Anda di halaman 1dari 20

UJI ZONA HAMBAT UNTUK MELIHAT SENSITIVITAS SARI BAWANG

PUTIH (Allium sativum)


TERHADAP JAMUR Malassezia furfur
PENYEBAB PANU (Tinie Versicolor)

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
: panu (Tinea versicolor) adalah salah satu penyakit kulit yang dikarenakan oleh
jamur yaitu jamur Malasezia furfur. Bawang putih mempunyai kemungkinan besar
untuk digunakan sebagai efek antibakteri, antifungi, antiviral, antiparasit dan
antiprotozoa serta dapat membantu penyembuhan gangguan pada kulit akibat
infeksi suatu mikroorganisme. Malassezia furfur merupakan jamur lipofilik yang
normalnya hidup di keratin kulit dan folikel rambut manusia saat masa pubertas
dan di luar masa itu. Jamur ini merupakan bagian dari flora normal pada
kulit manusia dan hanya menimbulkan gangguan pada keadaan-keadaan
tertentu misalnya pada saat banyak keringat. Pengobatan penyakit yang
disebabkan oleh jamur Malassezia furfur biasanya menggunakan ketokonazole.
Masyarakat meyakini bahwa bawang putih termasuk salah satu jenis
tumbuhan yang digunakan sebagai obat tradisional untuk mengobati
penyakit panu. Menurut Rustama dkk, (2005) bawang putih mengandung senyawa
alkaloid Indonesia yaitu Negara ASEAN yang kaya akan sumber keanekaragaman
hayati. Banyak sekali sumber keanekaragaman hayati yang digunakan sebagai
sumber makanan, minuman, tempat wisata dan bahkan sampai hal terkecil
yaitu dimanfaatkan sebagai pengobatan. Pengobatan yang dilakukan dalam
bentuk herbal banyak dijadikan sebagai alternatif (Alisjahbana, 2015).
Potensi keanekaragaman hayati yang luar biasa ini perlu dieksplorasi dan
dimanfaatkan untuk kesehatan dan kesejahteraan masyarakat Indonesia.
Dari total 28.000 spesies tumbuhan obat di Indonesia, telah diidentifikassi
1.845 sifat obat. Hingga saat ini, ada 283 spesies yang telah dieksplorasi aktif
senyawanya (Junaidah, 2016).
Bawang putih (Allium sativum) merupakan tanaman yang berpotensi sebagai
antijamur, manfaat lain dari tanaman ini yaitu sebagai campuran dalam
pengolahan masakan, tapi disamping itu dapat juga digunakan untuk pengobatan
tradisional yang memiliki beragam khasiat seperti antimikroba, antikolesterol,
antihipertensi dan imunomodulator (meningkatkan sistem kekebalan tubuh)
(Hardianto, 2005). Kandungan senyawa kimia yang terdapat pada bawang putih
yaitu allixin, adenosin, ajoene, flavonoid, saponin, tuberholosida, scordinin
(Sukma, 2016). (Ganiswarna1995) juga mengatakan bahwa pada bawang putih
mengandung senyawa flavonoid dan polifenol yang merupakan kelompok senyawa
fenol yang berfungsi sebagai antijamur. Flavonoid bersifat merusak membran sel
sehingga terjadi perubahan permeabilitas sel yang mengakibatkan terhambatnya
pertumbuhan sel atau matinya sel dan polifenol dapat mendenaturasi protein sel
jamur. Saponin dapat mengubah tegangan permukaan dengan mengikat lipid yang
dapat merusak permeabilitas selektif dari membran sel bakteri (Pelczar dan Chan,
1988). Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh Violita (2013) melaporkan
bahwa air perasan lengkuas merah dan air perasan lengkuas putih dapat
menghambat pertumbuhan jamur Malassezia furfur penyebab panu. Air perasan
lengkuas merah pada konsentrasi 20% sudah menghasilkan diameter zona hambat
sebesar 11,25 mm sedangkan pada air perasan lengkuas putih sebesar 10 mm, pada
konsentrasi 40% rerata diameter zona hambat air perasan lengkuas merah sebesar
12,5 mm sedangkan pada lengkuas putih 10,75 mm, pada konsentrasi 60% rerata
zona hambat pada lengkuas merah sebesar 14,5 mm sedangkan pada lengkuas
putih didapatkan rerata diameter zona hambat sebesar 11,5 mm, pada konsentrasi
80% rerata zona hambat lengkuas merah sebesar 15 mm sedangkan pada lengkuas
putih 12,25 mm, pada konsentrasi 100% rerata zona hambat lengkuas merah
sebesar 17,5 mm sedangkan pada lengkuas putih diameter zona hambat sebesar
12,75 mm. Menurut (Trevor, 1995) Kandungan ekstrak lengkuas yang mempunyai
efek antimikroba yaitu minyak atsiri, flavanoid, terpenoid dan fenol
Pityriasis versicolor adalah infeksi superficial (infeksi hanya terbatas pada lapisan
terluar kulit, kuku dan rambut) ringan kronis pada stratum korneum (lapisan kulit
paling luar) akibat malassezia globasa, malassezia restricta, dan anggota lain dari
kompleks malassezia furfur (Jawetz, 2014). Penyakit ini ditandai dengan adanya
bercak putih sampai coklat bersisik. Kelainan umumya menyerang badan sering
diketiak, sela paha, leher, muka, tungkai atas dan kulit kepala (Onggowaluyo,
2003). Pityriasis versicolor tersebar di seluruh dunia dengan prevalensi yang di
laporkan sebanyak 50% di lingkungan yang panas dan lembab di kepulauan Samoa
Barat dan hanya1,1% di temperatur yang lebih dingin di Swedia (Burkhart, 2013).
Dinegara berkembang prevalensinya lebih tinggi di bandingkan negara maju.
Penyakit ini terutama terdapat pada remaja dan dewasa muda, terbanyak pada usia
16-40 tahun. Perbedaan antara pria dan wanita tidak ada, walapun di Amerika
Serikat dilaporkan bahwa penderita berusia 20-30 tahun dengan perbandingan
1,09% pria dan 0,6% wanita (Kumala, 2009) Indonesia memiliki iklim yang tropis
dan sangat memungkinkan akan perkembangan penyakit infeksi yang disebabkan
oleh jamur. Oleh karena itu, penyakit-penyakit akibat jamur sering kali
menginfeksi masyarakat. Banyak masyarakat tidak menyadari bahwa dirinya
terkena penyakit infeksi yang disebabkan oleh jamur. Bahkan jamur bisa
menginfeksi seluruh bagian tubuh manusia dari kepala sampai ujung kaki. Jamur
juga bisa menginfeksi semua umur mulai dari bayi, dewasa dan lanjut usia. Banyak
orang meremehkan penyakit yang disebabkan oleh jamur, seperti Pityriasis
versicolor atau kurap. Penyakit ini dapat menular lewat sentuhan kulit atau juga
dari pakaian yang terkontaminasi spora jamur (Hayati, 2013).
Malassezia furfur adalah spesies tunggal yang menyebabkan penyakit Pityriasis
versicolor. Jamur ini menyerang lapisan kulit paling luar (stratum korneum) dari
epidermis kulit yang biasa diderita oleh seseorang yang sudah mulai banyak
beraktivitas dan mengeluarkan keringat. Malassezia furfur yang pada kondisi
tertentu dapat berubah dari fase ragi kefase miselia patologis yang menyerang
stratum korneum kemudian stratum korneum yang terkena akan ditemukan banyak
sel tunas ragi dan hifa pendek. Invasi ini akan menyebabkan gangguan struktur
stratum korneum dan akan mengalami peningkatan kerapuhan dari daerah stratum
korneum yang terkena (Hald et al., 2014). Berdasarkan uraian data di atas, maka
peneliti tertarik ingin melakukan penelitian yang lebih dalam lagi guna untuk
mengetahui sejauh mana zona hambat perasan bawang putih (Allium sativum
L.) terhadap pertumbuhan jamur Malassezia furfur penyebab panu(Tinea
versicolor) yang dilakukan secara in vitro.

1.2 Tujuan Penilitian


Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penilitian ini adalah :
 Untuk mengetahui khasiat bawang putih
 Untuk mengatasi masalah panu / jamur (Malasezia furfur)
 Untuk memenuhi matakuliah prektek metode penilitian

1.3 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas, maka rumusan masalah
dalam penilitian ini adalah sebagai berikut “untuk mengetahui sejauh mana zona
hambat perasan bawang putih (Allium sativum L.) terhadap pertumbuhan
jamur Malassezia furfur penyebab panu(Tinea versicolor)
1.4 Hipotesis
Bawang putih termasuk salah satu jenis tumbuhan yang digunakan sebagai
obat tradisional untuk mengobati penyakit panu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Bawang putih (Allium sativum)


merupakan tanaman semusim yang tumbuh tegak dan berumpun. Tanaman ini
dapat tumbuh meninggi hingga mencapai 30-60 cm. bagian-bagian tanaman ini
meliputi akar, cakram (merupakan batang tidak sempurnah), umbi dan daun
(Suriana, 2011). Bawang putih (Allium sativum) adalah salah satu tanaman tertua
dari semua tanaman budidaya. Telah digunakan sebagai bumbu, makanan dan
banyak terdapat pada cerita rakyat untuk obat selama lebih dari 4000 tahun dan
merupakan salah satu tanaman obat yang paling banyak diteliti (Thomson dan Ali,
2003). .
Klasifikasi Bawang Putih (Allium sativum) Klasifikasi ilmiah atau
toksonomi dari bawang putih adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Klas : Monocotyledonae
Bangsa : Liliales
Famili : Liliaceae
Genus : Allium
Species : Allium sativum
(Sumetriani, 2013).
Sinonim
Bawang putih termasuk familia Liliaceae, tanaman ini memiliki beberapa
nama lokal yaitu, dason putih (Minangkabau), bawang bodas (Sunda),
bawang putih (Jawa Tengah), bhabang poote (Madura), kasuna(Bali), lasuna
mawura (Minahasa), bawa badudo (Ternate) dan bawa flufer (Irian Jaya)
(Santoso, 2000).

Menurut Faradiba, 2014 tanaman bawang putih (Allium sativum L.)


memiliki beberapa bagian yaitu sebagai berikut :
a. Akar

Akar serabut yang ada pada tanaman bawang putih (Allium sativum
L.) hanya berfungsi sebagai penyerap dan mengisi air dan nutrisi yang
berada pada sekelilingnya. Akar tersebut tidak memiliki kemampuan
penyimpanan cadangan air dan nutrisi bagi pertumbuhan bawang
putih (Allium sativum L.).

b.Batang

Batang pada bawang putih (Allium sativum L.) merupakan


lingkaran berbentuk pipih, bertekstur kasar dan padat yang terdapat di dasar
umbi yang disebut sebagai cakram. Dipermukaan bawah inilah cakram
nantinya tumbuh akar-akar serabut tanaman bawang putih (Allium
sativum L.). Sementara dipermukaan atas adalah kelopak daun yang
saling membungkus kelopak daun di bawahnya sehingga terlihat seperti
batang.

c.Umbi
Satu bongkahan berbentuk umbi lapis yang berwarna putih, umbibawang
putih (Allium sativum L.) ini terdiri atas beberapa siung 8–20 siung yang
bergeromboldan tertata pada satu cakram. Antara siung satu dengan siung
lainnya dipisahkan oleh kulit tipis dan liat, serta dapat berbentuk satu
kesatuan yang kuat dan rapat. Tunas baru dapat terbentuk dari lembaga
yang dapat tumbuh menerobos pucuk siung. Adapun daging
pembungkus lembaga berfungsi sebagai pelindung dan gudang
persediaan makanan. Pada hakikatnya bagian dasar umbi adalah batang
pokok yang mengalami pengecilan (Santoso, 2000).

d. Daun

Daun bawang putih (Allium sativum L.) berwarna hijau, terlihat lebih gelap
pada sebelah atas dan lebih cerah pada sisi bagian bawah.Bawang putih
(Allium sativum L.) merupakan tumbuhan yang memiliki ciri helaian daun
seperti pita berbentuk pipih dan memanjang, tumbuh berumpun, berdiri
tegak dengan ukuran 30-75 cm (Sulistyorini, 2015).

e. Bunga
Bunga bawang putih (Allium sativum L.) berwarna merah muda. Bunga tersebut
muncul pada kelopak yang membentuk batang semu, ditandai dengan
membengkaknya bagian batang semu. Kehadiran bunga bawang putih
(Allium sativum L.) membuat produksi umbi menurun. Oleh karena itu,
jika bunga muncul segera dibuang dari tanaman bawang putih (Allium sativum
L.)

Sejarah tanaman bawang putih


Bawang putih (Allium sativum) sudah dikenal sekitar 3.000 tahun SM. Bawang
putih (Allium sativum) mempunyai sejarah panjang dalam penggunaannya sebagai
obat. Aristoteles menguji bawang putih (Alliumsativum) pada tahun 335 SM untuk
pengobatan. Bawang putih (Allium sativum) telah digunakan oleh bangsa-bangsa
Babilonia sebagai makanan sekaligus obat, demikian pula bangsa Yunani dan
orang Mesir Kuno. Orang-orang Yunani menyebutnya sebagai obat penawar racun.
Orang Yunani dan Romawi menggunakannya untuk mengobati lepra dan asma,
serta menghalau Kalajengking. Pada tahun 2700-1900 sebelum masehi bawang
putih (Allium sativum) telah digunakan oleh pekerjapekerja bangunan piramid
sebagai obat penangkal penyakit dan rasa letih. Dalam catatan sejarah Mesir Kuno,
para budak yang membangun piramida Kheops sekitar 4.600 tahun yang lalu
dianjurkan memakanbawang putih (Allium sativum) agar tetap sehat, kuat dan
memiliki daya tahan tubuh luar biasa. Hipocrates yang hidup 460 tahun SM juga
memuji bawang putih (Allium sativum) sebagai obat yang manjur. Pada abad II,
bangsa Roma menganggap bawang putih (Allium sativum) sebagai sumber
kekuatan tubuh sekaligus berkhasiat untuk mengatasi berbagai penyakit
(Sumetriani, 2010).

Habitat dan Distribusi GeografisBawang putih (Allium sativum L.)


pada umumnya ditanam di daerah dataran tinggi, ada juga yang mampu
berproduksi di daerah dataran sedang (Muhlisah dan Hening, 1999). Tanah yang
dapat menjadi media bawang putih (Allium sativum L.) tumbuh yang baik
yaitu tanah yang subur, gembur, banyak mengandung bahan organis, tanah
tersebut berstruktur lempung berpasir atau lempung berdebu dengan pH
antara 6-7, dan lahan untuk tanaman bawang putih (Allium sativum L.)ini tidak
boleh tergenang air (rawa). Suhu yang cocok berkisar antara 20 –25 0C
(Yuniastuti, 2006).

Kandungan Senyawa bawang putih (Allium sativum L.)


memiliki kandungan nutrisi yang tinggi dan lengkap. Komposisi dan
kandungan nutrisi bawang putih (Allium sativum L.) dalam setiap 100 gram
antara lain sebagai berikut:

Komposisi dan kandungan nutrisi bawang putih (Allium sativum L.) dalam
setiap 100 gram.
Komposisi Banyaknya
dan kandungan nutrisi Ubi Daun
Energy 122,00 kal. 12,00 kal.
Protein 7,00 gr. 2,10 gr.
Lemak 0,30 gr. 0,50 gr.
Karbohidrat 24,90 gr. 9,00 gr.
Serat 1,10 gr. 1,50 gr.
Abu 1,60 gr. 1,10 gr.
Kalsium 12,00 mg. 116,00 mg.
Fosfor 109,00 mg. 56,00 mg.
Zat besi 1,20 mg. 0,40 mg.
Natrium 13,00 mg. 4,00 mg.
Kalium 346,00 mg. 285,00 mg.
Vitamin A - 1.140,00 S.I
Vitamin B1 0,23 mg. 0,08 mg.
Vitamin B2 0,08 mg. 0,16 mg.
Vitamin C 7,00 mg. 38,00 mg.
Niacin 0,40 mg. 0,70 mg.
Sumber: Rukmana, 1995.

Efek biologis yang paling banyak adalah bahan organosulfur.


Sedangkan efek obat berasal dari allicindan turunannya (Karina, 2013).
Senyawa di dalam bawang putih (Allium sativum L.) ini kebanyakan
mengandung sulfur yang bertanggung jawab atas rasa, aroma, dan
sifat-sifat farmakologi (Hernawan, 2003). Kandungan senyawa pada
bawang putih (Allium sativum L.)yaitu saponin, tuberholosida, scordinin,
allicin, adenosin, ajoene, flavonoid. Dimana senyawaaliicin, saponin,
dan flavonoid merupakan senyawa yang dapat difungsikan sebagai
insektisida (Sukma, 2016). Senyawa allicin berfungsi untuk merusak
membran sel parasit sehingga tidak dapat berkembang lebih lanjut dan
merupakan zat aktif yang memiliki daya antibiotik cukup ampuh (Hanani,
2013). Senyawa flavonoid berfungsi sebagai antioksidan yang bersifat
racun perut apabila senyawa tersebut masuk dalam tubuh serangga
maka akan mengganggu organ pencernaan. Senyawa
saponinberfungsi untuk menghambat enzim pencernaan sehingga
menyebabkan terjadinya gangguan pada metabolisme suatu vektor
penyakit dan dapat berakibat adanya kematian pada vektor penyakit
tersebut (Muta’ali, 2015).

Komposisi kimia bawang putih per 100 gr: protein 4,5 gram, lemak 0,20
gram, hidrat arang 23,10 gram, vitamin B1 0,22 mg, vitamin C15 mg,
kalori 95 kalori, posfor 134 mg, kalsium 49 mg dan besi 1 mg. Dari
beberapa penelitian bawang putih mengandung zat aktip allicin, enzim
alinase, germanium (mampu mencegah rusaknya sel darah merah), sativine
(mempercepat pertumbuhan sel dan jaringan serta merangsang susunan sel
saraf), selenium (mikromineral penting yang berfungsi sebagai
antioksidan), skordinin (antioksidan). kandungan bawang putih bermanfaat
sebagai bakterisida, fungisida dan dapat menghambat pertumbuhan jamur
maupun mikroba lainnya. (Solihin,2009) Tanaman bawang putih juga
terkandung zat aktif pertama yaitu allicin yang menghasilkan bau bawang
putih (aroma) yang khas dihasilkan ketika senyawa sulfur dan allicin
bereaksi dengan enzim alinase (Evennett, 2006). Adapun kandungan sulfur
lainnya adalah aliiri, ajoene, allylpropyl disulfide, diallyl trisulfide,
sallylcysteine, vinyldithinnes, dan lainnya. Selain itu juga terdapat enzim-
enzim antara lain : allinase, peroxides, mirosinase dan lain-lain ( Kemper,
2000). Bawang putih (Allium sativum) memiliki konsentrasi senyawa
sulfur yang lebh tinggi daripada spesies Allium lainnya, yang bertanggung
jawab baik untuk bau tajam bawang putih dan banyak efek obat. Salah satu
yang paling aktif adalah senyawa biologis allicin. Allicin dianggap sebagai
antioksidan utama, namun studi terbaru menunjukkan bahwa senyawa lain
mungkin memainkan peran yang lebih, seperti senyawa polar fenolik dan
steroid, yang menawarkan berbagai sifat farmakologi tanpa bau dan juga
panas yang stabil (Gebreyohannes, 2013). Menurut Rustama dkk, (2005)
bawang putih mengandung senyawa alkaloid, saponin, dan tanin,
sedangkan berdasarkan penelitian Safithri (2004), bawang putih
mengandung karbohidrat, protein, sterol, alkoloid, flavonoid, fenol
hidroquinon dan saponin.

Manfaat Bawang Putih


Manfaat bawang putih (Allium sativum L.)bagi kesehatan antara lain
sebagai efek antibakteri, antifungi, antiviral, antiparasit dan antiprotozoa
yang dapat membantu penyembuhan gangguan pada kulit akibat infeksi
suatu mikroorganisme (Faradiba, 2014). Menurut Natalia, 2016
penghambatan antifungal dapat disebabkan oleh perlekatan senyawa
pada permukaan sel atau berdifusinya senyawa tersebut ke dalam sel
jamur. Bawang putih (Allium sativum L.)mempunyai khasiat untuk
menghindarkan diri dari kanker pada saat usia lanjut, menurunkan
kolesterol, tekanan darah, mencegah serangan jantung, dan
menghasilkan manfaat anti penggumpalan (Khomsan, 2009).
Selain sebagai penyedap makanan, bawang putih memiliki beberapa
manfaat, seperti :
a) Potensi Antimikroba Studi In vitro telah menunjukkan bahwa
bawang putih memiliki aktivitas melawan banyak bakteri gram
negatif dan bakteri gram positif. Beberapa bakteri yang telah diuji
sensitivitasnya terhadap bawang putih antara lain ialah Escherichia,
Salmonella, Staphylococcus, Streptococcus, Klebsiella, Proteus,
Bacillus, Clostridium dan Mycobacterium tuberculosis. Kandungan
bawang putih yang berfungsi sebagai antimikroba yaitu Flavonoid,
Fenol dan minyak atsiri (Bayan, 2013).
b) Pada Metabolisme Lemak dan Kolesterol Bawang putih
membantu metabolisme lemak dan menurunkan level kolesterol
tubuh. Meningkatkan kolesterol baik, HDL dan menurunkan kadar
kolesterol jahat, LDL dan trigliserida. Melindungi pembuluh darah
dan jantung. Secara signifikan mengurangi aktivitas HMG CoA dan
enzim lainnya. Kandungann kimia bawang putih yang membantu
metabolisme lemak dan menurunkan level kolesterol tubuh yaitu
allicin (Bayan, 2013).
c) Terhadap Sistem Kardiovaskular allicin merupakan kandungan
bawang putih yang dapat memperbaiki keseimbangan profil lipid,
mempengaruhi tekanan darah, menginhibisi fungsi platelet,
antioksidan dan aktivitas fibrinolisis (Bayan, 2013).
d) Kemampuan sebagai larvasida Tanaman bawang putih dapat
menjadi salah satu pilihan alternatif pengendalian vektor penyakit
DBD secara alamiah. Kandungan senyawa yang sudah ditemukan
pada bawang putih di antaranya adalah Allicin dan Sulfur Amonia
Acid Allin. Sulfur amonia acid allin ini oleh Enzim Allicin Lyase
diubah menjadi Piruvic Acid, Amonia, dan Allicin Anti Mikroba.
Selanjutnya Allicin mengalami perubahan menjadi Diallyl
Sulphide.Senyawa Allicin dan Diallyl Sulphide inilah yang
memiliki banyak kegunaan dan berkhasiat sebagai obat.Allicin dan
turunannya juga bersifat larvasida (Puja, 2010).
e) Potensi Antijamur Kandungan bawang putih telah terbukti
memiliki fungistatic dan aktivitas fungisida in vitro dan in vivo,
kandungan kimia bawang putih yang berfungsi sebagai antijamur
yaitu minyak atsiri, polifernol, allicin, saponin, plavonoid dan
terpenoid.

Panu (Tinea versicolor)


Panu (Tinea versicolor) adalah salah satu penyakit kulit yang
dikarenakan oleh jamur. Panu (Tinea versicolor)adalah penyakit jamur
superfisial kronik yang disebabkan oleh Malasezia furfur. Lesi akibat
jamur yang ditimbulkan biasanya terdapat di dada anterior dan posterior
tetapi dapat terjadi di sebagian besar permukaan tubuh. Bentuk lesi
tidak teratur, berbatas tegas sampai difus (Warganegara, 2016).

Klasifikasi Jamur Malassezia furfur


Kingdom : Fungi
Kelas : Basidiomycota
Divisio : Ustilaginomycotina
Sub Divisio :Malasseziales
Genus : Malassezia
Spesies : Malassezia furfur
(Partogi, 2008).

Morfologi Jamur Malassezia furfur


Jamur tampak sebagai kelompok kecil pada kulit penderita, sel ragi
berbentuk lonjong uniselular atau bentuk bulat bertunas (4-8 um) dan hifa
pendek, berseptum dan kadang bercabang, diameter 2,5-4 um dan
panjangnya bervariasi. Bentuk ini dikenal sebagai spaghetti dan meat ball,
pada biakan, Malassezia furfur membentuk khamir, kering dan berwarna
putih sampai krem. Pada kulit penderita jamur tampak sebagai spora bulat
dan hifa pendek (Sutanto, 2008). Makrokonidianya berbentuk garis yang
memiliki indeks bias lain dari sekitarnya dan jarak-jarak tertentu
dipisahkan oleh sekat-sekat atau butir-butir seperti kalung, hifa tampak
pendek, lurus atau bengkok disertai banyak butiran kecil yang bergerombol
(Siregar, 2005).
Gambar : Bentuk Koloni Malassezia furfur (Templeaura, 2014)

Gambar :Hifa dan Spora Malassezia furfur (Warganegara, 2016) Dilihat bentuk
spora yang begerombol dan bentuk hifa pendek (Widiati, 2016).
Gejala Klinis
Manusia mendapatkan infeksi bila sel jamur malassezia melekat pada kulit. Lesi
dimulai dengan bercak kecil tipis yang kemudian menjadi banyak dan menyebar,
disertai adanya sisik. Kelainan kulit pada penderita panu tampak jelas, sebab pada
orang yang memiliki kulit berwarna hitam panu ini merupakan bercak dengan
hipogpigmentasi, sedangkan pada orang warna kulit putih, sebagai bercak dengan
hiperpigmentasi. Dengan demikian warna kelainan kulit ini dapat bermacam-
macam (versicolor). Kelainan kulit tersebut terutama pada tubuh bagian atas (leher,
muka, lengan, dada, perut dan lain-lain), berupa bercak-bercak yang bulat-bulat
kecil (nummular), atau bahkan lebar seperti plakat pada paru-paru yang sudah
menahun. Biasanya tidak ada keluhan, ada rasa gatal bila berkeringat, ada perasaan
malu yang beralasan kosmetik (Gandahusada, 2008). Manusia mengalami kelainan
kulit yang bermacam-macam berupa bercak hipopigmentasi atau bercak
hiperpigmentasi sehingga disebut versicolor. Kelainan kulit dapat terjadi terutama
pada bagian tubuh atas (leher, lengan, muka, dada, perut dan lain sebagainya)
berupa bercak yang bulat kecil bahkan bisa lebar. Gejala panu dapat berupa
rasa gatal bila berkeringat, meskipun demikian kadang-kadang panu tidak
memberikan gejala subjektif (Sutanto, 2013). Awal infeksi jamur tampak
sebagai sel ragi (saprofit) dan setelah sel ragi menjadi miselium (hifa) maka akan
berubah menjadi patogen sehingga menyebabkan timbulnya lesi di kulit. Akibat
pertumbuhan jamur meningkat sehingga terjadi kolonisasi jamur di kulit. Hal ini
sering dihubungkan dengan beberapa faktor tertentu, seperti kulit yang berminyak,
prematuritas, pengobatan anti mikrobial dalam waktu lama, kortikosteroid,
penumpukan glikogen ekstraseluler, infeksi kronik, keringat berlebihan, pemakaian
pelumas kulit dan kadang kehamilan (Sutanto, 2008). Penyebab Penyakit panu
dapat disebabkan oleh 7 spesies Malassezia yaitu Malassezia furfur,
Malassezia globosa (serovar. B. M. furfur), alassezia obtuse, Malassezia
slooffiae, Malassezia sympodialis, Malassezia pachydermatis dan Malassezia
restricta (serovar. C. M. furfur) (Sutanto, 2013). Kebiasaan kurang baik,
seperti tidak mandi atau jarang mandi, berkeringat banyak dan lembab (Widiati,
2016).

Pengobatan
Pengobatan lokal (topikal) seperti preparat salisil (tinkur salisil spirtus), preparat
derivat imidazol (salep mikonazol, isokonazol, salep klotrimazol, ekonazol), krem
terbinafin 1%, solusio siklopiroks 0,1 % dan tolnaftat bentuk tinkur atau salep
pengobatan ini dapat digunakan pada kelainan yang kecil. Shampo yang
mengandung antimikotik juga dapat dipakai seperti selenium sulfid 2,5%,
ketokonazol 2% dan zinc pyrithione. Shampo dioleskan selama 5-10 menit pada
lesi kemudian dicuci sampai bersih. Pemakaian shampo satu kali dalam sehari
selama 2 minggu dan dapat diulang satu atau dua bulan kemudian. Apabila
kelainan menginfeksi hampir seluruh badan digunakan ketokonazol yaitu obat oral
sebanyak 200 mg per hari selama 5-7 hari, flukonazol 400 mg dosis tunggal dan
diulang dalam satu minggu sertaitrakonasol 200 mg per hari selama 5-7 hari
(Sutanto, 2008).
Panu (Tinea versicolor) akan berespon baik dengan terapi antimikotik
oral maupun topikal. Antijamur topikal membasmi panu secara temporer,
meskipun diulangi secara rutin dan teratur untuk mencegah kambuh lagi,
terapi oral untuk panu nyaman dan efektif, namun tidak mencegah
kekambuhan. Alternativeyang sangat popular adalah pemberian fluconazole sekali
sebulan dilakukan selama 6 bulan dosis oral. Obat-obatan yang dapat dipakai
misalnya suspense selenium sulphide (selsun) dapat dipakai sebagai sampo 2-
3 kali seminggu, salisil spiritus 10 %, mikonazol, isokonazol, ekonazol,
sulphur presipitatum dalam bedak kocok 4-20 %, tolsiklat, tolnaftat,
haloprogin (Suparyanto, 2014).

BAB 3 METODE PENILITIAN


Dalam penelitian ini, kami menggunakan metode : eksperimental
Metode penelitian merupakan rencana langkah-langkah penilitian yang meliputi :
 Objek,populasi dan sampel penilitian

Objek dalam penilitian ini adalah meliputi : panu (Tinea versicolor) adalah
salah satu penyakit kulit yang dikarenakan oleh jamur yaitu jamur Malasezia
furfur. Malassezia furfur merupakan jamur lipofilik yang normalnya hidup
di keratin kulit dan folikel rambut manusia saat masa pubertas dan di
luar masa itu.
Populasi dalam penelitian ini meliputi akar,batang,umbi,daun dan bunga dari
bawang putih yang memilik khasiat menyembuhkan panu (Tinea versicolor)
Sampel penilitiannya adalah pada kulit manusia.

 Lokasi penilitian
Lokasi penilitian Laboratorium Mikro Biologi Universitas Bhakti Kencana

Anda mungkin juga menyukai