Anda di halaman 1dari 7

II.

TINJAUAN PUSTAKA
H. Sifat Selasih
Selasih merupakan tanaman semak semusim dengan tinggi antara 80-100 cm.
Batang berkayu segi empat, daun tunggal bulat lancip tetapi bergerigi, panjang daun
4-5 cm dan lebar 6-30 mm. Bunga selasih berwarna putih atau ungu. Tanaman mudah
tumbuh di ladang atau di tempat terbuka.
Para ahli taksonomi masih kesulitan untuk mengolongkan Ocimum, apakah
termasuk jenis, sub jenis atau tipe. Oleh karena itu untuk identifikasi lebih mudah
berdasarkan pada komposisi kandungan kimianya. Ocimum digolongkan menjadi11
jenis yang terkenal di dunia, empat diantaranya ada di Indonesia yaitu: Ocimum
sanctum, Ocimum bascillicum, Ocimum minimum, Ocimum methaefolium (Budi et
al.,2004),Lihat table 2.
Tabel 2. Kandungan Senyawa Kimia Ocimum
No
1

Jenis
Ocimum sanctum L.

Kandunagn Kimia
Eugenol (76%), metil kavikol (3%), linalol,
sineol

Ocimum bascillicum L.

Eugenol (46%), metel sinamat, komfor osimen,


linalol, terpen, sineol, metil kavikol

Ocimum minimum L.

Eugenol (46%), benzoil, linalol, metil kavikol

Ocimum methaefolium L.

metil kavikol, anetol, alkohol

Sumber: Budi et al, (2004).

Salah satu tanaman yang diduga dapat digunakan sebagai


insektisida nabati yaitu selasih ungu (Ocimum sanctum). Selasih ungu
merupakan tanaman liar yang tumbuh di semak-semak atau tegalan yang
sering juga dianggap sebagai gulma terhadap tanaman budidaya.
Tanaman ini mengandung senyawa-senyawa aktif yang terkandung
dalam daun selasih antara lain eugenol, methyl eugenol, ocimene, alfa
pinene, eucalyptol, linalool, geraniol, methyl cinnamate, dan chompor
(Kardinan, 2003). Tanaman selasih ungu (Ocimum sanctum) memiliki
kesamaan famili dengan tanaman kemangi (Ocimum basillicum L.)
yang pada penelitian
sebelumnya (Hanidhar, 2007) terbukti dapat digunakan sebagai
larvasida karena mengandung zat bioaktif berupa eugenol dan methyl
clavicol.
Proses pembuatan insektisida nabati dari tanaman selasih
dilakukan dengan cara destilasi/penyulingan. Minyak atsiri yang
diperoleh dari proses penyulingan ini apabila diaplikasikan sebagai
insektisida nabati hasilnya jauh lebih efektif dibandingkan dengan
tanaman selasih yang dibuat dengan cara diekstrak. Minyak atsiri
yang terkandung di dalam tanaman selasih mengandung senyawa
yang berfungsi untuk menarik perhatian dari lalat buah. Penggunaan
selasih sebagai atraktan untuk mengendalikan hama lalat buah sudah
diterapkan oleh para petani buah di Sumedang, Jawa Barat (Kardinan,
2003). Istimuyasaroh et al. (2009) membuktikan bahwa ekstrak daun
selasih mempunyai daya repelen positif terhadap nyamuk Anopheles
2

aconitus. Aktivitas larvasida dari tanaman selasih juga telah dilaporkan


oleh Adnyana dan Firmansyah dalam artikel surat kabar Pikiran Rakyat
(2005), namun belum diketahui spesies

nyamuk

yang

digunakan.

Melihat potensi Ocimum sanctum di atas, maka perlu dilakukan uji


potensi minyak atsiri selasih ungu sebagai insektisida nabati terhadap
perkembangan lalat rumah (Musca domestica).

DAFTAR PUSTAKA
Adnyana, K. dan Firmansyah. (2005). Kemangi versus selasih dari pecel lele,
obat herba sampai parfum. http://www.pikiranrakyat.com/ Diakses
6
Maret 2013.
Agusta,

A. (2000). Minyak
Bandung: ITB

Atsiri

Tumbuhan

Tropika

Indonesia.

Axtell RC. (1986). Fly Control in Confined Livestock and Poultry Production.
USA: CIBA.
Bajan J. (2013) . House Fly Eggs (Musca domestica) [media online].
http://www.justbajan.com/health/art icles/flyeggs/. [ 21 Maret 2013].
Bulan, R. Reaksi Asetilasi Eugenol dan Oksidasi Metil Iso Eugenol. Sumatera
Utara: Fak. Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Borror, D.J, Triplehorn, C.A., & Johnson, N.F. (1992) . Pengenalan
Pelajaran Serangga. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Pp
670-674.
Brown,W.H. 1976. Introduction to Organic and Biochemistry. Ed ke-2.
Massachusetts: Willard Grant Press.
Dewi, E.K. (2006). Jumlah lalat rumah (Musca Domestica) yang Berhasil
Menjadi Dewasa pada Feses Ayam yang Diberi Pakan Serbuk
Kunyit (Curcuma domestica val.).[Skripsi]. Bogor: IPB
Dewi, I.R. (2007). Preospek Insektisida yang Berasal dari Tumbuhan untuk
Menanggulangi Organisme Pengganggu Tanaman. Bandung:
Program Pasca Sarjana Universitas Padjajaran.
Depkes RI, (1991). Petunjuk Teknis Sanitasi Pemberantasan Lalat. Jakarta:
Direktorat Jendral PPM dan PL.
3

Desmawati, dkk. 2005. Pemanfaatan Tanaman Selasih ( Ocimum sp ) sebagai


Atraktan Lalat Buah ( Batrocera spp. ). Jakarta : Direktorat
Perlindungan
Djojosumarto, P. (2008). Teknik Aplikasi Pestisida Pertanian. Yogyakarta:
Penerbit Kanisius
Ekha, I. (1988). Dilema Pestisida. Yogyakarta: Penerbit Kanisius

Trend di dunia saat ini adalah dengan slogan Back to Nature, yaitu semangat hidup
sehat dengan kembali ke alam atau menggunakan bahan-bahan alami, termasuk dalam
usaha menanggulangi penyakit demam berdarah. Indonesia merupakan negara yang
sangat kaya akan keanekaragaman hayati. Beberapa jenis tanaman yang ada di
Indonesia berpotensi sebagai anti/pengusir nyamuk, seperti serai wangi, geranium,
kayu putih, kayu manis, rosemary, selasih, bawang putih dan lainnya (MEDLINE dan
DRUG REFERENCE, 2002). Satu di antara ribuan jenis tanaman yang berpotensi
sebagai pengusir nyamuk adalah selasih (Ocimum spp.) (GBOLADE et al., 2000).
Tidak semua jenis selasih dapat dimanfaatkan sebagai pengusir nyamuk, namun
hanya selasih yang mengandung bahan aktif eugenol, tymol, cyneol atau
estragole yang dapat dimanfaatkan karena bahan - bahan ini bersifat repellent
(pengusir) serangga (GBOLADE dan SOREMEKUN, 1998), sedangkan jenis selasih
lainnya seperti O. minimum, O. tenuiflorum dan O. sanctum pada umumnya
mengandung metil eugenol yang bersifat menarik (attractant), khususnya terhadap lalat
buah (KARDINAN, 2003).
DAFTAR PUSTAKA
and O.L. SOYELU. 2.000.
Mosquito repellent activities of essential oils from two Nigerian Ocimum species. J. Trop. Med. Plants: Vol.
1 : 146-148.

GBOLADE, A.A., A.O. OYEDELE

and R.O. SOREMEKUN, 1998. A survey of aromatic plants of economic importance in


Nigeria. Nigerian J. of Pharmacy; Vol. 29 : 50-62.

GBOLADE, A.A.,

KARDINAN, A.

2003. Selasih : Tanaman Keramat MultiManfaat. PT. Penebar Swadaya, Jakarta. 80pp.

and DRUG REFERENCE, 2003. Health risk and benefits of insect repellents. Cliggot
publishing, Division of Communications. Insect Med 19(6):256264. http://www.Medscape.com/viewarticle/438257_2.
MEDLINE

Tanaman selasih ungu (Ocimum sanctum), terutama daunnya, mengandung minyak atsiri, saponin,
flavonoid, dan tanin. Dari suatu hasil analisis di laboratorium menunjukkan bahwa daun selasih
ungu yang berumur sekitar 2 bulan mengandung sekitar 80% dengan rendeman minyak sebesar
0,15%, yang berumur 3 bulan mengandung rendeman minyak sebesar 0,3%, dan yang berumur 4
bulan mengandung rendeman minyak sebesar 0,85%. Minyak dari daun mengandung sekitar 64,5%
metil eugenol, 5,2% eugenol, 4% sineol, 2,3% linalol, dan 1% terpenol, dan dari bunga
mengandung metil eugenol sebesar 74,5% (Kardinan, 2007).
Kardinan. 2007. Tanaman Aromatik Pengendali Hama Lalat Buah. PT Penebar swadaya, Jakarta.
Kardinan. 2005. Tanaman Penghasil Minyak Atsiri. PT Agromedia Pustaka, Jakarta.

Salah satu tumbuhan yang berkhasiat adalah Ocimum basilicum L. yang


sering disebut sebagai selasih. Tanaman

selasih mengandung minyak menguap

sekitar 1%, terdiri atas linalool, metilkavikol, osimen, 1,8 sineol, eukaliptol,
geraniol, limonen, eugenol, eugenol metil eter, anetol, metil sinamat, 3-heksan-1-ol,
3- oktanon, dan furfural (Dalimartha, 2000).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, ekstrak etanol daun selasih
memiliki aktivitas terhadap S.aureus dengan Minimum Inhibitory Concentration
(MIC) pada konsentrasi 60 g/0,1 mL (Durga dkk., 2008). Ekstrak etanol daun
selasih pada konsentrasi 2 mg/disk memiliki aktivitas antimikroba terhadap
S.aureus dengan

diameter zona hambat sebesar 14,89 mm (Gupta dkk., 2009),

pada konsentrasi 300 g/disk memiliki diameter zona hambat sebesar 8 mm


(Adiguzel dkk., 2005). Ekstrak etanol daun selasih memiliki aktivitas antibakteri
terhadap S.aureus pada konsentrasi 1 g/disk dengan diameter zona hambat
sebesar 5 mm, pada konsentrasi 5 g/disk memiliki diameter zona hambat sebesar
6 mm, dan pada konsentrasi 10 g/disk memiliki diameter zona hambat sebesar
9 mm (Tomar dkk, 2009).
Berdasarkan

data tersebut maka dilakukan penelitian tentang aktivitas

antibakteri ekstrak etanol daun selasih (Ocimum basilicum L.) terhadap S.aureus
sensitif dan multiresisten antibiotik dengan metode difusi. Hasil penelitian ini
diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam menambah wawasan kepada
masyarakat tentang obat tradisional.

DAFTAR PUSTAKA
Adiguzel, A., Gulluce, M., Sengul, M., Ogutcu, H., & Sahin, F., 2005,
Antimicrobial Effects of Ocimum basilicum (Labiatae) Extract, Turk J
Biol, 29, 155-160.
Dalimartha S., 2000, Atlas Tumbuhan Indonesia, Jilid ke-2. Jakarta, Trubus
Agriwidya
Durga, K. R., Karhikumar, S., & Jegatheesan, K., 2008, Isolation of Potential
antibacterial and antioxidant compounds from Acalypha indica and
Ocimum basilicum, Research Journal of Medicinal plants, 3 (10), 703706.
Dwiprahasto, I., 2005, Kebijakan untuk Meminimalkan Resiko Terjadinya
Resistensi Bakteri di Unit Perawatan Intensif Rumah Sakit, JMPK, 8(04),
177-180.
Ganiswara, S. G., 2005, Farmakologi dan Terapi, Edisi 4, 571-571, Jakarta,
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Gupta, C. P., Batra, R., Chauhan, A., Goyal, P., & Kaushik, P., 2009,
Antibacterial activity and TLC Bioautography of Ocimum basilicum L.
Against pathogenic bacteria, Research Article, 3 (3), 407-409.
Hadipontyanthi dan Wahyuni, S., 2008, Keragaman Selasih (Ocimum spp.)
Berdasarkan Karakter morfologi, Produksi dan Mutu Herba, Jurnal Littri,
14 (4), 141-148.
Jawetz, E., Melnick, J. L., & Adelberg, E. A., 2005, Mikrobiologi Kedokteran,
315-326, 352-360, Jakarta, Penerbit Salemba Medika.
Pratiwi, S, T., 2008, Mikrobiologi Farmasi, 164, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Radji, M., 2011, Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi &
Kedokteran, Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC
Siswandono dan Soekardjo, B., 2004, Kimia Medisinal, Surabaya, Erlangga.
Tomar, U. S., Daniel, V., Shrivastava K., Panwar M. S., & Pant. P., 2009,
Comparative Evaluation And Antimicrobial Activity Of Ocimum
Basilicum Linn. (Labiatae), JGPT, 2 (5), 49-53.

Anda mungkin juga menyukai