Anda di halaman 1dari 20

Kearifan lokal Lombok:

Pemanfaatan daun kelor sebagai


bahan pembuatan hand sanitizer
dan implementasi dalam model
pembelajaran STEAM
Kelompok 1
Anggota Tim :
1. Shelly Windi Sari 2013024016
2. Silmi Yani 2013024018
3. Shinta Aulia Adesta 2013024032
4. M. Abi Fathur Rohman 2013024030
5. Reny Septina Dewi 2013024004
6. Anjelita Audina Ali 2013024052
7. Khomsatun Nikmah 2013024026
Handsanitizer dan Daun Kelor
Setiap daerah memiliki beberapa macam obat
tradisional khas misalnya di Pulau Lombok yang
terdapat di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Kearifan
lokal yang berawal dari hasil uji coba masyarakat
terhadap tumbuhan yang ada di sekitar tempat
hidup mereka untuk memenuhi kebutuhan
pengobatan.
Gambar 1. Daun Kelor. Sumber:
Orang yang mengerti dan dapat membuat
https://www.satuharapan.com/read-
detail/read/mukjizat-daun-kelor-gerakkan- ramuan untuk menyembuhkan penyakit dengan
ekonomi-di-lombok
tumbuhan di Desa Ranggagata, pada umumnya
Suku Sasak disebut sebagai "Belian" (dukun).
Ekstrak daun kelor dapat dimanfaatkan sebagai
bahan pembuatan hand sanitizer karena daun
kelor dapat dijadikan alternatif antibakteri alami.
Handsanitizer dan Daun Kelor
Bubuk daun kelor terbukti efektif dalam
mengendalikan organisme patogen yang
ditularkan melalui tangan yang terkontaminasi.
Kandungan di dalam ekstrak daun kelor
diantaranya seperti flavonoid, tannin, saponin,
alkanoid, dan senyawa fenol lainnya yang dapat
difungsikan sebagai antiseptik, antibakteri, dan
Gambar 2. Handsanitizer Daun Kelor. Sumber: antioksidan.
https://www.swadayaonline.com/artikel/599
3/Menjaga-Imunitas-Tubuh-dengan-Hand-
Sanitizer-Herbal/
Kaitan K13 dengan Kearifan Lokal
Pemanfaatan daun kelor (Moringe oleifera) sebagai bahan
pembuatan hand sanitizer dapat dikaitkan dengan materi pada KD
3.7 Menerapkan konsep bioteknologi dan perannya dalam kehidupan
manusia, di kelas 9 SMP pada kurikulum 2013.

Bioteknologi adalah ilmu dan teknologi terapan yang memanfaatkan


makhluk hidup untuk memproduksi barang atau jasa yang dapat
dimanfaatkan oleh manusia. Bioteknologi tradisional berperan dalam
hal budidaya, multiplikasi dan skrining mikroba endofit yang dapat
menghasilkan metabolit sekunder yang sangat penting dalam
rangka pengembangan obat-obatan berbahan tumbuhan.
Pemanfaatan SDG di bidang pengobatan telah berlangsung sejak
lama di Indonesia, mengingat di atas tanah Indonesia tumbuh lebih
dari 1000 spesies tamanan yang berhasiat obat.
Secara tradisional, masyarakat adat Indonesia telah mengenal
pemanfaatan SDG dalam khasanah pengobatan seperti pembuatan
jamu yang bahan-bahannya berasal dari tanaman yang tumbuh
disekitar masyarakat. Salah satunya dapat dilihat dalam
kebudayaan masyarakat adat Sasak, Lombok, dimana ditemukan
kitab pengobatan tradisional yang berjudul “lontar usade” yang telah
dikenal sejak abad ke 17. Di dalamnya terkandung informasi
mengenai jenis-jenis penyakit, bahan obat, cara peracikan dan
metode penyembuhan.Pengetahuan semacam inilah yang seringkali
dimanfaatkan sebagai informasi awal untuk pengembangan obat-
obatan modern oleh industri farmasi.
Beberapa tahun terakhir dunia digemparkan dengan virus Covid-19
yang membuat masyarakat diharuskan untuk saling menjaga jarak,
menghindari kerumunan, menggunakan masker di luar ruangan, dan
selalu membersihkan diri terutama tangan. Tangan merupakan
anggota tubuh yang kerap berkontak dengan benda-benda yang
permukaannya tidak terjamin terbebas dari kuman dan virus.

Hand Sanitizer merupakan antiseptik yang efisien karena


kemasannya yang praktis. Selain itu, hand sanitizer juga efektif
membunuh kuman karena mengandung senyawa alkohol dengan
konsentrasi ± 60% - 80%. Namun, penggunaan alkohol pada hand
sanitizer yang kita gunakan terus menerus dapat menyebabkan
iritasi, kering, dan rasa terbakar pada kulit. Dalam hal ini penggunaan
alkohol sebagai antiseptik dapat dikurangi dengan dikombinasikan
bahan alami. Bahan alami yang digunakan harus memiliki sifat
antibakteri salah satunya adalah tanaman kelor yang banyak kita
temui.
Masyarakat Lombok memanfaatkan tanaman kelor sebagai obat
herbal karena khasiatnya yang begitu banyak dan semua bagian
pada tanaman kelor dapat dimanfaatkan.

Dalam pembuatan hand sanitizer kelor, daun kelor diekstrak terlebih


dahulu. Metode ekstraksi yang digunakan adalah metode infusa
yang menggunakan air sebagai pelarut. Metode ini digunakan untuk
bahan yang lunak dan tahan terhadap pemanasan. Pemanasan
dilakukan pada suhu ± 90°C. Sebuah penelitian terdahulu disebutkan
bahwa bahwa ekstrak daun kelor mampu menghambat beberapa
jenis bakteri seperti Streptococcus sp., Pseudomonas fluoroscens,
Proteus mirabilis, dan jamur Aspergillus flavus.
Kaitan Pendekatan STEAM dengan
Kearifan Lokal
Salah satu upaya untuk dapat mencapai tujuan Pendidikan yang
mampu mengembangkan sains dan teknologi yakni Dengan
Menerapkan pembelajaran abad 21 melalui pendekatan steam
(science, technology, arts, and mathematics). Pendekatan STEAM
saat ini berkembang, melatih peserta didik untuk mampu
menghadapi dan beradaptasi dengan tuntutan zaman.

Model pembelajaran yang dapat mengintegrasikan komponen


STEAM adalah Pembelajaran Berbasis Proyek (PjBL), Pembelajaran
Berbasis Inkuiri (Inquiry-Based Learning), Pembelajaran Berbasis
Pertemuan (Discovery Based Learning), Pembelajaran Berbasis
Masalah (PBL).
Isu berkaitan dengan pandemi covid ini menjadi menarik untuk
diangkat dalam pembelajaran IPA. Pembelajaran IPA tidak
hanya menekankan pada aktivitas minds-on tetapi juga
mengarah pada learning to do melalui aktivitas hands on .
Salah satu topik IPA berkaitan dengan mengenal sifat bahan
dapat menjadi salah satu alternatif kajian yang dapat
dibelajarkan dengan mengaitkannhya dengan isu pandemic
covid dan solusi pemecahannya dengan proyek produksi hand-
sanitizer secara mandiri. Membuat sendiri sediaan hand-
sanitizer terdapat nilai ekonomi yang cukup menguntungkan
baik untuk menghemat maupun diproduksi dalam industri
rumahan.

Ekstrak daun kelor dapat dimanfaatkan sebagai bahan


pembuatan hand sanitizer karena daun kelor dapat dijadikan
alternatif antibakteri alami. Suatu alternatif yang dapat
dilakukan yaitu dengan membuat hand sanitizer organik dari
ekstrak daun kelor. Daun kelor mengandung senyawa fenolik
seperti flavonoid, tanin, saponin, alkaloid dll sebesar 5,52%.
Kaitan Kurikulum Merdeka dengan
Kearifan Lokal
Kurikulum Merdeka Keterkaitan Dengan Memanfaatkan Daun Kelor (Moringa
oleifera) Sebagai Bahan Pembuatan Hand Sanitizer.

Dalam Merdeka Belajar, Anak diberi kebebasan dan fasilitas untuk


mengeksplorasi diri agar dihasilkan ide-ide kreatif. Anak juga diberi
kebebasan dan fasilitas untuk menerapkan dan mengembangkan ide-ide
kreatifnya. Guru dalam filosofi merdeka belajar menjadikan anak sebagai
pribadi yang aktif dan kegiatan pembelajaran harus berpusat pada anak
(student center) bukan pada guru (teacher center).
Merdeka belajar tentu bukan berarti
bebas melakukan apa saja dalam
belajar. Merdeka belajar berarti bebas
Enam pilar pelajar Pancasila :
melakukan berbagai hal dalam belajar
selama apa yang dilakukan ada dalam
1. Beriman, bertakwa kepada Tuhan
konteks pembelajaran. Salah satu tujuan
Yang Maha Esa, dan Berakhlak Mulia
pembelajaran dalam kurikulum merdeka
2. Berkebhinnekaan global
adalah terciptanya pelajar yang
3. Gotong-royong
pancailais atau dengan ungkapan lain
4. Mandiri
terciptanya profil pelajar Pancasila. Hal
5. Bernalar kritis
itu menjadikan kegiatan pembelajaran
6. Kreatif.
harus dilakukan berdasarkan Pancasila
sebagai sistem nilai dalam pendidikan.
Pencapaian profil pelajar Pancasila dapat dilakukan melalui
pembelajaran berbasis projek. Untuk memastikan bahwa projek-
projek tersebut sejalan dengan tujuan untuk membangun Profil
Pelajar Pancasila, Kemendikbud menetapkan tema-tema projek
yang perlu diterapkan pada satuan pendidikan di seluruh Indonesia.
Salah satunya pada tema kearifan lokal tema A (Ku Tanam
Sayuranku).

Tujuan pembelajaran pada tema proyek "Ku Tanam Sayuran Ku" ini
bertujuan untuk membantu peserta didik memahami kearifan lokal di
wilayah Indonesia salah satunya di Lombok terkait pemanfaatan
daun kelor dalam pembuatan hand sanitizer:
1. Memahami tumbuhan yang ada di pembibitan
2. Merencanakan dan merawat tumbuhan khas Lombok tersebut
Langkah-Langkah dalam memperkenalkan
dan menjelaskan terkait proyek yang akan
Proyek ini diharapkan dapat
dibuat :
membantu peserta didik dalam
1. Sosialisasi Proyek
mencapai tiga dimensi profil
2. Asesmen Diagnostik
pelajar Pancasila yaitu:
3. Pengenalan Bagian Tumbuhan
1. Bernalar kritis
4. Pengenalan Proses Pertumbuhan
2. Beriman dan bertaqwa kepada
Tanaman
Tuhan YME dan berahlak mulia
5. Pengenalan Faktor-faktor yang
3. Kreatif
Mempengaruhi Pertumbuhan Tanaman
6. Kunjungan ke Tempat Pembibitan
Tahapan proyek:
7. Assesmen Formatif 1
1. Tahap Pengenalan
8. Mengenal Jenis-jenis Tanaman
2. Tahap Kontekstualisasi
9. Mengenal Manfaat Tanaman
3. Tahap Aksi
10. Merawat Tanaman
4. Tahap Refleksi dan Tindak
11. Memanen Sayuranku.
Lanjut
Proses belajar berbasis projek memberi kesempatan kepada anak untuk
melakukan eksplorasi, pengembangan. Pembelajaran yang dikembangkan
harus bisa menggelitik anak untuk memenuhi rasa ingin tahunya dengan
melakukan serangkaian uji coba dan investigasi sehingga anak memiliki
keberanian mengambil risiko dan mempunyai pengalaman nyata.

Pembelajaran yang dikembangkan dari minat anak yang terus digali,


memungkinkan anak untuk mendapatkan manfaat sebagai berikut : (STE(A)M,
Siantajani, 2020)
1. Mengembangkan kekuatan dan kemampuan individu.
2. Meningkatkan kemampuan menyelesaikan masalah secara kreatif.
3. Memperoleh rasa memiliki dari proses belajar.
4. Memunculkan kebiasaan berpikir tingkat tinggi (HOTS) dan berpikir proses.
5. Meningkatkan daya ingat atas pembelajaran yang dialaminya.
6. Meningkatkan kemampuan berpikir kritis.
7. Mengurangi masalah-masalah perilaku di kelas.
Kesimpulan
Kearifan lokal merupakan pengetahuan yang eksplisit yang
muncul dari periode panjang yang berevolusi bersama-sama
masyarakat dan lingkungannya dalam sistem lokal yang sudah
dialami bersama-sama. Lombok merupakan salah satu daerah
di Indonesia yang memiliki berbagai kearifan lokal di dalamnya
yaitu salah satunya adalah pemanfaatan daun kelor sebagai
bahan pembuatan hand sanitizer. Kearifan lokal ini bermula dari
hasil uji coba masyarakat (trial and error) terhadap tumbuhan-
tumbuhan yang ada di sekitar tempat hidup mereka untuk
memenuhi kebutuhan akan pengobatan. Bubuk daun kelor telah
terbukti efektif dalam mengendalikan organisme patogen yang
ditularkan melalui tangan yang terkontaminasi.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai