(Allium sativum)
Disusun oleh :
SEMARANG
2017
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia dikenal sebagai gudangnya tanaman obat sehingga mendapat
julukan live laboratory. Sekitar 30.000 jenis tanaman obat dimiliki Indonesia.
Dengan kekayaan flora tersebut, tentu Indonesia memiliki potensi untuk
mengembangkan produk herbal yang kualitasnya setara dengan obat modern.
Akan tetapi, sumber daya alam tersebut belum dimanfaatkan secara optimal bagi
kepentingan masyarakat. Baru sekitar 1200 species tanaman obat yang
dimanfaatkan dan diteliti sebagai obat tradisional. Beberapa spesies tanaman obat
yang berasal dari hutan tropis Indonesia justru digunakan oleh negara lain.
Sebagai contoh adalah para peneliti Jepang yang telah mematenkan sekitar 40
senyawa aktif dari tanaman yang berasal dari Indonesia. Bahkan beberapa obat
obatan yang bahan bakunya dapat ditemukan di Indonesia telah dipatenkan dan
diproduksi secara besar -besaran di negara lain sehingga memberi keuntungan
yang besar bagi negara tersebut (Johnherf , 2007)
Bawang putih (Allium sativum) telah lama digunakan sebagai pemberi
aroma dan berpotensi untuk mencegah serta menyembuhkan berbagai penyakit
(Amagase et al, 2006). Banyak studi terbaru menunjukkan efek farmakologis
bawang putih, seperti antibakteri, antijamur, hipolipidemik, hipoglikemik,
antitrombotik, antioksidan dan antikanker (Song, 2001). Umbi bawang putih
mengandung zat aktif allicin yang memiliki efek bakteriostatis dan bakteriosidal
(Untari, 2010).
Diantara efek farmakologis tersebut, terdapat juga manfaat bawang putih
pada sistem kardiovaskular. Bawang putih dapat memperbaiki keseimbangan
profil lipid, mempengaruhi tekanan darah, menginhibisi fungsi platelet,
antioksidan dan aktivitas fibrinolisis (Bayan, 2013).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bawang Putih
2.1.1Sejarah Tumbuhan
Bawang putih sebenarnya berasal dari Asia Tengah, diantaranya Cina dan
Jepang yang beriklim subtropik. Dari sini bawang putih menyebar ke seluruh
Asia, Eropa, dan akhirnya ke seluruh dunia. Di Indonesia, bawang putih dibawa
oleh pedagang Cina dan Arab, kemudian dibudidayakan di daerah pesisir atau
daerah pantai. Seiring dengan berjalannya waktu kemudian masuk ke daerah
pedalaman dan akhirnya bawang putih akrab dengan kehidupan masyarakat
Indonesia. Peranannya sebagai bumbu penyedap masakan modern sampai
sekarang tidak tergoyahkan oleh penyedap masakan buatan yang banyak kita
temui di pasaran yang dikemas sedemikian menariknya (Syamsiah dan Tajudin,
2003).
2.2 Allicin
Allicin adalah senyawa organosulfur yang diperoleh dari bawang putih, suatu
spesies dalam famili Alliaceae. Pertama kali diisolasi dan diteliti dalam
laboratorium oleh Chester J. Cavallito dan John Hays Bailey pada tahun 1944.
Ketika bawang putih segar dicacah atau dikeprek enzim alliinase mengubah
alliin menjadi allicin, yang bertanggung jawab pada aroma bawang putih segar.
Allicin yang terbentuk sangat tidak stabil dan dengan cepat berubah menjadi
sejumlah senyawa belerang lainnya seperti dialil disulfida. Senyawa ini
menunjukkan aktivitas antibakteri, anti jamur, antivirus, dan antiprotozoa. Allicin
adalah mekanisme pertahanan diri bawang putih dari serangan hama.
Gambar 1. (SCH2CH=CH2)2 + RCO3H → CH2=CHCH2S(O)SCH2CH=CH2 +
RCO2H
Diuapkan
filtrat residu
Ditambahkan larutan
heksana – isopropanol 3:1
IR
2.5 Identifikasi Senyawa Allicin
Dalam bawang putih terdapat banyak komponen, dimana sebagian besar
komponen tersebut mengandung sulfur. Salah satunya adalah komponen sulfida
yang analog dengan eter disebut dengan tioeter atau sulfide. Bawang putih yang
dihancurkan akan mengubah thiosulfinat secara spontan menjadi sulfida.
Komponen sulfida utama yang terbentuk adalah allisin, diallil disulfida, diallil
trisulfida dan metil allil trisulfida. (Mayo, dkk, 1999).
3.2 Saran
Masih perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dalam manfaat Allicin dalam
bidang kesehatan contohnya pada penelitian allicin sebagai antikardiovaskuler
karena data yang didapat selama ini masih terbatas sehingga masih banyak
kekurangan.
DAFTAR PUSTAKA
Amagase Harunobu. 2006. Clarifying the Real Bioactive Constituents of Garlic.
The Journal of Nutrient 136.
Borlinghaus, Jan. Albrecht, Frank. 2014. Allicin : Chemistry and Biological
Properties. Molecules Journal
Farias-Campomanes, Angela M. Horita, Claudia N. Pollonio, Marise A R. 2014.
Allicin-Rich Extract Obtained from Garlic by Pressurized Liquid Extraction:
Quantitative Determination of Allicin in Garlic Samples. Food and Public
Health
Fujisawa, Hiroyuki. Kaoru Suma, Kana Origuchi, Hitomi Kumagai, Taiichiro
Seki, And Toyohiko Ariga. 2008. Biological and Chemical Stability of
Garlic-Derived Allicin. Journal of Agriculture, Science and Technology
Hernawan,Udhi Eko. dkk,. 2003. Senyawa Organosulfur Bawang Putih (Allium
sativum L.) dan Aktivitas Biologinya. Jurusan Biologi FMIPA UNS. Surakarta
Jhonhref. 2007. Tanaman Obat Asli Milik Masyarakat Bangsa dan Negara.
http://jhonhref.wordpress.com/2007/07/017/tanaman-obat-milikmasyarakat-
bangsa-dan-negara.ri-2/98k, diakses pada tanggal 1 Maret 2017
Li, Fenfang. dkk. 2017. Salting-out extraction of allicin from garlic (Allium
sativum L.) based on ethanol/ammonium sulfate in laboratory and pilot scale.
Food Chemistry
Mansor, Nurlidia. Herng, Ho Jian. Samsudin, Sity Juaeiriah Samsudin. 2016.
Quantification and Characterization of Allicin in Garlic Extract. Journal of
Medical and Bioengineering vol.5
Rahman, M. M., Fazlic, V. and Saad, N. W. Antioxidant properties of raw garlic
(Allium sativum) extract. International Food Research Journal 19(2): 589-591
Wanyika, H N. dkk. 2016. A Rapid Method Base on UV Spectrophotometry for
Quantitative Determination of Allicin in Aqueous Garlic Extracts. Journal of
Agriculture, Science and Technology
Yuniastuti, Katria. 2006. Ekstraksi dan Identifikasi Komponen Sulfida pada Bawang
Putih (Allium Sativum). Tugas Akhir II. UNNES : Semarang.