Anda di halaman 1dari 8

TUGAS MAKALA

ILMU DASAR KEPERAWATAN

“KOMPLEKS GOLGI”

OLEH:

NAMA : NI KOMANG WINA WARTINI

NIM : 17C10038

PRODI : S1 KEPERAWATAN

KELAS : A
Analisa Flow Cytometry pada Subpopulasi Sel T-Limfosit Bursa Fabricius Ayam
Pedaging Pasca Infeksi Salmonella typhimurium dan Pemberian Pakan Tambahan
Polyscias obtusa

Septi Utami Dewi1, Mochammad Sasmito Djati1, Muhaimin Rifa’i1 1Jurusan Biologi,
Universitas Brawijaya Malang Alamat korespondensi : septiutamidewi@gmail.com

ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui adanya aktivitas imunomodulator daun Polyscias
obtusa pada organ bursa fabricius ayam pedaging yang terinfeksi bakteri Salmonella
typhimurium, serta mengetahui dosis optimum penambahan daun Polyscias obtusa dalam
mempengaruhi jumlah subpopulasi T-limfosit pada organ bursa fabricius ayam pedaging
yang terinfeksi Salmonella typhimurium. Prosedur kerja yang dilakukan adalah konfirmasi
isolat bakteri Salmonella typhimurium, pemberian daun Polyscias obtusa, infeksi bakteri
Salmonella typhimurium, pembedahan, isolasi sel, analisis Flow Cytometri, analisis data.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pemberian pakan alami dengan tambahan daun
Polyscias obtusa dengan variasi dosis 0,08%, 0,16%, tidak memberikan pengaruh terhadap
jumlah relatif CD8+ dan B220+ pada Bursa fabricius. Sehingga, tidak ada perbedaan yang
signifikan antara pakan pabrik dan pakan alami dengan tambahan daun Polyscias obtusa..
Namun, pada dosis 0,26 % fase finisher terlihat peningkatan jumlah relatif sel CD4+ yang
siginifikan dibandingkan fase starter. Dapat disimpulkan bahwa, dosis 0,26% merupakan
dosis optimum dalam meningkatkan proses proliferasi jumlah sel CD4+ sebagai agen
imunomodulator pada bursa fabricius ayam pedaging.

Kata kunci : Ayam pedaging, bursa fabricius, flow cytometry, Polyscias obtusa, Salmonella
typhimurium typhymurium

ABSTRACT

This study aimed to determine the development of T lymphocytes from bursa fabricius of
broiler that have been given additional feed Polyscias obtusa after infected Salmonella
typhimurium and determine the optimum dose of the addition of leaf Polyscias obtusa in
influencing the number of T-lymphocyte subpopulations in organ bursa fabricius Salmonella
thypimurium infected broiler. The procedure is the confirmation of the Salmonella
typhimurium isolates, giving the leaves Polyscias obtusa, Salmonella typhimurium bacterial
infections, surgery, cell isolation, Flow Cytometry analysis, data analysis. The results showed
that natural feeding with additional Polyscias obtusa leaves with a dose variation of 0.08%,
0.16%, does not give effect to the relative amount, CD8+ and B220+ on the Bursa fabricius.
There wasn’t significant between the feed mill and natural food with Polyscias obtusa. Dose
of 0.26% proved to increase the relative number of CD4 + cells significantly in organ bursa
fabricius. The results of CD4 + T cell activation would play an important role in establishing
and maximizing the body's immune system.

Keywords : broiler, bursa fabricius, flow cytometry, Polyscias obtusa, Salmonella


typhimurium

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara dengan sentra peternakan hewan unggas yang cukup tinggi,
salah satunya adalah sentra peternakan ayam pedaging (broiler). Pakan ayam pedaging pada
umumnya tersusun atas kebutuhan pertumbuhan, energi, dan membantu sistem metabolisme
serta meningkatkan ketahanan tubuh ayam. Oleh sebab itu, para peternak ayam pedaging
selalu memberikan vaksin dan antibiotika untuk mengurangi penyakit-penyakit tersebut.
Namun, beberapa vaksin dan antibiotika
merupakan zat bioaktif yang memiliki dampak negatif pada kesehatan konsumen daging
ayam [1]. Sehingga diperlukan adanya alternatif untuk melindungi kesehatan konsumen dari
efek samping penggunaan vaksin dan zat antibiotika. Pakan alternatif ini diharapkan dapat
meningkatkan sistem kekebalan tubuh ayam. Pakan alternatif tersebut adalah daun
Kedondong Laut (Polyscias obtusa) yang merupakan salah satu obat herbal dengan
kandungan senyawa polysciosida [2]. Senyawa tersebut memiliki peran dalam sistem
imunitas dan humoral serta merupakan

Jurnal Biotropika | Vol. 1 No. 5 | 2013 207

senyawa dari kelompok asam oleanic saponin. Saponin adalah senyawa yang berperan dalam
proses mengalirnya nutrisi pada hewan dan manusia. Saponin juga diketahui dapat berperan
dalam permeabilitas membran, sebagai imunostimulan, agen karsinogen, dan
hypocholesterolaemic [3]. Selain saponin, terdapat pula flavonoid. Senyawa flavonoid
dikenal berperan sebagai agen imunomodulator, antiviral dan antioksidan. Senyawa flavonoid
juga diduga dapat memacu proliferasi limfosit, meningkatkan jumlah sel T dan meningkatkan
aktivitas IL-2 [4] Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan dengan menggunakan
hewan coba mencit dan terinfeksi Salmonella typhimurium, khasiat daun Polyscias obtusa
dapat memobilisasi haematopoetic stem cells [5]. Oleh karena itu, penelitian ini
menggunakan hewan coba ayam pedaging (broiler) agar lebih aplikatif dan mengetahui
secara spesifik pada organ bursa fabricius. Pendewasaan limfosit B terjadi di bursa fabricius
pada unggas, sedangkan pada mamalia terjadi di hati fetus, tonsil, usus buntu dan jaringan
limfoid dalam dinding usus. Pendewasaan limfosit T terjadi di organ timus [6]. Sehingga
diharapkan dapat diperoleh informasi mengenai aktifitas haematopoetic stem cell (CD4+,
CD8+, B220+) dengan infeksi Salmonella typhimurium dan diamati modulasi serta
perkembangan imunitas seluler.

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Percobaan ini dilakukan pada MaretSeptember 2012 di laboratorium
Mikrobiologi, Laboratorium Fisiologi Hewan, Fakultas MIPA, Jurusan Biologi, serta
Laboratorium Lapang Sumber Sekar-DAU Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya,
Malang.

Deskripsi Hewan Coba dan Estimasi Besar Sampel Hewan coba yang digunakan dalam
penelitian ini adalah DOC broiler strain Lohman varian platinum. Ayam akan dipelihara
selama 1 bulan. Penelitian ini menggunakan 5 perlakuan dengan setiap

perlakuan 3 ulangan, dan masing-masing ulangan di duplo. Sehingga jumlah seluru seluruh
sampel ayam yang digunakan adalah 60 ekor.

Deskripsi Perlakuan dan Rancangan Percobaan Penelitian ini menggunakan rancangan acak
kelompok yang terdiri dari 5 perlakuan dengan 3 ulangan pada masing-masing perlakuan
seperti pada tabel berikut:

Tabel 3.1. Rancangan Kelompok perlakuan Perlakuan Kelompok Starter Finisher Pakan
Pabrik A1B1 (T0) A1B2 (T0) Pakan Pabrik+ Salmonella thypimurium A2B1 (T1) A2B2
(T1) Polyscias obtusa (0,08%) + Salmonella thypimurium A3B1 (T2) A3B2 (T2) Polyscias
obtusa(0,16%) + Salmonella thypimurium A5B1 (T3) A5B1 (T3) Polyscias obtusa (0,26%) +
Salmonella thypimurium A7B1 (T4) A7B2 (T4)

Pemberian Daun Polyscias obtusa Bagian tanaman Polyscias obtusa yang digunakan dalam
penelitian ini adalah daun dewasa. Daun Polyscias obtusa kemudian dicuci dan dikering
anginkan. Kemudian dihaluskan menggunakan blender kering. Hasil tersebut kemudian
disaring. Bubuk Polyscias obtusa ditimbang untuk selanjutnya digunakan sebagai campuran
pakan tambahan ayam pedaging.

Infeksi bakteri Salmonella typhimurium Salmonella typhimurium yang telah dikonfirmasi


sebelumnya dan disimpan dalam medium NA miring ditumbuhkan pada medium cair NB dan
diinkubasi selama 1 x 24

Jurnal Biotropika | Vol. 1 No. 5 | 2013 208

jam. Medium NB baru tersebut dihitung jumlah sel bakteri tiap 1 jam untuk mendapatkan
jumlah sel bakteri 108 sel/ml. Perhitungan sel dilakukan dengan menggunakan
haemocytometer. Biakan bakteri yang telah difiksasi dengan menggunakan larutan formalin
4%, dihitung dengan menggunakan haemocytometer. Berdasarkan perhitungan tersebut
diperoleh jumlah sel bakteri sebanyak 727 sel/ml. Selanjutnya dilakukan sentrifuse dengan
kecepatan 10.000 rpm selama 10 menit pada suhu 250 C. Pellet yang diperoleh diresuspensi
dengan larutan garam fisiologis NaCl 0,9%. Suspensi trsebut kemudian diinfeksikan pada
broiler yang digunakan pada percobaan.

Pembedahan Kegiatan ini dibagi menjadi 2 yaitu satu kali pada fase starter dan satu kali pada
fase finisher. Pada fase starter pembedahan dilakukan pada saat ayam berumur 17 hari.
Selanjutnya pada fase finisher ayam dibedah pada umur 35 hari. Kegiatan ini dilakukan
dengan menyembelih ayam pedaging fase stater sejumlah 30 ekor, dan pada fase finisher
sejumlah 30 ekor. Setelah disembelih dan diambil organ bursa fabricius, organ tersebut
disimpan dalam suhu rendah agar sel-sel pada organ tetap stabil. Selanjutnya, organ tersebut
dibawa ke Laboratorium Fisiologi Hewan, Jurusan Biologi Fakultas MIPA, Universitas
Brawijaya untuk diisolasi sel dari organ bursa fabricius.

Isolasi Sel Sel yang akan dihitung populasinya, diisolasi dari organ bursa fabricius. Sel
tersebut digerus dengan menggunakan ujung spuid, dan disuspensi dengan PBS. Selanjutnya
sel-sel difilter menggunakan wire. Kemudian hasil yang diperoleh disentrifugasi dengan
kecepatan 1500 rpm pada suhu 200C selama 5 menit. Supernatan yang diperoleh dibuang dan
pellet diresuspensi dengan PBS 1 ml. Selanjutnya dilakukan pipeting untuk mendapatkan
homogenat, dipindahkan pada mikrosentrifuse baru dan ditambah 500 µl lalu disentrifuse
pada kecepatan 1500 rpm, suhu 200C selama 5 menit. Supernatan dibuang dan pellet

selanjutnya diinkubasi dengan antibodi untuk proses analisis selanjutnya.

Analisis Flowcytometri Sel yang telah diisolasi dan diperoleh, selanjutnya dianalisis Flow
Cytometry untuk mendeteksi subpopulasi T-limfosit (CD4+, CD8+, B220+ ). Analisis
dilakukan dengan komputer dan diatur pada keadaan acquiring serta dilakukan setting sesuai
parameter yang akan dianalisis. Kemudian sampel yang telah diberi antibodi ditambah 1 ml
PBS dan ditempatkan pada kuvet flowcytometer. Selanjutnya dipilih acquire dan
flowcytometer akan menghitung jumlah sel total serta jumlah sel yang terdeteksi oleh label
antibodi. Hasil yang diperoleh akan diolah dengan program BD cellquest Pro TM.

Analisis Data Analisis data dilakukan dengan menggunakan metode One Way ANOVA pada
program SPSS 16 for Windows.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Senyawa flavonoid yang terkandung dalam daun Polycias obtusa adalah sebagai
imunomodulator, yaitu dengan meningkatkan aktivitas IL-2 dan proliferasi limfosit. Telah
diketahui bahwa IL-2 adalah sitokin yang berfungsi sebagai salah satu faktor limfosit
berdiferensiasi. Resistensi hewan terhadap infeksi mikroba sangat tergantung pada aktivasi
dari sel T-CD4+ yang berdiferensiasi menjadi dua kelompok berdasarkan pola sekresi
sitokin, yaitu pola respon Th1 dan pola respon Th2 [7]. Ayam adalah salah satu sumber
penularan penting Salmonella typhimurium. Masalahnya berawal dari peternakan, dimana
anak ayam yang dipelihara dalam kondisi komersial sangat rentan terhadap infeksi
Salmonella typhimurium karena mikroflora usus lambat berkembang sehingga kalah bersaing
jika ada serangan bakteri pathogen enterik [8].

Perbandingan Jumlah Relatif Sel CD4+ pada organ Bursa Fabricius Kelompok Starter dan
Finisher

Jurnal Biotropika | Vol. 1 No. 5 | 2013 209

Gambar 1. Jumlah Relatif Sel T CD4+ (%) fase Starter dan Finisher (p>0.05)

Berdasarkan gambar 1, dapat disimpulkan bahwa semua perlakuan dengan menggunakan


pakan pabrik maupun Polyscias obtusa tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata
(p>0,05) dalam meningkatkan jumlah relatif sel CD4+ pada fase starter dan finisher ayam
pedaging, khususnya pada organ bursa fabricius. Namun, pada dosis 3 (T4) terlihat
peningkatan jumlah relatif sel CD4+ yang siginifikan. Hal ini berarti bahwa, dosis 0,26%
merupakan dosis optimum dalam meningkatkan proses proliferasi jumlah sel CD4+ pada
bursa fabricius ayam pedaging. Hasil yang tidak signifikan ini disebabkkan karena waktu
perlakuan masih dalam tahap adaptasi. Respon imunologik hewan muda masih berada pada
tingkatan imunologis paling rendah [9]

Perbandingan Jumlah Relatif Sel CD8+ pada organ Bursa Fabricius Kelompok Starter dan
Finisher

Gambar 2. Jumlah relatif sel CD8+ (%) bursa fabricius fase Starter dan Finisher (p>0,05)

Berdasarkan gambar diatas, jumlah relatif sel CD8+ pada fase starter menunjukkan bahwa
perbedaan tiap

perlakuan tidak signifikan. Perlakuan T2 memiliki jumlah relatif sel CD8+ lebih tinggi 2,14
% dari perlakuan T1 yang berjumlah 1,09%. Kemudian pada perlakuan T3 mengalami
peningkatan sebesar 1,59% jika dibandingkan dengan perlakuan T1. Selanjutnya pada
perlakuan T4 juga mengalami peningkatan sebesar 1,84% dibandingkan dengan perlakuan
T1. Namun, dari seluruh perlakuan, dosis 1 (T2) memiliki jumlah relatif sel CD8+ yang lebih
tinggi. Hal ini dikarenakan bakteri Salmonella typhimurium merupakan bakteri intraseluler,
sehingga tubuh membutuhkan peran dari sel CD8+ yang merupakan sel T sitotoksik yang
berperan dalam membunuh sel-sel yang terinfeksi oleh bakteri tersebut. Sehingga pada fase
starter, dosis Polyscias 0,08% optimum untuk meningkatkan jumlah relatif sel CD8+.

Perbandingan Jumlah Relatif Sel B220+ pada organ Bursa Fabricius Kelompok Starter dan
Finisher Sel limfosit B berasal dari sumsum tulang belakang dan mengalami pendewasaan
pada jaringan ekivalen bursa. Jumlah sel limfosit B dalam keadaan normal berkisar antara 10
dan 15%. Setiap limfosit B memiliki 105 B cell receptor (BCR), dan setiap BCR memiliki
dua tempat pengikatan yang identik [10].

Gambar 3. Jumlah Relatif sel B220+ pada fase Starter dan Finisher (p>0,05)

Berdasarkan Gambar 3, jumlah relatif sel B220+ pada fase starter di semua perlakuan
mengalami perbedaan yang tidak signifikan. Perlakuan T2 memiliki jumlah relatif sel B220+
sebesar 7,30% jika dibandingkan T3, T1, dan T4 yang bejumlah 4,17%, 5,22%, dan 1,33%.
Hal ini berarti bahwa masing-masing

Jurnal Biotropika | Vol. 1 No. 5 | 2013 210

perlakuan tidak berbeda nyata dan tidak berpengaruh terhadap jumlah relatif B220+.
Selanjutnya, pada fase finisher mengalami peningkatan jumlah relatif sel B220+ yang
cenderung tinggi dibandingkan pada fase starter. Namun, perbedaan jumlah relatif sel antar
perlakuan pada fase finisher mengalami perbedaan yang tidak siginifikan tidak memberikan
pengaruh terhadap jumlah relatif sel B220+ .

KESIMPULAN

Pemberian pakan alami dengan tambahan daun Polyscias obtusa dengan variasi dosis 0,08%,
0,16%, tidak memberikan pengaruh terhadap jumlah relatif, CD8+ dan B220+ pada bursa
fabricius. Sehingga, tidak ada perbedaan yang signifikan antara pakan pabrik dan pakan alami
dengan tambahan daun Polyscias obtusa. Dosis 0,26% terbukti mampu meningkatkan jumlah
relatif sel CD4+ secara signifikan pada organ bursa fabricius. Hasil aktivasi sel T CD4+ akan
memainkan peran penting dalam mendirikan dan memaksimumkan sistem kekebalan tubuh.

UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terimakasih diberikan kepada Project Staff Research
Grant IM-HERE 2011/2012.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Lee, Dhany. 2008. Vietnamese Ginseng. (Online), (http://Vietnam Overseas - A


Worldwide Resource for Vietnamese Culture,Business,andTelecommunicati
on/2008/November.mht, diakses tanggal 15 Juli 2012) [2] Huan, V. D.,Satoshi Y., Kazuhiro
O., Ryoji K., Kazuo Y., Nguyen T. N., Hoang M. C. 1998. Oleanane Saponins From
Polyscias Fruticosa.Abstrak Sciencedirect, 15 Juli 2012) [3] Francis, G., Zohar K., Harinder
P. S. M., Klaus B. 2002. The biological action of saponins in animal systems. British Journal
of Nutrition, 88: 587–605 [4] Abbas, A.K., dan A.H. Lichtman. 2005. Cellular and Molecular
Immunology

Anda mungkin juga menyukai