Anda di halaman 1dari 25

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1.Tanaman Seledri
II.1.1. Taksonomi
Tinjauan mengenai tumbuhan ini meliputi klasifikasi, nama

daerah, deskripsi tumbuhan, manfaat serta kandungan kimia.

Gambar II.1 Daun Seledri (Apium Graveolens L.)


Sumber : Dokumentasi Pribadi

Klasifikasi daun seledri (Ika, 2016) antara lain :


Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledoneae

Bangsa : Apiales

Suku : Apiaceae

Marga : Apium

Jenis : Apium graveolens

6
II.1.2. Deskripsi Tanaman
7

Seledri (Apium graveolens L.), merupakan salah satu jenis

tanaman yang telah dikenal oleh masyarakat. Selain digunakan sebagai

sayur, secara empiris masyarakat menggunakannya untuk obat rematik,

asma, hipertensi, dan xetroptalmia. Seledri mempunyai kandungan

minyak atsiri (Alinin dan alisin), flavonoid, protein, vitamin A, vitamin

C, Vitamin B, besi,kalsium, sulfur, dan fosfor (Awal, 2010).

II.1.3. Morfologi Tanaman


Seledri merupakan tanaman yang singkat masa hidupnya, hanya

antara setahun sampai dua tahun. Daun seledri bersifat majemuk,

menyirip ganjil dengan anak daun 3-7 helai. Tepi daun umumnya

bergerigi dengan pangkal maupun ujung runcing. Tulang-tulang daun

menyirip dengan ukuran panjang 2-7,5 cm dan lebar 2-5 cm. Tangkai

daun tumbuh tegak ke atas atau pinggir batang, panjangnya sekitar 5 cm,

berwarna hijau atau keputih-putihan. Batang seledri amat pendek

sehingga seolah-olah tidak kelihatan. Sistem perakaran menyebar ke

semua arah pada kedalaman 30-40 cm (Sry Rahayu, 2017).

II.1.4. Manfaat Tanaman


Seledri merupakan herbal khasiat untuk memacu enzim

pencernaan sehingga nafsu makan meningkat (stomakia), memperbanyak

air kencing (diuretika), memelihara kelenturan pembuluh darah

(antihipertensi), mengurangi rasa sakit pada rematik, serta obat

antikejang dan nyeri pada lambung. Seledri juga digunakan pada

perawatan rambut. Biji seledri diyakini memiliki efek menenangkan

penderita yang sering merasa bingung (Sry Rahayu, 2017).

Di samping itu ada banyak sekali manfaat yang diperoleh dari

seledri. Seledri mempunyai khasiat sebagai pembersih darah,

memperbaiki fungsi hormon yang terganggu, dan mengeluarkan


8

kelebihan asam urat melelui urin. Dengan mengkonsumsi seledri, orang

yang perutnya sering kembung dan gampang buang angin karena seledri

juga berkhasiat sebagai peluruh kentut (karminatif). Wanita yang jarang

haid karena kekurangan hormon estrogen (akibat hipogonadism) atau

wanita di usia menopause yang sering mengeluh akibatnya menurunya

hormon estrogen dapat menggunakan air perasan seledri untuk

memperbaiki fungsi hormon (Sry Rahayu, 2017).

II.1.5. Kandungan Seledri


Badan POM (2008) menyatakan bahwa seluruh bagian tanaman

seledri mengandung flavonoid senyawa apiin, apigenin, luteolin 7-

Oapiosil, fenol, isoquersetin, saponin, umbiliferon, mannite, innosite,

asparagine, gulatamine, kolin, provitamin A (karotenoid), Vitamin C,

vitamin B. Biji mengandung senyawa kumarin berupa bergapten, seselin,

isoiperatarion, astenol, isopimpenelin, dan apirarfin. Daun mengandung

minyak menguap seperti limonene, myrcene, beta

selinene, alfa terfinoel, carveol, dihidrocarvron, geranyl acetate dan

senyawa phthalide yang memberikan bau aromatic yaitu 3-butiliden

phthalid, 3-butil phthalid dan 3-isobutiliden dihidrophthalid.

Gambar II.2 Senyawa Apiin

Apiin adalah termasuk senyawa glikosida flavonoid yang

ditunjukkan adanya dua gugus gula yang diikat pada rantai karbon 7,gula

yang diikat adalah glukosa dan piranosa. Apiin merupakan senyawa

identitas dari seledri (Apium graveolens L.) dan memiliki aktifitas


9

sebagai antiinflamasi. Apiin pada pemberian peroral, akan menurunkan

tekanan darah penderita hipertensi karena akan terhidrolisis menjadi

apigenin dan glukosa dan saluran dan cerna

(Siswono,1991).

Gambar II.3 Senyawa Apigenin

Seledri diketetahui mengandung mengandung senyawa aktif yang

dapat menurunkan tekanan darah yaitu, apigenin yang dikenal sebagai

diuretic, apigenin juga memiliki aktivitas sebagai antibakteri,

antiinflamasi, hipotensif, meningkatkan relaksasi otot

polos,antioksidan, antikarsinogenik, antidepresan, kardioproteksin,

hepatoprotektif, antiperoksidatif. Senyawa apiol yang terkandung pada

seledri berkhasiat sebagai antidismenorea, antiinflamasi, antineuralgik,

antiperetik, antipasmodik, antagonis kalsium, stimulant, diuretic, dan

vasodilator.

Gambar II.4 Senyawa 3 butylphthalide


10

Seledri mengandung senyawa 3-n-butylphtalide yang digunakan

memiliki efek menurunkan tekanan darah. Penurunan tekanandarah

terjadi karena dalam seledri mengandung senyawa 3-n-butylphthalide

yang berefek memblok calcium channel, vasodilatasi dan diuretic

sehingga tekanan darah akan menurun (Ika, 2016).

Senyawa 3-n-butylphlide akan memblok calcium channel yaitu,

pada reseptor voltage-gated calcium channels (L-type) pada otot jantung

dan pembuluh darah. Akibatnya ion kalsium tidak bisa masuk, dan

berikatan dengan protein bernama kalmodulin. Karena tidak

terbentuknya ikatan ion kalsium-kalmodulin maka terjadi inaktivitas dari

enzim myosin-kinase light chain yang menyebabkan ATP tidak bisa

memfosfolisasi rantai ringan yang terdapat dikepala myosin sehingga

kepala myosin tak bisa berikatan dengan filament aktin, akibatnya tidak

terjadi kontraksi otot polos (Rahmi, 2016).

Senyawa 3-n-butylphlide pada seledri juga mempunyai efek

diuretic karena secara tidak langsung efek vasodilatasi yang

menimbulkan oleh senyawa 3-n-butylphlide akan meningkatkan renal

blood flow sehingga terjadi ekskrkesi natrium, klorida, dan air. Akibatnya

volume ekstraseluler akan berkurang dan menurunkan venous return, dan

akhirnya berefek menurunkan cardiac output sehingga dengan demikian

terjadi penurunan tekanan darah (Ika, 2016).

II.2 Simplisia

Dalam buku “Materia Medika Indonesia” ditetapkan definisi bahwa

simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum

mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain, berupa bahan

yang telah dikeringkan. Simplisia dibedakan simplisia nabati, simplisia hewani


11

dan simplisia pelikan (mineral). Simplisia nabati adalah simplisia yang yang

berupa tumbuhan utuh, bagian tumbuhan atau eksudat tumbuhan. Eksudat

tumbuhan ialah isi sel yang secara spontan dan keluar dari tumbuhan atau isi

sel yang dengan cara tertentu dikeluarkan dari selnya atau senyawa nabati

lainnya yang dengan cara tertentu dipisahkan dari tumbuhannya dan belum

berupa senyawa kimia murni (Depkes, 2000).

II.2.1 Jenis simplisia

Berdasarkan (Depkes RI, 1997), jenis simplisia terdiri atas :

1. Simplisia Nabati

Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tanaman utuh,

bagian tanaman dan eksudat eksuda. Eksudat tanaman adalah isi

sel yang secara spontan keluar dari tanaman atau isi sel

dikeluarkan dari selnya dengan cara tertentu atau zat isi sel yang

dipisahkan dari tanaman dengan cara tertentu yang masih belum

zat kimia.

2. Simplisia Hewani

Simplisia hewani adalah simplisia utuh, bagian hewan

atau zat yang dihasilkan hewan yang masih berupa zat kimia

murni.

3. Simplisia Pelikan (Mineral)

Simplisia pelikan (mineral) adalah simplisia berupa

bahan pelikan (mineral), baik berupa telah diolah atau belum,

tidak berupa zat kimia murni.

II.2.2 Tahapan Pembuatan Simplisia

Pada umumnya pembuatan simplisia melalui tahapan

seperti berikut : (Depkes RI,1997).


12

1. Pengumpulan bahan baku

Kadar senyawa aktif yang terdapat didalam suatu

simplisia berbeda-beda tergantung pada bagian tanaman yang

digunakan, umur tanaman yang digunakan, waktu panen,

lingkungan tempat tumbuh. Waktu panen yang tepat pada saat

bagian tanaman tersebut mengandung senyawa aktif dalam

jumlah yang terbesar. Senyawa aktif tersebut secara maksimal

didalam bagian tanaman atau tanaman pada umur panen tertentu.

Misalnya tanaman yang pada saat panen diambil daun yang telah

tua, daun yang diambil dipilih adalah daun yang telah membuka

sempurna dan terletak dibagian cabang atau batang yang

menerima sinar matahari langsung.

2. Sortasi basah

Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan

kotorankotoran atau bahan-bahan asing lainnya dari bahan

simplisia. Misalnya pada simplisia yang dibuat dari akar suatu

tanaman, bahan-bahan asing seperti tanah kerikil, rumput,

batang daun, akar yang telah rusak serta kotoran lain yang harus

dibuang. Tanah mengandung macam-macam mikroba dalam

jumlah

yang tinggi. Oleh karena itu pembersihan simplisia dari tanah

dapat mengurangi jumlah mikroba pada tanaman yang akan

dibuat menjadi simplisia.

3. Pencucian bahan

Pencucian dilakukan untuk menghilangkan tanah dan

kotoran lain yang melekat pada bahan simplisia. Pencucian


13

dilakukan dengan air bersih yang mengalir dan pencucian

dilakukan dalam waktu yang sesingkat mungkin karena pada

simplisia mengandung zat yang mudah larut dalam air yang

mengalir.

4. Perajangan

Perajangan dilakukan dengan tujuan untuk

mempermudah proses pengeringan, pengepakan dan

penggilingan. Perajangan dapat dilakukan dengan pisau, dengan

alat mesin perajang khusus sehingga diperoleh irisan tipis atau

potongan dengan ukuran yang dikehendaki.

5. Pengeringan

Pengeringan dilakukan untuk mendapatkan simplisia

yang tidak mudah rusak, sehingga dapat disimpan dalam waktu

yang lebih lama, dengan mengurangi kadar air dan

menghentikan reaksi enzimatik yang dapat mengakibatkan

penurunan mutu dan perusakan simplisia.

6. Sortasi kering

Sortasi kering dilakukan dengan tujuan untuk

memisahkan benda-benda asing seperti bagian-bagian tanaman

yang tidak diinginkan dan pengotor-pengotor lain yang masih

ada ataupun tertinggal pada simplisia kering.

7. Pengepakan dan penyimpanan

Pada penyimpanan simplisia perlu

diperhatikan beberapa hal yang dapat mengakibatkan

kerusakan simplisia yaitu cara pengepakan, pembungkusan dan

pewadahan.
14

8. Pemeriksaan mutu

Pemeriksaan mutu simplisia dilakukan pada waktu

penerimaan atau pembelian dari pedagang simplisia. Simplisia

yang diterima harus berupa simplisia murni dan memenuhi

persyaratan umum untuk simplisia.

II.3 Ekstrak dan Ekstraksi


II.3.1 Ekstrak
Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan

mengekstraksi senyawa aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani

menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua

pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan

sedimikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan (Depkes Ri,

2000).

II.3.2 Ekstraksi

Ekstraksi atau penyarian meupakan proses pemisahan senyawa dari

matriks atau simplisia dengan menggunakan pelarut yang sesuai. Peran

ekstraksi dalam analisis fitokimia sangat penting karena sejak tahap awal

hingga akhir munggunakan proses ekstraksi, termasuk fraksinasi dan

pemurnian. Metode proses ekstraksi yang digunakan tergantung pada

jenis, sifat fisik, sifat kimia kandungan senyawa yang akan di ekstraksi.

Pelarut yang digunakan pada tergantung polaritas senyawa yang akan

disari mulai dari bersifat non polar hingga polar, sering disebut disebut

dengan ekstraksi bertingkat (Depkes RI, 2000).

II.3.3 Pembuatan Ekstrak

Cara pembuatan ekstrak dapat dilakukan dengan cara : (Endang,2016)


15

A. Cara Dingin
1. Maserasi

Maserasi adalah cara ekstraksi simplisia dengan merendam

dalam pelarut pada suhu kamar sehingga kerusakan atau degradasi

metabolit dapat diminimalisasi. Pada maserasi, terjadi proses

keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar dan di dalam sel

sehingga diperlukan pergantian pelarut secara berulang. Kinetik

adalah cara ekstraksi, seperti maserasi yang dilakukan dengan

pengadukan, sedangkan digesti adalah cara maserasi yang dilakukan

pada suhu yang lebih tinggi dari suhu kamar, yaitu 40-

60°C.

2. Perkolasi

Perkolasi adalah cara ekstraksi simplisia menggunakan

pelarut yang selalu baru, dengan mengalirkan pelarut melalui

simplisia hingga senyawa tersari sempurna. Cara ini memerlukan

waktu lebih lama dan pelarut yang lebih banyak. Untuk

meyakinkan perkolasi sudah sempurna, perkolat dapat diuji

adanya metabolit dengan pereaksi yang spesifik.

B. Cara Panas
1. Refluks

Refluks adalah cara ekstraksi dengan pelarut pada suhu

titik didihnya selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas

yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik. Agar hasil

penyarian lebih baik atau sempurna, refluks umumnya dilakukan

berulang-ulang (3-6 kali) terhadap residu pertama. Cara ini

memungkinkan terjadinya penguraian senyawa yang tidak tahan

panas.
16

2. Soxhletasi

Soxhletasi adalah cara ekstraksi menggunakan pelarut

organik pada suhu didih dengan alat soxhlet. Pada soxhletasi,

simplisia dan ekstrak berada pada labu berbeda. Pemanasan

mengakibatkan pelarut menguap, dan uap masuk dalam labu

pendingin. Hasil kondensasi jauh bagian simplisia sehingga

ekstraksi berlangsung terus-menerus dengan jumlah pelarut

relatif konstan. Ekstraksi ini dikenal sebagai ekstraksi sinambung.

3. Infundasi

Infundasi adalah cara ekstraksi dengan menggunakan

pelarut air, pada suhu 96-98°C selama 15-20 menit (dihitung

setelah suhu 96°C tercapai). Bejana infusa tercelup dalam tangas

air. Cara ini sesuai untuk simplisia yang bersifat lunak, seperti

bunga dan daun.

4. Dekok

Dekok adalah cara ekstraksi yang mirip dengan infusa,

hanya saja waktu ekstraksinya lebih lama yaitu 30 menit dan

suhunya mencapai titik didih air.

II.4 Kulit
II.4.1 Definisi kulit

Kulit adalah lapisan-lapisan jaringan yang terdapat di seluruh

bagian permukaan tubuh. Pada permukaan kulit terdapat kelenjar

keringat yang mengekskresi zat-zat sisa yang dikeluarkan melalui

pori-pori kulit berupa keringat. Kulit juga merupakan salah satu alat

indra yaitu indra peraba karena di seluruh permukaan kulit tubuh

banyak terdapat syaraf peraba (Ayu M, 2015).


17

II.4.2 Struktur Kulit

Gambar II.5 Struktur Kulit Manusia

Sumber : (Ayu M, 2015)

Menurut (Ayu M, 2015). Kulit manusia terdiri dari 3 lapisan

yang berbeda yaitu:

A. Epidermis (Kulit ari)

Epidermis merupakan lapisan teratas pada kulit manusia dan

memiliki tebal yang berbeda-beda : 400-600 µm untuk kulit tebal

(kulit pada telapak tangan dan kaki) dan 75-150 µm untuk kulit tipis

(kulit selain telapak tangan dan kaki, memilki rambut). Epidermis

yang paling tipis yaitu dikelopak mata dan yang paling tebal adalah

pada bagian yang paling banyak digunakan (telapak kaki dan

tangan). Epidermis mendapat pasokan makanan dari korium yang

berhubungan dengannya melalui papil berbentuk bulat dan melalui

kelenjar folikel rambut. Epidermis sebagian besar terdiri atas

keratinosit, dimana terdapat melanosit yang menghasilkan melanin,

sel-sel lengerhans yang mempresentasikan antigen.

B. Dermis (Kulit jangat)

Dermis yaitu lapisan kulit dibawah epidermis, memiliki

ketebalan bervariasi tergantung pada daerah tubuh dan mencapai

maksimum 4 mm didaerah punggung. Lapisan ini menjadi ujung


18

syaraf perasa. Keberadaan ujung-ujung syaraf perasa dalam kulit

jangat memungkinkan untuk membedakan berbagai rangsangan dari

luar. Masing-masing syaraf perasa memiliki fungsi tertentu seperti

syaraf dengan fungsi mendeteksi rasa sakit, sentuhan, tekanan, panas

dan dingin.

C. Hipodermis

Hipodermis atau subkutan merupakan jaringan ikat longgar

yang terdapat dibagian bawah dermis yang mengandung sel lemak

yang bervariasi. Lapisan subkutan adalah lapisan paling dalam pada

struktur kulit. Pada lapisan ini terdapat syaraf, pembuluh darah dan

limfe. Fungsi lapisan ini adalah membantu melindungi tubuh dari

benturan-benturan fisik dan mengatur panas tubuh.

II.4.3 Fungsi Kulit

Adapun beberapa fungsi kulit yaitu : (Maharani, 2015)

1. Kulit sebagai pelindung

2. Kulit sebagai absorbs

3. Kulit sebagai fungsi ekskresi

4. Kulit sebagai fungsi persepsi

5. Kulit sebagai pengatur suhu tubuh (termoregulasi)

6. Kulit sebagai pembentuk vitamin D


7. Kulit sebagai tempat penyimpanan 8. Kulit sebagai alat peraba

9. Kulit untuk penunjang penampilan

II.5 Kosmetik

Kosmetik adalah sediaan atau paduan bahan yang siap untuk digunakan

pada bagian luar badan (epidermis, rambut, kuku, bibir, dan organ kelamin

bagian luar ), gigi dan rongga mulut untuk membersihkan, menambahkan daya

tarik, mengubah penampakan, melindungi supaya tetap dalam keadaan baik,


19

memperbaiki bau badan tetapi tidak dimaksudkan untuk mengobati atau

menyembuhkan suatu penyakit (Tranggono dan Latifah,2007).

II.6 Masker Wajah

Masker adalah sediaan kosmetik untuk perawatan kulit wajah yang

memiliki manfaat yaitu memberi kelembaban memperbaiki tekstur kulit,

meremajakan kulit, mengencangkan kulit, menutrisi kulit, melembutkan kulit,

membersihkan pori-pori kulit, mencerahkan warna kulit, merilekskan otototot

wajah dan menyembuhkan jerawat. Masker wajah tradisional bebas dari bahan

kimia. Bentuk sediaan masker yang banyak terdapat dipasaran adalah bentuk

bubuk/serbuk, pasta, gel, kertas/kain. Saat ini telah dikembangkan pemanfaatan

bahan-bahan alami sebagai sumber antioksidan dalam sediaan kosmetik.

Semua bahan alami agar bisa mendapatkan manfaatnya maka harus

diaplikasikan langsung sesuai dengan anjuran para ahli gizi (Dicha dkk,

2018).

II.6.1 Klasifikasi Masker Wajah

Seperti halnya semua produk perawatan, masker wajah

ditunjukan untuk berbagai tipe kulit: kering, normal, dan berminyak,

produk dapat pula di fokuskan pada keperluan keperluas khusus seperti

untuk mengatasi jerawat, untuk kulit yang peka/sensitive alergi terhadap

tekanan lingkungan, dan untuk kulit menua.

A. Berdasarkan Formulasinya : (Goeswin Agoes, 2015)

1. Masker lempung (clay mask )

Masker lempung ditunjukan untuk kulit normal,

berminyak atau kulit yang berjerawat. Masker lempung

diformulasikan untuk menyegarkan kulit, mengabsorbsi


20

kelebihan sebelum dan mengecilkan pori serta mengangkat sel

kulit mati dan pengotor.

2. Masker peel off (pengelupas)

Masker peel off direkomendasikan untuk kulit

normal,kulit berminyak, kulit gabungan, dan kulit remaja.

Efektivitasnya lebih bersifat psikologis dan fisikal, akan tetapi

memenuhi permintaan konsumen. Masker peel off

melembabkan serta memperbaiki warna dan tekstrur kulit.

3. Masker krim

Masker krim merupakan perawatan pilihan untuk

kulit kering, kasar dan kulit menua serta kulit stress akibat

pengaruh lingkungan (kulit pecah akibat akibat angina dan sinar

matahari). Untuk tujuan tersebut umumnya digunakan krim

berbentuk emulsi yang kaya dengan tekstur. Formulasi emulsi

biasanya berupa krim air dalam minyak (A/M) atau formulasi

krim kaya miyak dalam air (M/A).

4 Masker pengelupas kulit

Kulit secara konsistensi mengalami pergantian pada bagian

permukaan untuk menampilkan kulit lebih barudan lebih segar.

Lapisan baru terlihat lebih sehat. Walaupun hal ini terjadi secara

alamiah,tetapi hal ini tidak terlalu terjadi setiap saat sehingga

perlu dibantu dengan proses pengelupasan. Proses ini dapat

membantu mencegah terjadinya sejumlah masalah. Termasuk

kulit kering. Kulit pecah, dan warna kulit yang tidak merata.

B. Berdasarkan Jenis masker : (Goeswin Angoes, 2015)

1. Masker yang dipanaskan sendiri (self healthing)


21

Masker self healting menimbulkan efek hangat pada

wajah, menstimulasi perawatan uap atau handuk panas untuk

membuka dan membersihkan pori-pori.

2. Masker ganggang laut

Masker ganggang laut diberikan disalon kecantikan

dengan carra memoleskan pasta ganggang pada wajah yang

kemudian ditutup dengan kasa, berfungsi mengurangi

kelembaban, dan membuka pori untuk respirasi yang efektif.

3. Masker oksigenasi.

Masker oksigenasi adalah cara konvesional untuk

membersihkan muka, dengan penggunaan lotion yang

diperkaya dengan vitamin, selama 5 menit disemprot.

4. Masker aroma terapi atau pemijatan

Masker aroma terapi atau pemijatan meliputi suatu

preparasi minyak atsiri yang di ekstraksi dari herbal, bunga atau

buah.

5. Masker kolagen

Kolagen digunakan dalam bentuk masker merupakan

kolagen bovin yang ddikering bekukan yang apabila terhidrasi

membentuk masker wajah. Kolagen menunjukkan karakteristik

hidrasi yang menonjol dan merupakan antiiritan.

II.7 Masker Gel Peel-Off

Masker Gel peel-off direkomendasikan untuk kulit normal, kulit

berminyak, kulit gabungan, dan kulit remaja. Efektivitasnya lebih

bersifat psikologis dan fisikal, akan tetapi memenuhi permintaan


22

konsumen. Masker Gel Peel-Off melembabkan serta memperbaiki

warna dan tekstur kulit (Agoes, 2015).

Formulasi masker Peel-Off berbasis polivinil alkohol

terplastisasi sehingga mencegah polivinil alkohol yang dikeringkan

membentuk lapisan yang retak-retak. Komponen yang sama menarik

kelengasan (air) sehingga menurunkan kecepatam evaporasi air dari

kulit. Propilenglycol adalah humektan yang paling sering digunakan.

Selain itu, dapat pula digunakan sorbitol. Unsur pelembut larut air

meliputi asam lemak teretoksilasi atau turunan alkohol. Bahan

penambah berbasis minyak harus digunakan seminimal mungkin atau

dihindari karena berinterferensi atau menggangu proses pembentukan

lapisan. (Agoes, 2015).

Masker gel Peel-Off digunakan dalam bentuk lapisan tipis yang

uniform pada wajah pada saat lapisan mengering, terasa adanya efek

pengencangan. Kulit agak sedikit tertarik akibat kerja komponen

penarik-kelengasan. Setelah kering (sekitar 10-30 menit) lapisan

masker dikelupas. Masker ini juga dapat diilangkan dengan cara

pembilasan. Proses pengelupasan dan pembilasan ini mengangkat

selsel mati dan kotoran yang menutup pori serta membersihkan kulit

(Agoes, 2015). Berikut adalah contoh gambar dari masker gel peel-

off .

Gambar II.7. Masker Gel peel-off (Rahmi, 2016)


23

II.8 Data Preformulasi

Data Preformulasi bahan sediaan menurut (Rowe, 2009) : 1.


Polivinil Alkohol
Pemberian :Serbuk, putih hingga berarna krem atau
bentuk granol.

Kelarutan
: Larut dalam air, sedikit larut dalam etanol,
praktis tidak larut dalam aseton.

pH : 4,5-6,0 (4% w/v aquaeous (solution) pH.

Eur 5,0-8,0 (4% w/v aquaeous solution) BP,

USP.
Stabilitas
: Polivinil alkohol stabil pada wajah yang

resisten terhadap korosi, dapat ditambahkan

pengawet, mengalami degradasi lambat pada

1000C dan sangat cepat pada 200oC.

Terhidrolisis total pada 228oC, dan sebagian


pada 180-190oC.

Kegunaan : Sebagai stabilizing agent, penambah


viskositas dapat bereaksi dengan gugus hidroksi

sekunder, seperti reaksi esterfikasi.

Terdekomposisi pada asam kuat, dan sedkit pada

asam lemah. Pada konsentrasi tinggi

inkompatibel dengan garam

anorganik, terutama sulfat dan fosfat,


24

dapat memebentuk gel jika larutan

mengandung borax.

Sterilisasi : Larutannya dalam air dapat disterilisasikan


dengan autoklaf.

Penyimpanan
: pada tempat yang tertutup rapat, ditempat
yang sejuk dan kering.

: polivinil alkohol mengalami reaksi khas


Inkompatibilitas
senyawa dengan kelompok hidroks

sekunder, seperti esterifikasi. Terurai diasam


kuat dan melembutkan atau dilarutkan dalam
asam lemah dan basa. Ini kompatibel pada
konsentrasi tinggi dengan garam anorganik,
terutama sulfat dan fosfat : pendapatan
polivinil alkohol 5% b/v dapat disebabkan
oleh fosfat. Gelling larutan alkohol polivinil
dapat terjadi jika boraks hadir.

2. HPMC

Nama Resmi : Hyroxpropilmethyl cellulose

Nama lain : hypromellose, benccel MHPC,


hydromellosum, methocel, propylnene glycol,

ether, methylhydropylcelullose,

metolose, pharmacoat, tylopur, tylose MO.

Pemerian : serbuk, putih atau putih kekuningan, tidak


berbau, tidak berasa
25

Kelarutan

: Kelarutan hydroxypropilmethyl cellulose


praktis tidak larut dalam air panas (diatas
600C), aseton, kloroform, etanol (95%), eter
dan toluene. Larut dalam air dingin untuk
membentuklarutan koloid.

Inkompatibilitas :-
Keamanan
: Hydoxypropimrthyl cellulose digunakan

sebagai eksipien dalam berbagai lisan sediaan

farmasi topical, umumnya dianggap sebagai

bahan dasarnya tidak beracun dan

non irritanant.
Kegunaan
: Coating agent, pensuspensi, pengikat tablet,

agen penebalan, agent peningkatan

viskositas.
Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup rapat, terlindungi dari
cahaya.

Pemerian

: Etanol jernih, tidak berwarna, sedikit mudah


menguap, memiliki bau yang khas, dan rasa
terbakar. Etanol dapat larut dalam kloroform,
eter, gliserin, dan air.

Kegunaan : Sebagai antimicrobial, pelarut dan


desinfektan .
3. Propilenglikol
Sinonim : 1,2 – Dhydroxypropane, E1520, 2

hydroxypropanol; metil etilena glikol, metil


glikol; propane 1,2-diol; propylenglcolum.

Rumus molekul/BM : C3H8HA12 Pemerian.


26

Pemerian
: tidak berbau, kental, cairan praktis tidak
berbau jelas, denan manis, rasa sedikit pedas
menyerupai gliserin.

Kelarutan
: Larut dengan aseton, krofor, etanol, (95%),

gliserin, dan air; larut pad 1 di 6 bagian eter,

tidak Inkompatibilitas. Stabilitas

larut dengan minyak mineral ringan atau

minyak tetap, tetapi akan larut beberapa minyak

esensial.

Penyimpanan : harus disimpan dalam wadah tertutup.


Inkompatibilitas

: Obat tidak bercampur seperti surfaktan non-


ionik seperti polisorbat 80, bentonite,
magnesium trisilikat, talk, tragakan dan
sodium alginate.

: sebagai antimikroba 0,02% - 0,3%, efektif pada


pH 4-8 (Rowe, 2009).
Kegunaan
4. Metil Paraben

Sinonim : Aseptoform M, Cosept M, E218; 4-


hidroksibenzoat asam metil ester.
Rumus molekul : C8H8HA1 3 / 152, 15
Pemerian
: Berbentuk hablur atau serbuk tidak

berwarna atau Kristal putih ; tidak berbau

atau berbau lemah dan mempunyai rasa

sedikit panas.
Kelarutan
: Mudah larut dalam etanol dan dalam eter,
praktis tidak larut dalam minyak, larut dalam
400 bagian air.
27

Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup rapat, tidak tembuh
cahaya.

Stabilitas

: pada suhu dingin, propil glikon stabil

dalam wadah tertutup baik, tetapi pada suhu

tinggi, di tempat terbuka, ia cenderung

untuk mengoksidasi, sehingga menimbulkan

produk seperti

propioneldehid, asam laktat, asam piruvat,


dan asam asetat. Propylene lycol secara
kimiawi stabil bila dicampur dengan etanol
(95%), gliserin, atau air, larutan air dapat
disterilkan aen air larut cosolvent

Kegunaan : Kegunaannya sebagai pengemulsi dengan


konsentrasi 2-4% .

5. Purified water (Farmakope Indonesia Edisi III, Hal : 96)

Rumus Kimia : H2O


Sinonim : Aqua Destillata
Pemerian
: Cairan jernih ; tidak berwarna ; tidak berbau ; tidak
mempunyai rasa.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup.

Kegunaan : Sebagai pelarut


II.10 Penelitian Relevan.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh :

1. Penelitian yang dilakukan oleh (Garry C. Ddkk. 2020) dengan judul

“Formulasi Dan Uji Aktivitas Antibakteri Krim Ekstrak Etanol Herba

Seledri (Apium graveolens L.) Terhadap Bakteri Staphylacoccus aereus.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol herba seledri dapat


28

diformulasikan menjadi sediaan krim, memenuhi uji mutu sediaan

organoleptisk, daya, sebar, daya hambat dan stabilitas namun tidak

memenuhi persyaratn unuk uji homogenitas dan uji Ph serta mempunyai

aktivitas antibakteri yang membunuh bakteri pada sediaan konsentrasi

5% dan 15%.

2. Penelitian yang dilakukan oleh (Hamido P. H. dkk. 2020) dengan judul

“Formulasi Dan Uji Aktivitas Sabun Mandi Cair Ekstrak Etanol Herba

Seledri (Apium graveolens L.) Terhadap staphylococcus aereus. Hasil

uji evaluasi atau fisik sediaan sabun cair Ekstrak Etanol Herba Seledri

dengan konsentrasi 1%, 2%, 4%, dan 8% memenuhi syarat yang telah

ditetapkan oleh SNI. Pengujian antibakteri sediaan sabun cair Ektrak

Etanol Herba Seledri Staphylacoccus aereus yang diamati pada

spektrofotometer UV-Vis menghasilkan kadar hambat minimum 1,267

untuk konsentrasi 1% 0,45 untuk konsentrasi 2%, -0,037 untuk

konsentrasi 4% dan -0,124 untuk konsentrasi 8%. Dapat disimpulkan

bahwa sabun cair konsentrasi 1%, 2%, 4%, dan 8% Ekstrak Etanol

Herba Seledri Dapat diformulasikan sebagai sediaan sabun cair yang

stabil dan memiliki aktivitas antibakteri pada konsentrasi 1%, 2%, 4%

dan 8%.

3. Penelitian yang dilakukan oleh (Khaerati dan Ikhwan, 2015) dengan judul “

Uji Efek Antibakteri Ekstrak Etanol Herbal Seledri (Apium graveolens

Linn.) Terhadap Escherichia coli dan staphylococcus aereus dan Analisis

KLT Bioautografi. Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap herba

seledri (Apium graveolens Linn.), ekstrak etanol herba seledri (Apium

graveolens Linn.) ekstrak etanol herba seledri (Apium graveolens Linn.)

konsentrasi 0,5%, 1%, 2%, dan 4% mempunyai efek antibakteri terhadap

Escherichia coli maupun Staphylacoccus aereus dan bersifat bakteriostatik


29

serta hambatan lebih besar pada Staphylacoccus aereus disbanding

Escherichia coli. Konsentrasi ekstrak 4% mempunyai zona hambatan yang

lebih besar dibandingkan 3 konsentrasi lainnya baik terhadap Escherichia

coli maupun Staphylacoccus aereus. Terdapat 1 noda yang bersifat

antibakteri terhadap Escherichia coli yaitu noda pada Rf 0,32 sedangkan

pada Staphylacoccus aereus terdapat noda Rf 0,88 dan

0,32.

4. Penelitian yang dilakukan oleh (Rufi A.dkk, 2015) dengan judul

“Formulasi dan Uji Aktivitas Masker Gel PEEL-OFF Antijerawat Ekstrak Etanol

Bawang Dayak (Eleutheritnas Palmifolia L. Merr) Terhadap Bakteri

Staphylococcus Aereus Secara Invitro “ . Hasil uji aktivitas antijerawat

menunjukkan bahwa formula 1 lebih efektif dari pada formula 2 dan 3, dengan

diameter zona hambat terhadap bakteri staphylococcus aereus adalah 0,86 cm.

Dapat disimpulkan bahwa formula 1 merupakan formula terbaik secara fisik dan

mampu memberikan zona hambat terhadap pertumbuhan staphylococcus

aereu.

II.11 Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen


30

1. Formulasi sediaan maskerSifat fisik sediaan masker gel:


gel PELL-OFF ekstrak
1. Uji organoleptis
etanol 96% daun seledri
2. Uji homogenitas
(Apium graveolens L.)
3. Uji viskositas
sebagai antibakteri
4. Uji waktu kering
Staphylacoccus aereus
5. Uji daya sebar
dengan beberapa 6. Uji pH
konsentrasi :
F1 = 0%

F2 = 5%

F3 = 10%

F4 = 15%

2. K(+) = kontrol positif

Gambar II.7 Kerangka Konsep

II.12 Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah dan beberapa tinjauan pustaka dapat
dibuat hipotesis bahwa :

1. Masker gel Pell-Off dari ekstrak daun seledri (Apium graveolens L.)

dapat memenuhi uji evaluasi fisik sediaan yang baik.

2. Ekstrak etanol 96% daun seledri (Apium graveolens L.) memiliki

aktivitas yang paling baik sebagai masker gel Peel-Off pada

konsentrasi 15%.

Anda mungkin juga menyukai