Anda di halaman 1dari 15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Cengkeh (Syzygium aromaticum)


1. Nama Lokal
Cengkeh (Indonesia, Jawa, Sunda), Clove (Inggris), Bungeu
lawang (Gayo), Gomode (Halmahera, Tidore), Cangkih (Lampung),
Wunga Lawang (Bali), Cengke (Bugis), Sinke (Flores), Canke (Ujung
Pandang), Sake (Nias) (Haditomo, 2010).
2. Sinonim
Syzygium aromaticum L., Eugenia caryophyllata, Eugenia
aromatica, Caryophyllus aromaticus, Jambos carryhophyllus, Jambosa
caryophyllus N. D. Z. (Haditomo, 2010).
3. Klasifikasi
Klasifikasi menurut Suwarto et al (2014) adalah sebagai berikut :
a. Divisio : Spermatophyta
b. Sub-Divisio : Angiospermae
c. Kelas : Dicotyledoneae
d. Ordo : Myrtales
e. Famili : Myrtaceae
f. Genus : Syzygium
g. Spesies : Syzygium aromaticum L Merr & Perry
4. Deskripsi tanaman
Cengkeh (Syzygium aromaticum) termasuk jenis tumbuhan perdu
yang dapat memiliki batang pohon besar dan berkayu keras. Cengkeh
mampu bertahan hidup puluhan bahkan sampai ratusan tahun, tingginya
dapat mencapai 20-30 meter dan cabang-cabangnya cukup lebat. Bunga
dan buah cengkeh akan muncul pada ujung ranting daun dengan tangkai
pendek serta bertandan. Pada saat masih muda bunga cengkeh berwarna
keungu-unguan, kemudian berubah menjadi kuning kehijauan dan
berubah lagi menjadi merah muda apabila sudah tua. Sedangkan bunga

5
Potensi Minyak Astiri..., Cinthia Rosalina Aulia, Fak. Farmasi UMP 2016
cengkeh kering akan berwarna cokelat kehitaman dan berasa pedas
karena mengandung minyak atsiri (Thomas, 2007). Daun cengkeh
berwarna hijau dan berbentuk bulat telur memanjang dengan bagian
ujung dan pangkalnya menyudut, rata-rata mempunyai ukuran lebar 2-3
cm dan panjang daun tanpa tangkai berkisar 7,5-12,5 cm (Suwarto et al.,
2014). Daun cengkeh tidak termasuk daun yang lengkap karena tidak
memiliki upih/pelepah daun (vagina), namun hanya memiliki tangkai
daun (petioles), helaian daun (lamina). Daunnya berbentuk lonjong dan
berbunga pada bagian ujungnya. Daun cengkeh termasuk daun majemuk
karena dalam satu ibu tangkai ada lebih dari satu daun (Nuryanti, 2015).
Menurut Kardinan (2003) tanaman cengkeh memiliki daun tunggal,
bertangkai, tebal, kaku, bentuk bulat telur sampai lanset memanjang,
ujung runcing, pangkal meruncing, tepi rata, tulang daun menyirip,
permukaan atas mengkilap, panjang 6 - 13,5 cm, lebar 2,5 - 5 cm, warna
hijau muda atau cokelat muda saat masih muda dan hijau tua ketika tua
(Gambar 2.1).

Gambar 2.1.Tanaman Cengkeh

6
Potensi Minyak Astiri..., Cinthia Rosalina Aulia, Fak. Farmasi UMP 2016
Cabang-cabang dari tumbuhan cengkeh pada umumnya panjang
dan dipenuhi oleh ranting-ranting kecil yang mudah patah. Mahkota atau
biasa disebut tajuk pohon cengkeh berbentuk kerucut. Tanaman ini
tumbuh baik di daerah tropis di ketinggian 600 - 1.100 meter di atas
permukaan laut (dpl) di tanah yang berdrainase baik (Kardinan, 2003).
5. Kandungan kimia daun cengkeh
Di dalam minyak atsiri daun cengkeh mengandung eugenol,
trans-karyofilen, alfa-humulen eugenil asetat, karyofilen oksida dan
trimetoksiasetofenon (Prianto et al, 2013). Kandungan daun cengkeh
sebagian besar didominasi oleh eugenol yaitu berkisar 80-88% (Nuryoto
et al., 2011). Eugenol (C10H12O2), merupakan turunan guaiakol yang
mendapat tambahan rantai alkil, dikenal dengan nama IUPAC 2-metoksi-
4-(2-propenil) fenol. Eugenol dapat dikelompokkan dalam keluarga
alkilbenzena dari senyawa-senyawa fenol. Eugenol memberikan bau dan
aroma yang khas pada minyak cengkeh, berbau keras, dan mempunyai
rasa pedas. Eugenol mudah berubah menjadi kecoklatan apabila
dibiarkan di udara terbuka. Eugenol dapat mempengaruhi susunan saraf
yang khas dipunyai serangga dan tidak terdapat pada hewan berdarah
panas. Eugenol mempunyai sifat neurotoksik yang bekerja dalam proses
penekanan terhadap sistem saraf serangga, paralisis, selanjutnya terjadi
kematian, ditandai dengan tubuh yang apabila disentuh terasa lunak dan
lemas (Sanjaya dan Safaria, 2006). Struktur kimia eugenol adalah sebagai
berikut :

Gambar 2.2. Struktur kimia eugenol


Sumber : Iswari (2007)

7
Potensi Minyak Astiri..., Cinthia Rosalina Aulia, Fak. Farmasi UMP 2016
6. Manfaat Tanaman Cengkeh
Senyawa eugenol mempunyai aktivitas farmakologi sebagai
analgesik, antiinflamasi, antimikroba, antiviral, antifungal, antiseptik,
antispamosdik, antiemetik, stimulan, anastetik lokal sehingga senyawa
ini banyak dimanfaatkan dalam industri farmasi. Begitupun dengan salah
satu turunan senyawa eugenol, yaitu isoeugenol yang dapat dipergunakan
sebagai bahan baku obat antiseptik dan analgesik.
Dalam bidang kedokteran gigi, senyawa eugenol dalam bentuk
campurannya dengan zinc oxide terutama berlaku sebagai cementing
agent. Semen zinc oxide eugenol memiliki kekuatan antibakteri yang
lebih kuat dibandingkan dengan bahan penyemen gigi lainnya seperti
polikarboksilat, zinc fosfat, silikofosfat, kalsium hidroksida dan resin
komposit.
Aktivitas eugenol sebagai antimikroba dan antiseptik banyak
dimanfaatkan sebagai bahan baku obat kumur (mouthwash), pasta gigi,
toilet water, cairan antiseptik, tisue antiseptik dan spray antiseptik.
Selain itu, masih banyak manfaat tanaman cengkeh pada bidang
lain misal di industri makanan, minuman, rokok, industri pestisida nabati,
industri kemasan aktif, serta industri kimia lainnya.

B. Demam Berdarah
1. Virus Demam Berdarah
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) yang biasa disebut
Dengue Haemorrahagic Fever (DHF) merupakan satu dari beberapa
penyakit menular yang menjadi masalah kesehatan di dunia terutama
negara berkembang. Penyakit itu disebabkan oleh virus dari famili
Flaviridae yang ditularkan oleh serangga (arthropod borne virus =
arbovirus). Virus tersebut mempunyai 4 serotype yaitu DEN-1, DEN-2,
DEN-3 dan DEN-4). Seseorang yang pernah terinfeksi oleh salah satu
serotype virus tersebut biasanya kebal terhadap serotype yang sama
dalam jangka waktu tertentu, namun tidak kebal terhadap serotype

8
Potensi Minyak Astiri..., Cinthia Rosalina Aulia, Fak. Farmasi UMP 2016
lainnya, bahkan menjadi sensitif terhadap serangan demam berdarah
Dengue. Serangga yang diketahui menjadi vektor utama adalah nyamuk
Aedes aegypti (Supartha, 2008). Banyak faktor yang mempengaruhi
kejadian penyakit DBD. Beberapa di antaranya adalah faktor inang
(host), lingkungan (environment) dan faktor penular serta patogen
(virus). Faktor inang menyangkut kerentanan dan imunitasnya terhadap
penyakit, sedangkan faktor lingkungan menyangkut kondisi geografi
(ketinggian dari permukaan laut, curah hujan, angin, kelembaban,
musim), kondisi demografi (kepadatan, mobilitas, perilaku, adat istiadat,
sosial ekonomi penduduk), jenis dan kepadatan nyamuk sebagai vektor
penular penyakit tersebut (Kesumawati, 2011). Nyamuk dapat
mengandung virus DBD bila menghisap darah penderita. Virus tersebut
akan masuk ke dalam intestinum nyamuk. Replikasi virus terjadi dalam
hemocoelum dan akhirnya akan menuju ke dalam kelenjar air liur serta
siap ditularkan. Fase ini disebut sebagai extrinsic incubation periode
yang memerlukan waktu selama tujuh sampai empat belas hari
(Palgunadi dan Rahayu, 2011).
2. Patogenesis dan Patofisiologi
Patogenesis DBD tidak atau belum sepenuhnya dipahami, namun
ada yang penting diketahui, terdapat dua perubahan patofisiologi yang
mencolok yaitu :
a. Meningkatnya permeabilitas kapiler/pembuluh darah yang
mengakibatkan bocornya plasma ke dalam rongga pleura dan rongga
peritoneal. Kebocoran plasma terjadi singkat (24-48 jam).
b. Hemostasis abnormal yang disebabkan oleh vaskulopati
trombositopenia dan koagupati, mendahului terjadinya manifestasi
perdarahan.
3. Gejala klinis DBD
Pada awalnya muncul menyerupai gejala flu dan tifus (typhoid),
oleh karenanya seringkali dokter dan tenaga kesehatan lainnya juga
keliru dalam penegakkan diagnosa. Virus ini dipindahkan oleh nyamuk

9
Potensi Minyak Astiri..., Cinthia Rosalina Aulia, Fak. Farmasi UMP 2016
yang terinfeksi saat mengisap darah orang tersebut. Setelah masuk ke
dalam tubuh, lewat kapiler darah virus melakukan perjalanan ke berbagai
organ tubuh dan berkembang biak. Masa inkubasi virus ini berkisar
antara 8-10 hari sejak seseorang terserang virus dengue, sampai timbul
gejala-gejala demam berdarah seperti: Demam tinggi yang mendadak 2-7
hari (38 - 40°C). Pada pemeriksaan uji torniquet, tampak adanya bintik-
bintik perdarahan, adanya bentuk perdarahan di kelopak mata bagian
dalam (konjungtiva), mimisan (epitaksis), buang air besar dengan
kotoran (feses) berupa lendir bercampur darah (melena), dan lain-
lainnya, adanya pembesaran hati (hepatomegali), tekanan darah menurun
sehingga menyebabkan syok. Pada pemeriksaan laboratorium (darah)
hari ke 3 - 7 terjadi penurunan trombosit dibawah 100.000 /mm3
(trombositopeni), terjadi peningkatan nilai hematokrit diatas 20% dari
nilai normal (hemokonsentrasi), timbulnya beberapa gejala klinik yang
menyertai seperti mual, muntah, penurunan nafsu makan (anoreksia),
sakit perut, diare, menggigil, kejang dan sakit kepala, mengalami
perdarahan pada hidung (mimisan) dan gusi, demam yang dirasakan
penderita menyebabkan keluhan pegal/sakit pada persendian, munculnya
bintik-bintik merah pada kulit akibat pecahnya pembuluh darah
(Kesumawati, 2011).
4. Derajat Penyakit DBD
Menurut Misnadiarly (2009) derajat penyakit DBD adalah
sebagai berikut :
a. Derajat I
Pada tingkat ini terjadi demam yang disertai gejala klinis
tidak khas. Satu-satunya gejala perdarahan adalah hasil uji tourniquet
yang positif.
b. Derajat II
Pada tingkat ini, gejala yang terdapat pada derajat I ditambah
perdarahan spontan, biasanya dalam bentuk perdarahan kulit dan
atau bentuk perdarahan lainnya.

10
Potensi Minyak Astiri..., Cinthia Rosalina Aulia, Fak. Farmasi UMP 2016
c. Derajat III
Terjadi kegagalan sirkulasi yang ditandai dengan denyut nadi
yang cepat dan lemah, menyempitnya tekanan nadi 20 mmHg atau
kurang atau hipotensi, ditandai dengan kulit dingin dan lembab serta
pasien menjadi gelisah.
d. Derajat IV
Terjadi syok berat dengan tidak terabanya denyut nadi
maupun tekanan darah.

C. Nyamuk Aedes aegypti


Nyamuk aedes merupakan sejenis nyamuk yang biasanya ditemui
di kawasan tropis. Namanya diperoleh dari perkataan Yunani aedes, yang
berarti "tidak menyenangkan", karena nyamuk ini menyebarkan beberapa
penyakit berbahaya seperti demam berdarah dan demam kuning (Adifian,
et al., 2013).
a. Klasifikasi Nyamuk Aedes aegypti
Klasifikasi nyamuk Aedes aegypti adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Subphylum : Unimaria
Kelas : Insecta
Ordo : Diptera
Sub-ordo : Nematocera
Superfamili : Culicoidea
Famili : Culicidae
Sub-famili : Culicinae
Genus : Aedes
Spesies : Aedes aegypti (Wibawa, 2012).
b. Morfologi
1) Telur

11
Potensi Minyak Astiri..., Cinthia Rosalina Aulia, Fak. Farmasi UMP 2016
Telur Aedes aegypti berbentuk lonjong, dan panjangnya
sekitar 0,6 mm yang menempel pada dinding tempat
penampungan air. Telur berwarna hitam dan setiap kali bertelur,
nyamuk betina dapat menghasilkan telur sebanyak seratus butir
telur. Setelah 2 hari telur terendam dalam air, telur akan menetas
menjadi jentik (Silalahi, 2004).
2) Larva
Larva Aedes aegypti melalui 4 stadium larva yaitu dari
instar I, instar II, instar III, dan instar IV. Larva instar I sangat
kecil tubuhnya, warnanya transparan, panjang sekitar 1-2 mm,
duri-duri (spinae) pada dada (thorax) belum begitu jelas, corong
pernapasan (siphon) belum menghitam. Larva instar II
bentuknya lebih besar dari larva instar I dengan ukuran sekitar
2,5-3,9 mm, duri dada belum jelas, dan corong pernapasan
sudah berwarna hitam. Larva instar III berukuran 4-5 mm, duri
dada mulai jelas dan corong pernapasan berwarna coklat
kehitaman. Larva instar IV sudah lengkap anatominya yaitu
sudah terdapat kepala (caput), dada (thorax), dan perut
(abdomen). Larva instar IV punya tanda yang khas yaitu pelana
yang terbuka pada segmen anal, sepasang bulu siphon dan gigi
sisir yang berduri lateral pada segmen abdomen ke-7 (Haditomo,
2010). Setelah 6-8 hari larva akan menjadi pupa (Rosmayanti,
2014).
3) Pupa (kepompong)
Berbentuk seperti koma, bentuknya lebih besar dan lebih
ramping. Kepala dan dadanya bersatu dilengkapi sepasang
terompet pernafasan. Pupa akan menjadi nyamuk dewasa dalam
kurun waktu sekitar 2 hari (Wibawa, 2012).
4) Nyamuk dewasa
Mempunyai warna dasar yang hitam dengan bintik-bintik
putih pada bagian badan, kaki, dan sayap. Pertumbuhan dari

12
Potensi Minyak Astiri..., Cinthia Rosalina Aulia, Fak. Farmasi UMP 2016
telur menjadi nyamuk dewasa mencapai 9-10 hari. Umur
nyamuk betina dapat mencapai 2 sampai 3 bulan. Sayap
berukuran 2,5-3mm, bersisik hitam, mempunyai vena yang
permukaannya ditumbuhi sisik-sisik sayap (wing scales) yang
letaknya mengikuti vena. (Gandahusada, 1998). Umumnya,
suhu untuk tempat perkembang biakan nyamuk Aedes aegypti
berkisar antara suhu 25–27°C (Depkes RI, 2001). Fluktuasi pH
air sangat di tentukan oleh alkalinitas air, pH normal untuk
perkembangan nyamuk dari bertelur sampai menjadi pupa
berkisar antara 4 – 9 (Adifian et al., 2013). Virus dengue
disebarkan dari penderita ke orang lain melalui nyamuk Aedes
aegypti. Nyamuk ini yang menghisap darah orang yang sudah
terinfeksi virus Dengue dan dapat berkembang biak dalam air
liur nyamuk dengan masa pengeraman 8 – 10 hari. Nyamuk
yang sudah terinfeksi masih dapat hidup berkisar 15 – 65 hari
dan dapat menularkan ke orang lain (Waluyo et al., 2011).
c. Daur hidup
Daur hidup nyamuk Aedes aegypti melalui metamorfosis
sempurna yaitu dimulai dari : telur, larva (jentik), pupa
(kepompong), dan nyamuk dewasa. Nyamuk betina meletakkan telur
di atas permukaan air dalam keadaan menempel pada dinding tempat
perindukkannya. Setelah kira-kira 2 hari, telur menetas menjadi larva
lalu terjadi pengelupasan kulit sebanyak 4 kali, kemudian tumbuh
menjadi pupa dan akhirnya menjadi dewasa. Pertumbuhan dari telur
hingga menjadi nyamuk dewasa memerlukan waktu kira-kira 9 hari
(Wibawa, 2012).
d. Tempat Perkembangbiakan
Tempat perindukan utama nyamuk Aedes aegypti adalah
tempat-tempat berisi air bersih yang berdekatan letaknya dengan
rumah penduduk, biasanya tidak melebihi jarak 500 meter dari
rumah. Tempat perindukkan tersebut berupa :

13
Potensi Minyak Astiri..., Cinthia Rosalina Aulia, Fak. Farmasi UMP 2016
1) Tempat perindukan buatan manusia, misalnya: tempayan,
gentong tempat penyimpanan air minum, bak mandi, jambangan
atau pot bunga, kaleng botol, drum, ban mobil yang terdapat di
halaman rumah atau di kebun yang berisi air hujan.
2) Tempat perindukan alamiah seperti: kelopak daun tanaman,
tempurung kelapa, tonggak bambu, dan lubang yang berisi air
hujan (Gandahusada, 2000).

D. Pengendalian Nyamuk Aedes aegypti


1. Pengendalian Mekanis
Pengendalian nyamuk bisa dilakukan dengan cara mekanis yaitu
dengan cara menghilangkan sarang nyamuk dengan cara menguras dan
menyikat dinding tempat penampungan air seminggu sekali,
membersihkan kontainer, tambak, dan lain-lain (Komariah et al., 2010).
Mengubur barang-barang bekas yang bisa menampung air hujan, misal
kaleng, ban-ban bekas, tempurung kelapa yang tergenang air hujan, dan
lainnya. Membersihkan atau mengangkat tanaman air atau lumut di
tempat perindukkan nyamuk penular. Cara lain adalah dengan
memasangkan kawat kasa (kawat nyamuk) pada semua lubang yang ada
di rumah, misalnya lubang angin, lubang jendela, pintu, dan lainnya
(Wibawa, 2012).

2. Pengendalian Biologis
Pengendalian biologis dapat dilakukan dengan menggunakan
bakteri patogen yaitu Bacillus thuringiensis, cara ini adalah cara yang
paling efektif dan potensial serta tidak menimbulkan efek samping,
dengan menggunakan bakteri ini diisolasi dalam habitat tanah dan
dibiakkan dalam media lokal air cucian beras terhadap larva Aedes
aegypti (Komariah et al., 2010). Bacillus thuringiensis memproduksi
toksin yang terdapat dalam bentuk kristal yang sangat beracun dengan
larutan alkalis yang terdapat dalam usus serangga terjadi perubahan

14
Potensi Minyak Astiri..., Cinthia Rosalina Aulia, Fak. Farmasi UMP 2016
bentuk krital-kristalnya dan apabila diabsorpsi ke dalam darah
menyebabkan kenaikan pH darah (Wibawa, 2012).
3. Pengendalian Cara Terpadu
Pengendalian cara terpadu terhadap vektor nyamuk dalam hal ini
melibatkan masyarakat dan pemerintah dengan melakukan berbagai
kegiatan rutin seperti pembersihan lingkungan di lingkungan sekolah,
kantor pemerintahan dan rumah sakit (Komariah et al., 2010).

E. Metode Destilasi
1. Definisi
Destilasi merupakan metode pemisahan dan pemurnian dari
cairan yang mudah menguap yang penting. Prosesnya meliputi
penguapan cairan tersebut dengan cara memanaskan, dilanjutkan dengan
kondensasi uapnya menjadi cairan, disebut dengan destilat. Terdapat
berbagai macam cara destilasi, yaitu destilasi sederhana, destilasi fraksi,
destilasi tekanan rendah, destilasi uap air, dan microscale destilasi
(Walangare et al, 2013).
a. Jenis destilasi menurut Walangare et al (2013) :
1) Destilasi Sederhana
Destilasi sederhana atau destilasi biasa adalah teknik
pemisahan kimia untuk memisahkan dua atau lebih komponen
yang memiliki perbedaan titik didih yang jauh. Suatu campuran
dapat dipisahkan dengan destilasi biasa ini untuk memperoleh
senyawa murni. Senyawa yang terdapat dalam campuran akan
menguap saat mencapai titik didih masing-masing.
2) Destilasi Fraksionasi (Bertingkat)
Sama prinsipnya dengan destilasi sederhana, hanya
destilasi bertingkat ini memiliki rangkaian alat kondensor yang
lebih baik, sehingga mampu memisahkan dua komponen yang
memiliki perbedaan titik didih yang berdekatan. Untuk
memisahkan dua jenis cairan yang sama mudah menguap dapat

15
Potensi Minyak Astiri..., Cinthia Rosalina Aulia, Fak. Farmasi UMP 2016
dilakukan dengan destilasi bertingkat. Destilasi bertingkat
adalah suatu proses destilasi berulang. Proses berulang ini
terjadi pada kolom fraksional. Kolom fraksional terdiri atas
beberapa plat dimana pada setiap plat terjadi pengembunan. Uap
yang naik plat yang lebih tinggi lebih banyak mengandung
cairan yang lebih atsiri (mudah menguap) sedangkan cairan
yang yang kurang atsiri lebih banyak kondensat.
3) Destilasi Azeotrop
Memisahkan campuran azeotrop (campuran dua atau
lebih komponen yang sulit di pisahkan), biasanya dalam
prosesnya digunakan senyawa lain yang dapat memecah ikatan
azeotrop tersebut atau dengan menggunakan tekanan tinggi.
4) Destilasi uap
Destilasi uap adalah istilah yang secara umum digunakan
untuk destilasi campuran air dengan senyawa yang tidak larut
dalam air, dengan cara mengalirkan uap air kedalam campuran
sehingga bagian yang dapat menguap berubah menjadi uap pada
temperatur yang lebih rendah dari pada dengan pemanasan
langsung.
5) Destilasi Vakum
Memisahkan dua komponen yang titik didihnya sangat
tinggi, metode yang digunakan adalah dengan menurunkan
tekanan permukaan lebih rendah dari 1 atm, sehingga titik
didihnya juga menjadi rendah, dalam prosesnya suhu yang
digunakan untuk mendestilasinya tidak perlu terlalu tinggi.
2. Minyak Atsiri
a. Pengertian Minyak Atsiri
Minyak atsiri dikenal dengan nama minyak eteris atau
minyak terbang (essential oil, volatile) yang merupakan salah satu
hasil metabolisme tanaman. Bersifat mudah menguap pada suhu
kamar, mempunyai rasa getir, serta berbau wangi sesuai dengan bau

16
Potensi Minyak Astiri..., Cinthia Rosalina Aulia, Fak. Farmasi UMP 2016
tanaman penghasilnya. Minyak atsiri larut dalam pelarut organik dan
tidak larut dalam air (Arniputri et al., 2007). Minyak atsiri
merupakan zat yang memberikan aroma pada tumbuhan. Minyak
atsiri memiliki komponen volatil pada beberapa tumbuhan dengan
karakteristik tertentu. Saat ini, minyak atsiri telah digunakan sebagai
parfum, kosmetik, bahan tambahan makanan dan obat (Buchbauer,
1991). Komponen aroma dari minyak atsiri cepat berinteraksi saat
dihirup, senyawa tersebut berinteraksi dengan sistem syaraf pusat
dan langsung merangsang pada sistem olfactory, kemudian sistem ini
akan menstimulasi syaraf-syaraf pada otak di bawah kesetimbangan
korteks serebral. Senyawa-senyawa berbau harum atau fragrance
dari minyak atsiri suatu bahan tumbuhan telah terbukti pula dapat
mempengaruhi aktivitas lokomotor (Buchbauer, 1991).
b. Destilasi Minyak Atsiri
Menurut Nuryoto et al (2011), secara umum destilasi minyak
atsiri dilakukan beberapa cara yaitu:
1) Destilasi Air
Pada cara ini, bahan tanaman yang akan didestilasi
mengalami kontak langsung dengan air mendidih. Ciri khas cara
ini yaitu adanya kontak langsung antara bahan dan air mendidih.
Oleh karena itu, sering disebut destilasi langsung. Destilasi
dengan cara ini cocok untuk bunga mawar sebab seluruh bagian
bahan harus tercelup dan dapat bergerak bebas dalam air
mendidih. Meskipun dari proses pengerjaannya sangat mudah,
tetapi destilasi dengan cara langsung ini dapat menyebabkan
banyaknya rendemen minyak yang hilang.
2) Destilasi Uap
Cara ini disebut destilasi tak langsung. Pada prinsipnya,
model ini sama dengan destilasi langsung. Hanya saja air
penghasil uap tidak diisikan bersama-sama dalam ketel
penyulingan. Uap yang digunakan berupa uap jenuh atau uap

17
Potensi Minyak Astiri..., Cinthia Rosalina Aulia, Fak. Farmasi UMP 2016
yang kelewat panas dengan tekanan lebih dari 1 atmosfer. Di
dalam proses destilasi dengan uap ini, uap dialirkan melalui pipa
uap yang berlingkar yang berpori dan berada dibawah bahan
tanaman yang akan didestilasi. Kemudian uap akan bergerak
menuju ke bagian atas melalui bahan yang disimpan di atas
saringan. Salah satu kelebihan model ini antara lain sebuah ketel
uap dapat melayani beberapa buah ketel destilasi yang dipasang
seri sehingga proses produksi akan berlangsung lebih cepat.
Namun sayangnya proses destilasi dengan model ini
memerlukan konstruksi ketel yang lebih kuat, alat-alat
pengaman yang lebih baik.
3) Destilasi Air dan Uap
Pada destilasi ini, bahan tanaman yang akan didestilasi
diletakkan di atas rak - rak atau saringan berlubang. Kemudian
ketel penyulingan di isi dengan air sampai permukaannya tidak
jauh bagian bawah saringan. Ciri khas model ini yaitu uap selalu
dalam keadaan basah, jenuh, dan tidak terlalu panas. Bahan
tanaman yang akan disuling hanya berhubungan dengan uap dan
tidak dengan air panas. Sebenarnya terdapat perbedaan yang
mendasar pada prinsip ketiga model destilasi tersebut. Namun
dalam praktek hasilnya akan berbeda bahkan kadang-kadang
perbedaanya sangat berarti karena masing–masing metode
mempunyai kekurangan dan kelebihan.
F. Pestisida
1. Pengertian Pestisida
Pestisida menurut Kementrian Pertanian (2011) adalah semua zat
kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang dipergunakan untuk
:
a. Memberantas atau mencegah hama-hama dan penyakit-penyakit
yang merusak tanaman, bagian-bagian tanaman atau hasil-hasil
pertanian.

18
Potensi Minyak Astiri..., Cinthia Rosalina Aulia, Fak. Farmasi UMP 2016
b. Memberantas rerumputan atau tanaman pengganggu/gulma.
c. Mematikan daun dan mencegah pertumbuhan yang tidak diinginkan.
d. Mengatur atau merangsang pertumbuhan tanaman atau bagian-
bagian tanaman, tidak termasuk pupuk.
e. Memberantas atau mencegah hama-hama luar pada hewan-hewan
peliharaan dan ternak.
f. Memberantas atau mencegah hama-hama air.
g. Memberantas atau mencegah binatang-binatang dan jasad-jasad
renik dalam rumah tangga, bangunan dan alat-alat pengangkutan.
h. Memberantas atau mencegah binatang-binatang yang dapat
menyebabkan penyakit pada manusia dan binatang yang perlu
dilindungi dengan penggunaan pada tanaman, tanah dan air.
2. Pestisida Nabati
Menurut Kementrian Pertanian (2012), pestisida nabati adalah
pestisida yang berasal dari tumbuhan, sedangkan arti pestisida itu sendiri
adalah bahan yang dapat digunakan untuk mengendalikan populasi OPT.
Pestisida nabati bersifat mudah terdegradasi di alam (Bio-degredable),
sehingga residunya pada tanaman dan lingkungan tidak signifikan.
Indonesia di kenal dengan negara yang memiliki kekayaan
keanekaragaman hayati (Mega-biodiversity) terbesar kedua di dunia
setelah Brazil, termasuk memiliki sejumlah tanaman yang dapat
digunakan sebagai bahan dasar pestisida, baik yang dapat langsung
digunakan atau dengan ekstraksi sederhana dengan air, ekstraksi dengan
pelarut organik lainnya ataupun dengan cara penyulingan, tergantung
kepada tujuan dari formula yang akan dibuat. Oleh karena itu,
penggunaan pestisida nabati di Indonesia perlu diperkenalkan terhadap
pengguna, serta disosialisasikan dan didiseminasikan kepada semua para
pemangku kepentingan (stake holder).

19
Potensi Minyak Astiri..., Cinthia Rosalina Aulia, Fak. Farmasi UMP 2016

Anda mungkin juga menyukai