Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH TSBA

Isolasi dan Aktivitas Farmakologis Senyawa Allicin dalam Bawang Putih

(Allium sativum)

Disusun oleh :

1. Pratiwi Hidayasari (1041411118)


2. Rany Nugesha (1041411122)
3. Rekha Eviana Windari (1041411125)
4. Tri Nur Azizah (1041411148)
5. Tri Puji Wahyuningsih (1041411149)
6. Yunia Pratiwi (1041511157)
7. Carollina Seftiorini (1041411187)

SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI “YAYASAN PHARMASI”

SEMARANG

2017

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia dikenal sebagai gudangnya tanaman obat sehingga mendapat
julukan live laboratory. Sekitar 30.000 jenis tanaman obat dimiliki Indonesia.
Dengan kekayaan flora tersebut, tentu Indonesia memiliki potensi untuk
mengembangkan produk herbal yang kualitasnya setara dengan obat modern.
Akan tetapi, sumber daya alam tersebut belum dimanfaatkan secara optimal bagi
kepentingan masyarakat. Baru sekitar 1200 species tanaman obat yang
dimanfaatkan dan diteliti sebagai obat tradisional. Beberapa spesies tanaman obat
yang berasal dari hutan tropis Indonesia justru digunakan oleh negara lain.
Sebagai contoh adalah para peneliti Jepang yang telah mematenkan sekitar 40
senyawa aktif dari tanaman yang berasal dari Indonesia. Bahkan beberapa obat
obatan yang bahan bakunya dapat ditemukan di Indonesia telah dipatenkan dan
diproduksi secara besar -besaran di negara lain sehingga memberi keuntungan
yang besar bagi negara tersebut (Johnherf , 2007)
Bawang putih (Allium sativum) telah lama digunakan sebagai pemberi
aroma dan berpotensi untuk mencegah serta menyembuhkan berbagai penyakit
(Amagase et al, 2006). Banyak studi terbaru menunjukkan efek farmakologis
bawang putih, seperti antibakteri, antijamur, hipolipidemik, hipoglikemik,
antitrombotik, antioksidan dan antikanker (Song, 2001). Umbi bawang putih
mengandung zat aktif allicin yang memiliki efek bakteriostatis dan bakteriosidal
(Untari, 2010).
Diantara efek farmakologis tersebut, terdapat juga manfaat bawang putih
pada sistem kardiovaskular. Bawang putih dapat memperbaiki keseimbangan
profil lipid, mempengaruhi tekanan darah, menginhibisi fungsi platelet,
antioksidan dan aktivitas fibrinolisis (Bayan, 2013).

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana cara identifikasi senyawa Allicin Bawang putih (Allium
sativum)?
2. Bagaimana aktivitas farmakologis senyawa Allicin dalam Bawang Putih
(Allium sativum)?
1.3 Batasan Masalah
1. Cara identifikasi senyawa Allicin dalam Bawang putih (Allium
sativum).
2. Aktivitas farmakologis senyawa Allicin dalam Bawang Putih (Allium
sativum).

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bawang Putih
2.1.1Sejarah Tumbuhan
Bawang putih sebenarnya berasal dari Asia Tengah, diantaranya Cina dan
Jepang yang beriklim subtropik. Dari sini bawang putih menyebar ke seluruh
Asia, Eropa, dan akhirnya ke seluruh dunia. Di Indonesia, bawang putih dibawa
oleh pedagang Cina dan Arab, kemudian dibudidayakan di daerah pesisir atau
daerah pantai. Seiring dengan berjalannya waktu kemudian masuk ke daerah
pedalaman dan akhirnya bawang putih akrab dengan kehidupan masyarakat
Indonesia. Peranannya sebagai bumbu penyedap masakan modern sampai
sekarang tidak tergoyahkan oleh penyedap masakan buatan yang banyak kita
temui di pasaran yang dikemas sedemikian menariknya (Syamsiah dan Tajudin,
2003).

2.1.2 Taksonomi Bawang Putih


Klasifikasi bawang putih, yaitu :
a. Divisio : Spermatophyta
b. Sub divisio : Angiospermae
c. Kelas : Monocotyledonae
d. Bangsa : Liliales 8
e. Suku : Liliaceae
f. Marga : Allium
g. Jenis : Allium sativum (Syamsiah dan Tajudin, 2003).

2.1.3 Morfologi Tanaman


Bawang putih (Allium sativum L.) adalah herba semusim berumpun yang
mempunyai ketinggian sekitar 60 cm. Tanaman ini banyak ditanam di ladang-
ladang di daerah pegunungan yang cukup mendapat sinar matahari (Syamsiah dan
Tajudin, 2003).
Adapun morfologi dari tanaman bawang putih (Allium sativum L.) ialah
sebagai berikut :
a. Daun
Berupa helai-helai seperti pita yang memanjang ke atas. Jumlah daun yang
dimiliki oleh tiap tanamannya dapat mencapai 10 buah. Bentuk daun pipih rata,
tidak berlubang, runcing di ujung atasnya dan agak melipat ke dalam (arah
panjang/membulur).
b. Batang
Batangnya merupakan batang semu, panjang (bisa 30 cm) tersusun
pelepah daun yang tipis, namun kuat.
c. Akar
Terletak di batang pokok atau di bagian dasar umbi ataupun pangkal umbi
yang berbentuk cakram. Sistem perakarannya akar serabut, pendek, menghujam
ke tanah, mudah goyang dengan air dan angin berlebihan.
d. Siung dan Umbi
Di dekat pusat pokok bagian bawah, tepatnya diantara daun muda dekat
pusat batang pokok, terdapat tunas, dan dari tunas inilah umbi-umbi kecil yang
disebut siung muncul. Hampir semua daun muda yang berada di dekat pusat
batang pokok memiliki umbi. Hanya sebagian yang tidak memiliki umbi
(Syamsiah dan Tajudin, 2003).

2.1.4 Khasiat dan Manfaat Tanaman


Adapun efek dan manfaat bawang putih terhadap tubuh kita ialah sebagai berikut
a. Pada Metabolisme Lemak dan Kolesterol
Bawang putih membantu metabolisme lemak dan menurunkan level
kolesterol tubuh. Meningkatkan kolesterol baik, HDL dan menurunkan kadar
kolesterol jahat, LDL dan trigliserida. Melindungi pembuluh darah dan
jantung. Secara signifikan mengurangi aktivitas HMG CoA dan enzim lainnya
(Bayan, 2013).

b. Terhadap Sistem Kardiovaskular


Bawang putih dapat memperbaiki keseimbangan profil lipid,
mempengaruhi tekanan darah, menginhibisi fungsi platelet, antioksidan dan
aktivitas fibrinolisis (Bayan, 2013).
c. Terhadap Tulang dan Sendi
Diallyl disulfide (DADS), menghambat ekspresi protease matriks yang
menyebabkan kerusakan pada struktur kondrosit. Serta memiliki mekanisme
potensial bersifat protektif terhadap pasien dengan osteoporosis. Selain itu
pula, bawang putih memiliki kemampuan anti-inflamasi (Bayan, 2013).
d. Kemampuan antibakteri
Studi In vitro telah menunjukkan bahwa bawang putih memiliki
aktivitas melawan banyak bakteri gram negatif dan bakteri gram positif.
Beberapa bakteri yang telah diuji sensitivitasnya terhadap bawang putih antara
lain ialah Escherichia, Salmonella, Staphylococcus, Streptococcus, Klebsiella,
Proteus, Bacillus, Clostridium dan Mycobacterium tuberculosis (Bayan,
2013).

2.2 Allicin
Allicin adalah senyawa organosulfur yang diperoleh dari bawang putih, suatu
spesies dalam famili Alliaceae. Pertama kali diisolasi dan diteliti dalam
laboratorium oleh Chester J. Cavallito dan John Hays Bailey pada tahun 1944.
Ketika bawang putih segar dicacah atau dikeprek enzim alliinase mengubah
alliin menjadi allicin, yang bertanggung jawab pada aroma bawang putih segar.
Allicin yang terbentuk sangat tidak stabil dan dengan cepat berubah menjadi
sejumlah senyawa belerang lainnya seperti dialil disulfida. Senyawa ini
menunjukkan aktivitas antibakteri, anti jamur, antivirus, dan antiprotozoa. Allicin
adalah mekanisme pertahanan diri bawang putih dari serangan hama.
Gambar 1. (SCH2CH=CH2)2 + RCO3H → CH2=CHCH2S(O)SCH2CH=CH2 +
RCO2H

Allicin memiliki gugus fungsi tiosulfinat R–S(O)–S–R. Senyawa ini tidak


terdapat dalam bawang putih kecuali terjadi kerusakan jaringan, dan terbentuk
akibat aksi enzim alliinase pada alliin. Allicin bersifat khiral tetapi hanya terdapat
di alam dalam bentuk rasematnya. Bentuk rasemat dapat dihasilkan dari
oksidasi dialil disulfida:

Gambar 2. Peak pada HPLC (λ = 240 nm)

Alliinase mengalami deaktivasi permanen pada pH di bawah 3, akibatnya, allicin


umumnya tidak diproduksi dalam tubuh dari mengkonsumsi bawang putih segar
atau bubuk. Selain itu, allicin tidak stabil, terurai setelah 16 jam pada temperatur
23 °C.
2.4 Ekstraksi Senyawa Allicin
Setelah 100 gram bawang putih diekstraksi dengan cara maserasi
menggunakan etanol p.a sebanyak 200 ml, gelas piala yang digunakan untuk
wadah ditutup menggunakan plastik, kemudian didiamkan selama 24 jam.
Selanjutnya campuran bawang putih didekantasi hingga diperoleh hasil residu dan
filtrat. Filtrat yang ada diambil 10 ml kemudian diuji menggunakan HPLC.
Allicin tidak stabil pada pelarut yang kepolarannya rendah, seperti heksana,
di mana waktu paruhnya sangat pendek yaitu 2 jam. Stabilitas Allicin dalam
etanol lebih efisien dibandingkan dengan air, tetapi tingkat ini menurun secara
bertahap pada suhu kamar, dan sebagian besar allicin menghilang dalam setengah
bulan, terutama pada etanol 100% atau air. Dilihat kestabilannya pada etanol (20
% - 100%). Pada larutan etanol 20% Allicin lebih stabil dibandingkan pada
pelarut lain. Hal ini membuktikan bahwa larutan etanol 20 % adalah pelarut yang
paling sesuai untuk mempertahankan allicin pada kurun waktu beberapa minggu
pada suhu kamar. (Fujisawa, 2008)
Skema cara kerja ekstraksi
Dikupas
dicuci
Bawang Putih
mentah 100 g Bawang Putih hancur
Dihancurkan
Dimasukkan
beakerglass
Ditambah etanol p.a
200ml, ditutup
didiamkan 24 jam

Campuran bawang putih-etanol

Diuapkan

filtrat residu
Ditambahkan larutan
heksana – isopropanol 3:1

IR
2.5 Identifikasi Senyawa Allicin
Dalam bawang putih terdapat banyak komponen, dimana sebagian besar
komponen tersebut mengandung sulfur. Salah satunya adalah komponen sulfida
yang analog dengan eter disebut dengan tioeter atau sulfide. Bawang putih yang
dihancurkan akan mengubah thiosulfinat secara spontan menjadi sulfida.
Komponen sulfida utama yang terbentuk adalah allisin, diallil disulfida, diallil
trisulfida dan metil allil trisulfida. (Mayo, dkk, 1999).

Gambar 3. Spektrum hasil identifikasi IR

Gambar 4. Gugus Sulfida pada Spektrum IR (yuniastuti, 2006)


Pengujian menggunakan IR, diperoleh hasil bahwa pada bilangan gelombang
1307 muncul gugus S-H; pada bilangan gelombang 408,9 muncul gugus S-S; pada
bilangan gelombang 1647 muncul gugus C = C; dan pada bilangan gelombang
2900 muncul gugus C-H. Hal ini membuktikan bahwa di dalam sampel yang
dianalisis terdapat gugus-gugus fungsi sesuai dengan komponen sulfida.
(yuniastuti, 2006)
Analisis allicin sangat sulit karena ketidakstabilannya. Penentuan
menggunakan GC belum berhasil karena allicin mengalami dekomposisi yang
cepat dalam oven GC. Dan pada penelitian ini GC-MS tidak mampu mendeteksi
apa-apa, di 0.1μL sampel 0,9 uL Heptana. Metode yang paling sesuai untuk
analisis allicin yaitu fase terbalik HPLC (Lawsonet al., 1991).

Gambar 5. Peak pada HPLC (λ = 254 nm) (Rahman N, 2012)

2.6 Mekanisme Allicin sebagai Antioksidan


Borek (2001) menyebutkan aktivitas antioksidatif ekstrak umbi bawang putih,
antara lain peningkatan enzim protektif, yaitu glutation superoksida dismutase,
katalase, glutation peroksidase pada sel endotel pembuluh darah; peningkatan
sitoproteksi terhadap radikal bebas dan senyawa asing, seperti benzopyrene,
karbon tetraklorida, acetaminophen, isoproterenol, doxorubicin, dan adrymiacin;
penghambatan peroksidasi pada lemak jantung, hati, dan ginjal; penghambatan
aktivitas ROS; penghambatan oksidasi yang diinduksi oleh Cu2+ pada LDL;
penghambatan aktivitas NF-kB (nuclear factor- kB); penghambatan mutagenesis
DNA oleh aflatoksin dari Salmonella typhimurium; penghambatan aktivitas
sitokrom P450; dan penghambatan TNF-α(tumor necrosis factor-α) pada sel T.
Allisin merupakan anti-oksidan utama dalam umbi bawang putih. Senyawa ini
mampu menekan produksi nitrat oksida (NO) melalui 2 jalur, yakni pada
konsentrasi rendah (10 μM), menghambat kerja enzim cytokineinduced NO
synthase (iNOS) melalui pengendalian iNOS mRNA, sedangkan pada konsentrasi
tinggi (40 μM) menghammbat transport arginin melalui mekanisme pengendalian
CAT-2 mRNA (cationic amino acid transporter-2 mRNA). Akumulasi NO akan
menginduksi pembentukan oksidator kuat peroksinitrit NO dapat dihasilkan dari
asam amino arginin dengan bantuan enzim nitrat oksida sintase (Schwartz et al.,
2002)

2.7 Mekanisme Allicin sebagai Anti Kardiovaskular


Hipertensi merupakan salah satu bentuk penyakit kardiovaskuler. Penyakit ini
dicirikan tekanan darah penderita yang mengalami kenaikan di atas normal (Koya
dan King, 1998). Penelitian awal tentang efek hipotensif (penuruan tekanan darah)
dari ekstrak umbi bawang putih dilakukan oleh Foushee et al. (1982). Mekanisme
penurunan tekanan darah diperkirakan berkaitan dengan vasodilatasi otot
pembuluh darah yang dipengaruhi senyawa dalam ekstrak umbi bawang putih
yaitu Allicin. Potensial membran otot polos mengalami penurunan hingga nilainya
negatif. Hal ini menyebabkan tertutupnya Ca2+-channel dan terbukanya K+-
channel sehingga terjadi hiperpolarisasi. Konsekuensinya otot akan mengalami
relaksasi (Siegel et al., 1992). Konsentrasi ion Ca2+-intraseluler yang tinggi dapat
menyebabkan vasokonstriksi yang menyebabkan hipertensi. Allicin diperkirakan
dapat menghambat masuknya ion Ca2+ ke dalam sel, sehingga konsentrasi ion
Ca2+ intraseluler menurun dan terjadi hiperpolarisasi, diikuti relaksasi otot.
Relaksasi menyebabkan ruangan dalam pembuluh darah melebar, sehingga
tekanan darah turun (Siegel et al., 1992).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa bawang putih adalah
salah satu tanaman umbi-umbian mengandung zat aktif yang disebut
Allicin yang dapat digunakan dalam bidang kesehatan contohnya
sebagai antioksidan dan antikardiovaskuler.

3.2 Saran
Masih perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dalam manfaat Allicin dalam
bidang kesehatan contohnya pada penelitian allicin sebagai antikardiovaskuler
karena data yang didapat selama ini masih terbatas sehingga masih banyak
kekurangan.
DAFTAR PUSTAKA
Amagase Harunobu. 2006. Clarifying the Real Bioactive Constituents of Garlic.
The Journal of Nutrient 136.
Borlinghaus, Jan. Albrecht, Frank. 2014. Allicin : Chemistry and Biological
Properties. Molecules Journal
Farias-Campomanes, Angela M. Horita, Claudia N. Pollonio, Marise A R. 2014.
Allicin-Rich Extract Obtained from Garlic by Pressurized Liquid Extraction:
Quantitative Determination of Allicin in Garlic Samples. Food and Public
Health
Fujisawa, Hiroyuki. Kaoru Suma, Kana Origuchi, Hitomi Kumagai, Taiichiro
Seki, And Toyohiko Ariga. 2008. Biological and Chemical Stability of
Garlic-Derived Allicin. Journal of Agriculture, Science and Technology
Hernawan,Udhi Eko. dkk,. 2003. Senyawa Organosulfur Bawang Putih (Allium
sativum L.) dan Aktivitas Biologinya. Jurusan Biologi FMIPA UNS. Surakarta
Jhonhref. 2007. Tanaman Obat Asli Milik Masyarakat Bangsa dan Negara.
http://jhonhref.wordpress.com/2007/07/017/tanaman-obat-milikmasyarakat-
bangsa-dan-negara.ri-2/98k, diakses pada tanggal 1 Maret 2017
Li, Fenfang. dkk. 2017. Salting-out extraction of allicin from garlic (Allium
sativum L.) based on ethanol/ammonium sulfate in laboratory and pilot scale.
Food Chemistry
Mansor, Nurlidia. Herng, Ho Jian. Samsudin, Sity Juaeiriah Samsudin. 2016.
Quantification and Characterization of Allicin in Garlic Extract. Journal of
Medical and Bioengineering vol.5
Rahman, M. M., Fazlic, V. and Saad, N. W. Antioxidant properties of raw garlic
(Allium sativum) extract. International Food Research Journal 19(2): 589-591
Wanyika, H N. dkk. 2016. A Rapid Method Base on UV Spectrophotometry for
Quantitative Determination of Allicin in Aqueous Garlic Extracts. Journal of
Agriculture, Science and Technology
Yuniastuti, Katria. 2006. Ekstraksi dan Identifikasi Komponen Sulfida pada Bawang
Putih (Allium Sativum). Tugas Akhir II. UNNES : Semarang.

Anda mungkin juga menyukai