Oleh:
Amaliyah Husni
G3A016123
KEPALA RINGAN
PENELITI : TARWOTO
Otak merupakan organ yang sangat vital bagi seluruh aktivitas dan fungsi tubuh, karena di
dalam otak terdapat berbagai pusat kontrol seperti pengendalian fisik, intelektual, emosional, sosial, dan
keterampilan. Walaupun otak berada dalam ruang yang tertutup dan terlindungi oleh tulang-tulang yang
kuat namun dapat juga mengalami kerusakan. Salah satu penyebab dari kerusakan otak adalah terjadinya
trauma atau cedera kepala yang dapat mengakibatkan kerusakan struktur otak, sehingga fungsinya juga
Angka kejadian cedera kepala semakin tahun semakin bertambah, hal ini seiring dengan makin
meningkanya angka kejadian kecelakaan. Berdasarkan data dari Polda Metro Jaya, angka kejadian
kecelakaan pada tahun 2007 sebanyak 5.154 kejadian dan pada tahun 2008 terjadi 6.399 kejadian, angka
ini kemungkinan dapat bertambah setiap tahun sesuai dengan makin bertambahnya populitas dan
jumlah kendaraan bermotor (Republika, 22 Agustus 2009). Meningkatnya jumlah kecelakaan ini dapat
meningkatkan angka kejadian cedera kepala. Berdasarkan tingkat kegawatannya angka kejadian cedera
kepala ringan lebih banyak (80 %) dibandingkan cedera kepala sedang (10 % ) dan cedera kepala berat
(10 %) (Irwana, 2009). Diperkirakan lebih dari 30 % kasus cedera kepala berakibat fatal sebelum datang
ke rumah sakit dan 20 % kasus cedera kepala mengalami komplikasi sekunder seperti iskemia serebral
akibat hipoksia dan hipotensi, perdarahan serebral serta edema serebral (Black & Hawks, 2009).
Terapi slow deep breathing mungkin menjadi alternatif untuk mengatasi nyeri kepala akut post
trauma kepala karena secara fisiologis menimbulkan efek relaksasi sehingga dapat menurunkan
metabolisme otak. Slow deep breathing merupakan tindakan yang disadari untuk mengatur pernapasan
secara dalam dan lambat. Pengendalian pengaturan pernapasan secara sadar dilakukan oleh korteks
serebri, sedangkan pernapasan yang spontan atau automatik dilakukan oleh medulla oblongata (Martini,
2006). Napas dalam lambat dapat menstimulasi respons saraf otonom, yaitu dengan menurunkan
respons saraf simpatis dan meningkatkan respons parasimpatis. Stimulasi saraf simpatis meningkatkan
aktivitas tubuh, sedangkan respons parasimpatis lebih banyak menurunkan ativitas tubuh sehingga
B. Identifikasi penelitian
1. Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah ingin mengidentifikasi pengaruh latihan slow deep breathing
terhadap intensitas nyeri kepala akut pada pasien cedera kepala ringan.
2. Populasi
kelompok kontrol
3. Desain
Desain penelitian adalah kuasi eksperimen pre post test dengan kelompok kontrol
Kelompok intervensi diberikan tindakan SDB pada hari pertama 3 kali dan pada hari
4. Hasil
Hasil penelitian diperoleh ada perbedaan yang bermakna rerata intensitas nyeri kepala
akut pada pasien cedera kepala ringan antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol
setelah dilakukan latihan SDB (p=0,000; = 0,05. Terdapat hubungan jenis kelamin
dengan intensitas nyeri kepala akut pada pasien cedera kepala ringan (p= 0,046), tetapi
tidak ada hubungan antara usia dan suku responden terhadap intensitas nyeri kepala akut
pada pasien cedera kepala ringan (berturut-turut p= 0,079 dan p=0,834; = 0,05).
Rekomendasi hasil penelitian ini adalah SDB dapat diterapkan sebagai intervensi
keperawatan dengan nyeri kepala akut pada pasien cedera kepala ringan.