TUGAS
Oleh
Kelompok 11
sebagai penyakit yang paling sering diderita oleh pasien rawat jalan. Berdasarkan
SKRT 2004, prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 14%. Sementara itu,
berdasarkan laporan SP2RS Ditjen Yanmedik Depkes 2005, hipertensi merupakan
penyakit system sirkulasi darah yang menempati urutan pertama pada rawat jalan
(sebanyak 5701 kunjungan) dan peringkat keempat pada layanan rawat inap.
Hipertensi pun merupakan salah satu penyakit tidak menular yang menjadi salah
satu penyebab kematian utama di rumah sakit (Depkes, 2010). Pada tahun 2006,
hipertensi menempati urutan kedua penyakit yang paling sering diderita oleh
pasien rawat jalan di Indonesia (4,67%) setelah ISPA (9,32%) (Depkes, 2008).
Berdasarkan pengkajian yang dilakukan mahasiswa Profesi Ners Fakultas
Keperawatan Universitas Jember pada beberapa lansia di UPT PSTW Bondowoso
diperoleh data bahwa beberapa lansia menderita hipertensi. Setiap saat selalu
mengeluh sakit kepala dan lemas akibat tekanan darahnya yang selalu tinggi.
Akibat dari hal tersebut, lansia tidak banyak melakukan aktivitas dan lebih banyak
tidur di rumahnya untuk mengurangi keluhan sakit kepalanya.
2.1 Tujuan
2.1.1 Tujuan Umum
Kegiatan pendidikan kesehatan dan mendemonstrasikan bagaimana
caranya senam hipertensi untuk lansia ini bertujuan untuk memberi
pengetahuan dan mengajarkan pada para lansia tentang senam hipertensi di
UPT PSTW Bondowoso.
HIPERTENSI
1. Keturunan 1. Alkohol
2. Jenis kelamin 2. Merokok
3. umur 3. Konsentrasi
natrium
farmakologi Non-farmakologi
SENAM
HIPERTENSI
Laporan P2N Stase Keperawatan Gerontik–F.Kep Universitas Jember 2018
= Pemateri
Laporan P2N Stase Keperawatan Gerontik–F.Kep Universitas Jember 2018
V. HASIL KEGIATAN
6.1 Kesimpulan
Senam merupakan suatu latihan tubuh yang dipilih dan dikonstruksikan
dengan sengaja, dilakukan secara sadar dan terencan, disusun secara sistematis
dengan tujuan mningkatkan kesegaran jasmani, mengembangkan keterampilan,
dan menanamkan nilai-nilai mental spiritual (Hidayat, 2002). Salah satu cara
pemeliharaan kesegaran jasmani dengan melakukan senam karena dapat
merangsang aktifitas kerja jantung untuk melakukan perubahan yang
menguntungkan dalam tubuh seseorang yang melakasanakannya.
Permasalahan lanjut usia harus menjadi perhatian dari semua pihak, baik
pemerintah, lembaga masyarakat, dan masyarakat itu sendiri (Subianto, 2010).
Banyak permasalahan di kalangan lansia salah satunya yaitu darah tinggi
(hipertensi). Salah satu upaya prefentif yang dilakukan untuk meminimalisir
permasalahan khusus pada lansia tersebut adalah dengan tetap menjaga pola hidup
aktif dengan olahraga. Latihan olahraga bagi lansia bertujuan untuk meningkatkan
kebugaran jasmani. Untuk memperoleh kebugaran jasmani yang baik, harus
melatih semua komponen dasar kebugaran jasmani yang meliputi ketahanan otot,
kekuatan otot, serta kelenturan tubuh.
6.2 Saran
6.2.1 Bagi Sasaran:
Lansia diharapkan dapat menjaga kesehatan dan kebugaran tubuh
khususnya dengan cara berolahraga sehingga dapat mencegah
hipertensi.
6.2.2 Bagi masyarakat:
Masyarakat diharapkan dapat ikut memperhatikan dan memberi
arahan agar lansia menjaga kebugaran tubuhnya dengan olahraga
sehingga baik untuk kesehatan.
6.2.3 Bagi Tenaga Kesehatan:
Kegiatan senam hipertensi yang baik dan benar diharapkan dapat
disosialisasikan oleh perawat atau petugas kesehatan lain sehingga
dapat mencegah hipertensi pada lansia yang dapat disebabkan oleh
minimnya menjaga kebugaran tubuh dengan melakukan olaharaga.
Laporan P2N Stase Keperawatan Gerontik–F.Kep Universitas Jember 2018
DAFTAR PUSTAKA
Dalmartha, Setiawan dan Nova Sutarina. 2010. Care Your Self Hipertensi.
Jakarta: Penebar Plus.
Mansjoer, Arif. 2008. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, jilid 1. Jakarta: FKUI
Media Aesculapius.
Yogiantoro Mohammad, 2006. Hipertensi Esensial. In: Sudoyo, Aru.w., ed. Ilmu
Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu
PenyakitDalam FKUI, 599-603.
Laporan P2N Stase Keperawatan Gerontik–F.Kep Universitas Jember 2018
Lampiran:
Lampiran 1 : Berita Acara
Lampiran 2 : Daftar Hadir
Lampiran 3 : Satuan Acara Penyuluhan (SAP)
Lampiran 4 : Standar Operasional Prosedur (SOP) bila ada
Lampiran 5 : Materi
Lampiran 6 : Video Senam
Lampiran 7 : Dokumentasi
Pemateri
Kelompok 11
Laporan P2N Stase Keperawatan Gerontik–F.Kep Universitas Jember 2018
BERITA ACARA
Pada hari ini, Minggu tanggal 25 Maret 2018 jam 08.00 s/d 08.30 WIB bertempat
di UPT PSTW Bondowoso Kabupaten/Kota Bondowoso Propinsi Jawa Timur
telah dilaksanakan Kegiatan Pendidikan Kesehatan Senam Hipertensi. Kegiatan
ini diikuti oleh 6 orang (daftar hadir terlampir)
DAFTAR HADIR
1. Standar Kompetensi
Setelah diberikan pendidikan kesehatan dan demonstrasi sasaran / keluarga
akan dapat mengerti dan memahami tentang cara melakukan senma hipertensi
2. Kompetensi Dasar
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan selama 30 menit sasaran mampu :
a. Menjelaskan tentang pengertian tentang senam hipertensi minimal 85 %
dengan benar;
b. Menjelaskan tentang tujuan dan manfaat senam hipertensi minimal 85%
dengan benr;
c. Menjelaskan tentang bagaimana melakukan senam hipertensi minimal
90%
3. Pokok Bahasan: senam hipertensi
4. Subpokok Bahasan
a. Pengertian senam hipertensi
b. Tujuan dan manfaat senam hipertensi
c. Langkah melakukan senam hipertensi
5. Waktu: ± 30 menit
6. Bahan/Alat yang Diperlukan
a. Materi
b. Musik/video senam
c. Pakaian olahraga
7. Model Pembelajaran
a. Jenis model penyuluhan: Pertemuan kelompok dengan lansia UPT PSTW
Bondowoso
b. Langkah pokok:
1. Menciptakan suasana ruangan yang baik
2. Mengajukan masalah
3. Membuat keputusan nilai personal
4. Mengidentifikasi pilihan tindakan
5. Memberi komentar
Laporan P2N Stase Keperawatan Gerontik–F.Kep Universitas Jember 2018
8. Setting Tempat
Keterangan:
1. Pemateri
2. Peserta
3. Dosen
9. Persiapan
Penyuluh menyiapkan dan latihan mandiri tentang senam lansia untuk
masyarakat lansia.
Memperhatikan
Memberikan
pertanyaan
b. Demonstrasi Peserta ikut berperan 15 menit
latihan senam dalam memperagakan
latihan senam
hipertensi
Penutup a. Evaluasi Memperhatikan 10 menit
Memberi saran
Memberi komentar
dan menjawab
pertanyaan bersama
Laporan P2N Stase Keperawatan Gerontik–F.Kep Universitas Jember 2018
11. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Peserta sudah diberitahu satu hari sebelumnya
b. Media sudah disiapkan
c. Materi sudah siap
d. Satuan acara suda disiapkan
2. Evaluasi Proses
a. Klien mampu memahami penyakit hipertensi
b. Klien mampu mendemonstrasikan latihan senam hipertensi secara
mandiri
3. Evaluasi Hasil
a. Menjelaskan tentang pengertian serta manfaat senam lansia
b. Mengetahui dan mampu mempraktikkan langkah-langkah untuk
melakukan senam lansia
Laporan P2N Stase Keperawatan Gerontik–F.Kep Universitas Jember 2018
FAKULTAS
KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
PROSEDUR TETAP NO DOKUMEN: NO. REVISI: HALAMAN:
Pemanasan:
1. Tarik nafas, angkat tangan ke atas hembuskan
pelan-pelan dari mulut tangan turunkan. Lakukan
sebanyak 2x
2. Tekuk kepala ke samping, lalu tahan dengan tangan
pada sisi yang sama dengan arah kepala. Tahan
dengan hitungan 8-10, lalu bergantian dengan sisi
yang lain
3. Tautkan jari-jari kedua tangan dan angkat lurus ke
atas kepala dengan posisi kedua kaki dibuka selebar
bahu. Tahan dengan 8-10 hitungan. Rasakan tarikan
bahu dan punggung.
Inti:
GERAKAN-GERAKAN TANGAN
1. Mengangkat tangan kedepan, keatas. Kesamping,
kebelakang
2. gerakan tangan membuka dan menyilang
3. Mendorong dan memompa
4. kedepan, keatas, kesamping,
5. gerakan mengayunkan satu tangan atau dua tangan
6. Tepukan, antara lain kedua tangan menepuk, jangan
menepuk paha, dan lain sebagainya
GERAKAN-GERAKAN KAKI
1. Berjalan di tempat
2. Berbaris
3. melangkah satu atau dua langkah
4. melompat satu kaki atau dua kaki ke samping
kedepan dan kebelakang
5. mengangkat lutut
6. tendang kebelakan, kedepan dan kesamping
7. gerakan cha-cha
8. Gerakan menggeser kaki, menyeret kaki, dan lain
sebagainya
Pendinginan:
1. kedua kaki dibuka selebar bahu. lingkarkan satu
tanggan ke leher dan tahan dengan tangan lainnya.
Hitungan 8-10 kali dan lakukan pada sisi lainnya
2. posisi tetap, tautkan kedua tangan lalu gerakan ke
samping dengan gerakan setengah putaran. Tahan
8-10 kali hitungan lalu arahkan tangan ke sisi
lainnya dan tahan dengan hitungan yang sama
3. Tarik nafas, angkat tangan ke atas hembuskan
pelan-pelan dari mulut tangan turunkan. Lakukan
sebanyak 2x
8. Hasil a. Subyektif
klien mengatakan badannya terasa segar.
b. Obyektif
Senam di lakukan sesuai tahap. Tidak ada keluhan
selama dan sesudah senam
Laporan P2N Stase Keperawatan Gerontik–F.Kep Universitas Jember 2018
Lampiran 5: Materi
SENAM HIPERTENSI
Senam hipertensi adalah suatu bentuk latihan fisik yang teratur yang
merupakan representasi dari ciri kehidupan. Tekanan darah tinggi biasa ditemui
pada pasien yang sudah berusia lanjut (lansia). Hal ini erat hubungannya dengan
proses menua pada seseorang. Di sini terjadi perubahan berupa berkurangnya
elastisitas pembuluh darah, sehingga terjadi kekakuan pembuluh darah. Keadaan
ini diperberat dengan terjadinya penimbunan lemak di lapisan dalam pembuluh
darah. Tekanan darah tinggi pada orang lansia yang sering tampak adalah bagian
sistol, atau yang terekam paling atas dari alat pengukur tekanan darah.
Hipertensi pada lanjut usia sebagian besar merupakan hipertensi sistolik
terisolasi (HST), dan pada umumnya merupakan hipertensi primer. Adanya
hipertensi, baik HST maupun kombinasi sistolik dan diastolik merupakan faktor
risiko morbiditas dan mortalitas untuk lanjut usia.
1. Klasifikasi Hipertensi
a. Hipertensi esensial (hipertensi primer)
Terjadi pada sekitar 90% penderita hipertensi. Hipertensi esensial
kemungkinan disebabkan oleh beberapa perubahan pada jantung dan
pembuluh darah yang kemungkinan bersama-sama menyebabkan
meningkatnya tekanan darah. Hipertensi esensial merupakan penyakit
multifaktor yang dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan. Pengaruh
faktor gentik ini sangat bervariasi, dilaporkan sekitar 15% pada populasi
tertentu sampai dengan 60% pada populasi lainnya. Faktor lingkungan yang
mempengaruhi tekanan darah antara lain obesitas, stres, peningkatan asupan
natrium, konsumsi alkohol yang berlebihan, dan lain-lain. Pada hipertensi
esensial, diastolik meninggi saat berdiri, penurunan menunjukkan hipertensi
sekunder.
b. hipertensi sekunder
Pada sekitar 5-10% penderita hipertensi, penyebabnya adalah penyakit
ginjal. Pada sekitar 1-2%, penyebabnya adalah kelainan hormonal atau
pemakaian obat tertentu (misalnya pil KB). Hipertensi sekunder juga bisa
disebabkan oleh penyakit/ keadaan seperti feokromositoma,
hiperaldosteronisme primer (sindroma Conn), dan sindroma Cushing.
2. Gejala Hipertensi
a. sakit kepala
b. perdarahan dari hidung,pusing,wajah kemerahan,dan kelelahan, Jika
hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, maka dapat
menunjukkan gejala sakit kepala, kelelahan, mual, muntah, sesak nafas,
gelisah, dan
c. pandangan menjadi kabur.
3. Komplikasi Hipertensi
Jantung, otak, ginjal, mata
Faktor-faktor yang dapat dimasukkan sebagai faktor risiko hipertensi adalah:
1. Umur (dijumpai pada orang berumur 35 tahun atau lebih)
2. Jenis kelamin(ditemukan pada wanita dari pada pria)
3. Etni
Laporan P2N Stase Keperawatan Gerontik–F.Kep Universitas Jember 2018
Orang keturunan Afrika atau Afro-Karibia memiliki tekanan darah yang lebih
tinggi dibandingkan orang Kaukasia (berkulit putih.
4. Hereditas
Riwayat keluarga dekat yang menderita hipertensi (faktor keturunan),
mempertinggi risiko terkena hipertensi terutama pada hipertensi primer.
5. Stres psikologis
Stres atau ketegangan jiwa (rasa tertekan, murung, bingung, cemas, berdebar-
debar, rasa marah, dendam, rasa takut, rasa bersalah) dapat merangsang
kelenjar anak ginjal melepaskan hormon adrenalin dan memacu jantung
berdenyut lebih cepat serta lebih kuat, sehingga tekanan darah akan meningkat.
6. Pola makan
Mengonsumsi garam dan lemak tinggi, jarang mengonsumsi sayur dan buah
7. Gaya hidup (Olahraga tidak terarur, merokok, alkohol)
8. Obesitas
Penuaan adalah proses biologis normal pada manusia meliputi perubahan yang
berangsur-angsur, mulai dari struktur fungsi, dan toleransi tubuh terhadap stres
lingkungan. Efektifitas berbagai fungsi fisiologik tubuh akan mulai menurun pada
usia 30an dan akan terlihat semakin jelas pada usia 55-60 tahun. Semakin
bertambahnya usia, fungsi organ tubuh akan semakin menurun baik karena faktor
alamiah maupun karena penyakit, hal tersebut tentunya berdampak pada berbagai
aspek kehidupan, baik sosial, ekonomi, dan kesehatan.
Permasalahan lanjut usia harus menjadi perhatian dari semua pihak, baik
pemerintah, lembaga masyarakat, dan masyarakat itu sendiri (Subianto, 2010).
Permasalahan khusus yang dapat terjadi kalangan lanjut usia (Sumampou, 2010).
Salah satu upaya prefentif yang dilakukan untuk meminimalisir permasalahan
khusus pada lansia adalah dengan tetap menjaga pola hidup aktif dengan olahraga.
Olahraga dilakukan dengan aturan yang sesuai akan memberikan manfaat bagi
lansia salah satunya adalah menjaga tingkat kebugaran jasmani tetap baik sesuai
dengan usia.
Latihan olahraga bagi lansia bertujuan untuk meningkatkan kebugaran jasmani.
Untuk memperoleh kebugaran jasmani yang baik, harus melatih semua komponen
dasar kebugaran jasmani yang meliputi ketahanan otot, kekuatan otot, serta
kelenturan tubuh. Dengan adanya proses penuaan menyababkan adanya
kemunduran prestasi kerja dan penurunan kapasitas fisik seseorang untuk
mempertahankan agar kondisi kebugaran jasmani maka diperlukan olahraga.
Aktifitas fisik atau olahraga merupakan media terbuka yang dapat
dimanfaatkan oleh lansia sesuai dengan kemampuan, kesenangan, tujuan dan
kesempatan yang dimiliki oleh setiap orang. Latihan olahraga pada lansia harus
disesuaikan dengan kemapuan individu masing-masing berdasarkan fisik,
kebutuhan, dan tujuan melakukan aktivitas olahraga tersebut
Semua senam dan aktivitas olahraga ringan tersebut sangat bermanfaat untuk
menghambat proses degeneratif / penuaan. Senam ini sangat dianjurkan untuk
mereka yang memasuki usia pralansia (45 tahun) dan usai lansia (65 tahun ke
atas). Senam lansia disamping memiliki dampak positif terhadap peningkatan
fungsi organ tubuh juga berpengaruh dalam meningkatkan imunitas dalam tubuh
manusia setelah latihan teratur. Tingkat kebugaran dievaluasi dengan mengawasi
kecepatan denyut jantung waktu istirahatkan yaitu kecepatan denuyt nadi sewaktu
Laporan P2N Stase Keperawatan Gerontik–F.Kep Universitas Jember 2018
istrahat. Jadi supaya lebih bugar, kecepatan denyut jantung sewaktu istirahat harus
menurun (Powell, 2000)
Dengan mengikuti senam lansia efek minimalnya adalah lansia merasa
bahagia, senantiasa bergembira, bisa tidur lebih nyenyak, pikiran tetap segar.
Manfaat dari olahraga bagi lansia usia menurut Nugroho (1999, 157) antara:
a. Memperlancar proses degenerasi karena perubahan usia
b. Mempermudah untuk menyesuaikan kesehatan jasmani dalam kehidupan
(adaptasi)
c. Fungsi melindungi, yaitu memperbaiki tenaga cadangan dalam fungsinya terhadap
bertambahnya tuntutan, misalya sakit. Sebagai rehabilitasi pada lanjut usia terjadi
penurunan masa otot serta kekuatannya, laju denyut jantung maksimal toleransi
latihan kapasitas aerobic, dan terjadinya penignkatan lemak tubuh. Dengan
melakukan olahraga seperti senam lansia dapat mencegah atau melambatkan
kehilangan fungsional tersebut. Bahkan latihan / olahraga seperti senam lansia
dapat mengeliminasi berbagai resiko penyakit seperti hipertensi, diabetes melitus,
penyakit arteri koroner dan kecelakaa (Darmojo, 1999;81)
Tujuan senam lansia dengan hipertensi yaitu; 1) melebarkan pembuluh darah;
2) tahanan pembuluh darah menurun; 3) berkurangnya hormon yang memacu
peningkatan tekanan darah; dan 4) menurunkan lemak / kolesterol yang tinggi.
Indikasi senam lansia dengan hipertensi adalah klien yang menderita hipertensi.
Kontraindikasinya adalah klien dengan fraktur ektremitas atas atau bawah serta
klien dengan bedrest total.
Laporan P2N Stase Keperawatan Gerontik–F.Kep Universitas Jember 2018
Lampiran 7: Dokumentasi