Anda di halaman 1dari 11

Analisa Pengaruh Ekstrak Datura

Metel Terhadap Aedes aegypti

Disusun Oleh:

Nama peneliti : 1. Ahmad Nashir Syafiq


2. Hidayat Nurullah
Bidang Penelitian : MST
Jenjang : Madrasah Aliyah
Nama Pembimbing : Anggun Fitria Agung,S.Si.,M.Sc.

DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM


DIREKTORAT KSKK MADRASAH
KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA

MADRASAH ALIYAH MIFTAHUNNAJAH SLEMAN


2023
Analisa Pengaruh Ekstrak Datura metel terhadap Aedes
aegypti

Ahmad Nashir Syafiq


Hidayat Nurullah

Jurusan IPA, Madrasah Aliyah Miftahunnajah, Sleman, DIY,


email:nashirsyafiq2696@gmail.com
Jurusan IPA, Madrasah Aliyah Miftahunnajah, Sleman, DIY, email:justajokefriend@gmail.com

Proposal Penelitian

Judul : Analisa Pengaruh Ekstrak Datura metel terhadap Aedes aegypti


Bidang penelitian : Matematika, Sains, Teknologi ( MST )

BAB I
PENDAHULUAN

latar Belakang :

Kecubung (Datura metel) adalah tumbuhan berbunga anggota suku Solanaceae, tumbuhan ini
masih sekerabat dengan datura, tumbuhan hias dengan bunga berbentuk terompet yang besar.
Kecubung biasanya berbunga putih dan atau ungu, tetapi hibridanya berbunga aneka warna.
Diperkirakan tanaman ini pertama kali dipakai sebagai obat-obat pada abad kesepuluh.

Bunga tersebut diekstraksi dengan etanol 96%, kemudian dilakukan uji fitokimia, hasilnya
menunjukkan bahwa bunga kecubung positif mengandung triterpenoid/ steroid, flavonoid,
fenolat, tanin, saponin dan alkaloid. Senyawa kimia yang berpotensi sebagai anestetik adalah
saponin dan alkaloid.

Rumusan Masalah :
Adapun rumusan masalah pada penelitian ini sebagai berikut :
1. apakah ekstrak kecubung dapat menghambat pertumbuhan larva Aedes Aegypti
2. apa pengaruh ekstrak kecubung terhadap Aedes Aegypti

Tujuan Penelitian :
1. Untuk mengetahui apakah ekstrak kecubung dapat menghambat pertumbuhan larva
Aedes Aegypti
2. Untuk mengetahui pengaruh ekstrak kecubung terhadap Aedes Aegypti
Manfaat Penelitian :
Adapun manfaat dari penelitian ini sebagai berikut :
1. Menambah pengetahuan masyarakat apakah berbahaya ekstrak buah kecubung bagi
Aedes Aegypti
2. Menambah pengetahuan masyarakat pengaruh ekstrak kecubung terhadap Aedes
Aegypti

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. Datura meteL.
2.1 Tanaman Kecubung (Datura metel L.)
Kecubung (Datura metel L) merupakan jenis tanaman perdu yang mempunyai batang
kayu, keras, dan tebal. Tanaman kecubung mengandung senyawa kimia alkaloid, saponin,
flavonoid, dan fenol yang terdapat di dalam biji, bunga, dan daunnya (Kuga Nathan &
Ganeshalingam 2011; Alabri et al. 2014). Alkaloid dalam tanaman kecubung terbanyak
terdapat di dalam akar dan biji dengan kadar antara 0,4–0,9%, sedangkan dalam daun dan
bunga antara 0,2–0,3%. Kandungan alkaloid tanaman kecubung dalam masing-masing organ
bervariasi, pada daun muda 0,813%, daun tua 0,038%, dan bunga 0,2% (Kuganathan &
Ganeshalingam 2011; Schmelzer et al. 2008). Klasifikasi Tumbuhan kecubung Kingdom :
Plantae Filum : Magnoliophyta Class : Magnoliopsida Ordo : Solanales Familia : Solanaceae
Genus : Datura Species : Datura metel L.

2.2 Kandungan Kecubung (Datura metel L.)


Dilihat dari kandungan kimianya, daun kecubung memiliki potensi sebagai insektisida
nabati (Chakravarty et al. 2011). Insektisida merupakan salah satu bahan kimia paling
populer yang digunakan dalam pengendalian secara kimiawi terhadap vektor nyamuk Aedes
aegypti L. penyebab penyakit demam berdarah dengue (DBD). Pengendalian vektor
dilakukan untuk menurunkan angka kejadian DBD dengan memutuskan rantai penularan.
Demam berdarah dengue merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi
prioritas masalah kesehatan mengingat sering menimbulkan kejadian luar biasa dan
menyebabkan kematian. Penyakit ini disebabkan oleh virus dengue yang disebarkan oleh
nyamuk Ae. aegypti. Jumlah penderita dan luas daerah penyebarannya semakin bertambah
seiring dengan meningkatnya mobilitas dan kepadatan penduduk (Candra 2010)

2.3 Ekstraksi pada Kecubung (Datura metel L.)


Metode Ekstraksi Ekstraksi merupakan proses penyarian, dengan penarikan zat berkhasiat
atau kandungan dari bahan baku obat baik yang berasal dari tanaman obat maupun dari
hewan dengan menggunakan pelarut yang sesuai, agar zat yang diinginkan dapat larut dalam
pelarut tersebut. Bahan baku tanaman obat memiliki berbagai kandungan zat yang sangat
aktif dan memiliki efek farmakologi, seperti: alkaloid, glikosida, minyak atsiri, tanin,
flavonoid, dan lain-lain. Tujuan dilakukan proses ekstraksi adalah untuk memperoleh sari
atau hasil ekstrak yang mengandung zat aktif berkhasiat obat tanpa adanya zat yang tidak
diinginkan dan ampas dari bahan baku obat tersebut (Anonim, 2007c).
Metode dasar dari ekstraksi adalah maserasi dan perkolasi (merupakan cara ekstraksi
berkesinambungan dengan menggunakan perlakuan panas), biasanya metode ekstraksi dipilih
didasarkan beberapa faktor seperti sifat dari bahan mentah obat dan daya penyesuaian dengan
tiap macam metode ekstraksi, serta kepentingan mendapatkan ekstrak yang sempurna. Pada
penelitian ini digunakan metode maserasi dengan menggunakan penyari air panas. Penyari
menggunakan air panas agar zat kimia yang terkandung dalam biji kecubung mudah terlarut.
Istilah maceration berasal dari bahasa latin macerace, yang artinya merendam. Maserasi
merupakan proses paling tepat dimana hasil yang sudah halus memungkinkan untuk
direndam dalam pelarut. Maserasi biasanya dilakukan pada temperatur 15-20°C dalam waktu
selama 4 hari sampai bahan bahan yang larut, melarut (Ansel, 1989).

2.4 Manfaat Kecubung


Kecubung dapat dimanfaatkan sebagai obat tradisional, diantaranya sebagai obat
penderita asma, rematik, sakit pinggang, Meningkatkan Daya Tahan Seksual, Menurunkan
Gejala Rabies, Mengatasi Gangguan Pencernaan, Mengontrol Gejala Parkinson. dll

2. Aedes aegypti

2.5.klasifikasi
Menurut Sucipto (2011), kedudukan nyamuk Aedes sp. dalam klasifikasi hewan adalah
sebagai berikut : Filum : Arthropoda Kelas : Hexapoda Ordo : Diptera Sub ordo : Nematocera
Family : Culicoidea Tribus : Culicidae Genus : Aedes Spesies : Aedes aegypti dan Aedes
albopictus.

2.6 Tinjauan umum


Aedes aegypti adalah jenis nyamuk yang dapat membawa virus Dengue yang
menyebabkan penyakit demam berdarah yang ditularkan melalui gigitan nyamuk genus
Aedes. Nyamuk Aedes Aegypti saat ini masih menjadi vector atau pembawa penyakit demam
berdarah yang utama. Selain dengue, Aedes Aegypti juga merupakan pembawa virus demam
kuning ( yellow fever ) dan chikungunya. Penyebaran jenis ini sangat luas, meliputi hampir
semua daerah tropis di seluruh dunia ( Indira dkk, 2017 ).

2.7 Morfologi Nyamuk Aedes aegypti


Nyamuk Aedes aegypti mengalami metamorfosis sempurna, yaitu dari telur, jentik, pupa,
dan nyamuk dewasa. Tahap tahap metamorphosis nyamuk Aedes aegypti sebagai berikut :
A. Stadium Telur
Aedes aegypti betina mampu bertelur sebanyak 80-100 butir setiap kali bertelur. Pada
waktu dikeluarkan, telur Aedes aegypti berwarna putih, dan berubah menjadi hitam dalam
kisaran waktu 30 menit. Gambar 2.1 Telur Aedes aegypti berbentuk lonjong, berukuran kecil
dengan panjang sekitar 6,6 mm dan berat 0,0113 mg, mempunyai torpedo, dan ujung telurnya
meruncing.

B. Stadium Larva
Telur akan menetas menjadi larva, larva Aedes aegypti terdiri dari 4 stadium yaitu larva
instar I, instar II, instar III dan instar IV. Larva akan menjadi pupa dalam waktu sekitar 7-9
hari. Tubuh larva terdiri dari kepala, dada dan perut. Terdapat beberapa bagian tubuh yang
menjadi ciri khas dari larva Aedes aegypti, salah satunya terdapat pada bagian perut larva,
bagian perut larva tersusun atas 8 segmen. Pada segmen ke VIII dari perut larva, akan
didapatkan adanya duri sisir, duri sisir yang terdapat pada larva Aedes aegypti memiliki duri
samping sementara pada Aedes albopictus sisir tidak memiliki duri samping.

C. Pupa (kepompong)
Pupa nyamuk Aedes aegypti tubuhnya berbentuk bengkok, dengan bagian kepala-dada
(cephalothorax) lebih besar bila dibandingkan dengan perutnya, sehingga tampak seperti tanda
baca ‘’koma’’. Pada segmen ke-8 terdapat alat bernafas (siphon) berbentuk seperti terompet
berfungsi untuk mengambil oksigen dari udara maupun dari tumbuhan. Pada segmen perut ke-
8 terdapat sepasang alat pengayuh yang berguna untuk berenang, dan dua segmen terakhir
melengkung ke ventral yang terdiri dari brushes dan gills. Posisi pupa pada waktu istirahat
sejajar dengan bidang permukaan air.

D. Nyamuk Dewasa
Nyamuk Aedes aegypti dewasa memiliki tubuh yang kecil terdiri dari 3 bagian, yaitu
kepala (caput), dada (thorax), dan perut (abdomen). Nyamuk jantan pada umumnya memiliki
ukuran lebih kecil dibanding dengan nyamuk betina dan terdapat rambut-rambut tebal pada
antena nyamuk jantan, tubuh berwarna dominan hitam kecoklatan dengan bercak putih di
bagian badan dan kaki. Kedua cara ini dapat diamati oleh mata telanjang. Umur nyamuk
jantan kurang lebih 1 minggu, dan umur nyamuk betina dapat mencapai 2-3 bulan. Nyamuk
Aedes aegypti lebih suka hinggap di tempat yang gelap dan pakaian yang tergantung, Pada
saat hinggap, posisi abdomen dan kepala tidak dapat satu sumbu. dan biasa
menggigit/menghisap darah pada siang dan sore hari sebelum gelap.

E. Siklus Hidup Nyamuk Aedes aegypti


Nyamuk Aedes aegypti mempunyai siklus hidup sempurna yaitu mengalami
metamorphosis sempurna (holometabola) yang terdiri dari 4 (empat) stadium yaitu telur,
larva, pupa, nyamuk dewasa. Nyamuk betina meletakkan telurnya di atas permukaan air dalam
keadaan menempel pada dinding tempat perindukannya. Stadium telur, larva dan pupa hidup
di air. Pada umumnya, telur akan menetas menjadi larva dalam waktu ± 2 hari setelah telur
terendam air. Stadium larva biasanya berlangsung antara 2-4 hari. Pertumbuhan dari telur
menjadi nyamuk dewasa mencapai 9-10 hari. Suatu penelitian menunjukkan bahwa rata-rata
waktu yang diperlukan dalam stadium larva pada suhu 270 C adalah 6,4 hari dan pada suhu
23-260 C adalah 7 hari. Stadium pupa yang berlangsung 2 hari pada suhu 25-270 C, kemudian
selanjutnya menjadi nyamuk dewasa. Dalam suasana yang optimal perkembangan dari telur
menjadi dewasa memerlukan waktu sedikitnya 9 hari. Umur nyamuk betina diperkirakan
mencapai 2-3 bulan.

2. Hipotesis
Ekstrak biji kecubung (Datura meteL) pada konsentrasi tertentu dapat berfungsi
sebagai larvasida terhadap Aedes aegypti.

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 METODE YANG DIGUNAKAN


jenis penelitian yang dipakai adalah MST ( Matematika, Sains, Teknologi ) yang
bisa dilakukan oleh semua peneliti.

3.2 SUBJEK PENELITIAN


Pada penelitian kali ini kita akan meneliti beberapa kandungan pada tumbuhan
kecubung (Datura metel L.)

3.3 TEMPAT PENELITIAN


penelitian diadakan di alam terbuka dengan memanfaatkan berbagai macam
tumbuhan datura meteL\

3.4 KEGIATAN WAKTU DAN TEMPAT

Penyusun Januari-april Lab komputer MA


Proposal 2023 Miftahunnajah

penelitian awal juni 2023 Lab IPA MA


Miftahunnajah

penelitian juni 2023 Lab IPA MA


lanjutan Miftahunnajah

penelitian uji juli 2023 Lab IPA MA


sampel Miftahunnajah

penyusun hasil juli 2023 Lab IPA MA


penelitian Miftahunnajah
3.5 BAHAN DAN METODE
Persiapan telur Aedes aegypti Telur nyamuk yang digunakan dalam penelitian ini
diperoleh dari Laboratorium Entomologi, Jurnal Entomologi Indonesia, Maret 2018, Vol. 15,
No. 1, 50–56 52 Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Diponegoro. Telur yang
diperoleh diamati dan dihitung menggunakan mikroskop stereo. Telur yang digunakan adalah
telur nyamuk fertil yang memiliki ciri-ciri berbentuk oval dan utuh (tidak pecah). Pembuatan
ekstrak daun kecubung Pembuatan ekstrak daun kecubung dilakukan dengan metode
maserasi. Pembuatan ekstrak dimulai dengan melakukan pembersihan daun kecubung dan
pengeringan selama 2 malam pada suhu kamar. Setelah itu, dilanjutkan dengan pengeringan
menggunakan oven pada suhu 70 °C hingga kering. Daun yang telah kering dihaluskan
hingga menjadi simplisia, kemudian serbuk dipisahkan dengan menggunakan penyaring.
Serbuk simplisia yang diperoleh tersebut diekstraksi dengan metode maserasi. Pada metode
maserasi, serbuk simplisia dimasukkan ke dalam tabung maserasi dan direndam dengan
etanol 96% selama 3 x 24 jam serta dilakukan pengadukan. Hasil filtrat dari proses maserasi
diuapkan dengan menggunakan rotary evaporator. Pengujian daya tetas telur Pengujian daya
tetas telur dilakukan berdasarkan metode Kamakshi (Kamakshi et al. 2015). Dua puluh lima
telur Ae. aegypti diletakkan pada masing-masing kontainer yang telah berisi ekstrak daun
kecubung dengan konsentrasi 125, 250, 500, 750, 1000, dan 1250 ppm dengan pengulangan
sebanyak 4 kali. Pengamatan daya tetas telur dilakukan setiap 24 jam selama 72 jam (3 hari).
Pengujian keberlangsungan siklus hidup Ae. aegypti diamati sejak stadium larva, dengan
pengamatan setiap 24 jam selama 7 hari (daya hidup larva), 24 jam selama 3 hari (daya hidup
pupa), dan pengamatan setiap minggu selama 4 minggu pada nyamuk stadium dewasa

3.4 ALAT DAN BAHAN

ALAT :
● Kontainer
● Rotary evaporator
● Oven

BAHAN :
● Tanaman Kecubung ( Datura Metel. )
● Aquades
● Etanol 96%
● Telur Nyamuk Aedes
3.6 PROSEDUR PENELITIAN

❖ Pertama Siapkan buah kecubung terlebih dahulu.


❖ bersihkan daun kecubung terlebih dahulu
❖ selanjutnya keringkan daun kecubung selama 2 malam pada suhu kamar
❖ setelah itu dilanjutkan dengan pengeringan menggunakan oven pada suhu 70
°C hingga kering
❖ jika sudah kering, kemudian dilanjutkan dengan dihaluskan sehingga menjadi
simplisia
❖ kemudian serbuk dipisahkan dengan menggunakan penyaring
❖ Serbuk simplisia yang diperoleh tersebut diekstraksi dengan metode maserasi
❖ pada tahap maserasi, serbuk simplisia dimasukkan ke dalam tabung maserasi
dan direndam dengan etanol 96% selama 3 x 24 jam serta dilakukan
pengadukan
❖ Hasil filtrat dari proses maserasi diuapkan dengan menggunakan rotary
evaporator.
DAFTAR PUSTAKA

Alabri THA, Al Musalami AHS, Hossain MA, Mohammad A. 2014.


Comparative study of phytochemical screening, antioxidant, and antimicrobial
capacities of fresh and dry leaves crude plant extracts of Datura metel L.

Journal of King Saud University-Science 26:237–243. doi:


https://doi.org/10.1016/j.jksus.2013.07.002. Andesfa E. 2004. Pengaruh Juvenil
Hormon dari Ekstrak Daun Legundi (Vitex negundo) Terhadap Perkembangan
Pradewasa Nyamuk Aedes aegypti. Skripsi. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Asiah S, Gama TA, Ambarwati. 2009. Efektivitas ekstrak etanol daun rambutan
(Nephelium lappaceum L.) terhadap kematian larva nyamuk Aedes aegypti
instar III. Jurnal Kesehatan 2:103–114. Candra A. 2010. Demam berdarah
dengue: Epidemiologi, patogenesis, dan faktor risiko penularan. Aspirator
2:110–119.

Chakkaravarthy VM, Ambrose T, Vincent S, Arunachalam R, Paulraj MG,


Ignacimuthu S, Annadurai G. 2011. Bioefficacy of Azadirachta indica (A. Juss)
and Datura metel (Linn.) leaves extracts in controlling Culex quinquefasciatus
(Diptera: Culicidae). Journal of Entomology 8:191– 197. doi:
https://doi.org/10.3923/je.2011.191.197.

Diah AS, Setyaningrum E, Wahyuni A, Kurniawan B. 2014. Efektivitas ekstrak


buah mahkota dewa merah (Phaleria macrocarpa (Scheff.)Boerl) sebagai ovisida
Aedes aegypti. Medical Journal of Lampung University 3:150–154.

Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit Dan Penyehatan Lingkungan. 2015.


Modul Pengendalian Demam Berdarah Dengue. Jakarta: Direktorat Jenderal
Pengendalian Penyakit Dan Penyehatan Lingkungan. Elimam AM, El Malik
KH, Ali AS. 2009.

Larvicidal, adult emergence inhibition and oviposition deterrent effects of


foliage extract from Ricinus communis L. against Anopheles arabiensis and
Culex quinquefasciatus in Sudan. Tropical Biomedicine 26:130–139.

Laelatul L, Kadarohman A, Eko R. 2010. Efektivitas bio larvasida ekstrak


etanol limbah penyulingan minyak akar wangi (Vetiveria zizanoides) terhadap
larva nyamuk Aedes aegypti, Culex sp., dan Anopheles sundaicus. Jurnal Sains
dan Teknologi Kimia 1:59–65.
Kamakshi KT, Raveen R, Tennyson S, Arivoli, Daniel RA. 2015. Ovicidal and
repellent activities of Cereus hildmannianus (K. Schum.) (Cactaceae) extracts
against the dengue vector Aedes aegypti L. (Diptera : Culicidae). International
Journal of Mosquito Research 2:13–17.

Kuganathan N, Ganeshalingam S. 2011. Chemical analysis of Datura metel


leaves and investigation of the acute toxicity on grasshoppers and red ants.
Journal of Chemistry 8:107–112. doi: https://doi.org/10.1155/2011/714538.

Purwaningsih NV, Kardiwinata MP, Utami NWA. 2015. Daya bunuh ekstrak
daun srikaya (A. squamosa L.) terhadap telur dan larva A. aegypti. Indonesian
E-Journal of Applied Chemistry 3:96–103.

Schmelzer GH, Gurib-Fakim A, Arroyo R, Bosch CH, de Ruijter A, Simmonds


MSJ, eds. 2008. Plant Resources of Tropical Africa 11(1)–Medicinal Plants 1.
Wageningen, Netherlands: Backhuys Publishers.

Setiawan E, Karimuna SR, Jafriati. 2013. Efektifitas ekstrak biji sirsak


(Annona muricata L.) sebagai insektisida alami terhadap Aedes aegypti sebagai
vektor DBD. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kesehatan Masyarakat 1:1–8.

Tairas S, Kandou GD, Posangi J. 2015. Analisis pelaksanaan pengendalian


demam berdarah dengue di Kabupaten Minahasa Utara. Jurnal Ilmu Kesehatan
Masyarakat Unsrat 5:21–29.

Ulfah Y, Gafur A, Pujawati ED. 2009. Penetasan telur dan mortalitas pupa
nyamuk Aedes aegypti pada perbedaan konsentrasi air rebusan serai
(Andropogon nardus L). Jurnal Bioscientiae 6:37–48. UNICEF. 2016. Aedes
aegypti vector control and prevention measures in the context of Zika, Yellow
Fever, Dengue or Chikungunya.

CDC Mosquito life cycle Fact Sheet. Wijaya LA. 2009. Daya Bunuh Ekstrak Biji
Kecubung (Datura metel) Terhadap Larva Aedes aegypti. Skripsi. Surakarta:
Universitas Sebelas Maret 1:11–29.

Sugara 2008, Kecubung ( Datura meteL,Linn.).


https://sugara.wordpress.com/2008/01/07/kecubung-datura-metel-linn/(31 maret
2008)
Sucipto 2011, Klasifikasi Aedes aegyptihttps://www.google.com/search?
q=klasifikasi+aedes&oq=klasifikasi+aedes&aqs=chrome..69i57.4537j0j1&sourceid
=chrome&ie=UTF-8#bsht=Cgdic2h3Y2hwEgQIBDAB

Indira dkk, 2017, https://repository.um-surabaya.ac.id/4859/3/BAB_2.pdf

Anda mungkin juga menyukai