Anda di halaman 1dari 5

TUGAS

TEKNOLOGI BENIH
BAWANG PUTIH (Allium sativum L.)

NAMA : MUHAMMAD KHOLID


NIM : C1M017090

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MATARAM
2018
Bawang putih adalah tanaman berumpun yang mempunyai ketinggia sekitar 60cm. Umbi bawang
putih dapat mencapai ukuran 3,8-7,6 cm dengan diameter yang bervariasi. Umbi bawang putih
memiliki 4-60 siung dengan tipis berwarna putih atau merah keunguan.

Klasifikasi ilmiah bawang putih adalah sebagai berikut :


Kingdom : Plantae
Sub-kingdom : Tracheobionata
Super division : Spermatphyta
Division : Magnoliophyta
Class : Liliopsida
Sub-class : Liliidae
Order : Liliales
Family : Liliaceae
Genus : Allium L.
Species : Allium sativum L.
(butt et al,. 2009)
Mempunyai sejarah penggunaan oleh manusia selama lebih dari 7.000 tahun, terutama tumbuh di Asia
Tengah, dan sudah lama menjadi bahan makanan di daerah sekitar Laut Tengah, serta bumbu umum di Asia,
Afrika, dan Eropa. Dikenal didakam catatan Mesir Kuno, digunakan baik sebagai campuran maupun
pengobatan. Umbi dari tanaman bawanng putih merupakan bahan utama untuk bumbu dasar masakan
Indonesia. (Simonetti, 1990).

Penggunaan tumbuhan tradisional dan produk dari alam sering digunakan dalam mengobati berbagai
penyakit termasuk penyakit termasuk penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri. Salah satu
tanaman tradisional yang dapat dimanfaatkan untuk pengobatan terhadap infeksi bakteri adalah bawang
putih. Bawang putih (Alium sativa) mengandung senyawa antimikroba yang memiliki kandungan kimia
seperti karbohidrat, protein, sterol, saponin, alkaloid, flavonoid, dan triterprnoid. Menurut Tsao et al.,
(2001) menyebutkan bahwa alisin yang terkandung dalam bawang putih adalah senyawa yang memiliki
aktivitas antibakteri. Alisin adalah produk dari aktivitas enzim alisinase (system sulfoksida liase)
setelah penggerusan bawang putih.

Selain itu, bawang putih juga dapat membunuh bakteri, penambahan ekstrak bawang putih pada
koloni bakteri menyebabkan terbunuhnya kuman secara cepat dan mencegah pertumbuhan lebih lanjut
(Atmadja, 2002). Demikian beberapa manfaat dari khasiat bawang putih , namun jika berebihan
mengkonsumsi bawang putih dapat menyebabkan tekanan darah tinggi dan berbahaya bagi wanita
hamil. Oleh karena itu, dianjurkan agar mengkonsumsi bawang putih seraca serimbang (Mahmud,
2007).
Menurut Ronen M et al (2001). Beberapa laporan luka bakar serius akibat penggunaan bawang putih
topical untuk berbagi keperluan. Termasuk pengunaan naturopati dan perawatan jerawat. Menunjukkan
bahwa penggunaan bawang putih harus dilakukan dengan hati-hati, biasanya dengan menguji area kecil kulit
menggunakan sedikit konsentrasi bawang putih.

Bawang putih memliki dua komponen kimiawi yaitu komponen larut lemak dan komponen larut air.
Komopnen larut lemak meliputi komponen gugus sulfida yang berbau dan kurang stabil disbanding
komponen ynag larut air, antara lain dially disulfie, dially sulphide, dially trisulfida dan allyl metal
trisulfida. Komponen larut air meliputi derivate sistein, termasuk S-ally sitein, s-allyl sistein, metil
sistein serta gamma-glutamil sistein (Imada, 1990) dalam (Hadi, 2006).

Bawang putih juga merupakan tumbuhan yang memiliki sifat tumbuh dengan berumbi lapis atau
siung yang bersusun, memiliki batang semu yang terbentuk dari pelepah daun dan termasuk dalam
genus Allium. Akar bawang putih terdiri dari serabut-serabut kecil, setiap umbi bawang putih terdiri
dari sejumlah anak bawang (siung) yang setiap siungnya terbungkus kulit tipis berwarna putih. Bawang
putih termasuk tumbuhan daerah datarn tinggi namun di Indonesia jenis tersebut juga dibudidayakan di
dataran rendah. Bawang putih berkembang baik pada ketinggian tanah berkisar 200-250 meter di atas
permukaan laut (Savitri, 2008).

Daerah pembudidayaan bawang putih biasanya di dataran tinggi, karena varietas-varietas yang
cocok ditanam Antara 600-1.100 meter di atas permukaan laut sedangkan pada dataran rendah yang
arealnya lebih luas justru jarang dilihat masyarakat menanam atau membudidayakan bawang putih,
karena terbatsanya varietas ynag mempunyai daya adaptasi (Sarwadana, 2007).

Menurut Kartasapoetra (1992), ciri-ciri bawang putih sebagai berikut:

1. Merupakan umbi majem dengan bentuk rata-rata hampir bulat, bergaris tengah sekitar 4 sampai 6
cm.
2. Berwarna putih, terdiri dari beberapa siung (8-20 siung), yang seluruhnya terbungkus oleh 3-5
selaput tipis berwarna putih.
3. Tiap siungnya diliputi atau terbungkus pula dalam selaput tipis, selaput luar berwarna mendekati
putih dan terbungkus ketat-melekat pada bagian luar daging siung, berwarna merah jambu yang
muda dilapis atau dikupas.

Umbi bawang putih jika dipotong memberikan bau yang tajam dank has, karena mengandung
minyak atsiri yang terdiri dari senyawa sulfida. Kandungan bawang putih menurut beberapa
keputakaan adalah arbohidrat, protein, lemak, mineral, kalsium, fosfor, dan minyak atsiri (cystidine,
uridine, guanosine, adenosine) dan senyawa thiosulfate. Selain itu, bawang putihjuga mengandung
beberapa senyawa yang bermanfaat seperti scordinin yang dapat mempercepat pertumbuhan tubuh dan
sebagai antioksidan. Scordinin memiliki peranan sebagai enzim pendorong pertumbuhan yang efektif
dalam proses germinasi dan pengeluaran akar. Jika alisin bekerja untuk memberantas penyakit bagi
orang yang memakan bawang putih, maka Schoridin berperan terhadap pertumbuhan dan daya tahan
tubuh (Wibowo, 2007).

Zat terkandung dalam tanaman bawang putih utuh adalah zat alilin. Alilin adalah suatu asam amino
bersifat tidak stabil dan berupa suatu senyawa belerang yang aktif dengan struktur tidak jenuh. Ketika
bawang putih dihancurkan, zat alilin akan terpecah menjadi alisin, ammonia dan piruvat. Alisin dapat
meningkatkan pertumbuhan dengan cara menekan baktero=I yang merugikan dan memberikan peluang
pertumbuhan mikroorganisme yang menguntungkan di dalam saluran pencernan secara optimum
sehingga pemanfaatan makanan untuk pertumbuhan dapat maksimum (Sholikhah, 2009).
DAFTAR PUSTAKA
Butt M.S., Sultan M.T,.et al. Garlic: nature’s protection against physiological threats. Critical reviews
in food science and nutrition. 2009:49:6: 538-551.
Tsao SM, Yin MC. In biyro antimicrobial activity of four diallyl sulphides occurring naturally in
garlic and Chinese leek oil. J Med Microbiol. 2001:50 646-649.
Simonetti, G. (1990). Schuler, S., ed. Simon & Schuster’s Guide to Herbs and Spices. Inc.
Baruchin AM, Sagi A, Yoffe B, Ronen M (2001). Garlic burns. Burns. 27 (7): 781-2
Mahmud, M.H. 2007. Mukjizat Kedokteran Nabi. Jakarat : Qultummedia.
Hadi, Setia. 2006. Pengaruh Jenis Tanaman Obat Tradisional ( Bawang Putih dan Daun Sirih) dan
Bentuk Sediaan (Juice dan Serbuk) Terhadap Daya Buruh Staphylococcus aureus Secara In Vitro.
Skripsi. Fakultas Kedokteran Hewan. Surabaya : Universtas Airlangga Surabaya.
Savitri, E. S. 2008. Rahasia Tumbuhan Berkhasiat Obat Prespektif Obat. Malang : UIN Malang Press
Sawardana, S. M. potensi Pegembangan Bawang Putih Dataran Rendah Varietas Lokal Sanur.
Agritrop. Vol. 26, No. 1, 19-23. ISSN: 0215 8620
Kartasapoetra, A.G. 1989. Teknologi Penanganan Pasca Panen. Jakarta: Rineka Cipta
Wibowo, S. 2007. Budidaya Bawang Putih, Bawang Merah dan Bawang Bombai. Jakarta: Penebar
Swadaya.
Sholikhah, E. H. 2009. Efektivitas Campuran Meniru Phyllanthus niruri dan bawang putih Alium
Sativum dalam Pakan untuk Pengendalian Infeksi Bakteri Aeromonas hydrophila pada Ikan Lele
Dumbo Claris sp. Skripsi.

Anda mungkin juga menyukai