DISUSUN OLEH :
ROSI ADITYANA
NIM : SN152075
1. Latar Belakang
Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang paling umum ditemukandalam
masyarakat. Riset Kesehatan Dasar / RISKESDAS Tahun 2013 menunjukkan
bahwa prevalensi hipertensi di Indonesia adalah sebesar 26,5%. Penyakit
hipertensi telah menjadi masalah utama dalam kesehatan masyarakat yang ada
di Indonesia maupun di beberapa negara yang ada di dunia. Kenaikan kasus
hipertensi diperkirakan sekitar 80%, terutama di Negara berkembang terjadi di
tahun 2025. Dari 639 juta kasus di tahun 2000, diperkirakan menjadi 1.15
milyar kasus di tahun 2025. Prediksi ini didasarkan angka penderita hipertensi
dan pertambahan penduduk saat ini.
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah dalam pembuluh darah
meningkat secara kronis. Hal tersebut dapat terjadi karena jantung bekerja
lebih keras memompa darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi
tubuh. Apabila kondisi ini dibiarkan, maka dapat mengganggu fungsi organ-
organ lain, terutama organ-organ vital seperti jantung dan ginjal. Seseorang
dikatakan menderita hipertensi, apabila tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg
dan tekanan diastolic ≥ 90 mmHg, pada pemeriksaan berulang.
Hipertensi dikenal sebagai the silent killer karena umumnya terjadi tanpa
gejala. Sebagian orang tidak merasakan gejala apapun, meskipun tekanan
darahnya sudah jauh di atas normal. Hal ini dapat berlangsung bertahun-tahun
sampai akhirnya terjadi komplikasi dan penderita jatuh ke dalam kondisi
darurat dan terkena penyakit jantung, stroke, atau gangguan ginjal. Komplikasi
ini dapat berujung pada kematian. Salah satu kondisi yang erat kaitannya
dengan hipertensi adalah penyakit jantung koroner (PJK). Perlahan tapi pasti
merangkak naik sebagai penyebab kematian utama di Indonesia. Survei
Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) yang diselenggarakan Departemen
Kesehatan tahun 1972, posisinya pada urutan ke-11, dan sekarang melesat ke
urutan pertama dan bertahan sampai sekarang.
Salah satu terapi hipertensi adalah dengan obat-obatan. Salah satu studi
menyatakan pasien yang menghentikan terapi anti hipertensi maka lima kali
lebih besar kemungkinannya terkena stroke. Obat-obat yang digunakan untuk
menurunkan tekanan darah yang dikonsumsi dalam jangka waktu yang lama
dapat menyebabkan kerusakan organ-organ tubuh manusia. Seiring dengan
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, semakin banyak orang yang
menyadari dampak negative obat-obat yang dikonsumsi dalam jangka panjang,
sehingga semakin banyak pula yang mencari alternative pengobatan lain untuk
menghindari efek samping zat-zat kimia
3. Tinjauan kasus
Saat dilakukan pengkajian pada Ny. S, tanggal 18 november 2016 didapatkan
data pengkajian bahwa Ny.S dengan mengeluh kadang nyeri pada tengkuk
kepala, pusing, dan mudah lelah. Saat dilakukan pengukuran tekanan darah
didapatkan TD : 180/110 mmHg, N : 84 mmHg, pasien biasa minum obat
herbal yang di beli dari apotik (tensilon @250 mg), setelah minum obat nyeri
hilang, tetapi kadang nyeri tengkuk kepala masih sering dirasakan.
4. Dasar pembanding
Berdasarkan penelitian Isnaini Herawati dan Wahyuni (2016), dengan judul
“Manfaat Latihan Pengaturan Pernafasan untuk Menurunkan Tekanan Darah
pada Penderita Hipertensi Primer” didapatkan hasil : 1) Terdapat penurunan
tekanan darah systole sebesar 0,91 mmHg, 2) Terdapat penurunan tekanan
darah diastole sebesar 1,81 mmHg, 3) Terdapat peningkatan pulse pressure
sebesar 0,91 mmHg, 4) Terdapat penurunan denyut jantung 4,09 x/menit, 5)
Uji statistic menunjukkan perubahan yang terjadi pada tekanan darah systole
dan diastole, dan pulse pressure tidak bermakna, sedangkan perubahan pada
denyut jantung bermakna.
5. Implementasi
Implementasi dilakukan dengan cara melakukan pernafasan diafragma dengan
frekwensi 6 kali / menit setiap sore selama 10 menit.
Cara yang dilakukan yaitu :
Ciptakan lingkungan yang tenang
Usahakan tetap rileks dan tenang
Menarik nafas dalam dari hidung melalui hitungan 1,2,3
Perlahan-lahan udara dihembuskan melalui mulut dengan rileks
Anjurkan bernafas selama 6x selama 1 menit
Menarik nafas lagi melalui hidung dan menghembuskan melalui mulut
secara perlahan-lahan
Usahakan agar tetap konsentrasi
Ulangi dan lakukan selama 6 kali per menit selama 10 menitdan lakukan
setiap sore hari
6. Hasil
Dari hasil im plementasi dari pengaturan nafas diafragma yang dilakukan pada
tanggal 18 – 22 November 2016, didapatkan hasil :
1) Tgl 18 – 11 – 2016, hasil pemeriksaan TD : 180/110 mmHg
2) Tgl 19 – 11 – 2016, hasil pemeriksaan TD : 180/100 mmHg
3) Tgl 21 – 11 – 2016, hasil pemeriksaan TD : 170/100 mmHg
4) Tgl 22 – 11 – 2016, hasil pemeriksaan TD : 170/100 mmHg
(Hasil no 1-4, pengaturan pernafasan dilakukan sesuai dengan jurnal, yaitu
selama 6 kali per menit, selama 10 menit, jadi setiap sore dilakukan selama 60
kali relaksasi nafas dalam selama 5 hari berturut-turut, sehingga tekanan darah
dapat turun)
Pengaturan nafas tidak akan memberikan hasil yang baik apabila tidak
dilakukan secara teratur dan disertai dengan perubahan pola hidup yang lain
seperti pola makan yang seimbang, olahraga, tidak merokok, diit rendah lemak
dan rendah garam. Pengaturan nafas memberikan pengaruh terhadap perbaikan
reaktifitas simpatis dan parasimpatis, sehingga hal ini membuat pasien menjadi
lebih relaks.
Saran
Pengaturan nafas hendaknya dilakukan secara rutin dan teratur untuk
mendapatkan hasil yang maksimal untuk menurunkan tekanan darah, yaitu
selama 60 kali setiap sore. Selain dengan latihan pengaturan pernafasan, lebih
baik jika modifikasi gaya hidup juga diperhatikan, seperti : penurunan berat
badan pada pasien dengan obesitas, mengurangi asupan kalori dan
meningkatkan aktifitas fisik ; banyak makan sayur-sayuran, buah, produk susu
rendah lemak jenuh dan total lebih sedikit, kaya potassium dan calcium ;
makanan rendah garam ; olahraga teratur ; pembatasan konsumsi alcohol ;
tidak merokok
DAFTAR PUSTAKA