Anda di halaman 1dari 9

Usia Besaran IWL ( mg/kg BB/hari )

Byai Lahir 30

Bayi 50 – 60

Anak – anak 40

Usia Volume Urine ( ml/kg BB/hari )

Bayi Lahir 10 – 90

Bayi 80 – 90

Anak – anak 50

No Umur BB (Kg) Kebutuhan Cairan

1 3 hari 3 250-300

2 1 tahun 9,5 1150-1300

3 2 tahun 11,8 1350-1500

4 6 tahun 20 1800-2000

5 10 tahun 28,7 2000-2500

6 14 tahun 45 2200-2700

7 18 tahun 54 2200-2700

Umur Rata – rata Kebutuhan Air / Kg BB / 24 Jam

6 Bulan 130 -140 ml


9 Bulan 125 – 145 ml
1 Tahun 120 – 135 ml

Rumus Kebutuhan Cairan

< 10 Kg = 100 cc/kg BB

10-20 Kg = 1000 cc + 50 cc/kg BB

(BB – 10 kg x 50)

>20 kg = 1500 cc + 20 cc/kg BB


(BB -20 kg x 20)
Rumus dasar dalam hitungan menit
Rumus dasar dalam jam

Faktor tetes rumus dewasa

Biasanya Untuk Faktor Tetes Dewasa : 20


Faktor Tetes anak : 60

Pemeriksaan score Down adalah pemeriksaan yang dilakukan pada bayi yang baru lahir, bertujuan
untuk mengevaluasi status gawat nafas.

Interpetasi hasil :
Skor < 4  Tidak ada gawat napas
Skor 4 -7  Gawat napas
Skor > 7  Ancaman gagal napas (pemeriksaan gas darah harus dilakukan)

Keputusan Resusitasi
 PENILAIAN SEGERA
Segera setelah lahir, letakkan bayi di perut bawah ibu atau dekat perineum (harus bersih dan
kering). Cegah kehilangan panas dengan menutupi tubuh bayi dengan kain/handuk yang telah
disiapkan sambil melakukan penilaian dengan menjawab 2 pertanyaan:
1. Apakah bayi menangis kuat, tidak bernapas atau megap-megap?
2. Apakah bayi lemas?
Setelah melakukan penilaian dan memutuskan bahwa bayi baru lahir perlu resusitasi, segera
lakukan tindakan yang diperlukan. Penundaan pertolongan dapat membahayakan
keselamatan bayi. Jepit dan potong tali pusat dan pindahkan bayi ke tempat resusitasi yang
telah disediakan. Lanjutkan dengan langkah awal resusitasi.

 PENILAIAN
Sebelum bayi lahir, sesudah ketuban pecah:

1. Apakah air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan) pada presentasi kepala.
2. Segera setelah bayi lahir:
3. Apakah bayi menangis, bernapas spontan dan tertatur, bernapas megap-megap atau
tidak bernapas
4. Apakah bayi lemas atau lunglai

 KEPUTUSAN
Putuskan perlu dilakukan tindakan resusitasi apabila:

1. Air ketuban bercampur mekonium.


2. Bayi tidak bernapas atau bernapas megap-megap.
3. Bayi lemas atau lunglai

 TINDAKAN
Segera lakukan tindakan apabila:

1. Bayi tidak bernapas atau megap-megap atau lemas:


2. Lakukan langkah-langkah resusitasi BBL.

Resusitasi BBL Langkah Awal


1. Jaga bayi tetap hangat
 Letakkan bayi di atas kain ke-1 yang ada di atas perut ibu atau sekitar 45 cm dari
perineum
 Selimuti bayi dengan kain tersebut, wajah, dada dan perut tetap terbuka, potong tali
pusat
 Pindahkan bayi yang telah diselimuti kain ke-1 ke atas kain ke-2 yang telah digelar
di tempat resusitasi
 Jaga bayi tetap diselimuti wajah dan dada terbuka di bawah pemancar panaS
2. Atur posisi bayi
 Letakkan bayi di atas kain ke-1 yang ada di atas ibu atau sekitar 45 cm dari perineum
 Posisikan kepala bayi pada posisi menghidu yaitu kepala sedikit ekstensi dengan
mengganjal bahu.

3. Isap lendir
Gunakan alat penghidap DeLee dengan cara sebagai berikut:

 Isap lendir mulai dari mulut dahulu, kemudian hidung


 Lakukan pengisapan saat alat pengisap ditarik keluar, tidak pada waktu dimasukkan
 Jangan lakukan pengisapan terlalu dalam yaitu jangan lebih dari 5 cm ke dalam mulut
karena dapat menyebabkan denyut jantung bayi menjadi lambat atau bayi tiba-tiba
berhenti bernapas. Untuk hidung jangan melewati cuping hidung.
Jika dengan balon karet penghisap lakukan dengan cara sebagai berikut:

 Tekan bola di luar mulut dan hidung


 Masukkan ujung pengisap di mulut dan lepaskan tekanan pada bola (lendir akan
terisap)
 Untuk hidung, masukkan di lubang hidup sampai cuping hidung dan lepaskan.
4. Keringkan dan rangsang bayi
 Keringkan bayi dengan kain ke-1 mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya
dengan sedikit tekanan. Tekanan ini dapat merangsang BBL mulai menangis
 Rangsangan taktil berikut dapat juga dilakukan untuk merangsang BBL mulai
bernapas: Menepuk/ menyentil telapak kaki; atau Menggosok punggung/ perut/ dada/
tungkai bayi dengan telapak tangan
 Ganti kain ke-1 yang telah basah dengan kain ke-2 yang kering dibawahnya
 Seimuti bayi dengan kain kering tersebut, jangan menutupi muka dan dada agar bisa
memantau pernapasan bayi
5. Atur kembali posisi kepala bayi
Atur kembali posisi bayi menjadi posisi menghidu

6. Langkah penilaian bayi


 Lakukan penilaian apakah bayi bernapas normal, tidak bernapas atau megap-megap
 Bila bayi bernapas normal: lakukan asuhan pasca resusitasi
 Bila bayi megap-megap atau tidak bernapas: mulai lakukan ventilasi bayi.

Resusitasi BBL Ventilasi


Ventilasi adalah tahapan tindakan resusitasi untuk memasukkan sejumlah volume udara ke
dalam paru dengan tekanan positif untuk membuka alveoli paru agar bayi bisa bernapas
spontan dan teratur.

1. Pasang sungkup
Pasang dan pegang sungkup agar menutupi dagu, mulut dan hidung.

2. Ventilasi 2 kali
 Lakukan tiupan atau remasan dengan tekanan 30 cm air
Tiupan awal tabung-sungkup atau remasan awal balon-sungkup sangat penting untuk menguji
apakah jalan napas bayi terbuka dan membuka alveoli paru agar bayi bisa mulai bernapas.

 Lihat apakah dada bayi mengembang


Saat melakukan tiupan atau remasan perhatikan apakah dada bayi mengembang. Jika tidak
mengembang:
1. Periksa posisi sungkup dan pastikan tidak ada udara yang bocor
2. Periksa posisi kepala, pastikan posisi sudah menghidu
3. Periksa cairan atau lendir di mulut. Bila ada lendir atau cairan lakukan pengisapan
4. Lakukan tiupan atau remasan 2 kali dengan tekanan 30 cm air, jika dada mengembang
lakukan tahap berikutnya.

 Ventilasi 20 kali dalam 30 detik


1. Tiup tabung atau remas balon resusitasi sebanyak 20 kali dalam 30 detik dengan
tekanan 20 cm air sampai bayi mulai bernapas spontan dan menangis
2. Pastikan dada mengembang saat dilakukan tiupan atau peremasan, setelah 30 detik
lakukan penilaian ulang napas.
Jika bayi mulai bernapas/ tidak megap-megap dan atau menangis, hentikan ventilasi
bertahap.
1. Lihat dada apakah ada retraksi
2. Hitung frekuensi napas per menit
Jika bernapas >40 per menit dan tidak ada retraksi berat:

 Jangan ventilasi lagi


 Letakkan bayi dengan kontak kulit ke kulit dada ibu dan lanjutkan asuhan BBL
 Pantau setiap 15 menit untuk pernapasan dan kehangatan
Jangan tinggalkan bayi sendiri.

Lakukan asuhan pasca resusitasi.

Jika bayi megap-megap atau tidak bernapas, lanjutkan ventilasi.


 Ventilasi, setiap 30 detik hentikan dan lakukan penilaian ulang napas
1. Lanjutkan ventilasi 20 kali dalam 30 detik (dengan tekanan 20 cm air)
2. Setiap 30 detik, hentikan ventilasi, kemudian lakukan penilaian ulang bayi, apakah
bernapas, tidak bernapas atau megap-megap
3. Jika bayi mulai bernapas normal/ tidak megap-megap dan atau menangis, hentikan
ventilasi bertahap dan lakukan asuhan pasca resusitasi.
4. Jika bayi megap-megap atau tidak bernapas, teruskan ventilasi 20 kali dalam 30 detik
kemudian lakukan penilaian ulang napas setiap 30 detik.
 Siapkan rujukan jika bayi belum bernapas spontan sesudah 2 menit resusitasi
1. Jelaskan kepada ibu apa yang terjadi, apa yang Anda lakukan dan mengapa
2. Mintalah keluarga untuk mempersiapkan rujukan
3. Teruskan ventilasi selama mempersiapkan rujukan
4. Catat keadaan bayi pada formulir rujukan dan rekam medik persalinan
 Lanjutkan ventilasi, nilai ulang napas dan nilai denyut jantung
1. Lanjutkan ventilasi 20 kali dalam 30 detik (dengan tekanan 20 cm air)
2. Setiap 30 detik, hentikan ventilasi, kemudian lakukan nilai ulang napas dan nilai
jantung.
Jika dipastikan denyut jantung bayi tidak terdengar, ventilasi 10 menit. Hentikan resusitasi
jika denyut jantung tetap tidak terdengar, jelaskan kepada ibu dan berilah dukungan
kepadanya serta lakukan pencatatan.

Bayi yang mengalami henti jantung 10 menit kemungkinan besar mengalami kerusakan otak
yang permanen.
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PERAWATAN
BAYI HIPERBILIRUBIN YANG TERPASANG FOTO TERAPI
PENGERTIAN
Memberikan perawatan kepada bayi yang terpasang foto terapi atau bayi yang mengalami
hiperbilirubin merupakan salah satu asuhan keperawatan untuk memenuhi kebutuhan bayi yang
terpasang foto terapi.
Fototerapi merupakan alat yang berupa sinar, cahaya Flourescent yang mengandung ultraviolet
dengan spectrum ideal 420 – 450 mu. Mempunyai kemampuan menurunkan kadar bilirubin dan
mengeluarkan dengan oksidasi cahaya sehingga bilirubin pathogen berubah jadi bilirubin a-pathogen.
TUJUAN
 Mengurangi/menurunkan kadar bilirubin yang pathogen.
 Mencegah penumpukan bilirubin indirect dalam sel otak (mencegah Kern Ikterus)
INDIKASI
Indikasi foto terapi dan transfuse ganti berdasarkan BB

KADAR BILIRUBIN (mg/dl)


BB (gr)
FOTOTERAPI TRANSFUSI GANTI

< 1000 Mulai 24 jam 1 10 – 12

1000 – 1500 7–9 12 – 15

1500 – 2000 10 – 12 15 – 18

2000 – 2500 13 – 15 18 – 20

> 2500 & bayi sakit 12 – 15 18 – 20

Indikasi fototerapi dan transfuse ganti berdasarkan bayi cukup bulan dan atau tanpa resiko
Canadian Pediatric Society

KADAR BILIRUBIN (mg/dl)


UMUR (jam)
TANPA RESIKO DENGAN RESIKO

24 10 8

48 15 13

> 72 > 18 > 16

Indikasi fototerapi profilaksis


 Bayi kecil (BB < 1500 gr) yang cenderung berlanjut pada kadar bilirubin patologis
 Bayi premature dengan memar berat
 Bayi dengan proses hemolysis sementara menunggu transfuse ganti
Indikasi bayi dengan penyakit hemolitik
 Ketidaksesuaian rhesus
 Inkompatibilitas ABO
KONTRAINDIKASI
 Hiperbilirubin karena bilirubin direk (hepatitis)
 Hiperbilirubin obstruksiva (atresia biliaris)
PERSIAPAN
Persiapan Pasien
 Pastikan klien memerlukan pemenuhan kebutuhan dasar manusia (minum, aktivitas, tidur,
terhindar infeksi, personal hygiene, keseimbangan suhu)
 Amati seluruh tubuh klien (warna kulit, mata, aktivitas, kotoran atau bau)
 Atur posisi sesuai prosedur yang akan dilakukan
Persiapan Alat
 Siapkan pemberian minum ASI/PASI
 Pemeriksaan fisik
 Alat tenun dan pakaian bayi
 Alat memandikan
 Tempat sampah
 Penutup mata dan testis (bahan tak tembus cahaya)
Persiapan Lingkungan
 Amati instalasi yang berhubungan dengan listrik
 Tidak menempatkan bayi dekat pintu atau jendela yang terbuka
 Amati lampu foto terapi, lama pemakaian dan keutuhannya
PELAKSANAAN
1. Perawat mencuci tangan, alat-alat didekatkan
2. Keluarga diberitahu, lampu fototerapi dimatikan.
3. Lepaskan pelindung mata, amati kotoran dan warna sclera da bersihkan dengan kapas
mata. Catat bila ada hal-hal yang tidak wajar
4. Pastikan bayi apakah badannya kotor, bau urin atau baung air besar
5. Bersihkan badan bayi dengan mandi lap didalam incubator kemudian keringkan dengan
handuk
6. Mengganti pakaian/alat tenun/popok basah sesudah dimandikan
7. Observasi TTV, amati seluruh tubuh bayi terutama warna kuning.
8. Lanjutkan pemberian tindakan lainnya, bila harus mendapat antibiotic melalui infus,
berikan terapi sesuai program (5 benar). Check kembali TTV. Dokumentasikan pemberian terapi
9. Berikan pemenuhan kebutuhan cairan melalui minum sesuai jadwal dan kebutuhan bayi.
Bila diperkirakan ada kehilangan cairan karena peningkatan suhu, berikan cairan extra (10 – 15
ml/kgBB)
10. Posisikan kembali bayi untuk melanjutkan pemberian sinar foto terapi.
11. Pakaian bayi dilepas dalam box/incubator
12. Menutup mata dan testis dengan bahan tidak tembus cahaya.
13. Tidurkan bayi terlentang atau tengkurap
14. Atur jarak bayi 45 – 50 cm dari lampu
15. Atur posisi bayi dalam 3 posisi (mika – miki – tengkurap) setiap 3 – 8 jam
16. Ukur suhu, HR, RR setiap 2 jam
17. Matikan fototerapi bila memberikan minum, penutup mata dibuka, observasi mata
(kotoran), ijinkan ibu kontak dengan bayi.
18. Catat intake dan output
19. Pantau keseimbangan cairan dan elektrolit (timbang BB 2x sehari) dan efek samping
fototerapi
20. Alat-alat rapihkan dan dibereskan
21. Periksa kadar bilirubin setiap 12-24 jam.
KOMPLIKASI
 Bronze baby syndrome
 Diare
 Dehidrasi
 Ruam kulit
EFEK SAMPING
 Ruam dermatitis pada kulit
 Hiperpigmentasi
 Diare
 Dehidrasi
EVALUASI
 Tanda-tanda hipertermi
 Tanda-tanda dehidrasi
 Warna kuning, kebersihan tubuh, pemenuhan cairan dan reaksi klien
DOKUMENTASI HASIL TINDAKAN
 Waktu dan lamanya pelaksanaan pemberian fototerapi
 Tanda-tanda hipertermi atau gejala dehidrasi
 Reaksi pasien

MERAWAT BAYI DI INKUBATOR

Mempertahankan suhu tubuh normal (36,50C-37,50C) pada bayi premature,


Pengertian
BBLRdan bayi normal dalam keadaan hipotermi
Tujuan Bayi ditempatkan di lingkungan yang ideal
Bayi premature, BBLR, hipotermidan bayi sakit wajib dirawat di incubator
Kebijakan
diatur dalam prosedur yang telah ditetapkan
1. Sambungkan kabel ikubator dengan pusat listrik
2. Menyalakn incubator dengan menekan tombol ON
3. Atur suhu dan kelembapan incubator sesuai dengan kebutuhan bayi
Prosedur
4. Siapkan incubator minimal 5-15 menit sebelum digunakan
5. Letakkan bayi kedalam incubator
6. Catat hasil observasi pada buku yang telah disediakan
Unit Terkait 1. Ruang Anak

PROSEDUR
1. Persiapan pasien
2. Persiapan alat
- Inkubator tertutup/terbuka
- Thermometer
- Jam dengan jarum detik
- Oksigen
3. Pelaksanaan
- Perawatan bayi dalam incubator tertutup
- Inkubator harus selalu tertutup hanya terbuka jika diperlukan dalam keadaan darurat,
misalnya apnea, jika incubator di buka maka usahakan untuk memepertahankan suhu bayi
tetap hangat, oksigen harus di sediakan
- Perawatan dan pengobatan di lakukan melalui lobang
- Bayi dalam keadaan incubator harus berada dalam keadaan telanjang (tidak memakai
pakaian) untuk mememudahkan observasi keadaan umum misalnya: pernafasan dan warna
tubuh
- Pengaturan panas bagi bayi harus sesuai dengan hati-hati sesuai dengan berat badan dan
kondisi tubuh
- Pengaturan oksigen dan kelembaban di dalam incubator harus di observasi
- Inkubator harus di bersihkan didesinfeksi setiap 1 minggu 1 kali dengan membuka
incubator untuk sementara bayi di pindahkan dahulu ke incubator lain
- Inkubator tidak di tempatkan dekat dengan jendela atau dinding serta alat pendingin
- Inkubator harus di tempatkan pada ruangan yang hangat kira-kira dengan suhu 27 derajat
C
- Perawatan bayi dalam incubator terbuka
Inkubator ini harus di buka jika hendak melakukan perawatan (model kuno). Pada prinsipnya
perawatan dalam incubator sama dengan incubator tertutup, perbedaan hanya dalam
melaksanakan perawatan.

Anda mungkin juga menyukai