Anda di halaman 1dari 17

KEPERAWATAN GERONTIK II

ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA


DENGAN PENYAKIT DIABETES MELLITUS (DM)
Dosen Pengampu: Ns. Joanggi

Ditulis oleh:
Hairunnisa Agustina 17111024110043
Hanny Anggraini 17111024110044
Jihan Febriyanti 17111024110051
Juwita 17111024110052
Karmila 17111024110053
Kasmawati Bakhri 17111024110054
Kiranti Ayu Safitri 17111024110055

S1 KEPERAWATAN 7A

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KALIMANTAN TIMUR


FAKULTAS KESEHATAN DAN FARMASI
ILMU KEPERAWATAN
2020
DAFTAR ISI

Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................................2
C. Tujuan................................................................................................................2
BAB II ISI
A. Pengertian..........................................................................................................3
B. Klasifikasi...........................................................................................................4
C. Etiologi...............................................................................................................5
D. Manifestasi Klinis..............................................................................................7
E. Pathway..............................................................................................................8
F. Patofisiologi........................................................................................................9
G. Komplikasi.........................................................................................................9
H. Diagnosis............................................................................................................10
I. Pemeriksaan Penunjang....................................................................................11
J. Penatalaksanaan................................................................................................12
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN

i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diabetes mellitus merupakan penyakit paling berbahaya dan mematikan serta
terjadi dihampir seluruh penduduk dunia termasuk Indonesia. Prevalensi penderita
diabetes melitus (DM) di Indonesia menempati urutan keempat dunia dan dari seluruh
populasi hampir 40 % mengalami DM, (American Diabetes Association. 2014). Pada
tahun 2010 diperkirakan jumlah penderita DM di Indonesia 5 juta dan dunia 239,9
juta, hal ini akan terus terjadi peningkatan setiap tahun sejalan perubahan gaya hidup
masyarakat, (Depkes RI. 2012).
Menurut WHO, menyebutkan bahwa lebih dari 382 juta jiwa orang didunia
termasuk Indonesia telah mengindap penyakit diabetes mellitus. Prevalensi DM di
Indonesia akan mengalami peningkatan secara epidemiologi, diperkirakan bahwa pada
tahun 2030 prevalensi Diabetes mellitus (DM) di Indonesia mencapai 21,3 juta orang.
Selain itu, diabetes mellitus menduduki peringkat ke enam penyebab kematian
terbesar di Indonesia, (Riskesdas. 2013).
Orang lanjut usia mengalami kemunduran dalam sistem fisiologisnya seperti kulit
yang keriput, turunnya tinggi badan, berat badan, kekuatan otot, daya lihat, daya
dengar, kemampuan berbagai rasa (senses), dan penurunan fungsi berbagai organ
termasuk apa yang terjadi terhadap fungsi homeostatis glukosa, sehingga penyakit
degeneratif seperti DM akan lebih mudah terjadi (Rochmah, 2006). Umur secara
kronologis hanya merupakan suatu determinan dari perubahan yang berhubungan
dengan penerapan terapi obat secara tepat pada orang lanjut usia. Terjadi perubahan
penting pada respon terhadap beberapa obat yang terjadi seiring dengan bertambahnya
umur pada sejumlah besar individu (Katzung, 2004).
Diabetes Mellitus (DM) pada geriatri terjadi karena timbulnya resistensi insulin
pada usia lanjut yang disebabkan oleh 4 faktor : pertama adanya perubahan komposisi
tubuh, komposisi tubuh berubah menjadi air 53%, sel solid 12%, lemak 30%,
sedangkan tulang dan mineral menurun 1% sehingga tinggal 5%. Faktor yang kedua
adalah turunnya aktivitas fisik yang akan mengakibatkan penurunan jumlah reseptor
insulin yang siap berikatan dengan insulin sehingga kecepatan transkolasi GLUT-4
(glucosetransporter-4) juga menurun. Faktor ketiga adalah perubahan pola makan pada
usia lanjut yang disebabkan oleh berkurangnya gigi geligi sehingga prosentase bahan
makanan karbohidrat akan meningkat. Faktor keempat adalah perubahan

1
neurohormonal, khususnya Insulin Like Growth Factor-1 (IGF-1) dan
dehydroepandrosteron (DHtAS) plasma (Rochmah, 2006).
Prevalensi DM pada lanjut usia (geriatri) cenderung meningkat, hal ini
dikarenakan DM pada lanjut usia bersifat muktifaktorial yang dipengaruhi faktor
intrinsik dan ekstrinsik. Umur ternyata merupakan salah satu faktor yang bersifat
mandiri dalam pengaruhnya terhadap perubahan toleransi tubuh terhadap glukosa.
Dari jumlah tersebut dikatakan 50% adalah pasien berumur > 60 tahun (Gustaviani,
2006).

B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian lansia?
2. Apa pengertian diabetes mellitus?
3. Apa saja klasifikasi dari diabetes mellitus?
4. Apa saja etiologi dari diabetes mellitus?
5. Apa saja manifestasi klinis dari diabetes mellitus?
6. Bagaimana pathway dari diabetes mellitus?
7. Bagaimana patofisiologis dari diabetes mellitus?
8. Apa saja komplikasi dari diabetes mellitus?
9. Apa saja diagnosis dari diabetes mellitus?
10. Apa saja pemeriksaan penunjang dari diabetes mellitus?
11. Apa saja penatalaksanaan dari diabetes mellitus?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian lansia
2. Mengetahui pengertian diabetes mellitus
3. Mengetahui klasifikasi dari diabetes mellitus
4. Mengetahui etiologi dari diabetes mellitus
5. Mengetahui manifestasi klinis dari diabetes mellitus
6. Mengetahui pathway dari diabetes mellitus
7. Mengetahui patofisiologis dari diabetes mellitus
8. Mengetahui komplikasi dari diabetes mellitus
9. Mengetahui diagnosis dari diabetes mellitus
10. Mengetahui pemeriksaan penunjang dari diabetes mellitus
11. Mengetahui penatalaksanaan dari diabetes mellitus

2
BAB II
ISI

A. Pengertian
1. Pengertian Lansia
Lansia merupakan sekumpulan orang atau populasi yang berisiko (population
at risk) yang semakin tinggi jumlahnya. Menurut Allender, Rector, dan Warner
(2014) bahwa populasi berisiko (population at risk) merupakan kelompok orang-
orang yang memiliki masalah kesehatan yang berkemungkinan akan berkembang
lebih buruk karena adanya faktor-faktor risiko yang mempengaruhi.
Menurut Pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13 Tahun 1998 tentang Kesehatan
dikatakan bahwa lanjut usia merupakan seseorang yang telah mencapai usia lebih
dari 60 tahun (Siti, 2008). Sedangkan menurut Depkes RI (2008), penuaan adalah
suatu proses alami yang tidak dapat dihindari secara terus-menerus dan
berkesinambungan, selanjutnya akan menyebabkan perubahan anatomis, fisiologis
dan biokimia pada tubuh sehingga dapat mempengaruhi fungsi dan kemampuan
tubuh secara keseluruhan. Batasan umur lansia menurut WHO dibagi menjadi 4
yaitu : middle age (45-59 tahun), elderly old (60- 74 tahun) old (75-90 tahun),
very old (di atas 90 tahun). Ada lagi yang membagi ke dalam : young old (65-74
tahun), middle old (75-84 tahun), Old-old (usia 85 tahun ke atas) (Mauk,2010).

2. Pengertian Diabetes Mellitus


Diabetes melitus merupakan sekumpulan gangguan metabolit yang ditandai
peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikimia) akibat kerusakan pada sekresi
insulin, kerja insulin atau keduanya (smeltzer dan bare, 2015 ). diabetes melitus
merupakan suatu kelimpok penyakit atau gangguan metabolit dengan karakteristik
hiperglikimia yang terjadi karna kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua
duanya. Hiperglikimia kronik pada diabetes melitus berhubungan dengan
kerusakan jangka panjang, disfungsi dan kegagalan beberapa organ tubuh
terutama mata, ginjal, saraf, jatung dan pembulu darah (PERKENI, 2015 Dan
ADA, 2017).
Diabetes melitus adalah sindroma gangguan metabolisme dengan hiperglikemi
kronik akibat defisiensi skresi insulin atau berkurangnya efektifitas biologis dari
imsulin yang disertai berbagai kelainan metabolit lain akibat gangguan hormonal

3
yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan
pembuluh darah. Diabetes melitus merupakan gangguan metabolisme kronis yang
ditandai dengan tingginya kadar gula darah sebagai akibat insufisiensi fungsi
insulin, hal tersebut dapat disebabkan oleh gangguan atau difisiensi produksi
insulin oleh sel beta langerhans kelenjar panpreas atau disebabkan oleh kurang
responsifnya sel tubuh terhadap insulin.

B. Klasifikasi
Diabetes melitus dapat diklasifikasikan kedalam empat kategori klinis (SmeltZer
dan Bare. 2015), yaitu :
a. Diabetes melitus tipe 1
Diabetes melitus tipe satu atau Insulin Dependen Diabetes Melitus (IDDM),
dapat terjadi disebabkan karena adanya kerusakan sel-B, biasanya menyebabkan
kekurangan insulin absolut yang disebabkan oleh proses autoimun atau idiopatik.
Umumnya penyakit ini berkembang kearah ketoasidosis diabetik yang
menyebabkan kematian.Diabetes melitus tipe 1 terjadi sebanyak 5-10 % dari
semua diabetes melitus. Diabetes melitus tipe 1 dicirikan dengan onset yang akut
dan biasanya terjadi pada usia 30 tahun (SmeltZer dan Bare. 2015).
b. Diabetes Melitus Tipe 2
Diabetes melitus tipe 2 atau Non Insulin Dependen Diabetes Melitus
(NIDDM), dapat terjadi karena kerusakan progresif sekretorik insulin akibat
resistensi insulin. Diabetes melitus tipe 2 juga merupakan salah satu gangguan
metabolik dengan kondisi insulin yang diproduksi oleh tubuh tidak cukup
jumlahnya akan tetapi reseptor insulin dijaringan tidak berespon terhadap insulin
tersebut. Diabetes melitus tipe 2mengenai 90-95 % pasien dengan diabetes
melitus. Insidensi terjadi lebih umum pada usia 30 tahun, obesitas, herediter, dan
faktor lingkungan. Diabetes melitus tipe ini sering terdiagnosis setelah terjadi
komplikasi (SmeltZer dan Bare. 2015).
c. Diabetes Melitus Tipe Tertentu
Diabetes melitus tipe ini dapat terjadi karena penyebab lain misalnya, defek
genetik pada fungsi sel-B, defek genetik pada kerja insulin, penyakit eksokrin
pankreas (Seperti fibrosis kistik dan pankreatitis), penyakit metabolik endokrin,
infeksi, sindrom genetik lain dan karena disebabkan oleh obat atau kimia (seperti

4
dalam pengobatan HIV/AIDS atau setelah transplantasi organ (Smeltzer dan
Bare,2015).
d. Diabetes Melitus Gestasional
Diabetes melitus ini merupakan diabetes melitus yang didiagnosis selama
masa kehamilan, dimana intoleransi glukosa didapati pertama kali pada masa
kehamilan.Terjadi pada 2-5% semua wanita hamil tetapi hilang saat melahirkan
(Smeltzer dan Bare, 2015).
Tabel 2.1 Perbandingan Antara Diabetes Melitus Tipe 1 dan Tipe 2

Kondisi DM Tipe 1 DM Tipe II


Nama Lama Umur (th) DM juvenile biasa >40 (tapi tak DM dewasa biasa
selalu) >40 (tapi tak selalu
Keadaan Klinik saat Berat Ringan
diagnosis
Kadar insulin Tak ada insulin Insulin cukup/tinggi
Berat badan Biasanya kurus Biasanya
gemuk/normal
Pengobatan Insulin, diet, olah raga Diet, olah raga,
tablet, insulin.
Sumber : Gillani S ( 2012)

C. Etiologi
Umumnya diabetes melitus disebabkan oleh rusaknya sebagian kecil atau sebagian
besar dari sel sel beta dari pulau pulau langerhans pada pankreas yang berfungsi
menghasilkan insulin, akibatnya tejadi kekurangan insulin. Disamping itu diabetes
melitus juga dapat terjadi karna gangguan terhadap fungsi insulin dalam memasukan
glukosa kedalam sel. Gangguan dapat terjadi karna kegemukan atau sebab lain yang
belum di ketahui. (smeltzer dan bare, 2015). Diabetes melitus atau labih dikenal
dengan istilah penyakit kencing manis mempunyai beberapa penyebab , antara lain:
a. Pola makan
Makan secara berlebihan dan melebihi jumlah kadar kalori yang dibutuhkan
oleh dapat memacu timbulnya diabetes melitus. Kosumsi makanan berlebihan dan
tidak di imbangi dengan sekresi insulin dalam jumlah yang memadai dapat
menyebabkan kadar gula dalam darah meningkat dan pasitnya akan menyebabkan
diabetes melitus.
b. Obesitas (kegemukan)

5
Orang gemuk dengan berat badan lebih dari 90kg cenderung memiliki peluang
lebih besar untuk trkena penkit diabetes melitus.Sebilan dari sepuluh orang gemuk
bepotensi untuk teserang diabets melitus.
c. Faktor genetis
Diabetes melitus dapat diariskan orang tua kepada anak. Gan penyebab
diabetes melitus akan dibawa oleh anak jika orangtuanya menderita diabetes
nelitus. Pewarisan gen ini dapat sampai ke cucu cucunya bahkan cicit walaupun
resikonya sangat kecil.
d. Bahan-bahan kimia dan obat obatan
Bahan bahan kimia dapat mengiritasi pankreas yang menyebabkan radang
pangkreas, radang pada pangkreas akan mengakibatkan fungsi pankres menurun
sehingga tidak ada sekresi hormon hormon untuk pross metabolism tubuh
termasuk insulin. Segala jenis residu obat yang terakumulasi dalam waktu yang
lama dapat mengiritasi pankreas.
e. Penyakit dan infeksi pada pankreas
Infeksi mikro organisme dana virus pada pankreas juga dapat menyebabkan
radang pankreas yang otomatis akan menyebabkan fungsi pankreas turun sehingga
tidak ada sekresi hormon-hormon untuk proses metabolisme tubuh termasuk
insulin. Penyakit seperti kolesterol tinggi dan dislipedemia dapat meningkatkan
resiko terkena diabetes melitus.
f. Pola Hidup
Pola hidup juga sangat mempengaruhi fakor penyebab diabetes melitus. Jika
orang malas berolah raga memiliki resiko lebih tinggi untuk terkena penyakit
diabetes melitus karena olah raga berfungsi untuk membakar kalori yang
tertimbun didalam tubuh, kalori yang tertimbun didalam tubuh merupakan faktor
utama penyebab diabetes melitus selain disfungsi pankreas.
g. Kadar Kortikosteroid YangTinggi. Kehamilan gestasional.
h. Obat-obatan yang dapat merusak pankreas.
i. Racun yang mempengaruhi pembentukan atau efek dari insulin

D. Manifestasi Klinis
Keluhan umum pasien DM seperti poliuria, polidipsia, polifagia pada lansia
umumnya tidak ada. Osmotik diuresis akibat glukosuria tertunda disebabkan ambang
ginjal yang tinggi, dan dapat muncul keluhan nokturia disertai gangguan tidur, atau

6
bahkan inkontinensia urin. Perasaan haus pada pasien DM lansia kurang dirasakan,
akibatnya mereka tidak bereaksi adekuat terhadap dehidrasi. Karena itu tidak terjadi
polidipsia atau baru terjadi pada stadium lanjut. Sebaliknya yang sering mengganggu
pasien adalah keluhan akibat komplikasi degeneratif kronik pada pembuluh darah dan
saraf.
Pada DM lansia terdapat perubahan patofisiologi akibat proses menua, sehingga
gambaran klinisnya bervariasi dari kasus tanpa gejala sampai kasus dengan komplikasi
yang luas. Keluhan yang sering muncul adalah adanya gangguan penglihatan karena
katarak, rasa kesemutan pada tungkai serta kelemahan otot (neuropati perifer) dan luka
pada tungkai yang sukar sembuh dengan pengobatan lazim.
Menurut Supartondo, gejala-gejala akibat DM pada usia lanjut yang sering ditemukan
adalah:
a. Katarak
b. Glaukoma
c. Retinopati
d. Gatal seluruh badan
e. Pruritus Vulvae
f. Infeksi bakteri kulit
g. Infeksi jamur di kulit
h. Dermatopati
i. Neuropati perifer
j. Neuropati viseral
k. Amiotropi
l. Ulkus Neurotropik
m. Penyakit ginjal
n. Penyakit pembuluh darah perifer
o. Penyakit koroner
p. Penyakit pembuluh darah otak
q. Hipertensi

7
E. Pathway

DM Tipe 1 DMTipe 2

Reaksi Autoimun Idiopatik, usia,


genetik, dll

Sel β pancreas Jumlah sel pancreas


hancur menurun
Defisiensi
insulin

Hiperglikemia Katabolisme protein Liposis meningkat


meningkat

Penurunan BB
Pembatasan
Diit
Fleksibilitas
darah merah
Intake tidak Resiko nutrisi kurang
adekuat dari kebutuhan

Pelepasan
O2
Poliuria Kekurangan
volume cairan
Hipoksia
perifer Perfusi jaringan perifer
tidak efektif

Nyeri
Akut

8
F. Patofisiologi
Dalam proses metabolisme, insulin memegang peranan penting yaitu memasukkan
glukosa ke dalam sel yang digunakan sebagai bahan bakar. Insulin adalah suatu zat atau
hormon yang dihasilkan oleh sel beta di pankreas. Bila insulin tidak ada maka glukosa
tidak dapat masuk sel dengan akibat glukosa akan tetap berada di pembuluh darah yang
artinya kadar glukosa di dalam darah meningkat.
Pada Diabetes melitus tipe 1 terjadi kelainan sekresi insulin oleh sel beta pankreas.
Pasien diabetes tipe ini mewarisi kerentanan genetik yang merupakan predisposisi untuk
kerusakan autoimun sel beta pankreas. Respon autoimun dipacu oleh aktivitas limfosit,
antibodi terhadap sel pulau langerhans dan terhadap insulin itu sendiri.
Pada diabetes melitus tipe 2 yang sering terjadi pada lansia, jumlah insulin normal
tetapi jumlah reseptor insulin yang terdapat pada permukaan sel yang kurang sehingga
glukosa yang masuk ke dalam sel sedikit dan glukosa dalam darah menjadi meningkat.

G. Komplikasi
Komplikasi diabetes mellitus diklasifikasikan menjadi akut dan kronis. Yang
termasuk dalam komplikasi akut adalah hipoglikemia, diabetes ketoasidosis (DKA), dan
hyperglycemic hyperosmolar nonketocic coma (HHNC). Yang termasuk dalam
komplikasi kronis adalah retinopati diabetic, nefropati diabetic, neuropati, dislipidemia,
dan hipertensi.
a. Komplikasi akut
Diabetes ketoasidosis
Diabetes ketoasidosis adalah akibat yang berat dari deficit insulin yang berat
pada jaringan adipose, otot skeletal, dan hepar. Jaringan tersebut termasuk sangat
sensitive terhadap kekurangan insulin. DKA dapat dicetuskan oleh infeksi
( penyakit)
b. Komplikasi kronis:
1) Retinopati diabetic
Lesi paling awal yang timbul adalah mikroaneurism pada pembuluh retina.
Terdapat pula bagian iskemik, yaitu retina akibat berkurangnya aliran darah
retina. Respon terhadap iskemik retina ini adalah pembentukan pembuluh darah
baru, tetapi pembuluh darah tersebut sangat rapuh sehingga mudah pecah dan
dapat mengakibatkan perdarahan vitreous. Perdarahan ini bisa mengakibatkan
ablasio retina atau berulang yang mengakibatkan kebutaan permanen.

9
2) Nefropati diabetic
Lesi renal yang khas dari nefropati diabetic adalah glomerulosklerosis yang
nodular yang tersebar dikedua ginjal yang disebut sindrom Kommelstiel-Wilson.
Glomeruloskleriosis nodular dikaitkan dengan proteinuria, edema dan hipertensi.
Lesi sindrom Kommelstiel-Wilson ditemukan hanya pada DM.
3) Neuropati
Neuropati diabetic terjadi pada 60 – 70% individu DM. neuropati diabetic
yang paling sering ditemukan adalah neuropati perifer dan autonomic.
4) Displidemia
Lima puluh persen individu dengan DM mengalami dislipidemia.
5) Hipertensi
Hipertensi pada pasien dengan DM tipe 1 menunjukkan penyakit ginjal,
mikroalbuminuria, atau proteinuria. Pada pasien dengan DM tipe 2, hipertensi
bisa menjadi hipertensi esensial. Hipertensi harus secepat mungkin diketahuin
dan ditangani karena bisa memperberat retinopati, nepropati, dan penyakit
makrovaskular.
6) Kaki diabetic
Ada tiga factor yang berperan dalam kaki diabetic yaitu neuropati, iskemia,
dan sepsis. Biasanya amputasi harus dilakukan. Hilanggnya sensori pada kaki
mengakibatkan trauma dan potensial untuk ulkus. Perubahan mikrovaskuler dan
makrovaskuler dapat mengakibatkan iskemia jaringan dan sepsis. Neuropati,
iskemia, dan sepsis bisa menyebabkan gangrene dan amputasi.
7) Hipoglikemia
Hipoglikemia adalah keadaan dengan kadar glukosa darah di bawah 60
mg/dl, yang merupakan komplikasi potensial terapi insulin atau obat
hipoglikemik oral. Penyebab hipoglikemia pada pasien sedang menerima
pengobatan insulin eksogen atau hipoglikemik oral.

H. Diagnosis
Diagnosis DM ditegakkan atas dasar pemeriksaan kadar glukosa darah.
Pemeriksaan glukosa darah yang dianjurkan adalah pemeriksaan glukosa secara
enzimatik dengan bahan plasma darah vena. Pemantauan hasil pengobatan dapat
dengan pemeriksaan glukosa darah kapiler dengan glukometer. Diagnosis tidak dapat
ditegakkan atas dasar adanya glukosuria.

10
Kriteria diagnosis DM:
1. Pemeriksaan glukosa plasma puasa ≥ 126 mg/dL. Puasa adalah kondisi tidak ada
asupan kalori minimal 8 jam, atau
2. Pemeriksaan glukosa plasma ≥ 200 mg/dL 2 jam setelah tes toleransi glukosa oral
(TTGO) dengan beban glukosa 75 gram, atau
3. Pemeriksaan glukosa plasma sewaktu ≥ 200 mg/dL dengan keluhan klasik, atau
Pemeriksaan HbA1c ≥ 6,5% dengan menggunakan metode yang
terstandarisasi oleh National Glycohaemoglobin Standarization Program (NGSP).

I. Pemeriksaan penunjang
Menurut Barbara C. Long (1995 : 9 ) pemeriksaan diagnostik untuk
penyakit diabetes millitus adalah :

Pemeriksaan Prosedur dan persiapan Interpretasi


Kriteria diagnostik untuk diabetes
millitue > 140mg/dL palni sedikit
Gula darah puasa
dal m 2x pemeriksaan atau > 140
(GDP) : 70 – 110 Puas mulai tengah malam
mg/dL disertai gejala klasik
mg/dL plasmavena
hiperglikemia atau CGT : 115 :
140 mg/dL
Gula darah diukur 2jam
Gula darah 2 jam Digunakan untuk skrining atau
setelah makan berat atau 2
postprandial < 140 evaluasi pengobatan, bukan
jam setelah mendapat 100
mg/dL diagnostik
gr gula
Gula darah Digunakan untuk skrining
sewaktu : bukan
140 mg/dL diagnostik
Tes intoleransi Puasa mulai tengah malam, Kriteria diagnotik unuk diabetes
glukosa GDP diambil diberi 75 mg millitus , GDP : 140 mg/dL. Tapi
oral (TTGO).GD < glukosa, sampel darah (dan gula darah 2 jam dan pemeriksaan
115mg/dL urine) ditampung pada ½ lainya > 200 mg/dL dalam 2x
1, dan 2 jam kadang pemeriksaan untuk 165 GDP <
kadang pada2, 4, dan 5 jam 140 mg/dL 2 jam natara 140-200
berikut. mg/dL dan pemeriksaan untuk

11
IGT : GDP < 140 mg/dL . TTGO
dilakukan hanya pada pasien yang
bebas diit dan beraktivitaas fisik 3
hari sebelum tes, tidak dianjurkan
pad (1) hiperglekimia yang
sedang puasa (2) orang yang
mendapat thiazide, dilantin
propanolol, lasix, tiroid, estrogen,
pil KB, steroid (3) pasien yang
dirawat
Dilakukan jika TTGO merupakan
Tes toleransi
kontra indikasi kelainan
glukosa Sama untuk TTGO
gaastrointestinal yang
intravena (TTGI)
mempengaruhi glukosa

J. Penatalaksanaan
Tujuan utama terapi diabetes mellitus adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin
dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi komplikasi vaskuler serta
neuropati. Tujuan terapeutik pada setiap tipe diabetes adalah mencapai kadar glukosa
darah normal.
Ada 5 komponen dalam penatalaksanaan diabetes :
1. Diet
Suatu perencanaan makanan yang terdiri dari 10% lemak, 15% Protein, 75%
Karbohidrat kompleks direkomendasikan untuk mencegah diabetes. Kandungan
rendah lemak dalam diet ini tidak hanya mencegah arterosklerosis, tetapi juga
meningkatkan aktivitas reseptor insulin.
2. Latihan
Latihan juga diperlukan untuk membantu mencegah diabetes. Pemeriksaan
sebelum latihan sebaiknya dilakukan untuk memastikan bahwa klien lansia secara
fisik mampu mengikuti program latihan kebugaran. Pengkajian pada tingkat aktivitas
klien yang terbaru dan pilihan gaya hidup dapat membantu menentukan jenis latihan
yang mungkin paling berhasil. Berjalan atau berenang, dua aktivitas dengan dampak
rendah, merupakan permulaan yang sangat baik untuk para pemula. Untuk lansia

12
dengan NIDDM, olahraga dapat secara langsung meningkatkan fungsi fisiologis
dengan mengurangi kadar glukosa darah, meningkatkan stamina dan kesejahteraan
emosional, dan meningkatkan sirkulasi, serta membantu menurunkan berat badan.
3. Pemantauan
Pada pasien dengan diabetes, kadar glukosa darah harus selalu diperiksa secara
rutin. Selain itu, perubahan berat badan lansia juga harus dipantau untuk mengetahui
terjadinya obesitas yang dapat meningkatkan resiko DM pada lansia.
4. Terapi (jika diperlukan)
Sulfoniluria adalah kelompok obat yang paling sering diresepkan dan efektif
hanya untuk penanganan NIDDM. Pemberian insulin juga dapat dilakukan untuk
mepertahankan kadar glukosa darah dalam parameter yang  telah ditentukan untuk
membatasi komplikasi penyakit yang membahayakan.
5. Pendidikan
 Diet yang harus dikomsumsi
 Latihan
 Penggunaan insulin

13
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

14
15

Anda mungkin juga menyukai