Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang


Eliminasi yang teratur dari sisa-sisa produksi usus penting untuk fungsi tubuh yang
normal. Perubahan pada eliminasi dapat menyebabkan masalah pada gastrointestinal dan
bagian tubuh yang lain. Karena fungsi usus tergantung pada keseimbangan beberapa faktor,
pola eliminasi dan kebiasaan masing-masing orang berbeda. Klien sering meminta
pertolongan dari perawat untuk memelihara kebiasaan eliminasi yang normal. Pada keadaan
sakit klien tidak dapat menggunakan toilet dan tidak memiliki program yang teratur,
lingkungan rumah bisa menghadirkan hambatan untuk klien dengan perubahan mobilitas.
Pada abad ke-17 M sediaan enema dikenal dengan nama Clyster menggunakan
Clyster Syringe yang terdiri dari tabung Syrine, pipa anus dan batang pendorong. Clyster
digunakan sejak abad ke-17 hingga abad ke-19, kemudian digantikan dengan Syringe balon,
Bocks, dan kantong.
Pada awal era modern Francis Mauriceau dalam The Diseases of Women with Child
mencatat para bidan memberikan enema pada wanita hamil menjelang melahirkan.
Pada abad ke 20, enema digunakan secara luas di negara tertentu seperti amerika
serikat; saat itu enema merupakan ide yang sangat baik untuk cuci kolon pada kasus fever,
menjelang partus dengan tujuan untuk mengurangi keluarnya feces saat partus. Beberapa
kontroversi diperdebatkan penggunaan enema untuk mempercepat proses melahirkan dengan
menstimulasi terjadinya kontrkasi, pada akhirnya enema dengan tujuan ini dilarang karena
para obstetrik menggunakan oxytocin sebagai penggantinya selain dikarenakan para ibu
hamil merasa tidak nyaman dengan tindakan enema ini.
Pada masa John Donne Elegy XVIII, pada masa itu kaum pria menyalahgunakan
tindakan enema dengan melukai selaput dara pengantin wanita menggunakan clyster.
Clyster juga tercatat pada periode sado-masochistic, pada masa itu mereka
menggunakan enema sebagai tindakan disipliner. Khususnya wanita dihukum menggunakan
clyster berukuran besar untuk periode tertentu, sebagai contoh ditemukan dalam The Prussian
Girl oleh P.N Dedeaux.
Clyster merupakan pengobatan yang banyak digemari oleh orang berada dan
terhormat di dunia barat hingga abad ke-19. William Laighton dari Portsmouth, New
Hampshire merupakan orang pertama yang mendapat hak paten untuk kursi enema pada
tanggal 8 agustus 1846.

1
Hingga kini berbagai inovasi bentuk enema dan jenis enema dibuat dengan tujuan
untuk mempermudah dalam cara pemberian, faktor kenyamanan dan simpel.

I.2. Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan enema ?
2. Apa tujuan dan manfaat enema ?
3. Apa indikasi dan kontraindikasi dari enema ?
4. Sebutkan jenis-jenis enema ?
5. Perbedaan Enema tinggi dan Rendah ?
6. Teknik Pemberian Enema ?

I.3. Tujuan Penulisan


1. Dapat mengetahui pengertia enema.
2. Dapat mengetahui tujuan dan manfaat enema.
3. Dapat mengetahui indikasi dan kontraindikasi dari enema.
4. Dapat mengetahui tipe-tipe enema.
5. Dapat mengetahui enema tinggi dan enema rendah.
6. Dapat mengetahui teknik pemerian enema.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Enema


Enema adalah tindakan memasukkan cairan ke dalam usus melalui rektum, sehingga
cairan tersebut dapat mengalir balik atau tertahan. Istilah ini biasanya didahului dengan nama
cairan enema yang digunakan. Lebih lanjut enema dapat diberi nama menurut fungsi cairan
tersebut. Enema untuk evakuasi biasanya dibuat secara komersial dalam kemsan kecil-kecil
sebagai enema disposabel: zat kimia yang ada dalam enema tersebut akan menarik ke dalam
usus sehingga meningkatkan pembilasan dan kontraksi peristaltik usus distal. Jenis enema
yang dibiarkan tertahan dalam usus sering digunakan adalah kortison (Sue Hinchliff, 1999).

Enema ( huknah ) adalah memasukkan larutan yang berfungsi sebagai pencahar ke


dalam rektum dan kolon ( Asmadi, 2008). Alasan utama enema ialah untuk meningkatkan
defekasi dengan menstimulasi peristaltik. Pemberian eneme dapat digunakan untuk
melunakkan fases yang telah menjadi impikasi atau untuk mengosongkan rectum dan kolon
bawah untuk prosedur diagnostic atau pembedahan. Enema juga diberikan sebagai alat
transportasi obat-obatan yang menimbulkan efek lokal pada mukosa rektum.

2.2 Tujuan dan manfaat enema

a. Tujuan enema

Enema dilakukan untuk mengobati penyakit ringan seperti sakit perut, kembung
namun pada perkembangannya digunakan untuk berbagai tujuan yang berbeda seperti telah
diuraikan dalam sejarah dilakukannya tindakan ini. Pada akhirnya setelah ilmu pengetahuan
medis berkembang dengan adanya penelitian dan ditemukannya berbagai peralatan medis,
penggunaan enema saat ini jauh lebih spesifik dari masa awal keberadaannya.

1. Tujuan Enema tinggi

a. Membantu mengeluarkan fases akibat konstipasi atau impaksi fekal

b. Membantu defaksi yang normal sebagai bagian dari program latihan defakasi
(bowel training program)

3
c. Tindakan pengobatan / pemeriksaan diagnostik.

2. Tujuan enema rendah

a. Menggosongkan usus pada pra-pembedahan untuk mencegah ha-hal yang tidak


diinginkan selama operasi berlangsung, seperti buang air besar.

b. Merangsang buang air besar atau merangsang peristaltik usus untuk mengeluarkan
feses karena kesulitan untuk defekasi (pada pasien sembelit).

2. Manfaat Enema (Huknah)

1. Merangsang gerakan usus besar, berbeda dengan laxative. Perbedaan utama terletak pada
cara penggunaannya, laxative biasanya diberikan per oral sedangkan enema diberikan
langsung ke rectum hingga kolon. Setelah seluruh dosis enema hingga ambang batas daya
tampung rongga kolon diberikan, pasien akan buang air bersamaan dengan keluarnya cairan
enema ke dalam bedpan atau di toilet. , larutan garam isotonik sangat sedikit mengiritasi
rektum dan kolon, mempunyai konsentrasi gradien yang netral. Larutan ini tidak menarik
elektrilit dari tubuh – seperti jika menggunakan air biasa – dan larutan ini tidak masuk ke
membran kolon – seperti pada penggunaan phosphat. Dengan demikian larutan ini bisa
digunakan untuk enema dengan waktu retensi yang lama, seperti melembutkan feses pada
kasus fecal impaction.

2. Membersihkan kolon bagian bawah (desenden) menjelang tindakan operasi seperti


sigmoidoscopy atau colonoscopy. Untuk kenyamanan dan mengharapkan kecepatan proses
tindakan enema dapat diberikan disposibel enema dengan konsentrasi lebih kental berbahan
dasar air yg berisikan sodium phospat atau sodium bikarbonat.

3. Sebagai jalan alternatif pemberian obat. Hal ini dilakukan bila pemberian obat per oral
tidak memungkinkan, seperti pemberian antiemetik untuk mengurangi rasa mual, beberapa
anti angiogenik lebih baik diberikan tanpa melalui saluran pencernaan , pemberian obat
kanker, arthritis, pada orang lanjut usia yang telah mengalami penurunan fungsi organ
pencernaan, menghilangkan iritable bowel syndrome menggunakan cayenne pepper untuk
squelch iritasi pada kolon dan rectum dan untuk tujuan hidrasi.

4
4. Pemberian obat topikal seperti kortikosteroid dan mesalazine yang digunakan untuk
mengobati peradangan usus besar.

5. Pemeriksaan radiologi seperti pemberian barium enema. Enema berisi barium sulphat ,
pembilasan dengan air atau saline dilakukan setelah selesai dengan tujuan untuk
mengembalikan fungsi normal dari kolon tanpa komplikasi berupa konstipasi akibat
pemberian barium sulphat.

2.3 Indikasi dan Kontraindikasi enema (Huknah)

1. Indikasi Enema

a. Konstipasi

b. Kebiasaan buang air besar yang tidak teratur

c. Penggunaan laxative yang berlebihan.

d. Peningkatan stress psikologis

e. Impaksi fases (tetahannya feses)

f. persiapan pra operasi

g. untuk tindakan diagnostik misalnya pemariksaan neurologi

h. pasien dengan malaena

2. Kontraindikasi Enema

a. Hemoroid yang berdarah

b. Keganasan kolon atau rektum

c. diare

d. Post operasi

e. Pasien dengan gangguan fungsi jantung atau gagal ginjal,tumor rektum dan kolon.

5
2.4 Tipe-tipe Enema

Tipe-tipe enema antara lain (Hidayat & Uliyah, 2005):

1. Enema tinggi: Memasukan cairan hangat melalui anus sampai ke kolon asenden dengan
menggunakan kanula usu. Umumnya dilakukan untuk persiapan operasi.

2. Enema rendah: Memasukan cairan hangat melalui anus sampai ke kolon desenden dengan
menggunakan kanula rektal melalui anus. Huknah rendah dilaksanakn sebelum operasi dan
pasien yang mengalami obstipasi. Selama tindakan ini posisi klien dipertahankan miring ke
kiri.

2.5 Perbedaan enema tinggi dan enema rendah

Perbedaan enema tinggi dan enema rendah


No Perbedaan Enema rendah Enema tinggi
1. Tindakan Tindakan memasukkan ·Tindakan memasukkan
cairan hangat dari rektum ke cairan hangat dari
dalam kolon desenden rektum dimasukkan
kedalam kolon asenden.

Mengosongkan usus sebagai Membantu


2. Tujuan
persiapan tindakan operasi, mengeluarkan fases
colonoscopy akibat konstipasi.

3. Kanul enema Kanula Recti Kanula usus

4. Posisi Posisi sims miring kekiri Posisi sim’s miring ke


kanan

5. Jumlah cairan 500 ml


750-1000ml
hangat yang
diberikan untuk ·

6
dewasa
± 30 cm dari tempat tidur ± 30-45 cm dari tempat
6. · Tinggi irigator
tidur

(Sari, 2011)

2.6 Teknik Pemberian Enema (Huknah) Tinggi dan Rendah

1. Persiapan alat dan bahan

Pemberian melalui selang rektal dengan wadah enema pada enema rendah dan enema tinggi.

a. Volume larutan hangat

1) Dewasa : 700-1000ml, dengan suhu 40,5-43ºC

2) Anak – anak :

a) Bayi : 150-250ml

b) Usia bermain (toddler): 250-350ml

c) Usia sekolah : 300-500ml

d) Remaja : 500-700 ml

Cat : Suhu cairan yang digunakan untuk anak-anak adalah 37,7ºC, sedang untuk dewasa
dihangatkan 40,5-43ºC

b. Vaseline atau jeli

c. Wadah enema (huknah)

d. Selang rektal dengan ujung bulat.

1) Dewasa : No.22-30 G French(fr)

2) Anak – anak : No.12-18 fr

7
e. Selang menghubungkan selang rektal ke wadah (selang irrigator)

f. Klem pengatur pada selang

g. Termometer air untuk mengukur suhu larutan

h. Perlak pengalas

i. Selimut mandi

j. Kertas toilet

k. Pispot

l. Waslap, handuk serta sabun

m. Masker

n. Sarung tangan sekali pakai

o. Tiang intravena

p. Bengkok

2. Persiapan pasien

a. Mengucapkan salam terapiutik

b. Memperkenalkan diri

c. Menjelaskan pada klien dan keluarga tentang prosedur dan tujuan tindakan yang akan
dilaksanakan

d. Membuat kontak (waktu, tempat dan tindakan yang akan dilakukan)

e. Selama komunikansi digunakan bahasa yang jelas, sistematis serta tidak mengancam

f. Klien atau keluarga diberi kesempatan bertanya untuk klasifikasi

8
g. Memperlihatkan kesabaran, punuh empati, sopan, dan perhatian serta respek selama
berkomunikasi dan melakukan tindakan

h. Pasien disiapkan dalam posisi yang sesuai

3. Persiapan lingkungan

a. Ruangan terutup

b. Pastikan semua jendela atau pintu dalam keadaan tertutup agar privasi terjaga.

c. Pasang sekat atau sampiran

d. Gunakan selimut untuk melindungi daerah privasi pasien

4. Prosedur pelaksanaan

Penatalaksanaan cleansing enema yang terdiri dari low enema (huknah rendah) dan high
enema (huknah tinggi), diantaranya (Asmadi, 2008) :

a. Jelaskan prosedur kepada klien.

b. Tutup ruangan / tirai.

c. Susun wadah enema, hubungkan selang, klem, dan selang rektal.

d. Tutup klem pengatur

e. Siapkan larutan hangat dan periksa suhu larutan dengan termometer air atau dengan
meneteskan sedikit larutan diatas pergelangan tangan sebelah dalam. Tambahkan larutan
hangat kedalam wadah.

f. Bilas wadah, isi dengan larutan, lepaskan klem, dan biarkan larutan keluar sampai tak ada
udara. Tempatkan dekat dengan unit tempat tidur untuk memenuhi selang. Klem kembali
selang.

g. Bantu klien untuk pada posisi miring ke kiri (lateral kiri) untuk huknah rendah dan miring
ke kanan untuk huknah tinggi dengan lutut kanan fleksi.

9
h. Letakkan perlak pengalas dibawah pantat klien dan letakkan pispot dekat dengan tempat
tidur.

i. Gunakan masker

j. Cuci tangan dan gunakan sarung tangan.

k. Selimuti tubuh dan ekstrimitas bawah klien dengan selimut mandi, biarkan hanya anal
yang kelihatan.

l. Beri pelumas 3-4 cm pada ujung selang rektal dengan pelumas jeli.

m. Dengan perlahan, regangkan bokong dan cari letak anus. Instrusikan klien untuk rileks
dengan menghembuskan nafas perlahan melalui mulut.

n. Masukkan ujung selang rektal secara perlahan dengan mengarahkannya ke umbilikus


klien. Panjang insersi beragam ; 7,4-10 cm untuk orang dewasa, 5-7,5 cm untuk anak-anak,
dan 2,5-3,25 cm untuk bayi. Tarik selang dengan segera, jika ditemukan obstruksi.

o. Buka klem pengatur dan biarkan larutan masuk dengan perlahan dengan wadah setinggi
pinggul klien.

p. Terus pegang selang sampai pengisian cairan berakhir.

q. Naikkan wadah secara perlahan sampai pada ketinggian diatas anus (30-45 cm untuk
ketinggian enema tinggi, 30 cm untuk enema rendah, dan 7,5 cm untuk bayi). Waktu
pengaliran sesuai dengan pemberian volume larutan (missal,1 liter dalam 10 menit).

r. Tutup klem selang setelah semua larutan dialirkan.

s. Letakkan lapisan tisu toilet disekitar selang pada anus dan dengan perlahan tarik selang.

t. Jelaskan pada klien bahwa perasaan distensi andominal (proses peningkatan tekanan
abdominal yang menghasilkan peningkatan tekanan dalam perut dan menekan dinding perut)
adalah normal.

u. Minta klien untuk menahan larutan selama mungkin saat berbaring ditempat tidur (untuk
bayi atau anak kaci, dengan perlahan pegang kedua sisi pantat selama beberapa menit).

10
v. Bereskan wadah enema dan selang pada tempat yang telah disediakan.

w. Lepaskan sarung tangan dengan cara menariknya hingga terbalik dan taruh ke dalam
wadah yang telah disediakan.

x. Bantu klien ke kamar mandi atau mengatur posisi pispot, kemudian observasi feses dan
larutan (peringatkan klien agar tidak menyiram toilet sebelum perawat menginspeksi).

y. Bantu klien sesuai kebutuhan untuk mencuci area anal dengan air hangat dan sabun.

z. Cuci tangan kemudian dokumentasikan warna dan konsistensi feses.

11
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Enema adalah tindakan memasukkan cairan ke dalam usus melalui rektum, sehingga
cairan tersebut dapat mengalir balik atau tertahan. Istilah ini biasanya didahului dengan nama
cairan enema yang digunakan. Lebih lanjut enema dapat diberi nama menurut fungsi cairan
tersebut. Enema untuk evakuasi biasanya dibuat secara komersial dalam kemsan kecil-kecil
sebagai enema disposabel: zat kimia yang ada dalam enema tersebut akan menarik ke dalam
usus sehingga meningkatkan pembilasan dan kontraksi peristaltik usus distal. Jenis enema
yang dibiarkan tertahan dalam usus sering digunakan adalah kortison (Sue Hinchliff, 1999).

Enema dilakukan untuk mengobati penyakit ringan seperti sakit perut, kembung
namun pada perkembangannya digunakan untuk berbagai tujuan yang berbeda seperti telah
diuraikan dalam sejarah dilakukannya tindakan ini. Pada akhirnya setelah ilmu pengetahuan
medis berkembang dengan adanya penelitian dan ditemukannya berbagai peralatan medis,
penggunaan enema saat ini jauh lebih spesifik dari masa awal keberadaannya.

Enema dibedakan menjadi dua jenis yaitu enema tinggi dan enema rendah. Kedua
jenis enama tersebut memiliki tujuan dan manfaat berbeda sesuai dengan kegunaan masing-
masing. Indikasi melakukan enema antara lain konstipasi, kebiasaan buang air besar yang
tidak teratur, persiapan pra operasi dan lain-lain. Kontraindikasi dalam melakukan enema
antara lain hemoroid yang berdarah dan post operasi.

3.2 Saran

Dalam penulisan makalah ini, penulis sangat yakin masih banyak terdapat kekurangan
dan kesalahan. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari para
pembaca sekalian guna dan tujuan untuk memperbaiki kesalahan dan menutupi kekurangan.

12
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/6050481/LAPORAN_PENDAHULUAN_ENEMA
https://www.academia.edu/11966984/MAKALAH_TERAPI_KOMPLEMENTER_COFFEE
_ENEMA

13

Anda mungkin juga menyukai