atau tindakan,
seperti mengungkapakan pendapat positif tentang pameran lukisan
modern (apresiasi seni) atau mendatangi ceramah disekolah, yang
diberikan oleh astronot Indonesia yang pertama. Perkataan atau
tindakan itu tidak  hanya sekali saja, tetapi diulang kembali bila
kesempatanya timbul; dengan demikian, nampaklah adanya suatu
sikap tertentu.
4) Organisasi
Mencakup kemampuan untuk membentuk suatu system nilai
sebagai pedoman dan pegangan dalam kehidupan. Kemampuan itu
dinyatakan dalam mengembangkan suatu perangkat nilai, seperti

26
menguraikan bentuk keseimbangan yang wajar kebebasan dan
tangung jawab dalam suatu Negara demokrasi atau menyusun
rencana masa depan atas dasar kemampuan belajar, minat dan cita-
cita hidup.
5) Pembentukan pola hidup
Mencakup kemampuan untuk mengahayati nilai-nilai
kehidupan sedemikian rupa , sehingga menjadi milik pribadi
(internalisasi) dan menjadi pegangan nyata dan jelas dalam
mengatur kehidupanya sendiri. Kemampuan itu dinyatakan dalam
pengaturan hidup diberbagai bidang, seperti mencurahkan waktu
secukupnya pada tugas belajar/bekerja tugas membina kerukunan
keluarga, tugas beribadah, tugas menjaga kesehatan dirinya sendiri
dan lain sebagainya.
c.       Ranah psikomotorik
Ranah psikomotor adalah ranah yang berhubungan dengan
aktivitas fisik, misalnya lari, melompat, melukis, menari, memukul,
dan sebagainya. Hasil belajar ranah psikomotor dikemukakan oleh
Simpson (1956) yang menyatakan bahwa hasil belajar psikomotor ini
tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak
individu. Ranah psikomotorik ini dikembangkan oleh simpson yang
terdiri dari beberapa tingkatan antara lain:
1) Presepsi
Mencakup kemampuan untuk mengadakan diskriminasi yang
tepat antara dua perangsang atau lebih, berdasarkan pembedaan
antara cir-ciri fisik yang khas pada masing-masing rangsangan.
Adanya kemampuan ini dinyatakan dalam suatu reaksi yang
menunjukan keasadaran akan hadirnya rangsangan (stimulasi) dan
perbedaan antara seluruh rangsangan yang ada, seperti dalam
menyisihkan benda yang berwarna merah dari yang berwarna
hijau.
2) Kesiapan

27
Mencakup kemampuan untuk menempatkan dirinya dalam
keadaan akan memulai suatu gerakan atau rangkaian gerakan.
3) Gerakan terbimbing
Mencakup kemampuan untuk melakukan suatu rangkaian
gerak-gerik, sesuai dengan contoh yang diberikan (imitasi).
4) Gerakan yang terbiasa
Mencakup kemampuan untuk melakukan suatu rangkaian
gerak-gerik dengan lancer, karena sudah dilatih secukupnya, tsnps
memperhatikan contoh yang diberikan.
5) Gerakan kompleks
Mencakup kemampuan untuk melaksanakan suatu
keterampilan, adanya kemampuan ini dinyatakan dinyatakan dalam
suatu rangkaian perbuatan yang berurutan  dan mengabungkan
beberapa  sub keterampilan menjadi suatu keseluruhan gerak-gerik
yang teratur
6) Penyesuaian pola gerakan
Mencakup kemampuan untuk mengadakan perubahan dan
penyesuaian pola geraik-gerik dengan kondisi setempat atau
dengan menunjukan suatu taraf keterampilan yang telah mencapai
kemahiran.
7) Kreatvitas
Mencakup kemampuan untuk melahirkan aneka pola gerak-
gerik yang baru, seeluruhnya atas dasar prakarsa dan inisiatif
sendiri.
Selain sympson, Dave (1967) dalam penjelasannya mengatakan bahwa
hasil belajar psikomotor dapat dibedakan menjadi lima tahap yaitu :
1) Imitasi
Imitasi adalah kemampuan melakukan kegiatan sederhana dan
sama persis dengan yang dilihat atau diperhatikan sebelumnya.
Contohnya, seorang peserta didik dapat memukul bola dengan

28
tepat karena pernah melihat atau memperhatikan hal yang sama
sebelumnya.
2) Manipulasi
Manipulasi adalah kemampuan melakukan kegiatan sederhana
yang belum pernah dilihat tetapi berdasarkan pada pedoman atau
petunjuk saja. Sebagai contoh, seorang peserta didik dapat
memukul bola dengan tepat hanya berdasarkan pada petunjuk guru
atau teori yang dibacanya.
3) Presisi
Presisi adalah kemampuan melakukan kegiatan-kegiatan yang
akurat sehingga mampu menghasilkan produk kerja yang tepat.
Contoh, peserta didik dapat mengarahkan bola yang dipukulnya
sesuai dengan target yang diinginkan.
4) Artikulasi
Artikulasi adalah kemampuan melakukan kegiatan yang
komplek dan tepat sehingga hasil kerjanya merupakan sesuatu
yang utuh. Sebagai contoh, peserta didik dapat mengejar bola
kemudian memukulnya dengan cermat sehingga arah bola sesuai
dengan target yang diinginkan.
5) Naturalisasi
Naturalisasi adalah kemampuan melakukan kegiatan secara
reflek, yakni kegiatan yang melibatkan fisik saja sehingga
efektivitas kerja tinggi. Sebagai contoh tanpa berpikir panjang
peserta didik dapat mengejar bola kemudian memukulnya dengan
cermat sehingga arah bola sesuai dengan target yang diinginkan.
G. Prosedur Evaluasi Pembelajaran

Prosedur yang dimaksud adalah langkah-langkah pokok yang harus di


tempuh dalam kegiatan evalusi. Prosedur pengembangan evaluasi
pembelajaran terdiri atas : (1) perencanaan evaluasi, yang meliputi analisis
kebutuhan, merumuskan tujuan evaluasi, menyusun kisi-kisi, mengembangkan

29
daftar instrumen final, (2) pelaporan hasil evaluasi, dan (3) pemanfaatan hasil
evaluasi. Baik buruknya evaluasi terletak pada evaluator, yaitu guru yang
melaksanakan proses pembelajaran dalam suatu bidang studi/mata pelajaran
secara keseluruhan. Jadi guru harus bertanggung jawab juga dalam
pelaksanaan evaluasi pembelajaran.

1. Perencanaan Evaluasi

Dalam melaksanakan suatu kegiatan harus sesuai dengan apa yang


di rencanakan. Hal ini dimaksudkan agar hasil yang diperoleh dapat lebih
maksimal. Sebagai seorang evalutor harus dapat membuat perencanaan
evaluasi dengan baik. Maka langkah pertama yang perlu dilakukan adalah
membuat perencanaan. Perencanaan ini penting karna akan mempengaruhi
langkah-langkah selanjutnya, bahkan mempengaruhi keefektifan prosedur
evaluasi secara menyeluruh.
Implikasinya adalah perencanaan evaluasi harus dirumuskan secara
jelas dan spesifik, terurai dan komprehensif, sehingga perencanaan tersebut
bermakna dalam menentukan langkah-langkah selanjutnya. Berdasarkan
perencanaan evaluasi yang matang inilah, Anda dapat menetapkan tujuan-
tujuan tingkah laku (behavioral objective) atau indikator yang akan
dicapai, dapat mempersiapkan pengumpulan data dan informasi yang
dibutuhkan serta dapat menggunakan waktu yang tepat.

a. Pentingnya Analisis Kebutuhan

Pada dasarnya, analisis kebutuhan merupakan bagian integral dari


sistem pembelajaran secara keseluruhan. Analisis kebutuhan dapat
digunakan untuk menyelesaikan masalah-masalah pembelajaran.
Analisis kebutuhan adalah suatu proses yang dilakukan oleh seseorang
untuk mengidentifikasi kebutuhan dan menentukan skala prioritas
pemecahannya. Dalam program pembelajaran, kebutuhan yang
dimaksud merupakan suatu kondisi kesenjangan antara kondisi yang
diharapkan dengan kondisi nyata. Kebutuhan tersebut dapat terjadi

30
pada diri peserta didik dan guru, baik secara perseorangan maupun
kelompok atau juga pada institusi

Hal penting yang harus dipahami oleh evaluator adalah ketika


melakukan analisis kebutuhan dalam pembelajaran hendaknya dimulai
dari peserta didik, kemudian komponen-komponen yang terkait
dengannya. Perencanaan evaluasi dapat ditinjau dari dua pendekatan,
yaitu:

1) Pendekatan program pembelajaran.

Suatu program minimal terdiri atas tiga dimensi, yaitu input,


proses, dan output. Di sini evaluator harus menyusun desain
evaluasi yang dituangkan dalam bentuk proposal, karena
melakukan evaluasi sama halnya dengan melakukan penelitian.
Kegiatan evaluasi sama dengan kegiatan penelitian.

2) Pendekatan hasil belajar.


Pendekatan ini dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu domain
hasil belajar, proses dan hasil belajar dan kompetensi. Dalam
perencanaan penilaian hasil belajar, ada beberapa faktor yang harus
diperhatikan, seperti merumuskan tujuan penilaian,
mengidentifikasi kompetensi dan hasil belajar,menyusun kisi-kisi
atau blueprint, mengembangkan draf instruman, uji coba dan
analisis instrumen, revisi dan merakit instrumen baru.
b.   Menentukan Tujuan Penelitianan
Dalam kegiatan penilaian, tentu guru mempunyai maksud atau
tujuan tertentu. Tujuan penilaian ini harus dirumuskan secara jelas
dan tegas serta ditentukan sejak awal, karena menjadi dasar untuk
menentukan arah, ruang lingkup materi, jenis/model, dan karakter
alat penilaian.
c. Menyusun kisi-kisi

31
Menyusun kisi-kisi dimaksudkan agar materi penilaian betul-betul
representatif dan relevan dengan materi pelajaran yang sudah diberikan
oleh guru kepada peserta didik.
d. Mengembangkan daftar instrumen
Mengembangkan draf instrumen penilaian merupakan salah satu
langkah penting dalam prosedur penilaian. Instrumen penilaian dapat
disusun dalam bentuk tes maupun nontes.
e . Uji coba dan analisis soal

Jika semua soal sudah disusun dengan baik, maka perlu


diujicobakan terlebih dahulu dilapangan. Tujuannya untuk melihat
soal-soal mana yang perlu diubah, diperbaiki, bahkan dibuang sama
sekali, serta soal-soal mana yang baik untuk dipergunakan selanjutnya.

e. Revisi dan Merakit Soal

Setelah soal diuji-coba dan dianalisis, kemudian direvisi sesuai


dengan proporsi tingkat kesukaran soal dan daya pembeda. Dengan
demikian, ada soal yang masih dapat diperbaiki dari segi bahasa, ada
juga soal yang harus direvisi total, baik yang menyangkut pokok soal
(stem) maupun alternatif jawaban (option), bahkan ada soal yang harus
dibuang atau disisihkan. Berdasarkan hasil revisi soal ini, barulah Anda
merakit soal menjadi suatu alat ukur yang terpadu.

2. Pelaporan Hasil Evaluasi

Laporan hasil belajar peserta didik merupakan sarana komunikasi


antara sekolah, peserta didik, dan orang tua dalam upaya mengembangkan
dan menjaga hubungan kerja sama yang harmonis diantara mereka. Ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan, yakni:
a. Konsisten dengan pelaksanaan penilaian di sekolah.
b.  Memuat perincian hasil belajar peserta didik berdasarkan kriteria
yang telah ditentukan dan dikaitkan dengan penilain yang
bermanfaat bagi pengembangan peserta didik.

32
c. Menjamin orang tua akan informasi permasalahan peserta didik
dalam belajar.
d. Mengandung berbagai cara dan strategi komunikasi.
e. Memberikan informasi yang benar dan jelas.
Laporan kemajuan belajar peserta didik yang selama ini dilakukan
oleh pihak sekolah cenderung hanya bersifat kuantitatif, sehingga kurang
dapat dipahami maknanya.

3. Penggunaan Hasil Evaluasi


Tahap akhir dari prosedur evaluasi adalah penggunaan atau
pemanfaatan hasil evaluasi. Salah satu penggunaannya adalah laporan.
Laporan dimaksudkan untuk memberikan feedback kepada semua pihak
yang terlibat dalam pembelajaran, baik secara langsung maupun tidak
langsung.
Remmer (1967) mengatakan :”we discuss here the use of test result
to help students understand them selves better, explain pupil growth and
development to parents and assist the teacher in planning instruction”.
Dengan demikian, hasil evaluasi dapat digunakan untuk membantu
pemahaman peserta didik menjadi lebih baik, menjelaskan pertumbuhan
dan perkembangan peserta didik kepada orang tua, dan membantu guru
dalam menyusun perencanaan pembelajaran.
 sehubungan dengan hal tersebut, Julian C. Stanley dalam Dimyati
dan Mudjiono (1994) mengemukakan:”apa yang harus dilakuakan terhadap
hasil evaluasi yang kita peroleh bergantung pada tujuan program. Evaluasi
itu sendiri yang tentunya sudah dirumusakn sebelumnya. Berdasarkan
penjelsan tersebut, maka dapat dikemukakan beberapa jenis penggunaan
hasil evaluasi sebagai berikut:
a. Untuk keperluan laporan pertanggung jawaban.
b. Untuk keperluan seleksi.
c. Untuk keperluan promosi.
d. Untuk keperluan diagnosis.
e. Untuk keprluan memprediksi masa depan peserta didik.

33
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Ruang lingkup evaluasi pembelajaran mencakup semua aspek
pembelajaran, baik dalam domain kognitif, afektif maupun psikomotor..
Terdapat tujuh prinsip yang menjadi faktor pendukung atau penunjang dalam
melakukan evaluasi yaitu prinsip kesinambungan, keseluruhan, objektivitas,
validitas, prinsip penggunaan kriteria, prinsip kegunaan, dan prinsip
praktikabilitas. evaluasi hasil belajar adalah suatu proses yang sistematis untuk
mengukur dan menilai kemampuan siswa dalam menguasai bahan-bahan yang
telah disampaikan melalui proses pembelajaran dengan memberikan skor atau
nilai tertentu. Prinsip-Prinsip Dasar Evaluasi Hasil Belajar yaitu: Keterpaduan,
Keterlibatan siswa, Koherensi, Pedagogis, Akuntabilitas. Terdapat Domain
Hasil Belajar (Kognitif, Afektif, Psikomotorik). Kemudian terdapat
Taksonomi Sebagai Dasar Menyusun Evaluasi. Prosedur pengembangan
evaluasi pembelajaran terdiri atas : (1) perencanaan evaluasi, yang meliputi
analisis kebutuhan, merumuskan tujuan evaluasi, menyusun kisi-kisi,
mengembangkan daftar instrumen final, (2) pelaporan hasil evaluasi, dan (3)
pemanfaatan hasil evaluasi.

34
DAFTAR PUSTAKA

Mukhtar dan Samsu. “Evaluasi Yang Sukses”. Jakarta:PT Nimas Multima. 2008.
Ramli, Muhammad .“Evaluasi Pendidikan”. Banjarmasin,.2008.
Uhbiyati, Nur. “Ilmu Pendidikan Islam”. Bandung: CV. Pustaka Setia.1999.
Arikunto, Suharsimi. “Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan”. Jakarta: Bumi
Aksara.2009.
Dismenum. “Peningkatan Mutu Pendidikan Berbasis Sekolah: Suatu Konsepsi
Otonomi Sekolah”. Jakarta: Depdikbud.1999.
Jihad Asep dan Abdul Haris.” Evaluasi Pembelajaran”. Yogyakarta:Multi
Pressindo.2012.
Muhtar dan Samsu,.”Evaluasi Yang Sukses Pedoman Mengukur Kinerja
Pembelajaran”. Jakarta: PT Nimas Multima. 2008.

35

Anda mungkin juga menyukai