Anda di halaman 1dari 5

Analisis Sintesis Tindakan Teknik Relaksasi Napas Dalam (slow depp breathing)

Pada Ny.S Dengan Diagnosa Medis Hipertensi Di Ruang Cendana Rumah Sakit
umum daerah simo boyolali

Hari : Senin

Tanggal : 13 Mei 2019

Jam : !5.30

A. Keluhan Utama: Nyeri kepala


P : Nyeri bertambah bila berubah posisi

Q : Nyeri seperti ditusuk tusuk

R : Nyeri pada kepala

S : Skala nyeri 6

T : Nyeri hilang timbul

B. Diagnosis Medis: Hipertensi

C. Diagnosa Keperawatan: Nyeri akut (00132) berhubungan dengan agen cidera fisik
dibuktikan dengan ekspresi wajah nyeri,laporan tentng perilaku nyeri dan perilaku
distraksi

D. Data yang mendukung diagnosis keperawatan

Data subjektif : Pasien mengatakan nyeri kepala

P : Nyeri bertambah bila berubah posisi

Q :Nyeri seperti ditusuk-tusuk

R : Nyeri pada kepala

S : Skala nyeri 6

T : Nyeri hilang timbul

Data objektif : Pasien tampak meringis kesakitan

TD : 190/100 mmHg.

Melaporkan tentang nyeri

E. Dasar pemikiran
Hipertensi adalah tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140
mmHg dan tekanan diastolik di atas 90 mmHg.Pada populasi manula, hipertensi
didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg
(Bruner dan Suddarth, 2008).
Corwin (2009), menyatakan bahwa ada beberapa tanda dan gejala yang sering
muncul pada penderita hipertensi bertahun-tahun, yaitu seperti sakit kepala saat terjaga
(terkadang disertai mual dan muntah akibat peningkatan intrakranium), penglihatan kabur
akibat kerusakan hipertensif pada retina, cara berjalan mulai terganggu karena mulai
adanya kerusakan susunan saraf pusat, nokturia yang disebabkan peningkatan aliran
darah ginjal dan filtrasi glomerolus, edema dependen dan pembengkakan akibat
peningkatan tekanan kapiler. Namun tanda dan gejala yang khas dijumpai pada penderita
hipertensi adalah nyeri kepala.
Nyeri kepala pada pasien hipertensi memiliki ciri-ciri seperti nyeri kepala yang
terasa berat di tengkuk namun tidak berdenyut, sering muncul dipagi hari namun akan
hilang seiring matahari terbit (Julianti, Nurjanah & Soetrisno, 2005).

F. Prinsip Tindakan Keperawatan


Tindakan dilakukan secara tepat dan benar

PROSEDUR

1. FASE ORIENTASI

Memberi salam

a. Memperkenalkan diri
b. Menjelaskan tujuan
c. Menjelaskan prosedur
d. Menanyakan persetujuan/kesiapan klien
e. Cuci tangan
2. FASE KERJA
a. Mengatur posisi klien
b. Menjelaskan cara latihan napas : menarik napas melalui hidung dan mengeluarkan
melalui mulut dilakukan 6-10x permenit
c. Memberikan contoh cara latihan napas : menarik napas melalui hidung dan
mengeluarkan melalui mulut``
d. Membimbing klien dalam latihan napas dalam jika terasa nyeri
e. Merapikan pasien
f. Cuci tangan

3. FASE TERMINASI
a. Mengevaluasi tindakan
b. Menyampaikan rencana tindak lanjut
G. Analisis Tindakan

Beberapa penelitian mengatakan bahwa SDB memiliki efek yang sangat positif
bagi penderita hipertensi. SDB adalah suatu cara yang dilakukan dengan menarik nafas
dalam kemudian dihembuskan secara perlahan dan dilakukan secara berkala. Sepdianto,
Nurachmah, dan Gayatri (2010), telah melakukan penelitian dan didapat bahwa

latihan SDB memiliki hasil yang baik dan efektif menurunkan tekanan darah
dibanding dengan seseorang yang tidak terpapar latihan. Keefektifan latihan SDB ini
dilakukan sebanyak 6x/menit bernafas normal dan kontrol pernafasan lambat pada
penderita hipertensi.

SDB dapat digunakan sebagai intervensi keperawatan untuk menurunkan kejadian


nyeri kepala pada penderita hipertensi. Tekanan darah yang meningkat juga
mengakibatkan rasa nyeri di kepala hal ini terjadi dikarenakan darah yang memaksa
untuk mengalir ke otak sedangkan pembuluh darah mengalami vasokonstriksi ataupun
arterosklerosis. Selanjutnya hal ini juga didiukung dari literatur menurut Velkumary &
Madanmohan (2004) dalam Tarwoto (2011) bahwa nafas dalam lambat dapat
menstimulasi respon saraf otonom melalui pengeluaran neurotransmitter endorphin yang
berefek pada penurunan respon saraf simpatif yang bekerja untuk meningkatkan aktivitas
tubuh dan peningkatan respon parasimpatis untuk menurunkan aktivitas tubuh. Saraf-
saraf ini pada SDB berdampak pada vasodilatasi pembuluh darah oleh sehingga
mempermudah oksigen untuk dialirkan ke bagian otak yang diharapkan adekuat.

H. Bahaya dilakukannya tindakan


Jika teknik relaksasi napas dalam dilakukan dengan tidak benar maka
nyeri yang dirasakan sedikit berkurang namun masih terasa nyeri dan pasien merasa
tidak nyaman dengan keadaannya (Stania dkk , 2014 )

I. Tindakan keperawatan lain yang dilakukan

NIC

1) Manajemen nyeri(1400)
2) Manajemen obat(2380)

Manajemen nyeri(1400)

Aktivitas:
1) Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
(lokasi,karakteristik,durasi,frekuensi,kualitas dan faktor presipitasi)
2) Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan
3) Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman
nyeri klien.
4) Evaluasi pengalaman nyeri masa lalu
5) Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu
ruangan, pencahayaan, kebisingan
6) Ajarkan tentang teknik pernafasan / relaksasi
7) Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
8) Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
9) Anjurkan klien untuk beristirahat
10) Kolaborasi dengan dokter jika keluhan dan tindakan nyeri tidak
berhasil

Manajemen obat(2380)

1) Tentukan obat apa yang diperlukan dan kelola menurut resep


2) Monitor tanda gejala efek samping obat
3) Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgetik pertama
kali

J. Hasil yang didapatkan setelah tindakan

S : Klien mengatakan nyeri kepala

P : Nyeri bertambah jika bergerak

Q : Nyeri seperti tertusuk-tusuk

R : Kepala

S : Skala nyeri 2

T : 2-3 menit hilang timbul

O : Klien tampak relaks

A : Level nyaman belum terpenuhi

P : Intervensi dilanjutkan

Manajemen Nyeri (1400)

Manajemen obat (2380)


K. Evaluasi Diri
Tindakan yang dilakukan sudah sesuai dengan prosedur yang ada.

L. Daftar Pustaka / Referensi

Kartikasari, A. N. Faktor Resiko Hipertensi Pasa Masyarakat di Desa Kabongan


Kidul, Kabupaten Rembang. Universitas Diponegoro Semarang: Karya Tugas Ilmiah
2012
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2012). Masalah Hipertensi Di
Indonesia. Jakarta: Bhakti Husada. Diakses dari
http://www.depkes.go.id/index.php?vw=2&id=1909, pada tanggal 7 September 2013
Kurnia, R. Karakteristik Penderita Hipertensi yang Dirawat Inap Di Bagian
Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Kota Padang Panjang Sumatera Barat Tahun 2002-
2006. Universitas Sumatera Utara: Skripsi 2007
Marliani, L., & Tantan. (2007). 100 Question & Answer. Jakarta: Kelompok
Gramedia
Robitaille, C., Dai, S., Waters, C., Loukine, L., Bancej, C., Quach, S., …, Quan,
H. “Diagnosed hypertension in Canada: incidence, prevalence and associatedmortality”.
CMAJ 2012; 184(1): E49-E56
Sepdianto, T.C., Nurachmah, E., dan Gayatri, D., “Penurunan Tekanan Darah dan
Kecemasan Melalui Latihan Slow Deep Breathing pada Pasien Primer”. Jurnal
keperawatan Indonesia 2010; 14(1): 37-41
Tarwoto. Pengaruh Latihan Slow Deep Breathing terhadap Intensitas Nyeri
Kepala Akut Pada Pasien Cedera Kepala Ringan. Universitas Indonesia: Tesis 2011
Waluyo, S.F.A., Hubungan antara kualitas Dengan Tekanan Darah Pria Dewasa
Penderita Hipertensi Primer Di Wilayah Binong. Universitas Pelita Harapan: Skripsi
2012

Mengetahui

Mahasiswa praktikan , Pembimbing Klinik / CI

(NUR AZIZAH) (SLAMET, S.Kep.Ns.)

Anda mungkin juga menyukai