Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan satu diantara negara tropis di dunia dan memiliki

kelembaban suhu optimal yang mendukung bagi kelangsungan hidup serangga.

Nyamuk merupakan satu diantara jenis serangga yang dapat merugikan manusia

karena perannya sebagai vektor penyakit.

Demam Berdarah Dengue merupakan satu diantara penyakit yang di

tularkan oleh nyamuk. Penyakit DBD ditularkan melalui nyamuk Aedes aegypti.

Keberadaan nyamuk yang berdekatan dengan kehidupan manusia dan hewan

dapat menimbulkan masalah yang cukup serius dikarenakan nyamuk bertindak

sebagai vektor beberapa penyakit yang sangat penting dengan tingginya tingkat

kesakitan dan kematian yang ditimbulkan. Penyebab utama munculnya epidemi

penyakit DBD adalah perkembangbiakan dan penyebaran nyamuk sebagai

vektor penyakit yang tidak terkendali.

Upaya memutus mata rantai penyebaran nyamuk dilakukan dengan cara

pengendalian vektor menggunakan larvasida. Saat ini telah banyak larvasida yang

digunakan oleh masyarakat, akan tetapi larvasida tersebut membawa dampak

negatif pada lingkungan karena mengandung senyawa-senyawa kimia yang

berbahaya, terhadap manusia maupun lingkungan. Pengembangan larvasida yang

tidak berbahaya dan ramah lingkungan yang berasal dari alam perlu di tingkatkan.

Larvasida dari tanaman lebih selektif dan aman, karena mudah terdegradasi di

1
alam. Banyaknya dampak negatif akibat insektisida kimia membuat pemerintah

mengeluarkan PERMENKESNo.374 TAHUN 2010 tentang pengendalian vektor

penyakit yang di dalamnya terdapat standar dan syarat penggunaan.

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka penulis tertarik

untuk melakukan penelitian dengan judul “Pemanfaatan Abate (Temephos)

Alami Berbahan Dasar Biji Pinang (Areca chatecu. L) Sebagai Biolarvasida

Terhadap Larva Nyamuk Aedes Aegypti”

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan, maka yang menjadi

permasalahan dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah ada pengaruh pemanfaatan abate (temephos) alami berbahan

dasar biji pinang (Areca chatecu. L) sebagai biolarvasida terhadap

larva nyamuk Aedes aegypti ?

2. Seberapa besar pengaruh pemanfaatan abate (temephos) alami

berbahan dasar biji pinang (Areca chatecu. L) sebagai biolarvasida

terhadap larva nyamuk Aedes aegypti ?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui pemanfaatan abate (temephos) alami berbahan dasar

biji pinang (Areca chatecu. L) sebagai biolarvasida terhadap larva

nyamuk Aedes aegypti ?

2
2. Untuk mengetahui besar pengaruh efektifitas abate (temephos) alami

berbahan dasar biji pinang (Areca chatecu. L) sebagai biolarvasida

terhadap larva nyamuk Aedes aegypti ?

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah :

1. Sebagai bahan informasi kepada masyarakat bahwa abate (temephos)

alami berbahan dasar biji pinang (Areca chatecu. L) dapat dimanfaatkan

sebagai bahan pembasmi larva nyamuk Aedes aegypti.

2. Hasil dari penelitian ini diharapakan dapat memberikan subansi ilmu

pengetahuan bagi masyarakat umum khususnya Siswa/siswi dalam

mempelajari mata IPA yang berkaitan dengan kajian penelitian.

1.5. Kajian Teori

Dalam kajian teori ini terdiri atas penelitian terdahulu yang relevan dengan

penulisan proposal penelitian MYRES sebagai bahan perbandingan, penulis akan

mengkaji beberapa penelitial penelitian n terdahulu untuk menghindari kesamaan

obyek dalam penelitian. Dalam penelitian ini peneliti tidak menemukan penelitian

yang sama dengan judul penelitian, hanya saja peneliti menemukan data yang

berhubungan dengan judul penelitian ini, penelitian tersebut diantaranya adalah

sebagai berikut:

1. Baitia menyatakan dalam penelitian yang berjudul “ Pengaruh Ekstrak

Daun Cengkeh (Sygizium aromaticum) Terhadap Mortalitas Larva

Nyamuk Aedes aegypti”. Hasil dari penelitian ini menunjukan adanya

3
hubungan pemberian ekstrak daun cengkeh (Syzigium aromaticum)

terhadap jumlah kematian larva Aedes aegypti, sehingga dapat diambil

kesimpulan bahwa ekstrak daun cengkeh (Syzigium aromaticum)

memiliki potensi sebgai larvasida alami Aedes aegypti karena

menyebapkan kematian larva yang bermakna pada kelompok

perlakuan. Persamaannya adalah sama-sama meneliti tentang larva

nyamuk Aedes aegypti. Sedangkan perbedaannya adalah pengolahan

pada bahan penelitian.

4
BAB II

TINJUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Umum Nyamuk Aedes aegypti

Aedes aegypti adalah nyamuk yang termasuk dalam subfamili Culicinae,

famili Culicidae, ordo Diptera, kelas Insecta. Nyamuk Ae. aegypti adalah nyamuk

yang sudah terkonfirmasi sebagai vektor penyakit Demam Berdarah Dengue

(DBD). Penyebab penyakit demam berdarah yaitu virus Dengue yang termasuk

dalam genus Flavivirus, famili Flaviviridae. Terdapat empat serotipe dari virus

Dengue, yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Satu diantara upaya yang

dilakukan dalam pengendalian penyakit DBD adalah mengendalikan vektornya.

Langkah awal pengendalian vektor dengan mempelajari siklus hidup Ae.

Aegypti . Serotipe virus DEN-3 merupakan serotipe yang dominan dan

diasumsikan banyak menunjukkan manifestasi klinik yang berat. Keempat

serotipe virus ini telah ditemukan di berbagai wilayah Indonesia. Hasil penelitian

di Indonesia menunjukkan bahwa DEN-3 sangat berkaitan dengan kasus DBD

berat dan merupakan serotipe yang paling luas distribusinya disusul oleh DEN-2,

DEN-1 dan DEN-4 (Kemenkes RI, 2015).

2.2. Deskripsi Umum Tanaman Pinang

Pinang (Areca chatechu. L) adalah sejenis palma yang tumbuh di daerah

Pasifik, Asia dan Afrika bagian timur. Di berbagai daerah di Indonesia, pinang

dikenal dengan berbagai nama lokal, di antaranya adalah pineung (Aceh), pining

(Batak Toba), penang (Madura), jambe (Jawa, Sunda), buah, bua, ua, wua, pua,

5
fua, hua (Bali, Nusa Tenggara dan Maluku). Dalam bahasa Inggris dikenal

sebagai betel palm atau betel nut tree. Batang lurus langsing, dapat mencapai

tinggi 25 m dengan diameter kurang lebih 15 cm, meski ada pula yang lebih besar.

Tajuk tidak rimbun. Pelepah daun berbentuk tabung dengan panjang 80 cm,

tangkai daun pendek, panjang helaian daun 80 cm, anak daun 85 x 5 cm, dengan

ujung sobek dan bergerigi. Tongkol bunga dengan seludang (spatha) yang panjang

dan mudah rontok, muncul di bawah daun, panjang lebih kurang 75 cm, dengan

tangkai pendek bercabang rangkap, sumbu ujung sampai panjang 35 cm, denga~ 1

bunga betina pada pangkal. Di atasnya terdapat banyak bunga jantan tersusun

dalam 2 baris yang tertancap dalam alur. Panjang bunga jantan 4 mm, putih

kuning, benang sari 6. Panjang bunga betina 1,5 cm, hijau, bakal buah beruang 1.

Buah merupakan buah buni bulat telur terbalik memanjang, merah oranye,

panjang 3,5-7 cm, dengan dinding buah yang berserabut. Biji 1 berbentuk telur,

dan memiliki gambaran seperti jala.

Pinang terutama ditanam untuk dimanfaatkan bijinya, yang di dunia Barat

dikenal sebagai betel nut. Biji ini digunakan sebagai campuran mengunyah sirih,

selain gambir, kapur, dan tembakau. Biji pinang mengandung alkaloida seperti

bersifat racun dan adiktif, dapat merangsang otak. Biji pinang menimbulkan rasa

pening apabila dikunyah karena mengandung zat yang memabukkan. Secara

tradisional, biji pinang digunakan untuk mengobati sakit disentri, diare berdarah,

dan kudisan. Biji ini juga dimanfaatkan sebagai penghasil zat pewarna merah dan

bahan penyamak.

6
1. Klasifikasi Tanaman Pinang (Areca Catechu L)

Foto 2.2. Tanaman Pinang

Klasifikasi Tanaman Pinang (Areca catechu)

Klasifikasi

Regnum : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Liliopsida

Ordo : Arecaceae

Genus : Areca

Spesis : Areca catechu L.

Areca catechu L. (pinang) merupakan tanaman famili Arecaceae yang dapat

mencapai tinggi 15-20 m dengan batang tegak lurus bergaris tengah 15 cm.

Buahnya berkecambahsetelah 1,5 bulan da 4 bulan kemudian mempunyai jambul

daun-daun kecil yang belumterbuka. Pembentukan batang baru terjadi setelah 2

tahun dan berbuah pada umur 5-8tahun tergantung keadaan tanah. Tanaman ini

berbunga pada awal dan akhir musimhujan dan memiliki masa hidup 25-30 tahun.

Biji buah berwarna kecoklatan sampai coklatkemerahan, agak berlekuk-lekuk

dengan warna yang lebih muda. Pada bidang irisan bijitampak perisperm

7
berwarna coklat tua dengan lipatan tidak beraturan menembusendosperm yang

berwarna agak keputihan.

Tumbuhan ini batang nya lurus langsing, dapat mencapai ketinggian 25 m

dengan diameter lk 15 cm, meski ada pula yang lebih besar. Tajuk tidak rimba.

Pelepah daun berbentuk tabung dengan panjangnya 80 cm, tangkai daun pendek,

helaian daun panjangnya sampai 80 cm, anak daun 85x5 cm, dengan ujung sobek

dan bergerigi. Tongkol bunga dengan seludang (saptha) yang panjang dan mudah

rontok, muncul dibaw ah daun, panjang lebih kurang 75 cm, dengan tangkai

pendek bercabang rangkap, sumbu ujung sampai panjang 35 cm, dengan 1 bunga

betina pada pangkal, di atasnya dengan banyak bunga jantan tersusun dalam 2

baris yang tertancap dalam alur. Bunga jantan panjangnya 4 mm, putih kuning,

benang sari 6. Bunga betina panjang lebih kurang 1,5 cm, hijau, bakal buah

beruang 1. Buah buni bulat telur terbalik memanjang, merah oranye, panjang 3,5-

7 cm, dengan dinding buah yang berserabut. Biji 1 berbentuk telur, dan memiliki

gambaran seperti jala.

2. Morfologi Tanaman Pinang (Areca chatecu L)

a. Habitat

Areca Catechu L. (Pinang) merupakan tanaman palma famili arecaceae

yang dapat mencapai tinggi 15-20 m.1

b. Akar dan Batang

Akar : Berakar serabut, putih kotor

1
Conguist,1981:http://azaywali.blogspot.com /2012/03/morfologi-daun-tunggal
14.html.diakses tanggal 15 agustus 2016

8
Batang : Batang tegak lurus tinggi 10-30 m, bergaris tengah 15 cm tidak

bercabang dengan bekas daun yang lepas. Pembentukan batang baru

terjadi setelah 2 tahun dan berbuah pada umur 5-8 tahun bergantung

dengan keadaan tanah.

c. Daun

Daun majemuk menyirip tumbuh berkumpul diujung batang membentuk

roset batang. Pelepah daun berbentuk tabung, panjang 80 cm, tangkai daun

pendek. Panjang helaian daun 1-1,8 m dan anak daun memiliki panjang 85

cm, lebar 5 cm dengan ujung sobek dan bergigi.

d. Bunga

Tongkol bunga dengan seludang panjang yang mudah rontok, keluar dari

bawah roset daun, panjang sekitar 75 cm, dengan tangkai pendek

bercabang rangkap. Ada 1 bunga betina, diatasnya banyak bunga jantan

tersusun dalam 2 baris yang tertancap dalam alur. Bunga jantan 4 mm.

Putih kuning, benang sari 6 , bunga betina dengan panjangnya sekitar 1,5

cm, bakal buah beruang satu

e. Buah

Buahnya buah buni, bulat telur sungsang memanjang, panjang sekitar 3,5-

7 cm, dinding buah berserabut, bila masak warnanya merah orange,

buahnya berkecambah setelah 1,5 bulan dan 4 bulan kemudian mempunyai

jambul yang daun-daun yang belum terbuka.

9
f. Biji

Biji satu yang bentuknya seperti kerucut pendek dengan ujung yang

membulat, pangkal agak datar dengan suatu lekukang dangkal, panjang 15-30

mm, permukaan luar berwarna kecoklatan sampai coklat kemerahan, agak

berlekuk-lekuk menyerupai jala dengan warna yang lebih muda. Pada bidan irisan

biji tampak perisperm berwarna coklat tua denagn lipatan tidak beraturan

menembus endosperm yang berwarna agak keputihan.

3. Kandungan Kimia

Biji buah pinang mengandung alkaloid, seperti arekolin (C8 H13 NO2),

arekolidine, arekain, guvakolin, guvasine dan isoguvasine, tanin terkondensasi,

tannin terhidrolisis, flavan, senyawa fenolik, asam galat, getah, lignin, minyak

menguap dan tidak menguap, serta garam. Menyebutkan bahwa biji buah pinang

mengandung proantosianidin, yaitu suatu tannin terkondensasi yang termasuk

dalam golongan flavonoid. Proantosianidin mempunyai efek antibakteri, antivirus,

antikarsinogenik, anti-inflamasi, anti-alergi, dan vasodilatasi. 2

Biji pinang rasanya pahit, pedas dan hangat serta mengandung 0,3 – 0,6%,

alkaloid, seperti arekolin (C8H13NO2), arekolidine, arekain, guvakolin, guvasine

dan isoguvasine. Selain itu juga mengandung red tannin 15%, lemak 14%

(palmitic, oleic, stearic, caproic, caprylic, lauric, myristic acid), kanji dan resin.

Biji segar mengandung kira-kira 50% lebih banyak alkaloid dibandingkan biji

yang telah mengalami perlakuan. Arekolin selain berfungsi sebagai obat cacing

juga sebagai penenang, sehingga bersifat memabokkan bagi penggunanya.

2
Ibid. V.A.Berlian, Nur dan Estu Rahayu.2016

10
Mengingat kandungan kimia tanaman pinang (alkaloid arekolin) mengandung

racun dan penenang sehingga tidak dianjurkan untuk pemakaian dalam jumlah

besar.

2.3. Abate ( Temephos )

Abate (temephos) merupakan salah satu golongan dari insektisida yang

digunakan untuk membunuh serangga pada stadium larva. Abate (temephos) yang

digunakan biasanya berbentuk butiran pasir (sand granules). Temephos bekerja

dengan cara menghambat enzim yang penting bagi fungsi normal sistem saraf

larva serangga, membunuh larva serangga sebelum mereka dewasa dan mencegah

berkembangnya serangga pembawa penyakit yang baru.

Efek samping yang ditimbulkan dalam penggunaan abate (temophos) pada

manusia dapat mempengaruhi individu dalam cara yang berbeda.Efek terhadap

saluran pencernaan dapat berupa Mual, muntah, air liur berlebihan keram perut,

diare. Efek terhadap sistem pernapasan dapat berupa hidung meler dan sensasi

sesak di dada yang umum terjadi setelah paparan inhalasi. Efek terhadap

penglihatan dapat berupa penglihatan yang kabur atau keremangan, miosis dan

kaku otot siliaris, hilangnya daya akomodasi mata dan nyeri pada mata. Efek

terhadap persarafan dapat berupa sakit kepala, pusing, vertigo, Kehilangan

koordinasi otot. Pada paparan yang sangat tinggi dapat menyebabkan kelumpuhan

pernafasan hingga kematian.

11
2.4. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah suatu pernyataan sementara yang menjadi dasar tentang

bagaimana fakta-fakta itu diinterprestasikan dan dijelaskan. Adapun yang menjadi

hipotesis dalam penelitian ini adalah: .

H0 : Tidak ada pengaruh pemanfaatan abate (temephos) alami berbahan

dasar biji pinang (Areca chatecu. L) sebagai biolarvasida terhadap larva

nyamuk Aedes aegypti ?

Ha : Ada pengaruh pemanfaatan abate (temephos) alami berbahan dasar biji

pinang (Areca chatecu. L) sebagai biolarvasida terhadap larva nyamuk

Aedes aegypti ?

12
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Metode Penelitian

Metode penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif dengan pendekatan

eksperimental laboratorium yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh

pemanfaatan abate (temephos) alami berbahan dasar biji pinang (Areca chatecu.

L) sebagai biolarvasida terhadap larva nyamuk Aedes aegypti ?

3.2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah mortalitas larva nyamuk Aedes aegypti yang

diuji dengan abate (temephos) alami berbahan dasar biji pinang (Areca chatecu.

L)

3.3. Teknik Dan Alat Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini dapat dilihat berdasarkan

jumlah larva nyamuk yang telah mati pada penelitian tersebut.

Rumus mortalitas :

Kematian larva uji (% ) = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑙𝑎𝑟𝑣𝑎 𝑢𝑗𝑖 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑎𝑡𝑖 𝑥 100%


𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑙𝑎𝑟𝑣𝑎 𝑢𝑗𝑖

3.4. Rencana Analisis Data

Teknik analisis data yang di gunakan dalam penelitian ini adalah data

dianalisis secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk tabel menjelaskan sejauh

mana pemanfaatan abate (temephos) alami berbahan dasar biji pinang (Areca

chatecu. L) sebagai biolarvasida terhadap larva nyamuk Aedes aegypti

13
3.5. Jadwal Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama 1 Bulan terhitung dari tanggal 20

September 2021 - 20 Oktober 2021

14
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2009. Anatomi Pinang. Tersedia di http://Anatomi pinang.pdf. Di akses


19 Oktober 2012.

Anonim,2009a“malaria dan DBD ”.http://.wordpress.com/2009/04/06/penyakit-


yang-mencengangkan-kaget-deh-lu/ Akses 2 Juli 2021

Cholid. Metode Penelitian Kerangka penelitian. Jakarta. PT.Bumi Aksara

Conguist,1981:http://azaywali.blogspot.com/2012/03/morfologi-daun-tunggal
14.html.diakses tanggal 2 Juli 2021

Departemen Kesehatan Republik Indonesia,1994.Penatalaksanaan malaria dan


DBD.Ditjen.PPM.&PLP.Arikel.http://www.detaiartikel.com(04/03/1994).
Diakses Tanggal 2 Juli 2021

Gembong Tjitroseopomo. Morfologi Tumbuhan. Fakultas Biologi Universitas


Gaja Mada . Hlm. 242-243

http://www.id.mikipedia.org/wiki/nyamuk.Diakses Tanggal 2 Juli 2021

Kwanchai A. Gomez dan Arturo A. Gomez. Prosedus Statistik untuk Penelitian


Pertanian “Edisi Kedua”. (Jakarta : UI. 2007), Hlm. 21-31, 414-417, dan
534-536

Mengenal. Berbagai Macam Jenis-jenis:http://nahjoy.com/20014/02/16/berbagai


macam jenis-jenis-pinang/diakses pada tanggal 2 Juli 2021

Moh . Nazir, , Metodologi Penelitian, Penerbit Ghalia Indonesia, Bogor

Rukmana, Usaha Tani Pinang, CV Aneka Ilmu Semarang. 2004.

Syahid. 2007. Tanaman Pinang Sebagai Tanaman Obat. Tersedia di http://Artikel


Kesehatan Masyarakat.com/2010. Diakses 2 Juli 2021 Wang et. 1996.
Pinang. Tersedia di http://aboealkhair.com. Diakses 2 Juli 2021

V.A.Berlian, Nur dan Estu Rahayu, http:Jenis dan Prospek Bisnis Pinang,1995.
Di akses pada Tanggal 22 Agustus 2016

Yatim,Wildan .Kamus Biologi (.Jakarta.:Yayasan Obor Indonesia,2003)

15

Anda mungkin juga menyukai