Anda di halaman 1dari 22

MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK

(PROJECT BASED LEARNING/PJBL)

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Model-Model Pembelajaran

Dosen Pengampu: Nur Tanfidiyah, M.Pd.

Disusun oleh:

1. Putri Prameswhary Khoirunnisa 223131073

2. Salsyabila Nasywa Margaretha 223131087

3. Dwi Nur Hayati 223131093

PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI

FAKULTAS ILMU TARBIYAH

UIN RADEN MAS SAID SURAKARTA

2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan segala karunia dan
kemudahan-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Model
Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning/PJBL) dengan tepat waktu.
Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak sanggup untuk menyeselasikan makalah
ini dengan baik. Sholawat serta salam semoga terlimpah curahnya kepada baginda kita
tercinta yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nantikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Kami ucapkan terimakasih kepada Ibu Nur Tanfidiyah, M.Pd. selaku dosen
pengampu mata kuliah Model-Model Pembelajaran AUD yang telah memberikan
bimbingan dan arahan sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik. Tak lupa
kami ucapkan terima kasih kepada rekan-rekan yang telah membantu menyelesaikan
penyusunan makalah ini dengan tepat waktu. Serta pihak-pihak yang turut membantu
proses penyusunan makalah ini.

Dengan penyusunan makalah ini kami harap dapat memberi manfaat kepada
pembaca dan khususnya kami sendiri. Kami sadar dalam penyusunan makalah ini
masih jauh dari kata sempurna, maka dari itu kami harapkan kritik dan saran yang
sifatnya membangun sebagai acuan kami dalam penyusunan makalah berikutnya.

Sukoharjo, Maret 2024

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................. i


DAFTAR ISI ............................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN .........................................................................................1
A. Latar Belakang .....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan ..................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN ..........................................................................................3
A. Konsep Dasar Model Pembelajaran PJBL ...........................................................3
B. Karakteristik PJBL ...............................................................................................4
C. Prinsip-prinsip PJBL ............................................................................................5
D. Prosedur Pembelajaran PJBL ...............................................................................6
E. Sistem Penilaian PJBL..........................................................................................9
F. Keuntungan Pembelajaran PJBL .........................................................................10
G. Hambatan Pembelajaran PJBL ............................................................................12
H. Mengatasi Hambatan Pembelajaran PJBL ..........................................................13
I. Peran Guru PAUD dalam Implementasi PJBL .....................................................13
J. Upaya Guru dalam Mengatasi Kesulitan Implementasi PJBL .............................16
BAB III PENUTUP .................................................................................................18
A. Kesimpulan ..................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................19

ii
BAB I

PENDAHULAN

A. Latar Belakang
Model pembelajaran ini secara bahasa diartikan sebagai model yang menekankan
pada pengadaan proyek atau kegiatan penelitian kecil dalam pembelajaran. Pembelajaran
berbasis proyek adalah sebuah model pembelajaran yang inovatif dan lebih menekankan
pada belajar kontekstual melalui kegiatan-kegiatan yang kompleks. Fokus pembelajaran
terletak pada prinsip dan konsep ini dari disiplin ilmu, melibatkan peserta didik dalam
investigasi pemecahan masalah dan kegiatan tugas-tugas bermakna lain, memberikan
kesempatan peserta didik bekerja secara otonom dalam mengkonstruksi pengetahuan
mereka sendiri, serta mencapai puncaknya untuk menghasilkan produk nyata.
Pembelajaran berbasis proyek adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan
suatu proyek dalam proses pembelajaran. Proyek yang dikerjakan peserta didik dapat
berupa proyek perseorangan atau kelompok dan dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu
secara kolaboratif, inovatif, unik, dan yang berfokus pada pemecahan masalah yang
berhubungan dengan kehidupan peserta didik. Pembelajaran berbasis proyek merupakan
bagian dari metode instruksional yang berpusat pada pembelajar. Model ini sebagai ganti
penggunaan suatu model pembelajaran yang masih bersifat teacher-centered yang
cenderung membuat pembelajar lebih pasif dibandingkan dengan pendidik. Hal tersebut
mengakibatkan motivasi belajar peserta didik menjadi rendah sehingga kinerja ilmiah
mereka pun turun.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari makalah ini adalah:
1. Seperti apa Konsep Dasar Model Pembelajaran PJBL?
2. Seperti apa Karakteristik PJBL?
3. Seperti apa Prinsip-prinsip PJBL?
4. Bagaimana Prosedur Pembelajaran PJBL?
5. Bagaimana Sistem Penilaian PJBL?

1
6. Apa Keuntungan Pembelajaran PJBL?
7. Apa Hambatan Pembelajaran PJBL?
8. Bagaimana cara Mengatasi Pembelajaran PJBL?
9. Seperti apa Peran Guru PAUD dalam Implementasi PJBL?
10. Bagaimana Upaya Guru dalam Mengatasi Kesulitan Implementasi PJBL?

C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan dari makalah ini adalah:
1. Dapat mengetahui Konsep Dasar Model Pembelajaran PJBL.
2. Dapat memahami Karakteristik PJBL.
3. Dapat mengetahui Prinsip-prinsip PJBL.
4. Dapat memahami Prosedur Pembelajaran PJBL.
5. Dapat mengetahui Sistem Penilaian PJBL.
6. Dapat mengetahui apa saja Keuntungan Pembelajaran PJBL.
7. Dapat mengetahui apa saja Hambatan Pembelajaran PJBL.
8. Dapat mengetahui cara Mengatasi Hambatan Pembelajaran PJBL.
9. Dapat memahami Peran Guru PAUD dalam Implementasi PJBL.
10. Dapat mengetahui Upaya Guru dalam Mengatasi Kesulitan Implementasi PJBL.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Model Pembelajaran PJBL


Strategi pembelajaran berbasis proyek (project based learning/ PJBL) adalah
sebuah strategi pembelajaran yang menggunakan proyek (kegiatan) sebagai inti
pembelajaran. Strategi ini dirancang sebagai wahana pembelajaran dalam memahami
permasalahan yang kompleks dan melatih serta mengembangkan kemampuan peserta
didik dalam melakukan investigasi dan melakukan kajian untuk menemukan
pemecahan masalah. Dalam kegiatan ini, peserta didik melakukan eksplorasi,
penilaian, interpretasi, sintesis, dan menganalisis informasi untuk memperoleh
berbagai hasil belajar (sikap, keterampilan, dan pengetahuan) secara utuh.
PJBL merupakan strategi pembelajaran yang menggunakan masalah sebagai
langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru
berdasarkan pengalaman peserta didik dalam beraktivitas secara nyata. Strategi ini
menekankan proses pembelajaran jangka panjang, melibatkan peserta didik secara
langsung dalam berbagai isu dan persoalan hidup sehan hari, belajar bagaimana
memahami dan menyelesaikan persoalan nyata, bersifat interdisipliner, serta
melibatkan peserta didik sebagai pelaku mulai dari merancang, melaksanakan, dan
melaporkan hasil kegiatan (student centered).
Strategi ini dapat digunakan dalam berbagai pembelajaran, mulai dari pembelajaran
PAUD sampai perguruan tinggi. Strategi ini penekanannya terutama adalah untuk
melatih kemampuan berpikir tingkat tinggi (higher order thinking skill), jika diterapkan
pada pembelajaran PAUD, maka strategi ini sangat tepat digunakan untuk
memperkenalkan kemampuan berpikir tingkat tinggi sehingga walaupun prosesnya
belajar sambil bermain, tetapi anak anak dipersiapkan untuk memasuki kehidupan
nyata. Hal ini penting, karena pembelajaran di sekolah-sekolah masih terfokus pada
kemampuan berpikir tingkat rendah (low order thinking skill), berupa pengetahuan
(knowledge) semata; itu pun terbatas pada ingatan (C1) dan pemahaman (C2); belum

3
memperkenalkan dan melatih peserta didik untuk menerapkan dan mengolah setiap
konsep yang dipelajari untuk melakukan generalisasi, dan belum mengajak berpikir
kritis terhadap konsep-konsep dan prinsip-prinsip, dan teori yang dipelajarinya. (Prof.
Dr. H. E. Mulyasa, 2017)

B. Karakteristik PJBL
Implementasi Project based learning (PJBL) atau pembelajaran berbasis proyek
sebagai strategi pembelajaran PAUD memiliki beberapa karakteristik sebagai berikut:
1. Peserta didik membuat keputusan tentang sebuah kerangka kerja untuk dijadikan
pembelajaran.
2. Dalam pembelajaran, peserta didik dihadapkan pada permasalahan dan
tantangan.
3. Peserta didik merancang proses pembelajaran untuk menentukan solusi atas
permasalahan atau tantangan yang diajukan.
4. Dalam pembelajaran, peserta didik secara kolaboratif bertanggung jawab
mengakses dan mengelola informasi untuk memecahkan masalah.
5. Proses evaluasi dijalankan secara terus-menerus dan berkesinambungan selama
pembelajaran dan proyek berlangsung.
6. Peserta didik secara berkala melakukan refleksi terhadap kegiatan pembelajaran
yang sudah dijalankan.
7. Situasi pembelajaran sangat fleksibel serta toleran terhadap kesalahan dan
perubahan. (Prof. Dr. H. E. Mulyasa, 2017)
Karakteristik menurut Sutirman pembelajaran berbasis proyek meliputi isi,
kegiatan, kondisi dan hasil yang dijelaskan sebagai berikut:
1. Karakteristik aspek isi meliputi: masalah disajikan dalam bentuk keutuhan yang
kompleks, anak menemukan hubungan antar ide secara indisipliner, anak berjuang
mengatasi ambiguitas, dan menjawab pertanyaan yang nyata dan menarik perhatian
anak.
2. Karakteristik aspek kegiatan meliputi: anak melakukan investigasi selama
periode tertentu, anak diharapkan pada suatu kesulitan, pencarian sumber dan
pemecahan masalah, anak membuat hubungan antar ide dan memperoleh

4
keterampilan baru, anak menggunakan perlengkapan alat sesungguhnya dan anak
menerima feedback tentang gagasan dari orang lain.
3. Karakteristik aspek kondisi meliputi: anak berperan sebagai masyarakat pencari
dan melakukan latihan kerjanya dalam kontesks sosial, anak mempratikkan
perilaku manajemen waktu dalam melaksanakan tugas secara individu maupun
kelompok, anak melakukan simulasi kerja professional.
4. Karakteristik aspek hasil meliputi: anak menghasilkan produk intelektual yang
kompleks sebagai hasil belajarnya, anak terlibat dalam melakukan penilaian diri,
anak bertanggungjawab terhadap pilihannya dalam mendemonstrasikan
kompetensi mereka, dan siswa memperagakan kompetensi nyata mereka.
(Sutirman, 2013)

C. Prinsip-prinsip PJBL
Prinsip yang mendasari pembelajaran berbasis proyek menurut Faturrohman adalah
sebagai berikut:
1. Pembelajaran berpusat pada peserta didik yang melibatkan tugas-tugas pada
kehidupan nyata untuk memperkaya pelajaran.
2. Tugas proyek menekankan pada kegiatan penelitian berdasarkan suatu tema atau
topik yang telah ditentukan dalam pembelajaran.
3. Penyelidikan atau eksperimen dilakukan secara autentik dengan menghasilkan
produk nyata yang telah dianalisis dan dikembangkan berdasarkan tema atau topik
yang disusun dalam bentuk produk (laporan atau hasil karya).
4. Kurikulum PJBL. Tidak seperti pada kurikulum tradisional karena memerlukan
strategi sasaran dimana proyek sebagai pusat.
5. Responbility PJBL. Menekankan responbility dan answerbility para peserta didik
ke diri panutannya.
6. Realisme. Kegiatan peserta didik difokuskan pada pekerjaan yang serupa dengan
situasi yang sebenanya. Aktivitas ini mengintegrasikan tugas autentik dan
menghasilkan sikap profesional.

5
7. Active learning. Menumbuhkan isu yang berujung pada pertanyaan dan
keinginan peserta didik untuk menentukan jawaban yang relevan sehingga terjadi
proses pembelajaran yang mandiri.
8. Umpan balik. Diskusi, presentasi dan evaluasi terhadap peserta didik
menghasilkan umpan balik yang berharga. Hal ini mendorong ke arah pembelajaran
berdasarkan pengalaman.
9. Keterampilan umum. PJBL dikembangkan tidak hanya pada keterampilan pokok
dan pengetahuan saja, tetapi juga mempunyai pengaruh besar terhadapketerampilan
mendasar seperti pemecahan masalah, kerja kelompok, dan self menegement.
10. Driving question. PjBL difokukan pada pertanyaan atau permasalahan yang
memicu peserta didik untuk menyelesaikan permasalahan dengan konsep, prinsip,
dan ilmu pengetahuan yang sesuai.
11. Constructive investigation. PJBL sebagai titik pusat, proyek harus disesuaikan
dengan pengetahuan peserta didik.
12. Autonomy. Proyek menjadikan aktivitas peserta didik yang penting.
Blumenfeld mendeskripsikan model pembelajaran berbasis poyek berpusat pada
proses relatif berjangka waktu, unit pembelajaran bermakna. (Fathurrohman, 2016)

D. Prosedur Pembelajaran PJBL


Pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learning /PJBL) bertolak dari suatu
masalah sebagai langkah awal untuk mengumpulkan data dan informasi dengan
mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan pengalaman peserta didik dalam
beraktivitas secara nyata. Pertanyaan dasar menjadi titik tolak untuk mengembangkan
tugas proyek bagi peserta didik, dengan memilih topik yang berhubungan dengan dunia
nyata. Berdasarkan topik yang telah dipilih, peserta didik secara berkelompok
merancang suatu proyek untuk dijadikan ajang pembelajaran. Semakin besar
keterlibatan dan ide-ide peserta didik yang digunakan dalam proyek, akan semakin
besar pula rasa memiliki mereka terhadap proyek tersebut.
Langkah selanjutnya, peserta didik di bawah bimbingan guru menyusun
penjadwalan dan menentukan waktu penyelesaian proyek masing-masing. Dari jadwal
yang telah ditentukan, peserta didik melaksanakan seluruh kegiatan mulai dari

6
persiapan pelaksanaan proyek hingga memonitor dan melaporkan setiap langkah
kemajuan pembelajaran. Setelah peserta didik melaporkan hasil proyek, guru menilai
pencapaian, baik dari segi pengetahuan (knowledge terkait konsep yang relevan dengan
tema), maupun keterampilan dan sikap yang mengiringinya. Terakhir, guru
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk merefleksi semua kegiatan dalam
pembelajaran berbasis proyek yang telah dilakukan, untuk meningkatkan kegiatan pada
pembelajaran berikutnya.
Dalam berbagai pelatihan Kurikulum 2013 dikemukakan bahwa implementasi
pembelajaran berbasis proyek mencakup langkah-langkah sebagai berikut: (1)
menentukan pertanyaan dasar; (2) merancang proyek, (3) menyusun jadwal; (4)
monitoring kemajuan proyek: (5) menguji hasil; (6) evaluasi pengalaman. Prosedur
pembelajaran berbasis proyek tersebut dapat dilakukan sebagai berikut:

1. Penentuan Pertanyaan 2. Menyusun Perencanaan 3. Menyusun Jadwal


Mendasar Poyek
6. Evaluasi Pengalaman 5. Menguji Hasil 4. Monitoring

Diagram di atas dapat dijelaskan sebagai berikut.


1. Penentuan Pertanyaan Mendasar
a. Guru memulai pembelajaran dengan memberikan pertanyaan esensial, yaitu
pertanyaan yang dapat memberi penugasan peserta didik dalam melakukan suatu
aktivitas.
b. Guru memilih tema yang sesuai dengan realitas dunia nyata dan dimulai
dengan sebuah investigasi mendalam.
c. Guru berusaha agar tema yang diangkat relevan dengan kondisi, kebutuhan,
dan karakteristik peserta didik.
2. Menyusun Perencanaan Proyek
Perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara guru dan peserta didik
sehingga mereka diharapkan merasa "memiliki" atas proyek tersebut.
Perencanaan berisi tentang aturan main, pemilihan aktivitas yang mendukung
dalam menjawab pertanyaan esensial, dengan cara mengintegrasikan berbagai

7
subjek yang mungkin, serta mengetahui alat dan bahan yang dapat diakses untuk
membantu penyelesaian proyek.

3. Menyusun Jadwal
Guru dan peserta didik secara kolaboratif menyusun jadwal kegiatan dalam
menyelesaikan proyek. Penyusunan jadwal meliputi hal-hal sebagai berikut.
a. Membuat jadwal penyelesaian proyek
b. Membuat batas waktu penyelesaian proyek
c. Merencanakan cara baru
d. Membimbing peserta didik ketika mereka membuat cara yang tidak
berhubungan dengan proyek
e. Meminta peserta didik untuk membuat penjelasan (alasan) tentang pemilihan
suatu cara.
4. Monitoring
Monitoring dalam PJBL meliputi kegiatan sebagai berikut.
a. Guru memonitor aktivitas peserta didik dan kemajuan proyek
b. Monitoring dilakukan dengan cara memfasilitasi peserta didik pada setiap
proses, dan guru menjadi mentor bagi aktivitas peserta didik.
c. Untuk mempermudah proses monitoring, perlu dibuat sebuah rublik yang
dapat merekam kegiatan penting peserta didik.
5. Menguji Hasil (Assess The Outcome)
Menguji hasil dilakukan untuk membantu guru dalam mengukur
ketercapaian standar, menilai kemajuan belajar setiap peserta didik, memberi
umpan balik tentang Tingkat pemahaman yang sudah dicapai peserta didik,
membantu guru dalam Menyusun strategi pembelajaran berikutnya.
6. Refleksi dan Temuan Baru
Pada akhir proses pembelajaran, guru dan peserta didik baik secara individu
maupun kelompok, melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil pembelajaran
berbasis proyek yang sudah dilakukan. Pada tahap ini peserta didik diminta
untuk mengungkapkan perasaan dan pengalamanya selama menyelesaikan
proyek. Guru dan peserta didik mengembangkan diskusi dalam rangka

8
memperbaiki kinerja selama proses pembelajaran sehingga pada akhirnya
ditemukan suatu temuan baru (new inquiry) untuk menjawab permasalahan yang
diajukan pada tahap pertama pembelajaran. (Prof. Dr. H. E. Mulyasa, 2017)
E. Sistem Penilaian PJBL
Penilaian pembelajaran dengan strategi pembelajaran berbasis proyek (PJBL) harus
dilakukan secara menyeluruh terhadap sikap, pengetahuan, dan keterampilan peserta
didik dalam pembelajaran. Penilaian pembelajaran berbasis proyek dapat menggunaka
n Teknik penilaian yang dikembangkan oleh Pusat Penilaian Pendidikan (Puspendik)
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, yaitu penilaian proyek dan penilaian
produk. Kedua sistem penilaian tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.
1. Penilaian Proyek
Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang
harus diselesaikan dalam periode waktu tertentu. Tugas tersebut berupa suatu
investigasi sejak dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian,
pengolahan, dan penyajian data. Penilaian proyek dapat digunakan untuk
mengetahui pemahaman, kemampuan mengaplikasikan, kemampuan
penyelidikan, dan kemampuan menginformasikan peserta didik pada mata
pelajaran tertentu secara jelas.
Pada penilaian proyek setidaknya ada 3 hal yang perlu dipertimbangkan,
yaitu kemampuan pengelolaan, relevansi, dan keaslian. Kemampuan pengelolaan
berkaitan dengan kemampuan peserta didik dalam memilih topik, mencari
informasi dan mengelola waktu pengumpulan data serta penulisan laporan.
Relevansi, berkaitan dengan kesesuaian dengan mata pelajaran, dengan
mempertimbangkan tahap pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan dalam
pembelajaran. Keaslian, bahwa proyek yang dilakukan peserta didik harus
merupakan hasil karya sendiri, dengan mempertimbangkan kontribusi guru
berupa petunjuk dan dukungan terhadap proyek peserta didik.
Penilaian proyek dilakukan mulai dari perencanaan, proses pengerjaan,
sampai hasil akhir proyek. Untuk itu, guru perlu menetapkan hal-hal atau tahapan
yang perlu dinilai, seperti penyusunan desain, pengumpulan data, analisis data,
dan penyiapan laporan tertulis. Laporan tugas atau hasil penelitian juga dapat

9
disajikan dalam bentuk poster. Pelaksanaan penilaian dapat menggunakan alat/
instrumen penilaian berupa daftar cek ataupun skala penilaian. Penilaian Proyek
dilakukan mulai dari perencanaan, proses pengerjaan sampai dengan akhir proyek.
Untuk itu perlu memperhatikan hal-hal atau tahapan yang perlu dinilai.
Pelaksanaan penilaian dapat juga menggunakan rating scale dan checklist.
2. Penilaian Produk
Penilaian produk adalah penilaian terhadap proses pembuatan dan kualitas
suatu produk. Penilaian produk meliputi penilaian kemampuan peserta didik
membuat produk-produk teknologi dan seni, seperti makanan, pakaian, hasil karya
seni (patung, lukisan, gambar), barang-barang terbuat dari kayu, keramik, plastik,
dan logam. Pengembangan produk meliputi 3 (tiga) tahap dan setiap tahap perlu
dilakukan penilaian sebagai berikut.
a. Tahap persiapan, meliputi: penilaian kemampuan peserta didik dan
merencanakan, menggali, serta mengembangkan gagasan, dan mendesain produk.
b. Tahap pembuatan produk (proses), meliputi: penilaian kemampuan peserta
didik dalam menyeleksi dan menggunakan bahan, alat, dan teknik.
c. Tahap penilaian produk (appraisal), meliputi: penilaian produk yang dihasilkan
peserta didik sesuai dengan kriteria yang ditetapkan.
Penilaian produk biasanya dilakukan dengan menggunakan cara holistik
atau analitik. Cara holistik, yaitu berdasarkan kesan keseluruhan dari produk,
biasanya dilakukan pada tahap appraisal, sedangkan cara analitik, dilakukan
berdasarkan aspek-aspek produk, biasanya mencakup seluruh kriteria yang
terdapat pada semua tahap proses pengembangan. (Prof. Dr. H. E. Mulyasa, 2017)

F. Keuntungan Pembelajaran PJBL


Strategi PJBL memiliki berbagai keuntungan dalam pembelajaran, antara jain: (1)
mendorong dan membiasakan peserta didik untuk jaran, antara dalam
penelitian/pengkajian, menerapkak menemukan dalam merencanakan (planning
skills), berpikir kritis (critical thinking). dan menyelesaikan masalah (problem-solving
skills) dalam menuntaskan suatu kegiatan/proyek; (2) mendorong peserta didik untuk
menerapkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap tertentu ke dalam berbagai konteks

10
(a variety of contexts) dalam menuntaskan kegiatan/proyek yang dikerjakan; (3)
memberikan peluang kepada peserta didik untuk belajar menerapkan keterampilan
interpersonal dan berkolaborasi dalam suatu tim sebagaimana orang bekerja sama
dalam sebuah tim dalam lingkungan kerja atau kehidupan nyata; (4) mengingat bahwa
masing-masing peserta didik memiliki gaya belajar yang berbeda, maka PjBL
memberikan kesempatan kepada para peserta didik untuk menggali materi dengan
menggunakan berbagai cara yang bermakna bagi dirinya, dan melakukan eksperimen
secara kolaboratif.
Masih banyak keuntungan yang dapat diraih melalui implementasi strategi
pembelajaran berbasis proyek ini, misalnya: (1) peserta didik menjadi pembelajar aktif;
(2) pembelajaran menjadi lebih interaktif atau multiarah; (3) pembelajaran menjadi
student centered); (4) guru berperan sebagai fasilitator, (5) mengembangkan
kemampuan berpikir peserta didik tingkat tinggi; (6) memberikan kesempatan bagi
peserta didik untuk mengelola sendiri kegiatan atau aktivitas penyelesaian tugas
sehingga melatih mereka untuk mandiri; (7) dapat memberikan pemahaman konsep
atau pengetahuan secara lebih mendalam kepada peserta didik.
Pembelajaran berbasis proyek juga meningkatkan antusiasme belajar, ketika
peserta didik bersemangat dan antusias terhadap apa yang dipelajari. Mereka sering
mendapatkan kesempatan untuk lebih banyak terlibat dalam pembelajaran dan
kemudian memperluas minatnya dalam mata pelajaran lain. Antusias peserta didik
cenderung untuk mempertahankan apa yang dipelajari, bukan melupakannya ketika
telah lulus tes.
Peserta didik juga terlibat dalam berbagai langkah pembelajaran sehingga
mendorong mereka untuk memperluas minatnya pada mata pelajaran lainnya. Hal ini
dimungkinkan karena pembelajaran berbasis proyek juga menuntut peserta didik untuk
mengembangkan keterampilan, seperti kolaborasi dan refleksi. Menurut hasil
penelitian, pembelajaran berbasis proyek membantu peserta didik meningkatkan
keterampilan sosial sehingga sering menyebabkan absensi berkurang dan lebih sedikit
masalah disiplin kelas. Peserta didik juga menjadi lebih percaya diri untuk berbicara
dengan sekelompok orang, termasuk masyarakat dan orang dewasa. (Prof. Dr. H. E.
Mulyasa, 2017)

11
G. Hambatan Pembelajaran PJBL
Beberapa hambatan yang dapat dan perlu dihadapi dalam implementasi strategi
pembelajaran berbasis proyek (PjBL), antara lain dapat dikemukakan sebagai berikut.
1. Implementasi pembelajaran berbasis proyek memerlukan banyak waktu yang
harus disediakan untuk menyelesaikan permasalahan yang kompleks.
2. Perlu ada tambahan biaya untuk memasuki sistem baru yang berbeda dari strategi
pembelajaran yang biasa dilakukan.
3. Kebanyakan guru merasa nyaman dengan kelas tradisional karena mereka
memegang peran utama di kelas. Ini merupakan suatu transisi yang sulit, terutama
bagi guru yang TBC (tidak bisa computer).
4. Memerlukan banyak peralatan yang harus disediakan sehingga kebutuhan dan
biaya listrik akan bertambah.
5. Peserta didik yang memiliki kelemahan dalam percobaan dan pengumpulan
informasi akan mengalami kesulitan.
6. Kemungkinan ada peserta didik yang kurang terlibat secara aktif dalam kerja
kelompok.
7. Ketika topik yang diberikan kepada masing-masing kelompok berbeda,
dikhawatirkan peserta didik tidak bisa memahami topik secara keseluruhan.
Menghadapi berbagai hambatan di atas; dalam implementasi PjBL
disarankan menggunakan team teaching dalam proses pembelajaran, dan akan lebih
menarik lagi ketika suasana ruang belajar tidak monoton. Beberapa contoh
perubahan setting ruang kelas, seperti: traditional class (teori), discussion group
(pembuatan konsep dan pembagian tugas kelompok), lab tables (mengerjakan tugas
mandiri), circle (presentasi). Perlu juga diciptakan suasana belajar yang
menyenangkan, bahkan kegiatan belajar seperti diskusi dapat dilakukan di taman
atau di kebun sekolah sehingga belajar tidak harus dilakukan di dalam ruang kelas.
(Prof. Dr. H. E. Mulyasa, 2017)

12
H. Mengatasi Hambatan Pembelajaran PJBL
Berbagai hambatan dalam PJBL, dapat diatasi dengan beberapa langkah menurut
Widiasworo sebagai berikut:
1. Memfasilitasi peserta didik dalam menghadapi masalah
2. Membatasi waktu peserta didik dalam menyelesaikan proyek
3. Meminimalisir biaya
4. Menyediakan peralatan sederhana yang terdapat di lingkungan sekitar
5. Memilih lokasi penelitian yang mudah dijangkau
6. Menciptakan suasana belajar yang menyenangkan sehingga guru dan peserta
didik merasa nyaman dalam pembelajaran. (Widiasworo, 2016)

I. Peran Guru PAUD dalam Implementasi PJBL


Implementasi Project Based Learning (PjBL) atau pembelajaran berbasis proyek
sebagai strategi pembelajaran PAUD, menuntut guru untuk dapat berperan sebagai
fasilitator, pelatih, penasehat, dan perantara agar mendapatkan hasil yang optimal
sesuai dengan daya imajinasi, inovasi, dan kreasi peserta didik. Pembelajaran berbasis
proyek juga menuntut guru untuk merencanakan dan merancang pembelajaran,
mengembangkan strategi pembelajaran dengan tepat, mengelola interaksi antara guru
dan peserta didik, mencari keunikan peserta didik, menilai peserta didik secara
transparan serta melakukan berbagai macam penilaian, dan membuat portofolio
pekerjaan peserta didik.
Untuk menyukseskan implementasi PjBL seorang guru harus dapat memfasilitasi
peserta didik dalam menghadapi masalah, membatasi waktu mereka dalam
menyelesaikan proyek, meminimalisasi dan menyediakan peralatan yang sederhana
yang terdapat di lingkungan sekitar, memilih lokasi penelitian yang mudah dijangkau
sehingga tidak membutuhkan banyak waktu dan biaya, menciptakan suasana
pembelajaran yang menyenangkan sehingga peserta didik merasa aman dan nyaman
dalam belajar dan bermain.
Implementasi strategi PjBL dapat dilakukan secara optimal apabila guru dan orang
tua dapat bekerja sama dengan baik dan menyesuaikan dengan prinsip-prinsip yang ada
pada pembelajaran berbasis proyek. Beberapa upaya yang dapat dilakukan guru untuk

13
mengoptimalkan pendidikan anak usia dini melalui pembelajaran berbasis proyek
(PjBL), yang sesuai dengan perkembangan peserta didik, antara lain sebagai berikut.
1. Menciptakan lingkungan belajar yang dapat membuat anak asyik dalam
pengalaman belajar, yakni dengan melibatkan seluruh aspek fisiologis anak. (Dalam
hal ini, Megawangi mencontohkan bahwa, misalnya dalam belajar matematika,
anak tidak tertarik dengan belajar duduk mengerjakan soal penambahan atau
pengurangan, namun dengan permainan congklak yang intinya juga belajar
penambahan dan pengurangan, anak akan lebih merasa senang belajar. Selain itu,
dengan bermain seluruh aspek fisik, emosi, sosial, dan kognitif terlibat secara
simultan (bersamaan).
2. Menyediakan aneka ragam sumber belajar dalam ruangan kelas. Salah satu
prinsip dasar lingkungan belajar yang mendukung implementasi pembelajaran
berbasis proyek secara optimal adalah dengan menyediakan kesempatan belajar
yang beragam dalam ruangan kelas. Misalnya, dengan adanya kawasan komputer,
laboratorium, bengkel, material untuk bermain yang dapat memicu imajinasi dan
stimulasi sensoris pada pembelajar PAUD dengan demikian, peserta didik belajar
mengontrol proses pembelajaran mereka dan guru lebih berperan sebagai fasilitator.
Penyediaan kesempatan belajar yang beragam dalam ruangan kelas juga
dapat difasilitasi dalam pusat sumber belajar (learning resources center). Pusat
sumber belajar dapat memberikan kesempatan kepada setiap peserta didik untuk
menyalurkan minatnya masing-masing, mencari tahu atas sesuatu yang memang
mereka ingin tahu, dan dapat memfasilitasi potensi yang dimiliki oleh masing-
masing peserta didik.
Pusat sumber belajar juga dapat memfasilitasi perkembangan potensi dan
keunikan setiap peserta didik. Ada anak yang ingin belajar memasak, ada yang ingin
belajar menyanyi, ada yang ingin belajar melukis, dan ada pula yang ingin belajar
menulis. Lingkungan belajar dikatakan kondusif apabila dapat membuat peserta
didik aktif, dapat membuat peserta didik menyalurkan rasa ingin tahunya, serta
dapat menyalurkan keinginan dan potensi serta minat yang dimiliki oleh setiap
peserta didik. Hal ini penting bagi implementasi PjBL dalam pembelajaran PAUD

14
karena setiap anak dilahirkan dengan membawa berbagai potensi dan keunikan
masing-masing, yang harus dipertimbangkan dalam pembelajaran.
3. Membuat lingkungan pembelajaran yang aktif. Rushton, dan Larkin
menjelaskan, bahwa terdapat beberapa komponen yang dibutuhkan dalam membuat
lingkungan pembelajaran yang aktif, yakni: a) pengaturan fisik pada meja, kursi,
pusat belajar, perpustakaan, pencahayaan, dan komponen lainnya yang dapat
menarik minat anak; b) ruangan dirancang sedemikian rupa agar dapat digunakan
untuk pembelajaran individual maupun pertemuan kelompok kecil dan besar; c)
ketersediaan sumber belajar dan ruang eksplorasi yang dapat menggugah rasa ingin
tahu alami pada peserta didik, waktu yang banyak bagi peserta didik untuk
mengeksplorasi, bermain peran, dan bereksperimen.
4. Menciptakan suasana belajar yang bebas tekanan dan ancaman, namun tetap
menantang bagi peserta didik untuk mencari tahu lebih banyak. Setiap guru harus
memiliki sifat penyayang, penuh kasih, dan perhatian yang menunjukkan rasa cinta
terhadap pembelajaran sehingga dapat berinteraksi secara positif dengan peserta
didik. Rushton dan Larkin (2010) mengemukakan bahwa rasa gembira dan rasa
ingin tahu terhadap hal baru yang ada dalam ruangan kelas dapat membantu
menghasilkan dopamine, yakni neurotransmitter yang menghasilkan rasa well-
being.
Emosi yang dibangkitkan oleh neurotransmitter dan hormone akan
menggerakkan perhatian dan kemampuan anak untuk tetap terangsang dan
terhubung dengan materi pembelajaran. Untuk kepentingan tersebut, guru PAUD
harus melakukan transisi menuju keberhasilan pembelajaran yang berbasis emosi.
Dalam hal ini, guru harus dapat menangkap dan mempertahankan perhatian peserta
didik dengan cara melibatkan mereka dalam proses pembelajaran. Jika peserta didik
dapat dilibatkan secara emosional, maka mereka akan cenderung untuk tetap
tertarik dan terhubung dengan proses pembelajaran yang terjadi.
5. Mengembangkan pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning/
CTL) yang dapat menumbuhkan minat dan perhatian peserta didik sehingga mereka
dapat menangkap makna dari apa yang dipelajarinya. Untuk itu direkomendasikan

15
agar pengembangan dan implementasi kurikulum dan strategi pembelajaran PAUD
mengikuti pola sebagai berikut.
a. Strategi pembelajaran PAUD dikembangkan berdasarkan perkembangan teori
dan ilmu mutakhir tentang perkembangan anak, serta hasil- hasil penelitian tentang
belajar dan pembelajaran yang relevan.
b. Tujuan pembelajaran harus difokuskan untuk mengembangkan berbagai potensi
peserta didik secara utuh dan menyeluruh (the whole child), yang meliputi aspek
fisik-motorik, sosial, moral, emosional, dan kognitif.
c. Materi pembelajaran hendaknya relevan, menarik, dan menantang peserta didik
untuk melakukan eksplorasi, memecahkan masalah, menanya, mencoba, berpikir,
dan membangun jejaring. Pembelajaran yang efektif harus dapat mengembangkan
pengetahuan, keterampilan, dan sikap dari konteks nyata yang berarti dalam
kehidupan peserta didik.
d. Implementasi pembelajaran PAUD hendaknya realistis dan dapat dicapai oleh
peserta didik, mempertimbangkan kebutuhan, dan perkembangan peserta didik,
serta kebutuhan masyarakat, dan ideologi bangsa secara nasional.
e. Pembelajaran PAUD hendaknya dapat mengembangkan kemampuan berpikir
tingkat tinggi, tidak hanya hal-hal yang bersifat hafalan, tetapi juga
mengembangkan kecerdasan dengan cara melatih peserta didik berpikir kreatif,
menalar, mengambil keputusan, dan memecahkan masalah. (Prof. Dr. H. E.
Mulyasa, 2017)

J. Upaya Guru dalam Mengatasi Kesulitan Implementasi PJBL


Upaya yang dapat dilaksanakan untuk mengatasi kesulitan guru Ketika
mengimplementasikan model pembelajaran Project Based Learning (PjBL) pada
Kurikulum Merdeka materi Membangun Masyarakat yang Beradab dalam keseluruhan
sintaks. Pada tahap merancang tugas proyek guru perlu menciptakan media
pembelajaran yang bervariasi, selalu mencari informasi terbaru dan mampu
memanfaatkan fasilitas yang ada seperti internet untuk mempersiapkan pembelajaran
yang menarik dan atraktif, menyelingi kegiatan pembelajaran dengan ice breaking,
mendampingi dan mengingatkan peserta didik, mengenali kondisi dan karakter masing-

16
masing peserta didik meningkatkan komunikasi antara pihak guru, orangtua, dan pihak
sekolah, serta guru harus lebih terbuka dan menerima ide dan pendapat dari peserta
didik serta mengapresiasinya agar peserta didik akan memiliki rasa ingin
tahu yang tinggi.
Pada tahap merancang langkah-langkah penyelesaian tugas proyek guru perlu
memberikan penjelasan baik dalam bentuk tulisan maupun secara lisan, memberikan
kebebasan untuk mengekspresikan ide kepada peserta didik, dan guru membuat variasi
pembelajaran. Pada tahap menyusun jadwal proyek guru perlu menuliskan jadwal
secara rinci dan tertulis terkait waktu pengerjaan proyek. Pada tahap menyelesaikan
tugas proyek dan kegiatan monitoring guru perlu bekerja sama dengan pihak sekolah
maupun guru di kelas lain memanfaatkan apa saja yang tersedia yang lebih terjangkau,
guru perlu memahami karakter dari masing-masing peserta didik.
Pada tahap menyusun laporan dan presentasi hasil kerja proyek peserta didik perlu
memahami terlebih dahulu langkah-langkah yang ada yang sudah ditulis dan dijelaskan
oleh guru, ketika kegiatan mempublikasikan hasil proyek, guru dan peserta didik perlu
memberitahukan informasi kepada peserta didik di kelas lain agar publikasi hasil
proyek dilakukan secara menyeluruh. Pada tahap mengevaluasi hasil kerja proyek
peserta didik dan guru saling terbuka menerima pendapat satu sama lain, memberikan
apresiasi, dan memberikan evaluasi yang dapat membangun dan menguatkan peserta
didik agar kedepannya lebih baik lagi dan bersemangat. Selain itu guru perlu
melaksanakan penilaian autentik secara menyeluruh agar kesulitan yang dihadapi dapat
dicari solusinya. (A I Wardhan, 2023, p. 145)

17
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
PJBL merupakan strategi pembelajaran yang menggunakan masalah sebagai
langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan
pengalaman peserta didik dalam beraktivitas secara nyata. Strategi ini dapat digunakan
dalam berbagai pembelajaran, mulai dari pembelajaran PAUD sampai perguruan tinggi.
Fokus pembelajaran terletak pada prinsip dan konsep ini dari disiplin ilmu, melibatkan
peserta didik dalam investigasi pemecahan masalah dan kegiatan tugas-tugas bermakna
lain, memberikan kesempatan peserta didik bekerja secara otonom dalam mengkonstruksi
pengetahuan mereka sendiri, serta mencapai puncaknya untuk menghasilkan produk nyata.
Proyek yang dikerjakan peserta didik dapat berupa proyek perseorangan atau
kelompok dan dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu secara kolaboratif, inovatif, unik,
dan yang berfokus pada pemecahan masalah yang berhubungan dengan kehidupan peserta
didik. Pembelajaran berbasis proyek juga meningkatkan antusiasme belajar, ketika peserta
didik bersemangat dan antusias terhadap apa yang dipelajari.
Menurut hasil penelitian, pembelajaran berbasis proyek membantu peserta didik
meningkatkan keterampilan sosial sehingga sering menyebabkan absensi berkurang dan
lebih sedikit masalah disiplin kelas. Peserta didik juga menjadi lebih percaya diri untuk
berbicara dengan sekelompok orang, termasuk masyarakat dan orang dewasa.
Implementasi strategi PjBL dapat dilakukan secara optimal apabila guru dan orang tua
dapat bekerja sama dengan baik dan menyesuaikan dengan prinsip-prinsip yang ada pada
pembelajaran berbasis proyek.

18
DAFTAR PUSTAKA

A I Wardhan, R. d. (2023). Analisis Kesulitan Guru dalam Mengimplementasikan Model


Pembelajaran Project Based Learning (PjBL) pada Kurikulum Merdeka Materi
Membangun Masyarakat yang Beradab.
Fathurrohman, M. (2016). Paradigma Pembelajaran Kurikulum 2013 Strategi Alternatif
Pembelajaran di Era Global. Yogyakarta: Kalimedia.
Prof. Dr. H. E. Mulyasa, M. (2017). Strategi Pembelajaran PAUD. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya.
Sutirman. (2013). Media dan Model-Model Pembelajaran Inovatif. Jakarta: Bumi Aksara.
Widiasworo. (2016). Strategi dan Metode Mengajar Siswa Diluar Kelas (Outdoor Learning)
Secara Aktif, Kreatif, Inspiratif, dan Komunikatif. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media Group.

19

Anda mungkin juga menyukai