Anda di halaman 1dari 6

RESUME JURNAL TERAPI KOMPLEMENTER

Pengaruh Terapi Progressive Muscle Relaxation (PMR) Terhadap Penurunan kecemasan


Pada Pasien Penyakit Ginjal Kronis (PGK) Akibat Lamanya Menjalani Terapi
Hemodialisa Di RST Dr. Reksodiwiryo Padang Tahun 2016

Disusun untuk memenuhi tugas


mata kuliah Keperawatan paliatif dan menjelang ajal

Dosen Pengampu : Ns. Hermanto, MAN

Disusun Oleh :
Kelompok 6 PSIK V B

Nama NIM
1. Luluk Nur Isnainy (SK116034)
2. Maulida Nurul Faizah (SK116037)
3. Tri Setyaningsih (SK116058)
4. Vina Vebriyani (SK116060)
5. Zuhri Ika Permana (SK116064)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KENDAL
TAHUN AKADEMIK 2018/2019
Pengaruh Terapi Progressive Muscle Relaxation (PMR) Terhadap Penurunan kecemasan
Pada Pasien Penyakit Ginjal Kronis (PGK) Akibat Lamanya Menjalani Terapi
Hemodialisa Di RST Dr. Reksodiwiryo Padang Tahun 2016

A. Latar Belakang
Alasan kelompok kami mengambil jurnal ini karena pada pasien dengan penyakit ginjal kronik (PGK) sering
mengalami penurunann kecemasan, akibat lamannya menjalani terapi hemodialisa. Dan berdampak terdapat
kualitas hidup pasien dengan ini kelompok tertarik untuk mengupas jurnal tersebut.

B. Ringkasan
1. Topik
Pengaruh terapi progressive muscle relaxation (PMR) terhadap penurunan kecemasan pada pasien penyakit
ginjal kronis (PGK) akibat lamanya menjalani terapi hemodialisa di RST dr. Reksodiwiryo padang tahun
2016.
2. Tujuan
Untuk mengurangi kecemasan pada pasien PGK yang menjalani hemodialisis adalah dengan menggunakan
teknik Progressive Muscle Relaxation (PMR). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi
Progressive Muscle Relaxation (PMR) terhadap penurunan kecemasan pada pasien Penyakit Gagal Ginjal
(PGK) yang menjalani hemodialisa di RST dr. Reksodiwiryo Padang.
3. Metode penelitian
Penelitian ini menggunakan desain eksperimen semu (quasi-eksperimen design), dengan rancangan yang
digunakan adalah rancangan one group pretest and postest design. Penelitian ini menggunakan metode pre
test dan post test.
4. Sample
Populasi dari penelitian ini adalah semua pasien PGK yang menjalani hemodialisa secara rutin di Unit
Hemodialisa RST dr. Reksodiwiryo Padang pada bulan Januari- April 2016 sebanyak 63 orang dengan
jumlah sampel sebanyak 10 orang yang diambil secara purposive sampling dengan memperhatikan kriteria
inklusi dan ekslusi sampel.
5. Teknik sampling
Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Adapun instrument dalam penelitian ini
adalah kuesioner pengukuran kecemasan Zung Self-Rating Anxiety Scale (SAS/SRAS) untuk menilai
kecemasan pada pasien PGK.
6. Analisa data
Analisa data yang digunakan adalah analisa deskriptif.
7. Hasil penelitian
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata kecemasan pasien sebelum dilakukan terapi PMR
didapatkan rerata sebesar 50,10 dengan standar deviasi 3,957. Rerata kecemasan pasien sesudah dilakukan
terapi PMR didapatkan rerata sebesar 45,00 dengan standar deviasi 3,091. Terdapat pengaruh antara
kecemasan pasien sebelum dan setelah dilakukan terapi PMR di RS dr. Reksodiwiryo Padang (p= 0,000).
Dapat disimpulkan bahwa terapi PMR efektif untuk menurunkan kecemasan pada pasien Penyakit Ginjal
Kronik (PGK) akibat lamanya menjalani Hemodialisa di RS dr. Reksodiwiryo Padang. Saran kepada
perawat agar dapat menerapkan terapi PMR pada pasien PGK.
C. Implikasi
1. Kecemasan pasien sebelum dilakukan terapi PMR pada pasien PGK
Berdasarkan hal ini maka menurut analisa peneliti adalah cukup tingginya rerata kecemasan pasien PGK
sebelum dilakukan terapi PMR..Penyebab kecemasan pada pasien PGK akibat lamanya menjalani
hemodialisis adalah karena dampak yang dirasakan saat menjalani hemodialisis berlangsung seperti kram
otot, nyeri dada, sakit kepala dan hipotensi. Penyebab kecemasan yang paling banyak ditemui di lapangan
adalah karena sakit kepala, kram otot dan nyeri dada saat hemodialisis berlangsung.
2. Kecemasan pasien sesudah dilakukan terapi PMR pada pasien PGK
Berdasarkan hal ini maka menurut analisa peneliti adalah terjadinya penurunan nilai rerata kecemasan pada
pasien setelah diberikan terapi PMR. Dari analisa kuesioner 16 butir mengalami penurunan skor artinya
gejala-gejala kecemasan saat menjalani hemodialisa mengalami penurunan. Hal ini menunjukkan terjadinya
respon relaksasi pada tubuh pasien. Pada saat tubuh distimulus dengan gerakan relaksasi maka terjadilah
efek saraf parasimpatis yang mengaktifasi thropotropic sehingga dapat menurunkan konsumsi oksigen di
dalam tubuh, menurunkan frekuensi nafas dan menurunkan ketengangan otot sehingga tercapailah keadaan
rileks dan dapat menurunkan kecemasan.
3. Pengaruh terapi PMR terhadap penurunan kecemasan pasien PGK
Menurut analisa peneliti adalah terbukti bahwa terapi PMR efektif dalam menurunkan kecemasan pada
pasien PGK. Penyebab kecemasan yang sering dialami oleh pasien PGK adalah karena dampak yang
dirasakan saat menjalani hemodialisis berlangsung seperti kram otot, nyeri dada, sakit kepala dan hipotensi.
Pasien juga merasa gelisah, lemas, anggota tubuh bergetar dan otot terasa tegang.

D. Referensi
Yolanda Yola. (2017). Pengaruh terapi progressive muscle relaxation (PMR) terhadap penurunan kecemasan
pada pasien penyakit ginjal kronis (PGK) akibat lamanya menjalani terapi hemodialisa di RST dr.
Reksodiwiryo padang tahun 2016. STIKes MERCUBAKTIJAYA. Jurnal Keperawatan Vol. XI Jilid 1
No.75 https://jurnal.umsb.ac.id/index.php/menarailmu/article/view/161 diambil pada 9 Oktober 2018.
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF

1. Definisi :
Teknik relaksasi otot progresif adalah teknik relaksasi otot dalam yang tidak memerlukan imajinasi,
ketekunan, atau sugesti. Teknik relaksasi otot progresif memusatkan perhatian pada suatu aktivitas otot
dengan mengidentifikasi otot yang tegang kemudian menurunkan ketegangan dengan melakukan teknik
relaksasi untuk mendapatkan perasaan relaks (Herodes, 2010).
2. Tujuan :
Menurut Herodes (2010) tujuan dari teknik ini adalah untuk :
a. Menurunkan ketegangan otot, kecemasan, nyeri leher dan punggung, tekanan darah tinggi, frekuensi
jantung, laju metabolic.
b. Mengurangi disritmia jantung, kebutuhan oksigen;
c. Meningkatkan gelombang alfa otak yang terjadi ketika klien sadar dan tidak memfokuskan perhatian serta
relaks;
d. Meningkatkan rasa kebugaran, konsentrasi;
e. Memperbaiki kemampuan untuk mengatasi stress
3. Prosedur dan penilaian :
NO. ASPEK YANG DINILAI NILAI
A TAHAP PRA INTERAKSI 1 2 3 4
1. Memvalidasi perlunya prosedur pada status medis atau rencana
keperawatan
2. Mempersiapkan diri perawat/mahasiswa : penguasaan konsep dan
precaution
3. Mencuci tangan
B TAHAP ORIENTASI
1. Memberikan salam, memastikan identitas pasien (ex : nama, tanggal
lahir), mengenalkan diri perawat/mahasiswa
2. Menerangkan tujuan dan prosedur tindakan (Menjelaskan teknik dasar
prosedur yang akan dilakukan dengan cermat agar bisa dimengerti oleh
pasien (gunakan otak kanan yang bersifat menerima).
3. Menjelaskan lama waktu relaksasi progresif yang efektif (10-20
menit).
4. Memberikan kesempatan klien/keluarga untuk bertanya
5. Memastikan klien/keluarga telah menyetujui tindakan yang akan
diberikan (menanyakan kesediaan)
C TAHAP KERJA
1. Menyiapkan lingkungan yang memungkinkan melakukan kegitan
relaksasi progresif
2. Meminta kepada pasien untuk berdiri, melepaskan alas kaki,
memposisikan badan senyaman mungkin dan tidak saling bersentuhan
dengan anggota tubuh yang lain serta benda yang ada disekitar.
3. Meminta pasien untuk memejamkan mata dengan lembut dan
perlahan-lahan.
4. Meminta pasien untuk menarik napas dalam dan menghembuskan
napas dengan panjang.
5. Meminta kepada pasien untuk menarik napas dalam :
a. Kepala : kerutkan dahi, kedip-kedipkan mata, dan bibir
dimonyongkan atau tarik ke belakang. Rasakan ketegangan pada
bagian tersebut, tahan selama 5 detik, hembuskan napas perlahan
dan kendurkan secara perlahan, katakan dalam hati “Ya Allah saya
ikhlas, sembuhkanlah Ya Allah”.
b. Leher : tekan kepala ke belakang, anggukan  kepala ke arah dada,
putar kepala ke bahu kanan, putar kepala ke bahu kiri. Rasakan
ketegangan pada bagian tersebut, tahan selama 5 detik, hembuskan
napas perlahan dan kendurkan secara perlahan, katakan dalam hati
“Ya Allah saya ikhlas, sembuhkanlah Ya Allah”.
c. Bahu : angkat bahu kanan seolah-olah ingin menyentuh telinga,
angkat bahu kiri seolah-olah ingin menyentuh telinga, angkat kedua
bahu seolah-olah menyentuh telinga.
d. Bahu dan lengan : tahan lengan dan mengepal, kemudian kepalkan
tangan bengkokkan lengan, pada siku, kencangkan lengan sambil
tetap mengepalkan tangan, tahan 5 detik, hembuskan napas
perlahan sambil mengendurkan dan katakn dalam hati “Ya Allah
saya ikhlas, sembuhkanlah Ya Allah”.
e. Dada : tarik napas dalam dan kencangkan otot-otot dada dan tahan
5 detik, hembuskan napas secara perlahan sambil katakan dalam
hati “Ya Allah saya ikhlas, sembuhkanlah Ya Allah”.
f. Punggung : lengkungkan punggung ke belakang sambil menari
napas dalam dan tekan lambung keluar, tahan 5 detik,  hembuskan
napas secara perlahan sambil katakan dalam hati “Ya Allah saya
ikhlas, sembuhkanlah Ya Allah”.
g. Perut : kencangakan perut, tekean keluar dan tarik ke dalam, tahan
5 detik, hembuskan napas secara perlahan sambil katakan dalam
hati “Ya Allah saya ikhlas, sembuhkanlah Ya Allah”.
h. Paha dan kaki : kencangkan paha, tekan tumit ke lantai, kencangkan
otot kaki di bawah lutut, tekuk jari kaki ke bawah seolah-olah
menyentuh telapak kaki, angkat jari kaki ke atas seolah-olah
menyentuh lutut, tahan 5 detik, hembuskan napas secara perlahan
sambil katakan dalam hati “Ya Allah saya ikhlas, sembuhkanlah Ya
Allah”.
D TAHAP TERMINASI
1. Mengevaluasi respon pasien (subjektif dan objektif)
2. Memberikan reinforcement positif pada klien/keluarga
3. Kontrak untuk kegiatan selanjutnya (topik, waktu dan tempat, untuk
kegiatan selanjutnya / terminasi jangka panjang).
4. Mencuci tangan
5. Mendokumentasikan

Keterangan : Kendal, November 2018


1 : Kurang Observer
2 : Cukup
3 : Baik
4 : Sangat baik

Anda mungkin juga menyukai