Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN PENDIDIKAN KESEHATAN

TENTANG TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SENAM HIPERTENSI


PADA KELOMPOK LANSIA DENGAN HIPERTENSI DI UPT
PSTW BONDOWOSO KABUPATEN BONDOWOSO

TUGAS

Disusun untuk memenuhi laporan akhir Program Studi Pendidikan


Profesi Ners Stase Keperawatan Gerontik

Oleh
Kelompok 11

Wafi Hidayat, S.Kep NIM 112311101034


Devi Maharani Hapsari, S.Kep NIM 132311101056
Raisya Nadirawati NIM 162311101311

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS KEPERAWATAN
Jl. Kalimantan No. 37 Kampus Tegal Boto Jember Telp./Fax (0331) 323450
Laporan P2N Stase Keperawatan Gerontik–F.Kep Universitas Jember 2018

BAB I. LATAR BELAKANG

1.1 Analisis Situasi


Hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular yang menjadi
masalah kesehatan di seluruh dunia karena prevalensinya yang tinggi dan juga
asosiasinya terhadap kejadian penyakit kardiovaskuler seperti jantung dan stroke,
serta penyakit ginjal. Hipertensi adalah keadaan meningkatnya tekanan darah
sistolik lebih besar dari 140 mmHg dan atau diastolik lebih besar dari 90 mmHg
pada dua kali pengukuran dengan selang waktu 5 menit dalam keadaan cukup
istirahat/tenang (Depkes, 2010). Tekanan darah tinggi atau hipertensi menurut
Sustrani (2006) merupakan salah satu gangguan pembuluh darah yang
menyebabkan suplai darah yang berisi oksigen dan nutrisi menjadi terhambat
untuk sampai ke jaringan tubuh sehingga mengakibatkan jantung harus memompa
darah ke seluruh tubuh dengan lebih kuat. Sedikit berbeda dengan pendapat yang
dikemukakan oleh Bustan (2009), bahwa hipertensi merupakan keadaan
peningkatan tekanan darah yang memberi gejala yang akan berlanjut ke suatu
organ target seperti stroke, penyakit jantung koroner dan hipertrofi ventrikel kiri.
Hipertensi merupakan masalah kesehatan global yang membutuhkan
perhatian karena dapat menyebabkan kematian utama di Negara-negara maju
maupun Negara berkembang. Menurut survey yang dilakukan oleh Word Health
Organization (WHO) pada tahun 2000, jumlah penduduk dunia yang menderita
hipertensi untuk pria sekitar 26,6% dan wanita sekitar 26,1% dan diperkirakan
pada tahun 2025 jumlahnya akan meningkat menjadi 29,2% (Apriany, 2012).
Berdasarkan laporan NHANES tahun 1999 – 2000 insidensi hipertensi orang
dewasa mencapai 29 – 31% atau 58 – 65 juta orang di Amerika menurut
(Andryani, 2009) dalam (Yugiantoro, 2006). Dari 26,4% populasi dunia itu,
negara berkembang menyumbang 2/3 populasi yang terjangkit hipertensi
sedangkan negara maju hanya menyumbangkan sepertiganya saja (Andra dalam
Simposia, 2007).Di daerah Timur Tengah, prevalensi hipertensi cukup tinggi. Irak
merupakan negara Timur Tengah yang prevalensinya paling tinggi, yaitu 40,4%
disusul oleh Mesir sebesar 33,4%. Negara Timur Tengah yang memiliki
prevalensi hipertensi terendah adalah negara Sudan sebesar 23,6% (WHO
EMRO). Sementara itu di wilayah ASEAN, survey menunjukkan prevalensi
hipertensi di Thailand (1989) sebesar 17%, Philippina (1993) sebesar 22%,
Malaysia (1996) sebesar 29,9%, Vietnam (2004) sebesar 43,5% dan Singapura
(2004) sebesar 24,9%.
Indonesia memang belum memiliki data yang akurat mengenai hipertensi.
Penelitian hipertensi pernah dilakukan pada tahun 1975 terhadap empat grup yaitu
suku Batak (Sumatera Utara), suku Sunda (Jawa Barat), suku Jawa (Jawa
Tengah), Kalimantan (Kalimantan), dan grup heterogen di Jakarta. Berdasarkan
penelitian tersebut, diketahui bahwa prevalensi hipertensi di Indonesia adalah
7,1% dengan 6,6% pada perempuan dan 7,6 pada laki-laki. Berbagai penelitian
epidemiologi menunjukkan bahwa terdapat 1,8% - 28,6% penduduk berusia diatas
20 tahun yang menderita hipertensi (Arief, 2008). Berdasarkan survey faktor
resiko penyakit kardivaskuler, prevalensi hipertensi di Indonesia meningkat
menjadi 13,6% pada pria dan 16% pada wanita (1988), 16,5% pada pria dan 17%
pada wanita (1993), 12,1% pada pria dan 12,2% pada wanita (2000). Berdasarkan
profil Kesehatan Indonesia tahun 2004, hipertensi menempati urutan ketiga
Laporan P2N Stase Keperawatan Gerontik–F.Kep Universitas Jember 2018

sebagai penyakit yang paling sering diderita oleh pasien rawat jalan. Berdasarkan
SKRT 2004, prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 14%. Sementara itu,
berdasarkan laporan SP2RS Ditjen Yanmedik Depkes 2005, hipertensi merupakan
penyakit system sirkulasi darah yang menempati urutan pertama pada rawat jalan
(sebanyak 5701 kunjungan) dan peringkat keempat pada layanan rawat inap.
Hipertensi pun merupakan salah satu penyakit tidak menular yang menjadi salah
satu penyebab kematian utama di rumah sakit (Depkes, 2010). Pada tahun 2006,
hipertensi menempati urutan kedua penyakit yang paling sering diderita oleh
pasien rawat jalan di Indonesia (4,67%) setelah ISPA (9,32%) (Depkes, 2008).
Berdasarkan pengkajian yang dilakukan mahasiswa Profesi Ners Fakultas
Keperawatan Universitas Jember pada beberapa lansia di UPT PSTW Bondowoso
diperoleh data bahwa beberapa lansia menderita hipertensi. Setiap saat selalu
mengeluh sakit kepala dan lemas akibat tekanan darahnya yang selalu tinggi.
Akibat dari hal tersebut, lansia tidak banyak melakukan aktivitas dan lebih banyak
tidur di rumahnya untuk mengurangi keluhan sakit kepalanya.

1.2 Perumusan Masalah


1.2.1 Apa yang dimaksud dengan senam hipertensi?
1.2.2 Apa tujuan dari dilakukannya senam hipertensi?
1.2.3 Apa manfaat dari dilakukannya senam hipertensi?
1.2.4 Bagaimana syarat dilakukannya senam hipertensi?
1.2.5 Bagaimana cara melakukan senam hipertensi?
Laporan P2N Stase Keperawatan Gerontik–F.Kep Universitas Jember 2018

BAB II. TUJUAN DAN MANFAAT

2.1 Tujuan
2.1.1 Tujuan Umum
Kegiatan pendidikan kesehatan dan mendemonstrasikan bagaimana
caranya senam hipertensi untuk lansia ini bertujuan untuk memberi
pengetahuan dan mengajarkan pada para lansia tentang senam hipertensi di
UPT PSTW Bondowoso.

2.1.2 Tujuan Khusus


1. Lansia mampu menjelaskan tentang pengertian senam hipertensi;
2. Lansia mampu menjelaskan tentang tujuan dan manfaat senam
hipertensi;
3. Lansia mampu mempraktikan langkah-langkah untuk melakukan senam
hipertensi.
2.2 Manfaat
2.2.1 Menambah pengetahuan lansia tentang cara pencegahan hipertensi
melalui senam hipertensi beserta manfaatnya;
2.2.2 Menambah keterampilan lansia dalam mempraktikan senam hipertensi
di Lingkungan UPT PSTW Kabupaten Bondowoso.
Laporan P2N Stase Keperawatan Gerontik–F.Kep Universitas Jember 2018

BAB III. KERANGKA PENYELESAIAN MASALAH

3.1 Dasar Pemikiran


Menurut Hidayat (2002) senam didefinisikan sebagai suatu latihan tubuh
yang dipilih dan dikonstruksikan dengan sengaja, dilakukan secara sadar dan
terencan, disusun secara sistematis dengan tujuan mningkatkan kesegaran
jasmani, mengembangkan keterampilan, dan menanamkan nilai-nilai mental
spiritual. Penilitan lain dikemukakan oleh Werner (2000) yang menyebutkan
bahwa senam adalah bentuk latihan tubuh pada lantai dan pada alat yang
dirancang untuk melungkatkan daya tahan, kekuatan, kelenturan, kelincahan,
koordinasi serta kontrol tubuh.
Lansia atau usia tua adalah periode dimana organisme telah mencapai
kemasakan dalam ukuran dan fungsi dan juga telah menunjukan kemunduran
sejalan dengan waktu (Ahmadi, 2009). Senam lansia adalah olahraga ringan dan
mudah dilakukan, tidak memberatkan yang diterapkan pada lansia. Aktivitas
olahraga ini akan membantu tubuh agar tetap bugar dan tetap segar karena melatih
tulang tetap kuat, mendorong jantung bekerja optimal dan membantu
menghilangkan radikal bebas yang berkeliaran di dalam tubuh.
Semua senam dan aktivitas olahraga ringan tersebut sangat bermanfaat
untuk menghambat proses degeneratif/penuaan. Senam ini sangat dianjurkan
untuk mereka yang memasuki usia pralansia (45 tahun) dan usai lansia (65 tahun
ke atas). Senam lansia disamping memiliki dampak positif terhadap peningkatan
fungsi organ tubuh juga berpengaruh dalam meningkatkan imunitas dalam tubuh
manusia setelah latihan teratur. Tingkat kebugaran dievaluasi dengan mengawasi
kecepatan denyut jantung waktu istirahatkan yaitu kecepatan denuyt nadi sewaktu
istrahat. Jadi supaya lebih bugar, kecepatan denyut jantung sewaktu istirahat harus
menurun (Powell, 2000). Dengan mengikuti senam lansia efek minimalnya adalah
lansia merasa bahagia, senantiasa bergembira, bisa tidur lebih nyenyak, pikiran
tetap segar.
Manfaat dari olahraga bagi lansia usia menurut Nugroho (1999, 157)
antara:
a. Memperlancar proses degenerasi karena perubahan usia
b. Mempermudah untuk menyesuaikan kesehatan jasmani dalam kehidupan
(adaptasi)
c. Fungsi melindungi, yaitu memperbaiki tenaga cadangan dalam fungsinya
terhadap bertambahnya tuntutan, misalya sakit. Sebagai rehabilitasi pada
lanjut usia terjadi penurunan masa otot serta kekuatannya, laju denyut jantung
maksimal toleransi latihan kapasitas aerobic, dan terjadinya penignkatan
lemak tubuh. Dengan melakukan olahraga seperti senam lansia dapat
mencegah atau melambatkan kehilangan fungsional tersebut. Bahkan latihan /
olahraga seperti senam lansia dapat mengeliminasi berbagai resiko penyakit
seperti hipertensi, diabetes melitus, penyakit arteri koroner dan kecelakaa
(Darmojo, 1999;81)
Tujuan senam lansia dengan hipertensi yaitu; 1) melebarkan pembuluh
darah; 2) tahanan pembuluh darah menurun; 3) berkurangnya hormon yang
memacu peningkatan tekanan darah; dan 4) menurunkan lemak / kolesterol yang
tinggi
Laporan P2N Stase Keperawatan Gerontik–F.Kep Universitas Jember 2018

Indikasi senam lansia dengan hipertensi adalah klien yang menderita


hipertensi. Kontraindikasinya adalah klien dengan fraktur ektremitas atas atau
bawah serta klien dengan bedrest total.

3.2 Kerangka Penyelesaian

HIPERTENSI

Tidak terkontrol Terkontrol

1. Keturunan 1. Alkohol
2. Jenis kelamin 2. Merokok
3. umur 3. Konsentrasi
natrium

farmakologi Non-farmakologi

SENAM
HIPERTENSI
Laporan P2N Stase Keperawatan Gerontik–F.Kep Universitas Jember 2018

BAB IV. RENCANA PELAKSANAAN KEGIATAN

4.1 Realisasi Penyelesaian Masalah


Pendidikan kesehatan merupakan upaya untuk memberikan pengalaman
belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi masyarakat khususnya lansia
untuk menerapkan cara-cara hidup sehat. Dalam realisasi penyelesaian
masalah mengenai Hipertensi yang dapat dilakukan adalah melakukan
pendidikan kesehatan dan demonstrasi tentang senam hipertensi pada
masyarakat lansia.
4.2 Khalayak Sasaran
Khalayak sasaran pada kegiatan pendidikan kesehatan dan demonstrasi ini
yaitu masyarakat lansia dan orang-orang sekitarnya yang telah dapat
mempraktikkan senam hipertensi
4.3 Metode yang Digunakan
1. Jenis model pembelajaran : konstruktif
2. Landasan teori : diskusi dan praktek
3. Langkah pokok
a. Menciptakan suasana pertemuan yang baik
b. Mengajukan masalah
c. Mengidentifikasi pilihan tindakan
d. Memberi komentar
e. Menetapkan tindak lanjut sasaran
=Sasaran

= Pemateri
Laporan P2N Stase Keperawatan Gerontik–F.Kep Universitas Jember 2018

V. HASIL KEGIATAN

5.1 Analisis Evaluasi dan Hasil-Hasilnya


Lansia memerlukan penanganan untuk mencegah dan mengurangi nyeri
pada lutut tidak hanya menggunakan terapi farmakologi namun dapat juga
diberikan terapi non farmakologi sebagai salah satu alternatif manajemen nyeri
salah satunya yaitu terapi pijat aromaterapi yang ternyata diketahui memberikan
efek yang baik untuk menangani nyeri lutut pada lansia.
5.1.1 Evaluasi Struktur
a. Materi yang akan disajikan terkait pijat aromaterapi telah siap disajikan dan
dipraktikkan
b. Tempat dan alat-alat yang akan digunakan untuk melakukan pijat
aromaterapi telah siap digunakan
c. Persiapan mahasiswa telah dilakukan
d. Persiapan lansia telah dilakukan
5.1.2 Evaluasi Proses
a. Proses pijat aromaterapi berjalan dengan lancar mulai dari awal hingga akhir
asuhan sesuai dengan yang diharapkan
b. Lansia kooperatif selama dilakukan pijat aromaterapi
c. Tujuan umum dan tujuan khusus tercapai setelah asuhan keperawatan
dilaksanakan
5.1.3 Evaluasi Hasil
Setelah mendapatkan asuhan keperawatan peserta mampu:
a. Menjelaskan tentang pengertian, tujuan dan manfaat pijat aromaterapi
b. Mengetahui dan mampu mempraktikkan langkah-langkah pijat aromaterapi
c. Mengikuti kegiatan dengan baik dan merasa senang
5.2 Faktor Pedorong:
a. Lansia sangat antusias dan bersemangat untuk mengikuti pijat aromaterapi
b. Lansia sangat kooperatif selama proses pemberian asuhan keperawatan pijat
aromaterapi
c. Lansia sangat senang mendapatkan pengetahuan baru terkait pijat
aromaterapi yang dapat mengatasi nyeri lutut
5.3 Faktor Penghambat:
Lansia sedikit kesulitan untuk menirukan gerakan atau teknik-teknik
memijat karena keterbatasan penglihatan.
Laporan P2N Stase Keperawatan Gerontik–F.Kep Universitas Jember 2018

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
Senam merupakan suatu latihan tubuh yang dipilih dan dikonstruksikan
dengan sengaja, dilakukan secara sadar dan terencan, disusun secara sistematis
dengan tujuan mningkatkan kesegaran jasmani, mengembangkan keterampilan,
dan menanamkan nilai-nilai mental spiritual (Hidayat, 2002). Salah satu cara
pemeliharaan kesegaran jasmani dengan melakukan senam karena dapat
merangsang aktifitas kerja jantung untuk melakukan perubahan yang
menguntungkan dalam tubuh seseorang yang melakasanakannya.
Permasalahan lanjut usia harus menjadi perhatian dari semua pihak, baik
pemerintah, lembaga masyarakat, dan masyarakat itu sendiri (Subianto, 2010).
Banyak permasalahan di kalangan lansia salah satunya yaitu darah tinggi
(hipertensi). Salah satu upaya prefentif yang dilakukan untuk meminimalisir
permasalahan khusus pada lansia tersebut adalah dengan tetap menjaga pola hidup
aktif dengan olahraga. Latihan olahraga bagi lansia bertujuan untuk meningkatkan
kebugaran jasmani. Untuk memperoleh kebugaran jasmani yang baik, harus
melatih semua komponen dasar kebugaran jasmani yang meliputi ketahanan otot,
kekuatan otot, serta kelenturan tubuh.

6.2 Saran
6.2.1 Bagi Sasaran:
Lansia diharapkan dapat menjaga kesehatan dan kebugaran tubuh
khususnya dengan cara berolahraga sehingga dapat mencegah
hipertensi.
6.2.2 Bagi masyarakat:
Masyarakat diharapkan dapat ikut memperhatikan dan memberi
arahan agar lansia menjaga kebugaran tubuhnya dengan olahraga
sehingga baik untuk kesehatan.
6.2.3 Bagi Tenaga Kesehatan:
Kegiatan senam hipertensi yang baik dan benar diharapkan dapat
disosialisasikan oleh perawat atau petugas kesehatan lain sehingga
dapat mencegah hipertensi pada lansia yang dapat disebabkan oleh
minimnya menjaga kebugaran tubuh dengan melakukan olaharaga.
Laporan P2N Stase Keperawatan Gerontik–F.Kep Universitas Jember 2018

DAFTAR PUSTAKA

Baradero, Mary. 2008. Klien Gangguan Kardiovaskuler. Jakarta: EGC

Bustan, M.N., 2000. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta: Rineka


Cipta.

Dalmartha, Setiawan dan Nova Sutarina. 2010. Care Your Self Hipertensi.
Jakarta: Penebar Plus.

Depkes R.I., 2008.Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta.

Gunawan, Lani. 2011. Hipertensi, Penyakit Tekanan Darah Tinggi. Yogyakarta:


Penerbit Kanisius.

Heni Rokhaeni, dkk. 2001. Keperawatan Kardiovaskuler Pusat Jantung. Jakarta:


EGC.

Kementerian Kesehatan RI. 2010. Rencana Strategis Kementerian Kesehatan


Tahun 2010-2014. Jakarta.

Mansjoer, Arif. 2008. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, jilid 1. Jakarta: FKUI
Media Aesculapius.

NANDA. 2015. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda. Yoyakarta: Prima


Medika.

Sustrani L., 2006. Hipertensi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Yogiantoro Mohammad, 2006. Hipertensi Esensial. In: Sudoyo, Aru.w., ed. Ilmu
Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu
PenyakitDalam FKUI, 599-603.
Laporan P2N Stase Keperawatan Gerontik–F.Kep Universitas Jember 2018

Lampiran:
Lampiran 1 : Berita Acara
Lampiran 2 : Daftar Hadir
Lampiran 3 : Satuan Acara Penyuluhan (SAP)
Lampiran 4 : Standar Operasional Prosedur (SOP) bila ada
Lampiran 5 : Materi
Lampiran 6 : Video Senam
Lampiran 7 : Dokumentasi

Bondowoso, 25 Maret 2018

Pemateri

Kelompok 11
Laporan P2N Stase Keperawatan Gerontik–F.Kep Universitas Jember 2018

Lampiran 1: Berita Acara

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JEMBER
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
T.A 2014/2015

BERITA ACARA

Pada hari ini, Minggu tanggal 25 Maret 2018 jam 08.00 s/d 08.30 WIB bertempat
di UPT PSTW Bondowoso Kabupaten/Kota Bondowoso Propinsi Jawa Timur
telah dilaksanakan Kegiatan Pendidikan Kesehatan Senam Hipertensi. Kegiatan
ini diikuti oleh 6 orang (daftar hadir terlampir)

Bondowoso, 25 Maret 2018


Mengetahui,
PJMA Stase Gerontik

Latifa Aini S., S.Kp., M.Kep., Sp.Kom.


NIP 19710926 200912 2 001
Laporan P2N Stase Keperawatan Gerontik–F.Kep Universitas Jember 2018

Lampiran 2: Daftar Hadir

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JEMBER
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
T.A 2014/2015

DAFTAR HADIR

Kegiatan pendidikan kesehatan Senam Hipertensi pada: Minggu 25 Maret 2018


jam 08.00 s/d 08.30 WIB bertempat di UPT PSTW Bondowoso Kabupaten/Kota
Bondowoso Propinsi Jawa Timur

NO NAMA ALAMAT TANDA TANGAN


1. Mbah Joni Kusnandar
2. Mbah Erna
3. Mbah Kamsia
4. Wafi Hidayat
5. Devi Maharani Hapsari
6. Raisya Nadirawati
7.
8.
9.
10.

Bondowoso, 25 Maret 2018


Mengetahui,
PJMA Stase Gerontik

Latifa Aini S., S.Kp., M.Kep., Sp.Kom.


NIP 19710926 200912 2 001
Laporan P2N Stase Keperawatan Gerontik–F.Kep Universitas Jember 2018

Lampiran 3: Satuan Acara Penyuluhan (SAP)

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Topik : Senam Hipertensi


Sasaran : Lansia (± 65 tahun)
Waktu : 10.00-10.45 WIB (45 menit)
Hari/Tanggal : Minggu, 25 Maret 2018
Tempat : UPT PSTW Bondowoso, Kabupaten Bondowoso

1. Standar Kompetensi
Setelah diberikan pendidikan kesehatan dan demonstrasi sasaran / keluarga
akan dapat mengerti dan memahami tentang cara melakukan senma hipertensi
2. Kompetensi Dasar
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan selama 30 menit sasaran mampu :
a. Menjelaskan tentang pengertian tentang senam hipertensi minimal 85 %
dengan benar;
b. Menjelaskan tentang tujuan dan manfaat senam hipertensi minimal 85%
dengan benr;
c. Menjelaskan tentang bagaimana melakukan senam hipertensi minimal
90%
3. Pokok Bahasan: senam hipertensi
4. Subpokok Bahasan
a. Pengertian senam hipertensi
b. Tujuan dan manfaat senam hipertensi
c. Langkah melakukan senam hipertensi
5. Waktu: ± 30 menit
6. Bahan/Alat yang Diperlukan
a. Materi
b. Musik/video senam
c. Pakaian olahraga
7. Model Pembelajaran
a. Jenis model penyuluhan: Pertemuan kelompok dengan lansia UPT PSTW
Bondowoso
b. Langkah pokok:
1. Menciptakan suasana ruangan yang baik
2. Mengajukan masalah
3. Membuat keputusan nilai personal
4. Mengidentifikasi pilihan tindakan
5. Memberi komentar
Laporan P2N Stase Keperawatan Gerontik–F.Kep Universitas Jember 2018

8. Setting Tempat
Keterangan:
1. Pemateri

2. Peserta

3. Dosen

9. Persiapan
Penyuluh menyiapkan dan latihan mandiri tentang senam lansia untuk
masyarakat lansia.

10. Kegiatan Pendidikan Kesehatan


Tindakan
Proses Waktu
Kegiatan Pemateri Kegiatan Peserta
Pendahuluan a. Memberi salam Memperhatikan 5 menit
b. Memperkenalkan dengan seksama
diri Menjawab salam
c. Menjelaskan
maksud dan
tujuan

Penyajian a. Penjelasan Memperhatikan 5 menit

Memperhatikan

Memberikan
pertanyaan
b. Demonstrasi Peserta ikut berperan 15 menit
latihan senam dalam memperagakan
latihan senam
hipertensi
Penutup a. Evaluasi Memperhatikan 10 menit

Memberi saran

Memberi komentar
dan menjawab
pertanyaan bersama
Laporan P2N Stase Keperawatan Gerontik–F.Kep Universitas Jember 2018

b. Memberi salam Memperhatikan dan


membalas salam

11. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Peserta sudah diberitahu satu hari sebelumnya
b. Media sudah disiapkan
c. Materi sudah siap
d. Satuan acara suda disiapkan
2. Evaluasi Proses
a. Klien mampu memahami penyakit hipertensi
b. Klien mampu mendemonstrasikan latihan senam hipertensi secara
mandiri
3. Evaluasi Hasil
a. Menjelaskan tentang pengertian serta manfaat senam lansia
b. Mengetahui dan mampu mempraktikkan langkah-langkah untuk
melakukan senam lansia
Laporan P2N Stase Keperawatan Gerontik–F.Kep Universitas Jember 2018

Lampiran 4: Standar Operasional Prosedur

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

SENAM HIPERTENSI UNTUK LANSIA

FAKULTAS
KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
PROSEDUR TETAP NO DOKUMEN: NO. REVISI: HALAMAN:

TANGGAL DITETAPKAN OLEH :


TERBIT:
1. ` Pengertian Salah satu cara pemeliharaan kesegaran jasmani dengan
melakukan senam karena dapat merangsang aktifitas
kerja jantung untuk melakukan perubahan yang
menguntungkan dalam tubuh seseorang yang
melakasanakannya
2. Tujuan 1. Untuk meningkatkan jumlah interaksi oksigen yang
di proses di dalam tubuh dalam waktu tertentu
2. meningkatkan daya tahan jantung dan paru- paru
serta membakar lemak yang berlebihan ditubuh
karena aktivitas gerak untuk menguatkan dan
membentuk otot dan beberapa bagian tubuh lainya,
seperti pungung, paha, pinggul, perut dan lain lain
3. meningkatkan ketentuan keseimbangan koordinasi,
kelincahan, daya tahan dan sanggup melakukan
kegiatan-kegiatan atau olahraga lainnya
3. Indikasi Pasien dengan hipertensi
4. Kontraindikasi 1. klien dengan kondisi yang lemah
2. klien dengan tekanan darah tinggi dan perlu untuk
tirah baring
5. Persiapan pasien 1. klien memakai pakaian yang cukup longgar dan dari
bahan yang mudah menyerap keringat
2. klien memakai kaos kaki cukup tebal dan sepatu
yang empuk dan pas di kaki, boleh tanpa alas kaki
asalkan lantai bersih dan aman
3. tetap minum air putih sebelum dan sesudah latihan
6. Persiapan alat 1. pakaian olahraga lengkap
2. musik/video senam
3. lingkungan yang aman dan nyaman
7. Cara kerja Kondisi penderita hipertensi secara medis berbeda
dengan orang sehat untuk itu perlu senam yang juga di
lakukan secara khusus. Latihannya harus bertahap dan
tidak boleh memaksakan diri. Gerakan dengan itensial
ringan dapat di lakaukan perlahan sesuai kemampuan.
Menurut Niniek soetini SSt ft,fisioterpis siloam
hospitalia Surabaya, contoh latihan yang bisa di
terapkan setiap hari adalah sebagai berikut:
Laporan P2N Stase Keperawatan Gerontik–F.Kep Universitas Jember 2018

Pemanasan:
1. Tarik nafas, angkat tangan ke atas hembuskan
pelan-pelan dari mulut tangan turunkan. Lakukan
sebanyak 2x
2. Tekuk kepala ke samping, lalu tahan dengan tangan
pada sisi yang sama dengan arah kepala. Tahan
dengan hitungan 8-10, lalu bergantian dengan sisi
yang lain
3. Tautkan jari-jari kedua tangan dan angkat lurus ke
atas kepala dengan posisi kedua kaki dibuka selebar
bahu. Tahan dengan 8-10 hitungan. Rasakan tarikan
bahu dan punggung.
Inti:
GERAKAN-GERAKAN TANGAN
1. Mengangkat tangan kedepan, keatas. Kesamping,
kebelakang
2. gerakan tangan membuka dan menyilang
3. Mendorong dan memompa
4. kedepan, keatas, kesamping,
5. gerakan mengayunkan satu tangan atau dua tangan
6. Tepukan, antara lain kedua tangan menepuk, jangan
menepuk paha, dan lain sebagainya
GERAKAN-GERAKAN KAKI
1. Berjalan di tempat
2. Berbaris
3. melangkah satu atau dua langkah
4. melompat satu kaki atau dua kaki ke samping
kedepan dan kebelakang
5. mengangkat lutut
6. tendang kebelakan, kedepan dan kesamping
7. gerakan cha-cha
8. Gerakan menggeser kaki, menyeret kaki, dan lain
sebagainya
Pendinginan:
1. kedua kaki dibuka selebar bahu. lingkarkan satu
tanggan ke leher dan tahan dengan tangan lainnya.
Hitungan 8-10 kali dan lakukan pada sisi lainnya
2. posisi tetap, tautkan kedua tangan lalu gerakan ke
samping dengan gerakan setengah putaran. Tahan
8-10 kali hitungan lalu arahkan tangan ke sisi
lainnya dan tahan dengan hitungan yang sama
3. Tarik nafas, angkat tangan ke atas hembuskan
pelan-pelan dari mulut tangan turunkan. Lakukan
sebanyak 2x
8. Hasil a. Subyektif
klien mengatakan badannya terasa segar.
b. Obyektif
Senam di lakukan sesuai tahap. Tidak ada keluhan
selama dan sesudah senam
Laporan P2N Stase Keperawatan Gerontik–F.Kep Universitas Jember 2018

Lampiran 5: Materi

SENAM HIPERTENSI

Senam hipertensi adalah suatu bentuk latihan fisik yang teratur yang
merupakan representasi dari ciri kehidupan. Tekanan darah tinggi biasa ditemui
pada pasien yang sudah berusia lanjut (lansia). Hal ini erat hubungannya dengan
proses menua pada seseorang. Di sini terjadi perubahan berupa berkurangnya
elastisitas pembuluh darah, sehingga terjadi kekakuan pembuluh darah. Keadaan
ini diperberat dengan terjadinya penimbunan lemak di lapisan dalam pembuluh
darah. Tekanan darah tinggi pada orang lansia yang sering tampak adalah bagian
sistol, atau yang terekam paling atas dari alat pengukur tekanan darah.
Hipertensi pada lanjut usia sebagian besar merupakan hipertensi sistolik
terisolasi (HST), dan pada umumnya merupakan hipertensi primer. Adanya
hipertensi, baik HST maupun kombinasi sistolik dan diastolik merupakan faktor
risiko morbiditas dan mortalitas untuk lanjut usia.
1. Klasifikasi Hipertensi
a. Hipertensi esensial (hipertensi primer)
Terjadi pada sekitar 90% penderita hipertensi. Hipertensi esensial
kemungkinan disebabkan oleh beberapa perubahan pada jantung dan
pembuluh darah yang kemungkinan bersama-sama menyebabkan
meningkatnya tekanan darah. Hipertensi esensial merupakan penyakit
multifaktor yang dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan. Pengaruh
faktor gentik ini sangat bervariasi, dilaporkan sekitar 15% pada populasi
tertentu sampai dengan 60% pada populasi lainnya. Faktor lingkungan yang
mempengaruhi tekanan darah antara lain obesitas, stres, peningkatan asupan
natrium, konsumsi alkohol yang berlebihan, dan lain-lain. Pada hipertensi
esensial, diastolik meninggi saat berdiri, penurunan menunjukkan hipertensi
sekunder.
b. hipertensi sekunder
Pada sekitar 5-10% penderita hipertensi, penyebabnya adalah penyakit
ginjal. Pada sekitar 1-2%, penyebabnya adalah kelainan hormonal atau
pemakaian obat tertentu (misalnya pil KB). Hipertensi sekunder juga bisa
disebabkan oleh penyakit/ keadaan seperti feokromositoma,
hiperaldosteronisme primer (sindroma Conn), dan sindroma Cushing.
2. Gejala Hipertensi
a. sakit kepala
b. perdarahan dari hidung,pusing,wajah kemerahan,dan kelelahan, Jika
hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, maka dapat
menunjukkan gejala sakit kepala, kelelahan, mual, muntah, sesak nafas,
gelisah, dan
c. pandangan menjadi kabur.
3. Komplikasi Hipertensi
Jantung, otak, ginjal, mata
Faktor-faktor yang dapat dimasukkan sebagai faktor risiko hipertensi adalah:
1. Umur (dijumpai pada orang berumur 35 tahun atau lebih)
2. Jenis kelamin(ditemukan pada wanita dari pada pria)
3. Etni
Laporan P2N Stase Keperawatan Gerontik–F.Kep Universitas Jember 2018

Orang keturunan Afrika atau Afro-Karibia memiliki tekanan darah yang lebih
tinggi dibandingkan orang Kaukasia (berkulit putih.
4. Hereditas
Riwayat keluarga dekat yang menderita hipertensi (faktor keturunan),
mempertinggi risiko terkena hipertensi terutama pada hipertensi primer.
5. Stres psikologis
Stres atau ketegangan jiwa (rasa tertekan, murung, bingung, cemas, berdebar-
debar, rasa marah, dendam, rasa takut, rasa bersalah) dapat merangsang
kelenjar anak ginjal melepaskan hormon adrenalin dan memacu jantung
berdenyut lebih cepat serta lebih kuat, sehingga tekanan darah akan meningkat.
6. Pola makan
Mengonsumsi garam dan lemak tinggi, jarang mengonsumsi sayur dan buah
7. Gaya hidup (Olahraga tidak terarur, merokok, alkohol)
8. Obesitas
Penuaan adalah proses biologis normal pada manusia meliputi perubahan yang
berangsur-angsur, mulai dari struktur fungsi, dan toleransi tubuh terhadap stres
lingkungan. Efektifitas berbagai fungsi fisiologik tubuh akan mulai menurun pada
usia 30an dan akan terlihat semakin jelas pada usia 55-60 tahun. Semakin
bertambahnya usia, fungsi organ tubuh akan semakin menurun baik karena faktor
alamiah maupun karena penyakit, hal tersebut tentunya berdampak pada berbagai
aspek kehidupan, baik sosial, ekonomi, dan kesehatan.
Permasalahan lanjut usia harus menjadi perhatian dari semua pihak, baik
pemerintah, lembaga masyarakat, dan masyarakat itu sendiri (Subianto, 2010).
Permasalahan khusus yang dapat terjadi kalangan lanjut usia (Sumampou, 2010).
Salah satu upaya prefentif yang dilakukan untuk meminimalisir permasalahan
khusus pada lansia adalah dengan tetap menjaga pola hidup aktif dengan olahraga.
Olahraga dilakukan dengan aturan yang sesuai akan memberikan manfaat bagi
lansia salah satunya adalah menjaga tingkat kebugaran jasmani tetap baik sesuai
dengan usia.
Latihan olahraga bagi lansia bertujuan untuk meningkatkan kebugaran jasmani.
Untuk memperoleh kebugaran jasmani yang baik, harus melatih semua komponen
dasar kebugaran jasmani yang meliputi ketahanan otot, kekuatan otot, serta
kelenturan tubuh. Dengan adanya proses penuaan menyababkan adanya
kemunduran prestasi kerja dan penurunan kapasitas fisik seseorang untuk
mempertahankan agar kondisi kebugaran jasmani maka diperlukan olahraga.
Aktifitas fisik atau olahraga merupakan media terbuka yang dapat
dimanfaatkan oleh lansia sesuai dengan kemampuan, kesenangan, tujuan dan
kesempatan yang dimiliki oleh setiap orang. Latihan olahraga pada lansia harus
disesuaikan dengan kemapuan individu masing-masing berdasarkan fisik,
kebutuhan, dan tujuan melakukan aktivitas olahraga tersebut
Semua senam dan aktivitas olahraga ringan tersebut sangat bermanfaat untuk
menghambat proses degeneratif / penuaan. Senam ini sangat dianjurkan untuk
mereka yang memasuki usia pralansia (45 tahun) dan usai lansia (65 tahun ke
atas). Senam lansia disamping memiliki dampak positif terhadap peningkatan
fungsi organ tubuh juga berpengaruh dalam meningkatkan imunitas dalam tubuh
manusia setelah latihan teratur. Tingkat kebugaran dievaluasi dengan mengawasi
kecepatan denyut jantung waktu istirahatkan yaitu kecepatan denuyt nadi sewaktu
Laporan P2N Stase Keperawatan Gerontik–F.Kep Universitas Jember 2018

istrahat. Jadi supaya lebih bugar, kecepatan denyut jantung sewaktu istirahat harus
menurun (Powell, 2000)
Dengan mengikuti senam lansia efek minimalnya adalah lansia merasa
bahagia, senantiasa bergembira, bisa tidur lebih nyenyak, pikiran tetap segar.
Manfaat dari olahraga bagi lansia usia menurut Nugroho (1999, 157) antara:
a. Memperlancar proses degenerasi karena perubahan usia
b. Mempermudah untuk menyesuaikan kesehatan jasmani dalam kehidupan
(adaptasi)
c. Fungsi melindungi, yaitu memperbaiki tenaga cadangan dalam fungsinya terhadap
bertambahnya tuntutan, misalya sakit. Sebagai rehabilitasi pada lanjut usia terjadi
penurunan masa otot serta kekuatannya, laju denyut jantung maksimal toleransi
latihan kapasitas aerobic, dan terjadinya penignkatan lemak tubuh. Dengan
melakukan olahraga seperti senam lansia dapat mencegah atau melambatkan
kehilangan fungsional tersebut. Bahkan latihan / olahraga seperti senam lansia
dapat mengeliminasi berbagai resiko penyakit seperti hipertensi, diabetes melitus,
penyakit arteri koroner dan kecelakaa (Darmojo, 1999;81)
Tujuan senam lansia dengan hipertensi yaitu; 1) melebarkan pembuluh darah;
2) tahanan pembuluh darah menurun; 3) berkurangnya hormon yang memacu
peningkatan tekanan darah; dan 4) menurunkan lemak / kolesterol yang tinggi.
Indikasi senam lansia dengan hipertensi adalah klien yang menderita hipertensi.
Kontraindikasinya adalah klien dengan fraktur ektremitas atas atau bawah serta
klien dengan bedrest total.
Laporan P2N Stase Keperawatan Gerontik–F.Kep Universitas Jember 2018

Lampiran 7: Dokumentasi

Gambar 1. Kegiatan Senam Hipertensi pada Kelompok Lansia di UPT PSTW


Bondowoso Kabupaten Bondowoso pada tanggal 25 Maret 2018 oleh Wafi
Hidayat, Devi Maharani Hapsari dan Raisya Nadirawati Mahasiswa
Fakultas Keperawatan Universitas Jember

Gambar 2. Kegiatan Senam Hipertensi pada Kelompok Lansia di UPT PSTW


Bondowoso Kabupaten Bondowoso pada tanggal 25 Maret 2018 oleh Wafi
Hidayat, Devi Maharani Hapsari dan Raisya Nadirawati Mahasiswa
Fakultas Keperawatan Universitas Jember

Anda mungkin juga menyukai