Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN EVIDENCED-BASED PRACTICE

LATIHAN PENGATURAN PERNAFASAN UNTUK MENURUNKAN


TEKANAN DARAH PADA NY. S DENGAN HIPERTENSI
DI DESA CINDEREJO LOR RT 02 / RW 05, KELURAHAN GILINGAN
KECAMATAN BANJARSARI, KOTA SURAKARTA

DISUSUN OLEH :

ROSI ADITYANA
NIM : SN152075

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA
2016
LAPORAN EVIDENCED-BASED PRACTICE
LATIHAN PENGATURAN PERNAFASAN UNTUK MENURUNKAN
TEKANAN DARAH PADA NY. S DENGAN HIPERTENSI
DI DESA CINDEREJO LOR RT 02 / RW 05, KELURAHAN GILINGAN
KECAMATAN BANJARSARI, KOTA SURAKARTA

Nama Mahasiswa : Rosi Adityana


NIM : SN 152075

1. Latar Belakang
Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang paling umum ditemukandalam
masyarakat. Riset Kesehatan Dasar / RISKESDAS Tahun 2013 menunjukkan
bahwa prevalensi hipertensi di Indonesia adalah sebesar 26,5%. Penyakit
hipertensi telah menjadi masalah utama dalam kesehatan masyarakat yang ada
di Indonesia maupun di beberapa negara yang ada di dunia. Kenaikan kasus
hipertensi diperkirakan sekitar 80%, terutama di Negara berkembang terjadi di
tahun 2025. Dari 639 juta kasus di tahun 2000, diperkirakan menjadi 1.15
milyar kasus di tahun 2025. Prediksi ini didasarkan angka penderita hipertensi
dan pertambahan penduduk saat ini.

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah dalam pembuluh darah
meningkat secara kronis. Hal tersebut dapat terjadi karena jantung bekerja
lebih keras memompa darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi
tubuh. Apabila kondisi ini dibiarkan, maka dapat mengganggu fungsi organ-
organ lain, terutama organ-organ vital seperti jantung dan ginjal. Seseorang
dikatakan menderita hipertensi, apabila tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg
dan tekanan diastolic ≥ 90 mmHg, pada pemeriksaan berulang.

Hipertensi dikenal sebagai the silent killer karena umumnya terjadi tanpa
gejala. Sebagian orang tidak merasakan gejala apapun, meskipun tekanan
darahnya sudah jauh di atas normal. Hal ini dapat berlangsung bertahun-tahun
sampai akhirnya terjadi komplikasi dan penderita jatuh ke dalam kondisi
darurat dan terkena penyakit jantung, stroke, atau gangguan ginjal. Komplikasi
ini dapat berujung pada kematian. Salah satu kondisi yang erat kaitannya
dengan hipertensi adalah penyakit jantung koroner (PJK). Perlahan tapi pasti
merangkak naik sebagai penyebab kematian utama di Indonesia. Survei
Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) yang diselenggarakan Departemen
Kesehatan tahun 1972, posisinya pada urutan ke-11, dan sekarang melesat ke
urutan pertama dan bertahan sampai sekarang.

Salah satu terapi hipertensi adalah dengan obat-obatan. Salah satu studi
menyatakan pasien yang menghentikan terapi anti hipertensi maka lima kali
lebih besar kemungkinannya terkena stroke. Obat-obat yang digunakan untuk
menurunkan tekanan darah yang dikonsumsi dalam jangka waktu yang lama
dapat menyebabkan kerusakan organ-organ tubuh manusia. Seiring dengan
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, semakin banyak orang yang
menyadari dampak negative obat-obat yang dikonsumsi dalam jangka panjang,
sehingga semakin banyak pula yang mencari alternative pengobatan lain untuk
menghindari efek samping zat-zat kimia

Banyak terapi alternative yang ditawarkan untuk mengatasi hipertensi, tetapi


sebagian besar belum terbukti secara empiris dan belum tentu tanpa efek
samping yang merugikan kesehatan. Isnaini Herawati &Wahyuni (2016),
menyatakan bahwa penelitian tentang manfaat pengaturan nafas sudah banyak
diteliti di luar negeri, tetapi dalam penelitiannya responden yang diambil
adalah orang Indonesia yang mengalami hipertensi dan pengaturan nafas yang
digunakan adalah pernafasan diaphragma dengan frekuensi 2 kali sehari selama
10 menit.
2. PICO
Patient dan clinical problem : pasien yang digunakan dalam evidenbased
practik ini adalah pasien gerontik yang memiliki masalah kesehatan atau
memiliki fektor resiko penyakit kronis.
Intervention : lakukan cara latihan nafas diafragma dalam mengurangi tekanan
darah dan nyeri yang dilakukan selama 6 kali dalam 10 menit, dan dilakukan
setiap sore hari
Comparator : sejumlah penelitian sebelumnya dari Montano (1998),
menyatakan bahwa slow breathing dapat menurunkan aktifitas saraf simpatis
dengan cara meningkatkan irama inhibitory central. Sebagai konsekuensinya
tekanan darah menurun, sedangkan aktifitas barorefleks meningkat. Wang et al
(2010), juga meneliti tentang pengaruh slow abdominal breathing yang
dikombinasikan dengan biofeedback pada responden yang mengalami
prehipertensi. Dari penelitian tersebut diperoleh hasil bahwa terdapat
penurunan tekanan darah systole secara signifikan. Pengaturan nafas secara
perlahan dianggap menjadi komponen penting dalam latihan relaksasi. Hal ini
memperkuat hipotesis bahwa latihan nafas yang dilakukan secara teratur dapat
menjadi salah satu cara pengobatan hipertensi karena dapat menurunkan
tekanan darah secara berkelanjutan.
Outcame : berdasarkan hasil praktik yang dilakukan bahwa terdapat manfaat
terkait cara menurunkan tensi dengan teknik nafas dalam, dimana dilakukan
pada pasien, teknik pengaturan nafas diafragma dilakukan selama 6 kali dalam
10 menit dan dilakukan setiap sore dapat menurunkan tekanan darah. Hal ini
sejalan dengan penelitian Isnaini Herawati & Wahyuni (2016), bahwa terdapat
penurunan tekanan darah systole dan diastole setelah dilakukan teknik
relaksasi.

3. Tinjauan kasus
Saat dilakukan pengkajian pada Ny. S, tanggal 18 november 2016 didapatkan
data pengkajian bahwa Ny.S dengan mengeluh kadang nyeri pada tengkuk
kepala, pusing, dan mudah lelah. Saat dilakukan pengukuran tekanan darah
didapatkan TD : 180/110 mmHg, N : 84 mmHg, pasien biasa minum obat
herbal yang di beli dari apotik (tensilon @250 mg), setelah minum obat nyeri
hilang, tetapi kadang nyeri tengkuk kepala masih sering dirasakan.

4. Dasar pembanding
Berdasarkan penelitian Isnaini Herawati dan Wahyuni (2016), dengan judul
“Manfaat Latihan Pengaturan Pernafasan untuk Menurunkan Tekanan Darah
pada Penderita Hipertensi Primer” didapatkan hasil : 1) Terdapat penurunan
tekanan darah systole sebesar 0,91 mmHg, 2) Terdapat penurunan tekanan
darah diastole sebesar 1,81 mmHg, 3) Terdapat peningkatan pulse pressure
sebesar 0,91 mmHg, 4) Terdapat penurunan denyut jantung 4,09 x/menit, 5)
Uji statistic menunjukkan perubahan yang terjadi pada tekanan darah systole
dan diastole, dan pulse pressure tidak bermakna, sedangkan perubahan pada
denyut jantung bermakna.

Latihan pengaturan pernafasan dan tekanan darah diberikan kepada penderita


hipertensi dengan cara melakukan pernafasan diafragma dengan frekwensi 6
kali / menit setiap sore selama 10 menit dan dilakukan setiap hari selama 4
minggu

5. Implementasi
Implementasi dilakukan dengan cara melakukan pernafasan diafragma dengan
frekwensi 6 kali / menit setiap sore selama 10 menit.
Cara yang dilakukan yaitu :
 Ciptakan lingkungan yang tenang
 Usahakan tetap rileks dan tenang
 Menarik nafas dalam dari hidung melalui hitungan 1,2,3
 Perlahan-lahan udara dihembuskan melalui mulut dengan rileks
 Anjurkan bernafas selama 6x selama 1 menit
 Menarik nafas lagi melalui hidung dan menghembuskan melalui mulut
secara perlahan-lahan
 Usahakan agar tetap konsentrasi
 Ulangi dan lakukan selama 6 kali per menit selama 10 menitdan lakukan
setiap sore hari

6. Hasil
Dari hasil im plementasi dari pengaturan nafas diafragma yang dilakukan pada
tanggal 18 – 22 November 2016, didapatkan hasil :
1) Tgl 18 – 11 – 2016, hasil pemeriksaan TD : 180/110 mmHg
2) Tgl 19 – 11 – 2016, hasil pemeriksaan TD : 180/100 mmHg
3) Tgl 21 – 11 – 2016, hasil pemeriksaan TD : 170/100 mmHg
4) Tgl 22 – 11 – 2016, hasil pemeriksaan TD : 170/100 mmHg
(Hasil no 1-4, pengaturan pernafasan dilakukan sesuai dengan jurnal, yaitu
selama 6 kali per menit, selama 10 menit, jadi setiap sore dilakukan selama 60
kali relaksasi nafas dalam selama 5 hari berturut-turut, sehingga tekanan darah
dapat turun)

5) Tgl 28 – 11 – 2016, hasil pemeriksaan TD : 180/100 mmHg


6) Tgl 02 – 12 – 2016, hasil pemeriksaan TD : 180/110 mmHg
(Hasil no5-6, pengaturan nafas dalam tidak dilakukan secara teratur karena
pasien jika sore hari merasa sudah merasa capek dengan pekerjaannya yang
banyak dan mengurus rumah sendiri. Pengaturan nafas tetap dilakukan, tetapi
hanya dilakukan selama sebentar, yaitu hanya sekitar 5 sampai 10 saja.
Sehingga tekanan darah pasien menjadi naik kembali)

Dari hasil observasi didapatkan bahwa pengaturan pernafasan diafragma dapat


menurunkan tekanan darah systole dan diastole jika dilakukan secara teratur,
sehingga terapi non farmakologis ini dapat diterapkan pada pasien – pasien
yang mengalami hipertensi, sehingga pasien tidak tergantung dengan
penggunaan obat dalam jangka waktu yang panjang yang dapat merusak organ
– organ tubuh yang lain
7. Diskusi
Hipertensi merupakan suatu kondisi yang meningkatkan resiko terjadinya
penyakit jantung dan myokard infark. Pendekatan untuk memodifikasi pola
hidup yang aman dan tanpa efek samping yang dilakukan salah satunya
dengan pengaturan pernafasan diafragma secara teratur, meskipun penurunan
tekanan darah yang dihasilkan kecil dikarenakan waktu yang singkat

Pengaturan nafas tidak akan memberikan hasil yang baik apabila tidak
dilakukan secara teratur dan disertai dengan perubahan pola hidup yang lain
seperti pola makan yang seimbang, olahraga, tidak merokok, diit rendah lemak
dan rendah garam. Pengaturan nafas memberikan pengaruh terhadap perbaikan
reaktifitas simpatis dan parasimpatis, sehingga hal ini membuat pasien menjadi
lebih relaks.

8. Kesimpulan dan Saran


Kesimpulan
Dari hasil observasi dapat disimpulkan bahwa setelah diberikan latihan
pengaturan nafas diafragma selama 6 kali / menit selama 10 menit setiap hari
secara teratur, diproleh hasil terdapat penurunan systole dan diastole, dan
perubahan penurunan denyut nadi. Sehingga teknin relaksasi non farmakologis
dapat dilakukan untuk mengurangi ketergantungan terhadap obat penurun tensi

Saran
Pengaturan nafas hendaknya dilakukan secara rutin dan teratur untuk
mendapatkan hasil yang maksimal untuk menurunkan tekanan darah, yaitu
selama 60 kali setiap sore. Selain dengan latihan pengaturan pernafasan, lebih
baik jika modifikasi gaya hidup juga diperhatikan, seperti : penurunan berat
badan pada pasien dengan obesitas, mengurangi asupan kalori dan
meningkatkan aktifitas fisik ; banyak makan sayur-sayuran, buah, produk susu
rendah lemak jenuh dan total lebih sedikit, kaya potassium dan calcium ;
makanan rendah garam ; olahraga teratur ; pembatasan konsumsi alcohol ;
tidak merokok
DAFTAR PUSTAKA

Isnaini Herawati, Wahyuni. (2016). Manfaat Latihan Pengaturan Pernafasan


untuk Menurunkan Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi Primer.
Surakarta : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Muhadi. (2016). JNC 8 : Eviden-based Guideline Penanganan Pasien Hipertensi


Dewasa. Jakarta : RS Cipto Mangunkusumo

Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia. (2015). Pedoman


Tatalaksana Hipertensi pada Penyakit Kardiovaskular. Edisi Pertama.
Jakarta : Indonesia Heart Association

Anda mungkin juga menyukai